17/ 2003)
1. Pengertian Keuangan Negara
a. Menurut Pasal 1 UU No.17/2003
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu yang baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
b. Menurut UUD 1945 Pasal 23
Keuangan Negara:
APBN yang setiap tahun ditetapkan oleh UU
Segala macam pajak untuk keperluan negara
Macam dan harga mata uang
Segala hal mengenai keuangan negara
Pemeriksaan tanggung jawab keuangan negara oleh BPK.
2. Perumusan Definisi Keuangan Negara
Pendekatan Pengertian Keuangan Negara
Objek Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Subjek Seluruh objek keuangan negara yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemda, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.
Proses Seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek
keuangan negara mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
Tujuan Seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikan dan/atau penguasaan objek keuangan negara dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah negara.
Bidang pengelolaan keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam subbidang pengelolaan
fiskal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
3. Ruang Lingkup Keuangan Negara (pasal 2 UU KN)
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar
tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain, berupa uang, surat berharga, piutang,
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yg diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
4. Pengertian HAKN
Hukum Adminisrasi Keuangan Negara adalah kaidah atau peraturan yang mengatur tata tertib dalam proses
kerjasama yang rasional antara pemerintah dengan seluruh unsur penyelenggara negara dan masyarakat
dalam rangka melaksanakan pengurusan atas semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pelanggaran atas kaidah atau peraturan dapat
menimbulkan tindakan dari pemerintah berupa pengenaan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara
a. asas lama sesuai amanat pasal 23C UUD ’45, meliputi:
Asas tahunan.
Asas tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
Universalitas.
Asas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam
dokumen anggaran.
Kesatuan.
Asas kesatuan menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu
dokumen anggaran.
Spesialitas.
Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya.
b. asas baru sebagai pencerminan “the best practices” dalam pengelolaan keuangan negara, meliputi:
Akuntabilitas berorientasi hasil
Pasal 14 UU 17/2003:
(1) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga
tahun berikutnya.
(2) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan prestasi
kerja yang akan dicapai.
(3) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan
belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
Anggaran→Anggaran Berbasis Kinerja.
Maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja:
- Mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output) dan dampak (outcome) atas alokasi belanja
(input) yang ditetapkan.
- Disusun berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran.
- Program dan kegiatan disusun berdasarkan renstra/tupoksi Kementerian Negara/lembaga.
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Profesionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Proporsionalitas.
Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
Keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur
dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan keuangan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.
Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
- BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
- Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan
diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam UU, atau pemeriksa
berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
- Kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam
penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang
bersifat investigatif.
- Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan SDM,
anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
- BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang
diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan
pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang,
dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.
6. Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara (pasal 3 UU KN)
Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan per-UU-an, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahun ditetapkan dengan
undang-undang.
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun
anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.
Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
Penggunaan surplus penerimaan negara untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada
perusahaan negara harus memperoleh persetujuan DPR.
7. Pendelegasian Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara (pasal 6 UU KN)
Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan KN sebagai bagian kekuasaan
pemerintahan (presiden : CEO). Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara ini meliputi kewenangan yang
bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus.Kekuasaan tersebut:
a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan (Menteri Keuangan : CFO→kepala KPPN: Kuasa CFO).
Subbidang pengelolaan fiskal meliputi: fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan,
dan pengawasan keuangan.
b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/barang Kementerian
Negara/Lembaga yang dipimpinnya (Menteri/Kepala lembaga : COO→kepala kantor: kuasa COO).
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan oleh:
- kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD;
- kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
d. Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain: mengeluarkan dan
mengedarkan uang yang diatur dg UU.
Kewenangan yang bersifat umum→penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam
pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN,
penetapan pedoman penyusunan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga, penetapan gaji dan
tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara.
Kewenangan yang bersifat khusus→keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN,
antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana
perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.
Tugas Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal-CFO (pasal 8 UU KN) :
a. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
b. menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN
c. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
d. melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan
e. melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan UU
f. melaksanakan fungsi bendahara umum negara
g. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
h. melaksanakan tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan UU
Tugas menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran-COO (pasal 9 UU KN) :
a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
c. melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
d. melaksanakan pemungutan PNBP dan menyetorkan ke Kas negara
e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya
f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya
g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga
h. melaksanakan tugas lain yang menjadi tanggung jawab berdasarkan ketentuan UU.
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut (pasal 10 (2) UU KN):
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Tugas kepala SKPD (pasal 10 (3) UU KN):
a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya;
g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
SEGI HUKUM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN ANGGARAN
1. Landasan Hukum
Undang-Undang No. 17 Th. 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang-Undang No. 1 Th. 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Undang-Undang No. 15 Th. 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
Undang-Undang No. 25 Th. 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
Peraturan Pemerintah No. 20 Th. 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
Peraturan pemerintah No. 21 Th. 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-KL).
2. Perubahan dalam UU KN tekait penganggaran
1. UU 17/2003 tentang KN memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Sistem
penganggaran harus menciptakan lingkungan pendukung dengan karakteristik:
Mengkaitkan perencanaan dan penganggaran dengan pengambilan keputusan untuk:
- Memastikan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan telah mempertimbangkan kendala
anggaran.
- Memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan.
- Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan mengkaji kembali kebijakan.
Memberikan media/forum bagi alternatif kebijakan berkompetisi satu sama lain yang penting bagi
tumbuhnya dukungan pada tahap pelaksanaan nantinya.
Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian prioritas kembali alokasi sumber
daya.
2. Prinsip-prinsip perubahan:
Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah.
Memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN/APBD yang disusun secara terpadu, termasuk
mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan merupakan tahapan yang
diperlukan sebagai bagian upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan,
dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja.
Memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran
berdasarkan kinerja akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya
dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.
3. RKP
Adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun. RKP merupakan pedoman bagi
penyusunan RAPBN.
Tiga ciri baru dalam proses penyusunan RKP:
a. Penegasan cakupan isi proses “top-down” dan “bottom-up”.
Proses top down:
Langkah-langkah penyampaian batasan umum oleh “central agency” kepada Kementerian/ Lembaga
tentang penyusunan rencana kerja, yaitu mencakup prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif.
Proses bottom up:
Kementerian/lembaga diberi keleluasaan merancang kegiatan pembangunan nasional yang disepakati.
Rancangan ini disampaikan kembali ke “central agency” untuk diserasikan secara nasional.
b. Kegiatan pemerintah pusat di daerah menjadi salah satu perhatian utama agar terdistribusi secara adil dan
dapat menciptakan sinergisitas secara nasional.
c. Proses penyusunan RKP merupakan proses penyatuan persepsi Kementerian/Lembaga tentang prioritas
pembangunan nasional dan konsekuensi rencana anggarannya sebagai persiapan pembahasan RKA-K/L di
DPR.
Pokok-pokok penyusunan RKP:
RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat :
- kerangka ekonomi makro termasuk didalamnya arah kebijakan fiskal dan moneter,
- prioritas pembangunan,
- rencana kerja dan pendanaannya.
Penyusunan rencana kerja dan pendanaannya dengan bahan masukan dari Renja K/L dan RKPD.
Format dan prosedur penyusunan RKP diatur oleh Menteri Perencanaan.
Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional
dan pagu indikatif serta memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud di atas disusun dengan pendekatan:
- berbasis kinerja,
- kerangka pengeluaran jangka menengah, dan
- penganggaran terpadu.
Program sebagaimana yang dimaksud terdiri dari kegiatan yang berupa:
a. Kerangka regulasi yang bertujuan untuk memfasilitasi, mendorong, maupun mengatur kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat; dan/atau
b. Kerangka pelayanan umum dan investasi pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan barang dan
jasa publik yang diperlukan masyarakat.
Kementerian Perencanaan melaksanakan MUSRENBANG untuk menyelaraskan antar Renja K/L dan antara
kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam Renja K/L dengan rancangan RKP. Musrenbang diatur
oleh Menteri Perencanaan dan Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan masing-masing. Hasil
Musrenbang digunakan memutakhirkan RKP.
Rancangan RPK dibahas dalam sidang Kabinet untuk ditetapkan jadi RKP dengan Keppres (pertengahan
Mei).
RKP bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran di DPR. Jika RKP berbeda dengan RKP hasil
pembahasan DPR, maka Pemerintah menggunakan RKP hasil pembahasan dengan DPR.
Hubungan antara rencana strategi, rencana operasional, dan rencana kerja dan anggaran
Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal dan Kerangka
Ekonomi Makro
(Pertengahan Mei) Pagu Sementara
RKP
(Pertengahan Juni)
Pagu Indikatif
(Maret)
DIPA K/L
(31 Desember)
( 11 )
Kabinet/ ( 7)
Penelaahan
Kementrian SEB Prioritas Konsistensi
dengan RKP
Perencanaan Program dan
Indikasi Pagu
(2) (6) (10) (13)
Kebijakan Umum Kebijakan Umum Penelaahan
Keppres tentang
dan Prioritas dan Prioritas Konsistensi
Rincian APBN
Anggaran Anggaran
Kementrian dengan RKP
Keuangan (5)
Penelaahan
Konsistensi
dengan Prioritas
Anggaran
(1) (3) (12) (14)
Kementrian
Konsep dok. Dokumen
Negara/ Renstra KL
Rancangan
RKA - KL Pelaksanaan Pelaksanaan
Renja KL
Lembaga Anggaran Anggaran
Daerah
UU APBN UU APBN
KEPPRES KEPPRES
UU APBN
KEPPRES
SP
CHECK DIPA
KONSEP KONSEP
DIPA DIPA
DIPA
-
Penerimaan Hibah
Belanja Negara
Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
Anggaran Transfer ke Daerah
=
Surplus/Defisit Anggaran
Pembiayaan
Penerimaan Negara adalah hak negara yg dapat menambah nilai kekayaan bersih meliputi :
Penerimaan Anggaran
- Penerimaan Pajak
- Penerimaan Bukan Pajak
- Penerimaan Hibah
- Penerimaan Pembiayaan
Penerimaan Non Anggaran
- Penerimaan PFK
- Penerimaan Wesel Pemerintah
- Penerimaan Prefinancing dan PFKBUN Lainnya
- Penerimaan Kiriman Uang
- Penerimaan Transito
Penerimaan Lainnya :
Komisi, potongan /bentuk lainnya selain pajak, akibat penjualan dan/atau pengadaaan barang/jasa
pemerintah
Penerimaan anggaran
1. Penerimaan pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU 28 th 2008 ttg KUP).
Mekanisme pemungutan pajak:
- Dipungut langsung pada saat transaksi pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran (beban Uang Persediaan)
- Dipungut langsung oleh KPPN pada saat penerbitan SP2D (pembayaran cara-LS)
- Disetor langsung melalui Bank Persepsi/Devisa Persepsi/SGA/Pos Persepsi oleh Wajib Pajak terhadap pajak
terutang yg hrs dilunasi.
- Pungutan dan Penyetoran Pajak menggunakan SSP yang disetorkan ke Kas Negara.
2. PNBP
Yakni penerimaan negara selain dari sektor pajak dan cukai/meterai.
PNBP menurut sifatnya:
- PNBP yang bersifat umum→PNBP yang ada pada semua satker/KL.
- PNBP bersifat khusus→PNBP yang hanya ada pada beberapa satker/KL tertentu saja berkaitan dengan
pelaksanaan tupoksi.
Mekanisme penerimaan dan penyetoran:
- Penyetor adalah para Wajib Pajak/Wajib Bayar.
- Penerima setoran adalah a) bendahara penerimaan/pengeluaran pada satker, b) bank persepsi/devisa
persepsi, c) kantor pos persepsi/SGG/SGA.
3. Penerimaan Hibah
4. Penerimaan pembiayaan
5. Penerimaan BLU
Bayar LAPORAN
SK KEUANGAN
SPK
KONTRAK Draft
SPM GU
SPM GU
BUKTI Proses
SAI
Draft
SPM LS
Daftar Lembur SPM LS
Daftar Gaji
BA PK Transfer BUKTI
BA PB UP/GU
BA Serah
Terima
PEMBEBANAN
Benar Transfer
Pihak III
SP2D
BUKTI DAN UJI DAN
TAGIHAN PERIKSA SPM
Salah KPPN
Sewa;
Pinjam Pakai;
BMN/D Pemanfaatan Kerja Sama Pemanfaatan;
Bangun Guna Serah (BGS)
& Bangun Serah Guna (BSG)
Penjualan;
Pemindahtanganan Tukar Menukar;
Hibah;
Penyertaan Modal Pemerintah
Jadual Pelaksanaan
Biaya Pengadaan Pekerjaan/Kegiatan
Pengadaan tanah
Adalah setiap kegiatan utk mendapatkan tanah dg cara memberikan ganti rugi kepada yg
melepaskan/menyerahkan tanah, bangunan, dan benda-benda yg berkaitan dg tanah.
3. Penggunaan
Status penggunaan barang ditetapkan:
– BMN oleh pengelola barang
– BMD oleh gubernur/bupati/walikota.
Pengguna barang/Kuasa Pengguna Barang wajib menyerahkan tanah/bangunan yg tidak digunakan sesuai
tupoksi kepada:
– Pengelola Barang untuk BMN
– Gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang untuk BMD.
Tindak lanjut atas penyerahan tanah/bangunan:
– Ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tupoksi instansi pemerintah lainnya.
– Dimanfaatkan dalam rangka optimalisasi BMN/BMD.
– Dipindahtangankan.
4. Pemanfaatan
a. Sewa
b. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)
c. Bangunan Guna Serah (BGS) dan Bangun Serah Guna (BSG)
d. Pinjam pakai.
5. Pengamanan dan Pemeliharaan
Pengamanan BMN/D meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan pe
Pengamanan administrasi, meliputi kegiatan pembukuan, penginventarisasian, dan pelaporan barang milik
Negara/daerah serta penyimpanan dokumen kepemilikan secara tertib.
– BMN/D berupa tanah harus disertifikasikan atas nama pemerintah RI/daerah ybs.
– BMN/D berupa bangunan harus dilengkapi dg bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik
Indonesia/pemerintah daerah ybs.
– BMN selain tanah/bangunan harus dilengkapi dg bukti kepemilikan atas nama pengguna barang.
– BMD selain tanah/bangunan harus dilengkapi dg bukti kepemilikan atas nama pemda ybs.
Pengamanan fisik, antara lain ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan
jumlah barang, dan hilangnya barang.
Pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi status kepemilikan.
Pemeliharaan BMD meliputi tahap perencanaan, tahap pemeliharaan, tahap pasca pemeliharaan
6. Penilaian
– Penilaian BMN/D dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah, pemanfaatan,
dan pemindahtanganan BMD.
– Penetapan nilai BMN/D dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah dilakukan dg
berpedoman SAP.
7. Penghapusan dan Pemusnahan BMN/D
Penghapusan BMN/D meliputi:
a. Penghapusan dari daftar barang pengguna pada pengguna barang
b. Penghapusan dari daftar BMN/D pada pengelola barang
Penghapusan BMN/D yg sudah tidak berada dalam penguasaannya.
8. Pemindahtanganan BMN/D
Bentuk pemindahtanganan:
Dijual
Dipertukaran
Dihibahkan
Disertakan sbg penyertaan modal pemerintah/pemerintah daerah (PMP/PMPD).
Pokok-pokok pemindahtanganan:
Harus dengan persetujuan DPR→pemindahtanganan tanah/bangunan, pemindahtanganan BMN selain
tanah dan bangunan di atas 100 milyar.
Tidak perlu persetujuan DPR:
– Tanah/bangunan: a) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah/tata kota, b) harus dihapuskan karena
anggaran pengganti sudah disediakan, c) diperuntukkan bagi pegawai negeri, d) diperuntukkan bagi
kepentingan umum, d) dikuasai Negara berdasarkan keputusan pengadilan.
– Selain tanah/bangunan
Nilai per paket usulan di bawah 100 miliar.
9. Penatausahaan BMN/D
Inventarisasi
Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN/D sekurang-kurangnya sekali dalam 5 th.
Terdiri dari 4 tahap: Persiapan, Pelaksanaan, Pelaporan, dan Tindak Lanjut.
Pembukuan
Pelaporan.
10. Pembinaan pengawasan dan pengendalian.
INVESTASI PEMERINTAH
KONSEPSI DASAR
Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk
investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan/atau manfaat lainnya.
Surat Berharga adalah saham dan/atau surat utang
Investasi Langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh Badan Investasi Pemerintah
untuk membiayai kegiatan usaha.
Penyertaan Modal adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha dengan mendapat hak
kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan Terbatas.
Pemberian Pinjaman adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha, Badan Layanan Umum (BLU),
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/ Kota, dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan hak memperoleh
pengembalian berupa pokok pinjaman, bunga, dan/atau biaya lainnya.
Divestasi adalah penjualan surat berharga dan/atau kepemilikan pemerintah baik sebagian atau keseluruhan
kepada pihak lain
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan/atau manfaat lainnya.
2. Investasi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum.
3. Yang dimaksud dengan "manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya" adalah:
a. keuntungan berupa deviden, bunga, dan pertumbuhan nilai perusahaan;
b. peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi ;
c. peningkatan pemasukan pajak
d. peningkatan penyerapan tenaga kerja
ASAS- ASAS
a. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan,
Badan Investasi Pemerintah, Badan Usaha, Menteri Teknis/Pimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing.
b. asas kepastian hukum, yaitu dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. asas efisiensi, yaitu diarahkan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan secara optimal.
d. asas akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
e. asas kepastian nilai, yaitu adanya ketepatan jumlah dan nilai investasi dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan dana dan Divestasi serta penyusunan laporan keuangan pemerintah.
BENTUK INVESTASI
PEMBELIAN
SAHAM
SURAT
BERHARGA
PEMBELIAN
SURAT UTANG
PEMBERIAN
PINJAMAN
KSI ANTAR BIP
DAN BU, BLU,
KSI = Kerja Sama Investasi PEMDA, DGN POLA
BIP = Badan Investasi Pemerintah NON PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP
SUMBER DANA
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2. Keuntungan investasi terdahulu;
3. Dana/barang amanat pihak lain yang dikelola Badan Investasi Pemerintah;
4. Sumber-sumber lainnya yang sah
PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH
• Kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
• Kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah meliputi kewenangan regulasi, supervisi, dan operasional
Kewenangan Regulasi→Direktorat Pengelolaan Dana Investasi (PDI)
a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman pengelolaan
b. menetapkan kriteria pemenuhan perjanjian
c. menetapkan tata cara pembayaran kewajiban yang timbul
Kewenangan Supervisi→Komite Investasi Pemerintah
a. melakukan kajian kelayakan dan memberikan rekomendasi
b. memonitor pelaksanaan Investasi Pemerintah
c. mengevaluasi secara berkesinambungan pembiayaan dan keuntungan Investasi Pemerintah
d. melakukan koordinasi dengan instansi terkait
Kewenangan Operasional→Badan Investasi Pemerintah (BIP)
a. Mengelola Rekening Induk Dana Investasi;
b. Meneliti dan menyetujui atau menolak usulan permintaan dana Investasi Pemerintah;
c. Mengusulkan rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah;
d. Menempatkan dana atau barang dalam rangka Investasi Pemerintah;
e. melakukan Perjanjian Investasi dengan Badan Usaha terkait
f. melakukan pengendalian atas pengelolaan risiko
g. mengusulkan rekomendasi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah;
h. mewakili dan melaksanakan kewajiban serta menerima hak pemerintah
i. menyusun dan menandatangani Perjanjian Investasi;
j. mengusulkan perubahan Perjanjian Investasi;
k. melakukan tindakan untuk dan atas nama pemerintah apabila terjadi sengketa atau perselisihan
l. melaksanakan Investasi Pemerintah dan Divestasinya;
m. mengangkat dan memberhentikan Penasihat Investasi
LINGKUP PENGELOLAAN
a. perencanaan;
Perencanaan Investasi Pemerintah meliputi : Perencanaan oleh BIP yang diusulkan oleh setiap BIP; dan
perencanaan kebutuhan Investasi Pemerintah dari APBN yang disusun setiap tahun anggaran dan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
b. pelaksanaan investasi;
Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan perusahaan,
sedangkan Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang yang diterbitkan
perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain.
