Anda di halaman 1dari 242

HAKN DAN KEUANGAN NEGARA (UU NO.

17/ 2003)
1. Pengertian Keuangan Negara
a. Menurut Pasal 1 UU No.17/2003
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu yang baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
b. Menurut UUD 1945 Pasal 23
Keuangan Negara:
 APBN yang setiap tahun ditetapkan oleh UU
 Segala macam pajak untuk keperluan negara
 Macam dan harga mata uang
 Segala hal mengenai keuangan negara
 Pemeriksaan tanggung jawab keuangan negara oleh BPK.
2. Perumusan Definisi Keuangan Negara
Pendekatan Pengertian Keuangan Negara
Objek Semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter, dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Subjek Seluruh objek keuangan negara yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai oleh
Pemerintah Pusat, Pemda, Perusahaan Negara/Daerah, dan badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.
Proses Seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan objek
keuangan negara mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan
keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
Tujuan Seluruh kebijakan, kegiatan, dan hubungan hukum yang berkaitan dengan
pemilikan dan/atau penguasaan objek keuangan negara dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah negara.
Bidang pengelolaan keuangan Negara yang demikian luas dapat dikelompokkan dalam subbidang pengelolaan
fiskal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.
3. Ruang Lingkup Keuangan Negara (pasal 2 UU KN)
a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan membayar
tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain, berupa uang, surat berharga, piutang,
barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan
dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yg diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
4. Pengertian HAKN
Hukum Adminisrasi Keuangan Negara adalah kaidah atau peraturan yang mengatur tata tertib dalam proses
kerjasama yang rasional antara pemerintah dengan seluruh unsur penyelenggara negara dan masyarakat
dalam rangka melaksanakan pengurusan atas semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan
uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Pelanggaran atas kaidah atau peraturan dapat
menimbulkan tindakan dari pemerintah berupa pengenaan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Asas-Asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara
a. asas lama sesuai amanat pasal 23C UUD ’45, meliputi:
 Asas tahunan.
Asas tahunan membatasi masa berlakunya anggaran untuk suatu tahun tertentu.
 Universalitas.
Asas universalitas mengharuskan agar setiap transaksi keuangan ditampilkan secara utuh dalam
dokumen anggaran.
 Kesatuan.
Asas kesatuan menghendaki agar semua Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah disajikan dalam satu
dokumen anggaran.
 Spesialitas.
Asas spesialitas mewajibkan agar kredit anggaran yang disediakan terinci secara jelas peruntukannya.
b. asas baru sebagai pencerminan “the best practices” dalam pengelolaan keuangan negara, meliputi:
 Akuntabilitas berorientasi hasil
Pasal 14 UU 17/2003:
(1) Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna
anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga
tahun berikutnya.
(2) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan prestasi
kerja yang akan dicapai.
(3) Rencana kerja dan anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disertai dengan prakiraan
belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
Anggaran→Anggaran Berbasis Kinerja.
Maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja:
- Mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output) dan dampak (outcome) atas alokasi belanja
(input) yang ditetapkan.
- Disusun berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran.
- Program dan kegiatan disusun berdasarkan renstra/tupoksi Kementerian Negara/lembaga.
Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Profesionalitas
Adalah asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan kode etik dan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
 Proporsionalitas.
Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban penyelenggara negara.
 Keterbukaan
Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur
dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan keuangan negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara.
 Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
- BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan.
- Kebebasan dalam tahap perencanaan mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan
diperiksa, kecuali pemeriksaan yang obyeknya telah diatur tersendiri dalam UU, atau pemeriksa
berdasarkan permintaan khusus dari lembaga perwakilan.
- Kebebasan dalam penyelenggaraan kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam
penentuan waktu pelaksanaan dan metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang
bersifat investigatif.
- Selain itu, kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan SDM,
anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
- BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang
diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan
pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang, barang,
dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.
6. Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara (pasal 3 UU KN)
 Keuangan negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan per-UU-an, efisien, ekonomis, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
 APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN setiap tahun ditetapkan dengan
undang-undang.
 APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
 Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam tahun
anggaran yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBN.
 Surplus penerimaan negara dapat digunakan untuk pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
 Penggunaan surplus penerimaan negara untuk membentuk dana cadangan atau penyertaan pada
perusahaan negara harus memperoleh persetujuan DPR.
7. Pendelegasian Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara (pasal 6 UU KN)
 Presiden selaku kepala pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan KN sebagai bagian kekuasaan
pemerintahan (presiden : CEO). Kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara ini meliputi kewenangan yang
bersifat umum dan kewenangan yang bersifat khusus.Kekuasaan tersebut:
a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan
kekayaan negara yang dipisahkan (Menteri Keuangan : CFO→kepala KPPN: Kuasa CFO).
Subbidang pengelolaan fiskal meliputi: fungsi-fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka
ekonomi makro, penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan, perbendaharaan,
dan pengawasan keuangan.
b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/barang Kementerian
Negara/Lembaga yang dipimpinnya (Menteri/Kepala lembaga : COO→kepala kantor: kuasa COO).
c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan.
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut di atas dilaksanakan oleh:
- kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD;
- kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah.
d. Tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara lain: mengeluarkan dan
mengedarkan uang yang diatur dg UU.
Kewenangan yang bersifat umum→penetapan arah, kebijakan umum, strategi, dan prioritas dalam
pengelolaan APBN, antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan pertanggungjawaban APBN,
penetapan pedoman penyusunan rencana kerja Kementerian Negara/Lembaga, penetapan gaji dan
tunjangan, serta pedoman pengelolaan Penerimaan Negara.
Kewenangan yang bersifat khusus→keputusan/kebijakan teknis yang berkaitan dengan pengelolaan APBN,
antara lain keputusan sidang kabinet di bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan dana
perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.
 Tugas Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal-CFO (pasal 8 UU KN) :
a. menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro
b. menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN
c. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
d. melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan
e. melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan UU
f. melaksanakan fungsi bendahara umum negara
g. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
h. melaksanakan tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan UU
 Tugas menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran-COO (pasal 9 UU KN) :
a. menyusun rancangan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
c. melaksanakan anggaran kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya
d. melaksanakan pemungutan PNBP dan menyetorkan ke Kas negara
e. mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya
f. mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya
g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian negara/lembaga
h. melaksanakan tugas lain yang menjadi tanggung jawab berdasarkan ketentuan UU.
 Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut (pasal 10 (2) UU KN):
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD;
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD;
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah;
e. menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
 Tugas kepala SKPD (pasal 10 (3) UU KN):
a. menyusun anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
b. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
c. melaksanakan anggaran satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya;
d. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak;
e. mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang
dipimpinnya;
f. mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah
yang dipimpinnya;
g. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya.
SEGI HUKUM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN ANGGARAN
1. Landasan Hukum
 Undang-Undang No. 17 Th. 2003 tentang Keuangan Negara;
 Undang-Undang No. 1 Th. 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
 Undang-Undang No. 15 Th. 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
 Undang-Undang No. 25 Th. 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;
 Peraturan Pemerintah No. 20 Th. 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah;
 Peraturan pemerintah No. 21 Th. 2004 tentang Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian/Lembaga (RKA-KL).
2. Perubahan dalam UU KN tekait penganggaran
1. UU 17/2003 tentang KN memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penganggaran. Sistem
penganggaran harus menciptakan lingkungan pendukung dengan karakteristik:
 Mengkaitkan perencanaan dan penganggaran dengan pengambilan keputusan untuk:
- Memastikan perencanaan kebijakan, program dan kegiatan telah mempertimbangkan kendala
anggaran.
- Memastikan bahwa biaya sesuai dengan hasil yang diharapkan.
- Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengevaluasi hasil dan mengkaji kembali kebijakan.
 Memberikan media/forum bagi alternatif kebijakan berkompetisi satu sama lain yang penting bagi
tumbuhnya dukungan pada tahap pelaksanaan nantinya.
 Meningkatkan kapasitas dan kesediaan untuk melakukan penyesuaian prioritas kembali alokasi sumber
daya.
2. Prinsip-prinsip perubahan:
 Penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah.
 Memuat semua kegiatan instansi pemerintahan dalam APBN/APBD yang disusun secara terpadu, termasuk
mengintegrasikan anggaran belanja rutin dan anggaran belanja pembangunan merupakan tahapan yang
diperlukan sebagai bagian upaya jangka panjang untuk membawa penganggaran menjadi lebih transparan,
dan memudahkan penyusunan dan pelaksanaan anggaran yang berorientasi kinerja.
 Memperjelas tujuan dan indikator kinerja sebagai bagian dari pengembangan sistem penganggaran
berdasarkan kinerja akan mendukung perbaikan efisiensi dan efektivitas dalam pemanfaatan sumber daya
dan memperkuat proses pengambilan keputusan tentang kebijakan dalam kerangka jangka menengah.
3. RKP
 Adalah dokumen perencanaan nasional untuk periode 1 (satu) tahun. RKP merupakan pedoman bagi
penyusunan RAPBN.
 Tiga ciri baru dalam proses penyusunan RKP:
a. Penegasan cakupan isi proses “top-down” dan “bottom-up”.
Proses top down:
Langkah-langkah penyampaian batasan umum oleh “central agency” kepada Kementerian/ Lembaga
tentang penyusunan rencana kerja, yaitu mencakup prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif.
Proses bottom up:
Kementerian/lembaga diberi keleluasaan merancang kegiatan pembangunan nasional yang disepakati.
Rancangan ini disampaikan kembali ke “central agency” untuk diserasikan secara nasional.
b. Kegiatan pemerintah pusat di daerah menjadi salah satu perhatian utama agar terdistribusi secara adil dan
dapat menciptakan sinergisitas secara nasional.
c. Proses penyusunan RKP merupakan proses penyatuan persepsi Kementerian/Lembaga tentang prioritas
pembangunan nasional dan konsekuensi rencana anggarannya sebagai persiapan pembahasan RKA-K/L di
DPR.
 Pokok-pokok penyusunan RKP:
 RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat :
- kerangka ekonomi makro termasuk didalamnya arah kebijakan fiskal dan moneter,
- prioritas pembangunan,
- rencana kerja dan pendanaannya.
Penyusunan rencana kerja dan pendanaannya dengan bahan masukan dari Renja K/L dan RKPD.
Format dan prosedur penyusunan RKP diatur oleh Menteri Perencanaan.
 Renja-KL disusun dengan berpedoman pada Renstra-KL dan mengacu pada prioritas pembangunan nasional
dan pagu indikatif serta memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
 Program dan kegiatan sebagaimana dimaksud di atas disusun dengan pendekatan:
- berbasis kinerja,
- kerangka pengeluaran jangka menengah, dan
- penganggaran terpadu.
 Program sebagaimana yang dimaksud terdiri dari kegiatan yang berupa:
a. Kerangka regulasi yang bertujuan untuk memfasilitasi, mendorong, maupun mengatur kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan sendiri oleh masyarakat; dan/atau
b. Kerangka pelayanan umum dan investasi pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan barang dan
jasa publik yang diperlukan masyarakat.
 Kementerian Perencanaan melaksanakan MUSRENBANG untuk menyelaraskan antar Renja K/L dan antara
kegiatan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam Renja K/L dengan rancangan RKP. Musrenbang diatur
oleh Menteri Perencanaan dan Menteri Dalam Negeri sesuai kewenangan masing-masing. Hasil
Musrenbang digunakan memutakhirkan RKP.
 Rancangan RPK dibahas dalam sidang Kabinet untuk ditetapkan jadi RKP dengan Keppres (pertengahan
Mei).
 RKP bahan pembahasan kebijakan umum dan prioritas anggaran di DPR. Jika RKP berbeda dengan RKP hasil
pembahasan DPR, maka Pemerintah menggunakan RKP hasil pembahasan dengan DPR.
 Hubungan antara rencana strategi, rencana operasional, dan rencana kerja dan anggaran

SEGI HUKUM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN APBN/APBD


A. APBN
1. Pengertian anggaran
Berasal dari kata budget (Inggris), sebelumnya dari kata bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil.
Anggaran meliputi:
a. Rencana keuangan mendatang yang berisi pendapatan dan belanja
b. Gambaran strategi dalam pengalokasian sumber daya
c. Alat pengendalian
d. Instrumen politik
e. Disusun pada periode tertentu.
Penganggaran merupakan aktivitas mengalokasikan sumber daya keuangan yang terbatas untuk pembiayaan
belanja negara yang cenderung tanpa batas.
2. Dasar Hukum APBN
 UUD 1945 pasal 23
 UU No.17/2003 ttg Keuangan Negara (pasal 11 s.d. 15)
 UU No.1/2004 ttg Perbendaharaan Negara
 UU No.25/2004 ttg Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 UU No.33/2004 ttg Perimbangan Kuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
 PP No.20/2004 ttg Rencana Kerja Pemerintah
 PP No.21/2004 ttg Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
3. Pengertian APBN/APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. (UU 17/2003)
Anggaran Pemerintah merupakan alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan ekonomi dan cerminan
kebijakan Pemerintah. Pengertian Anggaran Pemerintah adalah dokumen kesepakatan antara lembaga
legislatif dan eksekutif yang berisi, di satu sisi, rencana belanja pemerintah yang akan dilaksanakan, dan di sisi
lain, pendapatan yang diharapkan dapat menutup belanja dimaksud dalam kurun waktu yang sama atau
berdasarkan UU, berupa rencana keuangan tahunan pemerintahan yang disetujui oleh lembaga legislatif.
Perbedaan Ketiga UU APBN
UU No. 17/2003 : mempelajari proses APBN : bagaimana APBN disusun, diproses, serta dibahas.
UU No. 1/2004 : tentang bagaimana APBN itu dilaksanakan (dicairkan).
UU No. 15/2004: tentang bagaimana APBN diperiksa pertanggungjawabannya oleh BPK.
4. Perbedaan dan persamaan APBN dengan APBD
Perbedaan:
a. Yang mengesahkan APBN ialah Pem. Pusat bersama DPR, sedangkan APBD ialah Pemda bersama DPRD
b. APBN ditetapkan tiap tahun dengan UU, sedangkan APBD dengan PERDA.
Persamaan:
Keduanya sama-sama tunduk pada UU No.17/2003 dan pedoman pelaksanaan APBN Keppres No.42/2002.
5. Klasifikasi anggaran
Menurut organisasi : anggaran dibagi ke setiap instansi pemerintahan terkait.
Menurut fungsi : Dibagi ke dalam 11 fungsi: Pelayanan umum pemerintahan; Pertahanan; Hukum, ketertiban,
dan keamanan; Ekonomi; Lingkungan Hidup;Perumahan dan pemukiman; Kesehatan; Pariwisata dan budaya;
Agama; Pendidikan; Perlindungan sosial.
Menurut jenis belanja: Dibagi ke dalam 8 fungsi: Belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal,
bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja lainnya.
6. Perubahan mendasar setelah adanya reformasi KN (Implementasi UU 17/2003)
Penyusunan anggaran berorientasi pada Anggaran Kinerja:
a. Unified Budget
Usaha menggabungkan antara pengeluaran rutin dengan pembangunan, DIP dan DIK digabung di dalam
RKA lalu menjadi DIPA. Tujuannya: 1) memudahkan dlm penyusunan anggaran berbasis kinerja, 2)
Mengurangi terjadinya duplikasi dana maupun penumpukan dana, 3) Menjaga konsistensi dengan SAP, 4)
Memberikan gambaran yang objektif dan proporsional tentang kegiatan keuangan pemerintah.
b. Anggaran kinerja
Penyusunan anggaran yang mengutamakan output, outcome, dan benefit dari input yang dikeluarkan
sehingga diharapkan tercipta accountability dan transparancy dalam pengelolaan KN.
Kriteria Penetapan Target Kinerja:
 Specific (Spesifik) – jelas, singkat, tepat dan akurat
 Measured (Terukur) – dapat dikuantifikasikan
 Achievable (Realistis) – praktis & masuk akal
 Relevant (Relevan) – merupakan kebutuhan aktual bagi konsumen (masyarakat)
 Timed (Jangka waktu pencapaian) – batas atau tenggang waktu pencapaian yg spesifik
c. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)/ Medium Term Expenditure Framework
Pasal 1 poin 5 PP 21/2004:
KPJM adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap
kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan
implikasi biaya keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan
maju.
Di dalam APBN terkandung perkiraan anggaran yang berisi perkiraan penerimaan yang akan diperoleh dan
pengeluaran yang akan dikeluarkan untuk beberapa tahun ke depan (3 tahun) secara bergulir.
7. Fungsi APBN
a. Otorisasi  APBN menjadi dasar melaksanakan pendapatan dan belanja tahun ybs.
b. Perencanaan  APBN menjadi pedoman dlm merencanakan kegiatan pada tahun ybs.
c. Pengawasan  APBN menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah
negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
d. Alokasi  APBN harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian
e. Distribusi APBN menjadi pedoman dalam pendistribusian keuangan negara, kebijakan anggaran negara
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
f. Stabilisasi APBN menjadi alat pemerintah untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
8. Struktur APBN
a. Pendapatan negara, terdiri atas pendapatan pajak, pendapatan negara bukan pajak, dan pendapatan hibah.
Jenis penerimaan negara bukan pajak:
 Penerimaan kembali anggaran (sisa anggaran rutin dan sisa anggaran pembangunan)
 Penerimaan hasil penjualan barang/kekayaan negara
 Penerimaan hasil penyewaan barang/kekayaan negara
 Penerimaan hasil penyimpanan uang negara (jasa giro)
 Penerimaan ganti rugi atas kerugian negara (TGR dan TP)
 Penerimaan denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan pemerintah
 Penerimaan dari hasil penjualan dokumen lelang.
b. Belanja negara dibagi 2, yaitu belanja pusat dan belanja daerah. Belanja pusat dibagi ke dalam 8 jenis
belanja (belanja pegawai, barang, dsb), sedangkan belanja daerah terdiri atas Dana perimbangan serta
Dana otonomi khusus dan penyesuaian.
Pelaksanaan anggaran belanja negara didasarkan atas prinsip-prinsip: (Keppres 42/2002 ps.12)
 Hemat, tidak mewah, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan
 Efektif, terarah dan terkendali sesuai dengan rencana, program/kegiatan, serta fungsi setiap
departemen/lembaga/pemerintah daerah
 Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri
c. Pembiayaan negara, terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
9. Siklus Anggaran
a. Penyusunan APBN (Januari – Juli Tahun n-1)
b. Penetapan APBN (16 Agustus – Oktober Tahun n-1)
c. Pelaksanaan APBN (Januari – Desember Tahun n)
d. Pertanggungjawaban APBN (maksimal Juli Tahun n+1)

Pokok-pokok Kebijakan
Fiskal dan Kerangka
Ekonomi Makro
(Pertengahan Mei) Pagu Sementara
RKP
(Pertengahan Juni)
Pagu Indikatif
(Maret)
DIPA K/L
(31 Desember)

Rincian Anggaran RAPBN


Belanja K/L (Agustus)
(Akhir November) APBN
(Akhir Oktober)

PERPRES RUU & NK


UU

B. Penyusunan dan Penetapan APBN


1. Landasan proses penyusunan dan penetapan APBN
 APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam
menghimpun pendapatan Negara.
 Penyusunan Rancangan APBN sebagaimana dimaksud di atas berpedoman kepada Rencana Kerja Pemerintah
dalam rangka tercapainya tujuan negara.
 Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit
tersebut dalam UU APBN.
 Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, Pemerintah Pusat dapat rencana penggunaan surplus anggaran
kepada DPR.
2. Mekanisme pembahasan APBN (pasal 13,14,15 UU KN)
a. Diawali dengan penyampaian pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro oleh pemerintah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam tenggat waktu selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun
berjalan.
b. Selanjutnya pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok
kebijakan fiskal tersebut dalam pembicaraan pendahuluan. Berdasarkan kerangka ekonomi makro dan pokok-
pokok kebijakan fiskal, pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas kebijakan umum dan
prioritas anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementerian negara/lembaga dalam penyusunan usulan
anggaran.
c. Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga.
d. Rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai disertai dengan prakiraan
belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun angaran yang sedang disusun.
e. Selanjutnya disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN.
f. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada Menteri Keuangan sebagai bahan
penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang APBN.
g. Selanjutnya pemerintah mengajukan Rancangan Undang-Undang tentang APBN, disertai nota keuangan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada bulan Agustus.
h. Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang-undang yang
mengatur susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Rakyat. Dalam pembahasan dimaksud Dewan
Perwakilan Rakyat dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan Undang-Undang tentang APBN.
i. Pengambilan keputusan oleh Dewan Perwakilan Rakyat mengenai Rancangan Undang-Undang tentang APBN
dilakukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBN
yang disetujui oleh DPR terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi program, kegiatan, dan jenis belanja.
Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui Rancangan Undang-undang tersebut, pemerintah dapat
melakukan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
 Penelaahan oleh Kementerian Keuangan (PP 21 tahun 2004)
 Kementrian Keuangan menelaah kesesuaian antara RKA-KL hasil pembahasan bersama DPR dengan SE
Menkeu tentang pagu sementara, prakiraan maju yang telah disetujui sebelumnya, dan standar biaya yang
telah ditetapkan.
 Menkeu menghimpun RKA-KL yang telah ditelaah kemudian bersama dengan NK dan RAPBN dibahas dalam
Sidang Kabinet.
 RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Keppres tentang Rincian APBN dan menjadi dasar
penyusunan konsep dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA).
3. Mekanisme Pembahasan APBD (pasal 18,19,20 UU KN)
a. Sementara itu, di tingkat pemerintah daerah, mekanisme pembahasan APBD diawali dengan penyampaian
kebijakan umum APBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni.
b. Selanjutnya DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan oleh pemerintah daerah tersebut dalam
pembicaraan pendahuluan RAPBD. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,
pemerintah daerah bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah membahas prioritas dan plafon anggaran
sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap satuan kerja perangkat daerah.
c. Dalam rangka penyusunan RAPBD, kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pengguna anggaran
menyusun rencana kerja dan anggaran satuan kerja perangkat daerah.
d. Rencana kerja satuan kerja perangkat daerah disusun dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang
akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran dimaksud disertai dengan prakiraan belanja.
e. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah
sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun berikutnya.
f. Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah tentang APBD, desertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober. Pembahasan
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan seuai dengan undang-undang yang mengatur susunan
dan kedudukan DPRD. Dalam pembahasan tersebut DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan
perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
g. Pengambilan keputusan oleh DPRD selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan.
h. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unti organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis
belanja.
i. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah tersebut, untuk membiayai keperluan setiap
bulan pemerintah daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD tahun
anggaran sebelumnya.
 Diagram proses penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L
JANUARI - APRIL MEI - AGUSTUS SEPTEMBER - DESEMBER

(4) (8) (9)


Pembahasan
DPR Pokok-Pokok Pembahasan Pembahasan UU APBN
Kebijakan RKA - KL RAPBN
Fiskal & RKP

( 11 )
Kabinet/ ( 7)

Presiden Kebijakan Umum Nota Keuangan


Keppres tentang
dan Prioritas RAPBN dan
Rincian APBN
Anggaran Lampiran

Penelaahan
Kementrian SEB Prioritas Konsistensi
dengan RKP
Perencanaan Program dan
Indikasi Pagu
(2) (6) (10) (13)
Kebijakan Umum Kebijakan Umum Penelaahan
Keppres tentang
dan Prioritas dan Prioritas Konsistensi
Rincian APBN
Anggaran Anggaran
Kementrian dengan RKP
Keuangan (5)
Penelaahan
Konsistensi
dengan Prioritas
Anggaran
(1) (3) (12) (14)
Kementrian
Konsep dok. Dokumen
Negara/ Renstra KL
Rancangan
RKA - KL Pelaksanaan Pelaksanaan
Renja KL
Lembaga Anggaran Anggaran

Daerah

 Tugas Menteri Keuangan dalam Penyusunan RAPBN


a. Menyusun pokok-pokok kebijakan ekonomi makro dan fiskal (Fiscal Policy Statement)
b. Mengajukan pokok-pokok kebijakan ekonomi makro dan fiskal kepada DPR
c. Membahas dengan DPR (Panitia Anggaran)
d. Menjabarkan pokok-pokok kebijakan ekonomi makro dan fiskal dalam pagu sementara departemen/lembaga
e. Menerbitkan edaran pedoman penyusunan anggaran kepada departemen/lembaga
f. Membahas usulan anggaran yang diajukan oleh departemen/lembaga
g. Menghimpun usulan-usulan departemen/lembaga dalam RAPBN
h. Menyusun RUU APBN dan Nota Keuangan
i. Membahas RUU APBN dengan DPR (Panitia Anggaran)
j. Memberitahukan kepada departemen/lembaga hasil pembahasan RUU APBN dalam paguanggaran
departemen/lembaga
k. Mengesahkan dokumen pelaksana anggaran (SKO).
 Tugas Menteri Teknis Dalam Penyusunan APBN
a. Menyusun rencana kerja dan anggaran departemen/lembaga
b. Mengajukan rencana kerja dan anggaran departemen/lembaga dengan komisi DPR yang bersangkutan dalam
pembicaraan pendahuluan
c. Menyusun usulan anggaran departemen/lembaga sesuai dengan pedoman penyusunan anggaran yang
dikeluarkan oleh Menteri Keuangan
d. Membahas usulan anggaran departemen/lembaga dengan komisi DPR yang bersangkutan pada masa
pembahasan RUU APBN
e. Mengajukan dokumen anggaran departemen/lembaga
f. Mengajukan dokumen anggaran departemen/lembaga kepada Menteri Keuangan untuk memperoleh
pengesahan.
KEBIJAKAN PELAKSANAAN ANGGARAN
PERBENDAHARAAN NEGARA
1. Pengertian Perbendaharaan Negara (pasal 1 angka 1 UU PN)
Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan,
yang ditetapkan dalam APBN dan APBD.
Asas-Asas ICW yang masih ada di UU No.1/2004
Asas Legalitas→APBN yg sudah disahkan menjadi dasar hukum (legal) pelaksanaan anggaran.
Asas Anterioritas→Tagihan tidak boleh melebihi pagu anggaran.
Asas Fleksibilitas→APBN bisa berubah menjadi APBN-P jika terdapat perubahan pada asumsi dasar estimasi
makro, yaitu: 1)inflasi, 2) nilai tukar kurs rupiah, 3) suku bunga BI, 4) harga minyak dunia, 5) produksi minyak.
Asas Resiprositas→ Asas tanggung jawab/ asas timbal balik.
2. Ruang lingkup PBN (pasal 2 UU PN)
a. pelaksanaan pendapatan dan belanja negara;
b. pelaksanaan pendapatan dan belanja daerah;
c. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara;
d. pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran daerah
e. pengelolaan kas;
f. pengelolaan piutang dan utang negara/daerah;
g. pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah;
h. penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi manajemen keuangan negara/daerah;
i. penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD;
j. penyelesaian kerugian negara/daerah;
k. pengelolaan Badan Layanan Umum;
l. perumusan standar, kebijakan, serta sistem dan prosedur yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara dalam rangka pelaksanaan APBN/APBD.
3. Asas-asas umum
 Undang-undang tentang APBN merupakan dasar bagi Pemerintah Pusat untuk melakukan penerimaan dan
pengeluaran negara.
 Peraturan Daerah tentang APBD merupakan dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melakukan penerimaan
dan pengeluaran daerah.
 Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban APBN/APBD jika
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia.
 Semua pengeluaran negara, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan program
pemerintah pusat, dibiayai dengan APBN.
 Semua pengeluaran daerah, termasuk subsidi dan bantuan lainnya yang sesuai dengan program
pemerintah daerah, dibiayai dengan APBD.
 Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya mendesak dan/atau tidak terduga disediakan
dalam bagian anggaran tersendiri yang selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah.
 Kelambatan pembayaran atas tagihan yang berkaitan dengan pelaksanaan APBN/APBD dapat
mengakibatkan pengenaan denda dan/atau bunga.
4. Pejabat PBN
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA)
b. Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara (BUN/Kuasa BUN), Kuasa Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang;
c. Pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;
d. Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja (Pejabat Pembuat
Komitmen);
e. Pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah membayar (Penerbit SPM);
f. Bendahara penerimaan untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan;
g. Bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
belanja.
5. Wewenang Menteri/Pimpinan Lembaga Selaku Pengguna Anggaran (Pasal 4 Ayat 2 UU
PN) :
1. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran;
2. menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran dan Pemegang Kas;
3. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan penerimaan negara;
4. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang-piutang negara;
5. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban anggaran belanja negara;
6. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian dan perintah pembayaran;
7. menggunakan Barang Milik Negara;
8. menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang milik/kekayaan negara;
9. mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan anggaran belanja.
6. Wewenang Menkeu Selaku Bendahara Umum Negara (Pasal 7 Ayat 2 UU PN) :
1. menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBN;
2. melakukan pengendalian pelaksanaan APBN;
3. menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran negara;
4. menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran negara;
5. mengusahakan dan mengatur pengelolaan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan APBN;
6. menyimpan dan menempatkan uang negara;
7. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening kas
negara;
8. melakukan pinjaman dan memberikan jaminan atas nama pemerintah;
9. memberikan pinjaman atas nama pemerintah;
10. melakukan pengelolaan utang-piutang negara;
11. mengajukan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintahan;
12. menetapkan kebijakan dan sistem akuntansi keuangan Pemerintah Pusat;
13. menyajikan informasi keuangan negara;
14. menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan barang milik negara
15. menentukan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah dalam rangka pembayaran pajak.
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
 Setelah APBN ditetapkan, Menteri Keuangan memberitahukan kepada semua menteri/pimpinan lembaga agar
menyampaikan dokumen pelaksanaan anggaran untuk masing-masing kementerian negara/lembaga.
 Menteri/pimpinan lembaga menyusun dokumen pelaksanaan anggaran untuk kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya berdasarkan alokasi anggaran yang ditetapkan oleh Presiden.
 Di dalam dokumen pelaksanaan anggaran diuraikan sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program dan rincian
kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap
satuan kerja, serta pendapatan yang diperkirakan.
 Pada dokumen pelaksanaan anggaran tersebut dilampirkan rencana kerja dan anggaran Badan Layanan
Umum dalam lingkungan kementerian negara yang bersangkutan.
 Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga, kuasa bendahara umum negara, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN
 Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri
Keuangan dan berfungsi sebagai dasar untuk melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran negara
dan pencairan dana atas beban APBN serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
 Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang dipersamakan dengan
DIPA dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan sebagai Bendahara
Umum Negara.
PROSES PENYUSUNAN DOKUMEN ANGGARAN
DJA SATKER DJPBN

UU APBN UU APBN

KEPPRES KEPPRES
UU APBN

KEPPRES
SP
CHECK DIPA

KONSEP KONSEP
DIPA DIPA

DIPA

KEBIJAKAN PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


1. Setelah APBN ditetapkan dengan UU, pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
2. Pemerintah Pusat menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama APBN dan prognosis untuk 6 (enam) bulan
berikutnya.
3. Laporan tersebut disampaikan kepada DPR selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang
bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPR dan Pemerintah Pusat.
4. Dalam keadaan darurat Pemerintah dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang
selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBN dan/atau disampaikan dalam Laporan Realiasi
Anggaran.
5. Penyesuaian APBN dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan
Pemerintah Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang
bersangkutan, apabila terjadi:
- perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN;
- perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
- keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan,
dan antar jenis belanja;
- keadaan yang menyebabkan saldo anggaran melebihi tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan
6. Pemerintah Pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang Perubahan APBN tahun anggaran yang
bersangkutan berdasarkan perubahan dimaksud untuk mendapatkan persetujuan DPR sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan berakhir.

PELAKSANAAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA


– Tahun anggaran meliputi masa satu tahun mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
– APBN dalam satu tahun anggaran meliputi:
a. hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih;
b. kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih;
c. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
– Semua penerimaan dan pengeluaran negara dilakukan melalui Rekening Kas Umum Negara.
 Pelaksanaan Anggaran Pendapatan (pasal 16 UU PN)
a. Setiap kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang mempunyai sumber pendapatan
wajib mengintensifkan perolehan pendapatan yang menjadi wewenang dan tanggung jawabnya.
b. Penerimaan harus disetor seluruhnya ke Kas Negara/ Daerah pada waktunya yang selanjutnya diatur dalam
peraturan pemerintah.
c. Penerimaan kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah tidak boleh digunakan langsung
untuk membiayai pengeluaran.
d. Penerimaan berupa komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan
barang dan/atau jasa oleh negara/daerah adalah hak negara/daerah.
 Pelaksanaan Penerimaan Negara oleh Kementrian/Lembaga
a. Menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka rekening untuk keperluan
pelaksanaan penerimaan di lingkungan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan setelah memperoleh
persetujuan dari Bendahara Umum Negara.
b. Menteri/pimpinan lembaga mengangkat bendahara untuk menatausahakan penerimaan negara di lingkungan
kementerian negara/lembaga.
c. Dalam rangka pengelolaan kas, Bendahara Umum Negara dapat memerintahkan pemindahbukuan dan/atau
penutupan rekening Kementrian/Lembaga di atas.
 Pelaksanaan Anggaran Belanja
a. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen
pelaksanaan anggaran yang telah disahkan.
b. Untuk keperluan pelaksanaan kegiatan sebagaimana tersebut dalam dokumen pelaksanaan anggaran,
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang mengadakan ikatan/ perjanjian dengan pihak lain
dalam batas anggaran yang telah ditetapkan
c. Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berhak untuk menguji, membebankan pada mata anggaran
yang telah disediakan, dan memerintahkan pembayaran tagihan-tagihan atas beban APBN/APBD.
d. Untuk melaksanakan ketentuan tersebut Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran berwenang:
- menguji kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih;
- meneliti kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan
ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa;
- meneliti tersedianya dana yang bersangkutan;
- membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan;
- Memerintahkan pembayaran atas beban APBN/APBD.
e. Pejabat menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi
dasar pengeluaran atas beban APBN/APBD bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul
dari penggunaan surat bukti dimaksud.
 Pelaksanaan Tagihan atas Beban APBN
a. Pembayaran atas tagihan yang menjadi beban APBN dilakukan oleh Bendahara Umum Negara/Kuasa
Bendahara Umum Negara.
b. Dalam rangka pelaksanaan pembayaran dimaksud, Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara
berkewajiban untuk:
- Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran;
- menguji kebenaran perhitungan tagihan atas beban APBN yang tercantum dalam perintah pembayaran;
- menguji ketersediaan dana yang bersangkutan;
- memerintahkan pencairan dana sebagai dasar pengeluaran negara;
- Menolak pencairan dana, apabila perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
 Pembayaran atas Beban APBN
a. Pembayaran atas beban APBN/APBD tidak boleh dilakukan sebelum barang dan/atau jasa diterima.
b. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas kementerian negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah kepada
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dapat diberikan uang persediaan yang dikelola oleh Bendahara
Pengeluaran.
c. Bendahara Pengeluaran melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang dikelolanya setelah:
- Meneliti kelengkapan perintah pembayaran yang diterbitkan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran;
- Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran;
- Menguji ketersediaan dana yang bersangkutan.
d. Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi.
e. Bendahara Pengeluaran bertanggung jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya.
f. Pengecualian dari ketentuan dimaksud pada angka 1 diatur dalam peraturan pemerintah.

SEGI HUKUM PENDAPATAN NEGARA


Struktur APBN
Pendapatan Negara dan Hibah
 Penerimaan Pajak
 Penerimaan Negara Bukan Pajak

-
 Penerimaan Hibah

Belanja Negara
 Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
 Anggaran Transfer ke Daerah

=
Surplus/Defisit Anggaran
Pembiayaan

Penerimaan Negara adalah hak negara yg dapat menambah nilai kekayaan bersih meliputi :
 Penerimaan Anggaran
- Penerimaan Pajak
- Penerimaan Bukan Pajak
- Penerimaan Hibah
- Penerimaan Pembiayaan
 Penerimaan Non Anggaran
- Penerimaan PFK
- Penerimaan Wesel Pemerintah
- Penerimaan Prefinancing dan PFKBUN Lainnya
- Penerimaan Kiriman Uang
- Penerimaan Transito
 Penerimaan Lainnya :
Komisi, potongan /bentuk lainnya selain pajak, akibat penjualan dan/atau pengadaaan barang/jasa
pemerintah
Penerimaan anggaran
1. Penerimaan pajak
 Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (UU 28 th 2008 ttg KUP).
 Mekanisme pemungutan pajak:
- Dipungut langsung pada saat transaksi pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran (beban Uang Persediaan)
- Dipungut langsung oleh KPPN pada saat penerbitan SP2D (pembayaran cara-LS)
- Disetor langsung melalui Bank Persepsi/Devisa Persepsi/SGA/Pos Persepsi oleh Wajib Pajak terhadap pajak
terutang yg hrs dilunasi.
- Pungutan dan Penyetoran Pajak menggunakan SSP yang disetorkan ke Kas Negara.
2. PNBP
 Yakni penerimaan negara selain dari sektor pajak dan cukai/meterai.
 PNBP menurut sifatnya:
- PNBP yang bersifat umum→PNBP yang ada pada semua satker/KL.
- PNBP bersifat khusus→PNBP yang hanya ada pada beberapa satker/KL tertentu saja berkaitan dengan
pelaksanaan tupoksi.
 Mekanisme penerimaan dan penyetoran:
- Penyetor adalah para Wajib Pajak/Wajib Bayar.
- Penerima setoran adalah a) bendahara penerimaan/pengeluaran pada satker, b) bank persepsi/devisa
persepsi, c) kantor pos persepsi/SGG/SGA.
3. Penerimaan Hibah
4. Penerimaan pembiayaan
5. Penerimaan BLU

ASPEK HUKUM PENCAIRAN ANGGARAN BELANJA NEGARA


Landasan Hukum
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
 Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 stdd Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
 Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pelaksanaan TUPOKSI Satker
Kegiatan Satker  Perikatan/Perjanjian dengan pihak lain  Pengadaan/pembelian/ pekerjaan
pemborongan/penyediaan jasa  pengujian  pembayaran.
Mekanisme Pembayaran
 Pembayaran Anggaran Belanja Negara Langsung (LS)
LS Barang & Jasa – Kontraktual – langsung dari Kas Negara ke Pihak III
LS Belanja Pegawai & LS Perjadin – melalui Bendahara
 Pembayaran Anggaran Belanja Negara melalui Uang Persediaan (UP)
Melalui Bendahara
Pencairan Anggaran Belanja Negara
Komitmen=perikatan PBJserah terima barang/jasahak tagih/bukti pengeluaranpemberkasan dalam
SPPpengujianSPMSP2Dpemindahbukuan/transfer.
 Pengujian tagihan
– Wetmatigheid (Kebenaran menurut Peraturan) adalah pengujian tagihan dari sudut ketentuan UU.
– Rechmatigheid (Kebenaran menurut Hak) adalah pengujian tagihan dari sudut apakah pihak penagih secara
formal sah.
– Doelmatigheid (Kebenaran menurut Tujuan) adalah pengujian tagihan dari sudut apa maksud/tujuan sesuai
dengan dokumen anggaran.
 Pengujian atas SPP di PA/KPA
– Memeriksa dokumen pendukung sesuai ketentuan.
– Memeriksa ketersediaan pagu dalam DIPA.
– Memeriksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil kerja dg indikator keluaran.
– Memeriksa kebenaran atas hak tagih (pihak yg ditunjuk, nilai, dan jadual).
– Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai indikator keluaran.
 Pengujian SPM oleh BUN/Kuasa BUN
a. Pengujian Substantif
– Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam SPM.
– Menguji ketersediaan dana pada kegiatan/sub kegiatan/ MAK dalam DIPA.
– Menguji SPTB terhadap kebenaran pelaksanaan pembayaran
– Menguji faktur pajak beserta SSP.
b. Pengujian formal
– Mencocokkan tanda tangan pejabat penandatangan SPM dengan spesimen tanda tangan.
– Memeriksa cara penulisan/ pengisian jumlah uang dalam angka & huruf.
– Memeriksa kebenaran dalam penulisan, termasuk tidak boleh cacat dalam penulisan.
Alur Pengeluaran Anggaran Belanja Negara
MENTERI TEKNIS MENTERI KEUANGAN
Selaku Pengguna Anggaran Selaku BUN
Tahapan Administratif Tahapan Komtabel
BENDAHARA
PEMBUATAN
SPP KOMITMEN
PENGUJIAN SP2D
BANK
PENGUJIAN SPM
Pengujian:
•Substansial:
Pengujian: • Wetmatigheid
• Rechmatigheid
PIHAK KE 3
•Wetmatigheid
•Rechtmatigheid •Formal
•Doelmatigheid

Pola Pembayaran APBN


 Melalui Bendahara Pengeluaran :
– Uang Persediaan (UP) – utk Pengadaan barang & jasa dg nilai < 10 juta
– LS-gaji, honor
– LS-Perjalanan dinas
 Langsung (LS) kepada Pihak Ketiga
– Pengadaan barang & jasa dg nilai > 10 juta
Uang Persediaan
 Diberikan kepada setiap satker
 Untuk membiayai keperluan operasional kantor sehari-hari
 Bersifat daur ulang (revolving)
 Belum membebani MAK
 Bersifat uang muka kerja
→Untuk pengelolaan UP kepala satker dapat menunjuk Pemegang Uang Muka (PUM).
 Pengisian/penggantian UP syaratnya UP telah dipergunakan sekurang-kurangnya 75%.
Bagan Alir Proses Pembayaran pada Satuan Kerja
PEMBUAT PENGUJI BENDAHARA UNIT AKUNTANSI
PENERBIT SPM
KOMITMEN TAGIHAN PENGELUARAN SATKER

Bayar LAPORAN
SK KEUANGAN
SPK
KONTRAK Draft
SPM GU
SPM GU

BUKTI Proses
SAI
Draft
SPM LS
Daftar Lembur SPM LS
Daftar Gaji
BA PK Transfer BUKTI
BA PB UP/GU
BA Serah
Terima
PEMBEBANAN

Benar Transfer
Pihak III
SP2D
BUKTI DAN UJI DAN
TAGIHAN PERIKSA SPM
Salah KPPN

Jenis SPP (surat perintah pembayaran)


1. SPP UP (Uang Persediaan)
UP yang dapat diberikan setinggi-tingginya:1/12 dari pagu DIPA, maksimal Rp50 juta, untuk pagu sampai
dengan Rp900juta
a. 1/18 dari pagu DIPA, maksimal Rp100 juta, untuk pagu di atas Rp900 juta sampai dengan Rp2,4 M.
b. 1/24 dari pagu DIPA, maksimal Rp200 juta, untuk pagu di atas Rp2,4 M.
 Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75%, sedangkan satker yang bersangkutan memerlukan
pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia, satker dimaksud dapat mengajukan TUP.
2. SPP TUP (Tambahan Uang Persediaan)
SPP TUP harus disertai dengan rekening koran yang menunjukkan saldo terakhir dan juga surat pernyataan
KPA yang berisi bahwa:
a. Dana TUP akan digunakan untuk kebutuhan mendesak dan akan habis dalam tempo 1 bulan terhitung
sejak tanggal diterbitkan SP2D
b. Apabila ada sisa maka harus dikembalikan ke KUN.
c. Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayar secara langsung.
Kewenangan pemberian TUP:
a. Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai dengan jumlah Rp200.000.000,00(dua ratus juta rupiah)
untuk klasifikasi belanja yang diperbolehkan diberi UP bagi instansi dalam wilayah pembayaran KPPN
bersangkutan.
b. Permintaan TUP di atas Rp. 200.000.000,00(dua ratus juta rupiah) untuk klasifikasi belanja yang
diperbolehkan diberi UP harus mendapat dispensasi dari Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
3. SPP GUP (Penggantian Uang Persedian)
 Pengisian kembali UP dapat diberikan apabila dan UP telah dipergunakan sekurang-kurangnya 75% dari
dana UP yang diterima.
 Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75% sedangkan satker yang bersangkutan memerlukan
pendanaan melebihi sisa dana yang tersedia, satker dimaksud dapat mengajukan TUP.
4. SPP LS (Langsung)
Untuk beban tetap, misal yang dibayar ke kontraktor/pemborong (dengan tender/lelang), SPP-LS untuk
pembayaran gaji, lembur dan honor/vakasi.
5. SPP LS non belanja pegawai
Untuk pengadaan barang/jasa, pembayaran biaya langganan daya dan jasa, pembayaran belanja perjalanan
dinas.
6. SPP untuk PNBP
– UP/ TUP untuk PNBP diajukan terpisah dari UP/ TUP lainnya;
– UP dapat diberikan kepada satker pengguna sebesar 20 % dari pagu dana PNBP pada DIPA maksimal
sebesar Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah), dengan melampirkan Daftar Realisasi Pendapatan dan
Penggunaan Dana DIPA (PNBP) tahun anggaran sebelumnya.
Mekanisme Penerbitan SPM
1. Penerimaan dan pengujian SPP
2. Pejabat penerbit SPM melakukan pengujian atas SPP
3. Setelah dilakukan pengujian terhadap SPP-UP/SPP-TUP/SPP-GUP/SPP-LS, Pejabat Penguji SPP dan
Penanda Tangan SPM menerbitkan SPM-UP/SPM-TUP/SPM-GUP/SPM-LS dalam rangkap 3 (tiga)
Berdasarkan SPM tersebut, KPPN menerbitkan SP2D untuk rekening Bendahara Pengeluaran yang ditunjuk
dalam SPM. Batas waktu penerbitan SP2D:
• SP2D Gaji Induk diterbitkan paling lambat 5 hari kerja sebelum awal bulan pembayaran gaji.
• SP2D Non Gaji Induk diterbitkan paling lambat 5 hari kerja setelah diterima SPM secara lengkap.
• SP2D UP/TUP/GUP dan LS paling lambat 1 hari kerja setelah diterima SPM secara lengkap.

PENGELOLAAN UANG NEGARA/ DAERAH (PP NO. 39/2007)


ISTILAH-ISTILAH
a. Uang negara adalah uang yang dikuasai oleh Bendahara Umum Negara (BUN)
b. Uang daerah adalah uang yang dikuasai oleh Bendahara Umum Daerah (BUD)
c. Uang Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satker dalam melaksanakan kegiatan
operasional kantor sehari-hari.
d. Kas negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menkeu selaku BUN untuk
menampung seluruh penerimaan negara dan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
e. Rekening Kas Umum Negara adalah rekening tempat penyimpanan Uang Negara yang ditentukan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar
seluruh pengeluaran negara pada Bank Sentral.
LATAR BELAKANG PENGELOLAAN KAS NEGARA
a. Penerimaan dan Pengeluaran tidak melalui satu rekening
b. Rekening penerimaan/pengeluaran tersebar di banyak bank umum dan di Bank Indonesia
- Tingginya biaya pengelolaan rekening
- Idle cash
- Float cash
c. Belum tersedianya perencanaan kas yang baik
- Sulit untuk mengetahui jumlah uang yang dimiliki oleh negara secara cepat
- Sulit untuk mendapat perkiraan penerimaan dan pengeluaran
d. Saldo kas belum mendapatkan remunerasi yang layak
- Pengendapan uang pemerintah di bank umum tidak mendapat hasil yang maksimal
- Uang pemerintah di BI belum diberikan bunga sama sekali
TUJUAN PENGELOLAAN KAS NEGARA
penggunaan dana yang dimiliki pemerintah secara efisien, efektif dan menguntungkan.
a. Memastikan ketersediaan dana untuk pelaksanaan kegiatan operasional pemerintahan
b. Meminimalkan ‘Idle Cash’ dengan melakukan penempatan dan investasi
c. Mendapatkan sumber pembiayaan yang paling efisien untuk menutupi shortage of cash.
d. Mempercepat penyetoran penerimaan negara
e. Melakukan pembayaran tepat waktu
SASARAN PENGELOLAAN KAS
a. Pengelolaan likuiditas
m. Antisipasi atas kemungkinan kekurangan/kelebihan kas melalui perencanaan kas
n. Monitoring penerimaan dan pengeluaran kas negara
1. Pembayaran pada saat jatuh tempo
2. Penerimaan segera disetor
b. Penempatan/investasi yang aman dan menguntungkan
– Meningkatkan pendapatan negara
*penempatan di BI dan bank umum/investasi pada SUN
*rapo/reverse, rapo operation
– Mengurangi cost of financing.
c. Mengurangi biaya transaksi keuangan pemerintah.
– Rasionalisasi jumlah bank accounts pemerintah
– Mengurangi biaya revenue collection dan expenditure processing (administration of payment process).
WEWENANG BUN DALAM PENGELOLAAN UANG NEGARA YANG DILAKSANAKAN OLEH
KUASA BUN
1. Menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara
2. Menunjuk bank dan/atau lembaga keuangan lainnya dalam rangka pelaksanaan penerimaan dan
pengeluaran anggaran negara.
3. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran negara
4. Menyimpan uang negara
5. Mengelola/menatausahakan investasi melalui pembelian SUN
6. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan kepada pejabat pengguna anggaran
7. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan kepada pejabat Pengguna Anggaran atas beban rekening
KUN
8. Menyajikan informasi Keuangan Negara.
REKENING MILIK BUN
1. Di bank sentral
 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara membuka Rekening Kas Umum Negara dan rekening
lainnya pada Bank Sentral dalam rangka pengelolaan Uang Negara.
 Semua penerimaan negara masuk ke Rekening Kas Umum Negara dan semua pengeluaran negara keluar dari
Rekening Kas Umum Negara.
 Guna memperlancar pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara, Bendahara Umum Negara dapat
membuka subrekening Kas Umum Negara dan rekening lainnya di Bank Sentral.
 Subrekening dimaksud merupakan bagian dari Rekening Kas Umum Negara.
 Penarikan dana dari Rekening Kas Umum Negara, subrekening Kas Umum Negara dan rekening lainnya di
Bank Sentral dilakukan atas perintah Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau Kuasa
Bendahara Umum Negara pusat.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai pembukaan dan pengelolaan Rekening Kas Umum Negara, Subrekening Kas
Umum Negara dan rekening lainnya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
2. Di bank umum
 Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara dapat membuka rekening penerimaan di Bank
Umum/badan lainnya yang ditunjuk sebagai mitra Kuasa Bendahara Umum Negara dalam rangka pelaksanaan
penerimaan negara.
 Rekening dimaksud dioperasikan sebagai rekening bersaldo nihil yang seluruh penerimaannya dilimpahkan ke
Rekening Kas Umum Negara sekurang-kurangnya sekali sehari pada akhir hari kerja sebagaimana yang
ditetapkan dalam perjanjian dengan Bank Umum bersangkutan.
 Dalam hal kewajiban pelimpahan secara teknis belum dapat dilakukan setiap hari, Bendahara Umum Negara
mengatur pelimpahan secara berkala.
 Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara pusat dapat membuka rekening pengeluaran di
Bank Umum/badan lainnya yang ditunjuk sebagai mitra Kuasa Bendahara Umum Negara pusat dalam rangka
pelaksanaan pengeluaran.
 Rekening pengeluaran dioperasikan sebagai rekening yang menampung pagu dana untuk membiayai kegiatan
pemerintah sesuai rencana pengeluaran, yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
 Bendahara Umum Negara dapat membuka rekening pengeluaran di Bank Umum/badan lainnya yang ditunjuk
sebagai mitra Kuasa Bendahara Umum Negara di daerah dalam rangka pelaksanaan pengeluaran di daerah.
 Rekening dimaksud dioperasikan sebagai rekening bersaldo nihil.
 Pemindahbukuan dana dari rekening penerimaan dan rekening pengeluaran pada Bank Umum ke Rekening
Kas Umum Negara pada Bank Sentral dilakukan atas perintah Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum
Negara atau Kuasa Bendahara Umum Negara pusat.
REKENING MILIK K/L
 Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka rekening penerimaan dan rekening
pengeluaran dan/atau rekening lainnya pada Bank Umum/badan lainnya setelah mendapat persetujuan
tertulis dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau Kuasa Bendahara Umum Negara.
 Untuk kepentingan tertentu menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran dapat membuka rekening
di Bank Sentral setelah mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.
 Rekening penerimaan dioperasikan sebagai rekening bersaldo nihil yang seluruh penerimaannya dilimpahkan
ke Rekening Kas Umum Negara sekurang-kurangnya sekali sehari pada akhir hari kerja sesuai perjanjian
dengan Bank Umum bersangkutan.
 Kementerian negara/lembaga, Bank Sentral/Bank Umum/badan lainnya wajib menyampaikan informasi
mengenai rekening dimaksud atas permintaan tertulis Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum
Negara.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembukaan, pengoperasian, dan penutupan rekening dimaksud
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
IMPLEMENTASI PENGELOLAAN KAS
1. Treasury Single Account (TSA)
 Adalah penerapan penggunaan satu rekening thdp pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran negara
 Tujuan TSA:
a) Adanya pengendalian atas saldo kas dan aliran kas
b) Saldo kas setiap hari hrs dikonsolidasikan ke rekening TSA
c) Minimalisasi cash float
Cash Float adalah uang yang mengendap/ menganggur pada bank berkaitan dengan penerimaan dan
pengeluaran negara.
 Penerapan TSA:
a. mengkonsolidasikan penyimpanan uang negara pd satu rekening
b. semua penerimaan negara dan pengeluaran negara melalui (dari/ke) RKUN
c. semua penerimaan negara setiap hari hrs dilimpahkan ke RKUN
d. Tidak ada dana yg mengendap di BO.I, BO.II dan BO.III pd setiap akhir hari kerja
e. mengunakan UP utk membiayai kegiatan oprasional sehari-hari dg jumlah relatif kecil
f. membuat perencanaan kas yg baik dan akurat
2. Treasury National Pooling
3. Perencanaan kas
 Perencanaan Kas Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Perencanaan Kas merupakan proyeksi
penerimaan dan pengeluaran negara pada periode tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN.
 Ruang lingkup perencanaan kas meliputi perencanaan penerimaan negara, perencanaan pengeluaran
negara,dan perencanaan saldo Rekening KUN yang dilakukan secara periodik dalam rangka pelaksanaan
APBN.
 Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara atau Kuasa Bendahara Umum Negara pusat
bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas minimal.
 Berdasarkan perencanaan arus kas dan saldo kas minimal, Bendahara Umum Negara atau Kuasa
Bendahara Umum Negara pusat menentukan strategi manajemen kas untuk mengatasi kekurangan
maupun untuk menggunakan kelebihan kas.
 Tujuan perencanaan kas:
 BUN/Kuasa BUN dapat memastikan ketersediaan dana guna memenuhi kewajiban negara;
 BUN/Kuasa BUN dapat mengambil tindakan yang efektif dan efisien dalam rangka mengoptimalkan
kelebihan kas atau menutupi kekurangan kas;
 Kementerian negara/lembaga memperoleh dana senilai perkiraan penarikan dana dan/atau perkiraan
penyetoran dana untuk membiayai kegiatan yang akan dilaksanakan; dan
 Kementerian negara/lembaga memperoleh dana sesuai dengan waktu pelaksanaan kegiatan.
 Tanggungjawab perencanaan kas:
 Menteri Keuangan sebagai Chief Financial Officer (CFO) bertanggung jawab untuk membuat
perencanaan kas.
 Sumber data dalam melakukan penyusunan perencanaan kas yaitu:
– Perkiraan pencairan dana dan/atau perkiraan penerimaan dana dari KPPN; dan
– Perkiraan penarikan dana dan perkiraan penyetoran dana dari unit eselon I Departemen Keuangan
atau Kementerian Negara/Lembaga yang bertanggung jawab menangani penerimaan dan pengeluaran
negara.
4. Penempatan kas
Ketentuan pada UU No. 1 Tahun 2004 tentang penempatan/investasi oleh BUN:
- Memungkinkan investasi dalam SUN
- Memungkinkan memperoleh bunga atas dana yang disimpan pada BI
- Memungkinkan untuk memperoleh bunga atas dana yang disimpan pada bank umum
- Memungkinkan untuk membuka rekening di Bank Sentral untuk penempatan atas kelebihan dana
pada RKUN.

SEGI HUKUM PENATAUSAHAAN KEUANGAN NEGARA


Kewajiban Menyelanggarakan Pembukuan (Keppres 42 tahun 2002)
(1) Kepala kantor/satuan kerja/pimpinan proyek/bagian proyek wajib menyelenggarakan pembukuan atas uang
yang dikelolanya dan penatausahaan barang yang dikuasainya, serta membuat laporan pertanggungjawaban
mengenai pengelolaan uang dan barang yang dikuasainya kepada kepala instansi vertikal atasannya.
(2) Disamping pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala kantor/satuan kerja/pemimpin
proyek/bagian proyek dan bendaharawan untuk kegiatan yang bersifat fisik wajib menyelenggarakan
pencatatan secara tertib sehingga setiap saat dapat diketahui :
a. keadaan/perkembangan fisik kegiatan/proyek;
b. perbandingan antara rencana dan pelaksanaannya;
c. penggunaan dana bagi pengadaan barang/jasa;
d. akumulasi pengeluaran untuk setiap bangunan dalam pengerjaan.
(3) Kepala Kantor Wilayah/instansi vertikal di daerah wajib membuat laporan keuangan sebagai rekapitulasi
pelaksanaan anggaran dari kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek dalam wilayah kerjanya, kepada
pejabat eselon I yang bersangkutan.
Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
(a) Basis akuntansi;
(b) Prinsip nilai historis;
(c) Prinsip realisasi;
(d) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
(e) Prinsip periodisitas;
(f) Prinsip konsistensi;
(g) Prinsip pengungkapan lengkap; dan
(h) Prinsip penyajian wajar.
Bagan Akun Standar
– Bagan Akun Standar adalah daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk
memudahkan perencanaan, pelaksanaan anggaran, serta pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan
pemerintah pusat.
– Bagan Akun Standar meliputi kode dan uraian fungsi/sub fungsi/program, kegiatan/sub kegiatan, bagian
anggaran/unit/satuan kerja, dan kode perkiraan/akun.
– Bagan Akun Standar digunakan sebagai pedoman yang dilaksanakan oleh setiap Kementrian Negara/Lembaga
untu penyusunan dan penelaahan RKA-KL, DIPA, dan Pelaporan Keuangan dalam rangka penyusunan LKPP.
Pembukuan Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
(1) Bendahara Penerimaan wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan
pengeluaran/penyetoran atas penerimaan, meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan satuan kerja yang berada di bawah pengelolaannya.
Bendahara Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran
meliputi seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran belanja satuan kerja yang berada dibawah
pengelolaannya;
(2) Dalam rangka menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bendahara
Penerimaan/Pengeluaran wajib menyelenggarakan pembukuan dalam Buku Kas Umum, buku-buku
pembantu, dan Buku Pengawasan Anggaran.
(3) Menteri/pimpinan lembaga yang bertanggung jawab atas penerimaan dimaksud dapat menentukan buku-
buku pembantu/register-register selain Buku Kas Umum.
Tata cara pembukuan bendahara penerimaan
1. Setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran harus segera dicatat dalam Buku Kas Umum sebelum
dibukukan dalam buku-buku pembantu
2. Dokumen sumbernya antara lain: SBS, SSBP. Dokumen sumber ini berfungsi sebagai bukti realisasi target
anggaran penerimaan untuk mata anggaran berkenaan.
Tata cara pembukuan bendahara pengeluaran
1. Setiap transaksi penerimaan dan pengeluaran harus segera dicatat dalam Buku Kas Umum sebelum
dibukukan dalam buku-buku pembantu
2. Dokumen sumber: SPM-UP, SPM-TUP, SPM-GUP, SPM-GUP Nihil, SPM-LS, kuitansi pembayaran, faktur pajak,
SSP/SSBP/SSPB.
3. Dokumen sumber dibukukan sebesar nilai bruto dan dokumen sumber tersebut berfungsi sebagai
pengesahan atas kuitansi pembayaran, kecuali untuk SPM-LS yang berfungsi sebagai pengurang kredit
anggaran untuk mata anggaran berkenaan.

HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH DAERAH


POLA HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
1. Sentralisasi
Dalam hal ini segala urusan, tugas, fungsi, dan wewenang penyelenggaraan pemerintahan ada pada
pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan secara dekonsentrasi.
2. Desentralisasi
Dalam cara ini segala urusan, tugas, dan wewenang pelaksanaan pemerintahan diserahkan seluas- luasnya
kepada daerah. Pengecualian urusan yang didesentralisasikan: Pertahanan dan keamanan, luar negeri, agama,
hukum, politik, dan keuangan.
Hubungan pemerintah pusat dan daerah berkaitan dengan asas-asas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan:
a) Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b) Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI.
c) Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
d) Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil
pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
MODEL HUBUNGAN PUSAT DAN DAERAH
1) Agency model
Dalam model ini pemerintah daerah semata-mata dianggap sebagai pelaksana oleh pemerintah pusat.
2) Partnership model
Model ini mengatur bahwa pemerintah daerah memiliki suatu tingkat kebebasan tertentu untuk melakukan
pemilihan di tingkat daerahnya.
HUBUNGAN BIDANG KEUANGAN
Hubungan dalam bidang keuangan antara pusat dan daerah meliputi:
a) Pemberian sumber-sumber keuangan untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah.
b) Pengalokasian dana perimbangan kepada pemerintah daerah.
c) Pemberian pinjaman dan/atau hibah kepada pemerintah daerah.
Hubungan dalam bidang keuangan antar pemerintahan daerah meliputi:
a. bagi hasil pajak dan nonpajak antara pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah
kabupaten/kota;
b. pendanaan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab bersama;
c. pembiayaan bersama atas kerja sama antardaerah; dan
d. pinjaman dan/atau hibah antarpemerintahan daerah.
SUMBER-SUMBER PENERIMAAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN DESENTRALISASI
1. Pendapatan Daerah
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
 Yang termasuk PAD : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yg
dipisahkan, dan lain2 pendapatan asli daerah yg sah.
 Lain-lain pendapatan asli daerah yg sah meliputi : hasil penjualan kekayaan daerah yg tidak
dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih kurs, dan komisi, potongan, ataupun
bentuk lain sbg akibat dari penjualan dan/atau pengadaan BJ lain daerah.
b. Dana perimbangan
Yang termasuk dana perimbangan:
 Dana Bagi Hasil, terdiri dari 2 sumber yaitu pajak dan SDA
 Dana Alokasi Umum
 Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain pendapatan
Terdiri atas pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat
2. Pembiayaan
a. Sisa lebih perhitungan anggaran daerah
b. Penerimaan pinjaman daerah
c. Dana cadangan daerah
d. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan.

