Hipertrofi Konka
Hipertrofi Konka
HIPERTROFI KONKA
A. KONSEP KEBUTUHAN
1. Defenisi
Hipertrofi konka merupakan salah satu mekanisme mendasar yang
sering terjadi. Hipertrofi konka dapat bilateral atau unilateral. Hipertrofi
konka bilateral disebabkan peradangan hidung sebagai akibat dari alergi dan
non alergi, pemicu lainnya adalah lingkungan seperti debu dan tembakau.
Hipertrofi konka unilateral berhubungan dengan deviasi congenital atau
deviasi septum kontralateral. Hipertrofi adalah pembesaran dari organ atau
jaringan karena ukuran selnya yang meningkat.
Konka hipertrofi adalah pembesaran konka nasal terutama konka nasal
inferior yang menyebabkan sumbatan hidung. Konka hipertrofi berbeda
dengan konka hyperplasia. Pada hipertrofi terjadi pembesaran jaringan
karena ukurannya meningkat sedangkan pada hyperplasia dijumpai
pertambahan jumlah sel.
2. Fisiologi sistem
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian
lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh
terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung berfungsi sebagai
indra penghidu, menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru serta
fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius
berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-
sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi,
memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran
napas dibawahnya dari kerusakan. Fungsi hidung terbagi atas beberapa
fungsi utama yaitu sebagai jalan nafas, alat pengatur kondisi udara,
penyaring udara, sebagai indra penghidu, untuk resonansi suara, turut
membantu proses bicara dan reflek nasal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem pada
hipertrofi konka antara lain suhu udara, kelembaban dan polusi akan
merangsang kelenjar di hidung menjadi hiperaktif. Hal ini juga dapat
ditimbulkan oleh rangsangan akibat asap rokok, parfum, bau-bauan yang
mengiritasi dan gangguan vasomotor. Akibat rangsangan yang berlangsung
lama dan berulang, mukosa konka akan menebal dan terjadi pelebaran
pembuluh darah darah mukosa terutama pleksus kavernosus konka. Lama
kelamaan epitel akan kehilangan silia dan berubah bentuk menjadi epitel
kuboid bertingkat serta bertambahnya sel goblet. Pada submukosa terjadi
edema, infiltrasi sel bulat dan sel plasma serta fibroblast. Rongga pleksus
kavernosus makin melebar sementara otot polosnya mengalami atrofi.
Periosteum menebal dan terbentuk tulang baru di bawahnya akibat aktivitas
osteoblas. Bentuk papiler akan tampak pada ujung posterior bagian bawah
konka inferior dan mediae seperti buah murbei yang terbentuk akibat
lekukan penebalan mukosa oleh duktus kelenjar dan infiltrasi sel sekitar
kelenjar.
b. Pemeriksaan fiisk
1) Keadaan rambut dan hygiene kepala
-Inspeksi : rambut hitam,
-Palpasi : mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum
menunjukkan tingkat hygiene seseorang
2) Hidrasi kulit daerah dahi
-Palpasi : penekanan ibu jari pada kulit dahi, karena mempunyai
dasar tulang. Pada dehidrasi biasa ditemukan “finger print” pada kulit
dahi
3) Hidung
-Inspeksi : hidung simetris , pada rongga di kaji apakah ada kotoran
hidung, polip atau pembengkakan
4) Hygiene rongga mulut, gigi, lidah, tonsil, faring
a) Rongga mulut : diperiksa bau mulut, radang mukosa, (stomatitis)
b) Gigi : diperiksa adanya makanan, karang gigi, perdarahan, abses,
benda asing (gigi palsu), gusi meradang
c) Lidah : kotor akan ditemukan pada hygiene mulut yang kurang,
demam thypoid, tidak suka makan, dan pasien coma
d) Tonsil : tonsil diperiksa apakah ada pembengkakan atau tidak
e) Faring : dinding belakang faring diperiksa apakah ada
peradangan, pembesaran adenoid, dan lendir yang ada.
5) Dada/punggung
-Inspeksi : kesimetrisan, bentuk, postur dada, gerakan nafas, warna
kulit, lesi, edema dan pembengkakan
-Palpasi : simetris, pergerakan dada (perawat berdiri dibelakang
pasien untuk menginstruksikan pasien mengucapkan angka tujuh
puluh tujuh pada punggung pasien)
-Perkusi : paru dan eksrusi diafragma (bandingkan satu sisi dengan
satu sisi lain)
-Auskultasi : suara nafas, trachea, bronkus, dan paru-paru
6) Abdomen
-Inspeksi : lihat apakah abdomen membusung/membuncit, amati
adanya benjolan-benjolan massa
-Auskultasi : mendengar peristaltic bunyi usus
-Palpasi : sebelum dilakukan palpasi, tanyakan kepada pasien apakah
ada daerah yang nyeri, bila ada palpasi dilakukan terakhir. Periksa
turgor kulit perut untuk menilai hidrasi.