Pelaksanaan investasi tersebut didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat
dilakukan oleh Penasihat Investasi.
Pelaksanaan investasi dengan cara pembelian surat utang hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat
utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali.
Pelaksanaan investasi pemerintah dilakukan oleh BIP berdasar persetujuan Menkeu. Untuk pembelian surat
berharga inisiatifnya dapat berasal dari BIP.
Pelaksanaan investasi langsung melalui penyertaan modal/pemberian pinjaman dilakukan untuk jangka
waktu lebih dari 12 bulan.
c. penatausahaan dan pertanggungjawaban investasi;
Akuntansi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan. Untuk
Badan Investasi Pemerintah berbentuk satuan kerja, menyelenggarakan akuntansi berdasarkan Standar
Akuntasi Pemerintahan.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan investasi Pemerintah, BIP wajib menyusun laporan
Keuangan dan kinerja badan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan
d. pengawasan; dan
e. Divestasi.
• Divestasi terhadap surat berharga dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan Badan Investasi Pemerintah untuk investasi berikutnya yang lebih
menguntungkan.
• Sedangkan divestasi atas Investasi Langsung dimaksudkan untuk diinvestasikan kembali dalam rangka
meningkatkan fasilitas infrastruktur dan bidang lainnya guna memacu roda perekonomian masyarakat
Ketentuan Divestasi:
1. Divestasi sesuai dengan masa waktu yang telah ditentukan tidak memerlukan persetujuan Menteri
Keuangan.
2. Divestasi terhadap surat berharga sebelum masa waktu yang telah ditentukan.
3. Divestasi terhadap kepemilikan Investasi Langsung dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.
DRPPHLN
Pertimbangan KOMITMEN
Daftar Aspek politik PENDANAAN
Kegiatan yg & administrasi
Dpt dibiayai Pemda
PLN Penelitian
Usulan Rencana
Pinjaman dan
Penilaian
Ditolak Disetujui
Penatausahaan
DPA-SKPD
Belanja
Nota Laporan Keuangan
Kesepakatan • Penerbitan SPM-UP,
Pemerintah Daerah
SPM-GU, SPM-TU dan
SPM-LS oleh Kepala
Pelaksanaan APBD SKPD • LRA
Pedoman • Penerbitan SP2D oleh
• Neraca Laporan Keuangan
PPKD
Penyusunan Pendapatan • Lap. Arus Kas diperiksa oleh BPK
RKA-SKPD • CaLK
Belanja Penatausahaan
Pembiayaan
RKA-SKPD • Dilakukan oleh PPKD
Pembiayaan
7
Perubahan APBD Akuntansi
APBD Keuangan Daerah
Bentuk dan Isi Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP No.24/2005), terdiri dari:
- Laporan Realisasi APBD
- Neraca
- CALK
Komponen APBD
PENDAPATAN BELANJA
SURPLUS DEFISIT
PEMBIAYAAN
- Penerimaan pembiayaan:
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
2. Transfer dari Rekening Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
5. Penerimaan Piutang Daerah
- Pengeluaran pembiayaan:
1. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
2. Pembelian kembali obligasi daerah
3. Penyertaan modal (investasi) daerah
4. Pemberian piutang daerah
5. Transfer ke rekening dana cadangan
Keuangan Daerah
Sumber pendapatan daerah terdiri atas: PAD, dana perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Lain-
lain pendapatan daerah yang sah adalah seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang
meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah.
Dana Bagi Hasil:
Bersumber dari :
1. Pajak
a. Pajak Bumi dan Bangunan
b. BPHTB
c. PPh Pasal 25 WP Orang Pribadi dalam Negeri dan PPh Pasal 21
2. Sumber Daya Alam (SDA)
a. Kehutanan
b. Pertambangan umum
c. Perikanan
d. Pertambangan Minyak Bumi
e. Pertambangan gas bumi
f. Pertambangan panas bumi
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Pasal 2 ayat (2), menetapkan bahwa PBB dan BPHTB termasuk ke dalam jenis pajak kabupaten/kota.
NO. SUMBER PUSAT DAERAH PROV. KAB/KOTA
% % % %
1 Pajak Bumi dan Bangunan* 10 90 16,2 64,8
2 BPHTB* 20 80 16 64
3 PPh Ps 25,29 WPOPDN dan 80 20 40 60
PPh Pasal 21
4 Kehutanan (IHPH) 20 80 16 64
5 Kehutanan (PSDH) 20 80 16 32/32**
6 Kehutanan (Reboisasi) 60 40 - 40
7 Pertambangan Umum 20 80 16 64
8 Perikanan 20 80 - 80***
9 Pertambangan Minyak Bumi 85 15 3 6/6**
10 Pertambangan Gas Bumi 69,5 30.5 6 12/12**
11 Pertambangan Panas Bumi 20 80 16 32/32**
DOKUMENTASI
1. E-BUSINESS
Seluruh penggunaan tingkat lanjut dalam teknologi informasi (TI), khususnya teknologi jaringan dan
komunikasi, untuk meningkatkan cara organisasi melakukan seluruh proses bisnisnya.
ELECTRONIC DATA INTERCHANGE (EDI):
protocol standar untuk secara elektronik mentransfer informasi antar-organisasi serta dalam berbagai proses
bisnis.
KATEGORI E-BUSINESS:
Jenis E-Business Karakteristik
B2C (Business to Costumer) Antara organisasi dengan perorangan
Nilai nuang yang dilibatkan kecil
Transaksi satu waktu atau transaksi tidak sering
terjadi
Relatif sederhana
B2B (Business to Business) Antar organisasi
B2G (Business to Government) Nilai uang yang dilibatkan lebih besar
B2E (Business to Education) Hubungan yang kuat dan berkelanjutan
Pemberian kredit oleh penjual ke pelanggan
Lebih kompleks
A A
A C
D B Server
Serve
B r D
B D
C Bus
C
Ring
Star
2. WAN (Wide Area Network), dapat dikonfigurasi dengan cara:
a. Sentralisasi → seluruh terminal dan peralatan lainnya dihubungkan dengan computer pusat
perusahaan, yang biasanya berupa mainframe besar
b. Desentralisasi → setiap unit departemen memiliki computer dan LAN mereka sendiri
c. Distributed Data Processing (DDP) → gabungan dari pendekatan sentralisasi dan
desentralisasi
3. Klien/Server, dapat dikonfigurasi dengan cara:
Setiap computer desktop berfungsi sebagai klien. Setiap klien mengirim permintaan data ke server. Server
kemudian melakukan proses awal dalam database dan mengirim hanya data yang relevan ke klien untuk
diproses secara local oleh computer klien.
2. LAIN-LAIN:
a. EFT : Electronic Funds Transfer, proses pembayaran kas secara elekronik (transfer antar-bank)
b. FVAN: Financial Value-added Network, organisasi independen yang memberikan jasa hubungan antara
berbagai EDI (Electronic Data Interchange) dengan ACH (Automated Clearing House)
c. ASP : Application Server Provider, perusahaan penyedia akses dan pemakaian program aplikasi melalui
internet
d. Teknik enkripsi → proses konversi pesan menjadi kode rahasia. Terdapat 2 jenis utama teknik enkripsi yaitu:
1) Sistem kunci tunggal: menggunakan kunci yang sama untuk melakukan enkripsi dan deskripsi. Lebih cepat,
sederhana, dan efisien tapi pengirim harus memberikan kunci rahasianya kepada penerima
2) Infrastruktur kunci publik: public key infrastructure, menggunakan 2 kunci yaitu kunci publik dan kunci
pribadi. Setiap kunci dapat digunakan untuk mengkodekan pesan (misal kunci publik), tapi hanya jenis kunci
yang lain (kunci pribadi) yang bisa menerjemahkannya. Lebih lambat, tapi lebih aman dan tidak perlu
menyebarkan kunci rahasia.
e. Internet, intranet, dan ekstranet
a. Internet : jaringan internasional komputer yang saling berhubungan
b. Intranet : jaringan internal yang dapat dinavigasi dengan browser internet, tapi tidak bisa diakses
publik (dalam satu perusahaan)
c. Ekstranet : jaringan yang menghubungkan intranet dari dua atau lebih perusahaan. Ex: intranet
vendor dengan perusahaan.
3. TEKNIK DOKUMENTASI:
Bentuk naratif, bagan alir (flowchart), diagram, dan materi tertulis lainnya, yang menjelaskan bagaimana sebuah
sistem bekerja.
ALAT-ALAT PENDOKUMENTASIAN:
1. Diagram arus data (Data Flow Diagram / DFD) mendeskripsikan arus data
Simbol-simbol DFD:
Arus data
Proses transformasi
Penyimpanan data
DFD dibagi ke dalam subdivisi hingga ke tingkat yang rendah, untuk menyediakan kemungkinan
jumlah rincian.
Kamus data → deskripsi elemen data, penyimpanan, dan arus data dalam seuah sistem
Diagram konteks → DFD dgn tingkat tertinggi yang menunjukkan sistem pemrosesan data dan
entitas eksternal yang merupakan sumber dan tujuan dari input dan output sistem.
2. Bagan alir (flow chart) Mengilustrasikan arus dokumen dan informasi di antara bidang tanggung jawab
dalam suatu organisasi. Bagan alir dokumen melacak dokumen dari awal hingga dokumen tersebut tidak
digunakan lagi. Berguna untuk analisis prosedur pengendalian suatu sistem (bagan alir pengendalian internal).
a. Simbol-simbol untuk membuat bagan alir dapat dibagi menjadi empat kategori:
1. Simbol masukan/keluaran
2. Simbol pemrosesan
Pemrosesan
komputer Proses
manual
3. Simbol penyimpanan
Penyimpana File
Pita
Disk n online
magneti
magnetik k
DATABASE
1. JENIS-JENIS FILE:
1. File Utama (master file) konsepnya hampir sama dengan buku besar, menyimpan informasi
kumulatif mengenai sumber daya organisasi dan pelaku-pelaku dengan siapa mereka
berinteraksi.
2. File Transaksi (Transaction File) konsepnya hampir sama dengan jurnal, berisi catatan
mengenai setiap transaksi yang terjadi dalam periode fiskal tertentu.
2. DATABASE:
suatu gabungan file yang saling berhubungan dan dikordinasi secara terpusat.
Sistem Database
Tampilan Logis: Bagaimana pemakai atau programmer secara konseptual mengatur dan memahami data.
Tampilan Fisik: Bagaimana dan di mana data secara fisik diatur dan disimpan dalam disk, CD-ROM, dam media
lainnya.
PERBEDAAN SISTEM BERDASAR FILE DAN DATABASE:
Pendekatan File Pendekatan Database
DATABASE RELASIONAL:
1. JENIS-JENIS ATRIBUT DALAM DATABASE RELASIONAL:
1. Kunci utama (primary key) atribut atau kombinasi dari beberapa atribut, yang secara unik
mengidentifikasi baris tertentu dalam sebuah tabel. Contoh: primary key dalam tabel persediaan adalah
nomor barang.
2. Kunci luar (foreign key) atribut dalam suatu tabel, yang juga merupakan primary key dalam tabel lainnya,
dan digunakan untuk menghubungkan tabel-tabel. Contoh: atribut nomor pelanggan dan dan nomor
penjual merupakan foreign key dalam tabel penjualan.
3. Atribut lain yang bukan merupakan atribut kunci.
2. PERSYARATAN DASAR UNTUK MODEL DATA RELASIONAL:
1. Setiap kolom dalam sebuah baris harus berlainan nilainya
2. Primary key tidak boleh bernilai nol
3. Foreign key jika tidak bernilai nol, harus memiliki nilai yang sesuai dengan nilai kunci utama di hubungan
yang lain
4. Seluruh atribut yang bukan merupakan kunci dalam sebuah tabel harus mendeskripsikan objek yang
diidentifikasi oleh kunci utama.
3. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYIMPANAN SELURUH DATA DALAM SATU TABEL:
1. Anomali pembaruan karena pembaruan yang dilakukan atas data tidak dilakukan dengan benar.
2. Anomali penyisipan karena tidak ada cara untuk menyimpan informasi mengenai pelanggan prospektif
sampai mereka benar-benar melakukan pembelian.
3. Anomali penghapusan karena menimbulkan hasil yang tidak diharapkan saat menghapus sebuah baris
di tabel tersebut.
4. PENDEKATAN DALAM DESAIN DATABASE:
1. Normalisasi asumsi bahwa semua data pada awalnya disimpan dalam satu tabel besar
2. Model data semantik.
5. REA (Resource – Event – Agent)
Mengklasifikasikan entitas ke dalam tiga kategori, yaitu: sumber daya (resource), kegiatan (event),
dan pelaku (agent). Setiap entitas kegiatan (E) dihubungkan ke sebuah sumber daya (R), dan 2
entitas pelaku (internal dan eksternal).
Langkah menyusun REA adalah: (1) identifikasi kegiatan pertukaran ekonomi, (2) identifikasi
resource dan agent, (3) menganalisis kegiatan, (4) menetapkan kardinalitas hubungan
Kardinalitas menunjukkan bagaimana (berapa banyak) satu entitas dapat dihubungkan ke entitas
yang lain. Kardinalitas ditulis dengan dua nilai. Yang pertama menunjukkan kardinalitas minimum
(bernilai 0 atau 1), yang kedua menunjukkan kardinalitas maksimum (berniali 1 atau N).
Kardinalitas dalam Database menunjukkan berapa banyak baris dalam satu table dapat dihubungkan
ke setiap baris dalam table lainnya
Hubungan antar-entitas tergantung dari kardinalitas maksimum yang terdapat dari tiap entitas:
1. Hubungan satu-ke-satu (1:1), jika kardinalitas maksimum tiap entitas = 1
2. Hubungan satu-ke-banyak (1:N)
3. Hubungan satu-ke-banyak (M:N), jika kedua kardinalitas maksimum = N
Perhatikan: notasi (0,1) → dgn koma menunjukkan bahwa kardinalitas minimum nol (boleh tidak
ada hubungan) dan kardinalitas maksimum satu. Sedang notasi 1:1 → dengan titik dua,
menunjukkan hubungan antar entitas.
Aturan kardinalitas:
1. Kegiatan (1,1) – (0,N) Pelaku → berarti setiap kegiatan yang terjadi harus melibatkan seorang
pelaku saja. Sedang penambahan/pengurangan pelaku bisa tidak melibatkan kegiatan (ex:
penambahan dafatr vendor tidak harus ketika melakukan pembelian ke vendor tersebut) dan
satu kegiatan bisa dilakukan oleh banyak pelaku
2. Kegiatan (1,-) – (0,N) Sumber Daya →konsepnya sama seperti di atas. Tidak ada aturan
kardinalitas maksimum untuk kegiatan karena menyesuaikan dengan jenis sumber dayanya.
3. Kegiatan – kegiatan → tidak ada aturan umum
Primary key → atribut unik (biasanya angka) yang mengidentifikasi setiap baris dalam table
A. PENGENDALIAN INTERNAL
Kenapa mesti ada pengendalian internal? Karena di dalam bisnis ada ancaman dalam mencapai tujuan usaha.
1. ANCAMAN-ANCAMAN ATAS SIA:
1. Kehancuran karena bencana alam dan politik
2. Kesalahan pada software dan tidak berfungsinya peralatan
3. Tindakan tidak disengaja
4. Tindakan sengaja (kejahatan komputer)
2. THREAT, EXPOSURE, DAN RISK
1. Ancaman (threat) : potensi adanya kejadian atau kegiatan yang tidak diharapkan yang dapat
membahayakan SIA maupun organisasi
2. Pajanan (exposure) :potensi kerugian dalam bentuk uang yang terjadi apabila sebuah ancaman
benar-benar terjadi
3. Risiko : kemungkinan terjadinya ancaman
3. PENGENDALIAN INTERNAL:
Rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk (1)menjaga aset, (2)memberikan informasi yang
akurat dan andal, (3)mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta (4)mendorong kesesuaian
dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
4. TIGA FUNGSI PENTING PENGENDALIAN INTERNAL:
1. Pengendalian pencegahan (preventive control) mencegah masalah sebelum muncul
2. Pengendalian pemeriksaan (detective control) mengungkap masalah begitu ia muncul
3. Pengendalian korektif (corrective control) memecahkan masalah yang ditemukan
5. PERBEDAAN SISTEM MANUAL DENGAN SISTEM TEKOMPUTERISASI
Sistem pengendalian intern dalam perusahaan yang menggunakan manual sistem dalam akuntansinya lebih
dititikberatkan pada orang (people-oriented sistem). Sedangkan pengendalian intern yang menggunakan
pengolahan data elektronik berorientasi pada komputer (computer-oriented sistem).