PERIMBANGAN KEUANGAN PUSAT DAN DAERAH (UU 33/2004)


 Definisi:
Suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam rangka
pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan
daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan (Pasal 1).
 Tujuan dan dasar pendanaan:
Tujuan: mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan antar-
Pemerintah Daerah. Dasar pendanaan Pemda: 1)Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi didanai APBD, 2)Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang dilaksanakan oleh
Gubernur dalam rangka pelaksanaan Dekonsentrasi didanai APBN, 3)Penyelenggaraan urusan Pemerintah yang
dilaksanakan oleh Gubernur dalam rangka Tugas Pembantuan didanai APBN, 4)Pelimpahan kewewenangan
dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan dari Pemerintahkepada Pemerintah Daerah diikuti dengan
pemberian dana.
 Konsepsi dasar pendanaan:
a) Dana perimbangan, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah
untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
b) Dana Bagi Hasil, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah
berdasarkan angka presentase untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.
→bersumber dari pajak dan SDA. DBH yang bersumber dari pajak: PBB, BPHTB, PPh 25 dan PPh 29 WP OP DN
dan PPh 21. DBH yang bersumber dari SDA: kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan
minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
c) Dana Alokasi Umum atau disebut DAU, adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan Desentralisasi.
d) Dana Alokasi Khusus atau DAK adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
Derah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan kegiatan
khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuai dengan prioritas Nasional
e) Dana Dekonsentrasi, adalah dana yang ber- asal dari APBN dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur
sebagai wakil Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan
Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
f) Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Daerah yang mencakup
semua penerimaan dan pengeluaran dalam tangka pelaksanaan Tugas Pembantuan
g) Dana penyeimbang→perhitungan dana penyeimbang ditujukan untuk mengantisipasi ketimpangan alokasi
DAU bagi daerah yang penerimaan DAU-nya lebih rendah dari tahun sebelumnya.
h) Dana otonomi khusus → dialokasikan sesuai dengan disahkannya UU otonomi khusus untuk NAD dan Papua.
Besarnya alokasi dana otonomi khusus tersebut sebagaimana yang ditetapkan dalam kedua UU tsb.
 Jenis pajak daerah:
Pajak provinsi: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok.
Pajak kabupaten/kota: pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak
mineral bukan logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung wallet, PBB perdesaan dan
perkotaan, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.
Keseimbangan primer dan keseimbangan umum
 Dalam tampilan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), dikenal dua istilah defisit anggaran,
yaitu keseimbangan primer (primary balance) dan keseimbangan umum (overall balance).
 Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja, tidak termasuk pembayaran bunga.
Sedangkan keseimbangan umum adalah total penerimaan dikurangi belanja

PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA


PENGERTIAN KERUGIAN NEGARA
Kerugian negara/daerah adalah kekurangan uang, surat berharga, dan barang yang nyata dan pasti jumlahnya
sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik disengaja maupun lalai. (UU No.1/2004 Pasal 21 ayat 1)
SUBJEK DAN OBJEK KERUGIAN NEGARA
Subjek:
1. bendahara
2. pegawai negeri bukan bendahara
3. pihak ketiga
Objek:
1. Uang
2. Surat berharga
3. Barang
JENIS KERUGIAN NEGARA
1. Kerugian negara bukan kekurangan perbendaharaan yang dilakukan oleh pegawai negeri bukan bendahara. Ini
akan dituntut dengan Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
2. Kerugian negara berupa kekurangan perbendaharaan yang dilakukan oleh bendahara. Ini akan dituntut dengan
Tuntutan Perbendaharaan (TP)
Baik TGR dan TP memiliki tujuan yang sama yaitu:
1. Memulihkan keuangan negara/daerah
2. Meningkatkan disiplin dan tanggung jawab pengelolaan keuangan negara
3. Penegakan hukum
PERBUATAN BENDAHARA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN NEGARA
1. Tidak mencatat dan menyetorkan penerimaan uang atau barang
2. Tidak mencatat dan menyetorkan pengeluaran uang atau barang
3. Membayar/mengeluarkan uang atau barang kepada pihak yang tidak berhak
4. Menerima dan menyimpan uang palsu
5. Lalai, tidak hati-hati sehingga terjadi pencurian uang atau barang
6. Korupsi, penyelewengan dan penggelapan
7. Tidak membuat pertanggungajawaban keuangan atau pengurusan barang
8. Pertanggungjawaban atau laporan yang tidak sesuai dengan kenyataan
9. Penyalahgunaan wewenang atau jabatan
10. Tidak melakukan tugas yang menjadi tanggungjawabnya (missal sebagai wajib pungut pajak).
PERBUATAN PEGAWAI NEGERI BUKAN BENDAHARA/ PEJABAT LAIN YANG
MENGAKIBATKAN KERUGIAN NEGARA
1. Korupsi, penyelewengan, dan penggelapan
2. Penyalahgunaan wewenang atau jabatan
3. Pencurian dan penipuan
4. Merusak dan menghilangkan barang inventaris milik negara/daerah;
5. Menaikan harga dan merubah kualitas atau mutu barang;
6. Meninggalkan tugas dan atau pekerjaan setelah selesai melaksanakan tugas belajar;
7. Meninggalkan tugas belajar sebelum selesai batas waktu yang telah ditentukan
PERBUATAN PIHAK KETIGA YANG MENGAKIBATKAN KERUGIAN NEGARA
1. Wanprestasi
2. Pengiriman barang yang mengalami kerusakan karena kesalahan
3. Penipuan dan perbuatan lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara/daerah.
KEWENANGAN PENGENAAN GANTI RUGI KERUGIAN NEGARA
Pelaku yang merugikan negara Pejabat/Instansi yang berwenang
a. Pegawai negeri bukan bendahara a. Menteri/pimpinan lembaga
b. Bendahara b. BPK
c. Menteri/pimpinan lembaga c. Menteri Keuangan
d. Menteri Keuangan d. Presiden
TUJUAN PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
Penyelesaian kerugian negara perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau
berkurang serta meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai negeri/pejabat negara pada umumnya,
dan para pengelola keuangan pada khususnya.
SUMBER INFORMASI TERJADINYA KERUGIAN NEGARA
1. Pemeriksaaan BPK
2. Pemeriksaan aparat pengawas fungsional
3. Pemeriksaan atasan langsung (Built-in control)
4. Verifikasi bidang keuangan atau pejabat lain yang diberi kewenangan untuk melakukan verifikasi
5. Perhitungan ex-officio
6. Sumber lain : media massa, pos, laporan pejabat pegawai, pengaduan masyarakat, dll.
Perhitungan ex-officio: perhitungan perbendaharaan yang dilakukan bukan oleh bendahara, tetapi oleh pejabat
yang ditunjuk yang bisa terjadi karena bendahara lalai membuat perhitungan, atau bendahara tidak dapat
membuat perhitungan (sedang berada di bawah pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia).
Dalam hal bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang dikenai tuntutan ganti kerugian
negara/daerah berada dalam pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia, penuntutan dan penagihan
terhadapnya beralih kepada pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris, terbatas pada kekayaan yang dikelola
atau diperolehnya, yang berasal dari bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang
bersangkutan.
Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor kepada menteri/pimpinan
lembaga dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
kerugian negara itu diketahui.
Menteri/Pimpinan lembaga/Gubernur/Bupati/ Walikota/ Direksi perusahaan negara dan badan-badan lain
yang mengelola keuangan negara melaporkan penyelesaian kerugian negara/daerah kepada Badan Pemeriksa
Keuangan, selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah diketahui terjadinya kerugian negara/daerah
tersebut.
TIM PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA (TPKN)
TPKN adalah tim yang menangani penyelesaian kerugian negara yang diangkat oleh pimpinan instansi yang
bersangkutan. Bertugas membantu pimpinan instansi dalam memproses penyelesaian kerugian Negara terhadap
bendahara yang pembebanannya akan ditetapkan oleh BPK.
TPKN terdiri dari:
a. Sekretaris jenderal/ kepala kesekretariatan badan-badan lain/ sekretaris daerah provinsi/ kabupaten/kota
sebagai ketua;
b. inspektur jenderal/kepala satuan pengawasan internal/inspektur provinsi/kabupaten/kota sebagai wakil
ketua;
c. kepala biro/bagian keuangan/kepala badan pengelola keuangan daerah sebagai sekretaris;
d. personil lain yang berasal dari unit kerja di bidang pengawasan, keuangan kepegawaian, hukum, umum,
dan bidang lain terkait sebagai anggota;
e. sekretariat.
TPKN menyelenggarakan fungsi untuk :
a. menginventarisasi kasus kerugian negara yang diterima;
b. menghitung jumlah kerugian negara;
c. mengumpulkan dan melakukan verifikasi bukti-bukti pendukung bahwa bendahara telah melakukan
perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai sehingga mengakibatkan terjadinya kerugian negara;
d. menginventarisasi harta kekayaan milik bendahara yang dapat dijadikan sebagai jaminan penyelesaian
kerugian negara;
e. menyelesaikan kerugian negara melalui SKTJM;
f. memberikan pertimbangan kepada pimpinan instansi tentang kerugian negara sebagai bahan pengambilan
keputusan dalam menetapkan pembebanan sementara;
g. menatausahakan penyelesaian kerugian negara;
h. menyampaikan laporan perkembangan penyelesaian kerugian negara kepada pimpinan instansi dengan
tembusan disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan.
POKOK-POKOK KEBIJAKAN PENYELESAIAN GANTI KERUGIAN NEGARA TERHADAP
BENDAHARA
1. Atasan langsung bendahara atau kepala satuan kerja wajib melaporkan setiap kerugian negara kepada
pimpinan instansi dan BPK selambat-lambatnya 7 hari sejak kerugian negara diketahui.
2. Setiap Pegawai atau Pejabat yang mengetahui adanya kerugian negara wajib segera melaporkan kepada
atasannya secara lisan ataupun tertulis.
3. Pimpinan instansi TPKN untuk menindaklanjuti setiap kasus kerugian negara selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
sejak laporan tersebut diterima.
4. Selama dalam proses penelitian, bendahara dibebaskan sementara dari jabatannya.
5. TPKN harus menyelesaikan verifikasi dan melaporkan hasil verifikasi dokumen-dokumen dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari sejak memperoleh penugasan kepada Pimpinan Instansi.
6. Pimpinan instansi menyampaikan Laporan Hasil Verifikasi Kerugian Negara kepada Badan Pemeriksa Keuangan
selambat- lambatnya 7(tujuh) hari sejak diterima dari TPKN.
7. Badan Pemeriksa Keuangan melakukan pemeriksaan atas laporan kerugian negara berdasarkan laporan hasil
penelitian yang diterima dari pimpinan instansi
8. Apabila ternyata terbukti BPK mengeluarkan surat kepada pimpinan instansi untuk memproses penyelesaian
kerugian negara melalui SKTJM.
PEMBUKTIAN KERUGIAN NEGARA
Dalam rangka pembuktian, TPKN atau Tim Ad hoc pada Kantor/ Satker mengadakan penelitian dan pengumpulan
bukti yang berkaitan dengan kerugian negara oleh pegawai negeri bukan bendahara/pejabat lain tentang :
 Peristiwa terjadinya kerugian negara;
 Jumlah kerugian negara yang pasti;
 Siapa saja yang tersangkut ( pegawai negeri, pejabat maupun pihak ketiga );
 Unsur besar/kecilnya kesalahan dari masing-masing pihak;
 Keterangan lain yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, seperti adanya keputusan hakim,
jumlah kerugian yang telah diganti dan sebagainya.
 Pembuktian kekurangan perbendaharaan.
- Dalam hal terjadi kekurangan perbendaharaan dan bendahara mampu bertanggung jawab, maka proses
pembuktian dengan mengadakan penelitian dan pengumpulan bahan bukti sama seperti pada peristiwa
kerugian negara bukan kekurangan perbendaharaan. Dalam hal ini perlu dilakukan penelitian dan
pengumpulan bukti-bukti atas terjadinya kekurangan perbendaharaan, sehingga dapat diungkap secara
nyata dan pasti jumlahnya.
- Apabila bendahara dalam kondisi berhalangan tetap atau tidak mapu bertanggung jawab, maka untuk
menjaga kepentingan negara, Kepala Kantor/Satuan Kerja/Atasan Langsung Bendahara segera melakukan
perhitungan ex-officio
- Dalam hal Bendahara di bawah pengampuan,melarikan diri, atau meninggal dunia selain pengumpulan
bukti-bukti juga dengan melakukan perhitungan ex-officio dan kesempatan untuk mengajukan keberatan
atau sanggahan dari pengampu/yang memperoleh hak/ahli waris dalam waktu 14 hari sejak diterima
perhitungan Ex-officio tersebut.
PELAPORAN KERUGIAN NEGARA
1. Membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP)
2. Mengupayakan penyelesaian kerugian negara secara damai
3. Membuat laporan kepada Menteri up. Sekjen paling lambat 7 hari setelah terjadi kerugian negara
4. Mengumpulkan bukti-bukti lain yang berkaitan.
ASAS UMUM PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH (SK MENKEU DAN PERATURAN
BPK NO. 3/2007)
1. Asas kewajiban menyelesaikan ganti rugi negara
Setiap kerugian negara/daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang
harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
2. Asas kewajiban mengganti
Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena perbuatannya melanggar hukum
atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib
mengganti kerugian tersebut.
3. Asas laporan terjadinya kerugian negara
a. Setiap pimpinan kementerian negara/lembaga/kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera
melakukan tuntutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam kementerian negara/lembaga/satuan
kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak mana pun.
b. Setiap kerugian negara wajib dilaporkan oleh atasan langsung atau kepala kantor kepada
menteri/pimpinan lembaga dan diberitahukan kepada Badan Pemeriksa Keuangan selambat-lambatnya
7 (tujuh) hari kerja setelah kerugian negara itu diketahui.
4. Asas penuntutan ganti kerugian negara
a. Segera setelah kerugian negara tersebut diketahui, kepada bendahara, pegawai negeri bukan
bendahara, atau pejabat lain yang nyata-nyata melanggar hukum atau melalaikan kewajibannya segera
dimintakan surat pernyataan kesanggupan dan/atau pengakuan bahwa kerugian tersebut menjadi
tanggung jawabnya dan bersedia mengganti kerugian negara dimaksud.
b. Jika surat keterangan tanggung jawab mutlak (SKTJM) tidak mungkin diperoleh atau tidak dapat
menjamin pengembalian kerugian negara, menteri/pimpinan lembaga yang bersangkutan segera
mengeluarkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian sementara kepada yang
bersangkutan.
5. Asas penuntutan kekurangan perbendaharaan
a. Apabila dalam TP/TGR ada unsur pidana, BPK menindaklanjuti dan menyampaikan hasil pemeriksaannya
kepada polisi/kejaksaan
b. Bendahara, pegawai negeri non bendahara atau pejabat lain yg telah ditetapkan mengganti kerugian
negara dapat juga dikenai sanksi administrasi atau sanksi pidana
6. Daluarsa
Kewajiban membayar ganti rugi kadaluarsa 5 tahun sejak diketahui kerugian atau 8 tahun sejak terjadinya
kerugian tidak dilakukan TGR
7. Tanggung jawab pengampu/ahli waris
a. Jika yg bersangkutan berada di bawah pengampuan, melarikan diri, atau meninggal dunia maka
penuntutan dan penagihan beralih kepada pengampu yg memperoleh hak waris/ahli waris terbatas
sejumlah kekayaan yg diperoleh/dikelola dari ybs
b. Tanggung jawab pengampu hapus setelah 3 tahun sejak keputusan pengadilan yg menetapkan
pengampuan kepada bendahara, atau sejak bendahara diketahui melarikan diri atau meninggal dunia
tidak diberitahukan oleh pejabat berwenang tentang adanya kerugian negara
TATA CARA PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA
1. Penyelesaian secara damai
Syarat:
- Jumlah kerugian negara sudah diketahui dengan pasti yang ditetapkan Pejabat Eselon I dan dalam hal
kekurangan perbendaharaan harus dibuktikan dengan perhitungan, baik dibuat oleh bendahara maupun
secara ex-officio
- Adanya pengakuan dan pernyataan bertanggung jawab dan keinginan mengganti sukarela kerugian negara
:
Peg. Neg. Bukan bendahara = SPB /SKTM
Bendahara / Pengampu/Ahli waris = SKTJM
- Penyelesaian damai dengan SKTJM harus disertai jaminan yang sepadan dengan jumlah kerugian.
- Pemulihan kerugian negara tidak lebih dari 24 bulan sejak SPB/SKTJM ditandatangani.
- SPB/SKTJM dibuat rangkap 6, bermeterai cukup dan diketahui oleh pengguna anggaran (kepala
kantor/satuan kerja) bersangkutan
Cara pembayaran dalam penyelesaian damaipembayaran dengan kompensasi, pembayaran langsung,
penjualan barang jaminan.
2. Penyelesaian kerugian negara dengan SKTJM → untuk kerugian negara kekurangan perbendaharaan
Pimpinan instansi memerintahkan TPKN mengupayakan agar bendahara bersedia membuat dan
menandatangani SKTJM paling lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima surat dari BPK. Penggantian kerugian
negara dilakukan secara tunai selambat-lambatnya 40 (empat puluh) hari kerja sejak SKTJM ditandatangani.
3. Penyelesaian kerugian negara dengan keputusan pembebanan
Melalui 3 tahapan: 1) Surat Keputusan Pembebanan Sementara, 2) Surat Keputusan Penetapan Batas Waktu,
3) Surat Keputusan Pembebanan.
 Surat Keputusan Pembebanan.
 Surat Keputusan Pembebanan diterbitkan oleh BPK jika bendahara tidak bersedia membuat SKTJM atau
bendahara tidak menepati pelunasan sesuai SKTJM.
 Namun Pemerintah harus tetap mengupayakan penyelesaian dengan menerbitkan Surat Keputusan
Pembebanan Sementara dalam waktu 7 hari kerja sejak bendahara tidak bersedia membuat atau tidak
menepati SKTJM.
 Surat Keputusan Pembebanan Sementara mempunyai kekuatan hukum untuk sita jaminan (coservatoir
beslag) yang harus dilaksanakan paling lambat 7 hari sejak Surat Keputusan Pembebanan Sementara
diterbitkan.
 Surat Keputusan Penetapan Batas Waktu (SKPBW)
 SKPBW diterbitkan sebelum dilakukan proses pembebanan ganti kerugian negara oleh BPK dengan
mengeluarkan SK Pembebanan.
 SK PBW tersebut antara lain berisi pernyataan bahwa bendahara bertanggung jawab atas kerugian negara
sejumlah nilai tertentu sebagai akibat kesalahan/kelalaian yang dilakukannya, dan kepada bendahara
diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pembelaan diri atas kerugian negara tersebut
dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari terhitung setelah menerima surat keputusan dimaksud.
 Penerbitan Surat Keputusan Pembebanan
Dikeluarkan dalam hal:
 bendahara yang tidak bersedia “damai” untuk mengganti kerugian negara dengan cara membuat dan
menandatangani SKTJM dan atau tidak melaksanakan SKTJM
 bendahara tidak mengajukan keberatan, atau meskipun bendahara telah mengajukan keberatan
tetapi ditolak karena tidak dapat membuktikan dirinya tidak bersalah, maka Badan Pemeriksa
Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan Pembebanan.
 berdasarkan pemberitahuan dan usulan pimpinan instansi yang menyatakan bahwa jangka waktu 40
hari sejak ditandatangani SKTJM telah terlampaui, namun kerugian negara belum dapat diganti
sepenuhnya oleh bendahara yang bersangkutan.
 Pelaksanaan sita eksekusi
Pelaksanaan sita eksekusi berdasarkan Keputusan Pembebanan BPK dilaksanakan apabila dalam jangka
waktu 7 (tujuh) hari sejak bendahara menerima keputusan pembebanan telah terlampaui dan bendahara
tidak mengganti kerugian negara secara tunai.
4. Penyelesaian administrasi dan penerimaan kembali ganti rugi
Kekurangan uang dari perhitungan Bendahara terjadi karena terdapat perbedaan antara saldo buku dan
saldo kas yang berada dalam pengurusan Bendahara. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu
diupayakan penyelesaian administrasi yang meliputi:
a. Penghapusan Kekurangan Uang Dari Perhitungan Bendahara.
b. Peniadaan Selisih
Dalam hal dapat dibuktikan bahwa atas sejumlah uang yang telah disetorkan ke rekening kas negara
sebagai pelunasan kerugian negara ternyata lebih besar dari yang seharusnya disetor, Bendahara yang
bersangkutan/pengampu/ahli waris atau mereka yang memperoleh hak peninggalan dapat mengajukan
permohonan pengembalian kelebihan tagihan yang telah disetorkan ke rekening kas negara melalui
prosedur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Sanksi
a. Bendahara yang telah ditetapkan untuk mengganti kerugian negara dapat dikenakan sanksi administratif
dan/atau sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Atasan langsung bendahara atau kepala kantor/satuan kerja yang tidak melaksanakan kewajiban dapat
dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH


Definisi-definisi
a. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau dari perolehan
lainnya yang sah.
b. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau dari perolehan
lainnya yang sah.
c. Perolehan lainnya yang sah meliputi:
 Hibah/sumbangan atau yang sejenis
 Pelaksanaan perjanjian/kontrak
 Ketentuan undang-undang
 Putusan pengadilan.yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Pokok-pokok pengaturan
a. Menteri/pimpinan lembaga (pusat) dan kepala kantor/SKPD (pemda) selaku pengguna barang memiliki
kewenangan PENGGUNAAN BMN sesuai tupoksinya
b. Tanah dan/atau bangunan yang tdk digunakan utk tupoksi wajib diserahkan ke Menkeu selaku Pengelola
Barang.
c. Menkeu selaku pengelola barang berwenang: a) menetapkan pengalihan status penggunaan tanah/bangunan
ke pengguna barang lainnya, b) memanfaatkan dan memindahtangankan tanah dan/atau bangunan tsb utk
kepentingan fungsi budgeter.
Penggunaan Sebatas utk penyelenggaraan
Tupoksi Departemen/Lembaga

 Sewa;
 Pinjam Pakai;
BMN/D Pemanfaatan  Kerja Sama Pemanfaatan;
 Bangun Guna Serah (BGS)
& Bangun Serah Guna (BSG)

 Penjualan;
Pemindahtanganan  Tukar Menukar;
 Hibah;
 Penyertaan Modal Pemerintah

Pejabat Pengelola BMN/D


1) Pengelola Barang →Menkeu adalah Pengelola BMN, Sekretaris Daerah adalah Pengelola BMD.
Kewenangan:
 Penggunaan: a) menetapkan tanah dan/atau bangunan yg harus diserahkan, b) menetapkan status
penggunaan BMN.
 Pemanfaatan: a) sewa pinjam pakai, KSP→objek: tanah/bangunan yg berada/sdh diserahkan kepada
pengelola, b) BGS/BSG →objek: tanah.
 Pemindahtanganan: a) penjualan → objek: tanah/bangunan, b) tukar menukar, hibah, PMP →objek:
tanah/bangunan yg berada/sdh diserahkan kepada pengelola.
2) Pengguna barang → menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna BMN, Kepala SKPD adalah Pengguna BMD.
Kewenangan:
 Penggunaan: penggunaan BMN sesuai dg Tupoksi.
 Pemanfaatan: a) sewa, KSP → objek : sebagian tanah/bangunan yg masih digunakan dan selain
tanah/bangunan dg izin pengelola barang.
 Pemindahtanganan: a) penjualan → objek: selain tanah/bangunan, b) tukar menukar → objek: sebagian
tanah/bangunan yg masih digunakan dan selain tanah/bangunan, c) hibah dan PMP → objek:
tanah/bangunan yang dari awal direncanakan untuk hibah/PMP dan selain tanah/ bangunan dg izin
pengelola barang.
Ruang lingkup BMN/BMD (Siklus Logistik)
1. Perencanaan dan Penganggaran
 Perencanaan kebutuhan BMN disusun dalam Rencana Kerja dan Anggaran K/L/SKPD dg memperhatikan
ketersediaan barang dan berpedoman pada standar barang, standar kebutuhan dan standar harga yang
ditetapkan.
 Pengguna Barang menghimpun usul rencana kebutuhan barang yg diajukan Kuasa Pengguna
barang→Pengguna Barang menyampaikan usul rencana kebutuhan BMN/D kpd Pengelola
barang→Pengelola barang bersama pengguna barang membahas usul tsb utk ditetapkan sbg RKBMN/D.
 Alasan melakukan perencanaan kebutuhan dan penganggaran:
– Untuk mengisi kebutuhan barang karena adanya perkembangan organisasi/pegawai
– Adanya barang yang rusak, dihapuskan, dijual, hilang, mati.
– Adanya mutasi pegawai
– Untuk menjaga tingkat persediaan barang
– Perkembangan teknologi.
2. Pengadaan

Perencanaan PBJP Yang


Perencanaan PBJP
Dilaksanakan Penyedia
Barang/Jasa Dengan Swakelola

Pemaketan Pekerjaan Perencanaan Kegiatan

Jadual Pelaksanaan Penyusunan Kerangka


Pekerjaan Acuan Kerja (KAK)

Jadual Pelaksanaan
Biaya Pengadaan Pekerjaan/Kegiatan

Penyusunan Rencana Biaya


Pelaksanaan Pengadaan Pekerjaan/Kegiatan

Pelaksanaan Kegiatan Oleh


Masyarakat/LSM

 Pengadaan tanah
Adalah setiap kegiatan utk mendapatkan tanah dg cara memberikan ganti rugi kepada yg
melepaskan/menyerahkan tanah, bangunan, dan benda-benda yg berkaitan dg tanah.
3. Penggunaan
 Status penggunaan barang ditetapkan:
– BMN oleh pengelola barang
– BMD oleh gubernur/bupati/walikota.
 Pengguna barang/Kuasa Pengguna Barang wajib menyerahkan tanah/bangunan yg tidak digunakan sesuai
tupoksi kepada:
– Pengelola Barang untuk BMN
– Gubernur/bupati/walikota melalui pengelola barang untuk BMD.
Tindak lanjut atas penyerahan tanah/bangunan:
– Ditetapkan status penggunaannya untuk penyelenggaraan tupoksi instansi pemerintah lainnya.
– Dimanfaatkan dalam rangka optimalisasi BMN/BMD.
– Dipindahtangankan.
4. Pemanfaatan
a. Sewa
b. Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)
c. Bangunan Guna Serah (BGS) dan Bangun Serah Guna (BSG)
d. Pinjam pakai.
5. Pengamanan dan Pemeliharaan
 Pengamanan BMN/D meliputi pengamanan administrasi, pengamanan fisik, dan pengamanan pe
 Pengamanan administrasi, meliputi kegiatan pembukuan, penginventarisasian, dan pelaporan barang milik
Negara/daerah serta penyimpanan dokumen kepemilikan secara tertib.
– BMN/D berupa tanah harus disertifikasikan atas nama pemerintah RI/daerah ybs.
– BMN/D berupa bangunan harus dilengkapi dg bukti kepemilikan atas nama Pemerintah Republik
Indonesia/pemerintah daerah ybs.
– BMN selain tanah/bangunan harus dilengkapi dg bukti kepemilikan atas nama pengguna barang.
– BMD selain tanah/bangunan harus dilengkapi dg bukti kepemilikan atas nama pemda ybs.
 Pengamanan fisik, antara lain ditujukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan
jumlah barang, dan hilangnya barang.
 Pengamanan hukum antara lain meliputi kegiatan melengkapi status kepemilikan.
 Pemeliharaan BMD meliputi tahap perencanaan, tahap pemeliharaan, tahap pasca pemeliharaan
6. Penilaian
– Penilaian BMN/D dilakukan dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah, pemanfaatan,
dan pemindahtanganan BMD.
– Penetapan nilai BMN/D dalam rangka penyusunan neraca pemerintah pusat/daerah dilakukan dg
berpedoman SAP.
7. Penghapusan dan Pemusnahan BMN/D
 Penghapusan BMN/D meliputi:
a. Penghapusan dari daftar barang pengguna pada pengguna barang
b. Penghapusan dari daftar BMN/D pada pengelola barang
 Penghapusan BMN/D yg sudah tidak berada dalam penguasaannya.
8. Pemindahtanganan BMN/D
Bentuk pemindahtanganan:
 Dijual
 Dipertukaran
 Dihibahkan
 Disertakan sbg penyertaan modal pemerintah/pemerintah daerah (PMP/PMPD).
Pokok-pokok pemindahtanganan:
 Harus dengan persetujuan DPR→pemindahtanganan tanah/bangunan, pemindahtanganan BMN selain
tanah dan bangunan di atas 100 milyar.
 Tidak perlu persetujuan DPR:
– Tanah/bangunan: a) sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah/tata kota, b) harus dihapuskan karena
anggaran pengganti sudah disediakan, c) diperuntukkan bagi pegawai negeri, d) diperuntukkan bagi
kepentingan umum, d) dikuasai Negara berdasarkan keputusan pengadilan.
– Selain tanah/bangunan
Nilai per paket usulan di bawah 100 miliar.
9. Penatausahaan BMN/D
 Inventarisasi
Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN/D sekurang-kurangnya sekali dalam 5 th.
Terdiri dari 4 tahap: Persiapan, Pelaksanaan, Pelaporan, dan Tindak Lanjut.
 Pembukuan
 Pelaporan.
10. Pembinaan pengawasan dan pengendalian.

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH (PERPRES NO. 54/2010)


DEFINISI
PBJP adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh K/L /SKPD/institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.
RUANG LINGKUP
a) PBJ di lingkungan K/L/D/I yang pembiayaannya baik sebagian atau seluruhnya bersumber dari
APBN/APBD
b) PBJ untuk investasi di lingkungan BI, BHMN dan BUMN/BUMD yang pembiayaannya sebagian atau
seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.
KLASIFIKASI B/J
a. Barang
Setiap benda baik berwujud maupun maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh Pengguna barang.
b. Pekerjaan konstruksi
Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik
lainnya.
c. Jasa Konsultasi
Jasa layanan yang membutuhkan keahlian tertentu di berbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya
olah piker.
d. Jasa lainnya
Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan ketrampilan dalam suatu sistem tata
kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan
dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.
PRINSIP –PRINSIP DASAR PBJ PEMERINTAH
a. Efisien → PBJ harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk mencapai kualitas
dan sasaran yang ditetapkan atau mengguanakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil dan
sasaran dengan kualitas yang maksimum.
b. Efektif → PBJ harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan dan dapat memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya.
c. Transparan → semua ketentuan dan informasi mengenai PBJ bersifat jelas dan dapat diketahui secara luas
oleh penyedia B/J yang berminat serta oleh masyarakat pada umumnya.
d. Terbuka → PBJ dapat diikuti oleh semua penyedia B/J yang memenuhi persyaratan/criteria tertentu
e. Bersaing → PBJ harus dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin Penyedia B/J yg
setara dan memenuhi persyaratan, sehingga dapat diperoleh B/J yang ditawarkan scr kompetitif dan tidak
ada intervensi yg mengganggu terciptanya mekanisme pasar PBJ
f. Adil/tidak diskriminatif → memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia B/J dan tidak
mengarah untuk member keuntungan kpd pihak tertentu, dg tetap memperhatikan kepentingan nasional
g. Akuntabel → harus sesuai dg aturan dan ketentuan yg terkait dg PBJ shg dpt dipertggjwbkan.
PENDANAAN PBJP
1. Sumber dana/pembiayaan : APBN/APBD, pinjaman atau hibah dlm negeri, PHLN.
2. Bukti Ketersediaan Dana : Dokumen Pelaksanaan Anggaran
3. Keperluan Darurat (emergency) : Cadangan Umum, dan metode pengadaannya dapat dilakukan dengan
penunjukan langsung
4. Ketersediaan Anggaran : Pengguna anggaran, tidak diizinkan untuk melakukan pengadaan barang/jasa,
apabila dananya tidak tersedia di dalam APBN/APBD.
PELAKU PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH
1) PA/KPA, 2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), 3) Unit Layanan Pengadaan (ULP)/Pejabat Pengadaan, 4)
Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan, 5) Penyedia B/J.
1) PA/KPA
Tugas dan kewenangan:
a. Menetapkan rencana umum pengadaan
b. Mengumumkan secara luas rencana umum pengadaan
c. Menetapkan PPK
d. Menetapkan pejabat pengadaan
e. Menetapkan panita/pejabat penerima hasil
f. Menetapkan pemenang pada seleksi pelelangan/seleksi penyedia B/J
g. Mengawasi pelaksanaan anggaran
h. Menyampaikan laporan keuangan
i. Menyelesaikan perselisihan antara PPK dg ULP/Pejabat pengadaan
j. Mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh dokumen PBJ.
2) Pejabat Pembuat Komitmen
Tugas Pokok PPK:
a. Menetapkan rencana pelaksanaan PBJ
b. Menerbitkan Surat penunjukan penyedia B/J
c. Menandatangani kontrak
d. Melaksanakan kontrak dg penyedia B/J
e. Mengendalikan pelaksanaan kontrak
f. Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian PBJ kpd PA/KPA
g. Menyerahkan hasil pekerjaan PBJ kpd PA/KPA
h. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan pelaksanaan pekerjaan
setiap triwulan
i. Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan PBJ.
3) ULP/Pejabat Pengadaan
a. Menyusun rencana pemilihan Penyedia B/J
b. Menetapkan dokumen pengadaan
c. Menetapkan besaran nominal jaminan penawaran
d. Mengumumkan pelaksanaan PBJ
e. Menilai kualifikasi Pnyedia B/J melalui prakualifikasi atau pascakualifikasi
f. Melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga terhadap penawaran yang masuk.
g. Menetapkan Penyedia B/J utk:
- Penunjukan langsung/pengadaan langsung utk paket pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
yg bernilai pling tinggi 100juta.
- Penunjukan langsung/pengadaan langsung utk paket pengadaan jasa konsultansi yg bernilai pling tinggi
50juta.
4) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan
a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan PBJ sesuai ketentuan dalam kontrak
b. Menerima hasil PBJ setelah melalui pemeriksaan/pengujian
c. Membuat dan menandatangani Berita Acara Serah Terima Hasil Pekerjaan
5) Penyedia Barang/Jasa
Adalah badan usaha/orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.
PEMAKETAN BARANG/JASA
 PA melakukan pemaketan B/J dalam rencana umum PBJ kegiatan dan anggaran K/L/D/I
 Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket usaha untuk usaha mikro dan usaha
kecil serta koperasi kecil tanpa mengabaikan prinsip efisiensi, persaingan sehat, kesatuan sistem dan kualitas
kemampuan teknik
 Dalam melakukan pemaketanB/J, PA dilarang:
– Menyatukan dan memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di beberapa lokasi/daerah yang menurut
sifat pekerjaan dan tingkat efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah
– Menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis pekerjaannya bisa dipisahkan
– Memecah PBJ menjadi beberapa paket dengan maksud menghindari pelelangan
– Menentukan kriteria, persyaratan/prosedur pengadaan yang diskriminatif dan/atau dg pertimbangan yg
tidak objektif.
SWAKELOLA
 Merupakan kegiatan PBJ dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I
sebagai penanggungjawab anggaran, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok masyarakat.
 Pekerjaan yang dapat dilakukan dg swakelola:
 Pekerjaan yang bertujuan utk meningkatkan kemampuan/memanfaatkan kemampuan teknis SDM dan
sesuai tupoksi K/L
 Pekerjaan yg operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat
 Pekerjaan yg dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi/pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia B/J
 Pekerjaan yg secara rinci tdk dpt dihitung/ditentukan terlebih dahulu
 Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya, penyuluhan
 Pekerjaan utk pilot project
 Pekerjaan survei, pemrosesan data
 Pekerjaan yg bersifat rahasia
 Pekerjaan industri kreatif
 Penelitian dan pengembangan dalam negeri
 Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, alusista, almatsus dalam negeri.
PENGADAAN MELALUI PENYEDIA B/J
 Persiapan pemilihan Penyedia B/J terdiri atas kegiatan:
 Perencanaan pemilihan penyedia B/J
 Pemilihan sistem pengadaan
 Penetapan metode penilaian kualifikasi
 Penyusunan jadwal pemilihan Penyedia B/J
 Penyusunan dokumen pengadaan B/J
 Penetapan HPS.
 Penetapan metode pemilihan:
 ULP/pejabat pengadaan menyusun dan menetapkan pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan
Konstruksi/Jasa lainnya
 Pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya dilakukan dg:
1. pelelangan→pelelangan umum dan pelelangan sederhana
2. penunjukan langsung
3. pengadaan langsung
4. kontes/sayembara
 Pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi dilakukan dg:
1. pelelangan umum
2. pelelangan terbatas
3. pemilihan langsung
4. penunjukan langsung
5. pengadaan langsung.
 Kontes/sayembara dilakukan khusus untuk pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya yg merupakan hasil
industri kreatif, inovatif dan budaya dalam negeri.
PENGERTIAN DALAM PEMILIHAN PENYEDIA
 Pelelangan umum→untuk semua pekerjaan yg dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan
konstruksi/Jasa Lainnya yg memenuhi syarat.
 Pelelangan terbatas → untuk pekerjaan konstruksi dg jumlah penyedia yg mampu melaksanakan diyakini
terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks.
 Pelelangan sederhana → metode pemilihan penyedia barang/jasa lainnya untuk nilai pekerjaan yg bernilai
paling tinggi 200juta.
 Pemilihan langsung →metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan bernilai paling tinggi
200 juta.
 Seleksi umum → metode pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua
penyedia jasa konsultansi yg memenuhi syarat.
 Seleksi sederhana → metode pemilihan penyedia jasa konsultansi utk jasa konsultansi bernilai paling tinggi 200
juta.
 Sayembara → metode pemilihan penyedia jasa yang memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi
tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan.
 Penunjukan langsung → metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung satu
penyedia barang/jasa.
 Pengadaan langsung → PBJ langsung kepada penyedia barang/jasa tanpa melalui pelelangan/
seleksi/penunjukan langsung.
KEBIJAKAN PENGGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI
Institusi pemerintah wajib:
1. Memaksimalkan penggunaan barang/jasa hasil produksi dalam negeri, termasuk rancang bangun dan
perekayasaan nasional dalam pengadaan barang/jasa
2. Memaksimalkan penggunaan penyedia barang/jasa nasional;
3. Memaksimalkan penyediaan paket-paket pekerjaan untuk usaha kecil termasuk koperasi kecil serta kelompok
masyarakat.
METODE PEMILIHAN PENYEDIA JASA
1. Prakualifikasi
Proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari
penyedia barang/jasa sebelum memasukkan penawaran
Wajib dilaksanakan untuk :
 pengadaan jasa konsultasi
 pengadaan BJP metoda :
 penunjukan langsung utk pekerjaan kompleks
 pelelangan terbatas, dan
 pemilihan langsung.
Proses :
1. pengumuman
2. pengambilan dokumen
3. evaluasi dokumen
4. penetapan lulus
5. pengumuman hasil prakualifikasi
2. Pascakualifikasi
Proses penilaian kompetensi dan kekmampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari
penyedia barang/jasa setelah memasukkan penawaran
Wajib dilaksanakan untuk : pelelangan umum
Proses :
1. pemasukan dokumen kualifikasi dan dokumen penawaran
2. evaluasi dokumen dan usul peserta pemenang dan cadangan pemenang.
SIKLUS PENGADAAN :
1. Merencanakan Pengadaan
2. Membentuk Panitia
3. Menetapkan Sistem Pengadaan
4. Menyusun Jadual Pengadaan
5. Menyusun Owners’ Estimate
6. Menyusun Dokumen Pengadaan
7. Melaksanakan Pengadaan
8. Menyusun kontrak
9. Melaksanakan Kontrak.
Perencanaan Pengadaan :
1. Pemaketan Pekerjaan
2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
3. Biaya Pengadaan
4. Pelaksana Pengadaan.
METODE EVALUASI PENAWARAN
Barang/jasa pemborongan/jasa lainnya
1. Sistem gugur
2. Sistem nilai
3. Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis.
Jasa konsultan :
1. Metode evaluasi kualitas
2. Metode evaluasi kualitas dan biaya
3. Metode evaluasi pagu anggaran
4. Metode evaluasi biaya terendah
5. Metode evaluasi penunjukan langsung.
JENIS KONTRAK
Berdasarkan bentuk imbalan:
 Lump sum : harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko ditanggung oleh penyedia
 Harga satuan: harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan, volume pekerjaannya
bersifat perkiraan sementara, pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume
pekerjaan yang telah dilaksanakan
 Gabungan lump sum dan harga satuan: gabungan lump sum dan harga satuan
 Terima jadi (turn-key): jumlah harga pasti dan tetap sampai berfungsi dengan baik
 Presentase: konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai
pekerjaan fisik.
Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan
 Tahun tunggal: mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran.
 Tahun jamak : mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran.
Berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa
 Kontrak pengadaan tunggal: antara satu unit kerja atau satu proyek dengan penyedia barang/jasa tertentu.
 Kontrak pengadaan bersama: antara beberapa unit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang/jasa
tertentu.

BLU (PP No. 23/2005 tentang PK BLU)


DASAR HUKUM BLU
 BLU adalah instansi di lingkungan pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan
dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
 Kekayaan BLU merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan
 Pembinaan keuangan BLU pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pembinaan teknis
dilakukan oleh menteri teknis yang bertanggung jawab atas bidang pemerintahan yang bersangkutan.
TUJUAN BLU
1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
2. Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas
3. Penerapan praktek bisnis yang sehat
CIRI BLU
BLU
(PP 23 Tahun 2005)
Status Hukum Bagian kementerian/lembaga

Tujuan Non profit oriented

Manajemen • Otonom ala korporasi


• Nomenklatur & struktur manajemen sesuai dgn
Instansi

Operasional Keuangan Pengecualian asas Universalitas

Sumber Pendanaan • APBN (pendapatan BLU)


• Pendapatan Hasil usaha/jasa

SDM PNS dan non PNS

Subyek Pajak Bukan Subyek Pajak


PERSYARATAN BLU
1. Persyaratan Substantif (fungsi dasar pelayanan publik)
a. Menyediakan barang/jasa untuk layanan umum
b. Mengelola wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau untuk
layanan umum
c. Mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.
2. Persyaratan Teknis (diatur oleh Menteri teknis)
a. Kinerja pelayanan layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU
b. Kinerja keuangan satker yang bersangkutan sehat
3. Persyaratan Administratif (diatur oleh Menteri Keuangan)
a. Pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat.
b. Pola tata kelola
c. Rencana Strategis Bisnis
d. Laporan keunagan pokok
e. Standar pelayanan minimum
f. Laporan audit terakhir atau membuat pernyataan bersedia diaudit secara independen.
PERENCANAAN DAN ANGGARAN
 BLU membuat rencana bisnis lima tahunan mengacu ke Renstra KL/ RPJMD
 BLU menyusun RBA tiap tahun berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya
 RBA disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan pendapatan disertai dengan standar pelayanan
minimum dan biaya dari output yang dihasilkan.
 RBA BLU merupakan bagian dari RKA KL/RKA SKPD
 RBA yang telah disetujui adalah dasar untuk membuat dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA).
 DIPA disahkan oleh Menteri Keuangan
 Dokumen pelaksanaan anggaran merupakan lampiran dari perjanjian kerja antara pimpinan BLU dengan
kementerian
 Dokumen pelaksanaan anggaran menjadi dasar penarikan dana dari APBN
STANDAR PELAYANAN MINIMUM (SPM)
Ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh satker yang menerapkan PK BLU yang ditetapkan oleh
Menteri/Pimpinan Lembaga dalam rangka penyelenggaraan kegiatan pelayanan kepada masyarakat.
Kriteria SPM : SMART
Specific, yaitu fokus pada jenis layanan
Measurable, yaitu dapat diukur
Attainable, yaitu dapat dicapai
Reliable, yaitu relevan dan dapat diandalkan
Timely, yaitu tepat waktu
Tujuan SPM:
1. Kualitas Layanan
2. Pemerataan dan kesetaraan layanan
3. Biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan
FLEKSIBILITAS PK BLU
1. Pendapatan dan Belanja
Pendapatan
a. Pendapatan BLU: Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD dan Hasil kerjasama BLU
dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya
b. Pendapatan operasional BLU: dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat dan hibah tidak terikat
c. Pendapatan Non Operasional: Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain
Belanja
a. Belanja terdiri dari unsur-unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan dalam Rencana
Bisnis Anggaran definitif.
b. Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja pegawai, belanja barang/jasa, dan belanja modal di kementerian
negara/lembaga/pemda untuk dikonsolidasikan.
c. Pengelolaan belanja fleksibel sesuai dengan ambang batas yang ditetapkan dalam RBA
d. Jika melampaui ambang batas harus mendapat persetujuan Menkeu
e. Jika terjadi kekurangan anggaran, dapat diajukan ke Menkeu
2. Pengelolaan Kas
a. Pengelolaan kas berdasarkan praktek bisnis yang sehat
b. Penarikan dana APBN dengan SPM
c. Rekening bank BLU dibuka di bank umum oleh pimpinan BLU
d. BLU dapat melakukan investasi jangka pendek dalam rangka cash management.
3. Pengelolaan Piutang dan Utang
Pengelolaan Piutang
a. BLU dapat memberikan piutang terkait dengan kegiatannya.
b. Piutang dikelola sesuai dengan praktek bisnis yang sehat
c. Piutang dapat dihapus secara berjenjang sesuai dengan kewenangan yang diatur oleh Menkeu
Pengelolaan Utang
a. BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasionalnya/perikatan peminjaman dengan
pihak lain
b. Utang dikelola sesuai dengan praktek bisnis yang sehat
c. Utang jangka pendek untuk belanja operasional
d. Utang jangka panjang untuk belanja modal
e. Perikatan peminjaman sesuai dengan jenjang kewenangan yang diatur oleh Menkeu
f. Pembayaran utang merupakan tanggungjawab BLU
4. Investasi
a. BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang kecuali atas ijin Menkeu
b. Keuntungan dari investasi pendapatan BLU
5. Pengelolaan Barang
a. Pengadaan barang berdasarkan prinsip efisien dan ekonomis sesuai dengan praktek bisnis yang
sehatdapat dibebaskan seluruhnya atau sebagian dari ketentuan yang berlaku bila terdapat alasan
efektivitas dan efisiensi
b. Kewenangan pengadaan barang secara berjenjang berdasarkan nilai yang diatur oleh Menkeu/kepala
daerah.
c. Barang inventaris dapat dialihkan dan dihapuskan oleh BLU dan dilaporkan secara berkala kepada
menteri/pimpinan lembaga.
d. BLU tidak dapat mengalihkan/menghapuskan Aset tetapkecuali ijin pejabat yang berwenang.
e. Pengalihan/penghapusan aset tetap dilakukan secara berjenjang berdasarkan nilai dan jenis barang yang
sesuai dengan peraturan perundangan.
f. Pengalihan/penghapusan aset tetap dilaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga
g. Tanah dan bangunan disertifikat atas nama Pemerintah RI
6. Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban
a. BLU menyelenggarakan akuntansi sesuai dengan SAK yang diterbitkan asosiasi profesi akuntansi
Indonesia.
b. Jika tidak ada standar akuntasi, dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik setelah
mendapat persetujuan Menteri Keuangan
c. Laporan Keuangan terdiri dari LRA, Neraca, LAK dan CaLK disertai laporan kinerja.
d. Laporan keuangan tersebut disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga secara berkala
e. LK tersebut menjadi bagian dari LK kementerian/ lembaga
f. LK sebagai LPJ BLU diaudit oleh auditor eksternal.
7. Remunerasi
a. Pengelola, dewan pengawas dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat
tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme.
b. Remunerasi ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri Keuangan/kepala daerah
8. Surplus/defisit
a. Surplus anggaran dapat digunakan untuk TA berikutnya.
b. Surplus dapat disetor sebagian/seluruhnya ke Kas Negara/Kas Daerah atas perintah Menkeu dengan
mempertimbangkan likuiditas BLU
c. Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam TA berikutnya kepada Menkeu melalui
menteri/pimpinan lembaga.
9. Status Kepegawaian PNS dan non PNS
10. Nomenklatur kelembagaan dan pimpinan
a. Kelembagaan tunduk pada peraturan perundangan sektoral.
b. Jika terjadi perubahan kelembagaan, harus berpedoman pada ketentuan Menteri PAN
c. Pejabat pengelola BLU dapat terdiri dari PNS dan non PNS
d. Nomenklatur pejabat pengelola BLU disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku di instansi BLU.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pembinaan Teknis BLU Menteri/pimpinan lembaga
Pembinaan Keuangan  Menteri Keuangan
Dapat dibentuk suatu dewan pengawas dalam melaksanakan pembinaan untuk BLU yang memenuhi kriteria yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
1. Pemeriksaan intern dilakukan oleh satuan pemeriksaan intern BLU.
2. Pemeriksaan ekstern BLU sesuai dengan peraturan perundangan.
Dewan Pengawas
1. Satker BLU yang memenuhi persyaratan, dapat mempunyai Dewas, yang ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga dengan persetujuan Menkeu.
2. Persyaratan jumlah Dewas sbb:
 Nilai omset Rp 15 miliar s.d 30 miliar/th atau aset di atas Rp 75 miliar tiga Dewas.
 Nilai omset di atas Rp 30 miliar/th atau aset Rp 200 miliar  tiga atau lima Dewas.
3. Unsur Dewas terdiri dari unsur kementerian negara/lembaga teknis, kementerian keuangan, dan tenaga ahli.

PENYERTAAN MODAL NEGARA/PEMERINTAH PUSAT


PENGERTIAN PENYERTAAN MODAL NEGARA
Penyertaan Modal Negara adalah pemisahan kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
atau penetapan cadangan perusahaan atau sumber lain untuk dijadikan sebagai modal BUMN dan/atau
Perseroan Terbatas lainnya ,dan dikelola secara korporasi.
SUMBER PENYERTAAN MODAL NEGARA
Penyertaan Modal Negara ke dalam BUMN dan Perseroan Terbatas bersumber dari:
a. Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara;
b. Kapitalisasi cadangan; dan/atau
c. Sumber lainnya.
Sumber yang berasal dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara adalah:
a. dana segar;
b. proyek-proyek yang dibiayai oleh Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara;
c. piutang negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas;
d. aset-aset negara lainnya.
Sumber yang berasal dari sumber lainnya berupa:
a. agio saham, adalah selisih lebih setoran pemegang saham diatas nilai nominalnya dalam hal saham
dikeluarkan dengan nilai nominal
b. keuntungan revaluasi aset.
PENETAPAN DALAM PENYERTAAN MODAL NEGARA
 Setiap penyertaan modal Negara atau penambahan penyertaan modal Negara ke dalam BUMN yang
dananya berasal dari APBN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
 Setiap penambahan penyertaan modal negar ke dalam BUMN dan Perseroan Terbatas yang berasal dari
kapitalisasi cadangan dan sumber lainnya ditetapkan dengan keputusan RUPS untuk Persero dan
Perseroan Terbatas.
KEWENANGAN PENYERTAAN MODAL NEGARA
Negara dapat melakukan penyertaan modal untuk:
 Pendirian BUMN atau PT
 Penyertaan modal Negara pada PT yang di dalamnya belum terdapat saham milik Negara.
 Penyertaan modal Negara pada BUMN atau PT yang di dalamnya telah terdapat saham milik Negara
dalam rangka:
– Memperbaiki struktur permodalan BUMN dan PT,
– Meningkatkan kapasitas usaha BUMN dan Perseroan Terbatas.
 Penyertaan modal Negara dan penambahan Penyertaan Modal Negara di atas, dilakukan dg
memperhatikan kemampuan keuangan Negara.
Pengurangan penyertaan modal Negara pada BUMN dan PT dilakukan dalam rangka:
 Penjualan saham milik Negara pada Persero dan Perseroan Terbatas
 Pengalihan asset BUMN untuk penyertaan modal Negara pada BUMN/PT lain, pendirian BUMN baru, atau
dijadikan kekayaan Negara yang tidak dipisahkan
 Pemisahan anak perusahaan BUMN menjadi BUMN
 Restrukturisasi perusahaan.
TATA CARA PENYERTAAN MODAL
1. Penyertaan Modal Negara untuk pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas termasuk PT yang di dalamnya
belum terdapat saham milik negara, diusulkan oleh Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan dasar
pertimbangan setelah dikaji bersama dengan Menteri dan Menteri Teknis.
2. Rencana Penyertaan Modal Negara tersebut dapat dilakukan atas inisiatif Menteri Keuangan, Menteri atau
Menteri Teknis.
3. Pengkajian bersama atas rencana Penyertaan Modal Negara dikoordinasikan oleh Menteri Keuangan.
4. Pengkajian dapat pula mengikutsertakan menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dianggap perlu
atau menggunakan konsultan independen.
5. Apabila berdasarkan hasil pengkajian dimaksud menyatakan bahwa rencana penambahan Penyertaan Modal
Negara tersebut layak dilakukan, maka Menteri Keuangan menyampaikan usul Penyertaan Modal Negara
dimaksud kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan.
6. Pelaksanaan pendirian BUMN dan Penyertaan modal Negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang di
dalamnya belum terdapat saham milik negara setelah diterbitkannya peraturan pemerintah, dilakukan oleh
Menteri Keuangan dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
7. Kewenangan Menteri Keuangan dimaksud dapat dikuasakan kepada Menteri.
TATA CARA PENAMBAHAN / PENGURANGAN PENYERTAAN MODAL
1. Penambahan/Pengurangan Penyertaan Modal Negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas diusulkan oleh
Menteri Keuangan kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan
Menteri .
2. Penambahan/Pengurangan Penyertaan Modal Negara tersebut dapat dilakukan atas inisiatif Menteri
Keuangan, Menteri atau Menteri Teknis.
3. Pengkajian bersama atas rencana Penambahan/Pengurangan Penyertaan Modal Negara dikoordinasikan oleh
Menteri.
4. Pengkajian dapat pula mengikutsertakan menteri teknis dan/atau menteri lain dan/atau pimpinan instansi
lain yang dianggap perlu atau menggunakan konsultan independen.
5. Apabila berdasarkan hasil pengkajian dimaksud menyatakan bahwa rencana Penambahan/ Pengurangan
Penyertaan Modal Negara tersebut layak dilakukan, maka Menteri Keuangan menyampaikan usul Penyertaan
Modal Negara dimaksud kepada Presiden untuk mendapatkan persetujuan.
6. Pelaksanaan Penambahan/Pengurangan Penyertaan modal Negara untuk penyertaan modal Negara pada
BUMN atau Perseroan Terbatas dilakukan oleh Menteri dan Menteri Keuangan secara bersama-sama atau
sendiri-sendiri sesuai dengan lingkup tugas masing-masing dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Kewenangan Menteri Keuangan dapat dikuasakan kepada Menteri.

PELAKSANAAN PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH (PMP) PUSAT YANG BERASAL


DARI BARANG MILIK NEGARA
Konsepsi Dasar Penyertaan Modal Pemerintah yang berasal dari Barang Milik Negara
Pengalihan kepemilikan BMN yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan
negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modal/saham negara pada BUMN, BUMD, atau Badan
Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.
Tujuan penyertaan modal pemerintah pusat
Barang Milik Negara dijadikan Penyertaan Modal Pemerintah Pusat dalam rangka pendirian, pengembangan, dan
peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah.
Pertimbangan dilakukan Penyertaan Modal
Barang Milik Negara yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi Badan
Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah dalam rangka penugasan
pemerintah dengan pertimbangan Barang Milik Negara tersebut akan lebih optimal apabila dikelola oleh Badan
Usaha Milik Negara/Daerah atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki Negara/Daerah, baik yang sudah ada
maupun yang akan dibentuk.
Subjek Pelaksana Penyertaan Modal Pemrintah Pusat
Pihak-pihak yang dapat melaksanakan penyertaan modal pemerintah pusat adalah:
– Pengelola barang, untuk tanah/bangunan yang berada pada pengelola barang
– Pengguna barang, dengan persetujuan pengelola barang untuk: a) BMN tanah/bangunan yg dari awal
pengadaannya direncanakan utk disertakan sbg modal pemerintah pusat, b) BMN selain tanah/bangunan.
Pihak-pihak yang dapat menerima penyertaan modal pemerintah pusat: BUMN, BUMD, Badan Hukum lainnya
yang dimiliki Negara/daerah.
Objek Penyertaan Modal
1. BMN (tanah dan/atau bangunan) pada Pengguna Barang yang dari awal pengadaannya direncanakan untuk
disertakan sebagai penyertaan modal pemerintah pusat
2. BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengelola Barang.
3. BMN selain tanah dan/atau bangunan
Tata Cara Pelaksanaan PMP Pusat Berupa Tanah/Bangunan yang Direncanakan untuk
PMP Pusat
a. Pengguna Barang membentuk tim internal yg bertugas menyiapkan kelengkapan data administrasi,
melakukan pengajian, dan menyampaikan laporan hasil kerja tim kepada Pengguna Barang.
b. Pengguna Barang mengajukan usulan kepada Pengelola Barang
c. Pengelola Barang mengajukan pengkajian mengenai kelayakan usul Pengguna Barang
d. Jika usulan tsb layak, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan PMP Pusat dan menyiapkan rancangan
peraturan pemerintah ttg penyertaan modal tsb
e. Dalam hal penyertaan modal dimaksud di atas Rp. 10 miliar, Pengelola Barang mengajukan permintaan
persetujuan kpd Presiden
f. Berdasarkan PP tentang penetapan PMP pusat, Pengguna Barang melakukan serah terima barang dg
penerima PMP pusat
g. Pengguna Barang menerbitkan keputusan penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna dan Pengelola
Barang menerbitkan keputusan penghapusan BMN dari Daftar BMN.
Tata Cara Pelaksanaan PMP Pusat Berupa Tanah/Bangunan yang Berada pada Pengelola
Barang
a. Pengelola Barang mengkaji perlunya PMP pusat
b. Usulan penyertaan modal dpt diajukan Pengguna Barang kpd Pengelola Barang
c. Pengelola Barang mengkaji kelayakan usulan Pengguna Barang
d. Dalam hal usulan tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan kpd Pengguna Barang disertai alasannya.
Apabila disetujui, Pengelola Barang membentuk tim untuk membina penerima penyertaan modal
e. Pengelola Barang menugaskan penilai untuk melakukan perhitungan nilai tanah/bangunan dan
menyampaikan laporan hasilnya kepada Pengelola Barang yang akan dijadikan sebagai dasar untuk
menetapkan nilai BMN yang akan disertakan pada Rancangan PP tentang penyertaan modal.
f. Dalam hal penyertaan modal memerlukan persetujuan DPR, Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan kepada DPR
g. Dalam hal penyertaan modal dimaksud di atas Rp. 10 miliar, Pengelola Barang mengajukan permintaan
persetujuan kpd Presiden
h. Dalam hal penyertaan modal di bawah Rp. 10 miliar maka Pengelola Barang menerbitkan keputusan
keputusan pelaksanaan penyertaan modal.
i. Pengelola Barang melakukan serah terima barang dengan penerima PMP dan meneritkan surat keputusan
penghapusan BMN.
Tata Cara Pelaksanaan PMP Pusat Berupa BMN selain Tanah/Bangunan
a. Pengguna Barang melakukan inventarisasi BMN selain tanah/bangunan yang direncanakan untuk dijadikan
PMP pusat
b. Pengguna Barang melakukan persiapan PMP pusat
c. Pengguna Barang mengajukan usulan
d. Pengelola Barang mengkaji kelayakan usulan Pengguna Barang
e. Dalam hal usulan tidak disetujui, Pengelola Barang memberitahukan kpd Pengguna Barang disertai alasannya.
Apabila disetujui, Pengelola Barang menerbitkan surat persetujuan PMP pusat
f. Pengguna Barang membentuk tim yang bertugas untuk melakukan penelitian atas BMN yang akan dijadikan
penyertaan modal.
g. Dalam hal nilai perolehan BMN tsb di atas Rp. 100 miliar, maka Pengelola Barang mengajukan permohonan
persetujuan PMP pusat kepada DPR dan berdasarkan surat persetujuan tsb, Pengelola Barang mengajukan
Rancangan PP ttg PMP kpd Presiden untuk ditetapkan
h. Dalam hal nilai perolehan BMN di atas Rp. 10 miliar s.d. Rp. 100 miliar, Pengelola Barang mengajukan
permohonan persetujuan PMP pusat kepada Presiden disertai Rancangan PP ttg PMP untuk ditetapkan
i. Dalam hal BMN dari awal perencanaan pengadaannya diperuntukkan sebagai PMP pusat, tidak diperlukan
persetujuan DPR.
h. Pengguna Barang melakukan serah terima barang dengan penerima PMP dan menerbitkan keputusan
penghapusan BMN dari Daftar Barang Pengguna, Pengelola Barang menerbitkan keputusan penghapusan
BMN dari Daftar BMN.

INVESTASI PEMERINTAH
KONSEPSI DASAR
 Investasi Pemerintah adalah penempatan sejumlah dana dan/atau barang dalam jangka panjang untuk
investasi pembelian surat berharga dan Investasi Langsung untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan/atau manfaat lainnya.
 Surat Berharga adalah saham dan/atau surat utang
 Investasi Langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh Badan Investasi Pemerintah
untuk membiayai kegiatan usaha.
 Penyertaan Modal adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha dengan mendapat hak
kepemilikan, termasuk pendirian Perseroan Terbatas dan/atau pengambilalihan Perseroan Terbatas.
 Pemberian Pinjaman adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha, Badan Layanan Umum (BLU),
Pemerintah Provinsi/Kabupaten/ Kota, dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan hak memperoleh
pengembalian berupa pokok pinjaman, bunga, dan/atau biaya lainnya.
 Divestasi adalah penjualan surat berharga dan/atau kepemilikan pemerintah baik sebagian atau keseluruhan
kepada pihak lain
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Investasi yang dilaksanakan oleh pemerintah dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan/atau manfaat lainnya.
2. Investasi pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum.
3. Yang dimaksud dengan "manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya" adalah:
a. keuntungan berupa deviden, bunga, dan pertumbuhan nilai perusahaan;
b. peningkatan berupa jasa dan keuntungan bagi hasil investasi ;
c. peningkatan pemasukan pajak
d. peningkatan penyerapan tenaga kerja
ASAS- ASAS
a. asas fungsional, yaitu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan,
Badan Investasi Pemerintah, Badan Usaha, Menteri Teknis/Pimpinan Lembaga sesuai fungsi, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing.
b. asas kepastian hukum, yaitu dilaksanakan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
c. asas efisiensi, yaitu diarahkan sesuai batasan-batasan standar kebutuhan yang diperlukan secara optimal.
d. asas akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat
e. asas kepastian nilai, yaitu adanya ketepatan jumlah dan nilai investasi dalam rangka optimalisasi
pemanfaatan dana dan Divestasi serta penyusunan laporan keuangan pemerintah.
BENTUK INVESTASI
PEMBELIAN
SAHAM
SURAT
BERHARGA
PEMBELIAN
SURAT UTANG

INVESTASI KSI ANTAR BIP


PEMERINTAH PENYERTAAN DAN BU/BLU
DGN POLA
MODAL
PUBLIC PRIVATE
INVESTASI PARTNERSHIP
LANGSUNG

PEMBERIAN
PINJAMAN
KSI ANTAR BIP
DAN BU, BLU,
KSI = Kerja Sama Investasi PEMDA, DGN POLA
BIP = Badan Investasi Pemerintah NON PUBLIC PRIVATE
PARTNERSHIP

SUMBER DANA
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2. Keuntungan investasi terdahulu;
3. Dana/barang amanat pihak lain yang dikelola Badan Investasi Pemerintah;
4. Sumber-sumber lainnya yang sah
PENGELOLAAN INVESTASI PEMERINTAH
• Kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah dilaksanakan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara
Umum Negara.
• Kewenangan pengelolaan Investasi Pemerintah meliputi kewenangan regulasi, supervisi, dan operasional
Kewenangan Regulasi→Direktorat Pengelolaan Dana Investasi (PDI)
a. merumuskan kebijakan, mengatur, dan menetapkan pedoman pengelolaan
b. menetapkan kriteria pemenuhan perjanjian
c. menetapkan tata cara pembayaran kewajiban yang timbul
Kewenangan Supervisi→Komite Investasi Pemerintah
a. melakukan kajian kelayakan dan memberikan rekomendasi
b. memonitor pelaksanaan Investasi Pemerintah
c. mengevaluasi secara berkesinambungan pembiayaan dan keuntungan Investasi Pemerintah
d. melakukan koordinasi dengan instansi terkait
Kewenangan Operasional→Badan Investasi Pemerintah (BIP)
a. Mengelola Rekening Induk Dana Investasi;
b. Meneliti dan menyetujui atau menolak usulan permintaan dana Investasi Pemerintah;
c. Mengusulkan rencana kebutuhan dana Investasi Pemerintah;
d. Menempatkan dana atau barang dalam rangka Investasi Pemerintah;
e. melakukan Perjanjian Investasi dengan Badan Usaha terkait
f. melakukan pengendalian atas pengelolaan risiko
g. mengusulkan rekomendasi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah;
h. mewakili dan melaksanakan kewajiban serta menerima hak pemerintah
i. menyusun dan menandatangani Perjanjian Investasi;
j. mengusulkan perubahan Perjanjian Investasi;
k. melakukan tindakan untuk dan atas nama pemerintah apabila terjadi sengketa atau perselisihan
l. melaksanakan Investasi Pemerintah dan Divestasinya;
m. mengangkat dan memberhentikan Penasihat Investasi
LINGKUP PENGELOLAAN
a. perencanaan;
Perencanaan Investasi Pemerintah meliputi : Perencanaan oleh BIP yang diusulkan oleh setiap BIP; dan
perencanaan kebutuhan Investasi Pemerintah dari APBN yang disusun setiap tahun anggaran dan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan
b. pelaksanaan investasi;
 Investasi dengan cara pembelian saham dapat dilakukan atas saham yang diterbitkan perusahaan,
sedangkan Investasi dengan cara pembelian surat utang dapat dilakukan atas surat utang yang diterbitkan
perusahaan, pemerintah, dan/atau negara lain.
 Pelaksanaan investasi tersebut didasarkan pada penilaian kewajaran harga surat berharga yang dapat
dilakukan oleh Penasihat Investasi.
 Pelaksanaan investasi dengan cara pembelian surat utang hanya dapat dilakukan apabila penerbit surat
utang memberikan opsi pembelian surat utang kembali.
 Pelaksanaan investasi pemerintah dilakukan oleh BIP berdasar persetujuan Menkeu. Untuk pembelian surat
berharga inisiatifnya dapat berasal dari BIP.
 Pelaksanaan investasi langsung melalui penyertaan modal/pemberian pinjaman dilakukan untuk jangka
waktu lebih dari 12 bulan.
c. penatausahaan dan pertanggungjawaban investasi;
Akuntansi atas pelaksanaan Investasi Pemerintah mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan. Untuk
Badan Investasi Pemerintah berbentuk satuan kerja, menyelenggarakan akuntansi berdasarkan Standar
Akuntasi Pemerintahan.
Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan investasi Pemerintah, BIP wajib menyusun laporan
Keuangan dan kinerja badan yang disampaikan kepada Menteri Keuangan
d. pengawasan; dan
e. Divestasi.
• Divestasi terhadap surat berharga dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang diharapkan
dapat meningkatkan kemampuan Badan Investasi Pemerintah untuk investasi berikutnya yang lebih
menguntungkan.
• Sedangkan divestasi atas Investasi Langsung dimaksudkan untuk diinvestasikan kembali dalam rangka
meningkatkan fasilitas infrastruktur dan bidang lainnya guna memacu roda perekonomian masyarakat
 Ketentuan Divestasi:
1. Divestasi sesuai dengan masa waktu yang telah ditentukan tidak memerlukan persetujuan Menteri
Keuangan.
2. Divestasi terhadap surat berharga sebelum masa waktu yang telah ditentukan.
3. Divestasi terhadap kepemilikan Investasi Langsung dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan
Menteri Keuangan.

SUN DAN SBN (UU No. 24 Tahun 2002 tentang SUN)


PENGERTIAN
Surat Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun
valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa
berlakunya.
BENTUK, JENIS DAN TUJUAN PENERBITAN SUN
Bentuk SUN :
1. Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk warkat atau tanpa warkat.
Bentuk Warkat :
Surat berharga yang kepemilikannya berupa sertifikat baik atas nama maupun atas unjuk.
Sertifikat atas nama adalah sertifikat yang mencantumkan nama pemiliknya, sedangkan sertifikat atas unjuk
adalah sertifikat yang tidak mencantumkan nama pemilik, sehingga setiap orang yang menguasainya adalah
pemilik yang sah
Tanpa Warkat
surat berharga yang kepemilikannya dicatat secara elektronis (book-entry sistem). Dalam hal surat utang
tanpa warkat ini, bukti kepemilikan yang otentik dan sah adalah pencatatan kepemilikan secara elektronis.
Cara pencatatan secara elektronis dimaksudkan agar pengadministrasian data kepemilikan (registry) dan
penyelesaian transaksi perdagangan di Pasar Sekunder dapat diselenggarakan secara efisien, cepat, aman,
transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Surat Utang Negara diterbitkan dalam bentuk yang diperdagangkan atau dalam bentuk yang tidak
diperdagangkan di Pasar Sekunder
Jenis SUN :
a. Surat Perbendaharaan Negara (SBN); berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan
pembayaran bunga secara diskonto.
b. Obligasi Negara.: berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan
pembayaran bunga secara diskonto
 Obligasi Negara dengan kupon adalah surat utang yang pembayaran bunganya dihitung dengan
persentase tertentu atas nilai nominal dan dibayarkan secara berkala.
 Obligasi Negara dengan pembayaran bunga secara diskonto adalah surat utang yang berjangka waktu
lebih dari 12 (dua belas) bulan dan pembayaran bunganya tercermin secara implisit di dalam selisih
antara harga pada saat penerbitan dan nilai nominal yang diterima pada saat jatuh tempo.
Tujuan SUN
1. membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
2. menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian antara arus kas penerimaan dan pengeluaran
dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun anggaran;
3. mengelola portofolio utang negara
KEWENANGAN DAN KEWAJIBAN
1. Kewenangan menerbitkan Surat Utang Negara berada pada Pemerintah.
2. Kewenangan sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh Menteri Keuangan
3. Dalam hal Pemerintah akan menerbitkan Surat Utang Negara untuk tujuan sebagaimana tersebut di atas
Menteri Keuangan terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia
Persetujuan Penerbitan SUN
1. Harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
2. Persetujuan diberikan atas nilai bersih maksimal Surat Utang Negara yang akan diterbitkan dalam satu tahun
anggaran.
3. Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, diberikan pada saat pengesahan APBN
4. Menteri Keuangan dapat menerbitkan Surat Utang Negara melebihi nilai bersih maksimal yang telah disetujui
setelah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Perwakilan Rakyat dan dilaporkan sebagai
Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun yang bersangkutan
Pembayaran bunga dan pokok SUN
 Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat mengenai penerbitan Surat Utang Negara meliputi pembayaran semua
kewajiban bunga dan pokok yang timbul sebagai akibat penerbitan Surat Utang Negara dimaksud.
 Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok setiap Surat Utang Negara pada saat jatuh tempo.
 Dana untuk membayar bunga dan pokok dimaksud disediakan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut.
 Dalam hal pembayaran kewajiban bunga dan pokok dimaksud melebihi perkiraan dana sebagaimana telah
disediakan dalam APBN bersangkutan, Menteri melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi
pembayaran tersebut kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembahasan Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
PENGELOLAAN DAN PENATAUSAHAAN SUN
Pengelolaan SUN
1. Pengelolaan Surat Utang Negara diselenggarakan oleh Menteri Keuangan
2. Pengelolaan Surat Utang Negara dimaksud sekurang-kurangnya meliputi:
a. penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan Surat Utang Negara termasuk kebijakan pengendalian
risiko;
b. perencanaan dan penetapan struktur portofolio utang negara;
c. penerbitan Surat Utang Negara;
d. penjualan Surat Utang Negara melalui lelang dan/atau tanpa lelang;
e. pembelian kembali Surat Utang Negara sebelum jatuh tempo;
f. pelunasan;
g. aktivitas lain dalam rangka pengembangan Pasar Perdana dan Pasar Sekunder Surat Utang Negara.
Penatausahaan SUN
1. Kegiatan penatausahaan yang mencakup pencatatan kepemilikan, kliring dan setelmen, serta agen pembayar
bunga dan pokok Surat Utang Negara dilaksanakan oleh Bank Indonesia.
2. Dalam menyelenggarakan kegiatan penatausahaan dimaksud, Bank Indonesia wajib membuat laporan
pertanggungjawaban kepada Pemerintah.
3. Menteri menunjuk Bank Indonesia sebagai agen untuk melaksanakan lelang Surat Perbendaharaan Negara di
Pasar Perdana.
4. Menteri dapat menunjuk Bank Indonesia sebagai agen untuk melaksanakan lelang Obligasi Negara di Pasar
Perdana.
5. Ketentuan mengenai metode lelang, jadwal pelaksanaan lelang, kriteria peserta lelang, dan hasil akhir lelang
ditetapkan oleh Menteri.
6. Menteri dapat menunjuk Bank Indonesia dan/atau pihak lain sebagai agen untuk melaksanakan pembelian
dan penjualan Surat Utang Negara di Pasar Sekunder.
7. Pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan perdagangan Surat Utang Negara dilakukan oleh instansi
pemerintah yang melakukan pengaturan dan pengawasan di bidang pasar modal.
AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI
1. Menteri wajib menyelenggarakan penatausahaan dan membuat pertanggungjawaban atas pengelolaan Surat
Utang Negara dan dana yang dikelola.
2. Pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan sebagai bagian dari
pertanggungjawaban pelaksa-naan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
3. Menteri wajib secara berkala mempublikasikan informasi tentang :
a. kebijakan pengelolaan utang dan rencana penerbitan Surat Utang Negara yang meliputi perkiraan
jumlah dan jadwal waktu penerbitan;
b. jumlah Surat Utang Negara yang beredar beserta komposisinya, termasuk jenis valuta, struktur jatuh
tempo dan tingkat bunga.
4. Tata cara penatausahaan, pertanggungjawaban, dan publikasi informasi ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah.
OBLIGASI NEGARA RITEL
Pengertian :
Obligasi Negara Ritel Indonesia (ORI) adalah Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau perseorangaan
Warga Negara Indonesia melalui agen penjual, dengan volume minimum yang telah ditentukan.
Tujuan :
Tujuan penerbitan ORI adalah untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi sumber pembiayaan, mengelola
portofolio utang negara dan memperluas basis investor.
Beberapa persyaratan untuk dapat melakukan investasi pada ORI, yaitu :
1. Individu atau orang perseorangan WNI (dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Surat Izin
Mengemudi (SIM).
2. Investasi minimum Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan kelipatan Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
3. Mempunyai rekening tabungan di salah satu bank umum dan rekening surat berharga di salah satu sub-
registry.
Risiko Investasi pada ORI
Pada prinsipnya investasi pada ORI adalah investasi yang bebas risiko gagal bayar, yaitu kegagalan Pemerintah
untuk membayar kupon dan pokok kepada investor. Namun di Pasar Sekunder dimungkinkan adanya risiko pasar
berupa capital loss akibat harga jual yang lebih rendah dibandingkan dengan harga beli. Risiko tersebut dapat
dihindari dengan tidak menjual obligasi negara yang dimiliki sampai dengan saat jatuh tempo.

PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI


KONSEPSI DASAR
Beberapa pengertian dalam Pinjaman Hibah Luar Negeri :
1. Pinjaman Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau devisa yang
dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi pinjaman luar
negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu.
2. Hibah Luar Negeri adalah setiap penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan/atau. devisa yang
dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa yang diperoleh dari pemberi hibah luar
negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
3. Pemberi Pinjaman Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat PPLN, adalah pemerintah suatu negara asing,
lembaga multilateral, lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, serta lembaga keuangan non
asing, yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara Republik Indonesia, yang
memberikan pinjaman kepada Pemerintah.
4. Pemberi Hibah Luar Negeri, yang selanjutnya disingkat PHLN, adalah pemerintah suatu negara asing, lembaga
multilateral, lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing, serta lembaga keuangan non asing, yang
berdomisili, dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara Republik Indonesia, yang memberikan
hibah kepada Pemerintah.
5. Fasilitas Kredit Ekspor, yang selanjutnya disingkat FKE, adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh
Iembaga keuangan atau lembaga non keuangan di negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin
kredit ekspor.
KEWENANGAN
1. Pemerintah berwenang melakukan pinjaman luar negeri yang dilaksanakan oleh Menteri Keuangan
2. Kementerian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah dilarang melakukan perikatan dalam bentuk apapun yang
dapat menimbulkan kewajiban untuk melakukan pinjaman luar negeri.
SUMBER PHLN
1. Negara asing;
2. Lembaga Multilateral;
3. Lembaga keuangan dan lembaga non keuangan asing; dan
4. Lembaga keuangan non asing yang berdomisili dan melakukan kegiatan usaha di luar wilayah negara Republik
Indonesia
PERSYARATAN PHLN
1. Bantuan luar negeri tidak boleh dikaitkan dengan ikatan-ikatan politik
2. Bahwa syarat pembayaran harus dalam batas-batas kemampuan untuk membayar kembali
3. Penggunaan bantuan luar negeri haruslah diperuntukkan proyek-proyek yang produktif dab bermanfaat.
SIFAT PHLN
Berdasarkan persyaratan, bunga dan jangka waktu pengembalian, maka sifat pinjaman dapat dikategorikan :
1. Pinjaman lunak (soft loan) :
a. Bunga 0 – 3,5% per tahun
b. Masa tenggang waktu 7 – 10 tahun
c. Jangka waktu pengembalian 25 – 30 tahun
2. Pinjaman keras (hard loan) :
a. Bunga di atas 7 %
b. Masa tenggang waktu 3 – 5 tahun
c. Jangka waktu pengembalian 7 – 9 tahun
JENIS PHLN
1. Berdasarkan sumbernya
a. Pinjaman Bilateral
b. Pinjaman Multilateral
2. Berdasarkan Sifatnya
a. Pinjaman Lunak, (Official Development Assistance (ODA) Loan/ Concessional Loan) untuk pembangunan
ekonomi/peningkatan kesejahteraan sosial dan memiliki komponen hibah (grant element) sekurang-
kurangnya 35% (tigapuluh lima per seratus).
b. Fasilitas Kredit Ekspor (FKE) adalah pinjaman komersial yang diberikan oleh Iembaga keuangan atau
lembaga non keuangan di negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit ekspor.
c. Pinjaman Komersial, adalah pinjaman luar negeri Pemerintah yang diperoleh dengan persyaratan yang
berlaku di pasar tanpa penjaminan dari lembaga penjamin kredit ekspor.
d. Pinjaman Campuran, adalah kombinasi antara dua unsur atau lebih yang terdiri dari hibah, pinjaman
lunak, fasilitas kredit ekspor, dan pinjaman komersial.
3. Berdasarkan Penggunaannya
a. Pinjaman program (program loan) : digunakan untuk pembiayaan APBN.
b. Pinjaman proyek (project loan): digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan tertentu.
MEKANISME PHLN
1. Menteri Perencanaan menyusun dan mengusulkan Rencana Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri selama 5 tahun
berdasarkan RPJM
2. Presiden menetapkan RKPLN (sebelumnya Presiden dapat meminta pertimbangan Gubernur BI).
3. Kementrian/Lembaga, Pemda, dan BUMN mengajukan usulan kegiatan prioritas yang dibiayai pinjaman/hibah
LN termasuk penenerushibahkan kepada Pemda atau penyertaan modal kepada BUMN, serta usul kegiatan
investasi untuk mendapat penerusan pinjaman LN bagi BUMN. Usulan dilampiri dokumen KAK, Studi
kelayakan kegiatan, dsb.
4. Menteri Perencanaan melakukan penilaian usulan kegiatan dengan memperhatikan RKPLN dan prioritas
pembangunan yang dibiayai pinjaman LN. Hasil penilaian dituangkan ke dalam DRPPHLN. Atas dasar DRPPHLN
dan calon PPLN/PHLN, Men. Perencanaan menyampaikan Daftar Kegiatan yang dapat dibiayai
pinjaman/hibah LN kepada Menteri Keuangan.
5. Dengan mempertimbangkan kebutuhan riil, kemampuan membayar kembali, batas maksimum kumulatif
pinjaman, dan kemampuan menyerap pinjaman, serta risiko pinjaman ybs., Menkeu menetapkan Alokasi
Pinjaman Pemerintah menurut sumber dan persyaratannya. Kemudian mangajukan usulan pinjaman/hibah
kepada calon PPLN/PHLN dengan mengacu pada DRPPHLN dan Alokasi Pinjaman Pemerintah di atas.
6. Berdasarkan komitmen pemberian pinjaman dan/atau hibah luar negeri dari calonPPLN/PHLN, Kementerian
Negara/ Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN mempersiapkan pelaksanaan kegiatan yang akan dibiayai
dengan pinjaman dan/atau hibah luar negeri untuk memenuhi kriteria kesiapan kegiatan.
7. Perundingan NPPLN/NPHLN dengan calon PPLN/PHLN dilaksanakan oleh Menteri Keuangan atau pejabat yang
diberi kuasa dengan melibatkan unsur-unsur Departemen Keuangan, Kementerian Perencanaan, Departemen
Luar Negeri dan instansi terkait lainnya dengan didampingi oleh ahli hukum.
Perundingan dimaksud sekurang-kurangnya mencakup aspek keuangan dan hukum. Hasil perundingan
dilaporkan kepada Menteri Keuangan untuk mendapatkan persetujuan dan dituangkan dalam NPPHLN.
8. NPPLN/NPHLN ditandatangani oleh Menteri atau pejabat yang diberi kuasa oleh Menteri Keuangan.
NPPLN/NPHLN dimaksud sekurang-kurangnya memuat:
a. jumlah;
b. peruntukan; dan
c. persyaratan pinjaman dan/atau hibah.
9. Salinan NPPLN/NPHLN disampaikan oleh Departemen Keuangan kepada Badan Pemeriksa Keuangan dan
instansi terkait lainnya.

PENGADAAN DAN PENERUSAN PINJAMAN


DALAM NEGERI OLEH PEMERINTAH
KONSEPSI DASAR
• Pinjaman Dalam Negeri, (PDN) adalah setiap pinjaman oleh Pemerintah yang diperoleh dari Pemberi
Pinjaman Dalam Negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu, sesuai dengan masa
berlakunya.
• PDN merupakan bagian dari Nilai Bersih Pinjaman yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat dalam
penyusunan APBN atau APBN Perubahan.
• Pengadaan Pinjaman Dalam Negeri, (Pengadaan PDN) adalah pengadaan pinjaman dalam mata uang rupiah
yang dilakukan oleh Pemerintah, yang bersumber dari Pemda, BUMN, dan Perusahaan Daerah, yang
digunakan untuk membiayai kegiatan tertentu.
• Penerusan Pinjaman Dalam Negeri,(Penerusan PDN) adalah Pinjaman Dalam Negeri yang diteruspinjamkan
kepada Penerima Penerusan Pinjaman Dalam Negeri yang harus dibayar kembali dengan ketentuan dan
persyaratan tertentu.
• Nilai Bersih Pinjaman adalah selisih lebih atau selisih kurang pinjaman dalam pos pembiayaan APBN tahun
berjalan. Selisih lebih Nilai Bersih Pinjaman terjadi jika pinjaman yang diterbitkan atau ditarik lebih besar
dibandingkan dengan pinjaman yang dilunasi. Sedangkan selisih kurang Nilai Bersih Pinjaman terjadi jika
pinjaman yang diterbitkan atau ditarik lebih kecil apabila dibandingkan dengan pinjaman yang dilunasi.
• Pinjaman merupakan bagian dari utang Pemerintah. Sedangkan utang Pemerintah terdiri dari utang dalam
bentuk sekuritas dan utang dalam bentuk non sekuritas termasuk pinjaman dalam negeri.
PRINSIP-PRINSIP PENGADAAN PDN
• Transparansi, terbuka kepada pihak yang berkepentingan.
• Akuntabilitas, sesuai dengan prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan.
• Efisien dan efektif, sesuai dengan tujuannya dan biaya dapat ditekan seminimal mungkin.
• Kehati-hatian pengambilan keputusan mengutamakan kehati-hatian, dengan menghindari keputusan yang
bersifat spekulatif.
• Pengadaan PDN dilakukan dengan memperhatikan tingkat risiko yang terkendali.
Tingkat risiko dapat dikatakan terkendali apabila beban pengelolaan utang yang terdiri dari pembayaran
pokok, bunga, biaya lainnya dan jangka waktu pembayaran kembali masih dalam batas-batas kemampuan
APBN dalam membayar kewajiban yang berkenaan pada tingkat yang wajar.
SUMBER DAN BENTUK PDN
 PDN bersumber dari pemerintah daerah, BUMN, dan perusahaan daerah
 PDN diadakan dengan menggunakan mata uang rupiah
 PDN menurut bentuknya merupakan pinjaman kegiatan.
PENGGUNAAN PDN
 PDN digunakan untuk membiayai: a) kegiatan tertentu K/L, b) kegiatan tertentu Pemda melalui penerusan
pinjaman, c) kegiatan tertentu BUMN melalui penerusan pinjaman, d) kegiatan tertentu Perusahaan Daerah
melalui penerusan pinjaman kepada Pemda.
 PDN untuk membiayai kegiatan tertentu tersebut dilakukan melalui mekanisme APBN.
PERENCANAAN PDN
1. Menteri Keuangan menyusun rencana batas maksimum PDN selama 1 (satu) tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan:
a. kebutuhan riil pembiayaan;
b. kemampuan membayar kembali;
c. batas maksimum kumulatif pinjaman;
d. kemampuan penyerapan pinjaman; dan
e. risiko utang dari pinjaman.
2. Apabila dipandang perlu, Menteri Keuangan dapat meminta pendapat Bank Indonesia.
DEBT SERVICE COVERAGE RATIO (DSCR)
adalah Rasio Kemampuan Membayar Kembali Pinjaman
DSCR = {PAD + (DBH – DBHDR) + DAU} – Belanja Wajib > 2,5
Angsuran pokok pinjaman + Bunga + Biaya Lain
Keterangan:
DSCR = Debt Service Coverage Ratio atau Rasio Kemampuan Membayar Kembali Pinjaman;
PAD = Pendapatan Asli Daerah;
DAU = Dana Alokasi Umum;
DBH = Dana Bagi Hasil; dan
DBHDR = Dana Bagi Hasil Dana Reboisasi.
Belanja wajib = belanja pegawai dan belanja anggota DPRD.
Biaya lain = biaya administrasi, biaya provisi, biaya komitmen, asuransi, dan denda.
PERSYARATAN CALON PEMBERI PDN

Pemerintah Daerah BUMN Perusahaan Daerah


a. telah melakukan a. memiliki laba bersih a. memiliki laba bersih
pemenuhan urusan wajib selama 3 (tiga) tahun selama 3 (tiga) tahun
sesuai ketentuan Peraturan terakhir berturut-turut; terakhir berturut-turut;
Perundang-undangan; b. mendapat persetujuan dari b. Memenuhi Anggaran Rumah
b. tidak mempunyai organ perusahaan sesuai Tangga Perusahaan Daerah
tunggakan pembayaran dengan Anggaran Dasar yang bersangkutan
bunga, cicilan pokok, dan BUMN yang bersangkutan; c. memiliki Modal
kewajiban lainnya terkait c. memiliki Modal Ditempatkan Ditempatkan dan Disetor
dengan pinjaman pada pihak dan Disetor Penuh paling Penuh paling sedikit
lain; sedikit Rp1.000.000.000.000,00
c. mendapat persetujuan dari Rp1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah).
Dewan Perwakilan Rakyat (satu triliun rupiah).
Daerah; dan d. dilakukan sesuai dengan
d. mendapat pertimbangan ketentuan anggaran dasar
Menteri Dalam Negeri. dengan memperhatikan
ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

PERSYARATAN CALON PENERIMA PENERUSAN PDN

Pemerintah Daerah BUMN Perusahaan


Daerah
a. memiliki jumlah sisa pinjaman a. memiliki laba bersih selama 2 (dua) Ketentuan
daerah ditambah jumlah pinjaman tahun terakhir; mengenai syarat
yang akan ditarik tidak melebihi 75% b. tidak mempunyai tunggakan atas Perusahaan Daerah
(tujuh puluh lima persen) dari jumlah pengembalian pinjaman yang sebagai calon
penerimaan umum APBD tahun berasal dari Pemerintah; Penerima Penerusan
sebelumnya; c. mendapat persetujuan dari organ PDN diatur dengan
b. memiliki proyeksi rasio kemampuan Peraturan Daerah
perusahaan sesuai dengan
membayar kembali pinjaman paling Anggaran Dasar BUMN yang
sedikit 2,5 (dua koma lima); bersangkutan; dan
c. tidak mempunyai tunggakan atas d. memiliki laporan keuangan yang
pengembalian pinjaman yang berasal telah diaudit oleh auditor dan
dari Pemerintah; dinyatakan wajar tanpa
d. Mendapat persetujuan dari Dewan pengecualian selama 3 (tiga)
Perwakilan Rakyat Daerah; tahun terakhir sesuai ketentuan
e. memiliki laporan keuangan yang telah Peraturan Perundang-undangan di
diaudit dan dinyatakan wajar tanpa bidang BUMN.
pengecualian selama 2 (dua) tahun e. Penerimaan Penerusan PDN oleh
terakhir; dan BUMN dilakukan sesuai dengan
f. mendapat pertimbangan Menteri Dalam ketentuan anggaran dasar dengan
Negeri. memperhatikan ketentuan Peraturan
Perundang- undangan.
PEMBERIAN PINJAMAN DAERAH DARI PEMERINTAH
YANG DANANYA BERSUMBER DARI PINJAMAN LUAR NEGERI
PENGAJUAN DAN PENILAIAN RENCANA PINJAMAN
Pemda Menteri PPN/ Menkeu Mendagri PPLN

Usulan DRPHLN Informasi


Kegiatan JM Indikasi
Kemampuan
Keuangan
Daerah

DRPPHLN

Pertimbangan KOMITMEN
Daftar Aspek politik PENDANAAN
Kegiatan yg & administrasi
Dpt dibiayai Pemda
PLN Penelitian
Usulan Rencana
Pinjaman dan
Penilaian

Ditolak Disetujui

Surat DAFTAR RENC.


Keputusan PINJ. DAERAH
DPRD (DRPD)

INDIKASI KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH


a. Indikasi proyeksi perhitungan tentang kemampuan Pemerintah Daerah dalam memenuhi kewajiban
pembayaran kembali pinjaman (Debt Service Coverage Ratio/DSCR);
b. Informasi jumlah pinjaman Pemerintah Daerah yang bersangkutan; dan
c. Kinerja pinjaman Daerah
Dokumen Rencana Pinjaman
a. Studi kelayakan kegiatan;
b. Rencana Kegiatan Rinci;
c. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selama tiga tahun terakhir;
d. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun bersangkutan;
e. Perhitungan proyeksi APBD selama jangka waktu pinjaman termasuk perhitungan DSCR yang mencerminkan
kemampuan daerah dalam memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman (proyeksi DSCR) serta asumsi
yang digunakan selama jangka waktu pinjaman yang akan diusulkan;
f. Rencana Pembiayaan Kegiatan (financing plan) secara keseluruhan;
g. Surat Persetujuan DPRD berupa persetujuan prinsip yang diberikan oleh komisi di DPRD yang menangani
bidang keuangan;
h. Data kewajiban yang masih harus dibayar setiap tahunnya dari pinjaman yang telah dilakukan; dan
i. Surat Pernyataan Pemerintah Daerah, berisi pernyataan: 1) tidak memiliki tunggakan atas pinjaman yang
sedang berjalan, 2) menyediakan dana pendamping, 3) mengalokasikan dana untuk pembayaran angsuran, 4)
dipotong DAU/DBH untuk pembayaran angsuran pinjaman yang tertunggak.
KRITERIA KESIAPAN KEGIATAN PEMDA
a. Kesiapan indikator kinerja monitoring dan evaluasi, seperti data dasar;
b. Alokasi Dana Pendamping untuk pelaksanaan kegiatan tahun pertama dalam APBD;
c. Pengadaan tanah dan/atau resettlement telah dilaksanakan;
d. Pembentukan dan penempatan personalia Unit Manajemen Proyek (Project Management Unit/PMU) dan
Unit Pelaksana Proyek (Project Implementation Unit/PIU); dan
e. Kesiapan konsep pengelolaan proyek/petunjuk pengelolaan/ administrasi proyek/memorandum (yang berisi
cakupan organisasi dan kerangka acuan kerjanya, dan pengaturan tentang pengadaan, anggaran,
disbursement, laporan, dan auditing).
NILAI TUKAR DAN TINGKAT BUNGA
Dalam hal NPPP menggunakan mata uang Rupiah:
 Pemerintah c.q. Menkeu menanggung risiko atas perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
 Tingkat bunga dalam NPPP ditetapkan sesuai tingkat bunga dalam NPPLN ditambah dengan tambahan
tingkat bunga pinjaman yang ditetapkan Menkeu atas usul Dirjen Perbendaharaan.
 Tambahan nilai tingkat bunga Pinjaman tesebut dapat ditinjau secara berkala oleh Menkeu dengan
memperhatikan perkembangan nilai tukar rupiah
Dalam hal NPPP menggunakan mata uang asing, tingkat bunga ditetapkan sesuai tingkat suku bunga dalam NPPLN
ditambah 0,50% per tahun atau ditetapkan lain oleh Menkeu.
CARA PENARIKAN PINJAMAN
• Pembayaran Langsung (Direct Payment);
• Pembiayaan Pendahuluan (Pre-Financing);
• Rekening Khusus (Special Account); dan/atau
• Pembukaan Letter of Credit (L/C).
SANKSI
Sanksi terhadap Pemda yang tidak melaksanakan kewajiban pembayaran kembali adalah pemotongan terhadap
Dana Alokasi Umum (DAU) dan/atau Dana Bagi Hasil dari Penerimaan Negara yang menjadi hak Daerah
bersangkutan.

PENGELOLAAN PIUTANG LELANG NEGARA


KONSEPSI
1. Piutang Negara adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada negara atau badan-badan yang baik secara
langsung maupun tidak langsung dikuasai oleh negara, berdasarkan suatu peraturan, perjanjian atau sebab
apapun
2. Lelang adalah penjualan barang di muka umum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Penyerah Piutang adalah Instansi Pemerintah, Lembaga Negara, atau badan usaha yang modalnya sebagian
atau seluruhnya dimiliki oleh negara atau dimiliki BUMN/BUMD, yang menyerahkan pengurusan Piutang
Negara
4. Penanggung Hutang adalah badan/atau orang yang berhutang menurut peraturan, perjanjian atau sebab
apapun, termasuk badan atau orang yang menjamin penyelesaian seluruh hutang Penanggung Hutang.
5. Penjamin Hutang adalah badan atau orang yang menjamin penyelesaian sebagian atau seluruh hutang
Penanggung Hutang
PENYERAHAN PENGURUSAN PIUTANG NEGARA
1. Pada tingkat pertama diselesaikan sendiri oleh Instansi Pemerintah
2. Dalam hal penyelesaian PN tidak berhasil, Instansi Pemerintah tsb. wajib menyerahkan pengurusan Piutang
Negara kepada Panitia Cabang PUPN
3. Instansi Pemerintah meliputi Instansi Pemerintah Pusat/Daerah, Lembaga Negara,Sekjen dari komisi
Negara/Lembaga Tinggi Negara, BHMN, dan BLU.
4. BUMN/BUMD sektor perbankan dan nonperbankan atau badan-badan usaha yang sebagian besar modalnya
dimiliki BUMN/ BUMD menyerahkan pengurusan piutang macetnya kepada Panitia Cabang dalam hal dana
yang disalurkan berasal dari Instansi Pemerintah melalui pola channeling atau risk sharing.
5. BUMN/BUMD sektor non perbankan dapat penyerahkan pengurusan piutang macetnya kepada Panitia
Cabang
Catatan :
 Chanelling adalah pola penyaluran dana oleh Pemerintah kepada masyarakat melalui perbankan atau
lembaga pembiayaan non perbankan dimana Pemerintah menanggung risiko kerugian apabila terjadi
kemacetan.
 Risk sharing adalah pola penyaluran dana oleh pemerintah kepada masyarakat melalui perbankan atau
lembaga pembiayaan non perbankan dimana pemerintah dan perbankan atau lembaga pembiayaan non
perbankan berbagi risiko kerugian apabila terjadi kemacetan.
CARA PENYERAHAN PENGURUSAN PN
1. Penyerahan pengurusan Piutang Negara disampaikan secara tertulis disertai resume dan dokumen kepada
Panitia Cabang melalui KPKNL yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Penyerah Piutang
2. Pengecualian dalam hal :
a. Tempat perjanjian kredit/tempat terjadinya piutang
b. Domisili hukum yang ditunjuk dalam perjanjian
c. Domisili Penanggung Hutang Penanggung Hutang
PERHITUNGAN PIUTANG NEGARA
Aspek-aspek perhitungan piutang negara oleh Kantor Pelayanan:
1. Piutang Negara terdiri dari Hutang pokok, bunga, denda, ongkos, dan/atau beban lainnya sesuai
perjanjian/peraturan/putusan pengadilan. Besarnya pembebanan bunga, denda, ongkos, dan/atau beban
lainnya ditetapkan paling lama 9 bulan setelah piutang dikategorikan macet.
2. Polis asuransi, biaya pembebanan hak tanggungan/fidusia, biaya perpanjangan hak atas tanah, biaya
pengukuhan hak atas tanah, dan biaya-biaya lainnya sesuai yang diperjanjikan, diperhitungkan sebagai
penambahan.
3. Piutang Negara dalam satuan mata uang asing tetap dihitung dalam satuan mata uang asing yang
bersangkutan.
PENERIMAAN PENGURUSAN PN
1. Bila dapat dibuktikan adanya dan besarnya Piutang Negara, Panitia Cabang menerima penyerahan
pengurusan Piutang Negara dengan menerbitkan SP3N
2. Dalam hal tidak memenuhi persyaratan dalam keadaan kahar, penyerahan dapat diterima bila dilampiri :
a. dokumen pengganti daftar nominatif/pendukung besarnya piutang; dan
b. laporan kepada Kepolisian / keterangan pejabat yang berwenang tentang dokumen yang
hilang/musnah karena keadaan kahar.
3. Hasil perhitungan Kantor Pelayanan yang telah mendapat konfirmasi secara tertulis dari Penyerah Piutang,
digunakan sebagai dasar menetapkan besarnya Piutang Negara dalam SP3N.
PENOLAKAN
Apabila :
a. Kelengkapan syarat-syarat penyerahan tidak dapat dipenuhi oleh Penyerah Piutang,
b. Penyerah Piutang dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat permintaan konfirmasi tidak memberikan
tanggapan; atau
c. Penyerah Piutang bukan berasal dari Instansi Pemerintah
PENGEMBALIAN PENGURUSAN PN
Pengembalian pengurusan piutang Negara dapat dilakukan oleh Panitia cabang dalam hal:
1. Penanggung Hutang tidak mempunyai kewajiban.
2. terkait perkara pidana;
3. Penyerah Piutang bersikap tidak kooperatif;
4. Putusan Lembaga Peradilan dalam perkara perdata/TUN yang telah berkekuatan hukum tetap yang
membatalkan penyerahan pengurusan Piutang Negara.
5. pengurusan piutang BUMN telah sampai pada tahap PSBDT; atau
6. Piutang Negara yang diserahkan, terjadi atau disalurkan di eks-Provinsi Timor-Timur.
PERNYATAAN BERSAMA (PB)
 Merupakan kesepakatan dengan Penanggung Utang tentang kebenaran adanya dan besarnya Piutang Negara
serta cara penyelesaian piutang negara
 Penyelesaian utang yang ditetapkan dalam PB paling lama 12 bulan sejak PB ditandatangani
 Apabila Penanggung Utang tidak membayar angsuran sesuai PB, paling lambat dalam waktu 7 hari Kantor
Pelayanan memberikan peringatan secara tertulis.
SURAT PAKSA
a. Penanggung utang tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam Pernyataan Bersama.
b. Penanggung utang menandatangi Pernyataan Bersama atau telah diterbitkan Surat Keputusan Penetapan
Jumlah Piutang Negara.
c. Panitia Cabang menerbitkan Surat Paksa yang diterbitkan oleh Panitia Cabang.
d. Surat Paksa diberitahukan oleh Juru Sita Piutang Negara dengan membacakan dan menyerahkan salinan Surat
Paksa.
e. Pemberitahuan Surat Paksa dituangkan ke dalam Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa
PENYITAAN
Dalam hal setelah lewat waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam sejak Surat Paksa diberitahukan,
Penanggung Hutang tidak melunasi hutangnya, Panitia Cabang menerbitkan Surat Perintah Penyitaan.
PENGHAPUSAN PIUTANG
Kewenangan Penghapusan Piutang
1. Piutang Negara
 < Rp 10M => Menteri Keuangan
 Rp 10 M, < 100M => Presiden
 > RP 100M => Presiden dengan persetujuan DPR
2. Piutang Daerah
• < Rp 5M => Gubernur/bupati/walikota
• > Rp 5M =>Gubernur/bupati/walikota dengan persetujuan DPRD
Macam penghapusan piutang negara/daerah
• Penghapusan tanpa menghapuskan hak secara bersyarat adalah dengan menghapuskan piutang
negara/daerah tagih Negara/ Daerah
• Penghapusan secara mutlak adalah dengan menghapuskan hak tagih Negara/Daerah
Syarat umum penghapusan
• Piutang negara/daerah dalam satuan mata uang asing, nilai piutang yang dihapuskan secara bersyarat
adalah nilai yang setara dengan nilai sesuai dengan kewenangan di atas, dengan kurs tengah BI 3 (tiga)
hari sebelum pengajuan usul penghapusan
• Piutang negara/daerah telah diurus secara optimal oleh Panitia Urusan Piutang Negara(PUPN)=> piutang
negara telah dinyatakan sebagai Piutang Negara Sementara Belum Dapat Ditagih (PSBDT).
Penetapan PSBDT
Piutang Negara yang dinyatakan PSBDT ditetapkan oleh PUPN apabila masih terdapat sisa utang, namun:
 Penanggung utang atau dalam hal ini Badan atau orang yang berutang kepada negara/daerah menurut
peraturan, perjanjian atau sebab apapun tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikannya; dan
 Barang jaminan tidak ada, telah dicairkan, tidak lagi mempunyai nilai ekonomis, atau bermasalah yang
sulit diselesaikan.
Penghapusan secara Bersyarat
Syarat :
 Dalam hal piutang adalah berupa Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT dan
terbitnya rekomendasi penghapusan secara bersyarat dari Badan Pemeriksa Keuangan; atau
 Dalam hal piutang selain piutang Tuntutan Ganti Rugi, setelah piutang ditetapkan sebagai PSBDT.
Penghapusan secara Mutlak
Syarat:
 Usul penghapusan diajukan setelah lewat waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan Penghapusan
Secara Bersyarat piutang dimaksud; dan
 Penanggung Utang tetap tidak mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan sisa kewajibannya, yang
dibuktikan dengan keterangan dari Aparat/Pejabat yang berwenang.

PENGELOLAAN UTANG NEGARA


PEMBIAYAAN DEFISIT
Utang adalah konsekuensi dari postur APBN (Pembiayaan Defisit), dimana Penerimaan Negara lebih kecil daripada
Belanja Negara. Utang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN untuk menutup deficit APBN, dan untuk
membayar kembali utang yang jatuh tempo.
Tujuan Pembiayaan Defisit APBN:
 Menjaga stimulus fiskal
 Pengembangan peningkatan kesejahteraan masyarakat
 Mendukung pemulihan dunia usaha
 Mempertahankan anggaran pendidikan 20%;
 Peningkatan anggaran Alat Utama Sistem Peratahanan (Alutsista);
 Melanjutkan reformasi birokrasi.
TUJUAN PENGELOLAAN UTANG
Meminimalkan biaya utang dengan tingkat risiko yang semakin terkendali.
KEBIJAKAN
1. Tidak ada agenda politik
2. Persyaratan lunak (jangka panjang, biaya relatif ringan)
3. Tambahan neto pinjaman luar negeri dianggarkan negatif, artinya jumlah pembayaran kembali utang
dianggarkan lebih besar dibanding dengan jumlah penarikan pinjaman luar negeri baru;
4. Mengutamakan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) Rupiah di pasar dalam negeri :
5. Mewujudkan kemandirian dalam pembiayaan APBN;
6. Mendukung pengembangan pasar modal dengan memperluas basis investor
7. Membantu pengelolaan likuiditas pasar,
8. Membuka akses sumber pembiayaan di pasar internasional

SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PENGELOLAAN APBN


LATAR BELAKANG
1. Besarnya dana APBN/APBD yang dibelanjakan/dikeluarkan terus meningkat
2. Adanya tuntutan penyelenggaraan pemerintahan yang lebih baik,
3. Adanya tuntutan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN
 Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, Presiden
selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh.
 Pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan Negara sesuai
dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban.
KONSEPSI DASAR PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
1. Pengawasan
 Pengawasan anggaran : proses kegiatan untuk memastikan dan menjamin bahwa pengelolaan anggaran
terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif, efisien, dan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Hakikat pengawasan adalah mencegah penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan,
kesalahan dan kegagalan dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
 Teknik dan jenis pengawasan:
Teknik pengawasan Jenis pengawasan
Pemeriksaan (Audit) Pengawasan Preventif
Pemantauan (monitoring) Pengawasan Represif
Inspeksi Pengawasan Melekat ( Waskat )
Verifikasi Pengawasan Legislatif ( Wasleg )
Investigasi : penyidikan dan pengusutan Pengawasan Fungsional ( Wasnal )
Evaluasi (penilaian) Pengawasan Masyarakat ( Wasmas )
Penelaahan
 Hasil pengawasan harus menjadi masuk dalam pengambilan keputusan untuk: a) menghentikan/
meniadakan dan mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan,
pemborosan, hambatan dan ketidaktertiban, b) mencari cara-cara yang lebih baik atau membina yang
telah baik untuk mencapai tujuan dan melaksanakan tugas-tugas organisasi.
2. Pengendalian
Pengendalian adalah proses mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan sebelumnya.
3. Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen : tindakan-tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengarahkan orang, mesin
dan fungsi-fungsi guna mencapai tujuan dan sasaran organisasi.
4. Sistem Pengendalian Intern
 Merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
 Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan
secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
5. Sistem Pengendalian Manajemen/ Pengawasan Melekat/SPI
Sistem pengendalian manajemen adalah Sistem yang digunakan manajemen untuk mengendalikan
organisasinya
SPM=SPI=Waskat
KOMPONEN SPM/SPI/WASKAT
1. Lingkungan Pengendalian/ Control environment
 Pimpinan unit organisasi/satuan kerja instansi pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan sistem pengendalian
intern pemerintah dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi.
 Unsur-unsurnya: a)penegakan integritas dan nilai etika, b)komitmen terhadap kompetensi,
c)kepemimpinan yang kondusif, d)struktur organisasi yg sesuai dg kebutuhan, e) pendelegasian
wewenang, f)pembinaan SDM, g)peran aparat pengawasan intern pemerintah, h)hubungan baik antar
instansi pemerintah.
2. Penilaian Resiko /Risk Assessment
 Penilaian resiko adalah proses indentifikasi dan analisis terhadap resiko-resiko yang relevan dengan
pencapaian tujuan unit organisasi dan menetapkan respon penanggulangannya.
3. Kegiatan pengendalian / Control Activities
 Kegiatan pengendalian adalah kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur yang diciptakan untuk
menghadapi risiko dan mencapai tujuan organisasi. Agar kegiatan pengendalian efektif harus tepat,
berfungsi secara konsisten sepanjang waktu sesuai dengan recana, dan biaya yang efektif, komprehensif,
layak, dan berkaitan langsung dengan tujuan pengendalian.
4. Informasi dan Komunikasi
 Informasi dan komunikasi adalah penting untuk mewujudkan tujuan pengendalian intern. Informasi
diperlukan pada semua tingkatan dari suatu organisasi agar memiliki pengendalian intern yang efektif
dan mencapai tujuan organisasi.
 Komunikasi yang efektif harus mengalir ke bawah, menyilang dan keatas dalam organisasi, melalui
seluruh komponen dan struktur yang ada.
5. Monitoring
 Sistem pengendalian intern harus dipantau untuk menilai kinerja sistem tersebut. Pemantauan
dikembangkan baik melalui kegiatan rutin maupun evaluasi tersendiri atau kombinasi keduanya
TUJUAN SPI
Memberikan jaminan yang memadai bagi tercapainya :
• Ketertiban, efisiensi dan efektivitas kegiatan
• Terpenuhinya kewajiban akuntabilitas pemerintahan
• Ketaatan pada peraturan perundang-undangan
• Keamanan sumberdaya entitas
SPI DI LINGKUNGAN BUN
Kewenangan Menkeu selaku BUN yg terkait dengan SPI:
 Menetapkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBN;
 Mengesahkan dokumen pelaksanaan APBN;
 Mengendalikan pelaksanaan anggaran;
 Menetapkan sistem penerimaan/pengeluaran kas;
 Menetapkan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan negara;
 Menetapkan kebijakan dan pedoman pengelolaan dan penghapusan barang milik negara.
SARANA WASKAT:
1. Struktur organisasi
membentuk organisasi yang memberikan penggarisan struktur organisasi yang jelas dengan pembagian tugas
dan fungsi beserta uraiannya yang jelas pula.
2. Kebijaksanaan pelaksanaan
pedoman yang ditetapkan oleh manajemen untuk mendorong tercapainya tujuan instansi pemerintah
3. Perencanaan
Proses penetapan tujuan serta langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan pada masa mendatang dengan
sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi
4. Prosedur kerja
Rangkaian tata kerja secara berurutan mulai dari awal sampai dengan berakhirnya suatu kegiatan, baik
kegiatan teknis operasional maupun administratif. Prosedur kerja harus disusun secara tertulis dan baku
untuk memberikan petunjuk yang jelas tentang langkah-langkah yang akan ditempuh untuk menyelesaikan
kegiatan.
5. Pencatatan (akuntansi)
Pencatatan dimaksudkan sebagai proses pendokumentasian transaksi/ kejadian secara sistematis.
6. Pelaporan
Sarana bagi atasan untuk mendapatkan kejelasan informasi tentang perkembangan, kemajuan dan atau
hambatan-hambatan sehingga menjadi dasar bagi evaluasi dan pengambilan keputusan
7. Pembinaan personil
Upaya menjaga agar faktor sumberdaya manusia yang menjalankan sistem dan prosedur instansi pemerintah,
memiliki integritas dan profesional sesuai kebutuhan tugas dan tanggung jawabnya.
8. Supervisi dan Review Intern
Melaporkan apakah jalannya organisasi, kebijaksanaan, prosedur, pencatatan , pelaporan dan kegiatan
lainnya tetap berada pada garis dan arah yang telah ditetapkan semula secara efisien, ekonomis, efektif, dan
tidak bertentangan dengan ketentuan yang berlaku.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analitis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen,
obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas,
dan keadalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. (Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2004).
BPK (UUD 1945, pasal 23E)
1) Untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri.
2) Hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada DPR, DPD. dan DPRD sesuai dengan kewenangannya
3) Hasil pemeriksaan tersebut ditindak lanjuti oleh lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai dengan undang-
undang.
JENIS PEMERIKSAAN
 Pemeriksaan Keuangan = pemeriksaan atas laporan keuangan →opini
 Pemeriksaan kinerja = pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara mencakup aspek ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas →rekomendasi
 Pemeriksaan dengan tujuan tertentu = pemeriksaan khusus/kasus (investigasi) →kesimpulan

POKOK-POKOK SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


Definisi
1. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dilinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
2. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah.
KUA dan PPAS
 Kebijakan Umum APBD adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan
pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya untuk periode 1 (satu) tahun.
 Kebijakan Umum APBD memuat kondisi ekonomi makro daerah, asumsi penyusunan APBD, kebijakan
pendapatan daerah, kebijakan belanja daerah, kebijakan pembiayaan daerah, dan strategi pencapaiannya.
 Strategi pencapaian memuat langkah-langkah kongkrit dalam pencapaian target.
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD)
 Adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana belanja (belanja
tidak langsung dan belanja langsung) program dan kegiatan SKPD sebagai dasar penyusunan RAPBD
 RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, belanja untuk masing-masing program dan kegiatan menurut fungsi
untuk tahun yang direncanakan, dirinci sampai dengan rincian objek pendapatan dan belanja, serta prakiraan
maju untuk tahun berikutnya.
 RKA-SKPD dibuat berdasarkan Pedoman Penyusunan RKA-PKD, disusun oleh Kepala SKPD.
 Pendekatan penyusunan: a) kerangka pengeluaran jangka menengah, b) penganggaran terpadu, c)
penganggaran berdasarkan prestasi kerja.
Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA PPKD)
 Adalah Rencana kerja dan anggaran badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan selaku Bendahara Umum
Daerah
 RKA-SKPD memuat rencana pendapatan, belanja dan pembiayaan yang direncanakan, dirinci sampai dengan
rincian objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
 Untuk pendapatan, memuat dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah;
 Untuk belanja, memuat belanja bunga, hibah, bantuan keuangan, bantuan sosial, belanja tak terduga;
 Pembiayaan, meliputi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah

Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertgjwban Pemeriksaan

RPJMD Rancangan Penatausahaan


DPA-SKPD Pendapatan
• Bendahara penerimaan
RKPD wajib menyetor Disusun Sesuai
penerimaannya ke
rekening kas umum
SAP
Verifikasi daerah selambat-
KUA/PPAS lambatnya 1 hari kerja

Penatausahaan
DPA-SKPD
Belanja
Nota Laporan Keuangan
Kesepakatan • Penerbitan SPM-UP,
Pemerintah Daerah
SPM-GU, SPM-TU dan
SPM-LS oleh Kepala
Pelaksanaan APBD SKPD • LRA
Pedoman • Penerbitan SP2D oleh
• Neraca Laporan Keuangan
PPKD
Penyusunan Pendapatan • Lap. Arus Kas diperiksa oleh BPK
RKA-SKPD • CaLK
Belanja Penatausahaan
Pembiayaan
RKA-SKPD • Dilakukan oleh PPKD
Pembiayaan

RAPBD Kekayaan dan Raperda


Kewajiban daerah Pertanggung-
• Kas Umum jawaban APBD
Evaluasi Laporan Realisasi • Piutang
• Investasi
Raperda APBD Semester Pertama • Barang
oleh Gubernur/ • Dana Cadangan
Mendagri • Utang

7
Perubahan APBD Akuntansi
APBD Keuangan Daerah

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD


 Gubernur/bupati/walikota menyerahkan LK unaudited kepada BPK (sebelum 31 Maret)→ BPK melakukan
audit atas LK dalam waktu 2 bulan → LK audited diserahkan BPK kepada Kepala Daerah → Kepala daerah
menyusun Raperda LPJ LK untuk diserahkan kepada DPRD sebelum 30 Juni.
 Bentuk dan isi LPJ Pelaksanaan APBD: a) Laporan Realisasi APBD, b) Neraca, c) Laporan Arus Kas, d) CALK, e)
dilampiri LK Perusahaan Daerah.
 Bentuk dan Isi Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP No.24/2005).
Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD-SKPD
SKPD GUB/WALIKOTA/BUPATI
1
5
4
Laporan Keuangan
Laporan Keuangan
SKPD
PEMDA
(unaudited)
(unaudited)
Sebelum Laporan Keuangan
2
31 Maret Konsolidasian 31 Maret
6
(unaudited)
PPKD
3 Sebelum
31 Maret
BPK

 Bentuk dan Isi Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai Standar
Akuntansi Pemerintahan (PP No.24/2005), terdiri dari:
- Laporan Realisasi APBD
- Neraca
- CALK
Komponen APBD
PENDAPATAN BELANJA

SURPLUS DEFISIT

PEMBIAYAAN
- Penerimaan pembiayaan:
1. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu
2. Transfer dari Rekening Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Daerah
5. Penerimaan Piutang Daerah
- Pengeluaran pembiayaan:
1. Pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo
2. Pembelian kembali obligasi daerah
3. Penyertaan modal (investasi) daerah
4. Pemberian piutang daerah
5. Transfer ke rekening dana cadangan
Keuangan Daerah
Sumber pendapatan daerah terdiri atas: PAD, dana perimbangan dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah. Lain-
lain pendapatan daerah yang sah adalah seluruh pendapatan daerah selain PAD dan dana perimbangan, yang
meliputi hibah, dana darurat, dan lain-lain pendapatan yang ditetapkan pemerintah.
 Dana Bagi Hasil:
Bersumber dari :
1. Pajak
a. Pajak Bumi dan Bangunan
b. BPHTB
c. PPh Pasal 25 WP Orang Pribadi dalam Negeri dan PPh Pasal 21
2. Sumber Daya Alam (SDA)
a. Kehutanan
b. Pertambangan umum
c. Perikanan
d. Pertambangan Minyak Bumi
e. Pertambangan gas bumi
f. Pertambangan panas bumi
Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Pasal 2 ayat (2), menetapkan bahwa PBB dan BPHTB termasuk ke dalam jenis pajak kabupaten/kota.
NO. SUMBER PUSAT DAERAH PROV. KAB/KOTA
% % % %
1 Pajak Bumi dan Bangunan* 10 90 16,2 64,8
2 BPHTB* 20 80 16 64
3 PPh Ps 25,29 WPOPDN dan 80 20 40 60
PPh Pasal 21
4 Kehutanan (IHPH) 20 80 16 64
5 Kehutanan (PSDH) 20 80 16 32/32**
6 Kehutanan (Reboisasi) 60 40 - 40
7 Pertambangan Umum 20 80 16 64
8 Perikanan 20 80 - 80***
9 Pertambangan Minyak Bumi 85 15 3 6/6**
10 Pertambangan Gas Bumi 69,5 30.5 6 12/12**
11 Pertambangan Panas Bumi 20 80 16 32/32**

* Menjadi Pajak Daerah dengan UU 28 Th 2009


** Dibagikan ke kabupaten/kota lain dalam provinsi ybs
*** Dibagikan ke kabupaten/kota lain dengan proporsi yang sama besar

PENGAWASAN SEGI HUKUM ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA


 Penyelenggara Negara yang bersih adalah Penyelenggara Negara yang mentaati asas2 umum
penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi,dan nepotisme, serta perbuatan tercela
lainnya. (Pasal 1 UU No. 28 Tahun 1999)
 Asas-asas umum penyelenggaraan Negara meliputi: a)asas kepastian hukum, b)asas tertib penyelenggaraan
Negara, c)asas kepentingan umum, d)asas keterbukaan, e)asas proporsionalitas, f)asas profesionalitas, g)asas
akuntabilitas.
 Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara=Tindak
Pidana Korupsi.
Pidana →penjara seumur hidup/penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling
sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.
 Yang dimaksud dengan gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun
di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik.
 Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi
tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.
Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
 Wewenang KPK:
Secara umum, wewenang KPK dibagi menjadi 3, yaitu wewenang dalam koordinasi, wewenang dalam
supervisi dan wewenang dalam penyidikan.
a. Koordinasi
 mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi;
 menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi;
 meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi yang terkait;
 melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak korupsi; dan
 meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.
b. Supervisi
 melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang menjalankan tugas dan
wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi.
 mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tindak pidana korupsi yang sedang
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan.
c. Penyidikan
 melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan;
 memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarangseseorangbepergianke luar negeri;
 meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang keadaan keuangan tersangka
atau terdakwa yang sedang diperiksa;
 memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir rekening yang diduga
hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak lain yang terkait;
 memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan sementara tersangka
dari jabatannya.
 Tugas KPK:
 koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
 supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi;
 melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi;
 melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
 melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.
TINJAUAN MENYELURUH
DEFINISI ISTILAH
 Sistem adalah rangkaian dari dua atau lebih komponen-ko mponen yang saling berhubungan, yang
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
 Data adalah fakta-fakta yang dikumpulkan, disimpan, dan diproses dengan sistem informasi.
 Informasi adalah data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti.
SIA TERDIRI DARI LIMA KOMPONEN:
 Orang-orang yang mengoperasikan sistem Prosedur-prosedur
 Data
 Software
 Infrastruktur teknologi informasi
TIGA FUNGSI PENTING SIA DALAM ORGANISASI:
 Mengumpulkan dan menyimpan data tentang aktivitas yang dilaksanakan, sumber daya yang
dipengaruhi, dan pelaku yang terlibat.
 Mengubah data menjadi informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan.
 Menyediakan pengendalian yang memadai.
AKTIVITAS UTAMA DALAM RANTAI NILAI VALUE CHAIN ORGANISASI:
 Inbound Logistics (menerima dan menyimpan bahan baku)
 Operasi (mengubah bahan baku menjadi jasa atau barang jadi)
 Outbound logistics (distribusi barang jadi kepada pelanggan)
 Pemasaran&penjualan (membantu pelanggan untuk membeli jasa atau produk yang dihasilkan)
 Pelayanan (dukungan pelayanan purna jual)
AKTIVITAS PENDUKUNG:
 Infrastruktur perusahaan (SIA termasuk dalam bagian ini)
 SDM
 Teknologi
 Pembelian
RANTAI PERSEDIAAN (SUPPLY CHAIN):
pemasok  pabrik  distributor  pengecer  konsumen
BAGAIMANA SIA DAPAT MENAMBAH NILAI BAGI ORGANISASI?
 Memperbaiki kualitas dan mengurangi biaya untuk menghasilkan produk/jasa
 Memperbaiki efisiensi
 Memperbaiki pengambilan keputusan
 Berbagi pengetahuan
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN:
Identifikasi masalah  metode pemecahan masalah  pengumpulan data  interpretasi dan evaluasi
metode  pengambilan keputusan.
KARAKTERISTIK INFORMASI YANG BERGUNA:
 Relevan (mengurangi ketidakpastian, membuat prediksi, memperbaiki ekspektasi)
 Andal (bebas dari kesalahan dan akurat)
 Lengkap
 Tepat waktu
 Dapat dipahami (disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas)
 Dapat diverifikasi
STRUKTUR KEPUTUSAN:
 Keputusan terstruktur (bersifat rutin, berulang-ulang, dan dapat didelegasikan ke tingkat yang lebih
rendah)
 Keputusan semi terstruktur (dibutuhkan penilaian dan pertimbangan subjektif)
 Keputusan tidak terstruktur (tidak berulang dan tidak rutin)
RUANG LINGKUP KEPUTUSAN:
 Pengendalian operasional (berurusan dengan kinerja yang efektif dan efisien atas tugas tertentu)
 Pengendalian manajemen (berurusan dengan pemakaian yang efektif dan efisien atas sumber daya)
 Perencanaan strategis (berurusan dengan penetapan tujuan organisasi dan kebijakan untuk mencapai
tujuan tersebut)
SIA DAN STRATEGI BISNIS
a. Strategi bisnis:
a. Diferensiasi produk  penambahan fitur yang tidak diberikan oleh pesaing
b. Biaya rendah  penghasil jasa/produk yang paling efisien
b. Posisi strategis:
a. Berdasar keanekaragaman  penyediaan hanya sebagian produk/jasa dalam industri tertentu
(contoh:Fokus pada jasa ganti oli dalam semua jasa perbaikan mobil)
b. Berdasar kebutuhan  pelayanan semua kebutuhan dari kelompok pelanggan tertentu (contoh:
Toserba khusus mahasiswa, atau bengkel mobil khusus mobil alphard)
c. Berdasar akses  pelanggan tertentu karena wilayah geografis (cth. Kebutuhan di suatu kota kecil)
SIKLUS TRANSAKSI:
 Siklus pendapatan  kegiatan penjualan dan penerimaan tunai
 Siklus pengeluaran  kegiatan pembelian dan pengeluaran tunai
 Siklus penggajian  kegiatan mengontrak dan menggaji pegawai
 Siklus produksi  kegiatan mengubah bahan baku dan buruh menjadi bahan jadi
 Siklus keuangan  kegiatan mendapatkan dana dari investor atau kreditor dan membayarnya kembali.
PEMROSESAN TRANSAKSI:
 Input  dokumen sumber
 dokumen turnaround (dikirim ke pihak eksternal dan akan kembali lagi ke sistem)
 Pemrosesan data  proses batch (pembaruan dilakukan secara periodik)
 proses online/real time (pembaruan dilakukan secara langsung setelah terjadinya
transaksi)
 Penyimpanan data
Entitas : sesuatu yang disimpan informasinya dan memiliki karakteristik khusus yang dapat disimpan
(atribut).
Field  record  file  database
Contoh: Field : 001
Record : nomor pelanggan (terdiri dari field 001,002,dst)
File : piutang pelanggan (terdiri dari record nomor, nama, jumlah,dst)
Database: pelanggan (terdiri dari file puitang, analisis penjualan,dst)
TIGA TUJUAN PENGENDALIAN INTERNAL:
 Memastikan bahwa informasi yang dihasilkan dapat diandalkan
 Memastikan aktivitas bisnis dilaksanakan dengan efisien dan taat dengan kebijakan yang ada
 Menjaga asset-aset organisasi
FORMULIR, JURNAL
SISTEM AKUNTANSI POKOK PROSES PENGOLAHAN INFORMASI KEUANGAN:
1. Perekaman data transaksi pada formulir
Formulir merupakan secarik kertas yang memiliki ruang untuk diisi (definisi sebelum komputer
digunakan secara luas oleh bisnis). Formulir dapat berupa kertas atau elektronik. Formulir elektronik
merupakan ruang yang ditayangkan dalam layar komputer yang digunakan untuk menangkap data
yang akan diolah dalam pengolahan data elektronik.
Dalam desain formulir, prinsip dasar berikut ini perlu dipertimbangkan:
a. sedapat mungkin manfaatkan tembusan atau copy formulir
b. hindari duplikasi dalam pengumpulan data
c. buatlah rancangan formulir sesederhana dan seringkas mungkin
d. cantumkan nama dan alamat perusahaan pada formulir yang akan digunakan untuk komunikasi
dengan pihak luar
e. cantumkan nama formulir untuk memudahkan identifikasi
f. beri nomor untuk identifikasi formulir
g. cantumkan nomor garis pada sisi sebelah kiri dan kanan formulir, jika formulir lebar digunakan,
untuk memperkecil kemungkinan salah pengisian
h. cetaklah garis pada formulir, jika formulir tersebut akan diisi dengan tulisan tangan
i. cantumkan nomor urut tercetak
j. rancanglah formulir tertentu sedemikian rupa sehingga pengisi hanya membubuhkan tanda
cheklist atau silang, atau dengan menjawab ya atau tidak, untuk meghemat waktu pengisiannya
k. susunlah formulir ganda dengan menyisipkan karbon sekali pakai atau dengan menggunakan
karbon beberapa kali pakai atau cetaklah dengan kertas tanpa karbon (carbonless paper)
l. pembagian zona sedemikian rupa sehingga formulir dibagi menurut blok-blok daerah yang logis
yang berisi data yang saling terkait.
Informasi yang diperlukan dalam merancang kembali suatu formulir adalah informasi:
1. yang bersangkutan dengan formulir itu sendiri
2. yang bersangkutan debgan kegiatan penyediaan , pengisian, dan pencatatan informasi dari
formulir tersebut.
Ditinjau dari pengolahan data akuntansi, formulir atau dokumen dapat digolongkan menjadi dua macam:
a. dokumen sumber (source document)
adalah dokumen yang dipakai sebagi dasar pencatatan ke dalam jurnal atau buku pembantu
b. dokumen pendukung (supporting document atau corroborating document.)
adalah dokumen yang melampiri dokumen sumber sebagai bukti sahihnya transaksi yang direkam dalam
dokumen sumber.
2. Mencatat data transaksi dalam catatan akuntansi permanen jurnal
Di dalam jurnal, transaksi digolongkan dan diringkas untuk kepentingan penyajian informasi dalam
laporan keuangan. jurnal dipakai sebagai petunjuk untuk menemukan sumber data transaksi, dan di
lain pihak merupakan penyedia ringkasan data yang akan ditampung dalam rekening-rekening buku
besar. Jurnal biasanya lebih lengkap dan lebih terinci menurut ukuran tanggal dan kejadian transaksi,
jadi jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi satu transaksi pun yang tidak
dicatat; catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan penjelasan,tanggal dan informasi
lainnya agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya.
Dalam perancangan jurnal, harus diperhatikan prinsip-prinsip dasar berikut ini:
a. harus tersedia jurnal dalam jumlah yang memadai sehingga memungkinkan perusahaan untuk
menggunakan karyawan dalam mencatat dengan segala transaksi keuangan yang terjadi
b. jurnal akan digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok tertentu
c. untuk mengurangi pekerjaan pembukuan yang rinci, harus digunakan kolom-kolom khusus
dalam jurnal, sehingga memungkinkan pembukuan (posting) jumlah perkolom ke dalam rekening
yang bersangkutan di dalam buku besar
d. nama kolom dalam jurnal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan dalam buku
besar, yang akan menerima jumlah yang akan dibukukan dalam jurnal
e. kolom-kolom dalam jurnal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan diringkas dalam
rekening yang bersangkutan dalam buku besar
f. sedapat mungkin jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga pekerjaan menyalin informasi
dari dokumen sumbernya dibuat sangat minimum
g. harus ditetapkan hubungan antara dokumen sumber tertentu dengan jurnal sehingga
pertanggungjawaban kebenaran informasi dapat ditentukan
Di samping jurnal umum, jurnal khusus yang biasa dipakai perusahaan adalah:
a. jurnal penjualan
b. jurnal pembelian
c. jurnal penerimaan kas
d. jurnal pengeluaran kas
3. Pembukuan dalam buku besar dan buku pembantu
Buku besar (general ledger) merupakan kumpulan rekening-rekening yang digunakan untuk
menyortasi dan meringkas informasi yang telah dicatat dalam jurnal. Buku pembantu dibentuk jika
diperlukan rincian rekening tertentu dalam buku besar yang dibentuk untuk memudahkan dan
mempercepat penyusunan laporan dan neraca percobaan. Dalam ledgerless bookkeeping fungsi
buku pembantu ini digantikan oleh arsip dokumen sumber.

DOKUMENTASI
1. E-BUSINESS
Seluruh penggunaan tingkat lanjut dalam teknologi informasi (TI), khususnya teknologi jaringan dan
komunikasi, untuk meningkatkan cara organisasi melakukan seluruh proses bisnisnya.
ELECTRONIC DATA INTERCHANGE (EDI):
protocol standar untuk secara elektronik mentransfer informasi antar-organisasi serta dalam berbagai proses
bisnis.
KATEGORI E-BUSINESS:
Jenis E-Business Karakteristik
B2C (Business to Costumer)  Antara organisasi dengan perorangan
 Nilai nuang yang dilibatkan kecil
 Transaksi satu waktu atau transaksi tidak sering
terjadi
 Relatif sederhana
B2B (Business to Business)  Antar organisasi
B2G (Business to Government)  Nilai uang yang dilibatkan lebih besar
B2E (Business to Education)  Hubungan yang kuat dan berkelanjutan
 Pemberian kredit oleh penjual ke pelanggan
 Lebih kompleks

PENGARUH E-BUSINESS ATAS AKTIVITAS-AKTIVITAS BISNIS:


Rantai Nilai-Aktivitas Utama Peluang E-Business
Inbound Logistics  Akuisisi produk yang dapat didigitalkan
 Pengurangan Inventory Buffer
Operasi Produksi yang lebih cepat dan akurat
Outbond Logistics Distribusi produk yang dapat didigitalkan
Penjualan dan Pemasaran  Pelacakan status berkelanjutan
 Peningkatan pelayanan ke pelanggan
 Pengurangan biaya iklan
 Periklanan lebih efektif
Pelayanan dan dukungan purna  Mengurangi biaya
jual  Ketersediaan pelayanan 24/7
Aktivitas Pendukung Peluang E-Business
Pembelian Identifikasi sumber dan lelang terbalik
SDM Pelayanan mandiri karyawan
Infrastruktur EFT, FEDI, pembayaran elektronik lainnya

TIGA KARAKTERISTIK UTAMA TRANSAKSI E-BISNIS:


1. Validitas  Kedua belah pihak yang terlibat harus dapat menyatakan keaslian identitas
2. Integritas  Kedua belah pihak yakin bahwa informasi akurat
3. Privasi  Kerahasiaan terjamin/tersimpan dengan baik
JENIS-JENIS JARINGAN:
1. LAN (Local Area Network), dapat dikonfigurasikan menjadi:
a. Star  setiap peralatan secara langsung terhubung dengan server pusat
b. Ring  Setiap titik secara langsung terhubung dengan titik lainnya
c. Bus  Setiap peralatan dihubungkan dengan saluran utama

A A
A C

D B Server
Serve
B r D
B D
C Bus
C
Ring
Star
2. WAN (Wide Area Network), dapat dikonfigurasi dengan cara:
a. Sentralisasi → seluruh terminal dan peralatan lainnya dihubungkan dengan computer pusat
perusahaan, yang biasanya berupa mainframe besar
b. Desentralisasi → setiap unit departemen memiliki computer dan LAN mereka sendiri
c. Distributed Data Processing (DDP) → gabungan dari pendekatan sentralisasi dan
desentralisasi
3. Klien/Server, dapat dikonfigurasi dengan cara:
Setiap computer desktop berfungsi sebagai klien. Setiap klien mengirim permintaan data ke server. Server
kemudian melakukan proses awal dalam database dan mengirim hanya data yang relevan ke klien untuk
diproses secara local oleh computer klien.

2. LAIN-LAIN:
a. EFT : Electronic Funds Transfer, proses pembayaran kas secara elekronik (transfer antar-bank)
b. FVAN: Financial Value-added Network, organisasi independen yang memberikan jasa hubungan antara
berbagai EDI (Electronic Data Interchange) dengan ACH (Automated Clearing House)
c. ASP : Application Server Provider, perusahaan penyedia akses dan pemakaian program aplikasi melalui
internet
d. Teknik enkripsi → proses konversi pesan menjadi kode rahasia. Terdapat 2 jenis utama teknik enkripsi yaitu:
1) Sistem kunci tunggal: menggunakan kunci yang sama untuk melakukan enkripsi dan deskripsi. Lebih cepat,
sederhana, dan efisien tapi pengirim harus memberikan kunci rahasianya kepada penerima
2) Infrastruktur kunci publik: public key infrastructure, menggunakan 2 kunci yaitu kunci publik dan kunci
pribadi. Setiap kunci dapat digunakan untuk mengkodekan pesan (misal kunci publik), tapi hanya jenis kunci
yang lain (kunci pribadi) yang bisa menerjemahkannya. Lebih lambat, tapi lebih aman dan tidak perlu
menyebarkan kunci rahasia.
e. Internet, intranet, dan ekstranet
a. Internet : jaringan internasional komputer yang saling berhubungan
b. Intranet : jaringan internal yang dapat dinavigasi dengan browser internet, tapi tidak bisa diakses
publik (dalam satu perusahaan)
c. Ekstranet : jaringan yang menghubungkan intranet dari dua atau lebih perusahaan. Ex: intranet
vendor dengan perusahaan.

3. TEKNIK DOKUMENTASI:
Bentuk naratif, bagan alir (flowchart), diagram, dan materi tertulis lainnya, yang menjelaskan bagaimana sebuah
sistem bekerja.
ALAT-ALAT PENDOKUMENTASIAN:
1. Diagram arus data (Data Flow Diagram / DFD)  mendeskripsikan arus data
Simbol-simbol DFD:

Sumber dan tujuan data

Arus data

Proses transformasi

Penyimpanan data
 DFD dibagi ke dalam subdivisi hingga ke tingkat yang rendah, untuk menyediakan kemungkinan
jumlah rincian.
 Kamus data → deskripsi elemen data, penyimpanan, dan arus data dalam seuah sistem
 Diagram konteks → DFD dgn tingkat tertinggi yang menunjukkan sistem pemrosesan data dan
entitas eksternal yang merupakan sumber dan tujuan dari input dan output sistem.

2. Bagan alir (flow chart)  Mengilustrasikan arus dokumen dan informasi di antara bidang tanggung jawab
dalam suatu organisasi. Bagan alir dokumen melacak dokumen dari awal hingga dokumen tersebut tidak
digunakan lagi. Berguna untuk analisis prosedur pengendalian suatu sistem (bagan alir pengendalian internal).
a. Simbol-simbol untuk membuat bagan alir dapat dibagi menjadi empat kategori:
1. Simbol masukan/keluaran

dokumen Input/ Pengetikan


multidokume
n output On-line

2. Simbol pemrosesan

Pemrosesan
komputer Proses
manual

3. Simbol penyimpanan

Penyimpana File
Pita
Disk n online
magneti
magnetik k

4. Simbol arus dan lain-lain


Arus
Dokumen On- Off-page
page conector Keputusa
n Terminal
cone
Arus Data ctor

b. Jenis-jenis bagan alir:


1. Bagan alir dokumen  melacak dokumen dari awal dibuatnya hingga dokumen tersebut tidak
dipergunakan lagi
2. Bagan alir sistem  menunjukkan hubungan antara input, pemrosesan, dan output dari suatu SIA
3. Bagan alir program  mengilustrasikan urutan proses logis yang dilaksanakan oleh komputer dalam
menjalankan sebuah program
4. METODOLOGI PENGEMBANGAN SISTEM
adalah langkah-langkah yang dilalui analis sistem dalam mengembangkan sistem akuntansi.
Pengembangan sistem akuntansi dilaksanakan melalui tiga tahap:
a. ANALISIS SISTEM
Dalam tahap ini, analis sistem membantu pemakai informasi dalam mendefinisikan informasi yang
diperlukan oleh pemakai untuk melaksanakan pekerjaannya. Analisis sistem dibagi menjadi empat
tahap:
a. Analisis pendahuluan
b. Penyusunan usulan pelaksanaan analisis sistem
c. Pelaksanaan analisis sistem
d. Penyusunan laporan hasil analisis sistem
b. DESAIN SISTEM
Desain adalah proses penerjemahan kebutuhan pemakai informasi kedalam alternatif rancangan
sistem akuntansi yang diajukan kepada pemakai informasi untuk dipertimbangkan. Tahap desain
sistem:
a. Desain sistem secara garis besar
b. Penyusunan usulan desain sistem secara garis besar
c. Evaluasi sistem
d. Penyusunan laporan final desain sistem secara garis besar
e. desain sistem secara rinci
f. Penyusunan laporan final desain sistem secara rinci
c. IMPLEMENTASI SISTEM
Implementasi sistem adalah pendidikan dan pelatihan pemakai informasi, pelatihan dan koordinasi
teknis yang akan menjalankan sistem, pengujian sistem yang baru, dan perancangan sistem
informasi. Pada tahap implementasi ini, analis sistem menyusun informasi yang terdiri dari dua
bagian yaitu Rencana Implementasi sistem dan Laporan Final Implementasi Sistem.

DATABASE
1. JENIS-JENIS FILE:
1. File Utama (master file)  konsepnya hampir sama dengan buku besar, menyimpan informasi
kumulatif mengenai sumber daya organisasi dan pelaku-pelaku dengan siapa mereka
berinteraksi.
2. File Transaksi (Transaction File)  konsepnya hampir sama dengan jurnal, berisi catatan
mengenai setiap transaksi yang terjadi dalam periode fiskal tertentu.
2. DATABASE:
suatu gabungan file yang saling berhubungan dan dikordinasi secara terpusat.
Sistem Database
Tampilan Logis: Bagaimana pemakai atau programmer secara konseptual mengatur dan memahami data.
Tampilan Fisik: Bagaimana dan di mana data secara fisik diatur dan disimpan dalam disk, CD-ROM, dam media
lainnya.
PERBEDAAN SISTEM BERDASAR FILE DAN DATABASE:
Pendekatan File Pendekatan Database

File Utama 1 Penjualan


Fakta A,B Database
Fakta
A,B,C,D,E,F

File Utama 2 Pengiriman


Fakta C,D
Sistem Manajemen
DataBase
File Utama 3 Penagihan
Fakta E,F
Penjualan Pengiriman Penagihan
3. SKEMA DATABASE:
1. Tingkat konseptual  tampilan seluruh database pada tingkat organisasi
2. Tingkat eksternal  terdiri dari satu set tampilan individual bagi pemakai dari berbagai bagian database,
yang setiap bagiannya merupakan subskema
3. Tingkat internal  menyediakan tampilan tingkat rendah dari database
4. BAHASA-BAHASA DBMS:
1. Data Definition Language (DDL)  digunakan untuk membangun kamus data, mengawali atau
menciptakan database, mendeskripsikan pandangan logis untuk setiap pemakai, dan memberikan
batasan untuk keamanan field atau catatan dalam database.
2. Data Manipulation Language (DML)  Digunakan untuk perawatan data, yang mencakup operasi seperti
pembaruan (upadating), penyisipan (inserting), dan penghapusan (deleting) suatu bagian database.
3. Data Query Language (DQL)  digunakan untuk mengambil, menyortir, menyusun, dan menyajikan suatu
bagian database sebagai respon atas permintaan data.