7) Anus
Posisikan pasien berbaring miring dengan lutut terlipat menempel
diperut/dada. Diperiksa adanya : hemoroid
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT Scan untuk mengetahui pembesaran pada konka
nasalis inferior dan mengukur ukuran mukosa dan tulang
3. Intervensi (Perencanaan)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
1. Nyeri NOC NIC
akut pada a. Tingkat kenyamanan : a. Kaji tingkat nyeri pada
hidung tingkat persepsi positif pasien meliputi lokasi,
terhadap kemudahan fisik frekuensi, intensitas atau
dan psikologis keparahan nyeri
b. Pengendalian nyeri : b. Observasi isyarat
tindakan individu untuk nonverbal
mengendalikan nyeri ketidaknyamanan, khusus-
c. Tingkat nyeri : keparahan nya pasien yang tidak
nyeri yang dapat diamati mampu berkomunikasi se-
atau dilaporkan cara efektif
c. Berikan informasi tentang
Tujuan : nyeri seperti penyebab
a. Melaporkan nyeri kepada nyeri
penyedia layanan kese- d. Ajarkan teknik nonfarma-
hatan kologis (misalnya
b. Menggunakan tindakan relaksasi, terapi musik,
meredakan nyeri dengan kompres hangat atau
analgesic dan nonanalge- dingin dan masase)
sik secara tepat e. Kolaborasi dengan dokter
c. Tidak mengalami gang- tindakan pengendalian
guan dalam frekuensi nyeri (pemberian obat)
pernafasan, frekuensi sebelum nyeri mnejadi
jantung atau tekanan lebih parah
darah
d. Mempertahankan selera
makan yang baik
e. Melaporkan pola tidur
yang baik
2. Ketidak- NOC NIC
efektifan a. Respon alergi sistemik : a. Kaji kebutuhan insersi
pola nafas tingkat keparahan respon jalan nafas
imun hipersensitif b. Pantau kecepatan, irama,
sistemik terhadap antigen kedalaman dan upaya
tertentu dari lingkungan pernafasan
(eksogen) c. Berikan informasi kepada
b. Status respirasi, ventilasi : keluarga pasien bahwa
pergerakan udara ke tidak boleh merokok di
dalam dan keluar paru dalam ruangan
c. Status tanda vital : tingkat d. Instruksikan kepada pasien
suhu, nadi pernafasan, dan dan keluarga bahwa
tekanan darah dalam mereka harus
rentang normal memberitahukan pe-rawat
pada saat terjadi
Tujuan : ketidakefektifan pola per-
a. Mempunyai kecepatan nafasan
dan irama pernafasan e. Kolaborasikan dengan
dalam batas normal dok-ter pemberian obat
b. Mempunyai fungsi paru nyeri untuk
dalam batas normal mengoptimalkan pola
c. Mampu menggambarkan pernafasan
rencana untuk perawatan
dirumah
d. Mengidentifikasi faktor
(mis : allergen) yang
memicu ketidakefektifan
pola nafas dan tindakan
yang dapat dilakukan
untuk menghindarinya.
3. Gangguan NOC NIC
pola tidur a. Tingkat kenyamanan : a. Kaji bukti perbaikan tidur
tingkat persepsi positif b. Pantau pola tidur pasien
tentang kenyamanan c. Bantu pasien membatasi
fisik dan psikologis waktu tidur siang dengan
b. Istirahat : kuantitas dan memberi aktivitas yang
pola penurunan aktivitas meningkatkan keterjagaan
untuk penyegaran fisik d. Anjurkan pasien untuk
dan jiwa menghindari mengonsum-
c. Tidur : terputusnya kesa- si makanan dan minuman
daran periodik dan alami yang dapat mengganggu
saat tubuh dipulihkan saat akan tidur
e. Diskusikan bersama dok-
Tujuan : tentang pentingnya mere-
a. Mengidentifikasi tinda- visi program obat jika
kan yang akan mening- program tersebut meng-
katkan istirahat atau tidur ganggu pola tidur
b. Mencapai tidur yang
adekuat tanpa menggu-
nakan obat