6. DEFINISI PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT COMMITTEE OF SPONSORING ORGANIZATIONS
(COSO):
Proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang berada di bawah
arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian tercapai dalam aspek:
(1) efektivitas dan efisiensi operasional organisasi,
(2) keandalan pelaporan keuangan,
(3) kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Lima komponen pengendalian internal menurut COSO:
1. Lingkungan pengendalian, terdiri atas faktor-faktor:
a. Komitmen atas integritas dan nilai etika
b. Filosofi manajemen dan gaya beroperasi
c. Struktur organisasi
d. Badan audit dewan komisaris
e. Metode pemberian otoritas dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik SDM
g. Pengaruh eksternal
2. Aktivitas pengendalian, prosedurnya berupa:
a. Otorisasi yang memadai
b. Pemisahan tugas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Penjagaan asset dan catatan yang memadai
e. Pemeriksaan independen atas kinerja
3. Penilaian risiko, langkah-langkahnya:
a. Identifikasi ancaman
b. Perkirakan risiko
c. Perkirakan pajanan (exposure)
d. Identifikasi pengendalian
e. Perkirakan biaya dan manfaat
f. Menetapkan efektivitas biaya-manfaat
4. Informasi dan komunikasi
5. Monitoring (pengawasan), metode utama yang digunakan:
a. Supervisi yang efektif
b. Akuntansi pertanggungjawaban
c. Audit internal
PENGENDALIAN SIA BERDASAR KOMPUTER
1. Prinsip suatu sistem yang andal menurut SysTrust adalah
Kategori
Pengendalian Ancaman/Risiko Pengendalian
KEANDAL Perencanaan strategis – SI tidak mendukung rencana – rencana strategis berlapis (untuk 3
AN dan penganggaran organisasi hingga 5 tahun
– kurangnya sumber daya – anggaran untuk mendukung rencana
strategis
– kebutuhan informasi tidak
terpenuhi
KETERSE meminimalkan waktu - Hilangnya tenaga listrik - jaminan atas bencana dan gangguan
DIAAN kegagalan sistem bisnis
Rencana pemulihan - bencana alam, sabotase - penyimpanan jarak jauh
dari bencana
- data file dan program cadangan
- fasilitas cadangan komputer dan
telekomunikasi (hot site jika ada
komputer, cold site jika tidak ada)
- dokumentasi yang lengkap
PENGAM - Pemisahan tugas - penipuan komputer - pembagian otoritas dan tanggung jawab
ANAN dalam fungi sistem
- Pengendalian atas - akses yang tidak memiliki - letakkan komputer di ruang terkunci
akses secara fisik otorisasi ke data rahasia
- Pengendalian atas - akses yang tidak memiliki - menetapkan hak akses pegawai
akses secara logis otorisasi ke software sistem
- Perlindungan atas - kerusakan file komputer dan - enkripsi file atau beri file password
PC dan jaringan kelengkapannya
klien/server
- pengendalian - akses yang tidak memiliki - password, enkripsi, firewall
internet otorisasi ke data rahasia
-
KETERPEL - Pengembangan - konsumsi sumber daya yang - rencana utama strategis jangka panjang
IHARAAN proyek dan banyak
pengendalian
akuisisi
- perubahan kendali - perubahan sistem yang tidak - peninjauan berkala semua sistem
manajemen diotorisasi
INTEGRIT - Pengendalian
AS sumber data
- Rutinitas validasi
input
- Pengendalian entri
data on-line
- Pengendalian
proses dan
penyimpanan data
- Pengendalian out
put
2. Lain-lain:
Dokumentasi, dapat diklasifikasi menjadi:
Dok. Alternative : mendeskripsikan standar pemrosesan data, prosedur penanganan dan penyimpanan
file
Dok. Sistem : deskripsi setiap sistem aplikasidan fungsinya
Dok. Operasional : hal apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah program
Konsep rekonstruksi bertingkat (grandfather – father – son consept) → dalam proses secara batch,
pembuatan file utama baru untuk mengupdate file utama lama. Ex: hari rabu file utama (master file) hancur,
dapat dibuat lagi dengan master file selasa (father file) bersama dengan file transaksi (transaction file) hari
selasa, dst..
Compability test → tes kesesuaian untuk menentukan apakah user memiliki otorisasi atas tindakan yang
dilakukan
Firewall → pembatas antar-jaringan yang membatasi keluar masuknya informasi yang tidak diingankan dalam
jaringan yang tidak dipercaya.
tunneling→ jaringan dihubungkan ke internet (antar firewall), data dibagi jadi paket-paket kecil disebut
internet protocol, dienkripsi, kemudian didekripsi oleh penerima untuk dirakit jadi bentuk pesan awal.
Rutinitas validasi input → program yang memeriksa saat input data ke sistem, yang disebut program edit.
yang berupa pemerikasaan:
a. Jangkauan : untuk batasan (tapi bukan batas atas –bawah). Ex: tanggal transaksi
b. Kelogisan : tidak logis pegawai dengan gaji 1 juta/bulan langsung naik menjadi 2 juta/bulan
c. Data redundan
d. Kapasitas : data cocok dengan field. Ex: 123.456.789 tidak akan cocok dengan field 8 digit
Bom waktu logika (logic Program yang sementara diam hingga waktu tertentu
time bomb)
Pembulatan ke bawah Komputer membulatkan ke bawah semua seluruh perhitungan bunga.Sisa pembulatan masuk
(round-down) ke rekening pelaku
Teknik Salami Biaya dinaikkan beberapa persen; tambahannya masuk ke rekening palsu kemudian diambil
oleh pelaku
Spamming Mengirim e-mail berisi pesan yang sama ke semua orang
Pintu jebakan (trap door) Pelaku memasuki sistem dengan pintu belakang tanpa melewati pengendalian sistem
Kuda Troya Perintah komputer yang tidak sah masuk ke dalam program komputer yang sah
virus Serangkaian kode pelaksana yang meletakkan dirinya pada software, memperbanyak dirinya,
dan menyebar ke sistem lainnya
worm Hampir sama dengan virus, hanya saja berupa program bukan kode tersembunyi
b. Bentuk Pengendalian
Tujuan dari pengendalian ini adalah:
1. Transaksi telah diotorisasi dengan benar
2. Transaksi yang dicatat adalah valid (benar-benar terjadi)
3. Transaksi yang valid dan disahkan, telah dicatat
4. Transaksi dicatat dengan akurat
5. Asset dijaga dari kehilangan
6. Aktivitas bisnis dilaksanakan dengan afektif dan efisi
Penagihan dan piutang Gagal menagih pelanggan Pemisahan fungsi pengiriman dan
usaha penagihan
Kesalahan penagihan Pengendalian edit entri data daftar harga
Kesalahan entri update piutang usaha Rekonsiliasi buku besar pembantu piutang
usaha
SIKLUS PENGELUARAN
Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan
dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa.
a. Tujuan Utama:
meminimalkan biaya total untuk memperoleh dan memelihata persediaan, perlengkapan, dan berbagai layanan
yang diperlukan organisasi untuk berfungsi.
Tiga aktivitas dasar bisnis siklus pengeluaran:
1. Memesan barang, perlengkapan, dan layanan
a. Economic Order Quantity (EOQ) Perhitungan jumlah optimal pesanan untuk meminimalkan jumlah
biaya pemesanan, biaya penggudangan, dan biaya kekurangan persediaan.
b. Reorder Point Saat untuk memesan, yang didasarkan pada waktu pengiriman dan tingkat persediaan
aman
c. Materials Requirement Planning (MRP) pendekatan alternatif dalam mengelola persediaan yang
bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan yang dibutuhkan dengan cara menjadwalkan produksi,
bukan memperkirakan kebutuhan.
d. Just In Time (JIT) metode alternatif lainnya yang berusaha untuk meminimalkan, jika bukan
menghilangkan, baik biaya penggudangan maupun kekurangan persediaan.
e. MRP vs JIT perbedaannya adalah pada penjadwalan produksi. MRP menjadwalkan produksi untuk
memenuhi perkiraan kebutuhan penjualan, sehingga menghasilkan persediaan barang jadi. Sedangkan
JIT menjadwalkan produksi untuk memenuhi permintaan pelanggan, sehingga meniadakan persediaan
barang jadi.
b. Dokumen yang terlibat:
– Permintaan pembelian (purchase requisition)→ dokumen dari bagian gudang bahwa dibutuhkan
barang dengan spesifikasi seperti dalam dokumen
– Pesanan pembelian (purchase order) → dokumen yang meminta vendor untuk menjual dan
mengirimkan produk yang disebutkan dengan harga yang telah ditentukan
– Pesanan pembelian tetap (blanket PO) → komitmen untuk membeli barang tertentu dengan harga
tertentu untuk suatu periode tertentu (misal 1 tahun)
– Untuk meningkatkan efisiensi dapat menggunakan EDI (internet), outsourcing fungsi pengendalian
perusahaan, lelang terbalik, membeli di bursa perdagangan (trading exchange)
2. Menerima dan menyimpan barang
Dokumen yang terlibat:
a. Laporan Penerimaan (Receiving Report) mendokumentasikan rincian mengenai setiap kiriman,
termasuk tanggal penerimaan, pengirim, pemasok, penerima, dan nomor PO
b. Nota Debit penyesuaian untuk mengembalikan barang atau mendapat pengurangan harga dari
pemasok apabila ada barang rusak atau berkualitas rendah
3. Membayar barang dan layanan
a. Dua cara untuk memproses faktur dari pemasok:
Tanpa Voucher Dengan Voucher
faktur diterima, kemudian disimpan dalam file dibuat voucher pengeluaran yang mengidentifikasi
faktur belum dibayar vendor, faktur yang belum dibayar, dan jumlah
hutang bersih setelah dikurangi diskon dan potongan
pembelian
ketika diterbitkan cek, faktur diambil untuk
ditandai telah dibayar, kemudian dalam file
faktur telah dibayar
– Tiga kelebihan sistem voucher:
1. Mengurangi jumlah cek yang dibuat karena beberapa faktur dimasukkan dalam 1 voucher
2. Dapat diberikan prenumbered sehingga memudahkan penelusuran utang
3. Dapat memfasilitasi pemisahan waktu persetujuan faktur penjualan dan waktu pembayaran
– Faktur dari vendor + dokumen pendukung (PO dan Receiving Report) → bundle voucher
c. Bentuk Pengendalian
Tujuannya identik dengan siklus penerimaan (begitu juga dengan siklus-siklus yang lain)
AKTIVITAS ANCAMAN PROSEDUR PENGENDALIAN
Pesan Barang Kehabisan/kelebihan Persediaan barcode, perhitungan persediaan secara periodik
Memesan barang yang tidak Persetujuan permintaan pembelian
dibutuhkan
Membeli barang kualitas rendah vendor yang terpercaya
Komisi (kickback) audit vendor
Terima dan Menerima barang yang tidak verifikasi keberadaan pesanan pembelian yang
Simpan Barang dipesan valid
Mencuri persediaan pengendalian akses fisik
Setujui dan bayar Bayar barang yang tidak hanya bayar faktur yang didukung receiving report
faktur vendor diterima asli
Bayar faktur yang sama dua kali membatalkan voucher saat pembayaran,
pembayaran hanya untuk bundle voucher lengkap,
hanya salinan faktur asli yang dibayar
Perubahan tarif
PPh
Lembaga
Pemerintahan Asuransi dan
UU Pajak Perusahaan Lain
Cek dan Laporan
Siklus penggajian/manajemen SDM adalah rangkaian aktivitas bisnis berulang dan operasional pemrosesan data
terkait yang berhubungan dengan cara yang efektif dalam mengelola pegawai.
a. TUGAS-TUGAS YANG LEBIH PENTING:
1. Merekrut dan mempekerjakan pegawai baru
2. Melatih
3. Memberikan tugas pekerjaan
4. Memberikan kompensasi (penggajian)
5. Mengevaluasi kinerja
6. Memberhentikan pegawai, secara sukarela atau dipecat
b. TUJUH AKTIVITAS DASAR SIKLUS PENGGAJIAN:
1. Perbarui file induk penggajian
2. Perbarui tarif dan pemotongan pajak
3. Validasi data waktu dan kehadiran
a. Dokumen yang terlibat:
Time Ticket untuk mencatat waktu kedatangan pegawai dan waktu keluar, untuk setiap giliran
kerja
4. Mempersiapkan penggajian
a. Dokumen yang terlibat:
Daftar penggajian laporan yang mendaftar gaji kotor setiap pegawai, potongan gaji, dan gaji
bersih dalam format multikolom
Daftar potongan laporan yang mendaftar berbagai potongan sukarela untuk pegawai
Slip gaji mencantumkan jumlah gaji kotor, potongan, dan gaji bersih untuk periode saat ini,
dan total hingga tahun ini, untuk setiap kategori
5. Membayar gaji
6. Menghitung kompensasi dan pajak yang dibayar perusahaan
a. Rencana Kompensasi Fleksibel memungkinkan setiap pegawai menerima jaminan minimum
asuransi untuk pengobatan kontribusi pension, ditambah dengan kredit kompensasi tambahan yang
dapat digunakan untuk mendapatkan waktu libur ekstra atau asuransi kesehatan tambahan
7. Mengeluarkan pajak penghasilan dan potongan lain-lain
Pemrosesan 3. Perubahan Payroll Master File Pemisahan tugas dan pengendalian akses
Penggajian tanpa otorisasi
4. Data waktu yang tidak akurat Otomatisasi; Rekonsiliasi time card dengan
Job Time Ticket
5. Pemrosesan penggajian yang Total batch ; rekening kliring penggajian
tidak akurat
6. Distribusi cek gaji tipuan Setoran langsung; pemberian nonor
tercetak; akses terbatas
Pengendalian atas pemrosesan gaji dilakukan untuk mencegah (1) kelebihan membayar pegawai (2)
mengeluarkan gaji untuk pegawai fiktif. Ancaman ini dapat diminimalkan dengan memisahkan fungsi:
1. Otorisasi dan perubahan file induk penggajian
2. Mencatat dan verifikasi waktu kerja
3. Membuat cek gaji
4. Distribusi cek gaji
Pengendalian atas penulisan cek gaji dapat dilakukan dengan:
1. Akses ke cek kosong harus dibatasi
2. Prenumbered cheque dan secara periodic dihitung
3. Kasir menandatangani cek jika dilengkapi dengan dokumen yang lengkap (payroll register dan voucher
pengeluaran)
4. Rekonsiliasi rekening bank oleh orang yang independen
Pengendalian atas distribusi cek: dipisah antara fungsi distribusi dan otorisasi cek gaji; cek gaji yang tidak
diklaim (missal karena pegawai fiktif) harus dikembalikan ke kasir
SIKLUS PRODUKSI
Siklus Produksi adalah rangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan data terkait yang terus terjadi yang
berkaitan dengan pembuatan produk.
a. EMPAT AKTIVITAS DASAR SIKLUS PRODUKSI:
1. Desain Produk
a. Tujuan mendesain sebuah produk yang memenuhi permintaan dalam hal kualitas, ketahanan dan
fungsi, dan secara simultan meminimalkan biaya produksi.
b. Dokumen yang terlibat:
Daftar bahan baku (Bill Of Materials) menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, serta jumlah
masing-masing komponen bahan baku yang digunakan dalam satu unit produk jadi
Daftar operasi menyebutkan kebutuhan tenaga kerja dan mesin yang diperlukan untuk
memproduksi bahan tersebut
2. Perencanaan dan Penjadwalan
a. Dua metode perencanaan produksi:
Manufacturing Resource Planning (MRP-II) push manufacturing / barang diproduksi sebagai
ekspektasi atas permintaan pelanggan
Just in Time (JIT) pull manufacturing / barang diproduksi sebagai tanggapan atas permintaan
pelanggan
b. Dokumen yang terlibat:
Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) menspesifikasikan seberapa banyak produk
akan diproduksi selama periode perencanaan dan kapan produksi tersebut harus dilakukan
Permintaan bahan baku (Material Recquitition) mensahkan pengeluaran jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dari gudang ke lokasi pabrik, tempat bahan tersebut dibutuhkan
Kartu Perpindahan (Moving Ticket) Mengidentifikasi bagian-bagian yang dipindahkan, lokasi, dan
waktu perpindahan
3. Operasi Produksi
Aktivitas ini berbeda-beda di tiap perusahaan, bergantung pada jenis produk yang diproduksi dan tingkat
otomatisasi yang digunakan dalam proses produksi.
Computer Intergrated Manufacturing (CIM) Penggunaan berbagai bentuk TI dalam proses produksi yang
secara signifikan mengurangi biaya produksi.
4. Akuntansi Biaya
a. Tiga tujuan utama:
Memberikan informasi untuk perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja operasi produksi
Memberikan data biaya yang akurat mengenai produk untuk digunakan dalam menetapkan harga
serta keputusan bauran produk
Mengumpulkan dan memproses informasi yang digunakan untuk menghitung persediaan serta nilai
harga pokok penjualan yang muncul di laporan keuangan perusahaan
b. Jenis-jenis sistem akuntansi biaya:
Perhitungan biaya pesanan (job order costing) membebankan biaya ke batch produksi tertentu
atau pekerjaan tertentu, dan digunakan ketika produk atau jasa yang dijual terdiri dari bagian-bagian
yang dapat diidentifikasi secara terpisah
Perhitungan biaya proses (process costing) membebankan biaya ke setiap proses atau pusat
pengerjaan dalam siklus produksi, kemudian menghitung biaya rata-rata untuk semua unit yang
diproduksi
c. Empat jenis biaya:
Bahan baku
Tenaga kerja
Mesin dan peralatan
Overhead pabrik
b. BENTUK PENGENDALIAN:
AKTIVITAS ANCAMAN PROSEDUR PENGENDALIAN
Desain Produk 1. Desain produk yang kurang baik Informasi pengaruh desain produk atas biaya
Operasi Produksi 4. Pencurian atau perusakan Batasi akses fisik, asuransi, dokumentasi
persediaan dan aktiva tetap perpindahan persediaan selama proses produksi
Akuntansi Biaya 5. Data biaya yang tidak akurat Pengendalian edit entri data
Untuk mengendalikan kualitas suatu produk → biaya kualitas, terdiri dari:
1. Biaya pencegahan : perubahan proses produksi yang untuk mengurangi tingkat cacat produk
2. Biaya pemeriksaan : memastikan produk memenuhi standar kualitas
3. Biaya kegagalan internal : pengerjaan ulang, produk yang diidentifikasi cacat sebelum penjualan
4. Biaya kegagalan eksternal : biaya jaminan dan perbaikan produk
Bill of Materials : menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan jumlah tiap komponen bahan baku
untuk satu unit produk jadi
Operation List : menyebutkan kebutuhan tenaga kerja dan mesin untuk memproduksi produk tsb.
Disebut juga lembar pergerakan karena menyebutkan bagaimana sebuah produk bergerak dalam pabrik
MRP-II merupakan metode produksi dari perencanaan bahan baku MRP-I (siklus pengeluaran), disebut juga
push manufacturing karena barang diproduksi sebagai ekspektasi dari permintaan pelanggan (rencana
produksi hingga 12 bulan)
JIT disebut juga pull manufacturing (rencana produksi sesuai pesanan)
Jadwal induk produksi : menspesifikasikan seberapa banyak produk akan diproduksi selama periode
perencanaan dan kapan produksi tersebut dilakukan
Penerimaan Kas
Laporan
Akses ke buku besar kehilangan data rahasia Pengendalian akses; jejak audit
Hilang buku besar Kehilangan data dan aset Prosedur pembuatan cadangan dan pemulihan dari
bencana
e. BALANCED SCORECARD
laporan yang menceminkan empat perspektif kinerja suatu organisasi: keuangan, pelanggan, operasi internal, dan
inovasi serta pembelajaran
f. GUDANG DATA
rincian dan ringkasan data untuk beberapa tahun terakhir yang digunakan untuk analisis daripada pemrosesan
transaksi. Proses mengakses data dalam gudang data dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan
disebut intelejen bisnis.
Dua teknik dalam intelijen bisnis: on-line analytical processing (OLAP) dan penggalian data. OLAP menggunakan
query language sedang penggalian data menggunakan teknik statistic untuk menemukan hubungan yang belum
dihipotesiskan dalam data.
KEBUTUHAN AKAN JASA AUDIT DAN PELAYANAN VERIFIKASI
Kenapa sih mesti belajar auditing?
a. MENGAPA AUDIT DIPERLUKAN?
1. Karena ada hal-hal yang menyebabkan risiko informasi, yaitu:
a. Hubungan yang tidak dekat antara pembuat dan pengguna informasi
b. Sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi
c. Jumlah data yang sangat besar
d. Transaksi pertukaran yang kompleks.
2. Untuk mengurangi risiko informasi tersebut, yang bisa kita lakukan:
a. Verifikasi informasi oleh pengguna
b. Resiko ditanggung bersama oleh pembuat dan pengguna
c. Audit atas laporan keuangan.
Apa beda auditing sama akuntansi?
b. PERBEDAAN AUDITING DENGAN AKUNTANSI
1. Auditing itu:
a. Proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
b. Tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
c. Yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen
d. Untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan.