DATABASE RELASIONAL:
1. JENIS-JENIS ATRIBUT DALAM DATABASE RELASIONAL:
1. Kunci utama (primary key)  atribut atau kombinasi dari beberapa atribut, yang secara unik
mengidentifikasi baris tertentu dalam sebuah tabel. Contoh: primary key dalam tabel persediaan adalah
nomor barang.
2. Kunci luar (foreign key)  atribut dalam suatu tabel, yang juga merupakan primary key dalam tabel lainnya,
dan digunakan untuk menghubungkan tabel-tabel. Contoh: atribut nomor pelanggan dan dan nomor
penjual merupakan foreign key dalam tabel penjualan.
3. Atribut lain yang bukan merupakan atribut kunci.
2. PERSYARATAN DASAR UNTUK MODEL DATA RELASIONAL:
1. Setiap kolom dalam sebuah baris harus berlainan nilainya
2. Primary key tidak boleh bernilai nol
3. Foreign key jika tidak bernilai nol, harus memiliki nilai yang sesuai dengan nilai kunci utama di hubungan
yang lain
4. Seluruh atribut yang bukan merupakan kunci dalam sebuah tabel harus mendeskripsikan objek yang
diidentifikasi oleh kunci utama.
3. MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYIMPANAN SELURUH DATA DALAM SATU TABEL:
1. Anomali pembaruan  karena pembaruan yang dilakukan atas data tidak dilakukan dengan benar.
2. Anomali penyisipan  karena tidak ada cara untuk menyimpan informasi mengenai pelanggan prospektif
sampai mereka benar-benar melakukan pembelian.
3. Anomali penghapusan  karena menimbulkan hasil yang tidak diharapkan saat menghapus sebuah baris
di tabel tersebut.
4. PENDEKATAN DALAM DESAIN DATABASE:
1. Normalisasi  asumsi bahwa semua data pada awalnya disimpan dalam satu tabel besar
2. Model data semantik.
5. REA (Resource – Event – Agent)
 Mengklasifikasikan entitas ke dalam tiga kategori, yaitu: sumber daya (resource), kegiatan (event),
dan pelaku (agent). Setiap entitas kegiatan (E) dihubungkan ke sebuah sumber daya (R), dan 2
entitas pelaku (internal dan eksternal).
 Langkah menyusun REA adalah: (1) identifikasi kegiatan pertukaran ekonomi, (2) identifikasi
resource dan agent, (3) menganalisis kegiatan, (4) menetapkan kardinalitas hubungan
 Kardinalitas menunjukkan bagaimana (berapa banyak) satu entitas dapat dihubungkan ke entitas
yang lain. Kardinalitas ditulis dengan dua nilai. Yang pertama menunjukkan kardinalitas minimum
(bernilai 0 atau 1), yang kedua menunjukkan kardinalitas maksimum (berniali 1 atau N).
 Kardinalitas dalam Database menunjukkan berapa banyak baris dalam satu table dapat dihubungkan
ke setiap baris dalam table lainnya
 Hubungan antar-entitas tergantung dari kardinalitas maksimum yang terdapat dari tiap entitas:
1. Hubungan satu-ke-satu (1:1), jika kardinalitas maksimum tiap entitas = 1
2. Hubungan satu-ke-banyak (1:N)
3. Hubungan satu-ke-banyak (M:N), jika kedua kardinalitas maksimum = N
Perhatikan: notasi (0,1) → dgn koma menunjukkan bahwa kardinalitas minimum nol (boleh tidak
ada hubungan) dan kardinalitas maksimum satu. Sedang notasi 1:1 → dengan titik dua,
menunjukkan hubungan antar entitas.
 Aturan kardinalitas:
1. Kegiatan (1,1) – (0,N) Pelaku → berarti setiap kegiatan yang terjadi harus melibatkan seorang
pelaku saja. Sedang penambahan/pengurangan pelaku bisa tidak melibatkan kegiatan (ex:
penambahan dafatr vendor tidak harus ketika melakukan pembelian ke vendor tersebut) dan
satu kegiatan bisa dilakukan oleh banyak pelaku
2. Kegiatan (1,-) – (0,N) Sumber Daya →konsepnya sama seperti di atas. Tidak ada aturan
kardinalitas maksimum untuk kegiatan karena menyesuaikan dengan jenis sumber dayanya.
3. Kegiatan – kegiatan → tidak ada aturan umum
 Primary key → atribut unik (biasanya angka) yang mengidentifikasi setiap baris dalam table

A. PENGENDALIAN INTERNAL
Kenapa mesti ada pengendalian internal? Karena di dalam bisnis ada ancaman dalam mencapai tujuan usaha.
1. ANCAMAN-ANCAMAN ATAS SIA:
1. Kehancuran karena bencana alam dan politik
2. Kesalahan pada software dan tidak berfungsinya peralatan
3. Tindakan tidak disengaja
4. Tindakan sengaja (kejahatan komputer)
2. THREAT, EXPOSURE, DAN RISK
1. Ancaman (threat) : potensi adanya kejadian atau kegiatan yang tidak diharapkan yang dapat
membahayakan SIA maupun organisasi
2. Pajanan (exposure) :potensi kerugian dalam bentuk uang yang terjadi apabila sebuah ancaman
benar-benar terjadi
3. Risiko : kemungkinan terjadinya ancaman
3. PENGENDALIAN INTERNAL:
Rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk (1)menjaga aset, (2)memberikan informasi yang
akurat dan andal, (3)mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta (4)mendorong kesesuaian
dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
4. TIGA FUNGSI PENTING PENGENDALIAN INTERNAL:
1. Pengendalian pencegahan (preventive control)  mencegah masalah sebelum muncul
2. Pengendalian pemeriksaan (detective control)  mengungkap masalah begitu ia muncul
3. Pengendalian korektif (corrective control)  memecahkan masalah yang ditemukan
5. PERBEDAAN SISTEM MANUAL DENGAN SISTEM TEKOMPUTERISASI
Sistem pengendalian intern dalam perusahaan yang menggunakan manual sistem dalam akuntansinya lebih
dititikberatkan pada orang (people-oriented sistem). Sedangkan pengendalian intern yang menggunakan
pengolahan data elektronik berorientasi pada komputer (computer-oriented sistem).
6. DEFINISI PENGENDALIAN INTERNAL MENURUT COMMITTEE OF SPONSORING ORGANIZATIONS
(COSO):
Proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, pihak manajemen, dan mereka yang berada di bawah
arahan keduanya, untuk memberikan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian tercapai dalam aspek:
(1) efektivitas dan efisiensi operasional organisasi,
(2) keandalan pelaporan keuangan,
(3) kesesuaian dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Lima komponen pengendalian internal menurut COSO:
1. Lingkungan pengendalian, terdiri atas faktor-faktor:
a. Komitmen atas integritas dan nilai etika
b. Filosofi manajemen dan gaya beroperasi
c. Struktur organisasi
d. Badan audit dewan komisaris
e. Metode pemberian otoritas dan tanggung jawab
f. Kebijakan dan praktik SDM
g. Pengaruh eksternal
2. Aktivitas pengendalian, prosedurnya berupa:
a. Otorisasi yang memadai
b. Pemisahan tugas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Penjagaan asset dan catatan yang memadai
e. Pemeriksaan independen atas kinerja
3. Penilaian risiko, langkah-langkahnya:
a. Identifikasi ancaman
b. Perkirakan risiko
c. Perkirakan pajanan (exposure)
d. Identifikasi pengendalian
e. Perkirakan biaya dan manfaat
f. Menetapkan efektivitas biaya-manfaat
4. Informasi dan komunikasi
5. Monitoring (pengawasan), metode utama yang digunakan:
a. Supervisi yang efektif
b. Akuntansi pertanggungjawaban
c. Audit internal
PENGENDALIAN SIA BERDASAR KOMPUTER
1. Prinsip suatu sistem yang andal menurut SysTrust adalah
Kategori
Pengendalian Ancaman/Risiko Pengendalian

KEANDAL Perencanaan strategis – SI tidak mendukung rencana – rencana strategis berlapis (untuk 3
AN dan penganggaran organisasi hingga 5 tahun
– kurangnya sumber daya – anggaran untuk mendukung rencana
strategis
– kebutuhan informasi tidak
terpenuhi

mengembangkan - ketidakmampuan memastikan - tanggung jawab perencanaan ke


rencana keandalan keandalan sistem manajemen puncak
sistem
- terus-menerus memperbarui rencana

dokumentasi - desain, operasi, tinjauan, - dokumentasi administratif, operasi, dan


audit, dan perubahan sistem sistem
yang tidak efektif

KETERSE meminimalkan waktu - Hilangnya tenaga listrik - jaminan atas bencana dan gangguan
DIAAN kegagalan sistem bisnis
Rencana pemulihan - bencana alam, sabotase - penyimpanan jarak jauh
dari bencana
- data file dan program cadangan
- fasilitas cadangan komputer dan
telekomunikasi (hot site jika ada
komputer, cold site jika tidak ada)
- dokumentasi yang lengkap

PENGAM - Pemisahan tugas - penipuan komputer - pembagian otoritas dan tanggung jawab
ANAN dalam fungi sistem
- Pengendalian atas - akses yang tidak memiliki - letakkan komputer di ruang terkunci
akses secara fisik otorisasi ke data rahasia
- Pengendalian atas - akses yang tidak memiliki - menetapkan hak akses pegawai
akses secara logis otorisasi ke software sistem
- Perlindungan atas - kerusakan file komputer dan - enkripsi file atau beri file password
PC dan jaringan kelengkapannya
klien/server
- pengendalian - akses yang tidak memiliki - password, enkripsi, firewall
internet otorisasi ke data rahasia
-
KETERPEL - Pengembangan - konsumsi sumber daya yang - rencana utama strategis jangka panjang
IHARAAN proyek dan banyak
pengendalian
akuisisi
- perubahan kendali - perubahan sistem yang tidak - peninjauan berkala semua sistem
manajemen diotorisasi

INTEGRIT - Pengendalian
AS sumber data
- Rutinitas validasi
input
- Pengendalian entri
data on-line
- Pengendalian
proses dan
penyimpanan data
- Pengendalian out
put

2. Lain-lain:
 Dokumentasi, dapat diklasifikasi menjadi:
 Dok. Alternative : mendeskripsikan standar pemrosesan data, prosedur penanganan dan penyimpanan
file
 Dok. Sistem : deskripsi setiap sistem aplikasidan fungsinya
 Dok. Operasional : hal apa saja yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah program
 Konsep rekonstruksi bertingkat (grandfather – father – son consept) → dalam proses secara batch,
pembuatan file utama baru untuk mengupdate file utama lama. Ex: hari rabu file utama (master file) hancur,
dapat dibuat lagi dengan master file selasa (father file) bersama dengan file transaksi (transaction file) hari
selasa, dst..
 Compability test → tes kesesuaian untuk menentukan apakah user memiliki otorisasi atas tindakan yang
dilakukan
 Firewall → pembatas antar-jaringan yang membatasi keluar masuknya informasi yang tidak diingankan dalam
jaringan yang tidak dipercaya.
 tunneling→ jaringan dihubungkan ke internet (antar firewall), data dibagi jadi paket-paket kecil disebut
internet protocol, dienkripsi, kemudian didekripsi oleh penerima untuk dirakit jadi bentuk pesan awal.
 Rutinitas validasi input → program yang memeriksa saat input data ke sistem, yang disebut program edit.
yang berupa pemerikasaan:
a. Jangkauan : untuk batasan (tapi bukan batas atas –bawah). Ex: tanggal transaksi
b. Kelogisan : tidak logis pegawai dengan gaji 1 juta/bulan langsung naik menjadi 2 juta/bulan
c. Data redundan
d. Kapasitas : data cocok dengan field. Ex: 123.456.789 tidak akan cocok dengan field 8 digit

PENIPUAN DAN PENGAMANAN KOMPUTER


 Penipuan (fraud) → segala sesuatu yang digunakan oleh seseorang untuk memperoleh keuntungan secara
tidak adil terhadap orang lain. Dalam penipuan internal dikategorikan menjadi 2 yaitu pengelapan aset dan
penipuan laporan keuangan.
 Lapping → sistem gali lubang tutup lubang. Ex: pegawai menggunakan uang pembayaran piutang dari
pelanggan A untukkepentingannya. Dana dari pelanggan B digunakan untuk menutupi saldo pelanggan A, dari
C untuk B, dst.
 Kiting → pelaku menutupi pencuriannya dengan mekanisme transfer antarbank.
 Penipuan dan teknik penyalahgunaan komputer dapat berupa:
Teknik Penjelasan
Menjebol (cracking) Penggunaan tidak sah komputer (sama dengan hacking)

Bom waktu logika (logic Program yang sementara diam hingga waktu tertentu
time bomb)
Pembulatan ke bawah Komputer membulatkan ke bawah semua seluruh perhitungan bunga.Sisa pembulatan masuk
(round-down) ke rekening pelaku

Teknik Salami Biaya dinaikkan beberapa persen; tambahannya masuk ke rekening palsu kemudian diambil
oleh pelaku
Spamming Mengirim e-mail berisi pesan yang sama ke semua orang

Pintu jebakan (trap door) Pelaku memasuki sistem dengan pintu belakang tanpa melewati pengendalian sistem

Kuda Troya Perintah komputer yang tidak sah masuk ke dalam program komputer yang sah

virus Serangkaian kode pelaksana yang meletakkan dirinya pada software, memperbanyak dirinya,
dan menyebar ke sistem lainnya

worm Hampir sama dengan virus, hanya saja berupa program bukan kode tersembunyi

SIKLUS-SIKLUS UMUM DALAM SIA


1. Siklus Pendapatan
Siklus pendapatan adalah rangkaian aktivitas bisnis dan kegiatan pemrosesan informasi terkait yang
terus berulang dengan menyediakan barang dan jasa ke para pelanggan dan menagih kas sebagai
pembayaran atas penjualan tersebu
Tujuan utama: menyediakan produk yang tepat di tempat dan waktu yang tepat dengan harga yang
sesuai.
a. Empat Aktivitas Dasar Bisnis Siklus Pendapatan:
AKTIVITAS BISNIS TAHAPAN
Entri pesanan mengambil pesanan pelanggan
penjualan Persetujuan kredit
Memeriksa ketersediaan persediaan
menjawab permintaan pelanggan
Mengambil dan mengepak pesanan
Pengiriman
Mengirim pesanan
Penagihan
Penagihan dan
Pemeliharaan data piutang usaha
piutang usaha
Penyesuaian rekening dan penghapusan
Penagihan kas

Siklus Terkait: Penjualan Kredit Akuntansi Piutang Akuntansi Penerimaan Kas


Fungsi Terkait Fungsi kredit, Fungsi penjualan, Fungsi Akuntansi, Fungsi Sekretariat, Penagihan, Kas,
Fungsi gudang, Fungsi pengiriman, Penagihan/Penerimaan Kas Akuntansi, Pemeriksa intern
Fungsi akuntansi, Fungsi penagihan
Jaringan Prosedur Order Penjualan, Prosedur dari Penjualan Order penjualan, penerimaan
Prosedur Pengiriman Barang, Pencatatan Kredit, Penerimaan Kas, kas, penyerahan barang,
Piutang, Penagihan, Pencatatan Retur Penjualan s.d. pencatatan
Penjualan Penghapusan Piutang penjualan tunai, penyetoran kas
ke Bank, pencatatan penerimaan
kas,
pencatatan HPP.
Dokumen yang Surat order pengiriman dan Faktur Penjualan, Bukti Kas Daftar piutang yang jatuh
digunakan tembusannya, Faktur dan Masuk, Memo Kredit, Bukti tempo, Surat pemberitahuan,
tembusannya, Rekapitulasi HPP, Memorial (journal Daftar surat pemberitahuan,
Bukti Memorial voucher) Bukti setor bank, Kuitansi
Catatan Jurnal Penjualan, Kartu Piutang, Jurnal Penjualan, Jurnal Jurnal Penjualan, Jurnal
Akuntansi Kartu Persediaan, Kartu Gudang, Retur Penjualan, Jurnal Penerimaan Kas, Jurnal Umum,
Jurnal Umum Umum, Jurnal Penerimaan Kartu persediaan, Kartu gudang.
Kas, Kartu Piutang
Unsur Organisasi Tugas Fungsi Akuntansi dlm Organisasi
Pengendalian  Fungsi Penjualan harus terpisah hubungannya dengan  Fungsi Penjualan harus
Internal dengan Fungsi Kredit Pencatatan Piutang terpisah Fungsi kas
 Fungsi Akuntansi harus terpisah  Menyelenggarakan  Fungsi kas harus terpisah
Fungsi Penjualan dan Fungsi catatan piutang kepada Fungsi Akuntansi
Kredit setiap debitur (Kartu  Transaksi penjualan tunai oleh
 Fungsi Akuntansi harus tepisah Piutang atau Arsip) semua Fungsi
FungsiKas  Faktur Terbuka (open Sistem Otorisasi& Prosedur
 Transasaksi penjualan harus invoice file) Pencatatan
dilakukan oleh ke-6 Fungsi Terkait  Menghasilkan Pernyataan  Penerimaan order
Piutang (A/R statement) diotorisasiriasi Fungsi
Sistem Otorisasi dan Prosedur  Menyelenggarakan Penjualan
Pencatatan catatan Riwayat Kredit  Penerimaan kas diotorisasi
 Penerimaan order diotorisasi debitur Fungsikas “LUNAS”
Fungsi Penjualan Metode Pencatatan Piutang  Penjualan dg kartu kredit
 Persetujuan pemberian kredit  Metode Konvensional diotorisasi bank-nya
dengan credit copy  Metode posting langsung  Penyerahan barang diotorisasi
 Pengiriman dengan tanda ke Kartu Piutang / Fungsipengiriman
tangan dan cap “SUDAH Pernyataan Piutang  Pencatatan ke dalam buku
DIKIRIM”  Metode pencatatan jurnal diotorisasi Fungsi Akun
 Penetapan harga jual dan lain- Tanpa Buku Pembantu Praktik yang sehat
lain ditangan Direktur (ledgerless bookeeping)  Faktur penjualan tunai
Pemasaran  Metode pencatatan dg bernomor urut cetak &
 Terjadinya Piutang diotorisasi Komputer dipertanggunggjawabkan oleh
Fungsi Penagihan Prosedur Pernyataan Fungsi Penjualan
 Pencatatan diotorisasi Fungsi Piutang  Jumlah kas yang diterima
Akuntansi dengan tanda tangan  Pernyataan Saldo Akhir disetor ke bank
pada dokumen.sumber Bulan (balance-end-of-  Penghitungan saldo kas di
 Pencatan terjadinya piutang month statement) tangani oleh Fungsi Kas
didasarkan Faktur Penjualan  Pernyataan Satuan (unit
Praktik yang Sehat statement)
 Surat order pengiriman  Pernyataan Saldo Berjalan
bernomor urut tercetak dengan Rek. Konvesional
dipertanggungjawabkan fungsi (running balances with
Penjualan conventional account)
 Faktur penjualan bernomor urut  Pernyataan Faktur yang
tercetak Belum Dilunasi (open item
dipertanggungjawabkan Fungsi statement)
Penagihan
 Secara Periodik Fungsi
Akuntansi mengirim A/R
Statement kepada tiap debitur
 Secara Periodik diadakan
Rekonsiliasi Kartu Piutang
dengan Rekening. Kontrol
Piutang dalam Buku Besar
Hal hal Penting Prosedur Pengendalian Manual Ada 5 Metode Distribusi: Cancelled Check Sistem (perb.
dalam EDP :  Columnar method INA-USA)
 Batch totals oleh Bag.Penagihan  Unit account and INA –tidak mengembalikan CC
 verifikasi log oleh Grup columnar account merhod kepada nasabah, jadi harus ada
Pengawas  Summary strip and unit bukti
 keying dan verifikasi oleh ticket method dokumen lain ketika menagih
Konversi Data  Register method piutang (kuitansi)
 Distribusi dg Komputer USA-CCD dikembalikan kepada
check issuer, ini memperlancar
arus
perpindahan uang antar individu
sederhana
Dampak Cancelled Check thd
penerimaan kas-sangat besar.
-Bagan Alir Dokumen Sistem
pengeluaran Kas dengan cek
-Sistem dana Kas kecil :
Pembagian(2) Fluctuating-fund-
balance & Imprest,Cara
pembentukannya? Prosedur(3):
Pembentukan kas kecil,
permintaan& per-TJan,
pengisian kembali. Dokumen :
BKK, Cek, Permintaan
pengeluran kas kecil, BPKK,
Permintaan
pengisian kembali Kas Kecil.
Fungsi : Kas, Akuntansi,
Pemegang dana Kas Kecil,
Pembayar tunai,
Pemeriksa

b. Bentuk Pengendalian
 Tujuan dari pengendalian ini adalah:
1. Transaksi telah diotorisasi dengan benar
2. Transaksi yang dicatat adalah valid (benar-benar terjadi)
3. Transaksi yang valid dan disahkan, telah dicatat
4. Transaksi dicatat dengan akurat
5. Asset dijaga dari kehilangan
6. Aktivitas bisnis dilaksanakan dengan afektif dan efisi

AKTIVITAS ANCAMAN PROSEDUR PENGENDALIAN


Entri Pesanan Penjualan Pesanan pelanggan yang tidak lengkap Pemeriksaan edit entri data
(sales order)
Penjualan kredit kpd pelanggan yang Persetujuan kredit oleh manajer kredit
memiliki catatan buruk
Legitimasi pesanan Tanda tangan
Habisnya persediaan Sistem pengendalian persediaan

Pengiriman Kesalahan pengiriman (barang, jumlah, Rekonsiliasi sales order


alamat)
Pencurian persediaan Batasi akses fisik ke persediaan

Penagihan dan piutang Gagal menagih pelanggan Pemisahan fungsi pengiriman dan
usaha penagihan
Kesalahan penagihan Pengendalian edit entri data daftar harga
Kesalahan entri update piutang usaha Rekonsiliasi buku besar pembantu piutang
usaha

Penagihan kas Pencurian kas Pemisahan tugas


Rekonsiliasi periodik

Masalah Pengendalian Kehilangan data Prosedur cadangan; pemulihan dari


umum bencana; pengendalian akses
Kinerja buruk Persiapan dan tinjauan laporan
 Dalam pemisahan tugas atas pencurian kas, fungsi-fungsi yang harus dipisah adalah:
1. Menangani kas dan memasukkan data kiriman ke rekening pelanggan
2. Menangani kas dan otorisasi nota kredit
3. Membuat nota kredit dan memelihara rekening pelanggan
c. Lain-Lain:
1. Metode faktur terbuka: pelanggan membayar sesuai jumlah dalam faktur (2 dokumen). Ketika membayar
satu kopian faktur dikirimkan kembali (turnaround document) yang disebut pemberitahuan pengiriman
uang (remittance advice)
2. Metode pembayaran gabungan: pelanggan membayar sesuai jumlah dalam laporan bulanan (monthly
statement), bukan di setiap faktur.
3. Remittancee list : daftar pengiriman uang, dokumen yang mengidentifikasi nama dan jumlah semua uang
kiriman pelanggan
4. Lockbox : alamat pos yang dituju pelanggan ketika mengirim uang.

SISTEM AKUNTANSI AKTIVA TETAP


Siklus Terkait: Penjualan Kredit
Fungsi Terkait Fungsi pemakai, Fungsi riset & pengembangan, Direktur yang bersangkutan, Drektur Utama,
Fungsi Pembelian,
Fungsi Penerimaan, Fungsi Aktiva Tetap, Fungsi Akuntansi
Jaringan Prosedur Sistem Pembelian Aktiva Tetap, perolehan AktivaTetap melalui Bangun Sendiri, pengeluaran
modal,
penghentian Aktiva Tetap, transfer Aktiva Tetap, revaluasi Aktiva Tetap, akuntansi depresiasi
Aktiva teta
Dokumen yang Surat permintaan otorisasi investasi, surat permintaan reparasi, penghentian Aktiva Tetap,
digunakan transfer aktiva tetap, surat
perintah kerja, order pembelian, lap.penerimaan barang, faktur dari pemasok, bukti kas
keluar, bukti memorial
Catatan Akuntansi Kartu Aktiva Tetap, Jurnal Umum, Register Buku Kas Keluar
Unsur Pengendalian Organisasi
Internal 1. Fungsi Pemakai harus terpisah dari Fungsi Akuntansi Aktiva Tetap
2. Transaksi perolehan, penjualan, & penghentian Aktiva Tetap harus dilaksanakan oleh lebih
dari unit orang yang bekerja secara independen
Sistem Otorisasi
1. Anggaran investasi diotorisasi oleh RUPS
2. Surat penerimaan otorisasi investasi, permintaan otorisasi reparasi, penghentian Aktiva
Tetap , dan transfer Aktiva Tetap tetap diotorisasi
oleh Direktur yang bersangkutan & Direktur Utama Surat perintah kerja diotorisasi Kepala
Departemen yang bersangkutan
3. Surat order pmbelian diotorisasi Pejabat Yang Berwenang
4. Lap. Penerimaan barang diotorisasi Fungsi Penerimaan
5. Bukti kas keluar diotorisasi Fungsi Akuntansi
6. Bukti memorial diotorisasi Kepala Fungsi Akuntansi
Prosedur Pencatatan
1. Perubahan kartu Aktiva tetap harus didasarkan pada Bukti Kas Keluar/Bukti
Memorial/Surat Permintaan Transfer aktiva tetap yang dilampiri dengan dokumen
pendukung yang lengkap, yang diotorisasi Pejabat Yang Bwenang
Praktik yang Sehat
1. Secara Periodik dilakukan pencocokan fisik Aktiva Tetao dengan Kartu Aktiva Tetap
2. Penggunaan anggaran investasi sebagai Alat Pengendalian Investasi dlm Aktiva tetap
3. Penutupan asuransi Aktiva tetap thd kerugian
4. Kebijakan akuntansi tentang pemisahan capital expenditure & revenue expenditure
Hal hal Penting Karakteristik Aktiva Tetap:
1. Frekuensi terjadinya transaksi relatif sedikit, rupiah besar
2. Pengendalian tetap saat perencanaan
3. pengeluaran dibedakan peng. pendapatan & peng. modal

SIKLUS PENGELUARAN
Siklus Pengeluaran adalah rangkaian kegiatan bisnis dan operasional pemrosesan data terkait yang berhubungan
dengan pembelian serta pembayaran barang dan jasa.
a. Tujuan Utama:
meminimalkan biaya total untuk memperoleh dan memelihata persediaan, perlengkapan, dan berbagai layanan
yang diperlukan organisasi untuk berfungsi.
Tiga aktivitas dasar bisnis siklus pengeluaran:
1. Memesan barang, perlengkapan, dan layanan
a. Economic Order Quantity (EOQ)  Perhitungan jumlah optimal pesanan untuk meminimalkan jumlah
biaya pemesanan, biaya penggudangan, dan biaya kekurangan persediaan.
b. Reorder Point  Saat untuk memesan, yang didasarkan pada waktu pengiriman dan tingkat persediaan
aman
c. Materials Requirement Planning (MRP)  pendekatan alternatif dalam mengelola persediaan yang
bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan yang dibutuhkan dengan cara menjadwalkan produksi,
bukan memperkirakan kebutuhan.
d. Just In Time (JIT)  metode alternatif lainnya yang berusaha untuk meminimalkan, jika bukan
menghilangkan, baik biaya penggudangan maupun kekurangan persediaan.
e. MRP vs JIT  perbedaannya adalah pada penjadwalan produksi. MRP menjadwalkan produksi untuk
memenuhi perkiraan kebutuhan penjualan, sehingga menghasilkan persediaan barang jadi. Sedangkan
JIT menjadwalkan produksi untuk memenuhi permintaan pelanggan, sehingga meniadakan persediaan
barang jadi.
b. Dokumen yang terlibat:
– Permintaan pembelian (purchase requisition)→ dokumen dari bagian gudang bahwa dibutuhkan
barang dengan spesifikasi seperti dalam dokumen
– Pesanan pembelian (purchase order) → dokumen yang meminta vendor untuk menjual dan
mengirimkan produk yang disebutkan dengan harga yang telah ditentukan
– Pesanan pembelian tetap (blanket PO) → komitmen untuk membeli barang tertentu dengan harga
tertentu untuk suatu periode tertentu (misal 1 tahun)
– Untuk meningkatkan efisiensi dapat menggunakan EDI (internet), outsourcing fungsi pengendalian
perusahaan, lelang terbalik, membeli di bursa perdagangan (trading exchange)
2. Menerima dan menyimpan barang
Dokumen yang terlibat:
a. Laporan Penerimaan (Receiving Report)  mendokumentasikan rincian mengenai setiap kiriman,
termasuk tanggal penerimaan, pengirim, pemasok, penerima, dan nomor PO
b. Nota Debit  penyesuaian untuk mengembalikan barang atau mendapat pengurangan harga dari
pemasok apabila ada barang rusak atau berkualitas rendah
3. Membayar barang dan layanan
a. Dua cara untuk memproses faktur dari pemasok:
Tanpa Voucher Dengan Voucher
faktur diterima, kemudian disimpan dalam file dibuat voucher pengeluaran yang mengidentifikasi
faktur belum dibayar vendor, faktur yang belum dibayar, dan jumlah
hutang bersih setelah dikurangi diskon dan potongan
pembelian
ketika diterbitkan cek, faktur diambil untuk
ditandai telah dibayar, kemudian dalam file
faktur telah dibayar
– Tiga kelebihan sistem voucher:
1. Mengurangi jumlah cek yang dibuat karena beberapa faktur dimasukkan dalam 1 voucher
2. Dapat diberikan prenumbered sehingga memudahkan penelusuran utang
3. Dapat memfasilitasi pemisahan waktu persetujuan faktur penjualan dan waktu pembayaran
– Faktur dari vendor + dokumen pendukung (PO dan Receiving Report) → bundle voucher

b. Bundel voucher  faktur dari vendor + PO + RR


Siklus
Pembelian Akuntansi Utang Akuntansi Pengeluaran Kas
Terkait:
Fungsi Terkait FUNGSI Gudang FUNGSI Gudang Fungsi yang memerlukan
FUNGSI Pembelian FUNGSI Pembelian pengeluaran kas, Kas, Akuntansi,
FUNGSI Penerimaan FUNGSI Pengiriman Pemeriksa intern.
FUNGSI Akuntansi FUNGSI Akuntansi
Jaringan  Permintaan Pembelian  Perintah retur Tanpa permintaan cek : Pembuatan
Prosedur  Permintaan Penawaran pembelian Bukti Kas Keluar (BKK), pembayaran
Harga & Pemilihan Pemasok  Pengiriman barang ke kas, pencatatan
 Order pembelian pemasok pengeluaran kas. Dengan permintaan
 Penerimaan Barang  Pencatatan utang cek : Permintaan cek, pembuatan
 Pencatatan Utang BKK,
 Distribusi Pembelian pembayaran kas, pencatatan
pengeluaran kas.
Dokumen yang  Surat Permintaan  Memo Debit (MD)  Bukti Kas Keluar
digunakan Pembelian (SPP)  Lap Pengiriman Barang  Cek
 Surat Permintaan (LPB)  Permintaan Cek (check request)
Penawaran Harga (SPPH)
 Surat Order Pembelian
(SOP)
 Lap Penerimaan Barang
(LPB)
 Surat Perubahan Order
(SPO)
 Bukti Kas Keluar (BKK)
Catatan  Register BKK  Jurnal retur  Jurnal Pengeluaran Kas (JPK)
Akuntansi  Jurrnal Pembelian pembelian/jurnal  Register Cek
 Kartu Utang umum
 Kartu Persediaan  Kartu persediaan
 Kartu utang
Unsur Organisasi  FUNGSI Pembelian Organisasi
Pengendalian  FUNGSI Pembelian terpisah harus terpisah FUNGSI  FUNGSI Penyimpan kas harus
Internal FUNGSI Penerimaan Akuntansi terpisah dr FUNGSI Akuntansi
 FUNGSI Pembelian terpisah  Transaksi retur  Transaksi
FUNGSI Akuntansi pembelian harus oleh penerimaan&pengeluaran kas
 FUNGSI Penerimaan FUNGSI pembelian, tidak boleh dilaksnkn sendiri oleh
terpisah FUNGSI Penyimpan  FUNGSI pengiriman, bag. Kasa
Barang FUNGSI pencatatan Sistem Otorisasi & Prosedur
 Transaksi Pembelian utang, Pencatatan
dilakukan oleh 4 fungsi tsb. FUNGSIAkuntansi  Pengeluaran kas harus dpt
Sistem Otorisasi & Prosedur  Sistem Otorisasi & otorisasi dari pejabat berwenang
Pencatatan Prosedur Pencatatan  Pembukaan & penutupan rek.
 Surat Permintaan  MD untuk retur bank harus dpt persetujuan dari
Pembelian diotorisasi pembelian diotorisasi pejabat berwenang
FUNGSI gudang FUNGSI pembelian  Pencatatan dlm JPK harus berd
 SOP diotorisasi oleh FUNGSI  LPB untuk retur BKK yang diotorisasi dari pejabat
Pembelian/yang lebih tinggi pembelian diotorisasi berwenang ditambah dengan
 LPB diotorisasi oleh FUNGSI FUNGSI pengiriman dokumen pendukung
Penerimaan Barang  Pencatatan Praktik yang Sehat
 BKK diotorisasi oleh FUNGSI berkurangnya utang  Saldo Kas di tangan harus
Akuntansi /yang lebih tinggi didasarkan pada MD dilindungi dari
Praktik yang Sehat yang didukung dengan pencurian/penggunaan yang tidak
 SPP bernomor urut cetak- LPB semestinya
Tanggung Jawab FUNGSI  Pencatatan ke dalam  Dokumen dasar+pendukung
gudang Jurnal Umum transaksi harus dicap LUNAS oleh
 SOP bernomor urut cetak diotorisasi FUNGSI bag Kasa
Tanggung Jawab FUNGSI Akuntansi  Jika pengeluaran kas kecil
Pembelian  Praktik yang Sehat akuntansinya dibuat dengan
 LPB bernomor urut cetak-  MD untuk retur pmbln imprest sistem
Tanggung Jawab FUNGSI bernomor urut cetak &  Secara periodik dilakukn
Penerimaan pemakaian diper- pencocokan jumlah fisik kas di
 Pemasok dipilih Tanggung Jawab-kan tangan dengan catatan akuntansi
berdasarkan Penawaran oleh FUNGSI Pembelian  Cash in safe & cash in transit
Harga bersaing  LPB bernomor urut diasuransikn dari kerugian
 BKK dicap LUNAS- cetak  Kasir diasuransikan & dilengkapi
FUNGSIPengeluran kas dipertanggungjawabka alat2 pencegah kecurian thdp kas
n FUNGSI Pengiriman di tangan
 Catatan buku pembntu  Semua nomor cek harus diper-
utang secara periodik Tanggung Jawab-kan oleh bagian
direkonsiliasi dengan kasa.
rekening kontrol utang
dalam Buku Besar
Hal hal Penting Pemilihan pemasok: SAP -Prosedur Pencatatan Utang -Bagan Alir Dokumen Sistem
pengadaan langsung, ada 2: APP&VPP pengeluaran Kas dengan cek
penunjukan langsung, lelang. -Distribusi Pembelian & 5 -Sistem dana Kas kecil : Pembagian(2)
Metode DP Fluctuating-fund-balance &
Imprest,Cara
pembentukannya? Prosedur(3):
Pembentukan kas kecil,
permintaan& per-TJan,
pengisian kembali. Dokumen : BKK,
Cek, Permnt penglrn kas kecil,
BPKK, Perm
pengisian kmbl KK. Fungsi : Kas,
Akuntansi, Pemegang dana KK,
Pembayar tunai,
Pemeriksa intern, Cat Akun : JPK,
Register cek, Jurnal Pengeluaran
DKK.

c. Bentuk Pengendalian
 Tujuannya identik dengan siklus penerimaan (begitu juga dengan siklus-siklus yang lain)
AKTIVITAS ANCAMAN PROSEDUR PENGENDALIAN
Pesan Barang Kehabisan/kelebihan Persediaan barcode, perhitungan persediaan secara periodik
Memesan barang yang tidak Persetujuan permintaan pembelian
dibutuhkan
Membeli barang kualitas rendah vendor yang terpercaya
Komisi (kickback) audit vendor

Terima dan Menerima barang yang tidak verifikasi keberadaan pesanan pembelian yang
Simpan Barang dipesan valid
Mencuri persediaan pengendalian akses fisik

Setujui dan bayar Bayar barang yang tidak hanya bayar faktur yang didukung receiving report
faktur vendor diterima asli
Bayar faktur yang sama dua kali membatalkan voucher saat pembayaran,
pembayaran hanya untuk bundle voucher lengkap,
hanya salinan faktur asli yang dibayar

SIKLUS PENGGAJIAN DAN SDM

Perubahan rate gaji Cek Gaji Pegawai


Departemen
Manajemen SDM
Laporan Potongan Pajak

Data kehadiran waktu


Berbagai Sistem Cek Penggajian Bank
Departemen Penggajian
Laporan

Perubahan tarif
PPh
Lembaga
Pemerintahan Asuransi dan
UU Pajak Perusahaan Lain
Cek dan Laporan

Siklus penggajian/manajemen SDM adalah rangkaian aktivitas bisnis berulang dan operasional pemrosesan data
terkait yang berhubungan dengan cara yang efektif dalam mengelola pegawai.
a. TUGAS-TUGAS YANG LEBIH PENTING:
1. Merekrut dan mempekerjakan pegawai baru
2. Melatih
3. Memberikan tugas pekerjaan
4. Memberikan kompensasi (penggajian)
5. Mengevaluasi kinerja
6. Memberhentikan pegawai, secara sukarela atau dipecat
b. TUJUH AKTIVITAS DASAR SIKLUS PENGGAJIAN:
1. Perbarui file induk penggajian
2. Perbarui tarif dan pemotongan pajak
3. Validasi data waktu dan kehadiran
a. Dokumen yang terlibat:
 Time Ticket  untuk mencatat waktu kedatangan pegawai dan waktu keluar, untuk setiap giliran
kerja
4. Mempersiapkan penggajian
a. Dokumen yang terlibat:
 Daftar penggajian  laporan yang mendaftar gaji kotor setiap pegawai, potongan gaji, dan gaji
bersih dalam format multikolom
 Daftar potongan  laporan yang mendaftar berbagai potongan sukarela untuk pegawai
 Slip gaji  mencantumkan jumlah gaji kotor, potongan, dan gaji bersih untuk periode saat ini,
dan total hingga tahun ini, untuk setiap kategori
5. Membayar gaji
6. Menghitung kompensasi dan pajak yang dibayar perusahaan
a. Rencana Kompensasi Fleksibel  memungkinkan setiap pegawai menerima jaminan minimum
asuransi untuk pengobatan kontribusi pension, ditambah dengan kredit kompensasi tambahan yang
dapat digunakan untuk mendapatkan waktu libur ekstra atau asuransi kesehatan tambahan
7. Mengeluarkan pajak penghasilan dan potongan lain-lain

Siklus Terkait: Penjualan Kredit


Fungsi Terkait FUNGSI Kepegawaian
FUNGSI Keuangan
FUNGSI Akuntansi
FUNGSI Pencatat waktu & FUNGSI Pembuat daftar gaji-upah
Jaringan Prosedur 1. Pencatatan waktu hadir
2. Pencatatan waktu kerja
3. Pembuatan daftar upah
4. Distribusi biaya gaji
5. Pembuatan bukti kas keluar
6. Pembayaran upah
Dokumen yang 1.Dokumen pndkg prbhn gaji&upah
digunakan 2.Kartu jam hadir (KJH)
3.Kartu jam kerja (KJK)
4.Daftar gaji & upah/Rekap daftar gaji&upah
5.Surat pernyataan gaji&upah/Amplop gaji&upah
6.Bukti Kas Keluar (BKK)
Catatan Akuntansi 1.Jurnal Umum (JU)
2.Kartu Harga Pokok Produk
3.Kartu Biaya
4.Kartu Penghasilan Karyawan
Unsur Pengendalian Organisasi
Internal 1. FUNGSI pembuat daftar gaji harus terpisah dr FUNGSIkeuangan
2. FUNGSI pencatat waktu hadir harus terpisah dr FUNGSIoperasi
Sistem Otorisasi
1. Setiap org yang tercantum dlm daftar gaji harus punya pengangktn sbg
karyawan dittd Dirut
2. Kartu jam hadir harus diotorisasi oleh FUNGSIpencatat waktu
3. Perintah lembur harus diotorisasi oleh kepala departemen
4. Daftar gaji&upah harus diotorisasi oleh FUNGSI personalia
5. BKK untuk pembayaran gaji harus diotorisasi oleh FUNGSI Akuntansi
6. Perubahan dalam Catatan Penghasilan karyawan direkonsiliasi dengan daftar
gaji&upah
Praktik yang Sehat
1. KJH harus dibandingkan dengan KJK sblm jd dasar DBTKL
2. Pemasukan KJH k mesin pnct wkt diawasi o FUNGSI Pencatat Waktu
3. Pembuatan daftar gaji harus diverifikasi oleh FUNGSI Akuntansi
4. Penghitungan PPh karyawan direkonsiliasi dengan Catatan Penghasilan
karyawan
5. Catatan Penghasilanh karyawan disimpan oleh FUNGSI pembuat daftar gaji-
upah
Hal hal Penting 1. Bagan Alir Dokumen sitem Penggaji-upahan ada 4
2. Ada 3 metode distribusi gaji&upah

c. ANCAMAN DAN PENGENDALIAN


ANCAMAN PROSEDUR PENGENDALIAN
AKTIVITAS
Perekrutan tenaga 1. Pegawai yang berkualifikasi Verifikasi keahlian dan riwayat pekerjaan
kerja
2. Pelanggaran hukum Dokumentasi lengkap

Pemrosesan 3. Perubahan Payroll Master File Pemisahan tugas dan pengendalian akses
Penggajian tanpa otorisasi
4. Data waktu yang tidak akurat Otomatisasi; Rekonsiliasi time card dengan
Job Time Ticket
5. Pemrosesan penggajian yang Total batch ; rekening kliring penggajian
tidak akurat
6. Distribusi cek gaji tipuan Setoran langsung; pemberian nonor
tercetak; akses terbatas
 Pengendalian atas pemrosesan gaji dilakukan untuk mencegah (1) kelebihan membayar pegawai (2)
mengeluarkan gaji untuk pegawai fiktif. Ancaman ini dapat diminimalkan dengan memisahkan fungsi:
1. Otorisasi dan perubahan file induk penggajian
2. Mencatat dan verifikasi waktu kerja
3. Membuat cek gaji
4. Distribusi cek gaji
 Pengendalian atas penulisan cek gaji dapat dilakukan dengan:
1. Akses ke cek kosong harus dibatasi
2. Prenumbered cheque dan secara periodic dihitung
3. Kasir menandatangani cek jika dilengkapi dengan dokumen yang lengkap (payroll register dan voucher
pengeluaran)
4. Rekonsiliasi rekening bank oleh orang yang independen
 Pengendalian atas distribusi cek: dipisah antara fungsi distribusi dan otorisasi cek gaji; cek gaji yang tidak
diklaim (missal karena pegawai fiktif) harus dikembalikan ke kasir

SIKLUS PRODUKSI
Siklus Produksi adalah rangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan data terkait yang terus terjadi yang
berkaitan dengan pembuatan produk.
a. EMPAT AKTIVITAS DASAR SIKLUS PRODUKSI:
1. Desain Produk
a. Tujuan  mendesain sebuah produk yang memenuhi permintaan dalam hal kualitas, ketahanan dan
fungsi, dan secara simultan meminimalkan biaya produksi.
b. Dokumen yang terlibat:
 Daftar bahan baku (Bill Of Materials)  menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, serta jumlah
masing-masing komponen bahan baku yang digunakan dalam satu unit produk jadi
 Daftar operasi  menyebutkan kebutuhan tenaga kerja dan mesin yang diperlukan untuk
memproduksi bahan tersebut
2. Perencanaan dan Penjadwalan
a. Dua metode perencanaan produksi:
 Manufacturing Resource Planning (MRP-II)  push manufacturing / barang diproduksi sebagai
ekspektasi atas permintaan pelanggan
 Just in Time (JIT)  pull manufacturing / barang diproduksi sebagai tanggapan atas permintaan
pelanggan
b. Dokumen yang terlibat:
 Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule)  menspesifikasikan seberapa banyak produk
akan diproduksi selama periode perencanaan dan kapan produksi tersebut harus dilakukan
 Permintaan bahan baku (Material Recquitition)  mensahkan pengeluaran jumlah bahan baku yang
dibutuhkan dari gudang ke lokasi pabrik, tempat bahan tersebut dibutuhkan
 Kartu Perpindahan (Moving Ticket)  Mengidentifikasi bagian-bagian yang dipindahkan, lokasi, dan
waktu perpindahan
3. Operasi Produksi
Aktivitas ini berbeda-beda di tiap perusahaan, bergantung pada jenis produk yang diproduksi dan tingkat
otomatisasi yang digunakan dalam proses produksi.
Computer Intergrated Manufacturing (CIM)  Penggunaan berbagai bentuk TI dalam proses produksi yang
secara signifikan mengurangi biaya produksi.
4. Akuntansi Biaya
a. Tiga tujuan utama:
 Memberikan informasi untuk perencanaan, pengendalian, dan evaluasi kinerja operasi produksi
 Memberikan data biaya yang akurat mengenai produk untuk digunakan dalam menetapkan harga
serta keputusan bauran produk
 Mengumpulkan dan memproses informasi yang digunakan untuk menghitung persediaan serta nilai
harga pokok penjualan yang muncul di laporan keuangan perusahaan
b. Jenis-jenis sistem akuntansi biaya:
 Perhitungan biaya pesanan (job order costing)  membebankan biaya ke batch produksi tertentu
atau pekerjaan tertentu, dan digunakan ketika produk atau jasa yang dijual terdiri dari bagian-bagian
yang dapat diidentifikasi secara terpisah
 Perhitungan biaya proses (process costing)  membebankan biaya ke setiap proses atau pusat
pengerjaan dalam siklus produksi, kemudian menghitung biaya rata-rata untuk semua unit yang
diproduksi
c. Empat jenis biaya:
 Bahan baku
 Tenaga kerja
 Mesin dan peralatan
 Overhead pabrik

Siklus Terkait: Akuntansi Persediaan


Fungsi Terkait Panitia Perhitungan Fisik Persediaan, Fungsi Gudang, Fungsi
Akuntansi
Jaringan Prosedur Prosedur pencatatan produk jadi, pencatatan HPP, perhitungan fisik,
prosedur kompilasi, prosedur penentuan harga pokok persediaan,
prosedur adjustment
Dokumen yang Kartu Perhitungan Fisik (inventory tag), Daftar Hasil Perhitungan Fisik (inventory
digunakan summary
sheet), Bukti Memorial
Catatan Akuntansi Jurnal Pembelian, Jurnal Retur Pembelian, Kartu Persediaan, Kartu Gudang,
Jurnal Umum
Unsur Pengendalian Organisasi
Internal 1. Penghitung fisik oleh Panitia terdiri dari; FUNGSI Pemegang Kartu Penghitung
Fisik, FUNGSI Penghitungan, FUNGSI Pengecek
2. Panitia terdiri dari karyawan SELAIN karyawan FUNGSI Gudang & FUNGSI
Akuntansi
Sistem Otorisasi dan Prosedur Pencatatan
1. Daftar Hasil Perhitungan Fisik di tanda tangani oleh Ktua Panitia Penghitung
Fisik Persediaan
2. Pencatatan hasil perhitungan fisik persediaan didasarkan atas Kartu
Penghitung Fisik yang “BENAR”
3. Harga satuan yang dicantumkan dalam Daftar Hasil Perhitungan berasal dari
Kartu Persediaan yang bersangkutan
4. Adjustment terhadap Kartu Persediaan didasarkan pada Info tiap jenis
persediaan yang tercantum
Praktik yang Sehat
1. Kartu Perhitungan Fisik bernomor urut tercetak & pengggunaanya
dipertangunggjawabkan oleh FUNGSI Pemegang Kartu Penghitung Fisik
2. Perhitungan Fisik tiap Jenis Persediaan dilakukan 2 kali secara Independen
oleh Penghitung & Pengecek
3. Kuantitas & data yang lain tercantum dalam bagian lain
4. Peralatan & metode yang digunakan untuk mengukur &menghitung
kuantitas persediaan “TELITI”
Hal hal Penting Ada dua metode pencatatan:
1. Metode Mutasi Perpetual
2. Metode Persediaan Fisik

b. BENTUK PENGENDALIAN:
AKTIVITAS ANCAMAN PROSEDUR PENGENDALIAN
Desain Produk 1. Desain produk yang kurang baik Informasi pengaruh desain produk atas biaya

Perencanaan dan 2. Lebih/kurang produksi Perencanaan produksi yang lebih baik


Penjadwalan
3. Investasi tidak optimal dalam Tinjau dan setujui perolehan aktiva tetap
aktiva tetap

Operasi Produksi 4. Pencurian atau perusakan Batasi akses fisik, asuransi, dokumentasi
persediaan dan aktiva tetap perpindahan persediaan selama proses produksi

Akuntansi Biaya 5. Data biaya yang tidak akurat Pengendalian edit entri data
 Untuk mengendalikan kualitas suatu produk → biaya kualitas, terdiri dari:
1. Biaya pencegahan : perubahan proses produksi yang untuk mengurangi tingkat cacat produk
2. Biaya pemeriksaan : memastikan produk memenuhi standar kualitas
3. Biaya kegagalan internal : pengerjaan ulang, produk yang diidentifikasi cacat sebelum penjualan
4. Biaya kegagalan eksternal : biaya jaminan dan perbaikan produk

 Bill of Materials : menyebutkan nomor bahan baku, deskripsi, dan jumlah tiap komponen bahan baku
untuk satu unit produk jadi
 Operation List : menyebutkan kebutuhan tenaga kerja dan mesin untuk memproduksi produk tsb.
Disebut juga lembar pergerakan karena menyebutkan bagaimana sebuah produk bergerak dalam pabrik
 MRP-II merupakan metode produksi dari perencanaan bahan baku MRP-I (siklus pengeluaran), disebut juga
push manufacturing karena barang diproduksi sebagai ekspektasi dari permintaan pelanggan (rencana
produksi hingga 12 bulan)
 JIT disebut juga pull manufacturing (rencana produksi sesuai pesanan)
 Jadwal induk produksi : menspesifikasikan seberapa banyak produk akan diproduksi selama periode
perencanaan dan kapan produksi tersebut dilakukan

SISTEM BUKU BESAR


Penjualan HPP
Siklus Pendapatan Siklus Produksi

Penerimaan Kas

Sistem Beban Upah dan Gaji


buku besar Siklus Penggajian
Pembelian dan
Siklus Pengeluaran pelaporan
Pengeluaran Kas Nomor
Anggaran
Anggara
n Direktur Anggaran

Jurnal aktivitas Jurnal Aktivitas


Jurnal
Investasi Keuangan Penyesuaian

Laporan

Bendahara Manajer Pemakai Eksternal Kontroler

a. AKTIVITAS YANG ADA DALAM SIKLUS INI ADALAH:


1. Perbarui buku besar → memasukkan ayat jurnal yang berasal dari subsistem akuntansi (4 siklus awal) dan dari
bendahara (transaksi non rutin seperti obligasi, investasi, perolehan Treasury Stock). Ayat jurnal untuk
memperbarui buku besar dapat didokumentasikan dalam formulir yang disebut voucher jurnal.
2. Memasukkan ayat jurnal penyesuaian (AJP) → berasal dari controller. AJP terdiri dari lima kategori dasar:
a. Akrual → untuk aktivitas yang telah terjadi tapi pengakuan asset atau beban belum dilakukan. Ex:
utang gaji, pendapatan bunga
b. Pembayaran di muka
c. Perkiraan → Ex: depresiasi, Bad Debt Expense
d. Penilaian ulang → perbedaan nilai yang dicatat dengan nilai yang sesungguhnya. Ex: menyesuaikan
catatan dengan nilai dari perhitungan fisik (stock opname), perubahan nilai persediaan sebagai akibat
perubahan metode penilaian yang dilakukan
e. Perbaikan (koreksi)
3. Membuat laporan keuangan
4. Membuat laporan manajerial
b. BENTUK PENGENDALIAN
AKTIVITAS ANCAMAN PROSEDUR PENGENDALIAN
Memperbarui buku Kesalahan-kesalahan Pengendalian input; rekonsiliasi; jejak audit
besar

Akses ke buku besar kehilangan data rahasia Pengendalian akses; jejak audit

Hilang buku besar Kehilangan data dan aset Prosedur pembuatan cadangan dan pemulihan dari
bencana

c. PENGENDALIAN EDIT INPUT TERDIRI DARI:


1. Pemeriksaan validitas → akun dalam buku besar benar-benar ada untuk setiap nomor akun yang
direferensikan dalam ayat jurnal
2. Pemeriksaan field (format) → bahwa field jumlah dalam ayat jurnal hanya berisi data numeris
3. Pemeriksaan saldo nol → total debit sama dengan kredit dalam ayat jurnal
4. Uji kelengakapan → semua data terkait telah diinput, terutama sumber ayat jurnal
5. Verifikasi closed-loop → mencocokkan nomor akun dengan deskripsi akun
6. Pemeriksaan tanda dari saldo akun buku besar → memastikan saldo debet kredit benar
7. Menghitung total run-to-run → komputer menghitung saldo akun buku besar yang baru, berdasar saldo awal
dan total debit serta kredit yang dimasukkan dalam akun tersebut. Kemudian membandingkannya dengan
saldo actual dalam buku besar.
8. Membuat file AJP standar untuk AJP yang berulang. Ex: depresiasi

d. JEJAK AUDIT MEMPERLIHATKAN JEJAK (TAHAPAN) SEBUAH TRANSAKSI DI SEPANJANG SISTEM


AKUNTANSI. BERFUNGSI UNTUK:
a. Menulusuri transaksi dari dokumen ke laporan
b. Menelusuri kembali bagian yang muncul dalam laporan hingga ke dokumen sumber
c. Menelusuri semua perubahan dalam buku besar dari saldo awal hingga akhir

e. BALANCED SCORECARD
laporan yang menceminkan empat perspektif kinerja suatu organisasi: keuangan, pelanggan, operasi internal, dan
inovasi serta pembelajaran

f. GUDANG DATA
rincian dan ringkasan data untuk beberapa tahun terakhir yang digunakan untuk analisis daripada pemrosesan
transaksi. Proses mengakses data dalam gudang data dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan
disebut intelejen bisnis.
Dua teknik dalam intelijen bisnis: on-line analytical processing (OLAP) dan penggalian data. OLAP menggunakan
query language sedang penggalian data menggunakan teknik statistic untuk menemukan hubungan yang belum
dihipotesiskan dalam data.
KEBUTUHAN AKAN JASA AUDIT DAN PELAYANAN VERIFIKASI
Kenapa sih mesti belajar auditing?
a. MENGAPA AUDIT DIPERLUKAN?
1. Karena ada hal-hal yang menyebabkan risiko informasi, yaitu:
a. Hubungan yang tidak dekat antara pembuat dan pengguna informasi
b. Sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi
c. Jumlah data yang sangat besar
d. Transaksi pertukaran yang kompleks.
2. Untuk mengurangi risiko informasi tersebut, yang bisa kita lakukan:
a. Verifikasi informasi oleh pengguna
b. Resiko ditanggung bersama oleh pembuat dan pengguna
c. Audit atas laporan keuangan.
Apa beda auditing sama akuntansi?
b. PERBEDAAN AUDITING DENGAN AKUNTANSI
1. Auditing itu:
a. Proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
b. Tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi
c. Yang dilakukan oleh seseorang yang kompeten dan independen
d. Untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud dengan kriteria-kriteria
yang telah ditetapkan.
2. Sedangkan, Akuntansi itu:
a. Proses pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran
b. Kejadian-kejadian ekonomi
c. Dalam bentuk yang teratur dan logis
d. Dengan tujuan menyampaikan informasi keuangan
e. Yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan
Jadi, akuntansi berfungsi menyajikan informasi kuantitatif untuk pengambilan keputusan, sedangkan dalam
auditing, aturan-aturan akuntansi menjadi kriteria untuk membandingkan kesesuaian informasi.
c. JENIS-JENIS AUDIT:
1. Audit laporan keuangan, bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan menurut
prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum.
2. Audit operasional, bertujuan untuk menelaah prosedur dan operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi,
ekonomis, dan efektifitasnya. (3E)
3. Audit ketaatan, bertujuan untuk mempertimbangkan apakah auditee telah mengikuti prosedur atau aturan
yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas.
d. JENIS-JENIS AUDITOR:
1. Akuntan publik terdaftar (Certified Publik Accountant), yakni auditor yang memiliki tanggung jawab atas
kinerja audit laporan keuangan bagi semua perusahaan publik, perusahaan besar, perusahaan kecil, dan
perusahaan nirlaba.
2. Auditor pemerintah (General Accounting Office Auditors), yakni auditor yang mempunyai tanggung jawab
mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan dari program/proyek pemerintah.
3. Auditor pajak (Internal Revenue Agents), yakni auditor yang bertanggung jawab melaksanakan pemeriksaan
atas tercapainya penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum dalam pelaksanaan
perpajakan.
4. Auditor intern (Internal Auditors), yaitu auditor yang bekerja di suatu perusahaan untuk melaksanakan audit
bagi kepentingan manajemen perusahaan.
e. SYARAT AKUNTAN PUBLIK TERDAFTAR:
1. Merupakan lulusan fakultas ekonomi jurusan akuntansi dari universitas negeri yang telah mendapat
persetujuan dari panitia ahli persamaan ijazah akuntan
2. Mengikuti ujian negara akuntansi untuk sarjana swasta atau negeri yang belum diakui
3. Mengikuti sertifikasi akuntan publik
4. Memiliki pengalaman kerja pada KAP atau BPKP minimal 3 tahun.
f. HAL-HAL YANG MENYEBABKAN RESIKO INFORMASI:
1. Hubungan yang tidak dekat antara pembuat dan pengguna informasi
2. Sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian informasi
3. Jumlah data yang sangat besar
4. Transaksi pertukaran yang kompleks
g. HAL-HAL YANG DILAKUKAN UNTUK MENGURANGI RESIKO INFORMASI:
1. Verifikasi informasi oleh pengguna
2. Resiko ditanggung bersama oleh pembuat dan pengguna
3. Audit atas laporan keuangan

PROFESI AKUNTAN PUBLIK


a. Aktivitas Kantor Akuntan Publik (Kap):
1. Jasa atestasi, berupa pembuatan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan pernyataan
tertulis yang telah dibuat dan dipertanggungjawabkan oleh pihak lain. (audit laporan keuangan historis,
penelaahan laporan keuangan historis, dan jasa atestasi lain)
2. Jasa perpajakan, misalnya perencanaan perpajakan, dan jasa perpajakan lainnya
3. Konsultasi manajemen
4. Jasa akuntansi dan pembukuan
b. Struktur Kap:
1. Rekan/partner
2. Manajer
3. Penyelia
4. Senior
5. Asisten
c. TUGAS AICPA (AMERICAN INSTITUTE OF CERTIFIED PUBLIC ACCOUNTANT) Atau IAI
(Ikatan Akuntan Indonesia):
1. Penetapan standar dan aturan (standar audit, standar kompilasi dan penelaahan laporan keuangan, standar
atestasi lainnya, kode etik profesi)
2. Penelitian dan publikasi (jurnal)
3. Pelaksanaan ujian sertifikasi akuntan publik
4. Pendidikan berkelanjutan (seminar,dll.).
d. Standar Auditing Yang Berlaku Umum (General Accepted Auditing Standard):
1. Standar Umum
a. Keahlian dan pelatihan teknis yang memadai
b. Indepedensi dalam sikap mental
c. Kemahiran profesional yang cermat dan seksama
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Perencanaan dan supervisi audit
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal
c. Bukti audit yang kompeten
3. Standar Pelaporan
a. Pernyataan apakah laporan leuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP)
b. Pernyataan yang menunjukkan keadaan di mana GAAP tidak diterapkan secara konsisten dalam laporan
keuangan
c. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dianggap memadai kecuali dinyatakan lain dalam
laporan audit
d. Pernyataan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, sifat pekerjaan auditor jika ada, dan
tingkat tanggung jawab auditor.
e. Pengendalian Kualitas (Mutu)
Adalah metode-metode yang digunakan KAP untuk memastikan bahwa KAP telah memenuhi tanggung jawab
profesionalnya kepada klien maupun pihak lain.
Lima Elemen Pengendalian Kualitas:
1. Independensi, integritas dan objektivitas
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
3. Penerimaan serta kelanggengan klien dan penugasannya
4. Kinerja dan penugasannya
5. Pemantauan.
f. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Kap (Menurut AICPA Dan IAI):
1. Taat pada standar pengendalian mutu 5. Review oleh partner lain
2. Peer review 6. Larangan pemberian jasa tertentu
3. Pendidikan berkelanjutan 7. Pelaporan ketidaksepakatan
4. Rotasi partner 8. Pelaporan atas jasa konsultas
PEER REVIEW adalah review yang dilakukan oleh auditor terhadap kepatuhan suatu KAP pada sistem
pengendalian kualitasnya.

LAPORAN AUDIT
a. Bagian Dari Laporan Audit Diantaranya:
1. Judul laporan: harus memuat kata “independen”
2. Alamat yang dituju laporan audit: kepada siapa audit ditujukan
3. Paragraf pendahuluan:
a. menyatakan bahwa KAP bersangkutan telah melaksanakan audit
b. menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit termasuk pencantuman tanggal neraca, periode
akuntansi laporan laba rugi dan arus kas
c. tanggung jawab auditor dan auditee.
4. Paragraf lingkup audit (scope) berisi pernyataan faktual tentang apa saja yang dilakukan dalam audit:
a. pernyataan bahwa auditor melaksanakan audit berdasarkan standar profesional akuntan publik
b. audit telah dirancang untuk memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan terhindar dari salah saji
material.
c. pengumpulan bukti audit serta pernyataan bahwa auditor merasa yakin bukti tersebut memberi dasar
memadai untuk pernyataan pendapat.
5. Paragraf pendapat: merupakan opini auditor terhadap penyajian laporan keuangan.
6. Tanda tangan dan nama akuntan publik: menunjukkan nama partner yang bertanggung jawab secara hukum
dan jabatan atas mutu audit menurut standar professional.
7. Tanggal laporan audit: tanggal saat auditor menyelesaikan bagian terpenting dari proses audit di lapangan,
menunjukkan kapan saat terakhir auditor masih bertanggung jawab atas subsequent events laporan
keuangan.
b. Jenis-Jenis Laporan Audit:
1. Wajar tanpa pengecualian (unqualified): auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disajikan secara
wajar.
2. Wajar dengan pengecualian (qualified): auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan
secara wajar kecuali untuk pos tertentu.
3. Tidak memberikan pendapat (disclaimer): auditor tidak dapat memberikan kesimpulan atas laporan
keuangan.
4. Tidak wajar (disclaimer): auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar.
c. Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian:
1. Semua elemen laporan keuangan yang diperlukan (neraca, arus kas, laba rugi, dll) telah tercakup dalam
laporan keuangan (lengkap)
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan
3. Bahan bukti yang cukup memadai telah dikumpulkan dan auditor tsb telah melaksanakan penugasan dengan
cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
terpenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan GAAP
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan tambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kalimat dalam
laporan.
d. Kondisi Untuk Laporan Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan Atau
Modifikasi Kalimat:
1. Tidak adanya konsistensi dalam penyajian laporan keuangan
2. Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan
3. Auditor setuju atas penyimpangan dari GAAP
4. Penekanan pada suatu masalah
5. Laporan melibatkan auditor lainnya.
e. Kondisi Yang Menyebabkan Penyimpangan Dari Pernyataan Audit Standar:
1. Ruang lingkup audit dibatasi
2. Penyajian laporan keuangan tidak sesuai dengan GAAP
3. Auditor merasa tidak indepeden.
f. Tingkatan Materialitas:
1. Jumlahnya tidak material
2. Jumlahnya material namun tidak mempengaruhi keseluruhan laporan keuangan
3. Jumlahnya sangat material dan mempengaruhi keseluruhan laporan keuangan.
Kesalahan penyajian laporan keuangan dapat dianggap material jika kesalahan penyajian tersebut dapat
mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pengguna laporan.
g. Hal-Hal Yang Mungkin Dipertimbangkan Dalam Menentukan Materialitas:
1. Jumlah nilai/ukuran
2. Pengaruhnya dalam pengambilan keputusan
3. Hakikat kesalahan (mis: penghindaran pajak walau jumlahnya kecil namun dianggap material).
h. Berbagai Jenis Laporan Audit Pada Berbagai Kondisi:
Kondisi yang memerlukan Tingkat Materialitas
laporan audit bentuk baku
dengan paragraf penjelasan
Tidak Material Material
atau modifikasi kalimat
Tidak ada konsistensi Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
penjelasan
Ketidakpastian atas kelangsungan Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
hidup perusahaan penjelasan
Auditor setuju atas penyimpangan Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
dari GAAP penjelasan
Penekanan pada suatu masalah Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf
Wajar tanpa pengecualian
penjelasan

Materialitas
Sangat material
Kondisi yang memerlukan
Material namun tidak sehingga
penyimpangan dari laporan Tidak
mempengaruhi keseluruhan kewajaran seluruh
audit bentuk baku Material
laporan keuangan laporan keuangan
dipertanyakan
Ruang lingkup auditor terbatas Menolak
Wajar tanpa Wajar dengan pengecualian atas
memberikan
pengecualian lingkup, paragraf tambahan
pendapat
Penyajian laporan keuangan tidak Wajar tanpa Wajar dengan pengecualian atas
Tidak wajar
sesuai dengan GAAP pengecualian lingkup, paragraf tambahan
Auditor merasa tidak indepeden Menolak memberikan pendapat

i. JUMLAH PARAGRAF, MODIFIKASI KALIMAT BAKU, DAN LETAK PARAGRAF TAMBAHAN


Jumlah Letak Paragraf
Jenis Laporan Modifikasi Kalimat Baku
Paragraf Tambahan
Laporan audit bentuk baku (Wajar 3 Tidak ada Tidak ada
Tanpa Pengecualian)
WTP dengan paragraf penjelas 4 Tidak ada Setelah paragraf
pendapat
WTP yang melibatkan auditor lain 3 Dalam ketiga paragraf Tidak ada
Wajar dengan pengecualian-pendapat 4 Hanya paragraf pendapat Sebelum paragraf
saja pendapat
Wajar dengan pengecualian-lingkup 4 Paragraf scope dan paragraf Sebelum paragraf
dan pendapat audit pendapat pendapat
Menolak memberikan pendapat- 3 Paragraf pendahuluan dan pendapat Sebelum paragraf
pembatasan lingkup audit dimodifikasi; paragraf scope pendapat
ditiadakan
Pendapat tidak wajar (Adverse) 4 Hanya paragraf pendapat Sebelum paragraf
pendapat
ETIKA PROFESIONAL
a. Etika:
Adalah seperangkat prinsip moral atau nilai, berkaitan dengan apa yang baik dan sepatutnya dilakukan.
1. Seseorang Mungkin Akan Bertindak Tidak Etis, Dapat Disebabkan :
a. Dia memiliki standar etika yang berbeda dengan masyarakat di sekitarnya
b. Dia memilih untuk bertindak egois
2. Rasionalisasi Perilaku Tidak Etis:
a. Semua (banyak) orang melakukannya
b. Hal itu tidak melanggar hukum (if it’s legal, it’s ethical)
c. Kemungkinan terungkap dan konsekuensinya kecil.
b. Dilema Etika
situasi di mana seseorang harus membuat keputusan tentang perilaku yang paling tepat ia lakukan terlepas,
terkait dengan adanya pertentangan nilai etis.
Kerangka formal untuk memecahkan dilema etika:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu etika berdasarkan fakta-fakta
3. Menentukan siapa dan bagaimana orang/kelompok terpengaruh oleh dilema
4. Menentukan alternatif yang tersedi
5. Menentukan konsekuensi dari setiap alternatif
6. Menetapkan tindakan yang tepat.
c. Kebutuhan Berperilaku Beretika Dalam Profesi:
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap profesi adalah kebutuhan akan
kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan, terlepas dari yang dilakukan perseorangan.
d. Cara Akuntan Publik Mewujudkan Perilaku Profesional:
Adanya pernyataan standar auditing yang berlaku umum, pengendalian mutu, peer review, pembentukan divisi
dalam kantor akuntan publik, pendidikan profesi berkelanjutan dan Kode Etik Akuntan Indonesia yang ditetapkan
IAI.
e. Kode Perilaku Profesional (Menurut Aicpa):
1. Prinsip-prinsip, yaitu standar ideal dari perilaku etis yang dpat dicpai dalam terminologi filosofi, antara lain:
tanggung jawab, kepentingan masyarakat, integritas, obyektivitas dan indepedensi, keseksamaan, lingkup,
dan sifat jasa.
2. Peraturan perilaku, standar minimum perilaku etis yang diteteapkan sebagai peraturan khusus dan
merupakan keharusan.
3. Intepretasi, bersifat teoritis namun praktisi harus menyesuaikan penyimpangannya.
4. Ketetapan etika, penjelasan dan jawaban yang diterbitkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan praktisi dan orang lain yang tertarik pada persyaratan etika.
f. Prinsip-Prinsip Etika (Aicpa):
1. Tanggung jawab; profesional yang peka dan memiliki pertimbangan moral atas aktivitasnya
2. Kepentingan publik; melayani dan menghargai kepentingan publik serta berkomitmen
3. Integritas; berintegritas tinggi
4. Obyektivitas dan Jurisprudensi; bebas dari konflik antar kepentingan
5. Due Care; memperhatikan standar teknis dan etika profesi,meningkatkan kompetensi dan kualitas
6. Lingkup dan Sifat Jasa; memperhatikan prinsip-prinsip pada kode etik profesi dalam menentukan lingkup dan
sifat jasa yang diberikan
g. Independensi (Peraturan 101)
Adalah cara pandang yang tidak memihak dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan dan
penyusunan laporan audit.
1. Macam- Macam Independensi:
a. Independensi dalam kenyataan (in fact), bila dalam kenyataannya auditor mampu mempertahankan sikap
tidak memihak sepanjang pelaksanaan auditnya.
b. Indepedensi dalam penampilan (in appearance), adalah hasil intepretasi pihak lain mengenai
independensi seorang auditor.
2. Benturan independensi:
a. Hubungan keuangan dengan klien: partner atau pemegang saham kontra partner, atau non pemegang
saham, kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung, material ataupun tidak.
b. Masalah kepentingan keuangan yang terkait: mantan praktisi, prosedur kredit normal, kepentingan
keuangan dari keluarga, dll.
c. Litigasi antara KAP dengan klien
d. Jasa pembukuan dan audit untuk klien yang sama
e. Penugasan dan pembayaran imbal jasa audit oleh manajemen
3. Upaya memelihara independensi:
a. Sanksi hukum bagi auditor yang tidak independen
b. Dinyatakan dalam peraturan 101, pembatasan hubungan keuangan dan bisnis antara akuntan publik
dengan kliennya
c. Standar auditing berlaku umum (SABU), standar umum kedua
d. Standar pengendalian mutu: KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur guna memberikan jaminan
bahwa stafnya independen
e. Pendivisian perusahaan
f. Komite audit, yakni sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang membantu auditor dalam
mempertahankan independensinya dengan manajemen
g. Komunikasi dengan auditor pendahulu
h. Pengesahan auditor oleh pemegang saham.
h. Integritas Dan Obyektivitas (Peraturan 102)
Integritas merupakan kemampuan untuk bertindak jujur, tegas, tanpa pretensi. Obyektivitas merupakan sikap
adil, tanpa dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadi.
Standar-standar teknis:
1. Standar umum (peraturan 201), meliputi kompetensi, kemahiran, perencanaan dan pengawasan, serta data
yang cukup.
2. Ketaatan pada standar (peraturan 202), anggota yang memerikan jasa profesional harus menaati standar
yang dikeluarkan oleh lembaga yang ditetapkan dewan.
3. Prinsip akuntansi (peraturan 203), anggota harus menyatakan pendapat atas laporan keuangan sesuai
kenyataannya.
i. Kerahasiaan (Peraturan 301)
Anggota dilarang mengungkapkan informasi rahasia klien tanpa izin klien kecuali dalam kasus:
1. Kewajiban sesuai standar teknis: 3 bulan setelah laporan audit wajar tanpa pengecualian dikeluarkan
ditemukan salah saji material.
2. Tuntutan pengadilan
3. Peer review
4. Tanggapan kepada divisi etik.
j. Imbal Jasa Bersyarat (401)
Anggota dilarang membuat imbal jasa bersyarat untuk setiap jasa profesionalnya atau menerima ongkos dari klien
yang anggota atau perusahaannya melakukan:
1. Audit laporan keuangan
2. Kompilasi laporan keuangan
3. Pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif.
k. Tindakan Yang Bisa Didiskreditkan (Peraturan 501)
Anggota dilarang:
1. Menahan catatan klien setelah mereka meminta
2. Bertindak bernuansa SARA
3. Gagal mengikuti persyaratan agen regulasi
4. Lalai mempersiapkan laporan dan catatan keuangan, dll.
l. Periklanan Dan Penawaran (Peraturan 502)
Anggota tidak dibenarkan mencari klien dengan memasang iklan atau mengajukan penawaran yang bersifat
mendustai, menyesatkan, atau menipu. Penawaran yang menggunakan pemaksaan, desakan berlebihan, atau
hasutan dilarang.
m. Komisi Dan Imbal Jasa Perujukan (Peraturan 503)
Anggota dalam praktik publik tidak dibenarkan merekomendasikan produk jasa pihak lain bagi klien atau
merekomendasikan produk atau jasa yang disediakan klien demi memperoleh komisi.
n. Bentuk Dan Nama Praktik (Peraturan 505)
Anggota dapat membuka praktik akuntansi hanya dalam bentuk perusahaan perseorangan, persekutuan, atau
perseroan profesional yang ciri-cirinya sesuai dengan ketentuan dewan.

KEWAJIBAN HUKUM
a. Kewajiban Hukum Auditor Kepada Klien:
mencegah penipuan dan/atau pelanggaran kontrak yang bisa mempengaruhi hasil-hasil pekerjaan.
b. Penyebab Utama Tuntutan Hukum Terhadap Kap
Kurangnya pemahaman pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis , kegagalan audit,
dan risiko audit
Definisi berikut akan menjelaskan perbedaannya:
1. kegagalan bisnis, terjadi jika perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya .
2. kegagalan audit, terjadi jika auditor mengeluarkan pendapat yang salah karena gagal memenuhi syarat -
syarat GAAS .
3. risiko audit, terjadi jika auditor menyimpulkan laporan keuangan secara wajar sedangkan kenyataannya
laporan tersebut salah saji material .
Standar ketelitian yang sering disebut konsep kehati-hatian (prudent person) menjelaskan bahwa auditor hanya
menjamin itikad baik dan integritas dan bertanggung jawab atas kecerobohan, itikad buruk dan ketidakjujuran
dan auditor terbebas dari kerugian akibat kekeliruan dalam pertimbangan.
c. Bidang Kewajiban Menurut Audit Dapat Digolongkan Sebagai Berikut :
Kewajiban kepada klien
Kewajiban terhadap klien timbul karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati,
pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal menemukan defalkasi, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan
publik .
Apabila terdapat tuntutan, auditor dapat mengajukan pembelaan yaitu :
1. Tidak adanya kewajiban melaksanakan pelayanan, dalam hal ini tidak dinyatakan dalam klausul .
2. Tidak ada kelalaian dalam pelaksanaan kerja , mengklaim telah mengikuti GAAS .
3. Kelalaian kontribusi, dalam hal ini menjamin jika klien melakukan kewajiban tertentu ,tidak akan terjadi
kerugian
4. Ketiadaan hubungan timbal balik, antara pelanggaran auditor terhadap standar kesungguhan dengan
kerugian yang dialami klien
tiga kewajiban di bawah hanya untuk informasi karena berlaku di USA.
1. Kewajiban terhadap pihak ketiga menurut Common Law
Pihak ketiga yang terdiri dari pemegang saham, calon pemegang saham, pemasok, bankir dan kreditor lain,
karyawan, dan pelanggan. Konsep kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Doktrin ultramares, Kewajiban yang timbul kepada pihak ketiga primary beneficiary atau orang yang harus
diberikan informasi audit
b. Pemakai yang dapat diketahui sebelumnya, orang yang mengandalkan keputusannya pada laporan
keuangan .
c. Foreseeable user’s, pemakai yang dapat diketahui lebih dahulu mempunyai hak yang sama dengan
pemakai laporan keuangan yang mempunyai hubungan kontrak .
2. Kewajiban perdata menurut hukum sekuritas federal
a. Securities Act tahun 1933, persyaratan pelaporan untuk perusahaan yang mengeluarkan efek-efek baru.
Peraturan membolehkan pihak ketiga menggugat auditor jika laporannya menyesatkan dan tidak
mempunyai beban pembuktian hal tersebut, sementara auditor dapat membela jika audit telah memadai
dan pemakai laporan tidak menderita kerugian.
b. Securities Exchange Act tahun 1934, persyaratan penyampaian laporan tahunan setiap perusahaan yang
sahamnya diperdagangkan di bursa. Akibat tuntutan ini SEC dapat mencabut ijin praktek dari KAP yang
yang melakukan kesalahan.
c. Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act 1970, peraturan ini ditujukan untuk kriminalitas tetapi
auditor sering dituntut berdasarkan peraturan ini .
d. Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977, larangan pemberian uang suap kepada pejabat di luar negeri
untuk mendapatkan pengaruh dan mempertahankan hubungan usaha.
3. Kewajiban kriminal  Beberapa undang-undang seperti Uniform Securities Acts, Securuties Acts 1933 dan
1934, Federal Mail Fraud Statute dan Federal False Statement Statute menyebutkan bahwa menipu orang lain
dengan sadar terlibat dalam laporan keuangan yang palsu adalah perbuatan kriminal .
d. Tanggung Jawab Kerahasiaan
Beberapa tuntutan yang terjadi menuntut perlunya profesi auditing untuk meneliti peraturan perilaku yang
menyangkut kerahasiaan dan mencoba memperjelas persyaratan - persyaratan yang konsisten dengan common
law .
e. Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut :
1. Riset dalam auditing
2. Penetapan standar dan aturan.
3. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
4. Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat .
5. Melawan tuntutan hukum
6. Pendidikan bagi pemakai laporan
7. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
8. Perundingan untuk perubahan hukum .
f. Tanggapan Akuntan Publik Terhadap Kewajiaban Hukum
Dalam meringankan kewajibannya auditor dapat melakukan langkah-langkah berikut :
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas
2. Mempekerjakan staf yang kompeten dan melatih serta mengawasi dengan pantas
3. Mengikuti standar profesi
4. Mempertahankan independensi
5. Memahami usaha klien
6. Melaksanakan audit yang bermutu
7. Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai
8. Mendapatkan surat penugasan dan surat pernyataan
9. Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
10. Perlunya asuransi yang memadai; dan
11. Mencari bantuan hukum.

PERTANGGUNGJAWABAN DAN TUJUAN AUDIT


Tujuan audit umum atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal
yang material, posisi laporan keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
a. Langkah-Langkah Untuk Menyusun Berbagai Tujuan Audit:
1. Memahami berbagai tujuan dan tanggung jawab audit
2. Memecah laporan keuangan menjadi berbagai segmen
3. Mengetahui asersi manajemen atas akun-akun
4. Mengetahui berbagai tujuan audit umum atas berbagai akun dan kelas transaksi
5. Mengetahui berbagai tujuan audit spesifik atas berbagai akun dan kelas transaksi
b. Tanggung Jawab Manajemen:
1. menentukan kebijakan akuntansi yang sehat
2. menjalankan SPI yang baik
3. kewajaran penyajian (asersi manajemen)
c. Tanggung Jawab Auditor:
1. Audit dirancang untuk memberi keyakinan memadai atas pendeteksian salah saji material
2. Audit harus direncanakan dan dilaksanakan, dengan sikap skeptisme profesional dalam semua aspek
penugasan.
d. Kekeliruan Vs Kecurangan
1. Kekeliruan (error)
Kesalahan penyajian atas laporan keuangan yang tidak disengaja. Contohnya kesalahan penghitungan harga
kali kuantitas pada faktur penjualan
2. Kecurangan (fraud)
Kesalahan penyajian yang disengaja. Terdiri atas:
a. Penggelapan aktiva (defalkasi) atau kecurangan karyawan. Contohnya: pengambilan uang kas oleh
pramuniaga dan transaksi penjualannya tidak dimasukkan dalam kas register
b. Kecurangan pelaporan keuangan atau kecurangan manajemen. Contohnya: dengan sengaja mencatatkan
nilai penjualan yang lebih tinggi daripada seharusnya pada periode mendekati tanggal neraca.
kecurangan manajemen seringkali sulit diungkap karena:
a. Ada kemunginan bahwa salah satu atau beberapa anggota manajemen mengabaikan pengendalian
internal.
b. Ada usah manajemen untuk menyembunyikan salah saji tsb.
e. Skeptisme Profesional
adalah sikap penilaian kritis atas setiap bukti audit yang diperoleh.
f. Tindakan Ilegal (Sas 54)
berbagai pelanggaran hukum atau terhadap peraturan-peraturan pemerintah selain, terdiri atas:
1. Tindakan ilegal yang berpengaruh langsung, contoh: pelanggaran thd UU pajak
2. Tindakan ilegal yang berpengaruh tidak langsung, contoh: pelanggaran thd UU lingkungan hidup.
g. Tanggung Jawab Auditor Untuk Menemukan Tindakan Ilegal
1. Auditor tidak memberikan jaminan apapun bahwa berbagai tindakan ilegal yang tidak berpengaruh langsung
dapat dideteksi
2. Auditor tidak perlu berupaya mencari berbagai tindakan ilegal yang tidak berpengaruh langsung kecuali jika
terdapat sejumlah alasan untuk mempercayai bahwa tindakan-tindakan ilegal tersebut mungkin saja terjadi
3. Jika auditor meyakini kemungkinan terjadinya tindakan ilegal, hal yang harus dilakukan:
a. Meminta keterangan pihak manajemen (atasannya)
b. Konsultasi dengan penasihat hukum klien
c. Mempertimbangkan dilakukannya pengumpulan bukti audit tambahan
4. Jika auditor mengetahui keberadaan tindakan ilegal, tindakan yang dapat dilakukan:
a. Mempertimbangkan pengaruhnya terhadap leporan keuangan dan kelangsungan hubungannya dengan
manajemen
b. Berkomunikasi dengan komite audit
c. Mengundurkan diri
h. Segmentasi Audit
1. Pendekatan siklus
2. Pendekatan saldo
i. Siklus Laporan Keuangan
Menempatkan jenis-jenis transaksi dan saldo akun yang berhubungan erat dalam segmen yang sama kemudian
mengaitkan siklus-siklus tsb.
j. Tujuan Audit
Tujuan audit secara umum adalah memutuskan apakah asersi manajemen mengenai Laporan Keuangan dapat
dibenarkan (pemberian pendapat atas Laporan Keuangan) meliputi :
1. Tujuan audit berkait-transaksi  tujuan yang harus dipenuhi untuk jenis transaksi tertentu.
2. Tujuan audit berkait-saldo  tujuan yang harus dipenuhi untuk setiap saldo akun.
k. Asersi Manajemen
Merupakan pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen tentang jenis transaksi
dan akun terkait dalam Laporan Keuangan dan merupakan bagian kriteria yang digunakan manajemen untuk
mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam Laporan Keuangan, meliputi (PSA 07/ SA 326):
1. Keberadaan: apakah suatu item yang tercantum memang benar-benar ada/terjadi
2. Kelengkapan: apakah setiap item yang harusnya tercantum telah ada.
3. Hak dan kewajiban: apakah setiap aset memang hak dan hutang memang kewajiban perusahaan.
4. Penilaian dan alokasi: apakah setiap item dalam laporan keuangan disajikan dengan nilai yang wajar.
5. Penyajian dan pengungkapan: apakah setiap item dalam laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan
diungkapkan sebagaimana mestinya.
l. Hubungan Asersi Manajemen Dan Tujuan Audit
Kewajaran penyajian (asersi) Laporan Keuangan adalah tanggung jawab manajemen, sedangkan tanggung jawab
utama auditor adalah memutuskan apakah asersi manajemen mengenai Laporan Keuangan dapat dibenarkan.
Oleh karena itu, tujuan audit baik tujuan audit berkait-transaksi maupun berkait-saldo berkaitan erat dengan
asersi manajemen. Tujuan audit dimaksudkan untuk memberi kerangka untuk membantu auditor mengumpulkan
bukti kompeten yang cukup. Adapun hubungan asersi manajemen dan audit objektif diperlihatkan sebagai
berikut:
m. Tujuan Audit Terkait Transaksi
Asersi Manajemen Tujuan Audit Umum Terkait Transaksi
Keberadaan atau keterjadian Eksistensi
Kelengkapan Kelengkapan
Penilaian atau alokasi Akurasi
Klasifikasi
Pemilihan waktu
Posting dan pengikhtisaran

n. Tujuan Audit Terkait-Saldo


Asersi Manajemen Tujuan Audit Umum Terkait Transaksi
Keberadaan atau keterjadian Eksistensi
Kelengkapan Kelengkapan
Penilaian atau alokasi Akurasi
Klasifikasi
Cut-off
Kait rinci (detail tie in)
Realizable value
Hak dan kewajiban Hak dan kewajiban
Penyajian dan pengungkapan Penyajian dan pengungkapan
o. Tahapan Dalam Proses Audit:
1. Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Yang perlu diperhatikan adalah bahan bukti yang kompeten yang jumlahnya cukup serta pengendalian biaya.
a. Mendapatkan pengetahuan atas bidang usaha klien
b. Memahami struktur pengendalian internal klien dan menetapkan resiko pengendalian
2. Melakukan pengujian pengendalian dan transaksi
a. Pengujian atas pengendalian: pengujian efektivitas pengendalian untu mendapat tingkat resiko lebih
rendah
b. Pengujian atas transaksi: pemeriksaan atas dokumen-dokumen pendukung transaksi
3. Melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo
a. Prosedur analitis: digunakan untuk menetapkan kelayakan transaksi/saldo secara keseluruhan
b. Pengujian terinci atas saldo: prosedur khusus untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo laporan
keuangan.
4. Menyelesaikan audit dan menerbitkan laporan audit
Menggabungkan seluruh informasi yang didapat untuk memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai
kewajaran penyajian laporan keuangan.

BUKTI AUDIT
bukti audit (evidence) adalah informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi kuantitatif
yang sedang diaudit disajikan sesuai kriteria yang ditetapkan.
a. Pertimbangan Dalam Pengumpulan Bukti Audit:
1. Prosedur audit yang digunakan
2. Besar sampel
3. Pos/unsur yang dipilih
4. Saat pelaksanaan prosedur audit
Kombinasi unsur di atas merupakan PROGRAM AUDIT, yaitu: gambaran rinci atas hasil 4 keputusan bahan bukti
untuk audit tertentu.
b. Prosedur Audit
Merupakan petunjuk rinci untuk pengumpulan jenis bahan bukti audit berupa pendekatan untuk merancang
pengujian atas transaksi yang menekankan pada pemenuhan tujuan pengendalian.
1. Periksa
2. Telaah sekilas (scan)
3. Baca
4. Hitung & Hitung ulang
5. Penjumlahan ke bawah (foot)
c. Persuasivitas Bukti Audit
Bukti audit yang cukup kompeten untuk mendukung opini yang diterbitkan. Terdiri atas:
1. Kompetensi: tingkat di mana bukti tersebut dianggap dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya.
Karakteristik kompetensi:
a. Relevansi; selaras atau relevan dengan tujuan audit
b. Independensi penyedia bukti
c. Efektivitas pengendalian intern
d. Pemahaman langsung auditor
e. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi
f. Tingkat obyektivitas
g. Ketepatan waktu.
2. Kecukupan: kecukupan ukuran sampel audit. Faktor yang mempengaruhi:
a. Ekspektasi auditor atas kemungkinan salah saji
b. Efektivitas pengendalian intern.
d. Persuasivitas Dan Biaya
Tujuan auditor adalah memperoleh sejumlah bukti audit yang cukup kompeten pada tingkat biaya terendah yang
paling mungkin dicapai. Biaya tidak menjadi pertimbangan yang memadai untuk menghilangkan prosedur yang
wajib dilakukan atau untuk tidak memilih ukuran sampel yang memadai.
e. Jenis Bahan Bukti (4pdkt):
1. Pemeriksaan Fisik : inspeksi/perhitungan aktiva berwujud oleh auditor
2. Pelaksanaan Ulang (reperformance)
3. Prosedur Analitis: perbandingan
4. Pengamatan (observasi)
5. Dokumentasi :Vouching
a. Dokumen internal: digunakan dlm organisasi klien sendiri,tdk pernah disampaikan ke pihak luar
b. Dokumen eksternal: pernah berada pada pihak luar
6. Konfirmasi
a. Positif: merespon dalam semua keadaan
b. Negatif: merespon hanya saat informasi tidak benar
c. Blank confirmation: konfirmasi positif dengan form kosong
7. Tanya Jawab (wawancara-inquiry)
Efektivitas SPI klien mempunyai pengaruh yang besar pada keandalan kebanyakan jenis bahan bukti. Jenis bahan
bukti tertentu jarang mencukupi sendiri kemampuan untuk memberi keyakinan memadai.
f. Cara Memperoleh Bukti:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman SPI dokumentasi, pengamatan, inquiry
2. Pengujian pengendalian  dokumentasi, pengamatan, inquiry, pelaksanaan ulang
3. Pengujian Substantif atas transaksi  inquiry, prosedur analitis
4. Pengujian terinci atas saldo  cek fisik, konfirmasi, dokumentasi, inquiry, pelaksanaan ulang.
g. Biaya Dari Jenis-Jenis Bukti
1. Paling mahal: pengujian fisik dan konfirmasi
2. Moderat: dokumentasi dan prosedur analitis
3. Paling rendah: observasi, wawancara, hitung uji.
h. Dokumentasi Audit
catatan yang disimpan auditor dari prosedur yang diterapkan, ujian yang dilakukan, informasi yang diperoleh, dan
kesimpulan yang berhubungan yang dicapai dalam perjanjian.
Tujuan dokumentasi audit:
1. Menyediakan jaminan yang wajar bahwa audit yang memadai telah dilakukan sesuai standar audit yang
diterima umum
2. Membantu menentukan laoran audit yang tepat untuk dibuat dalam sekumpulan keadaan tertentu
3. Mengevaluasi memadainya cakupan audit dan kewajaran laporan keuangan.
i. Arsip Audit
1. Arsip Permanen: mengandung data yang sifatnya historis atau berlanjut yang berhubungan dengan audit saat
ini, meliputi:
a. Salinan dokumen perusahaan yang terus menerus penting cth: anggaran rmh tangga, kontrak
b. Analisis dari tahun sebelumnya, dari akun yang senantiasa penting bagi auditor
c. Informasi yang berhubungan dengan pemahaman internal control dan penilaian risikonya
d. Hasil prosedur analitis atas audit tahun sebelumnya.
2. Arsip Sekarang: semua dokumentasi audit yang bisa diterapkan ke tahun audit, meliputi:
a. Program audit
b. Informasi umum
c. Neraca saldo berjalan
d. Penyesuaian dan reklasifikasi ayat jurnal
e. Jadwal pendukung.
j. Persiapan Dokumentasi Audit
1. Setiap arsip audit harus diidentifikasikan dengan benar dengan informasi seperti nama klien, periode,
gambaran isi, dll.
2. Dokumentasi audit harus diberi indeks dan direferensi-silang untuk membantu dalam mengatur dan
mengarsip
3. Dokumen audit harus lengkap dan jelas menunjukkan pekerjaan audit yang dilakukan
4. Dokumen audit harus meliputi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan yang dirancang
5. Kesimpulan yang dicapai harus dinyatakan dengan tegas.

PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS


a. Audit Perlu Perencanaan Karena:
1. Untuk memperoleh bukti yang cukup kompeten untuk kondisi yang ada
2. Membantu menjaga agar biaya yang dikeluarkan wajar
3. Menghindari kesalapahaman dengan klien
b. Risiko Akseptibilitas Audit
Seberapa besar kesediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin saja disajikan dengan
kesalahan penyajian yang material setelah proses audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian
telah dinyatakan
c. Risiko Inheren
Penilaian auditor terhadap kemungkinan adanya salah saji material atas akun sebelum mempertimbangkan
efektivitas pengendalian internnya.
d. Merencanakan Dan Merancang Pendekatan Audit
Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal

Memahami Bisnis dan Industri Klien

Menilai Risiko Bisnis Klien

Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan

Menetapkan Materialitas, Risiko Akseptibilitas, dan Risiko Inheren

Memahami penegndalian intern dan menilai risiko pengendalian

Menyusun Seluruh Rencana Serta Program Audit


1. Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal
a. Memutuskan menerima klien baru atau lanjut dengan klien lama
b. Identifikasi alasan klien membutuhkan audit
c. Memperoleh kesepahaman dengan klien mengenai penugasansurat penugasan (engagement
letter)
d. Memilih staf penugasan.
2. Memahami Bisnis dan Industri Klien
a. Memahami industri dan lingkungan eksternal. Mengapa diperlukan?
 Terdapat risiko yang terkait dengan industri tertentu
 Terdapat risiko inheren yang umumnya dimiliki semua klien dalam industri tertentu
 Banyak industri yang memiliki persyaratan akuntansi yang unik
b. Memahami operasi dan proses bisnis
c. Memahami manajemen dan kepemerintahan
d. Memahami tujuan dan strategi
e. Memahami ukuran dan kinerja/prestasi.
3. Menilai Risiko Bisnis Klien
Risiko bisnis klien adalah risiko di mana klien akan gagal dalam mencapai tujuannya. Perhatian utama
auditor adalah risiko salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan risiko bisnis klien.
4. Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan.
e. Prosedur Analitis
Prosedur untuk menguji kesalahan/penyimpangan berupa evaluasi atas informasi keuangan yang dilakukan
dengan mempelajari hubungan logis antara data keuangan dan non-keuangan meliputi perbandingan jumlah-
jumlah yang tercatat dengan ekspektasi auditor.
1. Langkah prosedur analitis
a. Membuat tujuan : umum dan spesifik
b. Merancang prosedur analitis
c. Menggunakan data yang tepat : relevansi, keandalan data, data dari banyak tahun, pemilahan data
d. Menetapkan atribut keputusan : perbedaan dalam % atau jumlah tertentu
e. Melaksanakan pengujian
f. Analisa Hasil
g. Menerapkan kesimpulan
Penyelidikan atau tindak lanjut ditentukan: pengetahuan auditor tentang satuan usaha, hasil prosedur
audit lain, faktor risiko bawaan
2. Tahap dan tujuan prosedur analitis
a. Tahap Perencanaan: mengidentifikasikan hal-hal penting yang membutuhkan pertimbangan lebih
lanjut
 memahami industri dan bidang usaha klien, trend dari perubahan dengan membandingkan data
audited sebelumnya dengan data current unaudited, contoh: membandingkan rasio intern
dengan rasio industri : gross profit ratio, inventory turnover
 menilai kelangsungan hidup : petunjuk ada masalah kritis keuangan, contoh: idem – rasio industri
dan intern
 menunjukkan kemungkinan salah saji (arahan perhatian)  adanya fluktuasi yang tidak biasa,
contoh: membandingkan data intern current dan sebelumnya
 mengurangi pengujian terinci  bila hasil prosedur analitis : baik
b. Tahap Pengujian : bersama dengan prosedur pengujian lainnya, untuk menentukan bahan bukti yang
tepat
 menunjukkan kemungkinan salah saji (arahan perhatian)
 mengurangi pengujian terinci
c. Tahap Penyelesaian : menarik kesimpulan mengenai kewajaran laporan keuangan: penelaahan akhir
salah saji material dan membantu pandangan obyektif terakhir atas Laporan Keuangan.
 menilai kelangsungan hidup
 menunjukkan kemungkinan salah saji (arahan perhatian)
3. Jenis prosedur analitis:
a. Membandingkan data industri dan intern
b. Membandingkan data intern dengan data sebelumnya
c. Membandingkan data intern actual dengan ekspektasi
d. Membandingkan data intern dengan ekspektasi auditor
e. Membandingkan data intern dengan hasil perkiraan non–keuangan

MATERIALITAS DAN RISIKO


a. Materialitas
Materialitas adalah jumlah salah saji dalam informasi akuntansi yang dalam kaitannya dengan kondisi yang
bersangkutan mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang berkepentingan berubah
atau terpengaruh. (FASB No.2)
b. Tujuan Penetapan Materialitas
Materialitas perlu ditetapkan untuk membantu auditor merencanakan pengumpulan bukti yang cukup.
c. Bagaimana Menentukan Materialitas
1. Pertimbangan awal mengenai tingkat materialitas (salah saji yang masih dapat ditoleransi), yakni jumlah
maksimum salah saji dalam laporan keuangan yang dianggap tidak mempengaruhi pengambilan keputusan
dari pemakai.
2. Alokasi pertimbangan awal pada segmen-segmen
3. Estimasi total salah saji yang dapat ditoleransi
4. Estimasi salah saji gabungan
5. Bandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan awal mengenai materialitas.
d. Faktor Terpenting Yang Mempengaruhi Pertimbangan Awal Tingkat Materialitas:
1. Materialitas sbg konsep relatif, bukan absolut, dipengaruhi :
a. nilai rupiah perkiraan tertentu
b. sejauh mana kesalahan tersebut dapat diukur
c. sifat perkiraan yang dipengaruhi
d. adanya kejadian yang akan mempengaruhi Laporan Keuangan namun belum dapat diperkirakan sejauh
mana.
2. Dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas  Earning Before Tax, Current Assets, Total Assets,
Current Liabilities, atau Equity.
3. Faktor kualitatif  salah saji tertentu lebih penting daripada yang lain walaupun jumlah sama, contoh :
kecurangan daripada kekeliruan, kewajiban kontrak, mempengaruhi trend laba, menyebabkan rugi menjadi
laba.
e. Bagaimana Menggunakan Materialitas Dapat Dipahami Melalui Penjelasan Berikut :
1. Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah Laporan Keuangan bebas dari salah saji material
2. Pengungkapan pendapat terbatas pada informasi keuangan yang bersifat material  bila salah saji masih di
bawah materialitas, maka dianggap tidak mempengaruhi laporan keuangan
3. Bila auditor berpendapat ada salah saji material, (di atas batas materialitas), auditor harus memberitahukan
klien untuk koreksi, bila klien menolak : qualified opinion atau adverse.
4. Materialitas sangat penting karena apabila Laporan Keuangan memuat salah saji material akan dapat
mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan.
5. Materialitas berhubungan erat dengan risiko dan bahan bukti, sehingga dapat digunakan untuk menentukan
bahan bukti yang harus dikumpulkan  mempengaruhi keputusan bahan bukti
a. Risiko adalah suatu ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas adalah ukuran risiko dalam jumlah. Bila
diterapkan bersama : merupakan pengukuran ketidakpastian dari suatu jumlah tertentu, contoh : PDR =
7%, bahwa audit tidak dapat menemukan salah saji lebih dari yang dapat ditoleransi sebesar 50 juta
(materialitas)
b. Materialitas berbanding terbalik dengan bahan bukti. Bila salah saji yang dapat ditoleransi besar, bahan
bukti yang harus dikumpulkan lebih sedikit.
f. Risiko
Risiko merupakan suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan audit.
g. Model Risiko Audit

𝑨𝑨𝑹
𝑷𝑫𝑹 =
𝑰𝑹 × 𝑪𝑹
PDR: (Planned Detection Risk), adalah risiko bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal
menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi.
AAR: (Acceptable Audit Risk), adalah ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan
keuangan salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan laporan wajar tanpa
pengecualian telah diberika
IR: (Inherent Risk), adalah penetapan auditor akan kemungkinan salah saji dalam segmen audit
yang melewati batas toleransi sebelum memperhitungkan faktor efektivitas SPI.
CR: (Control Risk), adalah ukuran penetapan auditor akan kemungkinan salah saji yang melewati
batas toleransi yang tidak terdeteksi SPI.
h. Planned Detection Risk
1. Tergantung pada ketiga faktor lainnya
2. Menentukan nilai bukti substantif yang direncanakan untuk dikumpulkan. Jadi, banyak bukti yang
dikumpulkan berbanding terbalik dengan PDR.
i. Risiko Perjanjian (Engagement Risk)
adalah risiko yang akan diderita auditor atau KAP akibat hubungan dengan klien, walaupun laporan audit telah
dibuat dengan benar.
j. Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Akseptibilitas Audit (Aar)
1. Derajat kebergantungan para pengguna eksternal pada laporan keuangan
2. Kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah penerbitan laporan audit
3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen.
k. Tiga Kondisi Yang Umumnya Hadir Saat Salah Saji Material Disebabkan Oleh
Kecurangan
1. Insentif/tekanan
2. Kesempatan
3. Rasionalisasi.
l. Merespon Risiko Kecurangan
1. Merancang dan melakukan prosedur audit untuk mengarah kepada risiko kecurangan yang teridentifikasi
2. Mengubah keseluruhan perilaku audit untuk merespon risiko kecurangan yang teridentifikasi
3. Melakukan prosedur untuk mengarahkan risiko manajemen menguasai.
m. Faktor Yang Harus Ditelaah Dalam Menentukan Risiko Bawaan (Ir):
1. Sifat usaha klien
2. Integritas manajemen
3. Motivasi klien
4. Hasil audit sebelumnya
5. Penugasan pertama atau ulang
6. Hubungan istimewa
7. Transaksi tidak rutin
8. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi secara benar
9. Kerentanan thd kecurangan
10. Unsur-unsur populasi.
n. Hubungan Risiko Dengan Bukti Audit
Situasi AAR IR CR PDR Jumlah Bukti
yang
Diperlukan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi TInggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang
o. Hubungan Antara Risiko, Materialitas, Dan Bukti Audit
Risiko merupakan pengukuran atas ketidakpastian, materialitas merupakan pengukuran atas besaran atau
ukuran. Risiko dan materialitas mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu.
p. MEngevaluasi Hasil

𝑨𝒄𝑨𝑹 = 𝑰𝑹 𝒙 𝑪𝑹 𝒙 𝑨𝒄𝑫𝑹

AcAR: (Achieved Audit Risk), adalah risiko suatu akun dalam laporan keuangan mengandung salah
saji material setelah auditor melakukan pengumpulan bukti audit
AcDR: (Achieved Detection Risk), adalah risiko bukti audit yang dikumpulkan bagi suatu segmen
tidak dapat mendeteksi salah saji yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat diterima,
jika memang salah saji seperti itu ada. AcDR dapat dikurangi dengan mengumpulkan bukti
substantif
Berdasarkan penelitian, penggunaan formula ini kurang tepat karena mengakibatkan diperolehnya AcDR yang
lebih rendah daripada yang seharusnya. Tiga cara untuk mengurangi tingkat AcDR hingga mencapai tingkat risiko
yang dapat diterima:
1. Mengurangi Inheren Risk
2. Mengurangi Control Risk
3. Meningkatkan pengujian substantif.
q. Merevisi Risiko Dan Bukti Audit
1. Merevisi penilaian awal tentang tingkat risiko yang tepat
2. Mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut terhadap kebutuhan akan bukti audit, tanpa mempergunakan
model risiko audit.

PENGENDALIAN INTERNAL DAN RISIKO KENDALI


a. Pengertian Spi:
SPI terdiri dari kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan dan
sasaran penting perusahaan dapat dicapai. SPI disusun untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan.
b. Kepentingan Manajemen :
1. Accounting Control :
a. Keandalan (akurasi) Laporan Keuangan
b. Mengamankan aset dan catatan
2. Administrative Control :
a. Ketaatan pada kebijakan/prosedur/hukum dan peraturan
b. Mendorong efisiensi dan efektivitas
c. Kepentingan Auditor / Alasan Memahami Spi (Psa 23/Sa 319):
1. Keandalan laporan keuangan
2. Penekanan pada pengendalian atas golongan transaksi.
d. Konsep Utama Mendasari Studi Pengendalian Internal Dan Penilaian Dari Risiko
Kendali
1. Tanggung jawab manajemen; manajemen yang harus menetapkan dan memelihara pengendalian internal
2. Jaminan yang wajar; perusahaan perlu mengembangkan pengendalian internal yang memberikan jaminan
wajar bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar
3. Pembatasan inheren; pengendalian internal tidak pernah dapat dianggap sepenuhnya efektif, dengan
mengabaikan perhatian yang diikuti dalam rancangan dan implementasi.
e. Tujuan Spi
1. validity
2. valuation
3. classification
4. Timeliness
5. posting and summary
6. Completeness
7. Otorisasi.
f. Efek Teknologi Informasi Atas Pengendalian Internal
Jika klien menggunakan TI dalam memproses dan mengatur informasi, maka auditor:
1. Mempertimbangkan bagaimana risiko TI bisa mengakibatkan salah saji
2. Ada kemungkinan harus meningkatkan pemahaman auditor akan pengendalian sistem untuk merancang uji
pengendalian yang efektif dan uji substantif
3. Memahami atau menguji pengendalian TI.
g. Elemen SPI:
1. Lingkungan Pengendalian
a. Integritas/nilai etika
b. Komitmen thd kompetensi
c. Falsafah manajemen dan gaya operasi
d. Struktur Organisasi
e. Dewan Komisaris dan Komite Audit
f. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
g. Kebijakan dan prosedur kepegawaian.
2. Penilaian Risiko
identifikasi dan analisis oleh manajemen atas risiko relevan terhadap penyiapan laporan keuangan agar sesuai
GAAP.
3. Aktifitas pengendalian
a. pemisahan kewajiban yang memadai
 Pemisahan penjagaan aset dari akuntansi
 Pemisahan otorisasi transaksi dari penjagaan aset terkait
 Pemisahan tanggung jawab operasional dari tanggung jawab penyimpanan-catatan
 Pemisahan kewajiban TI dari Departemen Pemakai.
b. Otorisasi yang sesuai dari transaksi dan aktivitas
 Otorisasi umum: manajemen menetapkan kebijakan untuk diikuti oleh organisasi
 Otorisasi khusus: berlaku bagi transaksi individual.
c. Dokumen dan catatan memadai
 Bernomor berurutan
 Disiapkan pada saat transaksi berlangsung atau segera setelah itu
 Sederhana, mudah dipahami
 Dirancang untuk berbagai penggunaan, jika mungkin, untuk memperkecil jumlah formulir yang
berbeda
 Dibuat dengan cara yang mendorong persiapan yang benar (ada pemeriksaan internalnya)
d. Pengendalian fisik atas aset dan catatan.
e. Pemeriksaan independen atas penampilan (verifikasi internal)
4. Informasi dan Komunikasi
Untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi entitas serta memelihara akuntabilitas aset
terkait. Untuk memahami perancangan sistem informasi akuntansi, auditor menentukan:
a. Kelas utama transaksi
b. Bagaimana transaksi dimulai dan dicatat
c. Arsip akuntansi apa yang telah ada dan sifatnya
d. Bagaimana sistem menangkap peristiwa lain yang penting bagi laporan keuangan
e. Sifat dan rincian proses pelaporan keuangan yang diikuti
Pengoperasian sistem informasi akuntansi ditentukan dengan menelusuri satu atau beberapa transaksi (walk-
through transaction).
5. Pengawasan (Monitoring): Audit intern.

h. Pemahaman SPI Untuk Rencana Audit


1. Menentukan auditability Laporan Keuangan atau keandalan Laporan Keuangan  integritas manajemen,
sifat dan luas catatan akuntansi dan bukti yang kompeten
2. Mengetahui potensi salah saji yang material  identifikasi kekeliruan/ ketidakberesan potensial dan
menentukan risikonya
3. Menentukan Detection Risk  diterapkan untuk setiap audit objective  mempengaruhi PDR
4. Perancangan Pengujian  pengujian terinci atas saldo/transaksi, prosedur analisis, pengujian substantif
i. Prosedur Berkaitan Dengan Perancangan Dan Penempatan Dalam Operasi
1. pengalaman auditor periode sebelumnya
2. tanya jawab dengan klien
3. kebijakan dan pedoman sistem klien
4. inspeksi dokumen dan catatan
5. pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha
j. Dokumentasi Pemahaman
1. deskripsi naratif
2. bagan arus
3. kuesioner pengendalian intern
k. Menilai Risiko Pengendalian
1. Empat penilaian spesifik untuk sampai di penilaian awal
a. Apakah laporan keuangan dapat diaudit
b. Menetapkan tingkat CR yang didukung pemahaman yang diperoleh
c. Menetapkan apakah tingkat CR yang lebih rendah dapat didukung
d. Memutuskan tingkat CR yang ditetapkan pantas
2. Identifikasi tujuan audit berkait transaksi
3. Identifikasi pengendalian spesifik
4. Identifikasi dan evaluasi kelemahan
a. Identifikasi pengendalian yang ada
b. Identifikasi ketiakhadiran pengendalian kunci
c. Tentukan salah saji material potensial yang bisa dihasilkan
d. Pertimbangkan kemungkinan pengendalian kompensasi
5. Matriks Resiko Pengendalian
6. Menetapkan CR
7. Mengkomunikasikan kondisi yang dapat dilaporkan dan masalah terkait (komunikasi komite audit, surat
manajemen)
l. Ujian Pengendalian
1. Perbedaan:
a. Prosedur untuk memperoleh pemahaman  untuk mendapatkan bukti tentang rancangan dan
penempatan dalam operasi selama tahap pemahaman
b. Pengujian pengendalian  untuk menguji efektivitas yang mendukung pengurangan cr (risiko
pengendalian) yang ditetapkan
2. Prosedur untuk memperoleh pemahaman itu meliputi
a. Mendapatkan pemahaman lingkungan pengendalian
b. Mengidentifikasikan pengendalian spesifik yang akan mengurangi CR dan melakukan penetapan CR
c. Menguji efektivitas pengendalian
3. Sedangkan pengujian pengendalian
a. Prosedur  tanya jawab, pemeriksaan dokumen/catatan/laporan, observasi kegiatan, pelaksanaan
ulang
b. Tingkat prosedur  bukti tahun lalu, tidak seluruh periode audit diuji, merotasi ujian pengendalian
c. Hubungan pengujian pengendalian dan prosedur untuk memperoleh pemahaman  pengujian
pengendalian pada pengendalian akuntansi, dan dilakukan bila rencana tingkat cr < maks.
m. Hubungan SPI Dengan Bahan Bukti
1. Pemahaman yang diperoleh atas SPI digunakan untuk menentukan tingkat Control Risk (CR).
2. Sebagai langkah awal, biasanya ditetapkan CR yang tinggi, kemudian dilihat kemungkinan untuk menurunkan
CR yang tinggi tersebut ( untuk meningkatkan PDR dan menurunkan PAE = Planned Audit Evidence)
3. Untuk itu dilakukan Test of Control untuk mendukung tingkat CR yang lebih rendah dari maksimal.
4. Setelah CR ditentukan, maka PDR dapat ditetapkan untuk tiap audit objective (dari model risiko audit)
5. CR mempengaruhi PDR, dan PDR akan mempengaruhi bahan bukti yang direncanakan.

KESELURUHAN RENCANA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT


a. Jenis Pengujian Audit
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas SPI
Fokus  rancangan dan aspek struktur SPI sampai dengan seluas mana yang diperlukan untuk dapat
merencanakan audit dengan efektif.
Titik kritis  persyaratan untuk mendukung pemahaman yang diperoleh dengan bahan bukti
Tujuan  memberikan pemahaman dan bukti untuk mendukung hal itu dengan menetapkan CR relatif
terhadap tujuan IC (Internal Control) yang ada
Jenis prosedur audit :
a. pengalaman auditor periode sebelumnya
b. tanya jawab dengan pegawai perusahaan
c. pemeriksaan dokumen dan catatan
d. pemeriksaan pedoman kebijakan dan sistem
e. pengamatan aktivitas dan operasi
2. Test of Control
 prosedur yang digunakan untuk memperoleh bukti yang dapat mendukung penetapan CR relatif terhadap
tujuan IC
Test of control diarahkan pada efektivitas control : rancangan dan operasi, mencakup bukti sebagai berikut:
a. tanya jawab dengan pegawai klien
b. pengamatan berhubungan dengan pengendalian
 pemeriksaan dokumen dan catatan
 pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur klien
Perbedaan 1 dan 2  pada test of control : tujuan lebih spesifik dan pengujian lebih intensif
3. Substantive test of transactions
 prosedur yang dirancancang untuk menguji kekeliruan atau kecurangan dalam bentuk uang (kekeliruan
moneter) yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo Laporan Keuangan.  merupakan indikasi yang
jelas terjadinya salah saji dalam perkiraan Laporan Keuangan
Tujuan  menentukan apakah transaksi pembukuan klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan
diiktisarkan dalam jurnal dengan benar dan dipindahbukukan ke GL dan buku tambahan dengan benar.
Test of control dapat dilaksanakan terpisah dari pengujian lainnya, tetapi untuk efisiensi, sering dilaksanakan
bersama substantive test  dokumentasi dan pelaksanaan ulang untuk transaksi yang sama
4. Analytical Procedures
Tujuan utamanya dalam audit saldo akun adalah menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan
keuangan dan mengurangi uji rincian saldo.
5. Test of Details of Balances
 memusatkan pada saldo akhir GL untuk B/S atau I/S, tetapi penekanan utama pada saldo neraca.
 penting karenan bukti dapat diperoleh dari sumber yang independen sehingga kualitasnya tinggi
Tujuan  memberikan kebenaran moneter atas perkiraan yang berkaitan (pengujian substantif)
b. Hubungan Jenis Pengujian Dan Bukti
Jenis Bahan Bukti

Dokumenta
Pemeriksaa

Pengamata

Pelaksanaa
Konfirmasi

Prosedur
Jenis pengujian

dengan
n ulang

analitis
jawan
Tanya
n fisik

klien
si

n
Prosedur untuk mendapat pemahaman atas SPI V V V
Test of Control V V V V
Substantive test of transactions V V V
Analytical Procedures V V
Test of Details of Balances V V V V V
c. Hubungan Pengujian Dan Biaya
Jenis pengujian dari biaya rendah ke tinggi : Analytical Procedures Prosedur untuk memperoleh pemahaman
atas SPI  Test of Control  Substantive test of transactions  Test of Details of Balances.
d. Hubungan Analytical Procedure Dan Substantive Test
Ketika fluktuasi prosedur analitis tidak biasa dikenali, uji substantif dan uji rincian saldo harus dilakukan untuk
menentukan apakah salah saji moneter sudah benar-benar terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis dan
percaya kemungkinan salah saji material kecil, uji substantif lainnya dapat dikurangi.
e. Hubungan Test Of Control Dan Substantive Test:
Perbedaan makna penyimpangan :
1. Test of control  indikasi kemungkinan kekeliruan atau ketidakberesan yang mempengaruhi nilai rupiah
Laporan Keuangan
2. Substantive Test  salah saji Laporan Keuangan.
f. Trade-Off Test Of Control Dan Substantive Test
Dalam perencanaan, dibuat keputusan : apakah CR dapat ditetapkan di bawah maksimum  dilaksanakan Test of
control untuk mendukung CR yang ditetapkan  jika CR rendah, PDR ditingkatkan sehingga Substantive Test
dapat dikurangi.
g. Perancangan Program Audit
1. Pengujian atas transaksi
Mencakup bagian penjelasan yang diperoleh mengenai struktur pengendalian internal, gambaran prosedur
yang dilaksanakan untuk memahaminya, dan rencana CR yang ditetapkan.
2. Prosedur analitis
a. tahap perencanaan  membantu auditor menentukan bukti lain yang diperlukan untuk memenuhi PDR
b. tahap pelaksanaan  bersama dengan test of transaksi dan test of balances
c. tahap penyelesaian  pengujian kelayakan akhir.
3. Pengujian terinci atas saldo
Pengujian terinci atas saldo  paling sukar pada saat perencanaan, subyektif, dan perlu pertimbangan
profesional, meliputi:
a. Tentukan materialitas serta tetapkan AAR dan IR untuk A/R
b. Tetapkan CR
c. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis
d. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit.
H. Ikhtisar Proses Audit
1. Perencanaan dan perancangan pendekatan audit
a. Perencanaan awal
b. Dapatkan informasi tentang latar belakang
c. Dapatkan informasi tentang kewajiban hukum klien
d. Laksanakan prosedur analistis pendahuluan
e. Tentukan materialitas dan tetapkan AAR dan IR
f. Memahami Struktur PI dan menetapkan
g. Kembangkan rencana dan program audit secara menyeluruh
2. Pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
a. Merencanakan untuk mengurangi tingkat CR yang ditetapkan; bila tidak ke langkah 2.c.
b. Lakukan Test of control  untuk mendapatkan bahan bukti yang mendukung kebijakan dan prosedur
pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat CR yang ditetapkan
c. Lakukan substantive test of transaction  untuk memperoleh bukti yang mendukung kebenaran
moneter transaksi
d. Tetapkan kemungkinan salah saji dalam Laporan Keuangan  rendah, sedang, tinggi atau tidak
diketahu
3. Pelaksanaan prosedur analitis dan pengujian terinci atas sal do
a. Tujuan : memperoleh bahan bukti tamb yang cukup untuk menentukan. Apakah saldo akhir dan cat.
kaki pada Laporan Keuangan dinyatakan dengan wajar.
b. Luas dan sifat pengujian tgt hasil pada tahap I dan II.
Langkah :
 Lakukan prosedur analitis  prosedur yang digunakan untuk menetapkan kelayakan menyeluruh
transaksi dan saldo
 Lakukan pengujian terinci atas saldo  prosedur khusus yang diarahkan untuk menguji
kekeliruan moneter dalam saldo Laporan Keuangan.
 Lakukan pengujian terinci tambahan  dari uji petik
4. Penyelesaian audit dan penerbitan laporan
a. Telaah kewajiban bersyarat  kewajiban potensial yang harus diungkapkan dalam footnote; sebagian
dicari dalam tahap I s.d. II dengan tambahan pengujian pada tahap IV
b. Telaah peristiwa kemudian  sesudah tanggal neraca sebelum tanggal laporan/ audit yang
mempengaruhi informasi yang disajikan
c. Kumpulkan bahan bukti akhir  prosedur analitisa akhir: evaluasi asumsi kelangsungan hidup,
mendapatkan surat pernyataan klien, dan membaca informasi dalam laporan tahunan untuk
menjamin konsistensi Laporan Keuangan
d. Evaluasi hasil
e. Terbitkan laporan audit  jenis laporan audit tergantung bahan bukti yang dikumpulkan dan temuan
audit
f. Bicarakan dengan komite audit dan manajemen  untuk masalah SPI atau masalah lain saat
penyelesaian audit atau sesudahnya; dan dibuat usulan perbaikan kinerja bisnis.

i. Dampak Ti Pada Pengujian Audit:


saat auditor menguji pengendalian manual yang bersandar pada laporan yang dihasilkan TI, mereka harus
mempertimbangkan baik efektivitas tinjauan ulang (review) manajemen dan pengendalian yang
berhubungan dengan akurasi informasi dalam laporan.

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS: PENGUJIAN


PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI
Siklus penjualan dan penerimaan kas adalah siklus yang meliputi keputusan dan proses yang diperlukan untuk
mengalihkan kepemilikan atas barang dan jasa yang telah tersedia untuk dijual kepada pelanggan, dimulai dengan
permintaan oleh pelanggan dan berakhir dengan perubahan barang/jasa menjadi piutang usaha dan menjadi kas.
a. Golongan Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, Dan Dokumen/Catatan Terkait:

Golongan Transaksi Account terkait Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan

Penjualan  Penjualan  Pemrosesan order Order pelanggan, order


 Piutang Usaha pelanggan penjualan, order pelanggan atau
 Persetujuan order penjualan, dokumen
penjualan kredit pengiriman, faktur penjualan,
 Pengiriman barang jurnal penjualan, laporan
 Penagihan ke ikhtisar penjualan, berkas induk
konsumen dan piutang usaha, neraca saldo
pencatatan piutang usaha, rekening bulanan
penjualan
Penerimaan kas  Kas di Bank  Pemrosesan dan Nota pembayaran, Daftar
 Piutang usaha pencatatan penerimaan kas, Jurnal
penerimaan kas penerimaan kas
Retur dan  Retur dan  Pemrosesan dan Nota Kredit, Jurnal retur dan
pengurangan harga pengurangan pencatatan retur pengurangan harga penjualan
penjualan harga penjualan dan pengurangan
 Piutang usaha harga penjualan
Penghapusan piutang  Piutang Usaha  Penghapusan Formulir otorisasi penghapusan
tak tertagih  Penyisiha piutang piutang tak tertagih piutang
tak tertagih
Beban piutang tak  Beban piutang  Penyisihan piutang -
tertagih tak tertagih
 Penyisihan
piutang tak
tertagih
b. Aspek Paling Penting Dari Penagihan
1. Semua pengiriman telah ditagih(completeness)
2. Tidak ada penagihan yangt ditagih lebih dari satu kali (occurrence)
3. Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat (accuracy).
c. Dokumen Dan Catatan
1. Bill of lading kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pengiriman barang antara pembawa dan penjual
2. Faktur penjualan menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang dijual, harga, ongkos angkut, asuransi,
syarat, dan data relevan lainnya. Faktur ini merupakan metode untuk menunjukkan pada pelanggan jumlah
penjualan dan jatuh tempo
3. File transaksi penjualan file yang dihasilkan komputer yang mencantumkan semua transaksi penjualan yang
diproses oleh sistem akuntansi selama suatu periode
4. Jurnal penjualan atau listing laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan, mengidentifikasi apakah
penjualannya tunai atau kredit
5. Neraca saldo piutang usaha daftar atau laporan yang menunjukkan jumlah piutang dari setiap pelanggan
pada satu titik waktu
6. Laporan bulanan dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik kepada setiap pelanggan
yang menunjukkan saldo awal piutan usahanya, jumlah dan tanggal setiap penjualan, pembayaran kas yang
diterima, memo kredit yang diterbitkan, dan saldo akhir yang jatuh tempo
7. Remittance advice dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya dikembalikan kepada penjual
beserta pembayaran kas, digunakan untuk verifikasi.
8. Prelisting penerimaan kas daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang tidak memiliki
tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, atau kas, dan yang tidak memiliki akses ke catatan
akuntansi, digunakan untuk memverifikasi.
d. Metodologi Perancangan Pengujian Atas Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi Untuk Penjualan
1. Memahami struktur pengendalian intern penjualan : mempelajari flow chart sistem penjualan klien,
menyiapkan kuisioner untuk pengendalian intern, dan menjalankan uji “walkthrough” atas penjualan.
2. Menaksir resiko pengendalian yang direncanakan : terdiri dari empat tahap:
a. Menentukan kerangka acuan, terdapat 6 tujuan audit berkait transaksi yaitu:
 Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan kepada pelanggan yang nonfiktif
(existency)
 Penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan)
 Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim, ditagih dan dicatat dengan benar
(akurasi)
 Transaksi penjualan diklasifikasi dengan sesuai
 Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat
 Transaksi penjualan dimasukkan dengan pantas dalam berkas induk, dan diikhtisarkan dengan benar
(posting dan pengikhtisaran)
b. Mengidentifikasi pengendalian intern kunci untuk penjualan dan kelemahannya.
c. Memadukan pengendalian intern kunci dan kelemahannya tersebut dengan tujuan audit
d. Menaksir resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi kelemahan dan pengendalian
tujuan
3. Menentukan luas pengujian pengendalian
4. Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan, untuk mengurangi resiko pengendalian yang
ditetapkan.
5. Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk menentukan apakah ada kesalahan moneter
atau penyimpangan dalam transaksi penjualan.

e. Tujuan Audit Yang Berkaitan Dengan Transaksi, Ppengujian Pengendalian, Dan


Pengujian Substantif Atas Transaksi Penjualan
Tujuan Audit yang
Pengujian Substantif atas Transaksi
Berkaitan dengan Pengujian Pengendalian
Penjualan
Transaksi
Penjualan yang  Memeriksa pesanan pelanggan  Memeriksa urutan faktur penjualan
dicatat adalah yang menyangkut bukti persetujuan
benar-benar dikirim kredit  Mereview jurnal penjualan dan file induk
kepada pelanggan  Memeriksa faktur penjualan untuk untuk transaksi dan jumlah yang tidak
non-fiktif mendukung bill of lading dan biasa
(keterjadian) pesanan pelanggan  Menelusuri ayat jurnal penjualan ke
 Memeriksa file total batch untuk dokumen pendukung, yang mencakup
melihat tanda tangan klerk faktur penjualan duplikat, bill of lading,
pengendalian data pesanan penjualan, dan pesanan
 Mengamati apakah laporan bulanan pelanggan
telah dikirim
Transaksi penjualan  Memeriksa urutan dokumen Menelusuri dokumen pengiriman terpilih ke
yang ada telah pengiriman jurnal penjualan untuk memastikan bahwa
dicatat  Memeriksa file total batch semuanya telah dimasukkan
(kelengkapan) menyangkut tanda tangan klerk
pengendalian data
Penjualan yang  Memeriksa dokumen pendukung  Menelusuri ayat jurnal dalam jurnal
dicatat adalah dari faktur penjualan penjualan ke faktur penjualan
sebesar jumlah  Memeriksa file total batch untuk  Menghitung kembali harga dan
barang yang melihat tanda tangan klerk perkalian pada faktur penjualan
dikirimkan dan pengendalian data
ditagih serta dicatat  Memeriksa daftar harga yang  Menelusuri rincian pada faktur
dengan benar disetujui untuk melihat keakuratan penjualan ke
(akurasi) dan otorisasi yang tepat Dokumen pengiriman
 Mengamati apakah laporan bulanan Pesanan penjualan
telah dikirim Pesanan pelanggan
Transaksi penjualan  Memeriksa bukti bahwa file induk  Menelusuri faktur penjualan terpilih dari
dimasukkan dengan piutang usaha telah direkonsiliasi jurnal penjualan ke file induk piutang
benar ke dalam file dengan buku besar umum usaha dan menguji jumlah, tanggal,
induk piutang usaha serta nomor faktur
dan diikhtisarkan  Mengamati apakah laporan bulanan  Menggunakan perangkat lunak audit
dengan benar telah dikirimkan kepada pelanggan untuk mem-foot dan cross-foot jurnal
(posting dan setiap bulan penjualan serta menelusuri totalnya ke
ikhtisar) buku besar umum
Transaksi penjualan Memeriksa paket dokumen untuk Memriksa salinan faktur penjualan per
diklasifikasikan verifikasi internal klasifikasi akun yang tepat
dengan benar
(klasifikasi)
Penjualan dicatat Memeriksa urutan dokumen Membandingkan tanggal pencatatan
pada tanggal yang pengiriman penjualan ke dalam jurnal penjualan
benar (waktu) dengan salinan faktur penjualan dan bill of
lading

f. Retur Dan Pengurangan Harga Penjualan


Biasanya pos ini tidak material, namun perlu diperhatikan penekanannya pada pengujian keberadaan transaksi
yang dicatat sebagai cara untuk menemukan adanya kemungkinan pengalihan kas dari penagihan piutang yang
telah diterima yang dicatatsebagai retur dan pengurangan harga penjualan. (retur dan pengurangan harga
penjualan fiktif).
g. Metodologi Perancangan Pengujian Atas Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi Untuk Penerimaan Kas
Metodologi yang dikembangkan untuk merancang pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk penerimaan kas pada dasarnya sama dengan metode yang dikembangkan untuk penjualan.
h. Tujuan Audit Yang Berkaitan Dengan Transaksi, Ppengujian Pengendalian, Dan
Pengujian Substantif Atas Transaksi Penerimaan Kas
Tujuan Audit yang
Pengujian Substantif atas Transaksi
Berkaitan dengan Pengujian Pengendalian
Penjualan
Transaksi
Penerimaan kas  Mengamati apakah akuntan  Mereview jurnal penerimaan kas
yang dicatat merekonsiliasi akun bank dan file induk untuk transaksi dan
adalah dana yang jumlah yang tidak biasa
benar-benar  Memeriksa file total batch untuk  Menelusuri ayat jurnal penerimaan
diterima oleh melihat tanda tangan klerk kas dari ayat jurnal penerimaan kas
perusahaan pengendalian data ke laporan bank
(keterjadian)  Membuat bukti penerimaan kas
Kas yang diterima  Mengamati prelisting penerimaan  Memperoleh prelisting penerimaan
dicatat di jurnal kas kas dan menelusuri jumlahnya ke
penerimaan kas jurnal penerimaan kas, dengan
(kelengkapan)  Mengamati endorsement cek yang menguji nama, jumlah, dan tanggal
masuk
 Memeriksa file total batch untuk  Membandingkan prelisting dengan
melihat tanda tangan klerk salinan slip deposit
pengendalian data
 Mengamati apakah laporan
bulanan telah dikirimkan
Penerimaan kas  Mengamati apakah akuntan  Memperoleh prelisting penerimaan
disetorkan dan merekonsiliasi akun bank kas dan menelusuri jumlahnya ke
dicatat sebesar jurnal penerimaan kas, dengan
jumlah yang  Memeriksa file total batch untuk menguji nama, jumlah, dan tanggal
diterima (akurasi) melihat tanda tangan klerk
pengendalian data  Membuat bukti penerimaan kas
 Mengamati apakah laporan
bulanan telah dikirimkan
Penerimaan kas  Mengamati apakah laporan  Menelusuri ayat jurnal tertentu dari
dimasukkan bulanan telah dikirimkan jurnal penerimaan kas ke file induk
dengan benar piutang usaha dan menguji tanggal
dalam file induk  Memeriksa bukti bahwa file induk serta jumlah
piutang usaha dan piutang usaha telah direkonsiliasi
diikhtisarkan dengan buku besar umum  Menggunakan perangkat lunak
dengan benar audit untuk mem-foot dan cross-
(posting dan foot jurnal penerimaan kas serta
ikhtisar) menelusuri totalnya ke buku besar
umum
Transaksi  Memeriksa bukti verifikasi internal  Memeriksa prelisting untuk melihat
penerimaan kas klasifikasi akun yang tepat
diklasifikasikan
dengan benar
(klasifikasi)
Penerimaan kas  Mengamati kas yang belum dicatat  Membandingkan tanggal deposito
dicatat pada pada suatu titik waktu per laporan bank dengan tanggal
tanggal yang pada jurnal penerimaan kas dan
benar (waktu) prelisting penerimaan kas

Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka acuan audit. Terdapat
perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas. Yaitu identifikasi kelemahan struktur pengendalian
intern yang meningkatkan kemungkinan terjadinya fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan
auditor terhadap hal ini antara lain:
1. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi uang yang paling sulit dideteksi
auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah menelusuri dari nota pembayaran yang prenumbered atau
daftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan kas dan buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa
pengujian ini akan efektif kalau kas didaftar di cash register tape
2. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh penerimaan kas telah disetor ke
rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan adalah rekonsiliasi bank
3. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah menangguhkan pencatatan penerimaan
piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas. Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini
auditor bahwa struktur pengendalian intern penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak adanya
pemisahan tugas antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan dengan orang yang mencatat
penerimaan dari piutang tersebut.
i. Pengujian Audit Atas Piutang Tak Tertagih
Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang tak tertagih adalah keberadaan dari
penghapusan piutang tak tertagih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya kemungkinan klien untuk
menutupi defalkasi atas kas dengan menghapus piutang yang telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Yang
harus diperhatikan terhadap pengendalian intern pos ini adalah otorisasi yang pantas atas penghapusan piutang
oleh tingkat manajemen yang telah ditentukan setelah suatu penyelidikan general tentang alasan mengapa
pelanggan tidak dapat membayar.
j. Pengendalian Intern Tambahan Atas Transaksi-Transaksi Neraca
Pengendalian intern penjualan dan penerimaan kas di luar dari lima transaksi yang berkaitan dengan siklus
tersebut, yaitu nilai yang dapat direalisasi (realizable value), hak dan kewajiban, serta penyajian da
pengungkapan. Realizable value merupakan unsur yang penting, karena kolektibilitas piutang sering menjadi
perhatian utama suatu business entity. Pengendalian yang lazim adalah:
1. Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang,
2. Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur oleh orang yang berwenang dan direview dengan
semestinya
3. Kebijakan penghapusan piutang yang tidak tertagih.

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENAGIHAN: PIUTANG USAHA
a. Tujuan Audit Atas Saldo Accounts Receivable.
1. Detail tie-in: accounts receivable dibuat aging sesuai dengan master file.
2. Existence: piutang usaha yang dicatat ada
3. Completeness: semua piutang usaha telah dicatat
4. Accuracy: pencatatan piutang usaha akurat
5. Classification: pengklasifikasian piutang usaha tepat
6. Cut off: pencatatan piutang usaha terjadi pada periode yang sesuai
7. Realizable value: piutang usata dicatat memadai pada nilai yang dapat direalisasi
8. Rights: piutang usaha sah milik klien
9. Presentation and disclosure: penyajian dan pengungkapannya telah memadai.
b. Metodologi Perencangan Pengujian Terinci Atas Saldo Piutang Usaha
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha
2. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit beserta inherent risk atas accounts receivable.
3. Menetapkan control risk atas siklus sales and collection.
4. Merancang dan melaksanakan tes atas kontrol dan substantif tes atas transaksi dalam siklus sales and
collection.
5. Merencanakan dan melaksanakan prosedur analitis atas saldo accounts receivables.
6. Merencanakan tes mendetail atas saldo accounts receivable untuk memenuhi tujuan audit atas accounts
receivable.
c. Konfirmasi Atas Piutang Usaha
Pengujian terinci yang terpenting yang dilakukan dalam pengujian accounts receivable adalah konfirmasi. AICPA
mensyaratkan dilakukannya konfirmasi atas account receivable kecuali jika:
1. jumlahnya tidak material
2. konfirmasi yang diterima lambat dan diragukan keandalannya
3. inherent risk dan control risk rendah sehingga dapat digunakan prosedur alternatif pengumpulan bukti.
Keputusan penting dalam melakukan konfirmasi di antaranya:
1. Jenis konfirmasi positif (harus dijawab apakah sesuai atau tidak) atau negatif (hanya perlu dijawab jika tak
sesuai). Konfirmasi negatif dilakukan (dan sebaliknya) bila:
a. Jumlah satuan accounts receivable banyak, namun nilainya masing-masing kecil.
b. Control risk dan inherent risk rendah.
c. Tidak ada alasan konfirmasi itu tidak akan diperhatikan.
2. Waktu konfirmasi, sedekat mungkin dengan tanggal neraca.
3. Jumlah sampel yang akan dikonfirmasi.
4. Pemilihan item yang akan diuji, biasanya dilakukan dengan stratifikasi.
d. Tindak Lanjut Auditor Ketika Konfirmasi Tidak Direspon
antara lain memeriksa:
1. Penerimaan kas kemudian
2. Salinan faktur penjualan
3. Dokumen pengiriman
4. Korespondensi dengan klien.
e. Ketidaksesuaian Konfirmasi Dapat Terjadi Karena:
1. Pembayaran telah dilakukan tapi klien belum menerimanya untuk dicatat
2. Barang belum diterima
3. Barang telah dikembalikan
4. Kekeliruan klerikan dan jumlah yang diperselisihkan.