2. Sedangkan, Akuntansi itu:
a. Proses pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran
b. Kejadian-kejadian ekonomi
c. Dalam bentuk yang teratur dan logis
d. Dengan tujuan menyampaikan informasi keuangan
e. Yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
Jadi, akuntansi berfungsi menyajikan informasi kuantitatif untuk pengambilan keputusan, sedangkan dalam
auditing, aturan-aturan akuntansi menjadi kriteria untuk membandingkan kesesuaian informasi.
c. JENIS-JENIS AUDIT:
1. Audit laporan keuangan, bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan menurut
prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Audit operasional, bertujuan untuk menelaah prosedur dan operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi,
ekonomis, dan efektifitasnya. (3E)
3. Audit ketaatan, bertujuan untuk mempertimbangkan apakah auditee telah mengikuti prosedur atau aturan
yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas.
d. JENIS-JENIS AUDITOR:
1. Akuntan publik terdaftar (Certified Publik Accountant), yakni auditor yang memiliki tanggung jawab atas
kinerja audit laporan keuangan bagi semua perusahaan publik, perusahaan besar, perusahaan kecil, dan
perusahaan nirlaba.
2. Auditor pemerintah (General Accounting Office Auditors), yakni auditor yang mempunyai tanggung jawab
mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan dari program/proyek pemerintah.
3. Auditor pajak (Internal Revenue Agents), yakni auditor yang bertanggung jawab melaksanakan pemeriksaan
atas tercapainya penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan
perpajakan.
4. Auditor intern (Internal Auditors), yaitu auditor yang bekerja di suatu perusahaan untuk melaksanakan audit
bagi kepentingan manajemen perusahaan.
e. SYARAT AKUNTAN PUBLIK TERDAFTAR:
1. Merupakan lulusan fakultas ekonomi jurusan akuntansi dari universitas negeri yang telah mendapat
persetujuan dari panitia ahli persamaan ijazah akuntan
2. Mengikuti ujian negara akuntansi untuk sarjana swasta atau negeri yang belum diakui
3. Mengikuti sertifikasi akuntan publik
4. Memiliki pengalaman kerja pada KAP atau BPKP minimal 3 tahun.
f. HAL-HAL YANG MENYEBABKAN RESIKO INFORMASI:
1. Hubungan yang tidak dekat antara pembuat dan pengguna informasi
2. Sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi
3. Jumlah data yang sangat besar
4. Transaksi pertukaran yang kompleks
g. HAL-HAL YANG DILAKUKAN UNTUK MENGURANGI RESIKO INFORMASI:
1. Verifikasi informasi oleh pengguna
2. Resiko ditanggung bersama oleh pembuat dan pengguna
3. Audit atas laporan keuangan
LAPORAN AUDIT
a. Bagian Dari Laporan Audit Diantaranya:
1. Judul laporan: harus memuat kata “independen”
2. Alamat yang dituju laporan audit: kepada siapa audit ditujukan
3. Paragraf pendahuluan:
a. menyatakan bahwa KAP bersangkutan telah melaksanakan audit
b. menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit termasuk pencantuman tanggal neraca, periode
akuntansi laporan laba rugi dan arus kas
c. tanggung jawab auditor dan auditee.
4. Paragraf lingkup audit (scope) berisi pernyataan faktual tentang apa saja yang dilakukan dalam audit:
a. pernyataan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan standar profesional akuntan publik
b. audit telah dirancang untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan terhindar dari salah saji
material.
c. pengumpulan bukti audit serta pernyataan bahwa auditor merasa yakin bukti tersebut memberi dasar
memadai untuk pernyataan pendapat.
5. Paragraf pendapat: merupakan opini auditor terhadap penyajian laporan keuangan.
6. Tanda tangan dan nama akuntan publik: menunjukkan nama partner yang bertanggung jawab secara hukum
dan jabatan atas mutu audit menurut standar professional.
7. Tanggal laporan audit: tanggal saat auditor menyelesaikan bagian terpenting dari proses audit di lapangan,
menunjukkan kapan saat terakhir auditor masih bertanggung jawab atas subsequent events laporan
keuangan.
b. Jenis-Jenis Laporan Audit:
1. Wajar tanpa pengecualian (unqualified): auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar.
2. Wajar dengan pengecualian (qualified): auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar kecuali untuk pos tertentu.
3. Tidak memberikan pendapat (disclaimer): auditor tidak dapat memberikan kesimpulan atas laporan
keuangan.
4. Tidak wajar (disclaimer): auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
c. Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian:
1. Semua elemen laporan keuangan yang diperlukan (neraca, arus kas, laba rugi, dll) telah tercakup dalam
laporan keuangan (lengkap)
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan
3. Bahan bukti yang cukup memadai telah dikumpulkan dan auditor tsb telah melaksanakan penugasan dengan
cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
terpenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan GAAP
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan tambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat dalam
laporan.
d. Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan Atau
Modifikasi Kalimat:
1. Tidak adanya konsistensi dalam penyajian laporan keuangan
2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan
3. Auditor setuju atas penyimpangan dari GAAP
4. Penekanan pada suatu masalah
5. Laporan melibatkan auditor lainnya.
e. Kondisi Yang Menyebabkan Penyimpangan Dari Pernyataan Audit Standar:
1. Ruang lingkup audit dibatasi
2. Penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan GAAP
3. Auditor merasa tidak indepeden.
f. Tingkatan Materialitas:
1. Jumlahnya tidak material
2. Jumlahnya material namun tidak mempengaruhi keseluruhan laporan keuangan
3. Jumlahnya sangat material dan mempengaruhi keseluruhan laporan keuangan.
Kesalahan penyajian laporan keuangan dapat dianggap material jika kesalahan penyajian tersebut dapat
mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna laporan.
g. Hal-Hal Yang Mungkin Dipertimbangkan Dalam Menentukan Materialitas:
1. Jumlah nilai/ukuran
2. Pengaruhnya dalam pengambilan keputusan
3. Hakikat kesalahan (mis: penghindaran pajak walau jumlahnya kecil namun dianggap material).
h. Berbagai Jenis Laporan Audit Pada Berbagai Kondisi:
Kondisi yang memerlukan Tingkat Materialitas
laporan audit bentuk baku
dengan paragraf penjelasan
Tidak Material Material
atau modifikasi kalimat
Tidak ada konsistensi Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
penjelasan
Ketidakpastian atas kelangsungan Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
hidup perusahaan penjelasan
Auditor setuju atas penyimpangan Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
dari GAAP penjelasan
Penekanan pada suatu masalah Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
penjelasan
Materialitas
Sangat material
Kondisi yang memerlukan
Material namun tidak sehingga
penyimpangan dari laporan Tidak
mempengaruhi keseluruhan kewajaran seluruh
audit bentuk baku Material
laporan keuangan laporan keuangan
dipertanyakan
Ruang lingkup auditor terbatas Menolak
Wajar tanpa Wajar dengan pengecualian atas
memberikan
pengecualian lingkup, paragraf tambahan
pendapat
Penyajian laporan keuangan tidak Wajar tanpa Wajar dengan pengecualian atas
Tidak wajar
sesuai dengan GAAP pengecualian lingkup, paragraf tambahan
Auditor merasa tidak indepeden Menolak memberikan pendapat
KEWAJIBAN HUKUM
a. Kewajiban Hukum Auditor Kepada Klien:
mencegah penipuan dan/atau pelanggaran kontrak yang bisa mempengaruhi hasil-hasil pekerjaan.
b. Penyebab Utama Tuntutan Hukum Terhadap Kap
Kurangnya pemahaman pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis , kegagalan audit,
dan risiko audit
Definisi berikut akan menjelaskan perbedaannya:
1. kegagalan bisnis, terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya .
2. kegagalan audit, terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat yang salah karena gagal memenuhi syarat -
syarat GAAS .
3. risiko audit, terjadi jika auditor menyimpulkan laporan keuangan secara wajar sedangkan kenyataannya
laporan tersebut salah saji material .
Standar ketelitian yang sering disebut konsep kehati-hatian (prudent person) menjelaskan bahwa auditor hanya
menjamin itikad baik dan integritas dan bertanggung jawab atas kecerobohan, itikad buruk dan ketidakjujuran
dan auditor terbebas dari kerugian akibat kekeliruan dalam pertimbangan.
c. Bidang Kewajiban Menurut Audit Dapat Digolongkan Sebagai Berikut :
Kewajiban kepada klien
Kewajiban terhadap klien timbul karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati,
pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal menemukan defalkasi, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan
publik .
Apabila terdapat tuntutan, auditor dapat mengajukan pembelaan yaitu :
1. Tidak adanya kewajiban melaksanakan pelayanan, dalam hal ini tidak dinyatakan dalam klausul .
2. Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan kerja , mengklaim telah mengikuti GAAS .
3. Kelalaian kontribusi, dalam hal ini menjamin jika klien melakukan kewajiban tertentu ,tidak akan terjadi
kerugian
4. Ketiadaan hubungan timbal balik, antara pelanggaran auditor terhadap standar kesungguhan dengan
kerugian yang dialami klien
tiga kewajiban di bawah hanya untuk informasi karena berlaku di USA.
1. Kewajiban terhadap pihak ketiga menurut Common Law
Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir dan kreditor lain,
karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Doktrin ultramares, Kewajiban yang timbul kepada pihak ketiga primary beneficiary atau orang yang harus
diberikan informasi audit
b. Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan keputusannya pada laporan
keuangan .
c. Foreseeable user’s, pemakai yang dapat diketahui lebih dahulu mempunyai hak yang sama dengan
pemakai laporan keuangan yang mempunyai hubungan kontrak .
2. Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal
a. Securities Act tahun 1933, persyaratan pelaporan untuk perusahaan yang mengeluarkan efek-efek baru.
Peraturan membolehkan pihak ketiga menggugat auditor jika laporannya menyesatkan dan tidak
mempunyai beban pembuktian hal tersebut, sementara auditor dapat membela jika audit telah memadai
dan pemakai laporan tidak menderita kerugian.
b. Securities Exchange Act tahun 1934, persyaratan penyampaian laporan tahunan setiap perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan di bursa. Akibat tuntutan ini SEC dapat mencabut ijin praktek dari KAP yang
yang melakukan kesalahan.
c. Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act 1970, peraturan ini ditujukan untuk kriminalitas tetapi
auditor sering dituntut berdasarkan peraturan ini .
d. Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977, larangan pemberian uang suap kepada pejabat di luar negeri
untuk mendapatkan pengaruh dan mempertahankan hubungan usaha.
3. Kewajiban kriminal Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts, Securuties Acts 1933 dan
1934, Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute menyebutkan bahwa menipu orang lain
dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu adalah perbuatan kriminal .
d. Tanggung Jawab Kerahasiaan
Beberapa tuntutan yang terjadi menuntut perlunya profesi auditing untuk meneliti peraturan perilaku yang
menyangkut kerahasiaan dan mencoba memperjelas persyaratan - persyaratan yang konsisten dengan common
law .
e. Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut :
1. Riset dalam auditing
2. Penetapan standar dan aturan.
3. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
4. Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat .
5. Melawan tuntutan hukum
6. Pendidikan bagi pemakai laporan
7. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
8. Perundingan untuk perubahan hukum .
f. Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiaban Hukum
Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah berikut :
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas
3. Mengikuti standar profesi
4. Mempertahankan independensi
5. Memahami usaha klien
6. Melaksanakan audit yang bermutu
7. Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai
8. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
10. Perlunya asuransi yang memadai; dan
11. Mencari bantuan hukum.
BUKTI AUDIT
bukti audit (evidence) adalah informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi kuantitatif
yang sedang diaudit disajikan sesuai kriteria yang ditetapkan.
a. Pertimbangan Dalam Pengumpulan Bukti Audit:
1. Prosedur audit yang digunakan
2. Besar sampel
3. Pos/unsur yang dipilih
4. Saat pelaksanaan prosedur audit
Kombinasi unsur di atas merupakan PROGRAM AUDIT, yaitu: gambaran rinci atas hasil 4 keputusan bahan bukti
untuk audit tertentu.
b. Prosedur Audit
Merupakan petunjuk rinci untuk pengumpulan jenis bahan bukti audit berupa pendekatan untuk merancang
pengujian atas transaksi yang menekankan pada pemenuhan tujuan pengendalian.
1. Periksa
2. Telaah sekilas (scan)
3. Baca
4. Hitung & Hitung ulang
5. Penjumlahan ke bawah (foot)
c. Persuasivitas Bukti Audit
Bukti audit yang cukup kompeten untuk mendukung opini yang diterbitkan. Terdiri atas:
1. Kompetensi: tingkat di mana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya.
Karakteristik kompetensi:
a. Relevansi; selaras atau relevan dengan tujuan audit
b. Independensi penyedia bukti
c. Efektivitas pengendalian intern
d. Pemahaman langsung auditor
e. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi
f. Tingkat obyektivitas
g. Ketepatan waktu.
2. Kecukupan: kecukupan ukuran sampel audit. Faktor yang mempengaruhi:
a. Ekspektasi auditor atas kemungkinan salah saji
b. Efektivitas pengendalian intern.
d. Persuasivitas Dan Biaya
Tujuan auditor adalah memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang
paling mungkin dicapai. Biaya tidak menjadi pertimbangan yang memadai untuk menghilangkan prosedur yang
wajib dilakukan atau untuk tidak memilih ukuran sampel yang memadai.
e. Jenis Bahan Bukti (4pdkt):
1. Pemeriksaan Fisik : inspeksi/perhitungan aktiva berwujud oleh auditor
2. Pelaksanaan Ulang (reperformance)
3. Prosedur Analitis: perbandingan
4. Pengamatan (observasi)
5. Dokumentasi :Vouching
a. Dokumen internal: digunakan dlm organisasi klien sendiri,tdk pernah disampaikan ke pihak luar
b. Dokumen eksternal: pernah berada pada pihak luar
6. Konfirmasi
a. Positif: merespon dalam semua keadaan
b. Negatif: merespon hanya saat informasi tidak benar
c. Blank confirmation: konfirmasi positif dengan form kosong
7. Tanya Jawab (wawancara-inquiry)
Efektivitas SPI klien mempunyai pengaruh yang besar pada keandalan kebanyakan jenis bahan bukti. Jenis bahan
bukti tertentu jarang mencukupi sendiri kemampuan untuk memberi keyakinan memadai.
f. Cara Memperoleh Bukti:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman SPI dokumentasi, pengamatan, inquiry
2. Pengujian pengendalian dokumentasi, pengamatan, inquiry, pelaksanaan ulang
3. Pengujian Substantif atas transaksi inquiry, prosedur analitis
4. Pengujian terinci atas saldo cek fisik, konfirmasi, dokumentasi, inquiry, pelaksanaan ulang.
g. Biaya Dari Jenis-Jenis Bukti
1. Paling mahal: pengujian fisik dan konfirmasi
2. Moderat: dokumentasi dan prosedur analitis
3. Paling rendah: observasi, wawancara, hitung uji.
h. Dokumentasi Audit
catatan yang disimpan auditor dari prosedur yang diterapkan, ujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang berhubungan yang dicapai dalam perjanjian.
Tujuan dokumentasi audit:
1. Menyediakan jaminan yang wajar bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai standar audit yang
diterima umum
2. Membantu menentukan laoran audit yang tepat untuk dibuat dalam sekumpulan keadaan tertentu
3. Mengevaluasi memadainya cakupan audit dan kewajaran laporan keuangan.
i. Arsip Audit
1. Arsip Permanen: mengandung data yang sifatnya historis atau berlanjut yang berhubungan dengan audit saat
ini, meliputi:
a. Salinan dokumen perusahaan yang terus menerus penting cth: anggaran rmh tangga, kontrak
b. Analisis dari tahun sebelumnya, dari akun yang senantiasa penting bagi auditor
c. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman internal control dan penilaian risikonya
d. Hasil prosedur analitis atas audit tahun sebelumnya.
2. Arsip Sekarang: semua dokumentasi audit yang bisa diterapkan ke tahun audit, meliputi:
a. Program audit
b. Informasi umum
c. Neraca saldo berjalan
d. Penyesuaian dan reklasifikasi ayat jurnal
e. Jadwal pendukung.
j. Persiapan Dokumentasi Audit
1. Setiap arsip audit harus diidentifikasikan dengan benar dengan informasi seperti nama klien, periode,
gambaran isi, dll.
2. Dokumentasi audit harus diberi indeks dan direferensi-silang untuk membantu dalam mengatur dan
mengarsip
3. Dokumen audit harus lengkap dan jelas menunjukkan pekerjaan audit yang dilakukan
4. Dokumen audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan yang dirancang
5. Kesimpulan yang dicapai harus dinyatakan dengan tegas.
𝑨𝑨𝑹
𝑷𝑫𝑹 =
𝑰𝑹 × 𝑪𝑹
PDR: (Planned Detection Risk), adalah risiko bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal
menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi.
AAR: (Acceptable Audit Risk), adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan
keuangan salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan laporan wajar tanpa
pengecualian telah diberika
IR: (Inherent Risk), adalah penetapan auditor akan kemungkinan salah saji dalam segmen audit
yang melewati batas toleransi sebelum memperhitungkan faktor efektivitas SPI.
CR: (Control Risk), adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan salah saji yang melewati
batas toleransi yang tidak terdeteksi SPI.
h. Planned Detection Risk
1. Tergantung pada ketiga faktor lainnya
2. Menentukan nilai bukti substantif yang direncanakan untuk dikumpulkan. Jadi, banyak bukti yang
dikumpulkan berbanding terbalik dengan PDR.
i. Risiko Perjanjian (Engagement Risk)
adalah risiko yang akan diderita auditor atau KAP akibat hubungan dengan klien, walaupun laporan audit telah
dibuat dengan benar.
j. Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Akseptibilitas Audit (Aar)
1. Derajat kebergantungan para pengguna eksternal pada laporan keuangan
2. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah penerbitan laporan audit
3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen.
k. Tiga Kondisi Yang Umumnya Hadir Saat Salah Saji Material Disebabkan Oleh
Kecurangan
1. Insentif/tekanan
2. Kesempatan
3. Rasionalisasi.
l. Merespon Risiko Kecurangan
1. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mengarah kepada risiko kecurangan yang teridentifikasi
2. Mengubah keseluruhan perilaku audit untuk merespon risiko kecurangan yang teridentifikasi
3. Melakukan prosedur untuk mengarahkan risiko manajemen menguasai.
m. Faktor Yang Harus Ditelaah Dalam Menentukan Risiko Bawaan (Ir):
1. Sifat usaha klien
2. Integritas manajemen
3. Motivasi klien
4. Hasil audit sebelumnya
5. Penugasan pertama atau ulang
6. Hubungan istimewa
7. Transaksi tidak rutin
8. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi secara benar
9. Kerentanan thd kecurangan
10. Unsur-unsur populasi.
n. Hubungan Risiko Dengan Bukti Audit
Situasi AAR IR CR PDR Jumlah Bukti
yang
Diperlukan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi TInggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang
o. Hubungan Antara Risiko, Materialitas, Dan Bukti Audit
Risiko merupakan pengukuran atas ketidakpastian, materialitas merupakan pengukuran atas besaran atau
ukuran. Risiko dan materialitas mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu.
p. MEngevaluasi Hasil
𝑨𝒄𝑨𝑹 = 𝑰𝑹 𝒙 𝑪𝑹 𝒙 𝑨𝒄𝑫𝑹
AcAR: (Achieved Audit Risk), adalah risiko suatu akun dalam laporan keuangan mengandung salah
saji material setelah auditor melakukan pengumpulan bukti audit
AcDR: (Achieved Detection Risk), adalah risiko bukti audit yang dikumpulkan bagi suatu segmen
tidak dapat mendeteksi salah saji yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat diterima,
jika memang salah saji seperti itu ada. AcDR dapat dikurangi dengan mengumpulkan bukti
substantif
Berdasarkan penelitian, penggunaan formula ini kurang tepat karena mengakibatkan diperolehnya AcDR yang
lebih rendah daripada yang seharusnya. Tiga cara untuk mengurangi tingkat AcDR hingga mencapai tingkat risiko
yang dapat diterima:
1. Mengurangi Inheren Risk
2. Mengurangi Control Risk
3. Meningkatkan pengujian substantif.
q. Merevisi Risiko Dan Bukti Audit
1. Merevisi penilaian awal tentang tingkat risiko yang tepat
2. Mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut terhadap kebutuhan akan bukti audit, tanpa mempergunakan
model risiko audit.