AUDIT ATAS SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN: PENGUJIAN


PENGENDALIAN, PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI DAN
HUTANG USAHA
a. Golongan Transaksi Dalam Siklus Ini:
1. Perolehan barang dan jasa
2. Pengeluaran kas
3. Retur pembelian dan pengurangan harga (kebanyakan kurang material jumlahnya)
Kelompok
Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan
Transaksi
Perolehan persediaan Pemrosesan pesanan Permintaan pembelian
properti pabrik dan pembelian Pesanan pembelian
peralatan
beban dibayar dimuka
improvement
hutang usaha
beban manufaktur
beban penjualan
beban administrasi.
Penerimaan barang dan Laporan penerimaan
jasa
Pengakuan kewajiban Berkas transaksi perolehan
Jurnal atau daftar perolehan
Faktur pemasok
Memo debet
Voucher
Berkas induk piutang usaha
Neraca saldo hutang usaha
Laporan tagihan pemasok
Pengeluaran Kas kas bank Pemrosesan dan Cek
hutang usaha pembukuan pengeluaran Berkas transaksi pengeluaran kas
potongan pembelian kas Jurnal atau daftar pengeluaran
kas

b. Dokumen Dan Catatan


1. Permintaan pembelianpermintaan barang dan jasa oleh pegawai
2. Pesanan pembeliandokumen terkait barang dan jasa yang akan dibeli perusahaan
3. Laporan penerimaan barang dokumen yg dibuat saat barang diterima
4. Berkas transaksi pembelianberkas komputer ttg transaksi perolehan dalam satu periode
5. Jurnal atau Dafar perolehanlaporan yg dihasilkan dari berkas transaksi pembelian
6. Faktur pemasokdeskripsi dan jumlah barang/jasa yg diterima,harga,ongkos angkut,syarat potongan
tunai,tanggal penerimaan kas
7. Memo debetdokumen pengurangan jumlah hutang yg menjadi hak pemasok krn pengurangan harga atau
pengembalian barang
8. Vouchermap/folder berisi paket dokumen
9. Berkas induk hutang usahaberkas mencatat masing-masing perolehan, pengeluaran kas, retur, berdasarkan
masing-masing pemasok
10. Neraca saldo hutang usahadaftar jumlah hutang ke pemasok untuk setiap faktur/voucher pada titik waktu
tertentu
11. Laporan pemasokdisusun tiap bln oleh pemasok,menunjukkan saldo awal, perolehan,retur dan
pengurangan harg, pembayaran ke pemasok, dan saldo akhir.
c. Metodologi Perancangan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi
1. Pemahaman atas Pengendalian Intern
2. Penilaian Risiko Pengendalian yang Direncanakan
a. Otorisasi pembelian atau perolehan
b. Pemisahan wewenang dan tanggung jawab
c. Pembukuan tepat waktu dan penelaahan transaksi secara independen
d. Otorisasi pembayaran
3. Evaluasi Biaya-Manfaat Pengujian dari Pengendalian
4. Perancangan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi .

d. Tujuan Audit Terkait Transaksi, Pengendalian Kunci, Pengujian Pengendalian, Dan


Pengujian Substantif Atas Transaksi Perolehan
Tujuan Audit Pengendalian Intern Pengujian Pengujian Substantif Atas
Kunci Pengendalian Transaksi
Perolehan yang dicatat  Permintaan  Periksa kebenaran  Telaah jurnal perolehan,
adalah barang dan jasa pembelian, pesanan dokumen dalam buku besar dan berkas
yang diterima, konsisten pembelian, laporan paket voucher induk hutang usaha
dengan kepentingan klien penerimaan barang, untuk jumlah yang besar
(keberadaan) faktur pemasok dan tidak biasa
dilampirkan pada
voucher  Periksa kelayakan dan
 Perolehan disetujui  Periksa indikasi keaslian dokumen
pada tingkat yang persetujuan pendukung
layak

 Komputer menerima  Usahakan  Periksa berkas induk


entri hanya dari memasukkan pemasok yang tidak biasa
pemasok yang sudah transaksi input
diotorisasi di dalam dengan pemasok
berkas induk pemasok valid dan invalid.
 Dokumen dibatalkan  Periksa indikasi  Telusuri perolehan
untuk mencegah pembatalan persediaan ke berkas
penggunaan ulang induk persediaan
 Faktur pemasok,  Periksa indikasi  Periksa aktiva tetap yang
leporan penerimaan verifikasi internal dibeli
barang, pesanan
pembelian diverifikasi
secara internal
Transaksi perolehan yang  Pesanan pembelian,  Hitung urutan  Telusuri dari berkas
ada telah dicatat laporan penerimaan, pesanan laporan penerimaan
(kelengkapan) voucher bernomor pembelian, barang dan faktur
cetak dan laporan pemasok ke jurnal
dipertanggungjawabk penerimaan, dan perolehan
an voucher
Transaksi perolehan dicatat  Verifikasi intern atas  Periksa indikasi  Bandingkan transaksi
secara akurat (akurasi) perhitungan dan verifikasi intern yang dicatat dalam jurnal
jumlah perolehan dengan
dokumen pendukung
 Total batch  Periksa berkas  Hitung ulang keakuratan
dibandingkan dengan total batch untuk klerikal atas faktur
laporan ikhtisar indikasi klerk pemasok
komputer pengendali data

 Perolehan disetujui  Periksa indikasi


sesuai harga dan persetujuan
potongan
Transaksi diklasifikasikan  Bagan akun yang  Periksa pedoman  Bandingkan klasifikasi
dengan benar (klasifikasi) memadai prosedur dan dengan bagan akun
bagan akun dengan mengacu kepada
faktur pemasok
 Klasifikasi akun  Periksa indikasi
diverifikasi internal verifikasi internal
Transaksi dicatat pada  Prosedur  Periksa pedoman  Bandingkan tanggal dari
tanggal yang benar (tepat mengharuskan pen- prosedur dan laporan penerimaan ba-
waktu) catatan transaksi amati apabila rang dan faktur pembe-
sesegera mungkin terdapat faktur lian dengan tanggal da-
setelah barang dan pembelian yang lam jarak perolehan
jasa diterima tidak dicatat

 Tanggal diverifikasi  Periksa indikasi


internal verifikasi internal
Transaksi perolehan  Verifikasi intern atas  Periksa indikasi  Uji akurasi klerikal de-
dimasukkan dengan isi berkas induk verifikasi internal ngan memeriksa pen-
semestinya ke dalam hutang usaha jumlahan ke bawah dan
berkas induk hutang usaha menelusuri posting ke
dan persediaan serta  Berkas induk atau  Selidiki indikasi buku besar dan berkas
diikhtisarkan dengan benar total neraca saldo pemeriksaan induk hutang usaha dan
(posting dan hutang usaha secara internal persediaan
pengikhtisaran) dibandingkan dengan dan inisial pada
saldo buku besar rekening buku
besar umum
menandakan
perbandingan

e. Tujuan Audit Terkait Transaksi, Pengendalian Kunci, Pengujian Pengendalian, Dan


Pengujian Substantif Atas Transaksi Pengeluaran Kas
Pengendalian Intern Pengujian Pengujian Substantif Atas
Tujuan Audit
Kunci Pengendalian Transaksi
Pengeluaran kas yang  Pemisahan tugas yang  Bahas dengan  Telaah jurnal penerimaan
dicatat adalah barang dan memadai antara pegawai dan kas, buku besar dan
jasa yang diterima, hutang usaha dan observasi aktivitas berkas induk hutang
konsisten dengan berwenang usaha untuk jumlah yang
kepentingan klien menandatangani cek besar dan tidak biasa
(keberadaan)  Dokumen pendukung  Telusuri cek yang
diperiksa sebelum dibatalkan ke entri jurnal
penandatanganan cek penerimaan terkait,
oleh orang yang periksa jumlah dan nama
diotorisasi penerima
 Persetujuan  Periksa indikasi  Telusuri cek yang
pembayaran pada saat persetujuan dibatalkan untuk tanda
cek ditandatangani tangan otorisasi,
persetujuan yang layak,
dan pembatalan oleh
bank
 Periksa dokumen
pendukung
Transaksi pengeluaran kas  Cek bernomor cetak  Hitung urutan cek  Rekonsiliasi pengeluaran
yang ada telah dicatat dan kas yang dibukukan
(kelengkapan) dipertanggungjawabka  Periksa rekonsiliasi dengan bukti
n bank dan pengeluaran kas
 Rekonsiliasi bank tiap observasi
bulan oleh orang yang persiapannya
independen

Transaksi pengeluaran kas  Kalkulasi dan jumlah  Periksa indikasi  Bandingkan cek yang
dicatat secara akurat harus diverifikasi verifikasi internal dibatalkan dengan jurnal
(akurasi) internal perolehan terkait dengan
entri jurnal pengeluaran
kas
 Rekonsiliasi bank tiap  Periksa rekonsiliasi  Hitung ulang potongan
bulan oleh orang yang bank dan kas
independen observasi  Siapkan bukti
persiapannya pengeluaran kas
Transaksi diklasifikasikan  Bagan akun memadai  Periksa pedoman  Bandingkan klasifikasi
dengan benar (klasifikasi) prosedur dan dengan bagan akun
bagan akun dengan mengacu kepada
 Verifikasi internal atas  Periksa indikasi faktur pemasok
klasifikasi verifikasi internal
Transaksi dicatat pada  Prosedur  Periksa pedoman  Bandingkan tanggal pada
tanggal yang benar (tepat mengharuskan pen- prosedur dan cek yang dibatalkan
waktu) catatan transaksi amati kapan dengan jurnal
sesegera mungkin pembukuan pengeluaran kas
setelah barang dan dilakukan
jasa diterima  Periksa indikasi  Bandingkan tanggal cek
 Tanggal diverifikasi verifikasi internal yang dibatalkan dengan
internal tanggal pembatalan bank
Transaksi perolehan  Verifikasi intern atas  Periksa indikasi  Uji akurasi klerikal de-
dimasukkan dengan isi berkas induk verifikasi internal ngan menghitung pen-
semestinya ke dalam berkas penggajian jumlahan ke bawah jurnal
induk hutang usaha dan  Berkas induk  Periksa inisial atas penggajian dan
persediaan serta penggajian akun buku besar menelusuri posting ke
diikhtisarkan dengan benar dibandingkan dengan yang mengindikasi buku besar dan berkas
(posting dan total buku besar perbandingan induk hutang usaha
pengikhtisaran)

f. Metodologi Perancangan Pengujian Terinci Atas Saldo Hutang Usaha


1. Identifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi hutang usaha
2. Tetapkan salah saji yang dapat ditolerir dan menilai risiko bawaan
3. Menilai risiko pengendalian serta merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi
4. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis
5. Merancang dan melaksanakan pengujian terinci atas saldo hutang usaha.
g. Tujuan Audit Terkait Saldo Dan Pengujian Terinci Atas Saldo Hutang Usaha
Tujuan Audit Terkait Saldo Prosedur Pengujian Terinci atas Saldo yang Umum
Hutang usaha dalam daftar hutang usaha cocok Jumlahkan ulang daftar hutang usaha
dengan berkas induk hutang usaha terkait, dan Telusuri totalnya ke buku besar
totalnya benar dibukukan dan cocok dengan buku Telusuri faktur masing-masing pemasok ke berkas induk
besar (detail tie in) berdasarkan nama dan jumlah
Hutang usaha dalam daftar hutang usaha adalah Telusuri dari daftar hutang usaha ke laporan tagihan dan
abash (existence) faktur pemasok
Konfirmasi hutang usaha tekankan pada jumlah yang kecil
Hutang usaha yang ada terdapat pada daftar Pengujian kewajiban lewat waktu
hutang usaha (completeness)
Hutang usaha dalam daftar hutang usaha Telaah daftar dan berkas induk
diklasifikasikan dengan memadai
Transaksi dalam siklus perolehan dan Pengujian kewajiban lewat waktu
pembayaran dibukukan ke periode yang sesuai Pengujian terinci sebagai bagian dari obesrvasi fisik
(cut off) persediaan
Pengujian persediaan dalam perjalanan
Perusahaan mempunyai kewajiban untuk Periksa laporan tagihan pemasok dan konfirmasi hutang
membayar sejumlah yang terutang (NRV) usaha
Rekening dalam akuisisi dan siklus pembayaran Telaah laporan keuangan
secara layak ditampilkan dan diperlihatkan
(presentation and disclosure)

h. Pengujian Kewajiban Lewat Waktu


1. Periksa dokumentasi yang mendasari pengeluaran kas periode akuntansi berikutnya
2. Periksa dokumentasi yang mendasari tagihan yang belum dibayarkan beberapa minggu setelah akhir tahun
3. Telusuri laporan penerimaan yang dibuat sebelum akhir tahun ke faktur pemasoknya
4. Telusuri laporan pemasok yang memperlihatkan saldo terhutang ke neraca saldo
5. Kirimkan konfirmasi ke pemasok yang saldo kecil atau nol (zero balance confirmation).
i. Pengujian Pisah Batas
1. Observasi fisik persediaan pada akhir tahun (periode)
2. Memeriksa persediaan yang masih dalam perjalanan
j. Perbedaan Faktur Pemasok Dan Laporan Tagihan Pemasok
1. Faktur Pemasokbukti pembelian;lebih andal dalam memberikan verifikasi transaksi krn auditor
memverifikasi masing-masing transaksi dan fakturnya akan menunjukkan rincian perolehan tsb
2. Laporan Tagihan Pemasokkonfirmasi;lebih andal dalam memberikan verifikasi hutang usaha krn di
dalamnya tercakup saldo akhir .
k. Perbedaan Laporan Tagihan Pemasok Dan Konfirmasi
1. Laporan tagihan pemasok informasinya berasal dari pihak ketiga namun telah ada di tangan klien
2. Konfirmasi informasinya berasal dari pihak ketiga tetapi langsung ke tangan auditor
Tetapi biasanya kalo sudah ada laporan tagihan pemasok, konfirmasi tidak dilakukan

MELENGKAPI PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN


PEMBAYARAN: VERIFIKASI AKUN TERPILIH
a. Audit Properti, Bangunan Pabrik, Dan Peralatan
i. Peralatan manufaktur diaudit dengan cara yang berbeda karena:
1. Biasanya hanya ada sedikit transaksinya pada tahun berjalan
2. Jumlahnya seringkali material
3. Penambahannya kemungkinan besar akan tercatat dan bertahan dalam catatan-catatan akuntansi untuk
beberapa tahun
Karena alasan tsb penekanan pelaksanaan auditnya diberikan pada verifikasi perolehan tahun berjalan
ii. KATEGORI PENGUJIAN
1. Prosedur analitis
a. Bandingkan beban penyusutan dibagi dengan biaya peralatan pabrik tahun sebelumnya.
b. Bandingkan akumulasi penyusutan dibagi dengan biaya peralatan pabrik tahun sebelumnya.
c. Bandingkan beban perbaikan dan pemeliharaan bulanan dan tahunan, beban perlengkapan kantor, beban
peralatan kecil, dengan akun-akun yang sama pada tahun sebelumnya.
d. Bandingkan biaya pabrik dengan beberapa ukuran produksi tahun sebelumnya.
2. Verifikasi:
a. Perolehan tahun berjalanuji rinci saldo
b. Pelepasan tahun berjalan skedul pelepasan
c. Saldo akhir akun aktivarincian berkas induk dgn buku besarnya
d. Beban penyusutankonsistensi metode,keakuratan
e. Saldo akhir akumulasi penyusutantelusuri transaksi terpilih pada catatan akumulasi penyusutan dan
berkas induk property.
b. Audit Biaya Dibayar Di Muka (Contohnya Asuransi)
i. PENGENDALIAN INTERN
1. Pengendalian atas perolehan dan pembukuan asuransi
2. Pengendalian atas register asuransi
3. Pengendalian atas beban asuransi
Register asuransi adalah catatan mengenai polis asuransi yang sedang berlaku dan tanggal jatuh tempo setiap
polis tersebut.
ii. PENGUJIAN
1. Prosedur analitis
a. Membandingkan total asuransi di bayar di muka dan beban asuransi dengan total tahun sebelumnya
untuk pengujian kewajaran.
b. Menghitung rasio asuransi yang dibayar dimuka terhadap beban asuransi dan membandingkannya
dengan tahun sebelumnya
c. Membandingkan perlindungan dari masing-masing polis asuransi pada skedul yang diperoleh dari klien
dengan skedul tahun lalu untuk pengujian terhadap penghapusan polis-polis tertentu atau perubahan
dalam perlindungan asuransi.
d. Membandingkan saldo asuransi dibayar dimuka tahun berjalan dengan hasil perhitungan tahun
sebelumnya untuk pengujian kesalahan penghitungan
e. Menelaah perlindungan asuransi yang dimuat pada skedul asuransi dibayar dimuka dengan personel klien
yang tepat atau broker asuransi akan kelayakan dari perlindungan.
2. Uji rincian saldo berdasarkan tujuan audit terkait saldo
a. Keberadaan dan kelengkapandokumentasi pendukung,konfirmasi dari agen asuransi
b. Kepemilikantelaah polis asuransi dan tertanggung selain klien
c. Keakuratan dan kaitan rinciperhitungan ulang
d. Klasifikasicek konsistensi kebijakan ttg beban asuransi
e. Pisah batasbagian dari pengujian pisah batas hutang usaha
f. Penyajian dan pengungkapanlaporan keuangan
g. NRVtidak dapat diterapkan.
c. Audit Kewajiban Yang Masih Harus Dibayar (Contohnya Pajak)
i. TUJUAN AUDIT TERPENTING
1. Kelengkapan
2. Keakuratan
ii. METODE UTAMA PENGUJIAN
1. Melakukan pengujian akrual terkait pembayaran pajak tahun berjalanskedul pembayaran pajak
2. Membandingkan akrual tahun berjalan dengan tahun sebelumnya
3. Verifikasi pajak yang masih harus dibayar
d. Audit Akun Pendapatan Dan Beban
i. KONSEP PENTING
1. Penandingan pendapatan dan beban periodic adalah hal yang penting untuk penentuan hasil operasi yang
tepat
2. Penerapan prinsip akuntansi yang konsisten untuk periode berbeda adalah penting, untuk dapat
diperbandingkan.
ii. PENDEKATAN AUDIT
1. Prosedur analitis
a. Beban secara individu dengan tahun sebelumnya.
b. Aset dan kewajiban secara individu dengan tahun sebelumnya.
c. Beban secara individu dengan anggaran.
d. Persentase margin bruto dengan tahun sebelumnya.
e. Rasio perputaran persediaan dengan tahun sebelumnya.
f. Perbandingan beban komisi terhadap penjualan dengan tahun sebelumnya.
g. Perbandingan beban manufaktur individu terhadap total dengan tahun sebelumnya.
2. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
3. Pengujian terinci atas saldo
a. Analisis akun beban
b. Alokasi (pengeluaran dicatat sebagai aktiva atau beban).

AUDIT SIKLUS PERSEDIAAN DAN PERGUDANGAN


a. AUDIT ATAS PERSEDIAAN DAN PERGUDANGAN PENTING, KOMPLEKS DAN LAMA
Karena :
1. Persediaan adalah bagian utama dari neraca, merupakan perkiraan terbesar yang melibatkan modal kerja.
2. Persediaan lokasinya tersebar yang menyulitkan penghitungan dan pengendalian fisik.
3. Persediaan bermacam ragam dan penilaiannya sulit.
4. Ada beberapa metode penilaian persediaan yang dapat diterima.
b. Fungsi-Fungsi Yang Mebentuk Siklus Persediaan Dan Pergudangan:
1. Memproses Purchase Order.
Meminta bagian pembelian untuk mengorder barang persediaan, permintaan dapat diajukan oleh pegawai
gudang. Pengendalian atas permintaan pembelian dan order pembelian yang terkait harus dievaluasi dan diuji
sebagai bagian dari siklus perolehan dan pembayaran.
2. Menerima Bahan Baku Baru.
Menerima barang yang diorder disertai laporan penerimaan barang. Pengendalian dan penghitungan perlu
untuk semua transfer.
3. Menyimpan Bahan Baku.
Barang yang diterima dari bagian penerimaan disimpan di gudang sampai saatnya dibutuhkan untuk proses
produksi. Persediaan perpetual di-update dan membukukan perpindahan dari perkiraan bahan baku ke
barang dalam proses.
4. Memproses Barang.
Bagian produksi harus mengadakan laporan produksi dan barang rusak sehingga catatan akuntansi
mencerminkan pergerakan barang dan biaya produksi yang akurat. Sistem Akuntansi Biaya merupakan fungsi
proses barang. Setelah pekerjaan selesai, biaya yang timbul dipindahkan dari barang dalam proses ke barang
jadi.
5. Menyimpan Barang Jadi.
Barang jadi disimpan di gudang menunggu pengiriman. Pengendalian fisik dengan memisahkan barang dalam
beberapa area dengan akses terbatas. Pengendalian biasanya dianggap bagian siklus penjualan dan
penerimaan kas.
6. Mengirim Barang Jadi.
Tiap pengiriman / pengeluaran barang harus didukung dokumen pengiriman yang diotorisasi.
7. Berkas Induk Persediaan Perpetual.
Berkas induk persediaan perpetual memasukkan informasi mengenai jumlah unit persediaan yang dibeli,
dijual dan yang tersimpan atau informasi mengenai biaya per unit.
c. Berkas Induk Persediaan Perpetual
Merupakan catatan yang memuat informasi mengenai jumlah unit persediaan yang dibeli, dijual, dan yang
tersimpan atau informasi mengenai biaya per unit.
d. Bagian-Bagian Audit Atas Persediaan
1. Memperoleh dan Mencatat Bahan Baku, Biaya Buruh dan Overhead.
Bagian ini meliputi pemrosesan order pembelian, penerimaan bahan baku dan penyimpanan bahan tersebut.
Internal control fungsi ini dipahami dan diuji sebagai pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif
atas transaksi dalam siklus perolehan & pembayaran dan siklus penggajian & kepegawaian.
2. Transfer Aktiva Tetap.
Bagian ini mencakup fungsi pemrosesan barang dan menyimpan barang jadi. Dilakukan pengujian tersendiri
atas siklus persediaan dan pergudangan.
3. Pengiriman dan Pencatatan Pendapatan dan Biaya.
Bagian ini mencakup pencatatan pengiriman barang. Pemahaman dan pengujian internal control dilakukan
sebagai audit atas siklus penjualan dan penerimaan kas. Pengujian atas transaksi berupa akurasi berkas induk
persediaan perpetual.
4. Pengamatan Fisik Persediaan.
Pengamatan penghitungan fisik pesediaan diperlukan untuk menentukan apakah persediaan yang tercatat
benar-benar ada pada tanggal neraca dan dihitung dengan benar.
5. Menilai Harga dan Mengkompilasi Persediaan.
Biaya yang digunakan untuk menilai persediaan diuji dengan pengujian harga. Hasil perhitungan fisik jumlah
dan harga yang dicatat diuji dengan pengujian kompilasi.
Audit Atas Akuntansi Biaya
Pengendalian Akuntansi Biaya.
Pengendalian ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan persediaan fisik dan biaya yang terkait dari titik dimana
bahan baku diminta pengorderannya sampai titik dimana barang jadi selesai diproduksi dan dipindahkan ke
gudang.
Pengendalian ini dibagi dua kategori:
1. Pengendalian fisik atas bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.
a. Penggunaan gudang yang terpisah dengan akses yang terbatas
b. Penugasan pegawai tertentu
c. Dokumen prenumbered untuk otorisasi pemindahan persediaan
d. Berkas induk persediaan perpetual
2. Pengendalian atas biaya yang berkaitan.
a. Catatan biaya yang memadai.
Pengujian atas Akuntansi Biaya.
Dalam mengaudit akuntansi biaya auditor berkepentingan dengan empat aspek:
1. Pengendalian fisik
Pengujian dibatasi pada pengamatan dan tanya jawab. Diamati apakah gudang dikunci dan ditangani oleh
pegawai yang kompeten.
2. Dokumen dan catatan pemindahan persediaan.
Perhatian utama auditor dalam hal pemindahan persediaan ialah apakah pemindahan yang dicata benar
terjadi, pemindahan yang terjadi telah dicatat, jumlah diskripsi dan tanggal transaksi dicatat dengan tepat.
Pertama auditor memahami internal control, kemudian pengujian melalui pemeriksaan terhadap catatan dan
dokumen dilakukan.
3. Berkas induk persediaan perpetual.
Pengujian atas berkas induk persediaan perpetual untuk mengurangi pengujian fisik atau mengubah sat
pelaksanaannya dilakukan dengan pemeriksaan dokumen, yaitu dokumen untuk verifikasi pembelian bahan
yang mendukung pengurangan persediaan bahan dan peningkatan barang jadi, pengurangan persediaan
barang jadi.
4. Catatan biaya per unit.
Pencatatan akuntansi biaya yang memadai harus diintegrasikan dengan catatan produksi dan catatan
akuntansi lain untuk mendapatkan biaya yang akurat untuk semua produk. Auditor harus memahami internal
control, dan pengujian dilakukan sebagai bagian dari pengujian terhadap perolehan, penjualan dan
penggajian. Pengalokasian overhead juga harus dievaluasi.
e. Prosedur Analitis
1. Bandingkan persentase margin bruto dengan tahun lalu.
2. Bandingkan perputaran persediaan [HPP/ rata-rata persediaan] dengan tahun lalu.
3. Bandingkan biaya per unit persediaan dengan tahun lalu.
4. Bandingkan nilai persediaan dengan tahun lalu.
5. Bandingkan biaya manufaktur tahun berjalan dengan tahun lalu.
f. Pengujian Terinci Untuk Persediaan
Dipengaruhi oleh hasil pengujian beberapa siklus lainnya, yaitu siklus persediaan dan pergudangan, penjualan dan
penerimaan kas, perolehan dan pembayaran, penggajian dan kepegawaian.Pengujian terinci ini dibahas dalam
dua aspek, yaitu:
1. pengamatan fisik
2. penetapan harga dan kompilasi.
g. Pengamatan Fisik Persediaan
Tanggung jawab auditor adalah mengevaluasi dan mengamati persediaan fisik klien dan mengambil kesimpulan
mengenai keberadaan persediaan fisik. Ketentuan pemeriksaan fisik tidak dapat diterapkan kalau persediaan
berada dalam gudang umum.
1. Pengendalian Intern:
a. Petunjuk yang jelas mengenai penghitungan fisik
b. Verifikasi intern yang independen atas perhitungan
c. Rekonsiliasi independen antara hasil penghitungan dengan berkas perpetual
d. Pengendalian yang cukup atas kertas kerja.
2. Keputusan Audit
a. Memilih prosedur audit
b. Saat pelaksanaan
c. Ukuran sampel
d. Pemilihan pos atau unsur.
3. Pengujian Pengamatan Fisik
Auditor harus:
a. Hadir saat penghitungan fisik.
b. Memahami jenis usaha klien
c. Menelusuri semua bagian dimana persediaan digudangkan
d. Membandingkan persediaan bernilai tinggi ke angka penghitungan tahun sebelumnya dan berkas
induk persediaan perpetual.
h. Audit Atas Penetapan Harga Dan Kompilasi
Penetapan harga mencakup semua pengujian atas biaya per unit apakah sudah tepat. Sedangkan kompilasi
mencakup seluruh pengujian atas pengikhtisaran penghitungan fisik, perkalian harga dengan kuantitas,
penjumlahan ikhtisar persediaan, dan penelusuran saldo ke buku besar.
1. Pengendalian Penetapan Harga dan Kompilasi.
a. Penggunaan biaya standar
b. Penelaahan biaya per unit
c. Penelaahan persediaan yang rusak, usang, perputarannya lambat atau salah saji.
d. Dokumen dan catatan yang memadai dari penghitungan fisik
e. Verifikasi intern oleh personel yang cakap dan independen
f. Kartu persediaan prenumbered.
2. Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi.
Kerangka acuannya adalah daftar persediaan yang didapat dari klien.
3. Penilaian Persediaan
Metode penetapan harga harus sesuai dengan GAAP, konsisten dan mempertimbangkan nilai pasar dengan
nilai penggantian.
i. Memadukan Pengujian
1. Pengujian atas siklus perolehan dan pembayaran.
Saat verifikasi perolehan, biaya pembelian dapat mengalir langsung ke HPP, persediaan akhir bahan baku,
barang dalam proses dan barang jadi.
2. Pengujian atas siklus penggajian dan kepegawaian.
Saat verifikasi biaya buruh, pencatatan biaya akuntansi untuk upah buruh langsung dan tidak langsung dapat
diuji dengan siklus ini.
3. Pengujian atas siklus penjualan dan penerimaan kas.
Audit unuk penyimpanan barang jadi, pengiriman HPP standar dilakukan dengan siklus ini.
4. Pengujian atas akuntansi biaya.
Dimaksudkan untuk verifikasi pengendalian yang mempengaurhi persediaan tetapi tidak diverifikasi dalam
ketiga siklus diatas.
5. Persediaan fisik, kompilasi, penetapan harga.
Audit ini penting karena kekeliruan pada salah satu menyebabkan salah saji persediaan dan HPP.

AUDIT SALDO KAS


a. Jenis-Jenis Akun Kas
1. Akun kas umum.
2. Akun gaji impres → dibentuk untuk melakukan pembayaran gaji dan upah.
3. Akun bank cadangan → serupa dengan akun kas umum, namun pada tingkat cabang.
4. Dana kas kecil impres → digunakan untuk pengeluaran tunai yang nilainya kecil.
5. Setara kas → bersifat investasi jangka pendek, siap dikonversi menjadi kas dalam jangka pendek, dan tidak
ada resiko perubahan nilai/bunga yang signifikan.
b. Kecurangan/Penyelewengan Kas
1. Lapping, yaitu proses penggelapan kas oleh pemegang kas dengan melakukan pinjaman tanpa persetujuan
pejabat ybs dengan mengundur pencatatan penerimaan kas.
Unsur:
a. penerimaan kas tidak dicatat.
b. penerimaan yang tidak dicatat diambil pemegang kas.
c. gali lubang tutup lubang  diisi kembali setelah ada penerimaan berikutnya.
2. Kitting, bentuk window dressing dengan tujuan menutup kekurangan kas.
cara: menarik cek dari rekening perusahaan pada suatu bank sebelum terjadi kliring, dan menyetorkannya ke
bank lain, biasa dilakukan akhir bulan.  kedua rekening menunjukkan saldo yang lebih besar.

c. Audit Kas Umum


i. METODOLOGI AUDIT KAS AKHIR TAHUN
1. Tentukan materialitas dan tetapkan AAR dan IR untuk kas di bank.
2. Tetapkan CR untuk kas di bank.
3. Rancang dan laksanakan pengujian substatif atas transaksi dan prosedur analitis untuk beberapa siklus.
4. Rancang dan laksanakan prosedur analitis untuk kas di bank.
5. Rancang pengujian rinci atas saldo kas.
ii. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AUDIT KAS AKHIR TAHUN:
1. Kas dipengaruhi oleh sebagian besar siklus lainnya, berarti banyak peluang terjadinya kesalahan.
2. Walau saldo kas tidak terlalu besar, namun jumlah mutasinya umumnya lebih besar dari akun lainnya.
3. Kas adalah aset yang paling rawan dicuri.
d. Pengendalian Internal
1. Pengendalian atas siklus transaksi yang mempengaruhi penerimaan dan pengeluran kas.
2. Rekonsiliasi bank yang independen.
e. Prosedur Analitis
1. Membandingkan saldo akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan, cek-cek yang masih beredar,
dan pos-pos rekonsiliasi lainnya dengan tahun sebelumnya.
2. Membandingkan saldo kas dengan bulan sebelumnya.
f. Prosedur Audit Saldo Kas Akhir Tahun.
1. Penerimaan konfirmasi bank  secara langsung
2. Penerimaan suatu Rekening koran bank pada titik pisah batas .
Tujuan: untuk memverifikasi pos rekonsiliasi bank klien akhir tahun dengan bahan bukti yang tidak dapat
diakses oleh klien.
Pelaksanaan pembuktian dalam bulan sesudah tanggal neraca dengan cara :
a. Menjumlah semua cancelled check, memo debit, setoran & memo kredit.
b. Mencek utk melihat bhw laporan bank akan seimbang jk dilakukan penjumlahan ke bawah.
c. Menelaah pos dalam penjumlahan untuk memastikan bhw semuanya telah dibatalkan bank dalam
periode yang sesuai & tidak mengadakan penghapusan2 atau pengubahan2.
3. Pengujian atas rekonsiliasi bank.
Tujuan: untuk memverifikasi apakah saldo bank klien yang tercatat berjumlah sama dengan kas sebenarnya
yang ada di bank kec untuk setoran dalam perjalanan, cek yang beredar, & pos penyesuaian lainnya. Dalam
pengujian rekonsiliasi, rekening koran bank pisah batas menyediakan info untuk pelaksanaan tes.
a. Verifikasi perhitungan matematis rekonsiliasi bank .
b. Telusuri saldo rekening koran/konfirmasi bank pisah batas menurut bank pada rekonsiliasi bank.
c. Telusuri cek yang termasuk dalam laporan bank pisah batas thd daftar cek yang beredar pada rekonsiliasi
bank & thd buku pengeluaran kas.
d. Selidiki semua cek dengan jumlah yang signifikan yang termasuk dalam daftar cek yang beredar yang blm
dikliring pada laporan pisah batas.
e. Telusuri setoran dalam perjalanan s.d. laporan berikutnya. Seluruh penerimaan kas yang blm disetorkan
ke bank pada akhir tahun harus ditelusuri ke laporan pisah batas untuk meyakinkan bahwa semuanya
disetorkan segera setelah awal tahun baru.
f. Hitung semua pos rekonsiliasi lainnya dalam rekening koran bank & rekonsiliasi bank.
g. Prosedur Berorientasi Fraud
1. Pengujian yang diperluas atas rekonsiliasi bank.
Yakni untuk memverifikasi apakah semua transaksi yang dimasukkan dalam buku untuk bulan terakhir tahun
ybs telah dimasukkan/dikeluarkan dari rekonsiliasi bank & untuk memverifikasi apakah semua pos pada
rekonsilasi bank telah dimasukkan dengan benar.
a. Memulai dengan rekonsiliasi bank untuk bulan Nov & membandingkan seluruh pos rekonsiliasi dengan
cancelled check & dokumen lain pada laporan bank bulan Des
b. Semua sisa cancelled check & slip setoran dalam laporan bank bulan Des dibandingkan dengan jurnal
pengeluaran dan penerimaan kas bulan Des.
c. Semua pos yang belum selesai dalam rekonsiliasi bank bulan Nov & jurnal pengeluaran serta penerimaan
bulan Des harus masuk rekonsiliasi 31 Des dari klien
d. Pos rekonsiliasi dalam rekonsiliasi 31 Des harus merupakan pos dari rekonsiliasi bank bulan Nov & jurnal
Des yang blm diselesaikan oleh bank.
2. Pembuktian kas  pembuktian kas empat kolom.
a. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan saldo buku besar periode pembuktian kas
b. Rekonsiliasi penerimaan kas yang disetor dengan buku penerimaan kas untuk suatu periode tertentu.
c. Rekonsiliasi cek yang dibatalkan yang diselesaikan bank dengan jurnal pengeluaran kas untuk periode
tertentu.
d. Rekonsiliasi saldo laporan bank dengan so buku besar pada akhir periode pembuktian kas.
Manfaatnya guna menetapkan apakah :
 Semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan
 Semua setoran di bank dicatat dalam pembukuan
 Semua pengeluaran kas yang tercatat dibayarkan oleh bank
 Semua jumlah yang dibayar olehbank telah dicatat.
Pembuktian kas tidak bermanfaat untuk :
 mengungkapkan cek yang ditulis dengan jumlah yang salah, cek yang tidak sah/kesalahan lain di mana
jumlah rupiah yang tampak pada cat pengeluaran kas ternyata salah
 Menemukan pencurian penerimaan kas /catatan & setoran jumlah kas yang tidak tepat.
3. Pengujian untuk kitting.
Mencatat semua tranfer bank yang dilakukan bbrp hari sebelum & sesudah tanggal neraca & menelusuri
masing-masing ke cat akunt untuk dicatat dengan semestinya.
Pertimbangan: sifat kelemahan SPI dan fraud akibatnya, materialitas potensial fraud dan prosedur yang paling
efektif mencakup: konfirmasi A/R, pengujian lapping, penelahaan BUKU BESAR akun kas untuk pos Luar
Biasa, penelusuran dari order pelanggan ke penjualan & penerimaan kas berikutnya, pemeriksaan
persetujuan serta dokumen pendukung untuk A/R yang diragukan & return serta pengurangan penjualan.
h. Audit Atas Akun Gaji Impres
1. Dapat dilaksanakan dengan cepat apabila rekening gaji dan upah impres, serta rekonsiliasi yang independen
atas akun gaji impres.
2. Pos yang perlu direkonsiliasi  cek-cek yang beredar
3. Dokumen yang diperlukan  rekonsiliasi bank, konfirmasi bank, laporan pisah batas
4. Prosedur penting  uji pengendalian dan uji substantif atas transaksi.
i. Audit Atas Akun Kas Kecil
1. Jumlahnya tidak material namun selalu diperiksa dalam audit, karena kemungkian kecurangan dan
permintaan klien.
2. Pengendalian internal  tanggung jawab pada 1 orang, penggunaan terpisah dari aktivitas lain, ada batasan
jumlah, ada aturan tegas tentang penggunaannya.
3. Prosedur penting uji pengendalian, uji substantif atas transaksi

MENYELESAIKAN AUDIT
a. Tahap Menyelesaikan Audit
melaksanakan pengujian tambahan untuk penyajian dan pengungkapan

mereview kewajiban kontinjensi

mereview peristiwa selanjutnya (subsequent events)

mengumpulkan bukti akhir

mengevaluasi hasil

menerbitkan laporan audit

berkomunikasi dengan komite audit dan manajemen (ini bisa dimasukkan


dalam tahap menyelesaikan audit ataupun terpisah)

b. Melaksanakan Pengujian Tambahan Untuk Penyajian Dan Pengungkapan


1. Melaksanakan prosedur untuk memahami pengendalian yang berkaitan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko
2. Melakukan uji pengendalian yang berhubungan dengan pengungkapan ketika penilaian awal atas risiko
pengendalian berada di bawah maksimum
3. Melaksanakan prosedur substantif untuk memperoleh assurance bahwa semua tujuan audit dicapai untuk
informasi dan jumlah yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan
c. Tujuan Audit Penyajian Dan Pengungkapan
Tujuan Audit Contoh Prosedur Substantif
Keterjadian serta hak dan kewajiban mereview kontrak untuk menentukan bahwa piutang
mengungkapkan peristiwa dan transaksi yang usaha dimohonkan sebagai jaminan
terjadi dan terkait dengan entitas
Kelengkapan menggunakan daftar pengungkapan untuk menentukan
semua pengungkapan yang harus dimasukkan apakah laporan keuangan sudah memuat semua
dalam laporan keuangan telah dimasukkan pengungkapan yang diwajibkan oleh prinsi-prinsip
akuntansi yang diterima umum
Klasifikasi dan kemampuan untuk dipahami mereview laporan keuangan untuk menentukan apakah
informasi keuangan disajikan dan digambarkan aktiva diklasifikasikan dengan benar antara kategori lancar
dengan tepat dan pengungkapannya dan tidak lancar
diekspresikan dengan jelas
Ketepatan dan penilaian merekonsiliasi jumlah yang dimasukkan dalam catatan kaki
informasi keuangan dan informasi lainnya utang jangka panjang dengan informasi yang diperiksa dan
diungkapkan secara wajar pada jumlah yang didukung dalam kertas kerja audit utang jangka panjang
benar auditor

d. Kewajiban Kontinjensi
adalah kemungkinan potensi kewajiban di masa mendatang kepada pihak ketiga untuk jumlah yang tidak
diketahui sebagai akibat aktivitas yang telah terjadi. Kondisi yang menyebabkan adanya kewajiban bersyarat :
1. Terdapat kemungkinan pembayaran dimasa datang kepada pihak ketiga akibat kondisi saat ini
2. Terdapat ketidakpastian atas jumlah pembayaran di masa datang
3. Hasilnya akan ditentukan oleh peristiwa di masa datang
e. Tiga Tingkat Kemungkinan (Fasb 5) :
1. Tinggi (probable) peristiwa mendatang mungkin terjadijika dapat diestimasi jumlahnya dengan wajar , akun2
laporan keuangan disesuaikan; jika tidak dapat, cukup pengungkapan CaLK
2. Sedang (reasonably possible) kemungkinan terjadi lebih besar dari remote tetapi lebih kecil dari
probablepengungkapan CaLK
3. Rendah (remote) kesempatan terjadinya peristiwa di masa datang rendahtidak perlu pengungkapan
f. Kewajiban Kontinjensi
yang merupakan kepentingan utama auditor :
1. Pending litigation atas paten,kewajiban produk,atau tindakan lain
2. Perselisihan mengenai pajak penghasilan
3. Garansi barang
4. Wesel tagih didiskontokan
5. Jaminan atas kewajiban pihak lain
6. Saldo yang belum digunakan dalam letter of credit yang outstanding
g. Tujuan Utama Auditor Dalam Verifikasi Kewajiban Kontinjensi
1. Klasifikasi penyajian dan pengungkapan
2. Kelengkapan peyajian dan pengungkapan
h. Prosedur Audit Yang Lazim Digunakan Untuk Mencari Kewajiban Bersyarat:
1. Tanya jawab dengan manajemen (lisan atau tulisan) mengenai kemungkinan kewajiban kontinjensi yang belum
dicatat
2. Telaah surat ketetapan pajak untuk melihat penyelesaian perselisihan atas pajak penghasilan
3. Telaah notulen rapat direksi, komisaris, pemegang saham atas adanya indikasi tuntutan atau kewajiban lain
4. Analisa beban hukum untuk periode yang diaudit dan telaah faktur dan pernyataan dari penasehat hukum atas
adanya indikasi kewajiban kontinjensi khususnya tuntutan dan penetapan pajak yang ditunda
5. Dapatkan konfirmasi dari seluruh pengacara utama mengenai status kewajiban kontinjensi
6. Telaah kertas kerja yang ada mengenai informasi yang menunjukkan potensi hal bersyarat
7. Dapatkan letter of credit dekat tanggal neraca dan konfirmasi saldo yang digunakan maupun belum.
i. Tanya Jawab Dengan Penasihat Hukum Klien
Prosedur utama untuk mengungkapkan kewajiban kontinjensi adalah surat konfirmasi dari penasehat hukum
klien yang memberitahukan auditor atas perkara yang tertunda atau informasi lain yang melibatkan penasehat
hukum yang relevan kepada pengungkapan laporan keuangan. Sifat dari penolakan pengacara untuk
memberitahukan auditor informasi lengkap mengenai kewajiban hukum dibagi menjadi dua kategori :
1. Penolakan akibat tidak adanya pengetahuan mengenai hal yang melibatkan kewajiban kontinjensi
2. Penolakan untuk mengungkapkan informasi karena dipertimbangkan sebagai informasi yang rahasia.

Pengacara menolak menyediakan informasi kepada auditor mengenai tuntutan yang secara material ada
(asserted claims) atau unasserted claims, laporan audit harus dimodifikasi untuk mencerminkan tidak tersedianya
bahan bukti. Surat konfirmasi standar dari pengacara harus mencakup informasi :
1. Daftar perkara tertunda yang material,klaim,atau penetapan yang telah melibatkan pengacara
2. Daftar klaim material yang belum didaftarkan dan taksirannya
3. Permintaan informasi mengenai perkembangan masing-masing klaim, kemungkinan hasil yang tidak
menguntungkan dan estimasi jumlah potensi kerugian
4. Permintaan pernyataan bahwa daftar klien telah lengkap
5. Pernyataan tangungjawab pengacara untuk memberitahukan manajemen apabila dalam pertimbangan
pengacara terdapat masalah hukum yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan
6. Permintaan identifikasi dan menguraikan alasan atas adanya pembatasan jawaban pengacara.

Auditor menyimpulkan bahwa terdapat kewajiban kontinjensi maka harus mengevaluasi signifikansi dari potensi
kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam laporan keuangan.
Auditor mempunyai tanggungjawab untuk menelaah transaksi dan peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca
untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang mempengaruhi penilaian atau pengungkapan atas laporan
keuangan yang diaudit. Tanggung jawab auditor dibatasi untuk periode yang diawali tanggal neraca dan berakhir
pada tanggal laporan audit.
j. JENIS-JENIS PERISTIWA KEMUDIAN Antara Lain :
1. Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak langsung terhadap laporan keuangan dan memerlukan
penyesuaian.
Peristiwa kemudian yang memerlukan penyesuaian atas saldo perkiraan dalam laporan keuangan periode
berjalan jika jumlahnya material :
a. Pengumuman pailit pelanggan
b. Penyesuaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari jumlah yang dicatat dalam buku
c. Pelepasan peralatan yang tidak digunakan dalam operasi pada harga dibawah nilai buku saat ini
d. Penjualan investasi pada harga dibawah harga perolehan yang dicatat
2. Peristiwa yang tidak berdampak langsung terhadap laporan keuangan tetapi pengungkapannya dianjurkan.
Peristiwa ini cukup diungkapkan dengan menggunakan catatan kaki, namun bila signifikan dibuat pelengkap
laporan keuangan historis berupa laporan yang memperhitungkan dampak peristiwa tersebut seandainya
telah terjadi pada tanggal neraca
Transaksi yang terjadi dalam periode berikutnya yang memerlukan pengungkapan dan bukan penyesuaian
dalam laporan keuangan :
a. Penurunan dalam nilai pasar efek-efek yang disimpan sebagai investasi sementara atau penjualan kembali
efek-efek
b. Penerbitan obligasi atau efek-efek ekuitas
c. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai konsekuensi tindakan pemerintah yang menghalangi penjualan
barang
d. Kerugian persediaan yang tidak diasuransikan akibat kebakaran
k. Prosedur Audit Untuk Menelaah Peristiwa Kemudian:
1. Prosedur terpadu sebagai bagian dari verifikasi atas saldo perkiraan akhir tahun meliputi pengujian pisah
batas dan penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari pengujian terinci atas saldo.
2. Prosedur yang dilaksanakan secara khusus dengan tujuan menemukan transaksi atau peristiwa yang harus
diakui sebagai peristiwa kemudian, untuk dimasukkan dalam saldo perkiraan tahun berjalan atau
diungkapkan dengan catatan kaki
a. Pengajuan pertanyaan kepada manajemen
b. Berkorespondensi dengan pengacara
c. Mereview laporan internal yang disiapkan pada tanggal neraca
d. Mereview catatan yang disiapkan setelah tanggal neraca
e. Memeriksa risalah yang diterbitkan yang diterbitkan pada tanggal neraca
f. Memperoleh letter of representation.
Auditor menentukan bahwa peristiwa kemudian yang penting terjadi setelah pekerjaan lapangan
selesai,tetapi sebelum laporan audit diterbitkan.
3. Auditor memiliki dua pilihan untuk memperluas pengujian peristiwa kemudian
a. Memperluas semua pengujian peristiwa kemudian hingga ke tanggal yang baru
b. Membatasi review peristiwa kemudian pada persoalan yang berhubungan dengan peristiwa lanjutan yang
baru
Pilihan pertama mengubah tanggal laporan audit ke tanggal yang baru. Pilihan yang kedua, laporan audit
dengan tanggal ganda (dual-dated audit report), dua tanggal: tanggal yang pertama pada saat pekerjaan
lapangan selesai, kecuali untuk pengecualian tertentu, dan tanggal kedua;untuk pengecualian.
l. PENGUMPULAN BAHAN BUKTI AKHIR Meliputi :
1. Prosedur analitis akhir, digunakan sebagai bagian perencanaan audit, pelaksanaan dan penyelesaian audit.
2. Evaluasi atas asumsi kelangsungan hidup, auditor mengevaluasi apakah terdapat keraguan mengenai
kemampuan klien menjaga kelangsungan hidup paling tidak satu tahun setelah tanggal neraca
3. Memperoleh surat representasi manajemen, auditor perlu mendapatkan surat pernyataan yang
mendokumentasikan pernyataan lisan manajemen terpenting sepanjang audit. Penolakan menandatangani
surat pernyataan menyebabkan pemberian pendapat dengan pengecualian atau pernyataan tidak
memberikan pendapat.
4. Mempertimbangkan informasi yang menyertai laporan keuangan dasar.
5. Membaca Informasi lain dalam laporan tahunan. Dalam PSA 44 informasi lain adalah yang bukan bagian dari
laporan tahunan tapi diterbitkan bersamanya.
m. Tujuan Surat Representasi Manajemen :
1. Mengingatkan manajemen akan tanggungjawab mengenai asersi dalam laporan keuangan
2. Mendokumentasikan tanggapan manajemen atas pertanyaan mengenai berbagai aspek dari audit
3. Informasi lain dalam laporan tahunan
Surat manajemen diketik oleh klien(ttd, kop surat pny klien) tapi isinya disiapkan oleh auditor
n. Persoalan Khusus Yang Harus Dimasukkan Dalam Surat Manajemen
1. Laporan keuangan
2. Kelengkapan informasi
3. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
4. Peristiwa kemudian
o. Mengevaluasi Hasil
Ditekankan pada kesimpulan yang ditarik melalui pengujian atas transaksi , prosedur analitis , pengujian terinci
atas saldo dari kelima siklus transaksi.
Aspek dari evaluasi :
1. Kecukupan bahan bukti untuk menentukan apakah seluruh aspek penting telah secara cukup diuji setelah
mempertimbangkan situasi penugasan dengan menggunakan Check list penyelesaian penugasan .
2. Bahan bukti yang mendukung pendapat auditor mencatat jejak kekeliruan dan menggabungkannya , biasanya
digunakan metode neraca lajur kekeliruan yang tidak disesuaikan atau ikhtisar penyesuaian yang mungkin .
3. Pengungkapan laporan keuangan auditor menggunakan daftar periksa pengungkapan laporan keuangan dan
harus ditambah dengan pengalaman dalam akuntansi .
4. Menelaah kertas kerja, Tujuannya :
a. Mengevaluasi pelaksanaan staf yang belum berpengalaman
b. Meyakinkan bahwa audit memenuhi standar pelaksanaan kantor akuntan publik.
c. Menetralkan kepemihakan yang seringkali masuk kedalam pertimbangan auditor .
5. Penelaahan Independen, tim audit harus dapat membenarkan bahan bukti yang dikumpulkan dan kesimpulan
yang ditarik berdasarkan situasi tertentu dari penugasan .
p. Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen .
1. Mengkomunikasikan ketidakberesan dan tindakan melawan hukum. Dalam PSA 32 diwajibkan tanpa
memperhatikan materialitas, tujuannya untuk membantu komite audit dalam melaksanakan peranan
supervisi atas laporan keuangan yang andal .
2. Mengkomunikasikan kondisi SPI yang dapat dilaporkan .
3. Komunikasi lain dengan komite audit. PSA 48 meminta untuk semua penugasan dari BAPEPAM dan audit lain
dimann terdapat komite audit atau badan yang sejenis yang unsurnya meliputi :
a. Tanggung jawab auditor yang meliputi ; untuk mengevaluasi SPI dan konsep keyakinan memadai .
b. Pokok-pokok kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan .
c. Penyesuaian laporan keuangan yang signifikan .
d. Ketidaksepakatan dengan manajemen yang meliputi ruang lingkup,penerapan prinsip akuntansi, kalimat
laporan
e. Kesulitan dalam melaksanakan audit .
4. Surat kepada manajemen untuk memberikan rekomendasi akuntan publik untuk memperbaiki usaha klien .
q. Penemuan Fakta Kemudian
Auditor sebaiknya meminta klien menerbitkan dengan segera laporan keuangan yang direvisi yang berisi
penjelasan mengenai alasan revisi tersebut. Kalau laporan keuangan periode berikutnya telah selesai sebelum
laporan revisi diterbitkan dapat diungkapkan laporan periode berikutnya, kalau berhubungan dengan publik harus
memberitahukan BAPEPAM. Jika klien menolak auditor harus memberitahu dewan direksi dan komisaris.
Penemuan fakta kemudian yang memerlukan penerbitan kembali bukan berasal dari kejadian yang terjadi setelah
tanggal laporan auditor.
BAGIAN I: PENDAHULUAN
A. AUDIT SEKTOR PUBLIK VS. AUDIT SEKTOR PRIVAT
Keterangan Audit Sektor Publik Audit Sektor Privat
-Lembaga audit pemerintah (BPK)
Kantor Akuntan Publik
Pelaksana Audit -KAP yang ditunjuk oleh BPK (untuk dan atas nama
(KAP)
BPK)
Entitas, program, kegiatan, dan fungsi yang berkaitan
dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung jawab Perusahaan/entitas
Objek Audit
keuangan negara, sesuai dengan peraturan swasta
perundang-undangan
Standar Profesional
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang
Standar Audit yang Digunakan Akuntan Publik (SPAP)
dikeluarkan BPK
yang dikeluarkan IAI
Kepatuhan terhadap Merupakan faktor dominan karena kegiatan di sektor
Tidak terlalu dominan
Peraturan Perundang- publik sangat dipengaruhi oleh peraturan dan
dalam audit
undangan perundang-undangan

B. PENGERTIAN AUDIT SEKTOR PUBLIK


Audit: proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti dari informasi secara sistematis yang dilakukan oleh
orang yang kompeten dan independen, untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dengan kriteria yang sudah ditetapkan.
Audit sektor publik: kegiatan yang ditujukan terhadap entitas yang menyediakan pelayanan dan penyediaan
barang yang pembiayaannya berasal dari penerimaan pajak dan penerimaan negara lainnya dengan tujuan
untuk membandingkan antara kondisi yang ditemukan dan kriteria yang ditetapkan.
Pemeriksaan: proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan
keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. (UU No 15 Tahun 2004)
Keuangan negara: semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan
kewajiban tersebut.
Pengelolaan keuangan negara: keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban. (UU No 15 Tahun 2004)
Tanggung jawab keuangan negara (TJKN): kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan pengelolaan keuangan
negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan
dengan memerhatikan rasa keadilan dan kepatutan. (UU No. 15 tahun 2004)
C. JENIS-JENIS AUDIT SEKTOR PUBLIK
Menurut UU No. 15 tahun 2004, pemeriksaan terdiri atas:
1. Pemeriksaan Keuangan (Financial Audit)
Pemeriksaan keuangan: pemeriksaan atas laporan keuangan (LK) pemerintah pusat maupun daerah,
dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam LK tersebut.
Unsur-unsur audit atas hal-hal yang berkaitan dengan keuangan:
a. Segmen laporan keuangan, DIPA, perbedaan realisasi dengan anggarannya.
b. Pengendalian internal mengenai ketaatan terhadap undang-undang yang berlaku.
c. Pengendalian atau pengawasan internal atas penyusunan laporan keuangan dan atas pengamanan
aktiva, termasuk pengawasan atas penggunaan sistem berbasis komputer.
d. Ketaatan terhadap peraturan yang berlaku dan dugaan kecurangan.
Audit kepatuhan (compliance audit): untuk memastikan apakah implementasi prosedur transaksi sudah
sesuai dengan sistem, prosedur dan peraturan keuangan yang telah ditetapkan.
2. Pemeriksaan Kinerja (Performance Audit)
Pemeriksaan Kinerja: Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dari aspek ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dari entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik. Pemeriksaan ini menghasilkan temuan, simpulan, dan rekomendasi.
Cakupan audit kinerja:
a. Audit Ekonomi dan Efisiensi
Audit ekonomi dan efisiensi menentukan :
 Apakah entitas memperoleh, melindungi dan menggunakan sumber dayanya secara hemat dan
efisien.
 Apa yang menjadi penyebab timbulnya pemborosan dan inefisiensi.
 Apakah entitas tersebut telah mematuhi peraturan perundangan yang berlaku berkaitan dengan
penghematan dan efisiensi.
b. Audit Program
Audit program mancakup penentuan atas :
 Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah ditetapkan oleh undang-
undang atau badan lainnya yang berwenang.
 Efektifitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan atau fungsi instansi yang bersangkutan.
 Tingkat kepatuhan entitas yang diaudit terhadap peraturan perundangan yang berlaku berkaitan
dengan pelaksanaan program/kegiatannya.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu (Special Audit)
Pemeriksaan dengan tujuan tertentu: Pemeriksaan di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan
kinerja. Pemeriksaan ini menghasilkan simpulan. Sifat pemeriksaan ini dapat berupa eksaminasi,
reviu, atau prosedur yang disepakati.
Cakupan pemeriksaan dengan tujuan tertentu:
a. Audit atas hal-hal lain di bidang keuangan
b. Audit atas sistem pengendalian internal
c. Audit investigasi
Audit investigasi: kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu, yang tidak dibatasi periodenya, dan
lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang diduga mengandung inefisiensi atau indikasi
penyalahgunaan wewenang, dengan hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti
bergantung pada derajat penyimpangan wewenang yang ditemukan. Dalam melakukan audit
investigasi, audit menerapkan sikap skeptis yang profesional serta menerapkan asas praduga tidak
bersalah.
Hasil audit investigasi pada umumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Apa yang dilaporkan masyarakat tidak terbukti.
b. Apa yang dilaporkan terbukti, misalnya terjadi penyimpangan dari suatu aturan tertentu.
c. Terjadi kerugian bagi perusahaan akibat perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh karyawan.
d. Terjadi kekurangan atas kas atau persediaan barang milik negara dan bendaharawan tidak dapat
membuktikan bahwa kekurangan tersebut bukan diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan
bendaharawan.
e. Terjadi kerugian negara sebagai akibat dari terjadinya wanprestasi atau kerugian dari perikatan yang
lahir dari undang-undang.
f. Terjadi kerugian negara sebagai akibat dari perbuatan melawan hukum dan tindak pidana lainnya.
Laporan audit investigasi ini bersifat rahasia. Laporan tersebut akan diserahkan auditor kepada
kejaksaan. Pada umumnya, audit ini berisi dasar audit, temuan audit, tindak lanjut dan saran.

BAGIAN 2
BPK DAN KODE ETIK
A. BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Organisasi pemeriksa menurut UU adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang Terdiri dari ketua, wakil
ketua, serta 7 anggota di mana ketua dan wakil ketua merangkap sebagai anggota.
Tugas BPK:
Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh:
1. Pemerintah pusat (Pempus) 5. Badan Usaha Milik Negara/ Daerah
2. Pemerintah daerah (Pemda) (BUMN/BUMD)
3. Lembaga negara lainnya 6. Badan Layanan Umum (BLU)
4. Bank Indonesia (BI) 7. Lembaga/ badan lain yang mengelola
keuangan negara
Wewenang BPK (ringkasan UU No.15 tahun 2004):
1. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan
metode pemeriksaan, serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan
2. Meminta keterangan dan dokumen yang wajib diberikan oleh entitas yang diperiksa
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara (BMN), tempat
pelaksanan kegiatan, pembukuan, dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan terhadap
perhitungan-perhitungan dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara
4. Menetapkan jenis dokumen, data, informasi mengenai pengelolaan dan TJKN yang wajib disampaikan
kepada BPK
5. Menetapkan SPKN setelah konsultasi dengan Pemerintah
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan
7. Menggunakan tenaga ahli di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK
8. Membina jabatan fungsional pemeriksa
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
10.Memberi pertimbangan atas rancangan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).
BPK dalam menjalankan tugas dan wewenangnya dibantu oleh Pelaksana BPK, yang terdiri atas
Sekretariat Jenderal, unit pelaksana tugas pemeriksaan, unit pelaksana tugas penunjang, perwakilan,
Pemeriksa, dan pejabat lain yang ditetapkan oleh BPK sesuai kebutuhan.
Pemeriksa: orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan TJKN untuk dan atas nama BPK.
Pemeriksa merupakan jabatan fungsional, bisa berstatus sebagai PNS atau bukan PNS.

B. KODE ETIK
Kode etik bagi Anggota BPK dan Pemeriksa diatur dalam Peraturan BPK No 2 Tahun 2007. Majelis Kehormatan
Kode Etik BPK beranggotakan 5 orang, diantaranya terdiri dari 3 orang anggota BPK, seorang dari unsur
profesi, dan seorang dari kalangan akademisi.
Setiap Anggota BPK dan Pemeriksa wajib:
a. Mematuhi peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku.
b. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
c. Menjunjung tinggi independensi, integritas dan profesionalitas.
d. Menjunjung tinggi martabat, kehormatan, citra dan kredibilitas BPK.
Nilai-nilai dasar:
1. Independensi
a. Bagi anggota BPK
1) Angota BPK wajib:
- Memegang sumpah dan janji jabatan.
- Bersikap netral dan tidak berpihak.
- Menghindari terjadinya benturan kepentingan.
- Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi obyektivitas.
2) Anggota BPK dilarang:
- Merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga/badan lain yang mengelola keuangan negara
dan perusahaan swasta nasional/asing
- Menjadi angota partai politik
- Menunjukkan sikap dap perilaku yang dapat menyebabkan orang lain meragukan
independensinya
b. Bagi Pemeriksa
1) Pemeriksa wajib:
- Bersikap netral dan tidak memihak.
- Menghindari terjadinya benturan kepentingan dalam melaksanakan kewajiban
profesionalnya.
- Menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi independensi.
- Mempertimbangkan informasi, pandangan dan tanggapan dari pihak yang diperiksa dalam
menyusun opini atau laporan pemeriksaan.
- Bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri.
2) Pemeriksa dilarang:
- Merangkap jabatan dalam lingkungan lembaga/badan lain yang mengelola keuangan negara,
dan perusahaan swasta nasional atau asing.
- Menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat menyebabkan orang lain meragukan
independensinya.
- Tunduk pada intimidasi atau tekanan orang lain.
- Membocorkan informasi yang diperolehnya dari auditee.
- Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu, baik kepentingan pribadi
pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan hasil
pemeriksaan.
2. Integritas
a. Bagi anggota BPK
1) Angota BPK wajib:
- Bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai dan keputusan.
- Bersikap tegas dalam mengemukakan dan/atau melakukan hal-hal yang menurut
pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
- Bersikap jujur dengan tetap memegang rahasia pihak yang diperiksa.
2) Anggota BPK dilarang:
- Menerima pemberian dalam bentuk apapun (langsung/tak langsung) yang patut diduga dapat
mempengaruhi pelaksanaan tugas dan wewenangnya
b. Bagi Pemeriksa
1) Pemeriksa wajib:
- Bersikap tegas dalam menerapkan prinsip, nilai, dan keputusan.
- Bersikap tegas untuk mengemukakan dan/ atau melakukan hal-hal yang menurut
pertimbangan dan keyakinannya perlu dilakukan.
- Bersikap jujur dan terus terang tanpa harus mengorbankan rahasia pihak yang diperiksa.
2) Pemeriksa dilarang:
- Menerima pemberian dalam bentuk apapun (langsung/tak langsung) yang patut diduga dapat
mempengaruhi pelaksanaan tugas dan wewenangnya.
- Menyalahgunakan wewenangnya sebagai pemeriksa guna memperkaya atau menguntungkan
diri sendiri atau pihak lain.
3. Profesionalisme
a. Bagi anggota BPK
Angota BPK wajib:
- Menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian, dan kecermatan.
- Menyimpan rahasia negara dan/ atau rahasia jabatan.
- Menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya
untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.
- Menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.
b. Bagi Pemeriksa
1) Pemeriksa wajib:
- Menerapkan prinsip kehati-hatian, ketelitian dan kecermatan.
- Menyimpan rahasia negara atau rahasia jabatan, rahasia pihak yang diperiksa dan hanya
mengemukakannya kepada pejabat yang berwenang.
- Menghindari pemanfaatan rahasia negara yang diketahui karena kedudukan atau jabatannya
untuk kepentingan pribadi, golongan, atau pihak lain.
- Menghindari perbuatan di luar tugas dan kewenangannya.
- Mempunyai komitmen tinggi untuk bekerja sesuai dengan standar pemeriksaan keuangan
negara.
- Memutakhirkan, mengembangkan, dan meningkatkan kemampuan profesionalnya dalam
rangka melaksanakan tugas pemeriksaan.
- Menghormati dan mempercayai serta saling membantu diantara pemeriksa sehingga dapat
bekerjasama dengan baik dalam pelaksanaan tugas.
- Saling berkomunikasi dan mendiskusikan permasalahan yang timbul dala menjalankan tugas
pemeriksaan.
- Menggunakan sumber daya publik secara efisien, efektif dan ekonomis.
2) Pemeriksa dilarang:
- Menerima tugas yang bukan merupakan kompetensinya.
- Mengungkapkan informasi yang terdapat dalam proses pemeriksaan kepada pihak lain, baik
lisan maupun tertulis, kecuali untuk kepentingan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
- Mengungkapkan laporan hasil pemeriksaan atau substansi hasil pemeriksaan kepada media
massa kecuali atas ijin atau perintah ketua atau wakil ketua atau anggota bpk.
- Mendiskusikan pekerjaannya dengan auditee diluar kantor bpk atau kantor auditee.

BAGIAN 3
PENGANTAR SPKN DAN STANDAR UMUM
A. SEKILAS TENTANG SPKN
SPKN diatur dalam Peraturan BPK No.1 Tahun2007.
Istilah-istilah:
a. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
b. Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) adalah unit organisasi di lingkungan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Kementerian Negara, Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Departemen
yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
c. Satuan Pengawasan Intern adalah unit organisasi pada Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan dalam lingkup kewenangannya.
SPKN dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Pemeriksaan yang selanjutnya disebut PSP. SPKN yang
dimaksud terdiri atas Pendahuluan Standar Pemeriksaan dan 7 (tujuh) PSP.
PSP yang dimaksud terdiri dari:
1. Standar Umum (PSP 01)
2. Pemeriksaan Keuangan: - Standar Pelaksanaan (PSP 02)
- Standar Pelaporan (PSP 03)
3. Pemeriksaan Kinerja: - Standar Pelaksanaan (PSP 04)
- Standar Pelaporan (PSP 05)
4. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu: - Standar Pelaksanaan (PSP 06)
- Standar Pelaporan (PSP 07)

SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas, program, kegiatan serta
fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan TJKN sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
SPKN berlaku bagi:
1. BPK.
2. Akuntan Publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan TJKN, untuk dan
atas nama BPK.
3. APIP, satuan pengawasan intern, maupun pihak lainnya dapat menggunakan SPKN sebagai acuan dalam
menyusun standar pengawasan sesuai dengan kedudukan, tugas, dan fungsinya.

B. PENDAHULUAN STANDAR PEMERIKSAAN


1. Penentuan Jenis Pemeriksaan
2. Tanggung Jawab Manajemen Entitas yang Diperiksa
a. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin: (1) pencapaian
tujuan sebagaimana mestinya; (2) keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola; (3) kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan; (4) perolehan dan pemeliharaan data/informasi
yang handal, dan pengungkapan data/informasi secara wajar.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara secara
tepat waktu.
d. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu proses untuk
memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.
3. Tangung Jawab Pemeriksa
a. merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan
b. memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik
c. menjunjung tinggi integritas, obyektivitas, dan independensi meskipun berada di bawah tekanan atau
konflik
d. bersikap jujur dan terbuka kepada entitas yang diperiksa dan para pengguna laporan hasil
pemeriksaan dalam melaksanakan pemeriksaannya dengan tetap memperhatikan batasan
kerahasiaan yang dimuat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. berhati-hati dalam menggunakan informasi yang diperoleh selama melaksanakan pemeriksaan.
f. mempertahankan independensi dalam sikap mental (independent in fact) dan independensi dalam
penampilan perilaku (independent in appearance) pada saat melaksanakan pemeriksaan.
g. mengungkapkan semua hal yang material atau signifikan yang diketahuinya, yang apabila tidak
diungkapkan dapat mengakibatkan kesalahpahaman para pengguna laporan hasil pemeriksaan,
kesalahan dalam penyajian hasilnya, atau menutupi praktik-praktik yang tidak patut atau tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h. membantu manajemen dan para pengguna laporan hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami
tanggung jawab pemeriksa berdasarkan Standar Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang
ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
i. mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pemeriksaan kepada pihak-pihak yang terkait
4. Tanggung Jawab Organisasi Pemeriksa
Organisasi pemeriksa mempunyai tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa:
a. independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan,
b. pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan hasil pemeriksaan,
c. pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan secara kolektif
mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai
d. peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu pernyataan,
apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut dirancang dan memberikan
keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar Pemeriksaan.

C. STANDAR UMUM PADA SPKN


Standar umum ini berlaku untuk semua jenis pemeriksaan: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja,
dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Standar umum pada SPKN meliputi:
1. Persyaratan Kemampuan/Keahlian
“Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang memadai
untuk melaksanakan tugas pemeriksaan”.
Artinya, tim pemeriksa harus secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan pengalaman yang
dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya.
Syarat pendidikan berkelanjutan:
Bagi pemeriksa:
a. Setiap 2 tahun harus menyelesaikan paling tidak 80 jam pendidikan yang secara langsung
meningkatkan kecakapan profesional pemeriksa untuk melaksanakan pemeriksaan.
b. Sedikitnya 24 jam dari 80 jam pendidikan tersebut harus dalam hal yang berhubungan langsung
dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan TJKN di lingkungan pemerintah atau lingkungan yang
khusus dan unik di mana entitas yang diperiksa beroperasi.
c. Sedikitnya 20 jam dari 80 jam tersebut harus diselesaikan dalam 1 tahun dari periode 2 tahun.
Bagi tenaga ahli intern/ekstern:
a. Harus memiliki kualifikasi atau sertifikasi, dan harus menjaga kompetensi, tetapi tidak harus
memenuhi syarat pendidikan di atas.
b. Pemeriksa yang menggunakan bantuan tenaga ahli harus meyakini kualifikasi mereka, dan harus
mendokumentasikan keyakinan tersebut.
Syarat keahlian/kemampuan pemeriksa (secara kolektif):
a. Pengetahuan tentang Standar Pemeriksaan
b. Pengetahuan umum tentang lingkungan, program, dan kegiatan objek pemeriksaan
c. Keterampilan berkomunikasi secara jelas dan efektif (lisan dan tulisan)
d. Keterampilan yang memadai untuk pemeriksaan yang dilaksanakan, misalnya di bidang sistem
informasi, statistika, atau keahlian lainnya
e. Keahlian di bidang akuntansi dan auditing
2. Independensi
“Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa
dan pemeriksa, harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi,
ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”
Hal ini juga berlaku bagi tenaga ahli. Apabila tenaga ahli memiliki gangguan terhadap independensi, maka
pemeriksa tidak boleh menggunakan hasil pekerjaan tenaga ahli tersebut.
Macam-macam gangguan independensi:
a. Gangguan pribadi, seperti:
1) Memiliki hubungan darah garis lurus ke atas atau ke bawah atau semenda sebanyak 2 derajat
dengan entitas yang diperiksa
2) Sebagai pegawai entitas yang diperiksa, dalam posisi yang berpengaruh secara signifikan dan
langsung atas entitas/program yang sedang diperiksa
3) Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak pada entitas yang diperiksa
4) Sedang/pernah bekerja sama dengan entitas yang diperiksa dalam 2 tahun terakhir
5) Pernah menjadi pengelola/pengambil keputusan pada entitas diperiksa, yang berdampak pada
pelaksanaan kegiatan/program entitas yang diperiksa
6) Memiliki prasangka terhadap orang atau organisasi entitas yang diperiksa
7) Memiliki kecenderungan untu memihak
b. Gangguan ekstern, seperti:
1) Pengaruh pihak ekstern yang membatasi atau mengubah lingkup pemeriksaan
2) Pengaruh pihak ekstern terhadap pemilihan dan penerapan prosedur pemeriksaan dan pemilihan
sampel
3) Pembatasan waktu yang tidak wajar untuk penyelesaian suatu pemeriksaan
4) Campur tangan pihak ekstern mengenai penugasan, penunjukan, dan promosi pemeriksa
5) Pembatasan terhadap sumber daya yang disediakan bagi organisasi pemeriksa, yang dapat
berdampak negatif
6) Wewenang untuk menolak atau mempengaruhi pertimbangan pemeriksa terhadap isi laporan
hasil pemeriksaan (LHP)
7) Ancaman penggantian petugas pemeriksa atas ketidaksetujuan dengan isi LHP
c. Gangguan organisasi
 yaitu gangguan terhadap independensi organisasi pemeriksa akibat kedudukan, fungsi, dan
struktur organisasinya.
3. Penggunaan Kemahiran Profesional Secara Cermat dan Seksama
“Dalam pelaksanaan pemeriksaan serta penyusunan laporan hasil pemeriksaan,
pemeriksa wajib menggunakan kemahiran profesionalnya secara cermat dan
seksama”.
Yang berarti, penggunaan kemahiran profesional dalam:
a. Merencanakan pemeriksaan (menentukan jenis pemeriksaan, lingkup, metodologi, dll)
b. Menggunakan professional scepticism (tidak selalu mencurigai auditee, tetapi juga tidak
mempercayai sepenuhnya)
c. Menerapkan standar pemeriksaan
4. Pengendalian Mutu
“Setiap organisasi pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan berdasarkan
Standar Pemeriksaan harus memiliki sistem pengendalian mutu yang memadai,
dan sistem pengendalian mutu tersebut harus direviu oleh pihak lain yang
kompeten (pengendalian mutu ekstern)”
Kebijakan dan prosedur BPK serta prosedur pemeriksaan harus direviu paling tidak sekali dalam 5 (lima)
tahun oleh organisasi pemeriksa ekstern yang kompeten, yang tidak mempunyai kaitan dengan organisasi
pemeriksa yang direviu.