Dokumenta
Pemeriksaa
Pengamata
Pelaksanaa
Konfirmasi
Prosedur
Jenis pengujian
dengan
n ulang
analitis
jawan
Tanya
n fisik
klien
si
n
Prosedur untuk mendapat pemahaman atas SPI V V V
Test of Control V V V V
Substantive test of transactions V V V
Analytical Procedures V V
Test of Details of Balances V V V V V
c. Hubungan Pengujian Dan Biaya
Jenis pengujian dari biaya rendah ke tinggi : Analytical Procedures Prosedur untuk memperoleh pemahaman
atas SPI Test of Control Substantive test of transactions Test of Details of Balances.
d. Hubungan Analytical Procedure Dan Substantive Test
Ketika fluktuasi prosedur analitis tidak biasa dikenali, uji substantif dan uji rincian saldo harus dilakukan untuk
menentukan apakah salah saji moneter sudah benar-benar terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis dan
percaya kemungkinan salah saji material kecil, uji substantif lainnya dapat dikurangi.
e. Hubungan Test Of Control Dan Substantive Test:
Perbedaan makna penyimpangan :
1. Test of control indikasi kemungkinan kekeliruan atau ketidakberesan yang mempengaruhi nilai rupiah
Laporan Keuangan
2. Substantive Test salah saji Laporan Keuangan.
f. Trade-Off Test Of Control Dan Substantive Test
Dalam perencanaan, dibuat keputusan : apakah CR dapat ditetapkan di bawah maksimum dilaksanakan Test of
control untuk mendukung CR yang ditetapkan jika CR rendah, PDR ditingkatkan sehingga Substantive Test
dapat dikurangi.
g. Perancangan Program Audit
1. Pengujian atas transaksi
Mencakup bagian penjelasan yang diperoleh mengenai struktur pengendalian internal, gambaran prosedur
yang dilaksanakan untuk memahaminya, dan rencana CR yang ditetapkan.
2. Prosedur analitis
a. tahap perencanaan membantu auditor menentukan bukti lain yang diperlukan untuk memenuhi PDR
b. tahap pelaksanaan bersama dengan test of transaksi dan test of balances
c. tahap penyelesaian pengujian kelayakan akhir.
3. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian terinci atas saldo paling sukar pada saat perencanaan, subyektif, dan perlu pertimbangan
profesional, meliputi:
a. Tentukan materialitas serta tetapkan AAR dan IR untuk A/R
b. Tetapkan CR
c. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis
d. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit.
H. Ikhtisar Proses Audit
1. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit
a. Perencanaan awal
b. Dapatkan informasi tentang latar belakang
c. Dapatkan informasi tentang kewajiban hukum klien
d. Laksanakan prosedur analistis pendahuluan
e. Tentukan materialitas dan tetapkan AAR dan IR
f. Memahami Struktur PI dan menetapkan
g. Kembangkan rencana dan program audit secara menyeluruh
2. Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
a. Merencanakan untuk mengurangi tingkat CR yang ditetapkan; bila tidak ke langkah 2.c.
b. Lakukan Test of control untuk mendapatkan bahan bukti yang mendukung kebijakan dan prosedur
pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat CR yang ditetapkan
c. Lakukan substantive test of transaction untuk memperoleh bukti yang mendukung kebenaran
moneter transaksi
d. Tetapkan kemungkinan salah saji dalam Laporan Keuangan rendah, sedang, tinggi atau tidak
diketahu
3. Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas sal do
a. Tujuan : memperoleh bahan bukti tamb yang cukup untuk menentukan. Apakah saldo akhir dan cat.
kaki pada Laporan Keuangan dinyatakan dengan wajar.
b. Luas dan sifat pengujian tgt hasil pada tahap I dan II.
Langkah :
Lakukan prosedur analitis prosedur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan menyeluruh
transaksi dan saldo
Lakukan pengujian terinci atas saldo prosedur khusus yang diarahkan untuk menguji
kekeliruan moneter dalam saldo Laporan Keuangan.
Lakukan pengujian terinci tambahan dari uji petik
4. Penyelesaian audit dan penerbitan laporan
a. Telaah kewajiban bersyarat kewajiban potensial yang harus diungkapkan dalam footnote; sebagian
dicari dalam tahap I s.d. II dengan tambahan pengujian pada tahap IV
b. Telaah peristiwa kemudian sesudah tanggal neraca sebelum tanggal laporan/ audit yang
mempengaruhi informasi yang disajikan
c. Kumpulkan bahan bukti akhir prosedur analitisa akhir: evaluasi asumsi kelangsungan hidup,
mendapatkan surat pernyataan klien, dan membaca informasi dalam laporan tahunan untuk
menjamin konsistensi Laporan Keuangan
d. Evaluasi hasil
e. Terbitkan laporan audit jenis laporan audit tergantung bahan bukti yang dikumpulkan dan temuan
audit
f. Bicarakan dengan komite audit dan manajemen untuk masalah SPI atau masalah lain saat
penyelesaian audit atau sesudahnya; dan dibuat usulan perbaikan kinerja bisnis.
Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka acuan audit. Terdapat
perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas. Yaitu identifikasi kelemahan struktur pengendalian
intern yang meningkatkan kemungkinan terjadinya fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
auditor terhadap hal ini antara lain:
1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi uang yang paling sulit dideteksi
auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah menelusuri dari nota pembayaran yang prenumbered atau
daftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan kas dan buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa
pengujian ini akan efektif kalau kas didaftar di cash register tape
2. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas telah disetor ke
rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan adalah rekonsiliasi bank
3. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah menangguhkan pencatatan penerimaan
piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas. Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini
auditor bahwa struktur pengendalian intern penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak adanya
pemisahan tugas antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan dengan orang yang mencatat
penerimaan dari piutang tersebut.
i. Pengujian Audit Atas Piutang Tak Tertagih
Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang tak tertagih adalah keberadaan dari
penghapusan piutang tak tertagih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan klien untuk
menutupi defalkasi atas kas dengan menghapus piutang yang telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Yang
harus diperhatikan terhadap pengendalian intern pos ini adalah otorisasi yang pantas atas penghapusan piutang
oleh tingkat manajemen yang telah ditentukan setelah suatu penyelidikan general tentang alasan mengapa
pelanggan tidak dapat membayar.
j. Pengendalian Intern Tambahan Atas Transaksi-Transaksi Neraca
Pengendalian intern penjualan dan penerimaan kas di luar dari lima transaksi yang berkaitan dengan siklus
tersebut, yaitu nilai yang dapat direalisasi (realizable value), hak dan kewajiban, serta penyajian da
pengungkapan. Realizable value merupakan unsur yang penting, karena kolektibilitas piutang sering menjadi
perhatian utama suatu business entity. Pengendalian yang lazim adalah:
1. Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang,
2. Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur oleh orang yang berwenang dan direview dengan
semestinya
3. Kebijakan penghapusan piutang yang tidak tertagih.
Transaksi pengeluaran kas Kalkulasi dan jumlah Periksa indikasi Bandingkan cek yang
dicatat secara akurat harus diverifikasi verifikasi internal dibatalkan dengan jurnal
(akurasi) internal perolehan terkait dengan
entri jurnal pengeluaran
kas
Rekonsiliasi bank tiap Periksa rekonsiliasi Hitung ulang potongan
bulan oleh orang yang bank dan kas
independen observasi Siapkan bukti
persiapannya pengeluaran kas
Transaksi diklasifikasikan Bagan akun memadai Periksa pedoman Bandingkan klasifikasi
dengan benar (klasifikasi) prosedur dan dengan bagan akun
bagan akun dengan mengacu kepada
Verifikasi internal atas Periksa indikasi faktur pemasok
klasifikasi verifikasi internal
Transaksi dicatat pada Prosedur Periksa pedoman Bandingkan tanggal pada
tanggal yang benar (tepat mengharuskan pen- prosedur dan cek yang dibatalkan
waktu) catatan transaksi amati kapan dengan jurnal
sesegera mungkin pembukuan pengeluaran kas
setelah barang dan dilakukan
jasa diterima Periksa indikasi Bandingkan tanggal cek
Tanggal diverifikasi verifikasi internal yang dibatalkan dengan
internal tanggal pembatalan bank
Transaksi perolehan Verifikasi intern atas Periksa indikasi Uji akurasi klerikal de-
dimasukkan dengan isi berkas induk verifikasi internal ngan menghitung pen-
semestinya ke dalam berkas penggajian jumlahan ke bawah jurnal
induk hutang usaha dan Berkas induk Periksa inisial atas penggajian dan
persediaan serta penggajian akun buku besar menelusuri posting ke
diikhtisarkan dengan benar dibandingkan dengan yang mengindikasi buku besar dan berkas
(posting dan total buku besar perbandingan induk hutang usaha
pengikhtisaran)
MENYELESAIKAN AUDIT
a. Tahap Menyelesaikan Audit
melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan
mengevaluasi hasil
d. Kewajiban Kontinjensi
adalah kemungkinan potensi kewajiban di masa mendatang kepada pihak ketiga untuk jumlah yang tidak
diketahui sebagai akibat aktivitas yang telah terjadi. Kondisi yang menyebabkan adanya kewajiban bersyarat :
1. Terdapat kemungkinan pembayaran dimasa datang kepada pihak ketiga akibat kondisi saat ini
2. Terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran di masa datang
3. Hasilnya akan ditentukan oleh peristiwa di masa datang
e. Tiga Tingkat Kemungkinan (Fasb 5) :
1. Tinggi (probable) peristiwa mendatang mungkin terjadijika dapat diestimasi jumlahnya dengan wajar , akun2
laporan keuangan disesuaikan; jika tidak dapat, cukup pengungkapan CaLK
2. Sedang (reasonably possible) kemungkinan terjadi lebih besar dari remote tetapi lebih kecil dari
probablepengungkapan CaLK
3. Rendah (remote) kesempatan terjadinya peristiwa di masa datang rendahtidak perlu pengungkapan
f. Kewajiban Kontinjensi
yang merupakan kepentingan utama auditor :
1. Pending litigation atas paten,kewajiban produk,atau tindakan lain
2. Perselisihan mengenai pajak penghasilan
3. Garansi barang
4. Wesel tagih didiskontokan
5. Jaminan atas kewajiban pihak lain
6. Saldo yang belum digunakan dalam letter of credit yang outstanding
g. Tujuan Utama Auditor Dalam Verifikasi Kewajiban Kontinjensi
1. Klasifikasi penyajian dan pengungkapan
2. Kelengkapan peyajian dan pengungkapan
h. Prosedur Audit Yang Lazim Digunakan Untuk Mencari Kewajiban Bersyarat:
1. Tanya jawab dengan manajemen (lisan atau tulisan) mengenai kemungkinan kewajiban kontinjensi yang belum
dicatat
2. Telaah surat ketetapan pajak untuk melihat penyelesaian perselisihan atas pajak penghasilan
3. Telaah notulen rapat direksi, komisaris, pemegang saham atas adanya indikasi tuntutan atau kewajiban lain
4. Analisa beban hukum untuk periode yang diaudit dan telaah faktur dan pernyataan dari penasehat hukum atas
adanya indikasi kewajiban kontinjensi khususnya tuntutan dan penetapan pajak yang ditunda
5. Dapatkan konfirmasi dari seluruh pengacara utama mengenai status kewajiban kontinjensi
6. Telaah kertas kerja yang ada mengenai informasi yang menunjukkan potensi hal bersyarat
7. Dapatkan letter of credit dekat tanggal neraca dan konfirmasi saldo yang digunakan maupun belum.
i. Tanya Jawab Dengan Penasihat Hukum Klien
Prosedur utama untuk mengungkapkan kewajiban kontinjensi adalah surat konfirmasi dari penasehat hukum
klien yang memberitahukan auditor atas perkara yang tertunda atau informasi lain yang melibatkan penasehat
hukum yang relevan kepada pengungkapan laporan keuangan. Sifat dari penolakan pengacara untuk
memberitahukan auditor informasi lengkap mengenai kewajiban hukum dibagi menjadi dua kategori :
1. Penolakan akibat tidak adanya pengetahuan mengenai hal yang melibatkan kewajiban kontinjensi
2. Penolakan untuk mengungkapkan informasi karena dipertimbangkan sebagai informasi yang rahasia.
Pengacara menolak menyediakan informasi kepada auditor mengenai tuntutan yang secara material ada
(asserted claims) atau unasserted claims, laporan audit harus dimodifikasi untuk mencerminkan tidak tersedianya
bahan bukti. Surat konfirmasi standar dari pengacara harus mencakup informasi :
1. Daftar perkara tertunda yang material,klaim,atau penetapan yang telah melibatkan pengacara
2. Daftar klaim material yang belum didaftarkan dan taksirannya
3. Permintaan informasi mengenai perkembangan masing-masing klaim, kemungkinan hasil yang tidak
menguntungkan dan estimasi jumlah potensi kerugian
4. Permintaan pernyataan bahwa daftar klien telah lengkap
5. Pernyataan tangungjawab pengacara untuk memberitahukan manajemen apabila dalam pertimbangan
pengacara terdapat masalah hukum yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan
6. Permintaan identifikasi dan menguraikan alasan atas adanya pembatasan jawaban pengacara.
Auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontinjensi maka harus mengevaluasi signifikansi dari potensi
kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan.
Auditor mempunyai tanggungjawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca
untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang mempengaruhi penilaian atau pengungkapan atas laporan
keuangan yang diaudit. Tanggung jawab auditor dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir
pada tanggal laporan audit.
j. JENIS-JENIS PERISTIWA KEMUDIAN Antara Lain :
1. Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak langsung terhadap laporan keuangan dan memerlukan
penyesuaian.
Peristiwa kemudian yang memerlukan penyesuaian atas saldo perkiraan dalam laporan keuangan periode
berjalan jika jumlahnya material :
a. Pengumuman pailit pelanggan
b. Penyesuaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari jumlah yang dicatat dalam buku
c. Pelepasan peralatan yang tidak digunakan dalam operasi pada harga dibawah nilai buku saat ini
d. Penjualan investasi pada harga dibawah harga perolehan yang dicatat
2. Peristiwa yang tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan tetapi pengungkapannya dianjurkan.
Peristiwa ini cukup diungkapkan dengan menggunakan catatan kaki, namun bila signifikan dibuat pelengkap
laporan keuangan historis berupa laporan yang memperhitungkan dampak peristiwa tersebut seandainya
telah terjadi pada tanggal neraca
Transaksi yang terjadi dalam periode berikutnya yang memerlukan pengungkapan dan bukan penyesuaian
dalam laporan keuangan :
a. Penurunan dalam nilai pasar efek-efek yang disimpan sebagai investasi sementara atau penjualan kembali
efek-efek
b. Penerbitan obligasi atau efek-efek ekuitas
c. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai konsekuensi tindakan pemerintah yang menghalangi penjualan
barang
d. Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
k. Prosedur Audit Untuk Menelaah Peristiwa Kemudian:
1. Prosedur terpadu sebagai bagian dari verifikasi atas saldo perkiraan akhir tahun meliputi pengujian pisah
batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari pengujian terinci atas saldo.
2. Prosedur yang dilaksanakan secara khusus dengan tujuan menemukan transaksi atau peristiwa yang harus
diakui sebagai peristiwa kemudian, untuk dimasukkan dalam saldo perkiraan tahun berjalan atau
diungkapkan dengan catatan kaki
a. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen
b. Berkorespondensi dengan pengacara
c. Mereview laporan internal yang disiapkan pada tanggal neraca
d. Mereview catatan yang disiapkan setelah tanggal neraca
e. Memeriksa risalah yang diterbitkan yang diterbitkan pada tanggal neraca
f. Memperoleh letter of representation.
Auditor menentukan bahwa peristiwa kemudian yang penting terjadi setelah pekerjaan lapangan
selesai,tetapi sebelum laporan audit diterbitkan.
3. Auditor memiliki dua pilihan untuk memperluas pengujian peristiwa kemudian
a. Memperluas semua pengujian peristiwa kemudian hingga ke tanggal yang baru
b. Membatasi review peristiwa kemudian pada persoalan yang berhubungan dengan peristiwa lanjutan yang
baru
Pilihan pertama mengubah tanggal laporan audit ke tanggal yang baru. Pilihan yang kedua, laporan audit
dengan tanggal ganda (dual-dated audit report), dua tanggal: tanggal yang pertama pada saat pekerjaan
lapangan selesai, kecuali untuk pengecualian tertentu, dan tanggal kedua;untuk pengecualian.
l. PENGUMPULAN BAHAN BUKTI AKHIR Meliputi :
1. Prosedur analitis akhir, digunakan sebagai bagian perencanaan audit, pelaksanaan dan penyelesaian audit.
2. Evaluasi atas asumsi kelangsungan hidup, auditor mengevaluasi apakah terdapat keraguan mengenai
kemampuan klien menjaga kelangsungan hidup paling tidak satu tahun setelah tanggal neraca
3. Memperoleh surat representasi manajemen, auditor perlu mendapatkan surat pernyataan yang
mendokumentasikan pernyataan lisan manajemen terpenting sepanjang audit. Penolakan menandatangani
surat pernyataan menyebabkan pemberian pendapat dengan pengecualian atau pernyataan tidak
memberikan pendapat.
4. Mempertimbangkan informasi yang menyertai laporan keuangan dasar.
5. Membaca Informasi lain dalam laporan tahunan. Dalam PSA 44 informasi lain adalah yang bukan bagian dari
laporan tahunan tapi diterbitkan bersamanya.
m. Tujuan Surat Representasi Manajemen :
1. Mengingatkan manajemen akan tanggungjawab mengenai asersi dalam laporan keuangan
2. Mendokumentasikan tanggapan manajemen atas pertanyaan mengenai berbagai aspek dari audit
3. Informasi lain dalam laporan tahunan
Surat manajemen diketik oleh klien(ttd, kop surat pny klien) tapi isinya disiapkan oleh auditor
n. Persoalan Khusus Yang Harus Dimasukkan Dalam Surat Manajemen
1. Laporan keuangan
2. Kelengkapan informasi
3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
4. Peristiwa kemudian
o. Mengevaluasi Hasil
Ditekankan pada kesimpulan yang ditarik melalui pengujian atas transaksi , prosedur analitis , pengujian terinci
atas saldo dari kelima siklus transaksi.
Aspek dari evaluasi :
1. Kecukupan bahan bukti untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah secara cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi penugasan dengan menggunakan Check list penyelesaian penugasan .
2. Bahan bukti yang mendukung pendapat auditor mencatat jejak kekeliruan dan menggabungkannya , biasanya
digunakan metode neraca lajur kekeliruan yang tidak disesuaikan atau ikhtisar penyesuaian yang mungkin .
3. Pengungkapan laporan keuangan auditor menggunakan daftar periksa pengungkapan laporan keuangan dan
harus ditambah dengan pengalaman dalam akuntansi .
4. Menelaah kertas kerja, Tujuannya :
a. Mengevaluasi pelaksanaan staf yang belum berpengalaman
b. Meyakinkan bahwa audit memenuhi standar pelaksanaan kantor akuntan publik.
c. Menetralkan kepemihakan yang seringkali masuk kedalam pertimbangan auditor .
5. Penelaahan Independen, tim audit harus dapat membenarkan bahan bukti yang dikumpulkan dan kesimpulan
yang ditarik berdasarkan situasi tertentu dari penugasan .
p. Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen .
1. Mengkomunikasikan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum. Dalam PSA 32 diwajibkan tanpa
memperhatikan materialitas, tujuannya untuk membantu komite audit dalam melaksanakan peranan
supervisi atas laporan keuangan yang andal .
2. Mengkomunikasikan kondisi SPI yang dapat dilaporkan .
3. Komunikasi lain dengan komite audit. PSA 48 meminta untuk semua penugasan dari BAPEPAM dan audit lain
dimann terdapat komite audit atau badan yang sejenis yang unsurnya meliputi :
a. Tanggung jawab auditor yang meliputi ; untuk mengevaluasi SPI dan konsep keyakinan memadai .
b. Pokok-pokok kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan .
c. Penyesuaian laporan keuangan yang signifikan .
d. Ketidaksepakatan dengan manajemen yang meliputi ruang lingkup,penerapan prinsip akuntansi, kalimat
laporan
e. Kesulitan dalam melaksanakan audit .
4. Surat kepada manajemen untuk memberikan rekomendasi akuntan publik untuk memperbaiki usaha klien .
q. Penemuan Fakta Kemudian
Auditor sebaiknya meminta klien menerbitkan dengan segera laporan keuangan yang direvisi yang berisi
penjelasan mengenai alasan revisi tersebut. Kalau laporan keuangan periode berikutnya telah selesai sebelum
laporan revisi diterbitkan dapat diungkapkan laporan periode berikutnya, kalau berhubungan dengan publik harus
memberitahukan BAPEPAM. Jika klien menolak auditor harus memberitahu dewan direksi dan komisaris.
Penemuan fakta kemudian yang memerlukan penerbitan kembali bukan berasal dari kejadian yang terjadi setelah
tanggal laporan auditor.
BAGIAN I: PENDAHULUAN
A. AUDIT SEKTOR PUBLIK VS. AUDIT SEKTOR PRIVAT
Keterangan Audit Sektor Publik Audit Sektor Privat
-Lembaga audit pemerintah (BPK)
Kantor Akuntan Publik
Pelaksana Audit -KAP yang ditunjuk oleh BPK (untuk dan atas nama
(KAP)
BPK)
Entitas, program, kegiatan, dan fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Perusahaan/entitas
Objek Audit
keuangan negara, sesuai dengan peraturan swasta
perundang-undangan
Standar Profesional
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang
Standar Audit yang Digunakan Akuntan Publik (SPAP)
dikeluarkan BPK
yang dikeluarkan IAI
Kepatuhan terhadap Merupakan faktor dominan karena kegiatan di sektor
Tidak terlalu dominan
Peraturan Perundang- publik sangat dipengaruhi oleh peraturan dan
dalam audit
undangan perundang-undangan
BAGIAN 2
BPK DAN KODE ETIK
A. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Organisasi pemeriksa menurut UU adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang Terdiri dari ketua, wakil
ketua, serta 7 anggota di mana ketua dan wakil ketua merangkap sebagai anggota.
Tugas BPK:
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh:
1. Pemerintah pusat (Pempus) 5. Badan Usaha Milik Negara/ Daerah
2. Pemerintah daerah (Pemda) (BUMN/BUMD)
3. Lembaga negara lainnya 6. Badan Layanan Umum (BLU)
4. Bank Indonesia (BI) 7. Lembaga/ badan lain yang mengelola
keuangan negara
Wewenang BPK (ringkasan UU No.15 tahun 2004):
1. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan
metode pemeriksaan, serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan
2. Meminta keterangan dan dokumen yang wajib diberikan oleh entitas yang diperiksa
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara (BMN), tempat
pelaksanan kegiatan, pembukuan, dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap
perhitungan-perhitungan dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara
4. Menetapkan jenis dokumen, data, informasi mengenai pengelolaan dan TJKN yang wajib disampaikan
kepada BPK
5. Menetapkan SPKN setelah konsultasi dengan Pemerintah
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan
7. Menggunakan tenaga ahli di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
10.Memberi pertimbangan atas rancangan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
BPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dibantu oleh Pelaksana BPK, yang terdiri atas
Sekretariat Jenderal, unit pelaksana tugas pemeriksaan, unit pelaksana tugas penunjang, perwakilan,
Pemeriksa, dan pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai kebutuhan.
Pemeriksa: orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan TJKN untuk dan atas nama BPK.
Pemeriksa merupakan jabatan fungsional, bisa berstatus sebagai PNS atau bukan PNS.
B. KODE ETIK
Kode etik bagi Anggota BPK dan Pemeriksa diatur dalam Peraturan BPK No 2 Tahun 2007. Majelis Kehormatan
Kode Etik BPK beranggotakan 5 orang, diantaranya terdiri dari 3 orang anggota BPK, seorang dari unsur
profesi, dan seorang dari kalangan akademisi.
Setiap Anggota BPK dan Pemeriksa wajib:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.
b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas.
d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK.
Nilai-nilai dasar:
1. Independensi
a. Bagi anggota BPK
1) Angota BPK wajib:
- Memegang sumpah dan janji jabatan.
- Bersikap netral dan tidak berpihak.
- Menghindari terjadinya benturan kepentingan.
- Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi obyektivitas.
2) Anggota BPK dilarang:
- Merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga/badan lain yang mengelola keuangan negara
dan perusahaan swasta nasional/asing
- Menjadi angota partai politik
- Menunjukkan sikap dap perilaku yang dapat menyebabkan orang lain meragukan
independensinya
b. Bagi Pemeriksa
1) Pemeriksa wajib:
- Bersikap netral dan tidak memihak.
- Menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam melaksanakan kewajiban
profesionalnya.
- Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi independensi.
- Mempertimbangkan informasi, pandangan dan tanggapan dari pihak yang diperiksa dalam
menyusun opini atau laporan pemeriksaan.
- Bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri.
2) Pemeriksa dilarang:
- Merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga/badan lain yang mengelola keuangan negara,
dan perusahaan swasta nasional atau asing.
- Menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan orang lain meragukan
independensinya.
- Tunduk pada intimidasi atau tekanan orang lain.
- Membocorkan informasi yang diperolehnya dari auditee.
- Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu, baik kepentingan pribadi
pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan hasil
pemeriksaan.
2. Integritas
a. Bagi anggota BPK
1) Angota BPK wajib:
- Bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan.
- Bersikap tegas dalam mengemukakan dan/atau melakukan hal-hal yang menurut
pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
- Bersikap jujur dengan tetap memegang rahasia pihak yang diperiksa.
2) Anggota BPK dilarang:
- Menerima pemberian dalam bentuk apapun (langsung/tak langsung) yang patut diduga dapat
mempengaruhi pelaksanaan tugas dan wewenangnya
b. Bagi Pemeriksa
1) Pemeriksa wajib:
- Bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
- Bersikap tegas untuk mengemukakan dan/ atau melakukan hal-hal yang menurut
pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
- Bersikap jujur dan terus terang tanpa harus mengorbankan rahasia pihak yang diperiksa.
2) Pemeriksa dilarang:
- Menerima pemberian dalam bentuk apapun (langsung/tak langsung) yang patut diduga dapat
mempengaruhi pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
- Menyalahgunakan wewenangnya sebagai pemeriksa guna memperkaya atau menguntungkan
diri sendiri atau pihak lain.
3. Profesionalisme
a. Bagi anggota BPK
Angota BPK wajib:
- Menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan.
- Menyimpan rahasia negara dan/ atau rahasia jabatan.
- Menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya
untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.
- Menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.
b. Bagi Pemeriksa
1) Pemeriksa wajib:
- Menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kecermatan.
- Menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan, rahasia pihak yang diperiksa dan hanya
mengemukakannya kepada pejabat yang berwenang.
- Menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya
untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.
- Menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.
- Mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan
negara.
- Memutakhirkan, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam
rangka melaksanakan tugas pemeriksaan.
- Menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara pemeriksa sehingga dapat
bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan tugas.
- Saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang timbul dala menjalankan tugas
pemeriksaan.
- Menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan ekonomis.
2) Pemeriksa dilarang:
- Menerima tugas yang bukan merupakan kompetensinya.
- Mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses pemeriksaan kepada pihak lain, baik
lisan maupun tertulis, kecuali untuk kepentingan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
- Mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan kepada media
massa kecuali atas ijin atau perintah ketua atau wakil ketua atau anggota bpk.
- Mendiskusikan pekerjaannya dengan auditee diluar kantor bpk atau kantor auditee.
BAGIAN 3
PENGANTAR SPKN DAN STANDAR UMUM
A. SEKILAS TENTANG SPKN
SPKN diatur dalam Peraturan BPK No.1 Tahun2007.
Istilah-istilah:
a. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
b. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) adalah unit organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
c. Satuan Pengawasan Intern adalah unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Pemeriksaan yang selanjutnya disebut PSP. SPKN yang
dimaksud terdiri atas Pendahuluan Standar Pemeriksaan dan 7 (tujuh) PSP.
PSP yang dimaksud terdiri dari:
1. Standar Umum (PSP 01)
2. Pemeriksaan Keuangan: - Standar Pelaksanaan (PSP 02)
- Standar Pelaporan (PSP 03)
3. Pemeriksaan Kinerja: - Standar Pelaksanaan (PSP 04)
- Standar Pelaporan (PSP 05)
4. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu: - Standar Pelaksanaan (PSP 06)
- Standar Pelaporan (PSP 07)
SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan serta
fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan TJKN sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
SPKN berlaku bagi:
1. BPK.
2. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan TJKN, untuk dan
atas nama BPK.
3. APIP, satuan pengawasan intern, maupun pihak lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam
menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.
BAGIAN 4
PEMERIKSAAN KEUANGAN
A. PENGANTAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
1. Pengertian dan Tujuan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas LK, dengan tujuan untuk memberikan keyakinan
yang memadai (reasonable assurance) apakah LK telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dengan memperhatikan :
a. Kesesuaian Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi.
b. Kecukupan pengungkapan.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Efektivitas sistem pengendalian intern.
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan (PSP No. 02)
a. standar pekerjaan lapangan yang ada dalam SPAP :
1) Perencanaan dan supervisi:
“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus disupervisi dengan semestinya.”
2) Pemahaman atas pengendalian intern
“Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.”
3) Bukti audit
“Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.”
b. standar pelaksanaan pemeriksaan tambahan yang dibentuk oleh BPK:
1) Komunikasi pemeriksa
Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, lingkup
pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang
diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan.
2) Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas
rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang
dilaksanakan.
3) Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya kecurangan, ketidakpatuhan dan
terjadinya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan
a) untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang
disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
b) Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa yang
merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan
c) pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan jika :
- informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, dan memberikan bukti yang berkaitan
dengan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh
material tetapi tidak langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan
keuangan
- timbul indikasi kecurangan serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian
laporan keuangan (untuk memastikan kecurangan telah terjadi dan menentukan
dampaknya terhadap kewajaran penyajian LK)
4) Pengembangan temuan pemeriksaan
Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk
mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.
5) Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk
kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan harus mendukung
opini, temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.
3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
a. standar pekerjaan lapangan yang ada dalam SPAP :
1) Laporan akuntansi harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang lazim.
2) Laporan harus menyatakan apakah prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan secara konsisten
dalam periode yang diperiksa dihubungkan dengan periode sebelumnnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dianggap memadai, kecuali dinyatakan
lain dalam laporan akuntansi.
4) Laporan akuntan harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau memuat penjelasan, bahwa pernyataan pendapat tidak dapat diberikan. Bila
pernyataan pendapat yang menyeluruh tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
b. standar pelaksanaan pemeriksaan tambahan yang dibentuk oleh BPK:
1) Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan.
LHP harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.
2) Pelaporan tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
LHP atas LK harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material
terhadap penyajian laporan keuangan. Ketentuan ini terdiri dari dua macam yaitu :
- Pelaporan Mengenai Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan
Ketidakpatutan.
- Pelaporan Langsung tentang Kecurangan dan atau Penyimpangan dari Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
3) Pelaporan tentang pengendalian internal.
Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern
atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”.
4) Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab.
LHP yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan
dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai
temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.
5) Pelaporan informasi rahasia.
Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan
hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut.
6) Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan.
LHP diserahkan kepada:
- lembaga perwakilan,
- entitas yang diperiksa,
- pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa,
- pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan,
- pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Tahap Pemeriksaan Keuangan
Perolehan yang dicatat adalah Keberadaan permintaan pembelian, order Periksa dokumen dalam Telaah jurnal perolehan, buku
barang dan jasa yang diterima pembelian, laporan penerimaan barang, dan voucher untuk keberadaan besar dan berkas induk hutang
(existence & occurrence) faktur pembelian yang dilampirkan pada usaha untuk jumlah yang besar dan
Transaksi perolehan yang ada Surat pesanan pembelian prenumbered & Hitung urutan pesanan Telusuri dari arsip laporan
perolehan
Transaksi telah dicatat dicatat Verifikasi intern atas perhitungan dan jumlah Periksa indikasi verifikasi Bandingkan transaksi yang dicatat
Transaksi diklasifikasikan dengan Bagan akun yang memadai Periksa pedoman prosedur Bandingkan klasifikasi dengan
Transaksi dicatat tepat waktu Prosedur mengharuskan pencatatan transaksi Periksa pedoman prosedur Bandingkan tanggal dari laporan
sesegera mungkin setelah barang dan jasa dan amati apabila terdapat penerimaan barang dan faktur
Transaksi perolehan dimasukkan Verifikasi intern atas isi berkas induk hutang Periksa indikasi verifikasi Uji akurasi klerikal dengan
F. POS NERACA
1. Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan harta yang dimiliki oleh pemda yang digunakan dalam kegiatan operasional
daerah dengan maksud untuk mencapai tujuan pemerintahan daerah.
Sasaran Pemeriksaan Aktiva Tetap
Sasaran pemeriksaan aktiva tetap ini didasarkan pada asersi-asersi atas laporan keuangan sebagai berikut.
1. Asersi keberadaan dan keterjadian.
2. Asersi kelengkapan.
3. Asersi hak dan kewajiban.
4. Asersi penilaian dan alokasi.
5. Asersi pelaporan dan pengungkapan.
Sifat Pemeriksaan atas Aktiva Tetap
Pemeriksaan aktiva tetap ini penting karena biasanya aktiva tetap merupakan kekayaan terbesar yang dimiliki
oleh suatu pemerintah daerah selain itu aktiva tetap adalah aset yang sangat rawan akan pencurian dan
inefisiensi.
Pengujian Substantif atas Saldo Aktiva Tetap
Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan atas aktiva pemerintah yang memiliki masa
manfaat lebih dari satu tahun. Rekening nominal yang berkaitan dengan aktiva tetap ini adalah biaya
depresiasi, biaya perbaikan, dan biaya sewa (leases).
Penetapan Risiko Deteksi
Jenis aktiva tetap yang berbeda memiliki risiko bawaan dan risiko pengendalian yang berbeda pula. Risiko
bawaan untuk tanah lebih rendah daripada risiko bawaan kendaraan dan bangunan.
Risiko pengendalian atas aktiva tetap umumnya rendah karena transaksi ini jarang terjadi dan terdapat
otorisasi pimpinan atas pembelian aktiva tetap. Walaupun risiko pengendalian rendah, auditor harus
menggunakan pendekatan pengutamaan pengujian substantifungsi Hal ini disebabkan karena transaksi
pembelian aktiva tetap secara individual memiliki pengaruh yang relatif material terhadap laporan keuangan.
Adapun langkah-langkah pengujian aktiva tetap adalah sebagai berikut.
a. Pertimbangan program pemeriksaan.
b. Verifikasi atas ketepatan skedul dan kesesuaian buku besar pembantu dengan saldo aktiva tetap.
c. Inspeksi penambahan aktiva tetap.
d. Memeriksa dokumen kepemilikan aktiva tetap.
e. Penelusuran penambahan aktiva tetap.
f. Penelusuran pelepasan atau penghentian aktiva tetap.
g. Menganalisis penjurnalan biaya perbaikan.
h. Menganalisis penjurnalan akumulasi depresiasi.
i. Menelaah penyajian dan pengungkapan LK.
2. Jasa Personalia
Sifat Siklus Personalia
Siklus jasa personalia adalah sangat penting karena masalah gaji, pph, dan biaya ketenagakerjaan lainnya
merupakan komponen biaya utama di hampir semua entitas. Selain itu, gaji merupakan titik rawan
terjadinya inefisiensi dan pencurian serta manipulasi kas melalui pembayaran fiktifungsi
Siklus Jasa Personalia
Transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi gaji. Transaksi tersebut mempengauhi berbegai rekening
sebagai berikut.
a. Biaya gaji.
b. Berbagai bentuk tunjangan.
c. Utang gaji.
d. Pajak penghasilan pegawai.
e. Rekening kas daerah.
Sasaran Pemeriksaan Siklus Personalia
Sasaran pemeriksaan siklus personalia dibedakan menurut asersi-asersi atas laporan keuangan yaitu
sebagai berikut.
a. Asersi keberadaan dan keterjadian.
b. Asersi kelengkapan.
c. Pernyataan hak dan kewajiban.
d. Pernyataan penilaian dan alokasi.
e. Pernyataan pelaporan dan pengungkapan.
Auditor menggunakan tiga jenis prosedur audit untuk menemukan bukti audit yang diperlukan guna
mencapai sasaran audit spesifik tersebut. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian internal.
2. Pengujian pengendalian.
3. Pengujian substantif
Materialitas, Risiko dan Strategi Pemeriksaan
Biaya gaji umumnya bersifat sangat material bagi entitas karena merupakan komponen biaya operasi
terbesar. Risiko bawaan mungkin saja sangat tinggi karena kompleksitas dalam perhitungan biaya gaji.
Walaupun demikian, risiko pengendalian atas siklus ini adalah relatif rendah.
Pertimbangan Struktur Pengendalian Internal
Pemahaman ini meliputi lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian.
Lingkungan pengendalian meliputi sebagai berikut.
a. Pertanggungjawaban urusan pegawai ada pada kepala bagian personalia.
b. Penggunaan biaya standar dan analisis varians.
c. Adanya auditor internal.
d. Praktik kebijakan ketenagakerjaan.
Sedangkan prosedur pengendalian meliputi sebagai berikut.
a. Otorisasi yang sehat.
b. Pemisahaan tugas yang memadai.
c. Penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.
d. Pengendalian atas akses.
e. Pelaksanaan pemeriksaan yang independen.
Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan risiko pengendalian merupakan proses evaluasi atas efektifitas kebijakan dan prosedur dari
strutktur pengendalian internal dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya salah saji marterialdalam
laporan keuangan. Proses penentuan risiko pengendalian meliputi identifikasi salah saji potensial,
pengendalian yang perlu, dan pengujian pengendalian yang mungkin dilakukan.
Pengujian Substantif atas Saldo Jasa Personalia
Dalam merancang pengujian substantif, pertama kali akuntan harus menentukan tingkat risiko deteksi
untuk masing-masing asersi. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada bersarnya risiko audit yang
ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian.
3. Siklus Saldo Kas
Saldo kas dihasilkan oleh pengaruh kumulatif dari siklus belanja, investasi, dan jasa personalia.
Sasaran Pemeriksaan Saldo Kas
Sasaran pemeriksaan siklus ini ditentukan berdasarkan lima macam asersi atas laporan keuangan sebagai
berikut.
a. Asersi keberadaan dan keterjadian.
b. Asersi kelengkapan.
c. Asersi hak dan kewajiban.
d. Asersi penilaian dan alokasi.
e. Asersi pelaporan dan pengungkapan.
Materialitas, Risiko dan Bukti Pemeriksaan
Volume transaksi kas pada sebagian besar entitas adalah sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan
risiko bawaan siklus ini sangat tinggi. Tingginya risiko bawaan dari siklus ini menyebabkan banyak entitas
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal atas siklus ini untuk mencegah dan
mendeteksi terjadinya salah saji.
Proses Pemeriksaan
Proses pemeriksaan siklus saldo kas adalah sebagai berikut.
a. Lakukan pengamatan terhadap pemisahaan fungsi penyimpanan kas dengan fungsi pencatatan kas.
b. Lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang melindungi pemegang kas dari
kemungkinan pencurian dan perampokan kas yang disimpannya.
c. Mintalah salinan notulen rapat pimpinan mengenai pembukuan dan penutupan rekening bank.
d. Ambil sampel bukti kas masuk.
e. Ambil sampel bukti kas keluar yang sudah dibayarkan.
f. Ambil berita acara perhitungan kas.
Pengujian Substantif atas Saldo Kas
Berikut adalah prosedur pengujian substantif atas saldo kas.
1. Verifikasi atas ketepatan saldo kas dan skedul kas.
2. Penerapan prosedur analitis.
3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas.
4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas.
5. Konfirmasi saldo simpanan dan pinjaman bank.
6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank.
7. Melaksanakan pemindaian, penelaahan atau pembuatan rekonsiliasi bank.
8. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank.
9. Melakukan pengujian pisah batas penerimaan kas.
10. Mengusut transfer bank.
11. Menyiapkan pembuktian kas.
12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping
Lapping merupakan suatu pencatatan penerimaan kas yang tidak lengkap dan fiktif secara sengaja, yang
menyebabkan ketidaktepatan dalam jumlah penerimaan kas. Lapping dapat diminimalkan dengan cara
menerapkan sistem pemisahan tugas yang memadai antara penerima/pemegang kas dengan pencatat
penerimaan kas. Pengujian untuk mendeteksi lapping dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi
kas mendadak dan rekonsiliasi rincian jurnal penerimaan kas dengan rincian setoran harian ke bank.
BAGIAN 5
PEMERIKSAAN KINERJA
A. PENGANTAR PEMERIKSAAN KINERJA
1. Pengertian dan tujuan
Pengertian: pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek
ekonomi, efisiensi, serta efektivitas.
Pemeriksaan kinerja dapat memiliki lingkup yang luas atau sempit dan menggunakan berbagai
metodologi; berbagai tingkat analisis, penelitian atau evaluasi.
Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji:
a. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengendalian intern.
Hasil pemeriksaan kinerja: temuan, simpulan, dan rekomendasi.
Manfaat: menghasilkan informasi yang berguna untuk
a. meningkatkan kinerja suatu program;
b. memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi;
c. mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan pertanggungjawaban publik.
Tujuan:
a. mengukur sejauh mana suatu program mencapai tujuannya (efektivitas)
b. menilai apakah suatu entitas telah menggunakan sumber dayanya dengan cara yang paling
produktif di dalam mencapai tujuan program (ekonomi & efisiensi)
Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas ekonomi dan
efisiensi adalah penilaian atas:
a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai.
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau menghilangkan faktor-
faktor yang menghambat efektivitas program.
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program.
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau menimbulkan dampak yang tidak
diharapkan.
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan dengan program lain yang
sejenis.
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang sehat.
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau ekonomi dan efisiensi.
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan dengan kinerja suatu program.
2. Konsep ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
a. Konsep Ekonomi (input-input)
meminimalkan biaya sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program/kegiatan entitas
b. Konsep Efisiensi (input-output)
menghasilkan output maksimal dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan output
tertentu dengan memanfaatkan input minimal.
c. Konsep Efektivitas (output-outcome)
konsep pencapaian tujuan. Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi outcome (tujuan
yang telah ditetapkan).
* input : sumber daya dalam bentuk dana, SDM, peralatan dan material yang digunakan untuk
menghasilkan output
* proses : pengubahan input menjadi output
* output : barang-barang yang diproduksi/ jasa yang diserahkan
* outcome : sasaran/dampak yang akan dicapai melalui output yang dihasilkan
3. Standar pelaksanaan pemeriksaan kinerja
a. Perencanaan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
b. Supervisi
Staf harus disupervisi dengan baik
c. Bukti
Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi
temuan dan rekomendasi pemeriksa
d. Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam kertas kerja
pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan validasi oleh
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut.
4. Standar pelaporan pemeriksaan kinerja
a. Bentuk (komunikasi hasil pemeriksaan)
Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan (LHP) untuk mengkomunikasikan hasil
pemeriksaan.
b. Isi laporan
LHP harus mencakup:
1) Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan
2) Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
3) Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi
4) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan
5) Pelaporan informasi rahasia bila ada
c. Unsur kualitas laporan
1) Tepat waktu
2) Lengkap
3) Akurat
4) Objektif
5) Meyakinkan
6) Jelas
7) Ringkas
d. Peneribitan dan distribusi LHP
LHP harus diserahkan kepada:
1) Lembaga perwakilan
2) Entitas yang diperiksa
3) Pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa
4) Pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan
5) Pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima LHP sesuai dengan peraturan
BAGIAN 6
PENGAWASAN OLEH APIP
A. PENGERTIAN PENGAWASAN INTERN
Seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik
Perwujudan peran APIP yang efektif:
1. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian
tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
2. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
3. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas
penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing.
C. BENTUK PENGAWASAN
1. Audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu
2. Reviu
penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan
3. Evaluasi
rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau
norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan
4. Pemantauan
proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
5. Kegiatan pengawasan lainnya
antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan,
pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan
F. PELAPORAN
Jenis laporan hasil pengawasan:
1. Laporan hasil audit
2. Laporan hasil reviu
3. Laporan hasil evaluasi
4. Laporan hasil pemantauan
H. REVIU ATAS LK
APIP Reviu atas Saat
BPKP LK Pempus Sebelum disampaikan
Menkeu ke Presiden
Itjen LK Kementerian/Lembaga Sebelum disampaikan
menteri/pimpinan lembaga
ke Menkeu
Itprov LK provinsi Sebelum disampaikan
gubernur ke BPK
Inspektorat Kabupaten/Kota LK kabupaten/Kota Sebelum disampaikan Bupati/
Walikota ke BPK
Bab I: MANAJEMEN, KONTROLER DAN AKUNTANSI BIAYA
A. MANAJEMEN
Aktivitas : Planning, organizing, controlling, authority, responsibility, dan accountability
1. Perencanaan (planning)
Terdiri atas tiga jenis perencanaan
a. Rencana strategis
Diformulasikan untuk tingkatan eksekutif yang berpandangan luas atas lingkungan perusahaan.
Bersifat non kuantitatif, disiapkan secara tidak teratur dan dengan proses yang tidak sistematis yang
dimulai dari identifikasi atas kesempatan atau kesempatan eksternal.
Contoh: perencaanaan atas karakteristik perusahaan dimasa depan, produk dan pelanggan
b. Rencana jangka Pendek (anggaran)
Disiapkan secara teratur dalam periode bulanan,triwulan atau tahunan yang melalui proses
sistematis, kuantitatif/ dinyatakan dalam ukuran financial, dan berfokus pada internal perusahaan
Contoh: cost dan cash budget serta budgeted financial statement.
c. Rencana Jangka Panjang
Disiapkan dalam periode 3 -5 tahun yang sifatnya berada diantara perencanaan strategis dan jangka
pendek.
Contoh: targeted financial ratios
2. Pengorganisasian (organizing)
menetapkan kerangka kerja dimana aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan yang membawa banyak unit
fungsional dari suatu perusahaan ke suatu struktur yang terkoordinasi dan memberikan tanggung jawab
dan wewenang kepada individual.
3. Pengendalian
usaha sistematis manajemen untuk mencapai tujuan dimana setiap aktivitas dikontrol untuk memastikan
bahwa hasilnya berada pada batasan yang diinginkan.
4. Otoritas,tanggung jawab dan akuntabilitas
Otoritas kekuasaan untuk mengarahkan orang lain guna melakukan/tidak melakukan tindakan
Tanggungjawab kewajiban yang timbul karena hubungan atasan-bawahan
Akuntabilitas pelaporan hasil kepada otoritas yang lebih tinggi
B. PERANAN COST ACCOUNTING
Dalam suatu organisasi diperlukan adanya departemen biaya yang berada di bawah pimpinan kontroler
(manajer eksekutif yang bertanggung jawab atas fungsi akuntansi). Departemen tersebut menganalisis biaya
dan menerbitkan laporan kinerja dan data-data untuk pengambilan keputusan bagi manajer dan digunakan
dalam operasi pengendalian dan perbaikan. Cost accounting bagi manajemen sendiri memiliki peranan
sebagai berikut:
1. Membuat dan melaksanakan anggaran operasi
Anggaran Adalah pernyataan terkuantifikasi dan tertulis dari rencana manajemen.
Peranan anggaran:
a. Menetapkan tujuan
b. Memberi arahan pada individu tentang kontribusi apa yang harus mereka lakukan bagi tujuan
tersebut
c. Memotivasi kinerja
d. Evaluasi kinerja
e. Memberi saran kapan tindakan korektif dilakukan
2. Menetapkan cost method dalam pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan perbaikan kualitas.
Setiap manajer dibatasi pada biaya dan pendapatan yang dapat dikendalikan oleh manajer tersebut dan
kinerja secara umum diukur dengan membandingkan antara biaya dan pendapatan dengan anggaran
dengan menggunakan responsibility accounting system.
3. Mengendalikan kuantitas fisik persediaan, biaya dari setiap produk dan jasa, penetapan harga dan
evaluasi kerja dari suatu departemen.
4. Menentukan biaya dan laba perusahaan dalam suatu periode
Prinsip matching cost against revenue:
Jenis biaya Dibebankan sebesar
Variable non-manufacturing Unit yang terjual
Fixed non-manufacturing Total
Variable manufacturing Unit yang terjual
Fixed manufacturing Direct costing (variable costing) = total
Absorption costing= unit yang terjual
5. Memilih alternatif jangka pendek atau jangka panjang yang mempengaruhi pendapatan dan biaya.
C. STANDAR PERILAKU ETIS PRAKTISI AKUNTANSI MANAJEMEN DAN MANAJEMEN
KEUANGAN
1. Kompetensi
Praktisi manajemen bertanggung jawab mempertahankan kompetensi profesional, melaksanakan
tugas profesional sesuai hukum dan standar teknis, dan menyiapkan laporan yang dapat diandalkan
2. Kerahasiaan (confidentially)
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk menahan diri dari mengungkapkan dan menggunakan
informasi rahasia perusahaan serta memantau bawahan yang secara tepat mengetahui rahasia
perusahaan.
3. Integritas
Akuntan manajeman bertanggung jawab menghindari konflik kepentingan, menahan diri dari
perbuatan yang menimbulkan keraguan akan kompetensi mereka seperti campur tangan secara aktif
maupun pasif dalam pencapaian legitimasi organisasi dan tujuan etika.
4. Objektifitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab memberi tahu informasi secara wajar dan objektif yang
relevan dalam mempengaruhi pemahaman laporan keuangan, komentar dan rekomendasi yang
disajikan.
Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, atau mengevaluasi biaya degan tingkat aktivitas
berbeda, komponen biaya tetap dan variabel dalam biaya semivariabel harus dipisahkan.
A. Tiga metode perhitungan dalam menentukan elemen tetap dan variable dari suatu
biaya:
1. Metode High and Low Points
Diketahui data semesteran biaya listrik dan data jam tenaga kerja langsung PT. LAKA-LAKA
PT. LAKA-LAKA
Bulan Biaya listrik Direct labor (jam)
Januari $ 500 25.200
Februari 450 15.300
Maret 490 15.800
April 550 25.300
Mei 510 25.300
Juni 500 25.100
Total 3.000 132.000
:6 :6
Rata-rata per bulan 500 22.000
Tentukan komponen biaya variabel dan biaya tetapnya!
Rumus:
Penyelesaian:
Cara I:
F + 25.300 V = $550
F = $550 - 25.300 V
F = $550 – (25.300 x $0,01)
F = 297
400
VARIABEL
300 B
200 FIXED
100
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Contoh
Diketahui dari data grafik (sama dengan data pada PT LAKA-LAKA)
Rata-rata biaya bulanan = $500
Elemen biaya tetap = $400 (dari perpotongan garis A dengan sumbu Y, nilai ini bias Karena diperoleh
dari interpretasi visual)
Rata-tata bulanan jam direct labor = 22.000 jam
Maka:
Rata-rata Biaya Variabel bulanan = $500-$400 =$100
Biaya Variabel = $100/22.000jam = $0,0045/direct labor hour
Metode Least Square (Kuadrat Terkecil)/ Analisis regresi
Rumus:
∑( ̅ )( ̅)
∑( ̅)
y = a + bx
Keterangan:
a = biaya tetap
b = biaya variabel
( ̅ ) = selisih antara standar waktu per periode dengan waktu rata-rata periode tersebut
( ̅) = selisih antara biaya periode dengan biaya rata-rata
̅ = biaya rata-rata
̅ = waktu rata-rata
contoh
PT. LAKA-LAKA
Bulan Biaya (( ̅)) Jam direct (( ̅))
listrik Selisih dengan labor( ) Selisih dg
( ̅) ( ̅)( ̅)
( ) biaya rata2 rata2
$500 22.000jam
Januari $ 500 0 25.200 3.200 10.240.000 0
Februari 450 -50 15.300 -6.700 44.890.000 335.000
Maret 490 -10 15.800 -6.200 38.440.000 62.000
April 550 50 25.300 3.300 10.890.000 165.000
Mei 510 10 25.300 3.300 10.890.000 33.000
Juni 500 0 25.100 3.100 9.610.000 0
Total 3.000 0 132.000 0 124.960.000 595.000
∑( ̅ )( ̅)
∑( ̅)
= $0,0048 per direct labor hour
y = a + bx
500 = a + 0.0048 (22.000)
a = 500 – 105.6 = $394.4 fixed cost
B. AKUMULASI BIAYA
Tabel perbandingan metode akumulasi biaya
METODE
ASPEK DARI Job order Process costing Campuran backflush
SYSTEM
Cost object Job,batch,order, Process/ Job, proses Fasilitas
contract department (konversi) produksi
Jumlah Satu pesanan, Ribuan atau Bahan baku dapat Tidak
produksi batch, lot atau ratusan ribu unit berubah untuk tiap terbatas
sebelum ganti kontrak (unik/dapat output (homogen) pesanan
proses diindentifikasi)
Elemen biaya Semua elemen Semua elemen Bahan baku dapat Hanya bahan
yang berbeda biaya dapat biaya dapat sedikit berbeda secara baku yang
dari suatu berbeda berbeda dramatis, konversi berbeda
output ke berbeda sedikit
output lain
Rincian akun Tinggi Sedang (per proses) Tinggi Tidak ada
untuk (dengan formulir (dengan formulir
pencatatan cost: job cost sheet) cost:cost of
WIP production report)
Sumber Data financial dan Data financial dan Data financial dan Observasi
informasi fisik dicatat fisik dicatat fisik dicatat visual
untuk
pengendalian
proses
C. PELAPORAN HASIL OPERASI
1. Direct Materials
Beginning inventory xx
Purchases xx
Indirect materials used (xx)
Ending inventory (xx)
Direct materials consumed xx
2. Direct Labor xx Statement of goods
3. Factory Overhead: manufactured (COGM)
Indirect materials xx
Indirect labor xx
Other FOH xx
Total Factory Overhead xx +
Total Manufacturing Cost xx
4. Add :Work in Process beginning xx
Less : Work in Process ending (xx)
Cost of Goods Manufactured xx
5. Add : Finished Goods beginning xx
Less : Finished Goods ending (xx)
Cost of Goods Sold xx
2. Ledger persediaan
Materials Work in process Finished goods
14.000 21.000 (b) 19.070 400 (c) 15.000 53.384 (j)
(a) 22.000 800 (d) (b) 18.000 53.384 (i) (i) 53.384
(c) 600 (f) 20.900
(h) 16.720
$14.800 $21.506 $15.000
3. Skedul persediaan
Ponjay Inc.
Schedule of Inventories, March 31, 20xx
Materials $14.800
Work in process 21.506
Finished Goods 15.000
TOTAL $51.306
Pertanyaan: dengan asumsi aliran unit Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average) dan aliran unit FIFO,
1. Buatlah Laporan Biaya Produksi (cost of production report/ COPR) untuk setiap Departemen di bulan
tersebut
2. Buatlah ayat jurnal yang sesuai untuk mencatat pembebanan ke dept produksi atas biaya yang terjadi selama
bulan tersebut dan untuk mencatat transfer unit dari departemen satu ke departemen lainnya.
Jawab:
1. COPR
a. Metode Weighted Average
MASHING DEPARTMENT (Average)
FOR AUGUST 20xx
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 600
started in process this period 3.000
3.600
transferred to blending department 3.100
ending inventory 60% 40% 20% 500
3.600
COST CHARGED TO DEPARTMENT
total cost EU* unit cost
beginning inventory
material $ 1.088
labor 172
FOH 172
Total beginning inventory $ 1.432
cost added during period
material $ 6.006 3.400 $ 2,09 **
labor 1.470 3.300 0,50
FOH 3.020 3.200 1,00
Total cost added during period $ 10.496
Total cost charged to department $ 11.928 $ 3,58
%
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU unit cost total cost
transferred to blending dept 3.100 100% 3.100 $ 3,58 $ 1.102,79
WIP, ending inventory
material 500 60% 300 $ 2,09 $ 625,94
labor 500 40% 200 0,50 $ 99,52
FOH 500 20% 100 1,00 $ 99,75
Total cost accounted for $ 11.928
COST CHARGED TO
total
DEPARTMENT EU* unit cost
cost
beginning inventory
cost from preceding
department $ 1.770
material $ 100
labor 55
FOH 74
Total beginning inventory $ 1.999
cost added during period
from preceding dept $11.103 7.200 $ 1,79
material $ 1.407 7.200 $ 0,21
labor 2.004 6.880 0,30
FOH 2.672 6.880 0,40
Total cost added during
period $17.186
Total cost charged to
department $19.185 $ 2,70
% unit
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU cost total cost
transferred to finished goods 6.400 100% 6.400 $ 2,70 $17.251,81
WIP, ending inventory
cost from preceding dept 800 100% 800 $ 1,79 $ 1.430,31
material 800 100% 800 $ 0,21 $ 167,44
labor 800 60% 480 0,30 $ 143,65
FOH 800 60% 480 0,40 $ 191,58
Total cost accounted for $ 19.185
b. Metode FIFO
MASHING DEPARTMENT (FIFO)
FOR AUGUST 20xx
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 90% 60% 30% 600
started in process this period 3.000
3.600
transferred to blending department 3.100
ending inventory 60% 40% 20% 500
3.600
total
EU* unit cost
COST CHARGED TO DEPARTMENT cost
beginning inventory
material $ 1.088
labor 172
FOH 172
Total beginning inventory $ 1.432
cost added during period
material $ 6.006 2.860 $ 2,10 **
labor 1.470 2.940 0,50
FOH 3.020 3.020 1,00
Total cost added during period $10.496
Total cost charged to department $11.928 $ 3,60
% total
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU unit cost cost
transferred to blending department:
From beginning inventory $ 1.432
Cost to complete:
material 600 90% 60 2,10 126
labor 600 60% 240 0,50 120
FOH 600 30% 420 1,00 420
Started and completed this period 2.500 100% 2.500 3,60 9.000
Total cost transferred to Blend. Dept. 11.098
WIP, ending inventory
material 500 60% 300 2,10 630
labor 500 40% 200 0,50 100
FOH 500 20% 100 1,00 100
Total cost accounted for $11.928
*EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH
EU beginning inventory 60 240 420 **6.006/2.860 = $2,10
EU transferred out 2.500 2.500 2.500
EU in ending inventory 300 200 100
Total EU 2.860 2.940 3.020
2. Jurnal
a. WIP - mashing dept $ 6.006
WIP - blending dept $ 1.407
Material $ 7.413
WIP - mashing dept $ 1.470
WIP - blending dept $ 2.004
Payroll $ 3.474
WIP - mashing dept $ 3.020
WIP - blending dept $ 2.672
Applied FOH $ 5.692
b. WIP - blending dept $ 11.098
WIP - mashing dept $ 11.098
c. Finished goods $ 17.244
WIP - blending dept $ 17.244
Cost per unit (cost beginning inventory + cost Cost current period dibagi EU
equivalen current period) dibagi EU
Bab VII:
THE COST OF QUALITY AND ACCOUNTING FOR PRODUCTION LOSSES
A. COST OF QUALITY
Cost of quality merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk mencapai mutu produk yang
dihasilkan sehingga sesuai dengan standar dan memuaskan pelanggan SERTA biaya akibat kualitas tidak
terpenuhi.
Tiga klasifikasi cost of quality:
prevention cost : biaya yang terjadi untuk mencegah kegagalan produk, termasuk di dalamnya biaya untuk
mendesain produk dan sistem produksi yang berkualitas tinggi, penggunaan komponen peralatan bermutu
tinggi dan pelatihan karyawan.
appraisal cost : biaya yang terjadi untuk mendeteksi adanya kegagalan produk, termasuk biaya untuk
menginspeksi dan menguji bahan baku, menginspeksi produk baik selama proses produksi maupun
sesudahnya, dan mendapatkan informasi tentang kepuasan pelanggan (survey)
failure cost : biaya yang timbul karena adanya produk yang gagal, kegagalan tersebut dapat terjadi karena
faktor internal maupun eksternal
internal: yang terjadi selama proses produksi seperti biaya atas scrap, spoilage, rework, dan keterlambatan
karena kerusakan mesin maupun karena kekurangan bahan baku.
eksternal: yang terjadi setelah produk dijual, seperti biaya garansi untuk perbaikan dan penggantian, biaya
menangani keluhan pelanggan(complaint), dan biaya atas penjualan yang hilang karena ketidakpuasan
pelanggan.
B. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Adalah peningkatan kualitas dengan cara meningkatkan kualitas seluruh proses dan aktivitas.
Karakteristik TQM:
1. Tujuan perusahaan untuk semua aktivitas bisnis adalah melayani pelanggan.
2. Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam meningkatkan kualitas
3. Setiap karyawan terlibat secara aktif dalam peningkatan kualitas
4. Perusahaan memiliki sistem untuk mengidentifikasi masalah kualitas, pengembangan solusi, dan penerapan
tujuan peningkatan kualitas
5. Perusahaan menghargai karyawannya dan menyediakan pelatihan yang berkelanjutan dan juga pengakuan
atas prestasi yang dicapai.
C. ACCOUNTING FOR PRODUCTION LOSSES
1. Accounting for production losses in Job Order Cost System
a. Scrap (Bahan sisa)
Scrap terdiri dari
Serbuk atau sisa-sisa yang tertinggal setelah bahan baku diproses
Bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok
Bagian-bagian yang rusak karena kecerobohan karyawan
Perlakuan akuntansi untuk scrap good tergantung pada sifat materialitasnya dibandingkan dengan total
produksi.
Material Tidak Material
Ketika terjadi scrap dijurnal: Ketika terjadi scrap tidak dijurnal
Scrap Inventory xxx
WIP xxx
Saat scrap dijual Saat dijual dijurnal:
Cash (AR) xxx Cash (AR) xxx
Scrap Inventory xxx Scrap Sales (Other Income)
/COGS/FOHControl* xxx
*bisa pilih salah satu
c. Rework
Adalah Proses memperbaiki produk yang gagal / rusak sehingga dapat dipakai dengan semestinya lagi.
Sama seperti scrap, rework dapat terjadi karena pelanggan atau kesalahan internal.
Disebabkan customer Disebabkan kesalahan internal
Biaya rework dibebankan pada customer (debet Biaya rework dibebankan ke perusahaan ( debet
WIP) ke FOH control)
ILUSTRASI:
Suatu Job sudah selesai dibuat dengan total biaya $20.000 Dijual dengan harga 150%nya. kemudian
ada rework (berupa penggantian material) dengan biaya sbb:
Materials $800
Direct labor 100
FOH applied 400
TOTAL 1300
Jurnal mencatat rework: Jurnal mencatat rework:
WIP $1.300 FOH Control $1.300
Material $800 Material $800
payroll 100 payroll 100
FOH applied 400 FOH applied 400
Mencatat pengiriman barang ke pelanggan Mencatat pengiriman barang ke pelanggan
AR/Cash $31.950 AR/Cash $30.000
Sales($21.300x150%) Sales($20.000x150%) $30.000
$31.950
%
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU unit cost total cost
transferred to department 2: $ $
From beginning inventory 1.531,00
Cost to complete:
material 4.000 100% 0 0,21 0,00
labor 4.000 60% 1.600 0,13 205,76
FOH 4.000 60% 1.600 0,19 308,63
Started and completed this period 15.000 100% 15.000 0,53 7.955,46
Total cost transferred to Blend. Dept. 10.000,85
WIP, ending inventory
material 3.600 100% 3.600 0,21 751,94
labor 3.600 30% 1.080 0,13 138,89
FOH 3.600 30% 1.080 0,19 208,33
Total cost accounted for 11.100,00
DEPARTMENT 2
JULI 2010 (FIFO)
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 100% 70% 70% 3.000
from preceding department 19.000
22.000
transferred to finished goods 15.000
spoiled in process--internal failure 100% 80% 80% 3.000
ending inventory 100% 25% 25% 4.000
22.000
DEPARTMENT 1 (AVERAGE)
JULY 2010
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 4.000
started in process this period 21.000
25.000
transferred to department 2 19.000
spoiled in process--normal 2.400
ending inventory 100% 30% 30% 3.600
25.000
COST CHARGED TO DEPARTMENT total cost EU* unit cost
beginning inventory $ $
material 615,00
labor 366,40
FOH 549,60
Total beginning inventory 1.531,00
cost added during period
material 3.885,00 22.600,00 0,20
labor 2.273,60 20.080,00 0,13
FOH 3.410,40 20.080,00 0,20
Total cost added during period 9.569,00
Total cost charged to department 11.100,00 0,53
COST ACCOUNTED FOR unit % complete EU unit cost total cost
transferred to department 2: 19.000 100% 19.000 0,53 10.028,21
WIP, ending inventory
material 3.600 100% 3.600 0,20 716,81
labor 3.600 30% 1.080 0,13 141,99
FOH 3.600 30% 1.080 0,20 212,99
Total cost accounted for 11.100,00
EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH
EU transferred out 19.000 19.000 19.000
EU in ending inventory 3.600 1.080 1.080
Total EU 22.600 20.080 20.080
DEPARTMENT 2 (AVERAGE)
JULY 2010
Bab VIII:
PERHITUNGAN BIAYA UNTUK BY-PRODUCT DAN JOINT PRODUCT
A. Definisi By Product (produk sampingan) dan Joint Product (produk gabungan)
By Products adalah produk dengan total nilai relatif kecil dan dihasilkan secara simultan/bersamaan
dengan produk lain yang total nilainya lebih besar. Produk yang total nilainya lebih besar tersebut
dinamakan produk utama (main product). By product sendiri diklasifikasikan menjadi dua kelompok
menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas yakni:
By product yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa memerlukan proses lebih lanjut
By product yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual
Joint Products adalah produk-produk yang dihasilkan dari satu proses produksi yang dilaksanakan secara
bersamaan, dan menggunakan biaya gabungan. Dalam pelaksanaan by products dan joint products
terdapat kesulitan yaitu saat melakukan penentuan biaya untuk masing-masing produk. Oleh karena itu
cara yang biasa digunakan adalah dengan melihat jumlah produk yang dihasilkan.
Titik pisah batas (split-off point) adalah titik di mana produk-produk dapat dipisahkan sebagai unit-unit
individual. Sebelum titik tsb, prouduk-produk tsb masih dalam satu kesatuan yang homogen.
Biaya gabungan (joint cost) adalah biaya yang muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk
dalam proses yang sama.
2. Average unit cost method: pada metode ini dialokasikan sesuai jumlah unit yang diproduksi.
3. Weighted average method: Berdasarkan rasio yang telah ditentukan pada metode ini, tiap-tiap produk
diberikan bobot/poin masing-masing yang mungkin berbeda antara satu dengan yang lain.poin bisa
berdasarkan ukuran,waktu produksi,banyaknya material dll.
Contoh:
Product Units Points Unit rata-rata Alokasi
A 20.000 3 60.000 *$12,000
B 15.000 12 180.000 36,000
C 10.000 13.5 135.000 27,000
D 15.000 15 225.000 45,000
Total 600.000 120,000
Joint cost $ 120,000
Cost per unit $ 0.2
*(60.000/600.000) x $120.000
4. Quantitave unit method: Mengalokasikan joint cost berdasarkan beberapa unit pengukuran yang biasa
digunakan, seperti pon, galon, liter, dll.
Contoh:
Produk Berat (lbs) Alokasi air Revisi berat Alokasi joint cost
Coke 1320 *69,5 1389,5 **27,8
Coal tar 120 6,3 126,3 2,5
Benzol 21,9 1,1 23,0 0,5
Sulfate 26 1,4 27,4 0,5
Gas 412,1 21,7 433,8 8,7
Waste (air) 100
TOTAL 2000 100 2000 40
B. BACKFLUSING
Diterapkan pada perusahaan yang menggunakan JIT dimana proses produksi sangat singkat sehingga akuntansi
tradisional (job order/proses costing) tidak praktis karena menggunakan akun WIP.
Ilustrasi:
PT GGG mempunyai catatan sebagai berikut :
Saldo akun persediaan tanggal 1 Januari
- RIP Rp21.000 (M Rp20.100 dan CC Rp 900)
- Barang jadi Rp170.000 (M Rp84.000 dan CC Rp86.000)
- Perlengkapan Rp20.000
Saldo akun persediaan tanggal 31 Januari
- RIP Rp23.000 (M Rp21.600 dan CC Rp1.600)
- Barang Jadi Rp174.000 (M Rp85.800 dan CC Rp88.200)
- Perlengkapan Rp5.000
TRANSAKSI JURNAL
Bahan baku yang diterima dari pemasok RIP 406.000
Rp406.000 A/P 406.000
Bahan baku tidak langsung yang digunakan FOH Control 15.000
Rp15.000 Supplies 15.000
Beban gaji sebesar Rp160.000 dicatat dan Payroll 160.000
dibayarkan Accrued payroll 160.000
Accrued payroll 160.000
cash 160.000
Distribusi beban gaji yaitu TK langsung FOH control 45.000
Rp25.000, TK tak langsung Rp45.000, gaji bag. COGS 25.000
Pemasaran Rp50.000, gaji bag. Administrasi Marketing exp 50.000
Rp40.000 (Dalam akumulasi biaya berdasarkan Adm. exp 40.000
pesanan atau proses, tenaga kerja langsung payroll 160.000
dibebankan ke akun barang dalam proses bukan
ke HPP)
Overhead pabrik terdiri dari penyusutan FOH control 299.000
Rp290.000 dan asuransi dibayar di muka Accmulated depr. 290.000
Rp9.000 Prepaid insurance 9.000
Biaya overhead pabrik lain-lain dibayar tunai FOH control 21.000
Rp17.000 dan terutang Rp4.000 cash 17.000
A/P 4.000
Overhead pabrik yang diakumulasi di perkiraan COGS 380.000
pengendali overhead pabrik dibebankan ke FOH control 380.000
harga pokok penjualan
Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan Finished good 404.500
yang telah selesai di-backflush dari RIP RIP 404.500
Hitung: Material di RIP awal Rp20.100
Pembelian material Rp406.000
Material di RIP akhir (Rp21.600)
Rp404.500
Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan COGS 402.700
yang telah dijual di-backflush dari barang jadi Finished Good 402.700
Hitung: Barang jadi awal (M) Rp84.000
Ditransfer dari RIP Rp404.500
Barang jadi akhir (M) (Rp85.800)
Rp402.700
Saldo akhir ditetapkan dalam akun persediaan RIP 500
dengan menyesuaikan komponen biaya Finished Good 2.200
konversinya COGS 2.700
Actual FOH : Biaya FOH yang sebenarnya terjadi dalam memproduksi suatu unit.
Tujuan Pengakumulasian Actual FOH adalah mengumpulkan informasi dalam rangka pengendalian.
Pengendalian di sini adalah pelaporan biaya kepada setiap kepala departemen yang bertanggung jawab atas
biaya tersebut, dan pembandingan antara jumlah anggaran dengan tingkat operasi yang dicapai.
Tujuan
1. Menyediakan perhitungan biaya produksi yang lebih baik (tiap departemen punya tarif FOH sendiri)
2. Meningkatkan pengendalian yang bertanggung jawab atas biaya overhead (tiap departemen punya manajer)
2. Metode Bertingkat
Metode ini mendistribusikan biaya dari departemen jasa dalam urutan tertentu yang disarankan oleh
departemen. Dalam contoh berikut, departemen Y ditentukan untuk dialokasikan lebih dulu.
Departemen jasa yang lebih dulu dialokasikan tidak mendapat alokasi pada tahap selanjutnya.
Keterangan: urutan yang digunakan adalah memulai dari departemen yang melayani departemen lain
dalam jumlah terbesar dan hanya menerima jasa dari departemen jasa lain dalam jumlah yang paling
kecil. Alternatifnya, biaya dari departemen jasa yang menyediakan jasanya ke departemen jasa lain dengan
nilai terbesar dapat didistribusikan pertama kali.
3. Metode Simultan
Metode ini disebut juga metode aljabar, mempertimbangkan secara lengkap hubungan timbal balik antar
semua departemen jasa.
Perhitungan:
Y = 36.300 + 0.30Z
Z = 20.000 + 0.20Y
Substitusi : Y = 36.300 + 0.30 (20.000 + 0.20Y)
Y = 36.300 + 6.000 + 0.06Y
0,94Y = 42.300
Y = 45.000
Z = 20.000 + 0.20(45.000)
Z = 20.000 + 9.000
Z = 29.000
Pekerja di Dep. Produksi menggunakan 1/7 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/7 waktu kerja untuk
mempelajari keterampilan baru karena perubahan desain.
Biaya setup dari Dep. Produksi: 1/7 x $ 1.400.000 = S 200.000
Biaya perubahan desain dari Dep Produksi: 1/7 x $ 1.400.000 = $ 200.000
Pekerja di Dep. Rekayasa menggunakan 1/3 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/3 waktu kerja untuk perubahan
desain.
Biaya setup dari Dep. Rekayasa: 1/3 x $ 900.000 = $ 300.000
Biaya perubahan desain dari Dep. Rekayasa: 1/3 x S 900.000 = $ 300.000
Pekerja di Dep Umum menggunakan 3/7 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/7 waktu kerja untuk perubahan
desain.
Biaya setup dari Dep. Umum: 3/7 x $ 700.000 = S 300.000
Biaya perubahan desain dari Dep Umumi: 1/7 x $ 700.000 = $ 100.000
Bab XVI:
ANGGARAN: PENGELUARAN MODAL, BIAYA R & D, dan KAS;
PERT/BIAYA
Pengeluaran Modal pengeluaran yang memberikan manfaat > 1 tahun.
Riset Penelitian terencana untuk menemukan pengetahuan baru yang bisa menghasilkan
produk/jasa/proses/teknik baru atau meningkatkan produk/jasa/proses/teknik lama.
Pengembangan pengembangan hasil riset untuk menciptakan produk baru.
PERT (Program Evaluation and Review Technique) or CPM (Critical Path Method)
Te=4
B E
3,4,5 Te=8
Te=3 3-7 7-11
Finish
Start 1,3,5 Te=4 2,8,14
3,4,5
Te=2 G
A C
19-19
0-0 1,2,3 2-5 Te=7
Te=7
Te=5 5,6,13
3,5,7 F 5,6,13
D Te=7
12-12
5-5
5,6,13
Bab XVIII:
PERHITUNGAN BIAYA STANDAR: PENETAPAN STANDAR & ANALISIS
VARIANS
Biaya Standar Biaya untuk membuat satu unit produk pada periode tertentu yang sudah ditetapkan etrlebih
dahulu.
Meliputi:
Standar fisik (jumlah input standar untuk satu unit output) dan
Standar harga (harga/tariff standar per unit input).
Jenis standar:
1. Standar dasar
Tolak ukur yang digunakan untuk membandingkan pelaksanaan yang diharapkan dengan yang aktual terjadi.
2. Standar yang berlaku, meliputi:
a. Standar aktual yang diharapkan
mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang diharapkan terjadi.
b. Standar normal
mencerminkan tingkat operasi dan efisiensi normal.
c. Standar teoritis
mencerminkan tingkat operasi dan efisiensi maksimum.
Varians
Selisih biaya aktual dengan biaya yang dibebankan disebut varian (Analisis varian dijelaskan pada bab
selanjutnya). Varian yang terjadi dibebankan pada manajer departemen tersebut. Sisa varian yang belum
ditelusuri merupakan akibat dari:
1. inefisiensi departemen
2. kenaikan biaya overhead, atau salah menganggarkan overhead
DISPOSISI VARIANS
Varians dapat didisposisi (dihapuskan dari pembukuan) dengan cara berikut :
Jika jumlah varians tidak material, maka varians dapat ditutup ke ikhtisar rugi laba (Income summary)
atau
Dapat dialokasikan ke COGS dan Ending Inventory sesuai persentase proporsional elemen cost yang telah
digunakan oleh COGS dan Ending Inventory.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, A. A., RJ. Elder, M. S. Beasly. 2003. Auditing dan Jasa Assurance, Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1 Edisi 12.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002. Cost Accounting. Edisi ke-13. Ohio: South Western College Publishing.
Romney Marshal, Steinbart. 2004. Accounting Information System. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.
------------. 2005. Accounting Information System. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.