BAGIAN 4
PEMERIKSAAN KEUANGAN
A. PENGANTAR PEMERIKSAAN KEUANGAN
1. Pengertian dan Tujuan
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas LK, dengan tujuan untuk memberikan keyakinan
yang memadai (reasonable assurance) apakah LK telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dengan memperhatikan :
a. Kesesuaian Laporan Keuangan dengan Standar Akuntansi.
b. Kecukupan pengungkapan.
c. Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
d. Efektivitas sistem pengendalian intern.
2. Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan (PSP No. 02)
a. standar pekerjaan lapangan yang ada dalam SPAP :
1) Perencanaan dan supervisi:
“Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan tenaga asisten
harus disupervisi dengan semestinya.”
2) Pemahaman atas pengendalian intern
“Pemahaman yang memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan
audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.”
3) Bukti audit
“Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan
pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.”
b. standar pelaksanaan pemeriksaan tambahan yang dibentuk oleh BPK:
1) Komunikasi pemeriksa
Pemeriksa harus mengkomunikasikan informasi yang berkaitan dengan sifat, saat, lingkup
pengujian, pelaporan yang direncanakan, dan tingkat keyakinan kepada manajemen entitas yang
diperiksa dan atau pihak yang meminta pemeriksaan.
2) Pertimbangan terhadap hasil pemeriksaan sebelumnya
Pemeriksa harus mempertimbangkan hasil pemeriksaan sebelumnya serta tindak lanjut atas
rekomendasi yang signifikan dan berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang sedang
dilaksanakan.
3) Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya kecurangan, ketidakpatuhan dan
terjadinya penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan
a) untuk memberikan keyakinan yang memadai guna mendeteksi salah saji material yang
disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berpengaruh langsung dan material terhadap penyajian laporan keuangan.
b) Pemeriksa harus waspada pada kemungkinan adanya situasi dan/atau peristiwa yang
merupakan indikasi kecurangan dan/atau ketidakpatutan
c) pemeriksa harus menerapkan prosedur pemeriksaan tambahan jika :
- informasi tertentu menjadi perhatian pemeriksa, dan memberikan bukti yang berkaitan
dengan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh
material tetapi tidak langsung berpengaruh terhadap kewajaran penyajian laporan
keuangan
- timbul indikasi kecurangan serta berpengaruh signifikan terhadap kewajaran penyajian
laporan keuangan (untuk memastikan kecurangan telah terjadi dan menentukan
dampaknya terhadap kewajaran penyajian LK)
4) Pengembangan temuan pemeriksaan
Pemeriksa harus merencanakan dan melaksanakan prosedur pemeriksaan untuk
mengembangkan unsur-unsur temuan pemeriksaan.
5) Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumentasi pemeriksaan dalam bentuk
kertas kerja pemeriksaan. Dokumentasi pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan
pemeriksa yang berpengalaman, tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan
tersebut dapat memastikan bahwa dokumentasi pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang
mendukung pertimbangan dan simpulan pemeriksa. Dokumentasi pemeriksaan harus mendukung
opini, temuan, simpulan dan rekomendasi pemeriksaan.
3. Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan
a. standar pekerjaan lapangan yang ada dalam SPAP :
1) Laporan akuntansi harus menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang lazim.
2) Laporan harus menyatakan apakah prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan secara konsisten
dalam periode yang diperiksa dihubungkan dengan periode sebelumnnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dianggap memadai, kecuali dinyatakan
lain dalam laporan akuntansi.
4) Laporan akuntan harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau memuat penjelasan, bahwa pernyataan pendapat tidak dapat diberikan. Bila
pernyataan pendapat yang menyeluruh tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.
b. standar pelaksanaan pemeriksaan tambahan yang dibentuk oleh BPK:
1) Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan.
LHP harus menyatakan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan Standar Pemeriksaan.
2) Pelaporan tentang kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
LHP atas LK harus mengungkapkan bahwa pemeriksa telah melakukan pengujian atas kepatuhan
terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berpengaruh langsung dan material
terhadap penyajian laporan keuangan. Ketentuan ini terdiri dari dua macam yaitu :
- Pelaporan Mengenai Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan
Ketidakpatutan.
- Pelaporan Langsung tentang Kecurangan dan atau Penyimpangan dari Ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
3) Pelaporan tentang pengendalian internal.
Laporan atas pengendalian intern harus mengungkapkan kelemahan dalam pengendalian intern
atas pelaporan keuangan yang dianggap sebagai “kondisi yang dapat dilaporkan”.
4) Pelaporan tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab.
LHP yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan
dari ketentuan peraturan perundang-undangan, dan ketidakpatutan, harus dilengkapi tanggapan
dari pimpinan atau pejabat yang bertanggung jawab pada entitas yang diperiksa mengenai
temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan.
5) Pelaporan informasi rahasia.
Informasi rahasia yang dilarang oleh ketentuan peraturan perundang-undangan untuk
diungkapkan kepada umum tidak diungkapkan dalam laporan hasil pemeriksaan. Namun laporan
hasil pemeriksaan harus mengungkapkan sifat informasi yang tidak dilaporkan tersebut dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang menyebabkan tidak dilaporkannya informasi
tersebut.
6) Penerbitan dan pendistribusian laporan hasil pemeriksaan.
LHP diserahkan kepada:
- lembaga perwakilan,
- entitas yang diperiksa,
- pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa,
- pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan,
- pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima laporan hasil pemeriksaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. Tahap Pemeriksaan Keuangan

B. PERENCANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


Sesuai dengan SPKN, pemeriksaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya. Perencanaan pemeriksaan
dilakukan untuk mempersiapkan program pemeriksaan yang akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan
pemeriksaan, sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efisien dan efektifungsi
Perencaan pemeriksaan keuangan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
2. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa.
3. Pemahaman atas entitas.
4. Pemantauan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan sebelumnya.
5. Pemahaman atas sistem pengendalian internal.
6. Pemahaman dan penilaian risiko.
7. Penetapan tingkat materialitas awal dan tingkat kesalahan tertolerir.
8. Penentuan metode uji petik.
9. Pelaksanaan prosedur analitis awal.
10. Penyusunan program pemeriksaan dan program kegiatan perseorangan.
Keterangan:
1. Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan.
Pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan dilakukan untuk mengetahui hasil akhir dan
sasaran pemeriksaan yang diharapkan Pemberi Tugas serta mengetahui kriteria pengukuran kinerja
penugasan. Pemahaman tersebut dilakukan dengan melakukan komunikasi dengan pemberi tugas oleh
pemeriksa dengan memperhatikan input-input sebagai berikut.
a. Laporan hasil pemeriksaan tahun sebelumnya.
b. Laporan hasil pemantauan tindak lanjut.
c. Survey pendahuluan atas entitas atau objek yang baru pertama kali diperiksa.
d. Database entitas.
e. Hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya.
2. Pemenuhan kebutuhan pemeriksa.
Berdasarkan langkah pemahaman tujuan pemeriksaan dan harapan penugasan maka dilanjutkan
dengan langkah kedua yaitu langkah pemenuhan kebutuhan pemeriksa.
Langkah ini bertujuan untuk:
a. Menyusun tim pemeriksa dengan komposisi keahlian yang sesuai dengan kebutuhan penugasan
b. Memberitahu anggota tim pemeriksa mengenai penugasan yang akan dilakukan, yang meliputi tujuan
pemeriksaan, lingkup pemeriksaan, harapan pemberi tugas, ukuran kinerja pemeriksaan)
c. Membagi tugas pemeriksaan sesuai keahlian masing-masing dan mendapatkan komitmen dari
anggota pemeriksa akan peran mereka dalam penyelesaian tugas dan memenuhi harapan Pemberi
Tugas agar dapat dilaksanakan pemeriksaan yang efektif dan efisien.
Input yang diperlukan dalam langkah pemenuhan kebutuhan pemeriksa ini adalah :
a. Kertas kerja pemeriksaan sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan tahun kedua
dan selanjutnya) terutama tentang hal-hal spesifik yang cukup signifikan yang harus diperiksa (misal,
perpajakan, teknologi informasi entitas).
b. Formulir Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan.
3. Pemahaman atas entitas.
Langkah pemahaman atas entitas bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam
mengenai proses kerja secara umum dan risiko terkait dari tiap proses kerja spesifik entitas yang
diperiksa, dan untuk mengidenfikasikan dan memahami hal-hal penting yang harus dipenuhi oleh entitas
dalam mencapai tujuannya.
Input yang diperlukan dalam tahapan ini antara lain :
a. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya, apabila pemeriksaan merupakan pemeriksaan tahun
kedua dan selanjutnya, terutama tentang informasi umum yang telah dikumpulkan di tahun lalu
mengenai entitas yang diperiksa untuk memastikan apakah ini masih berlaku ataukah pemahaman ini
harus dimutakhirkan kembali.
b. Formulir tujuan dan harapan penugasan.
c. Komunikasi dengan pemeriksa terdahulu.
d. Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap entitas.
e. Hasil survei pendahuluan apabila entitas pertama kali diperiksa.
f. Laporan hasil pengawasan intern.
g. Database entitas.
h. Informasi lain yang relevan dari lembaga sumber seperti pengumuman di media, kutipan situs
internet, dan lain-lain.
4. Pemantauan tindak lanjut dari hasil pemeriksaan sebelumnya.
Tujuan dari tahap ini adalah :
a. Mengidentifikasi tindak lanjut saran/rekomendasi BPK
b. Menilai pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK, apakah telah sesuai dengan rekomendasi
tersebut atau tidak.
c. Mengidentifikasi dampaknya pada pelaporan keuangan yang diperiksa.
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah:
a. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (untuk pemeriksaan tahun berkala di tahun kedua atau
berikutnya).
b. Surat tugas/keterangan atau rencana tindak lanjut (action plan) dari pejabat entitas atau database
entitas.
c. Laporan perkembangan tindak lanjut hasil pemeriksaan tahun sebelumnya dari entitas.
d. Formulir Pemantauan Tindak Lanjut
e. Hasil pemahaman umum atas entitas.
5. Pemahaman atas sistem pengendalian internal.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengkaji pengendalian intern yang diterapkan oleh entitas dalam
menjalankan kegiatannya secara efektif dan efisien dan mengkaji kemungkinan terjadinya
kecurangan.(faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya mistatment dan kecurangan)
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah:
a. Kertas kerja hasil pemeriksaan tahun sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun kedua
dan selanjutnya) terutama tentang catatan mengenai pengendalian internal di tingkat entitas dan hal-
hal yang mungkin sekali terjadi kecurangan.
b. Hasil penelaahan umum atas entitas.
c. Pembagian peran pemeriksa (yang mungkin memasukkan spesialis pengungkap kecurangan/fraud
examiner sebelumnya).
d. Diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit entitas.
e. Diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan membaca laporan pemeriksaan intern.
f. Peraturan perundang-undangan yang secara signifikan berpengaruh terhadap entitas.
g. Hasil penindaklanjutan pemeriksaan tahun sebelumnya.
6. Pemahaman dan penilaian risiko.
Tujuan dari tahap ini adalah melakukan pengkajian atas risiko secara gabungan agar dapat disusun
prosedur pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan yang efektif dan efisien.
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah :
a. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun kedua dan
selanjutnya) terutama mengenai penilaian risiko secara gabungan.
b. Hasil penelaahan umum atas entitas.
c. Strategi Pemeriksaan
d. Diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas atau komite audit entitas.
e. Diskusi dengan personil satuan kerja pemeriksa intern dan meninjau ulang laporan pemeriksaan
intern.
f. Hasil pengujian pengendalian.
7. Penetapan tingkat materialitas awal dan tingkat kesalahan tertolerir.
Materialitas merupakan besaran penghilangan atau kesalahan pencatatan yang sangat
mempengaruhi pengambilan keputusan. Dalam mengembangkan strategi pemeriksaan, pemeriksa
mengklasifikasikan materialitas dalam dua kelompok:
1. Perencanaan tingkat materialitas (planning materiality = PM) yang berhubungan dengan laporan
keuangan secara keseluruhan.
2. Kesalahan tertolerir (tolerable error = TE) yang berhubungan dengan akun-akun atau pos-pos
keuangan secara individual.
Selain menentukan jumlah perencanaan materialitas dan TE, pemeriksa juga menentukan jumlah
nominal yang tepat untuk digunakan dalam mempersiapkan batas nominal jurnal koreksi yang akan
diajukan. Misalnya dalam suatu dokumentasi Koreksi pemeriksaan (Summary of Audit Differences).
8. Penentuan metode uji petik.
Penentuan uji petik merupakan elemen uji yang diambil oleh pemeriksa untuk memberikan keyakinan
tentang kualitas informasi yang disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Pemeriksa
menentukan metode uji petik berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Metode uji petik yang dilakukan
dapat menggunakan metode statistik atau non-statistik.
9. Pelaksanaan prosedur analitis awal.
Tujuan dari tahap ini adalah :
a. Mendapatkan strategi untuk memahami dan mengevaluasi proses-proses signifikan.
b. Membuat penilaian pendahuluan risiko secara gabungan.
Input yang diperlukan dalam tahap ini adalah :
a. Kertas kerja hasil pemeriksaan sebelumnya (jika kali ini merupakan pemeriksaan tahun kedua dan
selanjutnya) terutama tentang hal-hal signifikan dan risiko keuangan entitas.
b. Pembagian peran pemeriksa.
c. Diskusi dengan karyawan dan manajemen.
d. Sumber pengetahuan umum (buku, jurnal dan lain-lain).
e. Pelaksanaan prosedur analitis.
f. Dokumen-dokumen milik entitas.
g. Hasil penindaklanjutan pemeriksaan tahun sebelumnya.
h. Hasil pengkajian sistem pengendalian intern dan risiko adanya kecurangan.
10. Penyusunan program pemeriksaan dan program kegiatan perseorangan.
Program pemeriksaan dipersiapkan (atau diperbaharui) pada masing-masing penugasan untuk
prosedur pengujian atas pengendalian intern dan pemeriksaan substantif atas akun atau pos-pos
keuangan signifikan yang terkait. Program pemeriksaan mengkonversikan strategi pemeriksaan yang
dibuat menjadi suatu deskripsi komprehensif mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Lebih lanjut,
program pemeriksaan tersebut harus diperiksa dan disetujui sebelum pelaksanaan pekerjaan. Program
pemeriksaan menjelaskan secara terperinci jenis, waktu, dan luas prosedur pemeriksaan (misalnya,
prosedur yang akan dilakukan, banyaknya transaksi yang akan diuji atau jumlah uang yang akan
diverifikasi, dan kapan prosedur tersebut akan dilakukan).

C. SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP) PP No.60 Th. 2008


Peraturan ini menjelaskan tentang sistem pengendalian intern yang diterapkan pada lingkungan
pemerintahan. Adapun menurut undang-undang ini, sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) adalah
sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Tujuan diadakannya sistem pengendalian internal pemerintahan ini adalah untuk mencapai pengelolaan
keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.
SPIP terdiri atas unsur:
1. Lingkungan pengendalian;
2. Penilaian risiko;
3. Kegiatan pengendalian;
4. Informasi dan komunikasi; dan
5. Pemantauan pengendalian intern.
1. LINGKUNGAN PENGENDALIAN
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang
menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Intern dalam
lingkungan kerjanya, melalui:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
2. PENILAIAN RISIKO
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko tersebut terdiri atas:
a. Identifikasi risiko; dan
b. Analisis risiko.
Dalam rangka penilaian risiko sebagaimana dimaksud pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan:
a. tujuan Instansi Pemerintah; dan
b. tujuan pada tingkatan kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
3. KEGIATAN PENGENDALIAN
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang bersangkutan. Penyelenggaraan
kegiatan pengendalian tersebut sekurang-kurangnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok Instansi Pemerintah;
b. Kegiatan pengendalian harus dikaitkan dengan proses penilaian risiko;
c. Kegiatan pengendalian yang dipilih disesuaikan dengan sifat khusus Instansi Pemerintah;
d. Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan secara tertulis;
e. Prosedur yang telah ditetapkan harus dilaksanakan sesuai yang ditetapkan secara
f. Tertulis; dan
g. Kegiatan pengendalian dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut masih sesuai
dan berfungsi seperti yang diharapkan.
h. Kegiatan pengendalian tersebut terdiri atas:
i. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
j. Pembinaan sumber daya manusia;
k. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
l. Pengendalian fisik atas aset;
m. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
n. Pemisahan fungsi;
o. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
p. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
q. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
r. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
s. Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta transaksi dan kejadian penting.
4. KOMUNIKASI DAN INFORMASI
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi
dalam bentuk dan waktu yang tepat secara efektif.
Untuk menyelenggarakan komunikasi yang efektif, pimpinan Instansi Pemerintah harus sekurang-
kurangnya:
a. Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi; dan
b. Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi secara terus menerus.
5. PEMANTAUAN PENGENDALIAN INTERNAL
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian Intern.
Pemantauan Sistem Pengendalian Intern tersebut dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan,
evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya.
Pemantauan berkelanjutan tersebut diselenggarakan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi,
pembandingan, rekonsiliasi, dan tindakan lain yang terkait dalam pelaksanaan tugas.

D. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


1. Pelaksanaan Pengujian Analitis Terinci
Tujuan:
a. Pemeriksa dapat menemukan hubungan logis penyajian antara masing-masing akun/perkiraan pada
laporan keuangan.
b. pemeriksa dapat menilai kecukupan pengungkapan atas setiap perubahan pada pos/akun/unsur pada
laporan keuangan yang diperiksa serta menentukan area-area signifikan dalam pengujian sistem
pengendalian intern dan pengujian substantif atas transaksi dan saldo.
Cara:
a. Analisis data
 menguji ketepatan penjumlahan antar akun/perkiraan serta kecukupan pengungkapannya dalam
laporan keuangan.
b. Teknik prediktif
 menguji lebih rinci kenaikan nilai akun/perkiraan yang tidak biasa (unusual item) apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
c. Analisis rasio dan tren
 menguji lebih rinci rasio dan tren dari akun/perkiraan yang telah dilakukan pada pengujian analitis
awal.
2. Pengujian Sistem Pengendalian Intern (Test of Control)
Pengujian terhadap sistem pengendalian intern meliputi pengujian yang dilakukan pemeriksa
terhadap efektivitas desain dan implementasi sistem pengendalian intern.
Apabila entitas yang terperiksa menyelenggarakan sistem akuntansi berbasis teknologi informasi, maka
pengujian juga dilakukan terhadap pengendalian teknologi informasi tersebut yang meliputi pengujian
atas:
(1) Pengendalian umum dan
(2) Pengendalian aplikasi
Hasil pengujian sistem pengendalian intern digunakan untuk menentukan strategi pengujian transaksi
laporan keuangan entitas yang terperiksa, meliputi:
a) Pengujian Substantif Mendalam.
 dilakukan apabila pemeriksa menyimpulkan bahwa sistem pengendalian intern secara keseluruhan
lemah atau risiko pengendaliannya tinggi. Dalam hal ini, pemeriksa langsung melakukan pengujian
substantif atas transaksi dan saldo dengan sampel yang luas dan tanpa mempertimbangkan transaksi
dan akun/perkiraan yang signifikan.
b) Pengujian Substantif Terbatas.
 dilakukan apabila pemeriksa menyimpulkan bahwa sistem pengendalian intern secara keseluruhan
baik/efektif atau risiko pengendaliannya rendah.
3. Pengujian Substantif Atas Transaksi & Saldo Akun
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas transaksi dan saldo-saldo akun/perkiraan serta
pengungkapannya dalam laporan keuangan yang diperiksa.
Pengujian tersebut memperhatikan:
a. kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,
b. kecukupan pengungkapan,
c. efektivitas sistem pengendalian intern
d. kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Saat pelaksanaan pengujian substantif atas transaksi dan saldo akun:
- setelah pemeriksa memperoleh laporan keuangan entitas yang terperiksa
- bisa juga pada pemeriksaan interim, namun hasil pengujian tersebut perlu direviu lagi setelah
laporan keuangan diterima.
Manfaat pengujian substantif atas transaksi dan saldo akun:
untuk meyakini asersi manajemen atas laporan keuangan pihak yang terperiksa, yaitu:
(1) Keberadaan dan keterjadian (existence and occurence)
(2) Kelengkapan (completeness)
(3) Hak dan kewajiban (right and obligation)
(4) Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation)
(5) Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
Pengujian substantif atas transaksi dan saldo meliputi pengujian pada:
a. pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan
b. belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan
c. kas dan bank
d. piutang
e. persediaan
f. aset tetap
g. dana cadangan
h. aset lainnya
i. kewajiban
4. Penyelesaian Penugasan
 merupakan kegiatan untuk mereviu tiga hal, yaitu:
(1) Kewajiban kontijensi
Kewajiban potensial dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan
terjadinya atau tidak terjadinya suatu peristiwa pada masa datang yang tidak sepenuhnya
berada dalam kendali entitas
(2) Kontrak/komitmen jangka panjang
untuk menentukan kemungkinan kerugian yang akan terjadi
(3) Kejadian setelah tanggal neraca.
mengidentifikasi kejadian setelah tanggal neraca yang berdampak material terhadap
informasi keuangan yang tertera dalam laporan keuangan entitas yang diperiksa dan
mereviu apakah kejadian tersebut telah dilaporkan dalam catatan atas laporan keuangan
5. Penyusunan Konsep Temuan Pemeriksaan
Konsep Temuan Pemeriksaan: permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang perlu dikomunikasikan
kepada pihak yang terperiksa. Permasalahan tersebut meliputi
(1) Ketidakefektivan sistem pengendalian intern,
(2) Kecurangan dan penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan,
(3) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang signifikan, dan
(4) Ikhtisar koreksi.
Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa kepada pejabat entitas yang berwenang
untuk mendapatkan tanggapan tertulis dan resmi dari entitas tersebut.
6. Perolehan Tanggapan Resmi & Tertulis
Tanggapan tersebut akan diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan atas laporan keuangan pihak yang
terperiksa.
7. Penyampaian Temuan Pemeriksaan.
Pemeriksa dalam hal ini ketua tim menyampaikan Temuan Pemeriksaan kepada pihak yang terperiksa.
Tanggal penyampaian temuan pemeriksaan tersebut merupakan tanggal LHP karena hal ini merupakan
batas terakhir pelaksanaan pemeriksaan.

E. SIKLUS PENDAPATAN DAERAH


1. Tujuan pemeriksaan atas siklus pendapatan
Tujuan adanya siklus pendapatan adalah mengungkapkan ada atau tidaknya salah saji yang material
dalam pos pendapatan daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah.
2. Proses pemeriksaan
Proses pemeriksaan atas siklus pendapatan mencakup pemeriksaan atas :
a. Pendapatan daerah yang meliputi pos pajak daerah, retribusi laba, bagian laba usaha, dan lain-lain
pendapatan asli daerah.
b. Dana perimbangan yang mencakup bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan dana
perimbangan dari pusat.
c. Lain-lain pendapatan yang sah.
3. Materialitas dan risiko pemeriksaan
Transaksi-transaksi dalam siklus pendapatan ini sangat berpengaruh terhadap laporan keuangan.
Kesalahan dalam membedakan antara pendapatan yang diterima secara tunai dengan pendapatan yang
diterima secara kredit akan menimbulkan salah saji dalam laporan keuangan.
Risiko bawaan pada siklus pendapatan adalah tinggi. Faktor yang menyebabkannya adalah sebagai
berikut.
a. Volume transaksi yang selalu tinggi.
b. Masalah akuntansi yang selalu berkembang.
4. Pemeriksaan pos pendapatan asli daerah
Berikut adalah ikhtisar prosedur dalam pemeriksaan pos pendapatan asli daerah.
1) Lakukan pengujian untuk menentukan apakah nilai realisasi pos pendapatan asli daerah dan pos retribusi
daerah yang dibukukan telah mencakup seluruh hak daerah yang telah diterima oleh kas daerah pada
tahun anggaran perhitungan.
2) Lakukan verifikasi bukti-bukti penerimaan berupa Surat Tanda Setoran (STS) untuk menentukan apakah
posting atas penerimaan pajak dan retribusi daerah tersebut telah sesuai dengan ayat pendapatan yang
bersangkutan dan telah disajikan berdasarkan ayat tersebut.
3) Lakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan pemungutan pajak daerah untuk menentukan
apakah jumlah PPJU yang disetor dan telah dibukukan tersebut adalah pendapatan bruto yang belum
dipotong upah pungut dan belum dikompensasikan dengan pembayaran listrik pemda.
4) Dari hasil konfirmasi tersebut, kesalahan penyetoran pendapatan PPJU oleh PT PLN dapat diketahui.
5) Lakukan pengujian untuk menentukan apakah pengembalian pajak daerah kepada wajib pajak yang
dilakukan dengan penerbitan SPMU pada tahun anggaran perhitungan telah diperhitungkan dengan
mengurangi nilai realisasi penerimaan pajak yang disajikan dalam lampiran pada ayat bersangkutan.
5. Pemeriksaan pos dana perimbangan
Berikut adalah petunjuk pemeriksaan pos dana perimbangan keuangan pusat dan daerah.
1) Lakukan pengujian untuk menentukan apakah nilai realisasi pendapatan pos bagi hasil pajak, pos bagi
hasil bukan pajak, pos dana alokasi umum, pos dana alokasi khusus, dan pos dana darurat untuk
bencana alam yang dibukukan pada masing-masing ayat pendapatan bersangkutan telah mencakup
seluruh hak daerah yang telah diterima oleh kas daerah pada tahun anggaran perhitungan.
2) Lakukan verifikasi terhadap bukti-bukti penerimaan bagi hasil, DAU, DAK, dan dana darurat berupa
bukti transfer untuk menentukan apakah posting atas penerimaan transfer tersebut telah sesuai
dengan ayat pendapatan yang bersangkutan dan apakah telah dilampirkan sesuai dengan ayat
tersebut.
3) Lakukan konfirmasi kepada instansi yang terkait dengan penyaluran dana perimbangan tersebut
untuk menentukan apakah jumlah dana tersebut telah menjadi hak daerah.
6. Ikhtisar Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi Pendapatan
No Tujuan pemeriksaan Pengendalian Internal Test of Control Substantive Test of
yang penting Transaction
1. Keberadaan & - Pemisahan fungsi: - Teliti pemisahan fungsi - Periksa secara uji petik
keterjadian: penerima kas & penerima kas dan dokumen pendukung
- Pendapatan& akuntansi akuntansi baik desain pencatatan pendapatan
penerimaan - Pencatatan maupun implementasinya - Teliti secara uji petik
pembiayaan di LRA pendapatan & - Teliti otoritas bendahara pencatatan pendapatan ke
benar2 ada penerimaan penerima apakah telah salinan SK penerimaan
- Benar2 dimiliki pembiayaan telah ditetapkan dalam SK daerah dan STS
pemda didukung oleh SK - Teliti apakah pencatatan - Teliti secara uji petik bukti
yang disetujui dan telah dilakukan dengan penerimaan daerah yang
Surat Tanda benar material nilainya
Setoran(STS) - Teliti apakah pendapatan - Teliti secara uji petik
prenumbered yang yang dilaporkan telah apakah pendapatan yang
dipertanggungjwbkan diverifikasi kepemilikannya melalui bendahara
- Teliti dasar penetapan penerima telah disetorkan
pendapatan ke kas daerah tepat waktu
- Teliti pengendalian - Teliti apaka ada
pendapatan daerah melalui pendapatan yang
bendahara penerima disetorkan bukan ke
rekening Kas Umum
Daerah
2. Kelengkapan: - Seluruh pendapatan - Teliti dokumen yang - Teliti secara uji petik SK
- Seluruh transaksi telah dicatat di LRA mendasari pendapatan penetapan pendapatan
pndapatan telah - Pencatatan - Teliti apakah pendapatan dan pencatatannya
dicatat di LRA pendapatan melalui telah dilaporkan di LRA dan - Teliti secara uji petik buku
- Mengetahui& verifikasi intern CALK besar pendapatan pada
meyakinkan bahwa - Pertanggungjawaban - Teliti urutan no.bukti akhir periode
seluruh pendapatan STS prenumbered pendapatan
daerah mencakup
transaksi pada
periode pelaporan
3. Penilaian&alokasi: - Prosedur verifikasi - Teliti apakah telah - Teliti secara uji petik
- Transaksi intern/reviu atas nilai dilakukan verifikasi intern/ kebenaran perhitungan
pendapatan telah realisasi pendapatan reviu atas dokumen dokumen pendapatan
dicatat sesuai - Penilaian kembali pendapatan & Teliti apakah - Teliti secara uji petik
dengan nilai yg pendapatan dengan hasilnya telah apakah pendapatan tahun
semestinya dan nilai wajar ditindaklanjuti berjalan sesuai dg nilai
penghitungan yang - Teliti apakah pendapatan wajarnya di LRA
tepat telah dinilai kembali - Teliti secara uji petik
informasi/dokumen
pendapatan & bandingkan
dengan yang di LRA
4. Hak&Kewajiban: - Pengawasan/reviu - Teliti pengawasan intern - Teliti secara uji petik
- Pendapatan selama atas pendapatan pendapatan yang nilainya apakah dokumen
tahun anggaran terkait material pendapatan dimiliki oleh
yang berjalan yang - Teliti hak atas pendapatan pihak lain
relevan oleh pemda - Nilai pendapatan di LRA
- Pendapatan benar2 merupakan nilai wajar yang
hak dan dimiliki dimiliki pemda
pemda
5. Pengungkapan: - Pengawasan intern/ - Teliti apakah klasifikasi & - Teliti klasifikasi akun2 yang
- Pendapatan telah reviu atas klasifikasi pengungkapan telah berhubungan dengan
dilaporkan secara akun2 yang dilakukan secara memadai pendapatan, apakah sudah
memadai dalam LK berhubungan dgn - Reviu kebijaka akuntansi sesuai dengan SAP
sesuai SAP pendapatan telah terkait dengan pendapatan,
memadai telaah kesesuaiannya
- Pengawasan intern/ dengan SAP
reviu atas - Reviu pelaksanaan
pengungkapan telah penyusunan laporan&
memadai verifikasi internal untuk
- Terdapat kebijakan memastikan bahwa
akuntansi, sistem,& pengungkapan atas
prosedur penyusunan penyajian pendapatan telah
LK, serta verifikasi memadai sesuai SAP
internal

E. SIKLUS BELANJA DAN PEMBIAYAAN


1. Siklus belanja daerah
Sifat Siklus Belanja Daerah
1. Dimulai dengan adanya dari berbagai dinas/dinas setingkat melalui pengajuan DIPA.
2. Dapat dilakukan secara tunai maupun kredit.
3. Dua kelompok utama dalam siklus ini adalah transaksi pebelian dan pengeluaran kas.
4. Berkaitan dengan belanja pegawai, belanja operasional, belanja pemeliharaan, dll.
2. Materialitas dan risiko pemeriksaan belanja
Berbagai pos rekening seperti belanja operasi dan pemeliharaan, belanja administrasi umum, serta
belanja modal/pembangunan dapat bersifat material secara individual.
Inherent Risk Pada beberapa entitas adalah tinggi. Yang menyebabkan resiko ini tinggi adalah sebagai
berikut.
1. Volume transaksi yang selalu tinggi.
2. Kemungkinan adanya belanja dan pengeluaran tanpa otorisasi.
3. Pembelian Aktiva yang tidak Perlu.
4. Masalah Akuntansi yang berkembang.
3. Sasaran pemeriksaan siklus belanja
Tujuan pemeriksaan siklus ini adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing pernyataan
signifikan yang terkait dengan transaksi dan saldo siklus ini. Tujuan pemeriksaan ditentukan berdasarkan
lima kategoi asersi laporan keuangan sebagai berikut.
 Asersi keberadaan atau keterjadian.
 Asersi kelengkapan.
 Asersi hak dan kewajiban.
 Asersi penilaian dan alokasi.
 Asersi pelaporan dan pengungkapan.
4. Tentang sistem pengendalian internal siklus belanja
a. Pemahaman atas SPI belanja
1. Lingkungan Pengendalian
Auditor harus memahami struktur organisasi klien atas kegiatan pengeluaran. Pada tingkat dinas,
pencatatan dan wewenang pengeluaran SPM ada pada Kasubag Keuangan Dinas. Di tingkat
Pemda, pencatatan dan pengeluaran kas berada dibawah wewenang Kepala Bagian Keuangan.
Pengajuan pertanyaan mengenai dan penelaahan terhadap bagan organisasi sangat membantu
pemahaman terhadap struktur pengendalian internal.
Metode pengendalian manajemen dapat diterapkan dalam siklus ini. Pengendalian tersebut
diterapkan dalam bentuk penggunaan anggaran.
2. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi belanja daerah terdiri atas pembelian dan pengeluaran kas suatu entitas harus
dapat menyediakan adanya jejak audit yang lengkap atas transaksi. Pemahaman atasnya
diperoleh dengan menelaah manual akuntansi dan diagram alur sistem, juga dengan menilik
pengalaman terdahulu klien.
3. Prosedur Pengendalian
a. Otorisasi Transaksi
b. Pelaksanaan Transaksi
c. Pencatatan
d. Akses Ke Aktiva
b. Penetapan resiko pengendalian
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti mengenai efektivitas rancangan dan
operasi pengendalian dalam transaksi pembelian. Bukti tersebut digunakan untuk menetapkan risiko
pengendalian bagi setiap pernyataan yang signifikan berkaitan dengan transaksi pembelian.
c. Pengujian pengendalian
1) Pengujian Pengendalian Pembelian
Langkah-langkah dalam pengujian pengendalian Pembelian adalah sebagai beikut:
1. Pilih secara acak sampel bukti memorial dari munculnya utang yang sudah dibayar dan pencairan
SPM.
2. Menelaah setiap bukti memorial dari munculnya utang dan pencairan SPM.
3. Membandingkan rincian dalam Surat permohonan, pesanan pembelian, laporan penerimaan
barang, faktor dari pihak ketiga dan bukti memorial dari munculnya hutang dan pencairan SPM,
Serta pemeriksaan ketepatan perhitungan matematis.
4. Membandingkan pesanan pembelian yang digunakan dalam bukti memorial utang dan pencairan
SPM dengan tembusan pesanan pembelian dan surat perohonan pembelian yang diperoleh dari
bendaharawan khusus barang.
5. Mengusut harga dalam pesanan pembelian dengan sumber penentuan harga untuk menentukan
kewajaran harga yang tercantum.
6. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh malalui kelima langkah di
atas.
2) Pengujian Pengendalian Penerimaan
Langkah-langkah dalam pengujian pengendalian penerimaan barang adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan sampel bukti memorial utang dan pencairan SPM yang telah dipilih, mintakan
tembusan laporan penerimaan barang dari arsip bendaharawan khusus barang.
2. Membandingkan laporan penerimaan dalam bukti memorial dan pencairan SPM dengan salinan
laporan penerimaan barang dalam arsip bendaharawan khusus barang.
3. Menelaah laporan penerimaan untuk menentukan apakah barang diterima dihitung, diinspeksi,
dan dibandingkan dengan sip pengiriman dan pesanan pembelian.
4. Mengusut laporan penerimaan dengan pencatatan dalam arsip penerimaan barang.
5. Mendokumentasikan setiap temuan penyimpangan yang diperoleh melalui keempat langkah di
atas.
5. Pengujian substantif atas saldo kewajiban
Kewajiban sangat memengaruhi solvabilitas suatu entitas. Kewajiban berpotensi besar terhadap
terjadinya salah saji. Entitas dapat menyatakan jumlah kewajibannya terlalu rendah untuk menunjukkan
posisi keuangan dan solvabiitas yang baik.
6. Tentang pemeriksaan pembiayaan
Sasaran pemeriksaan pembiayaan adalah sebagai berikut.
- Keberadaan dan keterjadian.
- Kelengkapan.
- Hak dan kewajiban.
- Penilaian dan alokasi.
- Pelaporan dan pengungkapan.
a. Materialitas, risiko pemeriksaan dan strategi pemeriksaan pembiayaan
Surat berharga yang dipegang atau dimiliki sebagai investasi jangka pendek mungkin bersifat
material dalam laporan neraca, tetapi tidak material dalam laporan surplus-defisit pemerintah
daerah. Sebaliknya investasi jangka panjang dapat bersifat material baik bagi neraca maupun bagi
laporan surplus-defisit pemerintah daerah. Hal ini terjadi karena nilai rupiah yang besar bersifat
material bagi neraca. Disamping itu pendapatan maupun kerugian akibat investasi jangka panjang
terkadang besar nilainya.
Risiko salah saji pada penanaman investasi pemerintah daerah, pada umumnya rendah, karena
transaksinya jarang terjadi. Pengendalian internalnya efektif karena satu atau lebih pihak manajemen
pemerintah daerah berpartisipasi dalam transaksi.
Strategi audit sangat tergantung pada frekuensi transaksi penanaman investasi, bila frekuensinya
rendah, maka auditor akan menghemat biaya dengan memakai pendekatan yang mengutamakan
pengujian substantif. Sebaliknya, apabila frekuensi transaksi tinggi, auditor akan menghemat biaya
dengan melakukan pengujian pengendalian untuk menghimpun bukti yang mendukung.
b. Pemahaman tentang pengendalian internal siklus pembiayaan
1) Lingkungan pengendalian.
Pemahaman lingkungan pengendalian siklus investasi atau pembiayaan diwujudkan dengan
memahami pemberian kekuasaan dan tanggung jawab atas transaksi penanaman investasi pada
bagian keuangan. Pemahaman dapat diperoleh dari pengajuan pertanyaan kepada pihak
manajemen pemerintah daerah, penelaahan bagan/struktur organisasi pemerintah daerah, dan
penelaahan deskripsi tugas.
Auditor juga perlu memahami metode pengendalian, yaitu ada atau tidaknya perencanaan
strategis atas penanaman investasi dan penilaian kinerja investasi secara periodik.
2) Sistem akuntansi.
Pemahaman sistem akuntansi menuntuk auditor mengetahui metode pemrosesan data dan
dokumen serta catatan pokok yang digunakan. Pemahaman sistem akuntansi ini diperoleh
melalui penelaahan atas buku manual akuntansi dan sistem bagan alur, mengajukan pertanyaan.
Pada bagian pencatatan, dan dari pengalaman terdahulu. Akuntan harus memahami kompetensi
bagian pencatatan yang bertanggung jawab atas pengolahan transaksi siklus investasi
(pembiayaan).
3) Prosedur pengendalian.
a) Otorisasi yang memadai.
b) Pencatatan.
c) Akses ke aktiva.
d) Dokumen dan catatan.
c. Penetapan risiko pengendalian
Penetapan risiko pengendalian merupakan proses evaluasi efektivitas dari kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian internal dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya salah saji material dalam
laporan keuangan. Proses penentuan risiko pengendalian meliputi identifikasi salah saji potensial,
pengendalian yang perlu, dan pengujian pengendalian yang mungkin dilakukan.
Pengujian pengendalian yang dilakukan dapat menghasilkan bukti tentang efektifitas rancangan
dan operasi pengendalian dalam transaksi belanja daerah. Bukti tersebut kemudian digunakan untuk
menetapkan risiko pengendalian setiap pernyataan signifikan terkait dengan transaksi investasi
(pembiayaan).
Auditor menggunakan pemahaman atas struktur pengendalian internal untuk
mengidentifikasikan salah saji yang potensial. Pengidentifikasian salah saji tersebut digunakan untuk
merancang pengujian substantif.
d. Pengujian substantif atas saldo investasi
Sebelum melakukan pengujian substantif, auditor harus menentukan tingkat risiko deteksi yang
diterima untuk masing-masing pernyataan signifikan yang terkait. Tinggi rendahnya risiko deteksi
tergantung pada besarnya risiko audit yang ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian.
7. Ikhtisar pengujian pengendalian dan uji substantif transaksi belanja
Pengujian Substantif Atas
Tujuan Audit Pengendalian Intern Kunci Pengujian Pengendalian
Transaksi

Perolehan yang dicatat adalah Keberadaan permintaan pembelian, order Periksa dokumen dalam Telaah jurnal perolehan, buku

barang dan jasa yang diterima pembelian, laporan penerimaan barang, dan voucher untuk keberadaan besar dan berkas induk hutang

(existence & occurrence) faktur pembelian yang dilampirkan pada usaha untuk jumlah yang besar dan

voucher tidak biasa

Transaksi perolehan yang ada Surat pesanan pembelian prenumbered & Hitung urutan pesanan Telusuri dari arsip laporan

telah dicatat dipertanggung jawabkan pembelian penerimaan barang ke jurnal

perolehan

Transaksi telah dicatat dicatat Verifikasi intern atas perhitungan dan jumlah Periksa indikasi verifikasi Bandingkan transaksi yang dicatat

dengan benar intern dalam jurnal perolehan.

Transaksi diklasifikasikan dengan Bagan akun yang memadai Periksa pedoman prosedur Bandingkan klasifikasi dengan

memadai dan bagan akun bagan akun dengan mengacu

kepada faktur pembelian

Transaksi dicatat tepat waktu Prosedur mengharuskan pencatatan transaksi Periksa pedoman prosedur Bandingkan tanggal dari laporan

sesegera mungkin setelah barang dan jasa dan amati apabila terdapat penerimaan barang dan faktur

diterima faktur pembelian yang tidak pembelian dengan tanggal dalam

dicatat jarak perolehan

Transaksi perolehan dimasukkan Verifikasi intern atas isi berkas induk hutang Periksa indikasi verifikasi Uji akurasi klerikal dengan

dengan semestinya ke dalam usaha intern memeriksa penjumlahan ke bawah

berkas induk hutang usaha daan dan menelusuri posting ke buku

persediaan besar dan berkas induk hutang

usaha dan persediaan

F. POS NERACA
1. Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan harta yang dimiliki oleh pemda yang digunakan dalam kegiatan operasional
daerah dengan maksud untuk mencapai tujuan pemerintahan daerah.
Sasaran Pemeriksaan Aktiva Tetap
Sasaran pemeriksaan aktiva tetap ini didasarkan pada asersi-asersi atas laporan keuangan sebagai berikut.
1. Asersi keberadaan dan keterjadian.
2. Asersi kelengkapan.
3. Asersi hak dan kewajiban.
4. Asersi penilaian dan alokasi.
5. Asersi pelaporan dan pengungkapan.
Sifat Pemeriksaan atas Aktiva Tetap
Pemeriksaan aktiva tetap ini penting karena biasanya aktiva tetap merupakan kekayaan terbesar yang dimiliki
oleh suatu pemerintah daerah selain itu aktiva tetap adalah aset yang sangat rawan akan pencurian dan
inefisiensi.
Pengujian Substantif atas Saldo Aktiva Tetap
Rekening aktiva tetap digunakan untuk menampung pencatatan atas aktiva pemerintah yang memiliki masa
manfaat lebih dari satu tahun. Rekening nominal yang berkaitan dengan aktiva tetap ini adalah biaya
depresiasi, biaya perbaikan, dan biaya sewa (leases).
Penetapan Risiko Deteksi
Jenis aktiva tetap yang berbeda memiliki risiko bawaan dan risiko pengendalian yang berbeda pula. Risiko
bawaan untuk tanah lebih rendah daripada risiko bawaan kendaraan dan bangunan.
Risiko pengendalian atas aktiva tetap umumnya rendah karena transaksi ini jarang terjadi dan terdapat
otorisasi pimpinan atas pembelian aktiva tetap. Walaupun risiko pengendalian rendah, auditor harus
menggunakan pendekatan pengutamaan pengujian substantifungsi Hal ini disebabkan karena transaksi
pembelian aktiva tetap secara individual memiliki pengaruh yang relatif material terhadap laporan keuangan.
Adapun langkah-langkah pengujian aktiva tetap adalah sebagai berikut.
a. Pertimbangan program pemeriksaan.
b. Verifikasi atas ketepatan skedul dan kesesuaian buku besar pembantu dengan saldo aktiva tetap.
c. Inspeksi penambahan aktiva tetap.
d. Memeriksa dokumen kepemilikan aktiva tetap.
e. Penelusuran penambahan aktiva tetap.
f. Penelusuran pelepasan atau penghentian aktiva tetap.
g. Menganalisis penjurnalan biaya perbaikan.
h. Menganalisis penjurnalan akumulasi depresiasi.
i. Menelaah penyajian dan pengungkapan LK.

Ikhtisar pengujian saldo aktiva tetap


No Tujuan Pemeriksaan Prosedur Test Of Detail Balances
1. keberadaan dan keterjadian - Melakukan inspeksi fisik untuk mengetahui apakah barang2 tersebut
- saldo aktiva tetap yg tercatat adalah memang benar ada
harta yg tercatat pada tanggal neraca - Memeriksa dokumen yang bekaitan dengan aktiva tetap, seperti bukti
- pendapatan dihasilkan dari transaksi & memorial, faktur, kontrak, notulen rapat, register SPMU
kejadian atas aktiva tetap yg terjadi - Lakukan penelusuran (vouching) degan cara melihat jurnal pembelian
selama periode tsb. aktiva tetap
- Teliti dokumen pelepasan/penggantian aktiva tetap, seperti otorisasi
pelepasan tertulis dan kontrak penjualan
2. Kelengkapan - Melakukan inspeksi fisik dan wawancara untuk mengetahui adakah
- semua aktiva tetap sudah dicantumkan barang2 yang belum dicatat
dalam saldo aktiva tetap - Teliti jurnal biaya perbaikan, adakah biaya yang seharusnya dicatat
- pengaruh dari seluruh transaksi aktiva sebagai penambah nilai aktiva
tetap terhadap laporan arus kas daerah - Teliti apakah depresiasi sudah dibebankan dan mengurangi nilai
selama periode ybs sudah tercakup aktiva
dalam pendapatan dari aktiva tetap
3. Hak dan kewajiban - memeriksa dokumen kepemilikan aktiva tetap, termasuk sberita
- pemerintah memiliki hak milik atas acara serah erima barang, sertifikat kepemilikan, notulen rapat
semua aktiva tetap yg tercatat
4. Penilaian dan alokasi - menguji ketepatan penghitungan matematis dari skedul aktiva tetap
- aktiva tetap dilaporkan di neraca pada (cost, depresiasi, book value)
harga pokok/nilai pasar yg paling tepat - mengecek kesesuaian saldo aktiva tetap dalam buku pembantu
- pendapatan dari transaksi yg berkaitan dengan saldo aktiva tetap dalam buku besar
dg aktiva tetap dilaporkan dlm jumlah - membandingkan saldo awal aktiva tetap dengan saldo akhir aktiva
yg tepat tetap dalam kertas kerja audit thn sebelumnya
- menanyakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membuat aktiva
tetap siap digunakan
- menelusuri dokumen pembelian aktiva tetap, seperti faktur
- teliti dokumen depresiasi, seperti bukti memorial
- teliti ketepatan pencatatan akuntansi dari dokumen
pelepasan/penggantian aktiva tetap, seperti otorisasi pelepasan
tertulis dan kontrak penjualan
- analisis jurnal perbaikan, apakah sudah tepat pengidentifikasian
pengeluaran modal dan pendapatan
- telaah penjurnalan akumulasi depresiasi, seperti metode depresiasi,
kewajaran penilaian, & akurasi penghitungan
5. Penyajian dan pengungkapan - teliti konsistensi dari perlakuan akuntansi terhadap jurnal perbaikan
- saldo aktiva tetap telah dg tepat - menentukan konsistensi penggunaan metode depresiasi
diidentifikasikan & diklasifikasikan - teliti apakah LK telah mengungkapkan dengan lengkap dan cermat
dalam LK penggunaan metode depresiasi, harga pokok dan nilai buku aktiva
- dasar penilaian aktiva tetap sebagai tetap, serta biaya depresiasi pada tahun yg diaudit
jaminan telah diungkapkan secara - memastikan adanya pengungkapan fakta adanya aktiva tetap yang
memadai dijaminkan

2. Jasa Personalia
Sifat Siklus Personalia
Siklus jasa personalia adalah sangat penting karena masalah gaji, pph, dan biaya ketenagakerjaan lainnya
merupakan komponen biaya utama di hampir semua entitas. Selain itu, gaji merupakan titik rawan
terjadinya inefisiensi dan pencurian serta manipulasi kas melalui pembayaran fiktifungsi
Siklus Jasa Personalia
Transaksi utama dalam siklus ini adalah transaksi gaji. Transaksi tersebut mempengauhi berbegai rekening
sebagai berikut.
a. Biaya gaji.
b. Berbagai bentuk tunjangan.
c. Utang gaji.
d. Pajak penghasilan pegawai.
e. Rekening kas daerah.
Sasaran Pemeriksaan Siklus Personalia
Sasaran pemeriksaan siklus personalia dibedakan menurut asersi-asersi atas laporan keuangan yaitu
sebagai berikut.
a. Asersi keberadaan dan keterjadian.
b. Asersi kelengkapan.
c. Pernyataan hak dan kewajiban.
d. Pernyataan penilaian dan alokasi.
e. Pernyataan pelaporan dan pengungkapan.
Auditor menggunakan tiga jenis prosedur audit untuk menemukan bukti audit yang diperlukan guna
mencapai sasaran audit spesifik tersebut. Prosedur tersebut adalah sebagai berikut.
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian internal.
2. Pengujian pengendalian.
3. Pengujian substantif
Materialitas, Risiko dan Strategi Pemeriksaan
Biaya gaji umumnya bersifat sangat material bagi entitas karena merupakan komponen biaya operasi
terbesar. Risiko bawaan mungkin saja sangat tinggi karena kompleksitas dalam perhitungan biaya gaji.
Walaupun demikian, risiko pengendalian atas siklus ini adalah relatif rendah.
Pertimbangan Struktur Pengendalian Internal
Pemahaman ini meliputi lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian.
Lingkungan pengendalian meliputi sebagai berikut.
a. Pertanggungjawaban urusan pegawai ada pada kepala bagian personalia.
b. Penggunaan biaya standar dan analisis varians.
c. Adanya auditor internal.
d. Praktik kebijakan ketenagakerjaan.
Sedangkan prosedur pengendalian meliputi sebagai berikut.
a. Otorisasi yang sehat.
b. Pemisahaan tugas yang memadai.
c. Penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.
d. Pengendalian atas akses.
e. Pelaksanaan pemeriksaan yang independen.
Penetapan Risiko Pengendalian
Penetapan risiko pengendalian merupakan proses evaluasi atas efektifitas kebijakan dan prosedur dari
strutktur pengendalian internal dalam mencegah dan mendeteksi terjadinya salah saji marterialdalam
laporan keuangan. Proses penentuan risiko pengendalian meliputi identifikasi salah saji potensial,
pengendalian yang perlu, dan pengujian pengendalian yang mungkin dilakukan.
Pengujian Substantif atas Saldo Jasa Personalia
Dalam merancang pengujian substantif, pertama kali akuntan harus menentukan tingkat risiko deteksi
untuk masing-masing asersi. Tinggi rendahnya risiko deteksi tergantung pada bersarnya risiko audit yang
ditetapkan, risiko bawaan, dan risiko pengendalian.
3. Siklus Saldo Kas
Saldo kas dihasilkan oleh pengaruh kumulatif dari siklus belanja, investasi, dan jasa personalia.
Sasaran Pemeriksaan Saldo Kas
Sasaran pemeriksaan siklus ini ditentukan berdasarkan lima macam asersi atas laporan keuangan sebagai
berikut.
a. Asersi keberadaan dan keterjadian.
b. Asersi kelengkapan.
c. Asersi hak dan kewajiban.
d. Asersi penilaian dan alokasi.
e. Asersi pelaporan dan pengungkapan.
Materialitas, Risiko dan Bukti Pemeriksaan
Volume transaksi kas pada sebagian besar entitas adalah sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan
risiko bawaan siklus ini sangat tinggi. Tingginya risiko bawaan dari siklus ini menyebabkan banyak entitas
memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian internal atas siklus ini untuk mencegah dan
mendeteksi terjadinya salah saji.
Proses Pemeriksaan
Proses pemeriksaan siklus saldo kas adalah sebagai berikut.
a. Lakukan pengamatan terhadap pemisahaan fungsi penyimpanan kas dengan fungsi pencatatan kas.
b. Lakukan pengamatan terhadap fasilitas pengamanan yang melindungi pemegang kas dari
kemungkinan pencurian dan perampokan kas yang disimpannya.
c. Mintalah salinan notulen rapat pimpinan mengenai pembukuan dan penutupan rekening bank.
d. Ambil sampel bukti kas masuk.
e. Ambil sampel bukti kas keluar yang sudah dibayarkan.
f. Ambil berita acara perhitungan kas.
Pengujian Substantif atas Saldo Kas
Berikut adalah prosedur pengujian substantif atas saldo kas.
1. Verifikasi atas ketepatan saldo kas dan skedul kas.
2. Penerapan prosedur analitis.
3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas.
4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas.
5. Konfirmasi saldo simpanan dan pinjaman bank.
6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank.
7. Melaksanakan pemindaian, penelaahan atau pembuatan rekonsiliasi bank.
8. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank.
9. Melakukan pengujian pisah batas penerimaan kas.
10. Mengusut transfer bank.
11. Menyiapkan pembuktian kas.
12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pengujian Untuk Mendeteksi Lapping
Lapping merupakan suatu pencatatan penerimaan kas yang tidak lengkap dan fiktif secara sengaja, yang
menyebabkan ketidaktepatan dalam jumlah penerimaan kas. Lapping dapat diminimalkan dengan cara
menerapkan sistem pemisahan tugas yang memadai antara penerima/pemegang kas dengan pencatat
penerimaan kas. Pengujian untuk mendeteksi lapping dapat dilakukan dengan cara melakukan inspeksi
kas mendadak dan rekonsiliasi rincian jurnal penerimaan kas dengan rincian setoran harian ke bank.

G. PELAPORAN PEMERIKSAAN KEUANGAN


Laporan hasil pemeriksaan memiliki fungsi untuk sebagai berikut.
1. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pejabat pemerintah yang berwenang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman.
3. Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait.
4. Memudahkan tindak lanjut untuk menentukan apakah tindakan perbaikan yang semestinya telah
dilakukan.
Terdapat lima langkah dalam menyusun laporan hasil pemeriksaan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan.
2. Penyampaian konsep kepada pejabat entitas yang berwenang.
3. Pembahasan konsep hasil pemeriksaan dengan pejabat entitas yang berwenang.
4. Perolehan surat representasi.
5. Penyusunan konsep akhir dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan.
1. PENYUSUNAN KONSEP LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
Konsep disusun oleh ketua tim pemeriksa disuvervisi oleh pengendali teknis. Jenis Laporan Hasil
Pemeriksaan Keuangan atas Laporan Keuangan terdiri atas :
a. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan;
b. Laporan atas Kepatuhan;
c. Laporan atas Pengendalian Intern.
Opini terhadap kewajaran atas Laporan Keuangan yang dapat diberikan adalah salah satu di antara
empat opini sebagai berikut:
a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
b. Wajar dengan pengecualian (qualified opinion).
c. Menolak Memberikan Pendapat atau Tidak Dapat Menyatakan Pendapat (disclaimer opinion)
d. Tidak Wajar (adverse opinion).
Berdasarkan Penjelasan Pasal 16 ayat (1) UU No. 15 Tahun 2004, opini merupakan pernyataan
profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan
yang didasarkan pada kriteria:
(i) kesesuaian dengan standar akuntansi pemerintahan,
(ii) kecukupan pengungkapan (adequate disclosure),
(iii) kepatuhan perundang-undangan, dan
(iv) efektivitas sistem pengendalian intern.
2. PENYAMPAIAN KONSEP KEPADA PEJABAT ENTITAS YANG BERWENANG
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang telah disetujui penanggung jawab harus disampaikan
kepada pimpinan entitas sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan keuangan yang telah diperiksa
sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas. Penyampaian konsep LHP tersebut harus mempertimbangkan
waktu bagi entitas untuk melakukan pemahaman dan pembahasan bersama dengan BPK dan proses
penyelesaian LHP secara keseluruhan sebelum batas akhir waktu penyampaian Laporan keuangan yang
telah diperiksa sesuai ketentuan yang berlaku bagi entitas.
Konsep Laporan Hasil Pemeriksaan yang disampaikan telah berisi opini hasil pemeriksaan dan saran-
saran untuk temuan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektivitas pengendalian
intern.
3. PEMBAHASAN KONSEP HASIL PEMERIKSAAN DENGAN PEJABAT ENTITAS YANG BERWENANG
Konsep LHP yang telah disetujui penanggung jawab dibahas bersama dengan pimpinan entitas yang
diperiksa. Pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang diperiksa diselenggarakan oleh
penanggung jawab dan dilakukan untuk (a) membicarakan kesimpulan hasil pemeriksaan secara
keseluruhan, dan (b) Kemungkinan tindak lanjut yang akan dilakukan.
Pembahasan konsep LHP dilakukan di kantor Badan Pemeriksa Keuangan atau di kantor pusat entitas
yang diperiksa. Seluruh hasil pembahasan didokumentasikan dalam Risalah Pembahasan yang disimpan di
dalam KKP.
4. PEROLEHAN SURAT REPRESENTASI
Surat representasi menggambarkan representasi resmi dan tertulis dari pemerintah pusat atas
berbagai keterangan, data, informasi dan laporan keuangan yang disampaikan selama proses
pemeriksaan berlangsung. Surat tersebut merupakan bentuk tanggung jawab pemerintah pusat. Jika
terjadi perubahan substansi isi surat representasi yang dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga maka
pemeriksa harus mempertimbangkan apakah perubahan tersebut akan berdampak material terhadap
pertanggungjawaban pembuatan laporan keuangan. Hal tersebut akan mempengaruhi opini.
Apabila surat representasi dan lampirannya tidak diperoleh sampai dengan penerbitan laporan hasil
pemeriksaan, ketua tim pemeriksa dan pengendali teknis menyampaikan laporan hasil pemeriksaan
dengan opini tidak dapat menyatakan pendapat kepada penanggung jawab untuk disetujui. Surat
tersebut harus ditandatangani menteri/pimpinan lembaga dan diberi tanggal yang sama dengan tanggal
pembahasan konsep LHP atau tanggal LHP.
5. PENYUSUNAN KONSEP AKHIR DAN PENYAMPAIAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN
Berdasarkan hasil pembahasan atas konsep LHP tersebut, tim pemeriksa menyusun konsep akhir LHP.
Konsep akhir tersebut disupervisi oleh pengendali teknis dan ditandatangani oleh penandatangan LHP.
Selanjutnya konsep akhir LHP tersebut dibahas bersama penanggung jawab dan Anggota Badan untuk
mendapatkan arahan dan persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan, LHP atas laporan keuangan
ditandatangani oleh Badan/kuasanya yang memenuhi syarat.
Laporan hasil pemeriksaan laporan keuangan diberi tanggal sesuai dengan tanggal akhir pekerjaan
lapangan atau tanggal pembahasan konsep LHP dengan pejabat entitas yang berwenang atau sama
dengan tanggal surat representasi.
LHP yang telah ditandatangani tersebut disampaikan kepada (1) Pemilik atau wakil
pemilik/stakeholders, dan (2) Pimpinan/pengurus entitas terperiksa.
LKPP/LKKL LKPD BI BUMN/D dan
entitas lainnya
Pemilik/ DPR-RI dan DPADA-RI DPRD melalui DPR-RI Pemegang Saham
Stakeholders melalui Pimpinan DPR-RI Pimpinan DPRD
Terperiksa Pemerintah Pusat yang Pemerintah Daerah Gubernur BI Direksi
ditujukan ke-pada Kepala yang ditujukan kepada
Negara Gubernur/
Bupati/Walikota
Laporan tersebut disampaikan pula kepada:
(a) Anggota/Pembina Keuangan Negara,
(b) Auditor Utama Keuangan Negara,
(c) Inspektur Utama, dan
(d) Kepala Biro Pengolahan Data Elektronik (soft copy) untuk dimuat dalam website BPK.

BAGIAN 5
PEMERIKSAAN KINERJA
A. PENGANTAR PEMERIKSAAN KINERJA
1. Pengertian dan tujuan
Pengertian: pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek
ekonomi, efisiensi, serta efektivitas.
Pemeriksaan kinerja dapat memiliki lingkup yang luas atau sempit dan menggunakan berbagai
metodologi; berbagai tingkat analisis, penelitian atau evaluasi.
Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji:
a. kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. pengendalian intern.
Hasil pemeriksaan kinerja: temuan, simpulan, dan rekomendasi.
Manfaat: menghasilkan informasi yang berguna untuk
a. meningkatkan kinerja suatu program;
b. memudahkan pengambilan keputusan bagi pihak yang bertanggung jawab untuk mengawasi;
c. mengambil tindakan koreksi serta meningkatkan pertanggungjawaban publik.
Tujuan:
a. mengukur sejauh mana suatu program mencapai tujuannya (efektivitas)
b. menilai apakah suatu entitas telah menggunakan sumber dayanya dengan cara yang paling
produktif di dalam mencapai tujuan program (ekonomi & efisiensi)
Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas ekonomi dan
efisiensi adalah penilaian atas:
a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat dicapai.
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau menghilangkan faktor-
faktor yang menghambat efektivitas program.
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program.
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau menimbulkan dampak yang tidak
diharapkan.
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan dengan program lain yang
sejenis.
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang sehat.
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau ekonomi dan efisiensi.
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan dengan kinerja suatu program.
2. Konsep ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
a. Konsep Ekonomi (input-input)
 meminimalkan biaya sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan program/kegiatan entitas
b. Konsep Efisiensi (input-output)
 menghasilkan output maksimal dengan jumlah input tertentu atau mampu menghasilkan output
tertentu dengan memanfaatkan input minimal.
c. Konsep Efektivitas (output-outcome)
 konsep pencapaian tujuan. Efektif berarti output yang dihasilkan telah memenuhi outcome (tujuan
yang telah ditetapkan).
* input : sumber daya dalam bentuk dana, SDM, peralatan dan material yang digunakan untuk
menghasilkan output
* proses : pengubahan input menjadi output
* output : barang-barang yang diproduksi/ jasa yang diserahkan
* outcome : sasaran/dampak yang akan dicapai melalui output yang dihasilkan
3. Standar pelaksanaan pemeriksaan kinerja
a. Perencanaan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya
b. Supervisi
Staf harus disupervisi dengan baik
c. Bukti
Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai bagi
temuan dan rekomendasi pemeriksa
d. Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam kertas kerja
pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporan pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan validasi oleh
pemeriksa yang berpengalaman tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut.
4. Standar pelaporan pemeriksaan kinerja
a. Bentuk (komunikasi hasil pemeriksaan)
Pemeriksa harus membuat laporan hasil pemeriksaan (LHP) untuk mengkomunikasikan hasil
pemeriksaan.
b. Isi laporan
LHP harus mencakup:
1) Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan
2) Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan
3) Hasil pemeriksaan berupa temuan pemeriksaan, simpulan, dan rekomendasi
4) Tanggapan pejabat yang bertanggung jawab atas hasil pemeriksaan
5) Pelaporan informasi rahasia bila ada
c. Unsur kualitas laporan
1) Tepat waktu
2) Lengkap
3) Akurat
4) Objektif
5) Meyakinkan
6) Jelas
7) Ringkas
d. Peneribitan dan distribusi LHP
LHP harus diserahkan kepada:
1) Lembaga perwakilan
2) Entitas yang diperiksa
3) Pihak yang mempunyai kewenangan untuk mengatur entitas yang diperiksa
4) Pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindak lanjut hasil pemeriksaan
5) Pihak lain yang diberi wewenang untuk menerima LHP sesuai dengan peraturan

5. Tahap kegiatan pemeriksaan kinerja

B. PERENCANAAN PEMERIKSAAN KINERJA


1. Tujuan perencanaan pemeriksaan kinerja
Untuk mempersiapkan suatu program pemeriksaan yang akan digunakan sebagai dasar bagi pelaksanaan
pemeriksaan, sehingga pemeriksaan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
2. Tahapan perencanaan pemeriksaan kinerja
a. Pengidentifikasian masalah.
b. Penentuan area kunci.
c. Penentuan objek, tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan kinerja.
d. Penetapan kriteria.
e. Penyusunan program pemeriksaan (P2) dan program kerja perorangan (PKP).
Keterangan:
a. Pengidentifikasian masalah.
Dalam tahapan ini terdiri dua kegiatan utama yaitu pemahaman atas rencana strategis dan kebijakan
badan tentang pemeriksaan kinerja dan pemahaman atas entitas yang akan diperiksa. Hal tersebut
dapat membantu pemeriksa dalam hal:
1) Penentuan arah pemeriksaan kinerja sesuai dengan renstra badan.
2) Penaksiran risiko dan identifikasi masalah pemeriksaan yang signifikan.
3) Penentuan tujuan pemeriksaan.
4) Perencanaan dan pemeriksaan yang efektif dan efisien.
5) Pengevaluasian bukti pemeriksaan.
6) Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
7) Memahami renstra dan kebijakan badan tentang pelaksanaan pemeriksaan kinerja.
8) Memperoleh data, informasi serta latar belakang organisasi, program dan fungsi pelayanan publik
yang diperiksa mengenai hal-hal yang berhubungan dengan input, proses, output dan outcome.
9) Mengetahui landasan hukum atas kegiatan atau program dari organisasi, program dan fungsi
pelayanan publik yang diperiksa.
10) Mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dalam organisasi, program dan fungsi pelayanan
publik yang diperiksa.
11) Memahami tugas-tugas dan kewajiban-kewajiban yang diemban oleh entitas yang diperiksa,
tujuan dan program kerja entitas, hubungan unit kerja organisasi dan akuntabilitas di dalam
entitas, lingkungan internal dan eksternal entitas serta pihak terkait.
b. Penentuan area kunci.
Dalam rangka penetuan area kunci, pemeriksa dapat melakukan hal-hal sebagai berikut.
1) Mempertimbangkan kualitas pengendalian internal atas entitas/kegiatan/program yang akan
diperiksa dengan menggunakan lima komponen SPI yang dikemukakan COSO.
2) Melakukan penilaian atas pengaruh peraturan perundang-undangan yang signifikan terhadap
entitas/kegiatan/program yang akan diperiksa.
3) Mengidentifikasi potensi terjadinya kecurangan.
Tujuan dari penentuan area kunci:
1) Menilai apakah entitas telah memiliki sistem pengendalian internal yang memadai untuk
mengidentifkasi risiko kelemahan pengendalian yang akan dijadikan pertimbangan dalam
menentukan area kunci.
2) Mempertimbangkan pengaruh peraturan perundangan yang signifikan dan risiko kecurangan
yang mungkin terjadi dan merancang prosedur untuk bisa memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kecurangan tersebut dapat dideteksi.
3) Menentukan area kunci yang memiliki risiko tinggi untuk dilakukan pemeriksaan setelah
mempertimbangkan pengendalian internal, risiko kecurangan yang mungkin terjadi dan pengaruh
peraturan perundangan.
c. Penentuan objek, tujuan dan ruang lingkup pemeriksaan kinerja.
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1) Membantu dalam mengidentifikasi masalah-masalah yang akan diperiksa dan akan dilaporkan.
2) Membantu dalam menyiapkan parameter atau ukuran pembatasan pemeriksaan seperti periode
pemeriksaan atau lokasi pemeriksaan lapangan yang akan dipilih.
3) Mempermudah tim pemeriksa dalam mengambil simpulan pada akhir pemeriksaan.
d. Penetapan kriteria.
Tujuan penetapan kriteria ini adalah sebagai berikut.
1) Memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dalam tim pemeriksaan dan dengan
manajemen pemeriksa mengenai sifat pemeriksaan.
2) Memberikan dasar yang baik sebagai alat komunikasi dengan entitas yang diperiksa.
3) Meghubungkan tujuan pemeriksaan dengan program pemeriksaan yang dilaksanakan selama
tahap pelaksanaan pemeriksaan.
4) Memberikan dasar pada tahap pengumpulan data dan penyusunan prosedur pemeriksaan.
5) Memberikan dasar dalam menyusun temuan pemeriksaan.
e. Penyusunan program pemeriksaan (P2) dan program kerja perorangan (PKP).
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
1) Menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan pemeriksaan, metodologi pemeriksaan dan
kemungkinan pekerjaan lapangan yang harus dikerjakan.
2) Mengidentifikasikan dan mendokumentasikan prosedur-prosedur pemeriksaan yang harus
dilaksanakan.
3) Memudahkan supervisi dan reviu.
3. Tugas pemeriksa dalam tahapan perencanaan pemeriksaan
Menurut SPKN, pemeriksa memiliki tugas-tugas dalam perencanaan pemeriksaan sebagai berikut.
a. Mempertimbangkan signifikansi masalah dan kebutuhan potensial pengguna laporan hasil
pemeriksaan.
b. Memperoleh pemahaman mengenai program yang diperiksa.
c. Mempertimbangkan pengendalian internal.
d. Merancang pemeriksaan untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan dari ketentua peraturan
perundangan yang berlaku, kecurangan dan ketidakpatutan.
e. Mengidentifikasikan kriteria yang diperlukan untuk mengevaluasi hal-hal yang harus diperiksa.
f. Mengidentifikasikan temuan pemeriksaan dan rekomendasi yang signifikan dari pemeriksaan
terdahulu yang dapat mempengaruhi tujuan pemeriksaan.
g. Mempertimbangkan apakah pekerjaan pemeriksa lain dan tenaga ahli lainnya dapat digunakan untuk
mencapai beberapa tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan.
h. Menyediakan pegawai atau staf yang cukup dan sumber daya lain untuk melaksanakan pemeriksaan.
i. Mengkomunikasikan informasi mengenai tujuan pemeriksaan serta informasi umum lainnya yang
berkaitan dengan rencana dan pelaksanaan pemeriksaan tersebut kepada manajemen dan pihak-
pihak lain yang terkait.
j. Mempersiapkan suatu rencana pemeriksaan secara tertulis.

C. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KINERJA


1. Tujuan pelaksanaan pemeriksaan kinerja
Pemeriksaan merupakan kegiatan yang dilakukan di tempat kedudukan entitas yang diperiksa yang
bertujuan untuk mendapatkan bukti yang cukup, kompeten dan relevan yang memungkinkan pemeriksa
untuk:
a. Menilai apakah kinerja entitas yang diperiksa sesuai dengan kriteria atau tidak.
b. Menyimpulkan apakah tujuan-tujuan pemeriksaan tercapai atau tidak.
c. Mengidentifikasikan kemungkinan-kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas yang diperiksa.
d. Mendukung rekomendasi-rekomendasi pemeriksaan.
2. Kegiatan/tahapan pelaksanaan pemeriksaan kinerja
a. Perolehan dan pengujian data untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
b. Penyusunan dan penyampaian konsep temuan pemeriksaan.
c. Perolehan tanggapan resmi dan tertulis atas konsep pemeriksaan.
d. Penyampaian temuan pemeriksaan.
Keterangan:
a. Perolehan dan pengujian data untuk mencapai tujuan pemeriksaan.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk memeroleh bukti pemeriksaan sebagai pendukung temuan
pemeriksaan. Tujuan pengujian data dimaksudkan untuk menentukan bukti pemeriksaan yang
penting dan perlu sebagai bahan penyusunan suatu temuan dan simpulan pemeriksaan. Selain itu,
pemeriksa dapat:
a. Mengembangkan hasil pengujian untuk menilai apakah kinerja entitas yang diperiksa telah sesuai
dengan kriteria atau tidak.
b. Mengumpulkan hasil pengujian dan membandingkannya dengan tujuan pemeriksaan tersebut.
c. Mengidentifikasikan kemungkinan untuk memperbaiki kinerja entitas tersebut.
d. Memanfaatkan hasil pengujian untuk mendukung rekomendasi dan simpulan pemeriksaan.
Jenis bukti:
a. Bukti fisik
diperoleh melalui inspeksi langsung terhadap orang, properti, atau kejadian. Bukti tersebut
dapat didokumentasikan berupa memorandum, foto, gambar, peta, atau contoh fisik.
b. Bukti dokumenter
merupakan informasi yang diciptakan, seperti surat, kontrak, catatan akuntansi, faktur, dan
informasi manajemen atas kinerja.
c. Bukti kesaksian (testimonial)
diperoleh melalui permintaan keterangan/konfirmasi, wawancara, atau kuesioner. Jenis bukti
ini meliputi perhitungan, perbandingan, dan pemisahan informasi menjadi unsur-unsur dan
alasan yang rasional.
d. Bukti analisis
diperoleh dari data yang telah diverifikasi dan dianalisis, meliputi komputerisasi, analisis rasio,
tren, dan pola data, atau standar industri (benchmarking)
Bukti pemeriksaan harus cukup, kompeten, dan relevan untuk mendukung dasar yang sehat bagi
temuan pemeriksaan dan rekomendasi.
a. Bukti harus cukup untuk mendukung temuan pemeriksaan. Dalam menentukan cukup tidaknya
suatu bukti, pemeriksa harus yakin bahwa bukti yang cukup tersebut akan bisa meyakinkan
seseorang bahwa temuan pemeriksaan adalah valid. Apabila mungkin, metode statistik bisa
digunakan untuk menentukan cukup tidaknya bukti pemeriksaan.
b. Bukti disebut kompeten apabila bukti tersebut valid, dapat diandalkan, dan konsisten dengan
fakta. Dalam menilai kompetensi suatu bukti, pemeriksa harus mempertimbangkan beberapa
faktor seperti apakah bukti telah akurat, meyakinkan, tepat waktu dan asli.
c. Bukti disebut relevan, apabila bukti tersebut mempunyai hubungan yang logis dan arti penting
bagi temuan pemeriksaan yang bersangkutan.
b. Penyusunan dan penyampaian konsep temuan pemeriksaan.
Unsur temuan:
1) Kondisi  bukti mengenai hal-hal yang ditemukan oleh pemeriksa di lapangan.
2) Kriteria  keadaan seperti apa yang diharapkan
3) Sebab faktor yang menjadi perbedaan antara kondisi dan kriteria
4) Akibat  hubungan yang jelas dan logis untuk menjelaskan pengaruh dari perbedaan, antara
kondisi dan kriteria
Tujuan penyusunan temuan:
1. Memberikan informasi kepada entitas yang diperiksa dan atau pihak lain yang berkepentingan,
tentang fakta dan informasi yang akurat dan berhubungan dengan permasalahan yang diperoleh
dari kegiatan pemeriksaan. TP tersebut belum dilengkapi dengan saran.
2. Menjawab tujuan pemeriksaan dengan cara memaparkan hasil studi/pemeriksaan yang dilakukan
pemeriksa dalam mencapai tujuan pemeriksaan kinerja.
3. Menyajikan kelemahan pengendalian internal yang signifikan, kecurangan dan penyimpangan dari
ketentuan peraturan perundangan yang terjadi pada entitas yang diperiksa.
Output yang dihasilkan dari kegiatan penyusunan temuan pemeriksaan:
1. Konsep temuan pemeriksaan.
2. Temuan pemeriksaan.
3. Tanggapan resmi dan tertulis atas temuan pemeriksaan.
3. Dokumentasi pemeriksaan
Pemeriksa harus mempersiapkan dan memelihara dokumen pemeriksaan dalam bentuk kertas kerja
pemeriksaan. Dokumen pemeriksaan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan
pemeriksaan harus berisi informasi yang cukup untuk memungkinkan pemeriksa yang berpengalaman
tetapi tidak mempunyai hubungan dengan pemeriksaan tersebut dapat memastikan bahwa dokumen
pemeriksaan tersebut dapat menjadi bukti yang mendukung temuan, simpulan, dan rekomendasi
pemeriksa.
Manfaat dokumen pemeriksaan:
a. Memberikan dukungan utama terhadap laporan hasil pemeriksaan.
b. Membantu pemeriksa dalam melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan pemeriksaan.
c. Memungkinkan orang lain untuk mereviu kualitas pemeriksaan. Tujuan yang ketiga ini penting karena
pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai dengan Standar Pemeriksaan ini akan direviu oleh pemeriksa
lain. Dokumen pemeriksaan memungkinkan dilakukannya reviu atas kualitas pemeriksaan karena
merupakan dokumentasi tertulis mengenai bukti yang mendukung temuan dan rekomendasi
pemeriksa.

Dokumen pemeriksaan harus berisi:


a. Tujuan, lingkup, dan metodologi pemeriksaan, termasuk kriteria pengambilan uji-petik (sampling)
yang digunakan.
b. Dokumentasi pekerjaan yang dilakukan digunakan untuk mendukung pertimbangan profesional dan
temuan pemeriksa.
c. Bukti tentang reviu supervisi terhadap pekerjaan yang dilakukan.
d. Penjelasan pemeriksa mengenai standar yang tidak diterapkan, apabila ada, alasan, dan akibatnya.

D. PELAPORAN PEMERIKSAAN KINERJA


1. Fungsi laporan hasil pemeriksaan
a. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pihak yang berwenang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Membuat hasil pemeriksaan terhindar dari kesalahpahaman.
c. Membuat hasil pemeriksaan sebagai bahan untuk melakukan tindakan perbaikan oleh instansi terkait.
d. Memudahkan pemantauan tindak lanjut untuk menentukan pengaruh tindakan perbaikan yang
semestinya telah dilakukan. Kebutuhan untuk melaksanakan pertanggungjawaban atas program
menghendaki bahwa laporan hasil pemeriksaan disajikan dalam bentuk yang mudah diakses.
2. Struktur dan isi laporan hasil pemeriksaan
a. Judul
b. Ringkasan
c. Pendahuluan
d. Tujuan dan Lingkup Audit
e. Waktu Pelaporan
f. Kriteria Audit
g. Metodologi
h. Temuan
i. Simpulan dan Rekomendasi
j. Daftar Istilah
3. Tahapan pelaporan pemeriksaan kinerja
a. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan.
b. Perolehan tanggapan atas rekomendasi.
c. Penyusunan dan penyampaian laporan hasil pemeriksaan.
Tahap pertama dalam penyusunan LHP adalah penyiapan penyusunan konsep LHP yang disiapkan
oleh Auditorat. Input utama yang dibutuhkan dalam penyusunan konsep LHP adalah Temuan
Pemeriksaan. Terkait dengan hal tersebut, yang penting diperhatikan adanya ‘time gap’ antara
penyampaian TP dengan penyampaian HP. Dengan adanya ‘time gap’ tersebut maka dapat dimungkinkan
bahwa temuan yang sudah disampaikan dalam Temuan Pemeriksaan dapat saja tidak disajikan dalam LHP
jika manajemen entitas yang diperiksa dapat memberikan bukti yang kemudian dapat diyakini oleh
pemeriksa.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan KHP hingga menjadi HP adalah sebagaimana bagan yang
ada di bawah ini:
a. Penyusunan konsep laporan hasil pemeriksaan.
Pelaksanaan penyusunan konsep LHP dilakukan berdasarkan dokumen Temuan Pemeriksaan dan
Program Pemeriksaan khususnya Tujuan Pemeriksaan. Konsep LHP harus dapat menjawab tujuan
pemeriksaan yang ada pada Program Pemeriksaan. Konsep LHP yang disusun oleh pemeriksa terdiri
dari Laporan Hasil Pemeriksaan, Rekomendasi, dan Simpulan Pemeriksaan.
b. Persetujuan Badan atas konsep LHP tanpa tanggapan atas rekomendasi dan simpulan pemeriksaan.
Konsep LHP yang telah disusun diajukan kepada Badan untuk disetujui. Apabila setelah
pembahasan, konsep LHP ditolak oleh Badan, maka konsep LHP dikembalikan kepada pemeriksa
untuk disusun ulang/disempurnakan. Sedangkan jika disetujui maka konsep LHP dikembalikan kepada
pemeriksa untuk dilanjutkan pada langkah selanjutnya.
c. Penyampaian konsep LHP ke entitas.
Jika konsep KHP setelah pembahasan disetujui oleh Badan, konsep LHP dikembalikan oleh Badan
kepada Pemeriksa. Pemeriksa menyampaikan Konsep LHP kepada entitas yang diperiksa untuk
dimintai tanggapan atas rekomendasi.
d. Perolehan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan pemeriksaan dari entitas yang diperiksa.
Entitas memberikan tanggapan atas rekomendasi dan simpulan yang diberikan BPK, dan mengirimkan
tanggapan tersebut kepada pemeriksa.
e. Penyiapan konsep LHP yang sudah dilengkapi tanggapan entitas.
Pemeriksa menganalisis tanggapan yang diberikan oleh entitas yang diperiksa. Jika tanggapan
tersebut tidak bertentangan dengan Konsep LHP, pemeriksa langsung memproses konsep menjadi
LHP Final. Sebaliknya apabila bertentangan dengan Konsep LHP, pemeriksa akan memeriksa
kebenaran tanggapan tersebut. Jika tanggapan yang bertentangan dengan konsep tersebut benar,
maka Konsep LHP akan disusun ulang. Sedangkan jika tanggapan tersebut terbukti tidak benar, maka
pemeriksa langsung memproses konsep menjadi LHP Final dan mengirimkan surat ketidaksetujuan
atas tanggapan kepada entitas yang diperiksa.
f. Penyusunan HP final.
Pemeriksa menyusun Konsep LHP yang telah lengkap menjadi LHP Final. Pemeriksa mengirimkan LHP
Final kepada Badan untuk disetujui. LHP Final yang telah disetujui oleh Badan dikirim kembali kepada
pemeriksa.
g. Pendistribusian HP final.
LHP Final yang telah disetujui oleh Badan didistribusikan kepada pihak yang secara resmi
berkepentingan yaitu:
1) Lembaga Perwakilan: DPR/DPADA atau DPRD
2) Entitas yang diperiksa
3) Pimpinan Departemen/Lembaga Negara yang terkait dengan entitas yang diperiksa
4) Pihak berwenang lain yang berhak menerima LHP berdasarkan peraturan perundang-undangan.

BAGIAN 6
PENGAWASAN OLEH APIP
A. PENGERTIAN PENGAWASAN INTERN
Seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap
penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa
kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik
Perwujudan peran APIP yang efektif:
1. memberikan keyakinan yang memadai atas ketaatan, kehematan, efisiensi, dan efektivitas pencapaian
tujuan penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah;
2. memberikan peringatan dini dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko dalam penyelenggaraan
tugas dan fungsi Instansi Pemerintah; dan
3. memelihara dan meningkatkan kualitas tata kelola penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah
Menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota bertanggung jawab atas efektivitas
penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan masing-masing.

B. APIP DAN LINGKUP TUGASNYA


1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
melakukan pengawasan intern terhadap akuntabiltas keuangan negara,meliputi:
a. Kegiatan bersifat lintas sektoral
b. Kegiatan kebendaharaan umum negara
c. Kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden
2. Inspektorat Jenderal (Itjen)
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian/lembaga yang didanai dengan APBN
3. Inspektorat Provinsi (Itprov)
melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai
dengan APBD provinsi
4. Inspektorat Kabupaten/Kota
 melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota
yang didanai dengan APBD kabupaten/kota

C. BENTUK PENGAWASAN
1. Audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu
2. Reviu
 penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan bahwa kegiatan tersebut telah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan
3. Evaluasi
 rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu kegiatan dengan standar, rencana, atau
norma yang telah ditetapkan, dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau
kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan
4. Pemantauan
 proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan
5. Kegiatan pengawasan lainnya
 antara lain berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan pengawasan,
pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan

D. KOMPONEN KODE ETIK APIP


1. Prinsip-prinsip Perilaku
Integritas
Obyektivitas
Kerahasiaan
Kompetensi
2. Aturan Perilaku
Integritas
Obyektivitas
Kerahasiaan
Kompetensi

E. STANDAR AUDIT APIP


1. STANDAR UMUM
 Visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab
 Idependensi dan objektivitas
 Keahlian
 Kecermatan profesional
 Kepatutan terhadap kode etik
2. STANDAR AUDIT KINERJA
a. STANDAR PELAKSANAAN
 Perencanaan
 Supervisi
 Pengumpulan dan pengujian bukti
 Pengembangan temuan
 Dokumentasi
b. STANDAR PELAPORAN
 Kewajiban membuat laporan
 Cara dan saat pelaporan
 Bentuk dan isi laporan
 Kualitas laporan
 Tanggapan audit
 Penerbitan dan distribusi laporan
c. STANDAR TINDAK LANJUT
 Komunikasi dengan auditi
 Prosedur pemantauan
 Status temuan
3. STANDAR AUDIT INVESTIGATIF
a. STANDAR PELAKSANAAN
 Perencanaan
 Supervisi
 Pengumpulan dan pengujian bukti
 Dokumentasi
b. STANDAR PELAPORAN
 Kewajiban membuat laporan
 Cara dan saat pelaporan
 Bentuk dan isi laporan
 Kualitas laporan
 Pembicaraan akhir dengan auditi
 Penerbitan dan distribusi laporan
c. STANDAR TINDAK LANJUT
 Tanggung jawab untuk memantau tindak lanjut temuan

F. PELAPORAN
Jenis laporan hasil pengawasan:
1. Laporan hasil audit
2. Laporan hasil reviu
3. Laporan hasil evaluasi
4. Laporan hasil pemantauan

Laporan hasil pengawasan disampaikan ke:


BPKP Inspektorat
Saat melaksanakan - Menkeu (atas pengawasan - Pimpinan instansi yang
pengawasan kegiatan BUN) diawasi
- Pimpinan instansi yang diawasi
Ikhtisar laporan hasil - Presiden - Menteri/pimpinan lembaga
pengawasan secara berkala - Menteri Negara - Gubernur
Pendayagunaan Aparatur - Bupati/walikota
Negara (tembusan) - Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur
Negara (tembusan)
G. TELAAHAN SEJAWAT (PEER REVIEW)
kegiatan yang dilakukan unit pengawas yang ditunjuk untuk mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan
kegiatan audit telah sesuai dengan standar audit

H. REVIU ATAS LK
APIP Reviu atas Saat
BPKP LK Pempus Sebelum disampaikan
Menkeu ke Presiden
Itjen LK Kementerian/Lembaga Sebelum disampaikan
menteri/pimpinan lembaga
ke Menkeu
Itprov LK provinsi Sebelum disampaikan
gubernur ke BPK
Inspektorat Kabupaten/Kota LK kabupaten/Kota Sebelum disampaikan Bupati/
Walikota ke BPK
Bab I: MANAJEMEN, KONTROLER DAN AKUNTANSI BIAYA
A. MANAJEMEN
Aktivitas : Planning, organizing, controlling, authority, responsibility, dan accountability
1. Perencanaan (planning)
Terdiri atas tiga jenis perencanaan
a. Rencana strategis
 Diformulasikan untuk tingkatan eksekutif yang berpandangan luas atas lingkungan perusahaan.
 Bersifat non kuantitatif, disiapkan secara tidak teratur dan dengan proses yang tidak sistematis yang
dimulai dari identifikasi atas kesempatan atau kesempatan eksternal.
 Contoh: perencaanaan atas karakteristik perusahaan dimasa depan, produk dan pelanggan
b. Rencana jangka Pendek (anggaran)
 Disiapkan secara teratur dalam periode bulanan,triwulan atau tahunan yang melalui proses
sistematis, kuantitatif/ dinyatakan dalam ukuran financial, dan berfokus pada internal perusahaan
 Contoh: cost dan cash budget serta budgeted financial statement.
c. Rencana Jangka Panjang
 Disiapkan dalam periode 3 -5 tahun yang sifatnya berada diantara perencanaan strategis dan jangka
pendek.
 Contoh: targeted financial ratios
2. Pengorganisasian (organizing)
menetapkan kerangka kerja dimana aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan yang membawa banyak unit
fungsional dari suatu perusahaan ke suatu struktur yang terkoordinasi dan memberikan tanggung jawab
dan wewenang kepada individual.
3. Pengendalian
usaha sistematis manajemen untuk mencapai tujuan dimana setiap aktivitas dikontrol untuk memastikan
bahwa hasilnya berada pada batasan yang diinginkan.
4. Otoritas,tanggung jawab dan akuntabilitas
Otoritas  kekuasaan untuk mengarahkan orang lain guna melakukan/tidak melakukan tindakan
Tanggungjawab kewajiban yang timbul karena hubungan atasan-bawahan
Akuntabilitas  pelaporan hasil kepada otoritas yang lebih tinggi
B. PERANAN COST ACCOUNTING
Dalam suatu organisasi diperlukan adanya departemen biaya yang berada di bawah pimpinan kontroler
(manajer eksekutif yang bertanggung jawab atas fungsi akuntansi). Departemen tersebut menganalisis biaya
dan menerbitkan laporan kinerja dan data-data untuk pengambilan keputusan bagi manajer dan digunakan
dalam operasi pengendalian dan perbaikan. Cost accounting bagi manajemen sendiri memiliki peranan
sebagai berikut:
1. Membuat dan melaksanakan anggaran operasi
Anggaran Adalah pernyataan terkuantifikasi dan tertulis dari rencana manajemen.
Peranan anggaran:
a. Menetapkan tujuan
b. Memberi arahan pada individu tentang kontribusi apa yang harus mereka lakukan bagi tujuan
tersebut
c. Memotivasi kinerja
d. Evaluasi kinerja
e. Memberi saran kapan tindakan korektif dilakukan
2. Menetapkan cost method dalam pengendalian aktivitas, mengurangi biaya dan perbaikan kualitas.
Setiap manajer dibatasi pada biaya dan pendapatan yang dapat dikendalikan oleh manajer tersebut dan
kinerja secara umum diukur dengan membandingkan antara biaya dan pendapatan dengan anggaran
dengan menggunakan responsibility accounting system.
3. Mengendalikan kuantitas fisik persediaan, biaya dari setiap produk dan jasa, penetapan harga dan
evaluasi kerja dari suatu departemen.
4. Menentukan biaya dan laba perusahaan dalam suatu periode
Prinsip matching cost against revenue:
Jenis biaya Dibebankan sebesar
Variable non-manufacturing Unit yang terjual
Fixed non-manufacturing Total
Variable manufacturing Unit yang terjual
Fixed manufacturing  Direct costing (variable costing) = total
 Absorption costing= unit yang terjual

5. Memilih alternatif jangka pendek atau jangka panjang yang mempengaruhi pendapatan dan biaya.
C. STANDAR PERILAKU ETIS PRAKTISI AKUNTANSI MANAJEMEN DAN MANAJEMEN
KEUANGAN
1. Kompetensi
Praktisi manajemen bertanggung jawab mempertahankan kompetensi profesional, melaksanakan
tugas profesional sesuai hukum dan standar teknis, dan menyiapkan laporan yang dapat diandalkan
2. Kerahasiaan (confidentially)
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk menahan diri dari mengungkapkan dan menggunakan
informasi rahasia perusahaan serta memantau bawahan yang secara tepat mengetahui rahasia
perusahaan.
3. Integritas
Akuntan manajeman bertanggung jawab menghindari konflik kepentingan, menahan diri dari
perbuatan yang menimbulkan keraguan akan kompetensi mereka seperti campur tangan secara aktif
maupun pasif dalam pencapaian legitimasi organisasi dan tujuan etika.
4. Objektifitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab memberi tahu informasi secara wajar dan objektif yang
relevan dalam mempengaruhi pemahaman laporan keuangan, komentar dan rekomendasi yang
disajikan.

Bab II: KONSEP BIAYA DAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BIAYA


A. KONSEP BIAYA
Biaya dan Beban
Biaya Beban
 Harga perolehan untuk  Aliran keluar terukur dari barang atau
mendapatkan manfaat jasa yang ditandingkan dengan
pendapatan untuk menentukan laba
 Penurunan aset/kenaikan liabilities
berkaitan dengan penyediaan
barang/jasa
 Contoh: akuisisi gedung sebesar= Rp 100jt pada 1januari estimasi manfaat 10 tahun.
Cost=Rp 100jt (harga perolehan) Expense=Rp 10jt (depresiasi tahun tersebut)
 Contoh: membeli 2 buah TV @1jt dan dijual 1buah seharga 1.5jt. Cost = 2jt (2x1jt)
dan Expense = 1jt (cost of sales) dengan income= 500rb (1,5jt – 1jt)
 Semua beban adalah biaya dan tidak semua biaya adalah beban

Objek Biaya(Cost Objective) dan Penelusuran biaya (traceability)


Objek biaya adalah suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur seperti produk, batch
dari unit-unit sejenis,pesanan pelanggan, kontrak, lini produk, proses, departemen, divisi, proyek dan tujuan
strategis.
Setelah objek biaya dipilih, pengukuran biaya sebagian besar tergantung pada kemampuan menelusuri
biaya terhadap objek biaya (traceability). Contoh traceability: dalam menelusuri biaya terhadap produksi
buku, penelusuran biaya secara fisik dapat diukur dari biaya kertas, secara kontraktual diukur dari biaya copy
right dan secara empiris diukur dari biaya listrik dalam pembuatan buku tersebut.
B. KLASIFIKASI BIAYA
Biaya dapat diklasifikasikan berdasarkan hubunganya dengan lima variable: produk, volume produksi,
departemen produksi atau segmen lain, periode akuntansi, dan keputusan/tindakan/evaluasi.
Hubungan biaya Jenis Biaya
dengan
Produk Biaya manufaktur terdiri atas direct material, direct labor dan overhead pabrik.
Direct material + direct labor = prime cost
Direct labor + FOH = convertion cost
Beban komersial:
- marketing expense
- Administrative expense
Volume Variable cost: biaya yang berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas
dalam relevant range. Contoh: supplies, bahan bakar, royalty, biaya komunikasi, upah
lembur, kerusakan.
Fixed cost: biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis
meningkat/menurun, dalam rentang tingkat aktivitas yang relevan. Contoh : gaji eksekutif,
depresiasi, pajak property, asuransi, sewa, gaji satpam.
Fixed cost sendiri terbagi menjadi:
 Discretionary/programmed fixed cost: pengeluaran yang tingkat dan jumlahnya
ditentukan manajemen dan tidak terkait langsung dengan aktivitas penjualan atau
produksi. Contoh:sumbangan social.
 Commited fixed cost: pengeluaran yang membutuhkan suatu seri pembayaran
selama jangka waktu yang lama. Contoh:bunga
Semivariable cost: biaya yang memiliki komponen variable dan fixed cost. Contoh:biaya
inspeksi, jasa departemen, biaya air dan limbah, listrik, pajak penghasilan.
Departemen 1. Departemen Produksi dan jasa yang terdiri atas:
produksi dan a. Direct department cost: bila biaya dapat ditelusuri ke suatu departemen.
segmen lain Contoh:gaji dari supervisor.
b. Indirect department cost: biaya digunakan bersama oleh beberapa departemen
yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut. Contoh: sewa gedung
2. Biaya Bersama (Umum cost) dan Biaya Gabungan (joint cost)  keduanya indirect
cost
a. Umum cost:terjadi di organisasi dengan banyak dept. atau segmen. Contoh: Gaji
Wakil Presiden Direktur Pemasaran yang memberikan jasanya ke beberapa
segmen perusahaan.
b. Joint cost: terjadi jika produksi suatu produk menghasilkan satu/beberapa produk
lain tanpa dapat dihindari. Contoh: industri minyak dan gas, pengepakan daging.
Periode Capital expenditure: biaya yang memberi manfaat pada masa yang akan datang dan
akuntansi dicatat sebagai aset. Contoh: extraordinary repair gedung.
Revenue expenditure: biaya yang memberi manfaat pada periode sekarang dan dicatat
sebagai expense. Contoh: biaya iklan
Keputusan, Diferensial/Marginal/Incremental cost: biaya yang terjadi apabila suatu alternatif
tindakan dan tertentu diambil. Biaya ini juga disebut sebagai biaya tunai yg berkaitan dengan alternatif
evaluasi itu.
Opportunity cost:Sejumlah pendapatan/ manfaat lain yang mungkin hilang jika alternatif
tertentu diambil.
Sunk Cost:suatu biaya yg telah terjadi dan oleh karena itu tidak relevan terhadap
pengambilan keputusan.

Bab III: ANALISIS PERILAKU BIAYA


Dalam bagian sebelumnya telah dijelaskan klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi yakni: variable cost,
fixed cost dan semivariable cost.
Semivariable cost: punya komponen fixed cost dan variable cost
Rumus: Total semivariable cost = fixed cost + variable cost
Contoh: Rumus biaya penjualan pada Days Computer

Total cost Fixed cost Variable cost

Untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, atau mengevaluasi biaya degan tingkat aktivitas
berbeda, komponen biaya tetap dan variabel dalam biaya semivariabel harus dipisahkan.

A. Tiga metode perhitungan dalam menentukan elemen tetap dan variable dari suatu
biaya:
1. Metode High and Low Points
Diketahui data semesteran biaya listrik dan data jam tenaga kerja langsung PT. LAKA-LAKA
PT. LAKA-LAKA
Bulan Biaya listrik Direct labor (jam)
Januari $ 500 25.200
Februari 450 15.300
Maret 490 15.800
April 550 25.300
Mei 510 25.300
Juni 500 25.100
Total 3.000 132.000
:6 :6
Rata-rata per bulan 500 22.000
Tentukan komponen biaya variabel dan biaya tetapnya!

Rumus:

Keterangan: V = tarif biaya variabel


High cost = biaya tertinggi
Low cost = biaya terendah
High units = aktivitas tertinggi (dari biaya tertinggi)
Low units = aktivitas terendah (dari biaya terendah)

Penyelesaian:
Cara I:

F + 25.300 V = $550
F = $550 - 25.300 V
F = $550 – (25.300 x $0,01)
F = 297

Atau cara II:


Elemen biaya tetap dan variable ditentukan sebagai berikut:
Biaya tingkat aktivitas
tinggi $ 550 25.300 rendah
450 15.300
Selisih $ 100 10.000
Tarif biaya varibel $100 : 10.000jam = $ 0.01 per direct labor hour
Tinggi rendah total
biaya $ 550 $ 450 biaya variable
(tarif x tk aktivitas) - 253 - 153 biaya
tetap 297 297
Atau cara III:
dapat dicari dengan metode simultan:
Tinggi F + 25.300V = $550
Rendah F + 15.300V = $450 _
10.000V = $100
V = $100 : 10.000jam
V = $0.01 per direct labor hour
2. Metode SCATERGRAPH
600
500 A
BIAYA LISTRIK

400
VARIABEL
300 B
200 FIXED
100
0
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

DIRECT LABOR HOURS


Langkah pengerjaan:
a. Buat sumbu X dan Y. Sumbu Y menggambarkan biaya yang dianalisis, yaitu biaya variabel, disebut
variabel dependen. Sedangkan sumbu X menggambarkan aktivitas terkait (pemicu biaya) disebut
variabel independen, misalnya jam tenaga kerja langsung.
b. Dari data di tabel, buat titik-titik koordinat pada grafik
c. Tarik garis lurus yang searah dengan titik-titik tersebut, dengan memotong sumbu Y (garis A). Sebaiknya
jumlah titik di atas garis = jumlah titik di bawah garis)
d. Titik potong garis A dengan sumbu Y menunjukkan fixed cost.
Rumus:

Contoh
Diketahui dari data grafik (sama dengan data pada PT LAKA-LAKA)
Rata-rata biaya bulanan = $500
Elemen biaya tetap = $400 (dari perpotongan garis A dengan sumbu Y, nilai ini bias Karena diperoleh
dari interpretasi visual)
Rata-tata bulanan jam direct labor = 22.000 jam
Maka:
Rata-rata Biaya Variabel bulanan = $500-$400 =$100
Biaya Variabel = $100/22.000jam = $0,0045/direct labor hour
Metode Least Square (Kuadrat Terkecil)/ Analisis regresi
Rumus:
∑( ̅ )( ̅)
∑( ̅)
y = a + bx
Keterangan:
a = biaya tetap
b = biaya variabel
( ̅ ) = selisih antara standar waktu per periode dengan waktu rata-rata periode tersebut
( ̅) = selisih antara biaya periode dengan biaya rata-rata
̅ = biaya rata-rata
̅ = waktu rata-rata
contoh
PT. LAKA-LAKA
Bulan Biaya (( ̅)) Jam direct (( ̅))
listrik Selisih dengan labor( ) Selisih dg
( ̅) ( ̅)( ̅)
( ) biaya rata2 rata2
$500 22.000jam
Januari $ 500 0 25.200 3.200 10.240.000 0
Februari 450 -50 15.300 -6.700 44.890.000 335.000
Maret 490 -10 15.800 -6.200 38.440.000 62.000
April 550 50 25.300 3.300 10.890.000 165.000
Mei 510 10 25.300 3.300 10.890.000 33.000
Juni 500 0 25.100 3.100 9.610.000 0
Total 3.000 0 132.000 0 124.960.000 595.000

∑( ̅ )( ̅)
∑( ̅)
= $0,0048 per direct labor hour
y = a + bx
500 = a + 0.0048 (22.000)
a = 500 – 105.6 = $394.4 fixed cost

Bab IV: SISTEM PERHITUNGAN BIAYA DAN AKUMULASI BIAYA


A. SISTEM BIAYA
Biaya yang dialokasikan ke unit produksi bisa berupa biaya aktual atau biaya standar.

Sistem biaya aktual/biaya historis Sistem biaya standar (estimasi biaya)


Biaya dikumpulkan pada saat biaya Produk-produk, operasi-operasi, dan proses-proses
terjadi, tetapi penyajian hasilnya ditunda dihitung biayanya berdasarkan jumlah yang telah
sampai semua operasi produksi untuk ditentukan sebelumnya (estimasi) dari sumber daya
periode akuntansi tersebut selesai yang akan digunakan dan harga yang telah
dilakukan atau jika jasa telah diserahkan ditentukan sebelumnya dari sumber daya tersebut.
Biaya aktual juga dicatat. Varians/selisih antara
biaya aktual dengan biaya standar dikumpulkan di
perkiraan yang terpisah.

Metode alokasi biaya ke unit produksi:


1. Full absorbtion costing: memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam COGS.
2. Direct costing/variable costing: hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja ke dalam COGS.

Bagan klasifikasi sistem biaya


Elemen biaya manufaktur yang dialokasikan ke produk
BIAYA DIUKUR

Direct material dan Direct material, Direct material, direct


direct labor direct labor dan labor, variable FOH dan
PADA

variable FOH fixed FOH


Biaya historis Actual prime cost Actual direct Actual full absorption
costing costing
Historis untuk DL Actual prime cost Hybrid direct Hybrid full absorption
dan DM labor dan costing costing
Standard costing
untuk FOH
Standar costing Standard prime Standard direct Standard full absorption
costing costing costing

B. AKUMULASI BIAYA
Tabel perbandingan metode akumulasi biaya

METODE
ASPEK DARI Job order Process costing Campuran backflush
SYSTEM
Cost object Job,batch,order, Process/ Job, proses Fasilitas
contract department (konversi) produksi
Jumlah Satu pesanan, Ribuan atau Bahan baku dapat Tidak
produksi batch, lot atau ratusan ribu unit berubah untuk tiap terbatas
sebelum ganti kontrak (unik/dapat output (homogen) pesanan
proses diindentifikasi)
Elemen biaya Semua elemen Semua elemen Bahan baku dapat Hanya bahan
yang berbeda biaya dapat biaya dapat sedikit berbeda secara baku yang
dari suatu berbeda berbeda dramatis, konversi berbeda
output ke berbeda sedikit
output lain
Rincian akun Tinggi Sedang (per proses) Tinggi Tidak ada
untuk (dengan formulir (dengan formulir
pencatatan cost: job cost sheet) cost:cost of
WIP production report)
Sumber Data financial dan Data financial dan Data financial dan Observasi
informasi fisik dicatat fisik dicatat fisik dicatat visual
untuk
pengendalian
proses
C. PELAPORAN HASIL OPERASI

Cost of Good Sold Sstatement

1. Direct Materials
Beginning inventory xx
Purchases xx
Indirect materials used (xx)
Ending inventory (xx)
Direct materials consumed xx
2. Direct Labor xx Statement of goods
3. Factory Overhead: manufactured (COGM)
Indirect materials xx
Indirect labor xx
Other FOH xx
Total Factory Overhead xx +
Total Manufacturing Cost xx
4. Add :Work in Process beginning xx
Less : Work in Process ending (xx)
Cost of Goods Manufactured xx
5. Add : Finished Goods beginning xx
Less : Finished Goods ending (xx)
Cost of Goods Sold xx

Bab V: JOB ORDER COSTING


Dalam Job order costing:
1. Production cost diakumulasikan pada tiap pesanan (job)
2. Satu job harus bisa dibedakan dari job lain
3. Detail suatu job dicatat dalam job order cost sheet
4. Isi dan susunan cost sheet bisa berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.
Pencatatan Transaksi
1. Direct material berdasarkan material requisition( dokumen permintaan material)
2. Direct labor berdasarkan labor time ticket
3. FOH berdasarkan predetermind rate. FOH yang dibebankan ke produk disebut applied overhead dicatat
sebagai berikut:
Work in Process xxx
Applied FOH xxx
4. Penggunaan tarif FOH memudahkan pencatatan karena tidak harus menunggu penghitungan berapa
FOH aktual yang digunakan.
a. Pada akhir periode account Applied FOH ditutup ke account FOH Control/FOH Actual.
Applied FOH xxx
FOH Control xxx
b. Jika ternyata Applied FOH < FOH aktual  under applied  ditransfer ke COGS:
COGS xxx
FOH Control xxx
c. Jika ternyata Applied FOH > FOH aktual  over applied
FOH Control xxx
COGS xxx
ILUSTRASI ACCOUNTING FOR JOB ORDER
Ponjay Inc. memiliki persediaan berikut ini per tanggal 1 Maret:
Barang jadi $15.000
Barang dalam proses 19.070
Bahan baku 14.000
Barang dalam proses merupakan akun pengendali dari 3 pesanan:
Job 621 Job 622 Job 623
Bahan baku $2.800 $3.400 $1.800
Tenaga kerja langsung 2.100 2.700 1.350
Applied overhead 1.680 2.160 1.080
$6.580 $8.260 $4.230
1. buatlah jurnal transaksi bulan Maret
2. buatlah ledger persediaan
3. buatlah skedul persediaan per 31 Maret.
Jawab:
1. Jurnal
TRANSAKSI JURNAL
a. Membeli material secara kredit Materials $22.000
sebesar $22.000 Account Payable 22.000
b. Bahan baku yang diminta untuk Work in Process 18.600
produksi $21.000 FOH control 2.400
$2.400 utk bahan baku tdk langsung, Materials 21.000
$5.300 ke job 621
$7.400 ke job 622
$5.900 ke job 623
c. Bahan baku yang dikembalikan ke Materials 600
gudang $600, dimana $200 berasal dari WIP 400
bahan aku tidak langsung, dan sisanya FOH Control 200
dari job 622
d. Bahan baku yang dikembalikan ke Accounts Payable 800
pemasok sebesar $800 Materials 800
e. Beban gaji $38.000 dibuat akrualnya Payroll 38.000
di bulan Maret Accrued Payroll 38.000
f. Dari beban gaji, 55% merupakan Work in Process 20.900
tenaga kerja lansung, 20% tenaga kerja Factory Overhead Control 7.600
tidak langsung, 15% baian penjualan, Marketing Expense Control 5.700
10% bagian administrasi. Administrative Expense Control 3.800
Biaya tenaga kerja langsung: Payroll 38.000
$6.240 ke job 621
$8.160 ke job 622
$6.230 ke job 623
g. FOH, selain dari yang disebut di atas, Factory Overhead Control 9.404,5
berjumlah $9.404,50. Termasuk dalam Accumulated Depreciation 2.000
jumlah ini adalah $2.000 untuk Prepaid Insurance 250
penyusutan bangunan dan peralatan Accounts Payable 7.154,5
pabrik, $250 untuk asuransi pabrik yang
sudah jatuh tempo. Sisanya belum
dibayar sampai akhir Maret
h. Beban FOH dibebankan ke produksi Work in Process 16.720*
dengan tarif 80% dari biaya tenaga kerja Applied Factory Overhead 16.720
langsung dibebankan pada kegita *80%x20.900
pesanan.
i. Job 621 dan 622 diselesaikan dan Finished Goods 53.384*
ditansfer ke gudang barang jadi Work in Process 53.384
*(6.580+8.260) Beginning
+(5.300+7.400) Material addition (transaksi b)
+(6.240+8.160) Direct Labor addition (transaksi f)
53.384
j. Job 621 dan 622 dikirimkan dan Account Receivable 74.738*
ditagihkan ke pelanggan dengan laba Sales 74.738
kotor sebesar 40% dari HPP *140% x 53.384
Cost of Goods Solds 53.384
Finished Goods 53.384
k. Penerimaan kas dari piutang usaha Cash 53.384
selama Maret $69.450 Account Receivable 53.384
l. Penutupan akun FOH applied Applied Factory Overhead 16.720
Factory Overhead Control 16.720
COGS 2.484,5*
Factory Overhead Control 2.484,5
*2.400-200+7.600+9.404,5-16.720

Keterangan: Job Order Cost Sheet


Job 621 Job 622 Job 623
Material 2.800 3.400 1.800
Labor 2.100 2.700 1.350
FOH 1.680 2.160 1.080
Total (1 Mar) $6.580 $8.260 $4.230
(b) Material 5.300 7.400 5.900
(c) Material - (400) -
(f) Labor 6.240 8.160 6.230
(h) FOH (80%xLabor) 4.992 6.528 4.984
TOTAL (31 Mar) $23.112 $29.948 $21.344

2. Ledger persediaan
Materials Work in process Finished goods
14.000 21.000 (b) 19.070 400 (c) 15.000 53.384 (j)
(a) 22.000 800 (d) (b) 18.000 53.384 (i) (i) 53.384
(c) 600 (f) 20.900
(h) 16.720
$14.800 $21.506 $15.000
3. Skedul persediaan
Ponjay Inc.
Schedule of Inventories, March 31, 20xx
Materials $14.800
Work in process 21.506
Finished Goods 15.000
TOTAL $51.306

Bab VI: PROCESS COSTING


Dalam proses costing:
1. Biaya produksi yang meliputi material, labor dan FOH dibebankan ke pusat biaya (cost center seperti
departemen atau tempat pemrosesan dalam suatu departemen)
2. Produk yang dihasilkan homogen (dibuat secara continue atau mass production) agar perhitungan biaya
tidak mendistorsi biaya produk
3. Akun WIP dibuat dalam setiap departemen sehingga cost of production report dibuat di tiap departemen
4. Aliran produksi secara fisik dalam proses costing terdiri atas:

 Sequential Product Flow:

Dept. Material Dept. Dept. Finished


pemotongan Labor Perakitan Pengepakan good
FOH

 Parallel product flow:


Dept.
Dept. Dept.
Perakitan
pemotongan pengamplasan
Finished
Dept. Dept. Dept.
good
peleburan pencetakan Pengepakan
 Selective product flow:
Dept. Finished
Dept.
Pengepakan good
penjagalan
Dept.
pengasapan

ACCOUNTING FOR PROCESS COSTING


Ilustrasi:
PT AKU PASTI BIZA memproduksi minuman ringan rasa buah. Buah diperas menjadi jus di Dept Pemerasan,
kemudian ditransfer ke Dept Pencampuran untuk dicampur dengan air soda. Perusahaan menggunakan akun
WIP yang terpisah untuk masing-masing departemen. Data terkai operasi bulan Agustus adalah:
Keterangan Pemerasan Pencampuran
Jumlah unit persediaan awal
Dept. Pemerasan (90% selesai untuk bahan baku, 60%
untuk tenaga kerja, dan 30% untuk FOH) 600
Dept Pencampuran (50% selesai untuk bahan baku, 20%
untuk tenaga kerja, dan 20% untuk FOH) 1.000
Jumlah unit dimulai di Dept. Pemerasan 3.000
Jumlah unit ditransfer dari Dept. Pemerasan ke Dept. 3.100 3.100
Pencampuran
Jumlah unit ditambahkan di Dept. Pencampuran 3.100
Jumlah unit ditransfer dari Dept. Pencampuran ke Finished 6400
Goods
Jumlah unit persediaan akhir:
Dept. Pemerasan (60% selesai untuk bahan baku, 40%
untuk tenaga kerja, dan 20% untuk FOH) 500
Dept Pencampuran (100% selesai untuk bahan baku, 60%
untuk tenaga kerja, dan 60% untuk FOH) 800
Biaya persediaan awal:
Biaya dari dept sebelumnya $1.770
Material $1.088 100
Direct labor 172 55
FOH 172 74
Biaya ditambahkan selama periode berjalan:
Material 6.006 1.407
Direct labor 1.470 2.004
FOH 3.020 2.672

Pertanyaan: dengan asumsi aliran unit Rata-Rata Tertimbang (Weighted Average) dan aliran unit FIFO,
1. Buatlah Laporan Biaya Produksi (cost of production report/ COPR) untuk setiap Departemen di bulan
tersebut
2. Buatlah ayat jurnal yang sesuai untuk mencatat pembebanan ke dept produksi atas biaya yang terjadi selama
bulan tersebut dan untuk mencatat transfer unit dari departemen satu ke departemen lainnya.
Jawab:
1. COPR
a. Metode Weighted Average
MASHING DEPARTMENT (Average)
FOR AUGUST 20xx
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 600
started in process this period 3.000
3.600
transferred to blending department 3.100
ending inventory 60% 40% 20% 500
3.600
COST CHARGED TO DEPARTMENT
total cost EU* unit cost
beginning inventory
material $ 1.088
labor 172
FOH 172
Total beginning inventory $ 1.432
cost added during period
material $ 6.006 3.400 $ 2,09 **
labor 1.470 3.300 0,50
FOH 3.020 3.200 1,00
Total cost added during period $ 10.496
Total cost charged to department $ 11.928 $ 3,58

%
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU unit cost total cost
transferred to blending dept 3.100 100% 3.100 $ 3,58 $ 1.102,79
WIP, ending inventory
material 500 60% 300 $ 2,09 $ 625,94
labor 500 40% 200 0,50 $ 99,52
FOH 500 20% 100 1,00 $ 99,75
Total cost accounted for $ 11.928

*EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH


EU transferred out 3.100 3.100 3.100
EU in ending inventory 300 200 100
Total EU 3.400 3.300 3.200
** unit cost = $(1.088+ 6.006)/3.400
BLENDING DEPARTMENT (Average)
FOR AUGUST 20xx
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 1.000
transferred from mashing dept 3.100
added during period 3.100
7.200
transferred to finished goods 6.400
ending inventory 100% 60% 60% 800
7.200

COST CHARGED TO
total
DEPARTMENT EU* unit cost
cost
beginning inventory
cost from preceding
department $ 1.770
material $ 100
labor 55
FOH 74
Total beginning inventory $ 1.999
cost added during period
from preceding dept $11.103 7.200 $ 1,79
material $ 1.407 7.200 $ 0,21
labor 2.004 6.880 0,30
FOH 2.672 6.880 0,40
Total cost added during
period $17.186
Total cost charged to
department $19.185 $ 2,70

% unit
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU cost total cost
transferred to finished goods 6.400 100% 6.400 $ 2,70 $17.251,81
WIP, ending inventory
cost from preceding dept 800 100% 800 $ 1,79 $ 1.430,31
material 800 100% 800 $ 0,21 $ 167,44
labor 800 60% 480 0,30 $ 143,65
FOH 800 60% 480 0,40 $ 191,58
Total cost accounted for $ 19.185

*EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH


EU transferred out 6.400 6.400 6.400
EU in ending inventory 800 480 480
Total EU 7.200 6.880 6.880

b. Metode FIFO
MASHING DEPARTMENT (FIFO)
FOR AUGUST 20xx
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 90% 60% 30% 600
started in process this period 3.000
3.600
transferred to blending department 3.100
ending inventory 60% 40% 20% 500
3.600
total
EU* unit cost
COST CHARGED TO DEPARTMENT cost
beginning inventory
material $ 1.088
labor 172
FOH 172
Total beginning inventory $ 1.432
cost added during period
material $ 6.006 2.860 $ 2,10 **
labor 1.470 2.940 0,50
FOH 3.020 3.020 1,00
Total cost added during period $10.496
Total cost charged to department $11.928 $ 3,60

% total
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU unit cost cost
transferred to blending department:
From beginning inventory $ 1.432
Cost to complete:
material 600 90% 60 2,10 126
labor 600 60% 240 0,50 120
FOH 600 30% 420 1,00 420
Started and completed this period 2.500 100% 2.500 3,60 9.000
Total cost transferred to Blend. Dept. 11.098
WIP, ending inventory
material 500 60% 300 2,10 630
labor 500 40% 200 0,50 100
FOH 500 20% 100 1,00 100
Total cost accounted for $11.928
*EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH
EU beginning inventory 60 240 420 **6.006/2.860 = $2,10
EU transferred out 2.500 2.500 2.500
EU in ending inventory 300 200 100
Total EU 2.860 2.940 3.020

BLENDING DEPARTMENT (FIFO)


FOR AUGUST 20xx
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 50% 20% 20% 1.000
transferred from mashing dept 3.100
started in process this period 3.100
7.200
transferred to finished goods 6.400
ending inventory 100% 60% 60% 800
7.200
total
EU unit cost
COST CHARGED TO DEPARTMENT cost
beginning inventory
from preceding dept $ 1.770
material 100
labor 55
FOH 74
Total beginning inventory $1.999
cost added during period
from preceding dept $11.098 6200 $ 1,79
material $ 1.407 6.700 0,21
labor 2.004 6.680 0,30
FOH 2.672 6.680 0,40
Total cost added during period 17.181
Total cost charged to department 19.180 $ 2,70
% unit
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU cost total cost
Transferred to finished goods:
From beginning inventory $ 1.999
Cost to complete:
material 1.000 50% 500 0,21 105
labor 1.000 80% 800 0,30 240
FOH 1.000 80% 800 0,40 320
Started and completed this period 5.400 100% 5.400 2,70 14.580
Total cost transferred to finished goods 17.244
WIP, ending inventory
from preceding dept 800 100% 800 $ 1,79 $ 1.432
material 800 100% 800 0,21 168
labor 800 60% 480 0,30 144
FOH 800 60% 480 0,40 192
Total cost accounted for $ 19.180
EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH From prec. Dept.
EU beginning inventory 500 800 800 0
EU transferred out (6.400-1.000) 5.400 5.400 5.400 5.400
EU in ending inventory 800 480 480 800
Total EU 6.700 6.680 6.680 6200

2. Jurnal
a. WIP - mashing dept $ 6.006
WIP - blending dept $ 1.407
Material $ 7.413
WIP - mashing dept $ 1.470
WIP - blending dept $ 2.004
Payroll $ 3.474
WIP - mashing dept $ 3.020
WIP - blending dept $ 2.672
Applied FOH $ 5.692
b. WIP - blending dept $ 11.098
WIP - mashing dept $ 11.098
c. Finished goods $ 17.244
WIP - blending dept $ 17.244

Struktur Cost Of Production Report


DEPARTMENT A
FOR THE YEAR ENDED DEC 31, 2004
A. QUANTITY SCHEDULE
Beginning inventory xx unit
Started in process this period xx unit
xx unit
Transferred to next department xx unit NILAINYA SAMA
Ending inventory xx unit
xx unit
B. COST CHARGED TO DEPARTMENT
Total Cost EU Unit Cost*
Beginning inventory:
Direct Material $ xx
Direct Labor $ xx
FOH $ xx
$ xx
Cost added during this period:
Direct Material $ xx a unit $ xx / a
Direct Labor $ xx b unit $ xx / b
FOH $ xx c unit $ xx / c
$ xx
Total cost charged to department $ xx** $ xx
C. COST ACCOUNTED FOR DEPARTMENT
Unit % Completed EU Unit Cost* Total Cost
Transferred to next department $ xx $ xx
WIP ending:
Direct Material $ xx / a $ xx
Direct Labor $ xx / b $ xx
FOH $ xx / c $ xx
Total cost accounted for $ xx***
Note:
*Lihat keterangan mengenai average method dan fifo method di bawah.
** Total cost charged to department = Total cost accounted for department
*** Total cost = unit x %completed x unit cost = EU x unit cost.
AVERAGE METHOD FIFO METHOD
Karakteristik 1.Biaya persediaan awal ditam- 1. Biaya persediaan awal dipisahkan dari biaya
bahkan dalam biaya yang terjadi periode yang baru
pada periode yang baru 2. Ada dua macam cost, yakni cost per unit
2.Hanya ada satu cost yakni beginning inventory dan cost per unit current
average cost / unit period
3. % completion of beginning 3. % completion of beginning inventory harus
inventory tidak diperlukan dalam diketahui dalam menghitung equivalent unit
menghitung equivalent unit
Perhitungan EU transferred out xx unit EU beginning inventory * xx unit
Equivalent Unit EU ending inventory xx unit+ EU started and completed** xx unit
(EU) Total Equivalent Unit xx unit EU ending inventory xx unit +
Total Equivalent Unit xx unit
*sisa % inventory awal yang belum diselesaikan
**jumlah yang ditransfer kurangi jumlah dari
persediaan awal
Atau
EU ending inventory xx unit
EU transferred out (full) xx unit
EU beginning inventory* (xx unit)+
Total Equivalent xxunit
*yang telah diselesaikan(ingat!minus)

Cost per unit (cost beginning inventory + cost Cost current period dibagi EU
equivalen current period) dibagi EU

Bab VII:
THE COST OF QUALITY AND ACCOUNTING FOR PRODUCTION LOSSES
A. COST OF QUALITY
Cost of quality merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi untuk mencapai mutu produk yang
dihasilkan sehingga sesuai dengan standar dan memuaskan pelanggan SERTA biaya akibat kualitas tidak
terpenuhi.
Tiga klasifikasi cost of quality:
 prevention cost : biaya yang terjadi untuk mencegah kegagalan produk, termasuk di dalamnya biaya untuk
mendesain produk dan sistem produksi yang berkualitas tinggi, penggunaan komponen peralatan bermutu
tinggi dan pelatihan karyawan.
 appraisal cost : biaya yang terjadi untuk mendeteksi adanya kegagalan produk, termasuk biaya untuk
menginspeksi dan menguji bahan baku, menginspeksi produk baik selama proses produksi maupun
sesudahnya, dan mendapatkan informasi tentang kepuasan pelanggan (survey)
 failure cost : biaya yang timbul karena adanya produk yang gagal, kegagalan tersebut dapat terjadi karena
faktor internal maupun eksternal
internal: yang terjadi selama proses produksi seperti biaya atas scrap, spoilage, rework, dan keterlambatan
karena kerusakan mesin maupun karena kekurangan bahan baku.
eksternal: yang terjadi setelah produk dijual, seperti biaya garansi untuk perbaikan dan penggantian, biaya
menangani keluhan pelanggan(complaint), dan biaya atas penjualan yang hilang karena ketidakpuasan
pelanggan.
B. TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
Adalah peningkatan kualitas dengan cara meningkatkan kualitas seluruh proses dan aktivitas.
Karakteristik TQM:
1. Tujuan perusahaan untuk semua aktivitas bisnis adalah melayani pelanggan.
2. Manajemen puncak memimpin secara aktif dalam meningkatkan kualitas
3. Setiap karyawan terlibat secara aktif dalam peningkatan kualitas
4. Perusahaan memiliki sistem untuk mengidentifikasi masalah kualitas, pengembangan solusi, dan penerapan
tujuan peningkatan kualitas
5. Perusahaan menghargai karyawannya dan menyediakan pelatihan yang berkelanjutan dan juga pengakuan
atas prestasi yang dicapai.
C. ACCOUNTING FOR PRODUCTION LOSSES
1. Accounting for production losses in Job Order Cost System
a. Scrap (Bahan sisa)
Scrap terdiri dari
 Serbuk atau sisa-sisa yang tertinggal setelah bahan baku diproses
 Bahan baku cacat yang tidak dapat digunakan maupun diretur ke pemasok
 Bagian-bagian yang rusak karena kecerobohan karyawan
Perlakuan akuntansi untuk scrap good tergantung pada sifat materialitasnya dibandingkan dengan total
produksi.
Material Tidak Material
Ketika terjadi scrap dijurnal: Ketika terjadi scrap tidak dijurnal
Scrap Inventory xxx
WIP xxx
Saat scrap dijual Saat dijual dijurnal:
Cash (AR) xxx Cash (AR) xxx
Scrap Inventory xxx Scrap Sales (Other Income)
/COGS/FOHControl* xxx
*bisa pilih salah satu

b. Spoiled goods (spoilage/barang cacat)


Adalah produk yang mengalami kerusakan baik ditemukan ketika produksi telah selesai seluruhnya
ataupun selesai sebagian dan tidak bisa diperbaiki karena secara teknis tidak bisa atau tidak ekonomis.
Spoilage dapat disebabkan oleh customer(perubahan permintaan) ataupun kesalahan internal
(kecerobohan karyawan atau usangnya peralatan) dan perlakuan akuntansi untuk kedua kondisi tersebut
berbeda.
Disebabkan customer Disebabkan kesalahan internal
 Biaya spoilage dibebankan ke pelanggan  Biaya spoilage dibebankan pada perusahaan
(COGS) (FOH control)
 COGS= Total cost – harga jual spoilage  COGS sebesar unit yang terjual dikali cost per
goods inventory unit diluar spoilage good.
 Bila spoilage dapat dijual, nilai sisa/nilai jual
didebit ke spoilage goods inventory dan sisa
dari biaya spoilage didebit ke FOH control
sebesar = spoilage cost – spoilage good
inventory
Ilustrasi:
PT LAKA-LAKA menerima pesanan pembuatan 1000 poci dengan spesifikasi khusus untuk PT
BAHARI. Harga jual ke pelanggan adalah 150% dari cost of production.
Setelah 100 poci diproduksi, pelanggan 100 poci cacat karena usangnya peralatan
mengubah spesifikasi desain.
PT LAKA-LAKA tetap dapat menjual 100 poci cacat tersebut dengan harga @$1. PT LAKA-LAKA pun
memproduksi 1000 poci sesuai permintaan pelanggan diluar 100 poci tadi. Biaya total untuk
pengerjaan 1100 poci (1000 pesanan dan 100 spoilage):
material $2.200
labor 550
FOH 1.100
TOTAL BIAYA $3.850 atau $3.5 per poci(3850/1100)
JURNAL JURNAL
Mencatat penyelesaian job: Mencatat penyelesaian job:
Spoiled goods inventory(100x$1) $ 100 Spoiled goods inventory(100x1) $100
COGS(3.850-$100) 3.750 FOH Control(100x$3.5)-(100x$1) 250
WIP $3.850 COGS(1000x$3.5) 3.500
WIP $3.850
Mencatat pengiriman barang ke pelanggan: Mencatat pengiriman barang ke pelanggan:
AR/cash $5.625 AR/cash $5.250
Sales(3750x150%) $5.625 Sales(3500x150%) $5.250
Penjualan spoilage goods: Penjualan spoilage goods:
AR/Cash $100 AR/Cash $100
Spoiled goods inventory $100 Spoiled goods inventory $100

c. Rework
Adalah Proses memperbaiki produk yang gagal / rusak sehingga dapat dipakai dengan semestinya lagi.
Sama seperti scrap, rework dapat terjadi karena pelanggan atau kesalahan internal.
Disebabkan customer Disebabkan kesalahan internal
Biaya rework dibebankan pada customer (debet Biaya rework dibebankan ke perusahaan ( debet
WIP) ke FOH control)
ILUSTRASI:
Suatu Job sudah selesai dibuat dengan total biaya $20.000 Dijual dengan harga 150%nya. kemudian
ada rework (berupa penggantian material) dengan biaya sbb:
Materials $800
Direct labor 100
FOH applied 400
TOTAL 1300
Jurnal mencatat rework: Jurnal mencatat rework:
WIP $1.300 FOH Control $1.300
Material $800 Material $800
payroll 100 payroll 100
FOH applied 400 FOH applied 400
Mencatat pengiriman barang ke pelanggan Mencatat pengiriman barang ke pelanggan
AR/Cash $31.950 AR/Cash $30.000
Sales($21.300x150%) Sales($20.000x150%) $30.000
$31.950

2. Accounting for production losses in process costing system


Dalam akuntansi ini disebabkan oleh kesalahan internal, sehingga:
a. Biaya produk yang rusak menjadi beban perusahaan (debet ke FOH Control)
b. Jika produk yang rusak bisa dijual, maka nilainya di debet ke spoiled goods inventory. (FOH Control = Total
cost produk rusak – spoiled goods inventory)

Additional Note: Normal Shrinkage (kerusakan yang normal)


Dalam hal produksi barang-barang tertentu, terdapat kemungkinan adanya kehilangan barang yang
sifatnya tidak dapat dihindari, misalnya adanya penguapan atau proses alami lain yang tidak dapat
dihindari. Untuk kehilangan/kerusakan seperti itu tidak ada pengalokasian biaya produksi kedalam FOH
Control. Unit yang hilang dianggap tidak menyerap biaya produksi, sehingga biaya produk si yang ada hanya
dibebankan ke unit produk yang tidak cacat. Baik menggunakan metode AVERAGE ataupun FIFO, normal
shrinkage tidak diikutsertakan dalam perhitungan UNIT EKUIVALEN dan UNIT COST.
Ilustrasi untuk accounting for production losses in proses costing:
Diketahui data PT. FL*SH bulan Juli 2010 untuk dua departemen sebagai berikut:
Dept1 Dept2
WIP awal(100%DM,60%Conversion Cost) 4000
WIP awal(100%DM,70%CC) 3000
Mulai proses di dept1 21.000
Ditransfer ke dept2 19.000
Diterima dari Dept1 19.000
Ditrans fer ke FG (Finished Goods) 15.000
WIP akhir (100% DM, 30% CC) 3600
WIP akhir (100% DM, 25% CC) 4000
Unit yang hilang –normal 2400
Unit yang hilang (100% DM, 80% CC) 3000
--karena kegagalan internal
Biaya:
WIP awal:
Cost from Preceeding Dept (CFPD) $1396
DM $615 196
DL 366,40 310
FOH 549,60 310
Biaya yang ditambahkan dalam periode tsb.
DM $3885 $1520
DL 2273,60 3718
FOH 3410,40 3718
Barang yang rusak dapat dijual senilai $0,50, sedangkan yang bagus $2,50
Jawaban atas ilustrasi:
DEPARTMENT 1 (FIFO)
JULI 2010
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 100% 60% 60% 4.000
started in process this period 21.000
25.000
transferred to department 2 19.000
spoiled in process--normal 2.400
ending inventory 100% 30% 30% 3.600
25.000

COST CHARGED TO DEPARTMENT total cost EU* unit cost


beginning inventory $ $
material 615,00
labor 366,40
FOH 549,60
Total beginning inventory 1.531,00
cost added during period
material 3.885,00 18.600,00 0,21
labor 2.273,60 17.680,00 0,13
FOH 3.410,40 17.680,00 0,19
Total cost added during period 9.569,00
Total cost charged to department 11.100,00 0,53

%
COST ACCOUNTED FOR unit complete EU unit cost total cost
transferred to department 2: $ $
From beginning inventory 1.531,00
Cost to complete:
material 4.000 100% 0 0,21 0,00
labor 4.000 60% 1.600 0,13 205,76
FOH 4.000 60% 1.600 0,19 308,63
Started and completed this period 15.000 100% 15.000 0,53 7.955,46
Total cost transferred to Blend. Dept. 10.000,85
WIP, ending inventory
material 3.600 100% 3.600 0,21 751,94
labor 3.600 30% 1.080 0,13 138,89
FOH 3.600 30% 1.080 0,19 208,33
Total cost accounted for 11.100,00

*EQUIVALENT UNIT: DM CC FOH


EU beginning inventory 0 1600 1600
EU transferred out 15.000 15.000 15.000
EU in ending inventory 3.600 1.080 1.080
Total EU 18.600 17.680 17.680

DEPARTMENT 2
JULI 2010 (FIFO)
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 100% 70% 70% 3.000
from preceding department 19.000
22.000
transferred to finished goods 15.000
spoiled in process--internal failure 100% 80% 80% 3.000
ending inventory 100% 25% 25% 4.000
22.000

COST CHARGED TO DEPARTMENT total cost EU* unit cost


beginning inventory $ $
from preceding dept 1.396
material 196,00
labor 310,00
FOH 310,00
Total beginning inventory 2.212,00
cost added during period
from preceding dept 10.000,85 19.000,00 0,53
material 1.520,00 19.000,00 0,08
labor 3.718,00 16.300,00 0,23
FOH 3.718,00 16.300,00 0,23
Total cost added during period 18.956,85
Total cost charged to department 21.168,85 1,06
COST ACCOUNTED FOR unit % complete EU unit cost total cost
transferred to FG: $ $
From beginning inventory 2.212,00
Cost to complete:
labor 3.000 30% 900 0,23 205,29
FOH 3.000 30% 900 0,23 205,29
Started and completed this period 12.000 100% 12.000 1,06 12.750,68
Total cost transferred to FG 15.373,26
Charge to FOH for spoilage
from preceding dept 3.000 100% 3.000 0,53 1.579,08
material 3.000 100% 3.000 0,08 240,00
labor 3.000 80% 2.400 0,23 547,44
FOH 3.000 80% 2.400 0,23 547,44
2.913,95
WIP, ending inventory
from preceding dept 4.000 100% 4.000 0,53 2.105,44
material 4.000 100% 4.000 0,08 320,00
labor 4.000 25% 1.000 0,23 228,10
FOH 4.000 25% 1.000 0,23 228,10
Total cost accounted for 21.168,85

EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH From prec. Dept.


EU beginning inventory 0 900 900 0
EU transferred out 12.000 12.000 12.000 12.000
EU spoilage 3.000 2.400 2.400 3.000
EU in ending inventory 4.000 1.000 1.000 4.000
Total EU 19.000 16.300 16.300 19000

DEPARTMENT 1 (AVERAGE)
JULY 2010
QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total
beginning inventory 4.000
started in process this period 21.000
25.000
transferred to department 2 19.000
spoiled in process--normal 2.400
ending inventory 100% 30% 30% 3.600
25.000
COST CHARGED TO DEPARTMENT total cost EU* unit cost
beginning inventory $ $
material 615,00
labor 366,40
FOH 549,60
Total beginning inventory 1.531,00
cost added during period
material 3.885,00 22.600,00 0,20
labor 2.273,60 20.080,00 0,13
FOH 3.410,40 20.080,00 0,20
Total cost added during period 9.569,00
Total cost charged to department 11.100,00 0,53
COST ACCOUNTED FOR unit % complete EU unit cost total cost
transferred to department 2: 19.000 100% 19.000 0,53 10.028,21
WIP, ending inventory
material 3.600 100% 3.600 0,20 716,81
labor 3.600 30% 1.080 0,13 141,99
FOH 3.600 30% 1.080 0,20 212,99
Total cost accounted for 11.100,00
EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH
EU transferred out 19.000 19.000 19.000
EU in ending inventory 3.600 1.080 1.080
Total EU 22.600 20.080 20.080

DEPARTMENT 2 (AVERAGE)
JULY 2010

QUANTITY SCHEDULE Material Labor FOH Total


beginning inventory 3.000
started in process this period 19.000
22.000
transferred to department 2 15.000
spoiled in process--internal failure 100% 80% 80% 3.000
ending inventory 100% 25% 25% 4.000
22.000
COST CHARGED TO DEPARTMENT total cost EU* unit cost
beginning inventory $ $
from preceding dept 1.396
material 196,00
labor 310,00
FOH 310,00
Total beginning inventory 2.212,00
cost added during period
from preceding dept 10.028,21 22.000,00 0,52
material 1.520,00 22.000,00 0,08
labor 3.718,00 18.400,00 0,22
FOH 3.718,00 18.400,00 0,22
Total cost added during period 18.984,21
Total cost charged to department 21.196,21 1,04
COST ACCOUNTED FOR unit % complete EU unit cost total cost
transferred to department 2: 15.000 100% 15.000 1,04 15.526,62
Charge to FOH for spoilage
from preceding dept 3.000 100% 3.000 0,52 1.557,85
material 3.000 100% 3.000 0,08 234,00
labor 3.000 80% 2.400 0,22 525,39
FOH 3.000 80% 2.400 0,22 525,39
WIP, ending inventory
from preceding dept 4.000 100% 4.000 0,52 2.077,13
material 4.000 100% 4.000 0,08 312,00
labor 4.000 25% 1.000 0,22 218,91
FOH 4.000 25% 1.000 0,22 218,91
Total cost accounted for 21.196,21
EQUIVALENT UNIT: DM DL FOH From prec. Dept.
EU transferred out 15.000 15.000 15.000 15.000
EU spoilage 3.000 2.400 2.400 3.000
EU in ending inventory 4.000 1.000 1.000 4.000
Total EU 22.000 18.400 18.400 22.000

Bab VIII:
PERHITUNGAN BIAYA UNTUK BY-PRODUCT DAN JOINT PRODUCT
A. Definisi By Product (produk sampingan) dan Joint Product (produk gabungan)
 By Products adalah produk dengan total nilai relatif kecil dan dihasilkan secara simultan/bersamaan
dengan produk lain yang total nilainya lebih besar. Produk yang total nilainya lebih besar tersebut
dinamakan produk utama (main product). By product sendiri diklasifikasikan menjadi dua kelompok
menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas yakni:
 By product yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa memerlukan proses lebih lanjut
 By product yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual
 Joint Products adalah produk-produk yang dihasilkan dari satu proses produksi yang dilaksanakan secara
bersamaan, dan menggunakan biaya gabungan. Dalam pelaksanaan by products dan joint products
terdapat kesulitan yaitu saat melakukan penentuan biaya untuk masing-masing produk. Oleh karena itu
cara yang biasa digunakan adalah dengan melihat jumlah produk yang dihasilkan.
 Titik pisah batas (split-off point) adalah titik di mana produk-produk dapat dipisahkan sebagai unit-unit
individual. Sebelum titik tsb, prouduk-produk tsb masih dalam satu kesatuan yang homogen.
 Biaya gabungan (joint cost) adalah biaya yang muncul dari produksi secara simultan atas berbagai produk
dalam proses yang sama.

B. Metode untuk menghitung biaya By product


Terbagi atas dua kategori dasar yakni By product tidak mendapat alokasi joint cost dan mendapat alokasi joint
cost dan masing-masing terbagi menjadi 2 metode
By product tidak mendapat alokasi joint cost By product mendapat alokasi joint cost
Tidak ada pengalokasian biaya untuk by Dalam metode ini sebagian joint cost dialokasikan ke by
products, dan seluruh penerimaan dari product dimana nilai persediaan didasarkan pada
penjualan by products dikredit sebagai besarnya joint cost yang dialokasikan ditambah dengan
tambahan penerimaan maupun pengurang biaya biaya after split off. Terbagi menjadi 2 metode:
produksi. Terbagi menjadi 2 metode: 1. Replacement cost method, dalam metode ini by
1. Gross revenue method, dalam metode ini, product mendapat alokasi joint cost sebesar harga
nilai by product disajikan sebagai: other belinya. Metode ini biasa dipakai oleh perusahaan
income, menambah sales revenue, yang by products-nya dipakai sendiri oleh bagian lain
mengurangi COGS main product atau di perusahaan tersebut
mengurangi total production cost main Jurnal yang ada adalah pengurang biaya produk utama
product. (kredit) dan biaya bagi bagian yang memakai produk
2. Net revenue method, dalam metode ini, nilai tersebut.besarnya bisa berupa harga beli by products
by product sebesar gross revenue dikurangi atau biaya penggantian.
cost after split off (biaya-biaya lebih lanjut 2. Market value (reversal method),dalam metode ini,
yang terjadi setelah adanya pemisahan) dan intinya adalah bahwa joint cost dialokasikan ke dalam
disajikan sama seperti gross revenue method. by products dengan cara estimasi, dan dengan jumlah
sebesar itu pula biaya produk utama dikurangi. Jika
ada biaya tambahan setelah pemisahan (split off),
seluruh biaya tersebut langsung dialokasikan ke dalam
by products.
Estimasi nilai by-product pada split off point = harga jual –
(operating profit + marketing and administrative expense
+ estimasi production cost after split off)
Nilai by product = estimasi pada titik split off + actual
production cost after split off

Contoh penggunaan metode market value (reversal method)


Item main products by-products
materials $ 50,000
Labor 70,000
FOH 40,000
Total production cost (40.000 units) $ 160,000
Market Value (5.000 units @ 1.80) $ 9,000
Estimated Gross profit : Perhitungan
Assumed operating profit $ 1,800 reversal,
dimulai dari
Marketing & Administrative exp 450 2,250 harga jual,
$ 6,750 dikurangi
Estimated Producttion cost after split off ESTIMASI
cost hingga
materials $ 1,000 pengurangan
Labor 1,200 main
product,
FOH 300 2,500
ditambah
Estimated value in by Product 4,250 $ 4,250 lagi cost
net cost of main product $ 155,750 after split off
yang benar2
add: cost after split-off $ 2,300 terjadi.
total $ 6,550
total unit 40.000 : 5.000
cost per unit $ 3,894 $ 1,31

C. Metode alokasi Joint Cost Ke Joint Product


Pengalokasian joint cost dapat dialokasikan ke joint product melalui metode:
1. Market value method: berdasarkan harga pasar relatif dari produk individual.
 produk terjual saat split off: produk dapat langsung terjual tanpa perlu adanya proses lebih lanjut
Product Units Market value total market value pembagian joint cost
A 20.000 $ 0.25 $5,000 *$3,750
B 15.000 3.00 45,000 33,750
C 10.000 3.50 35,000 26,250
D 15.000 5.00 75,000 56,250
Total $160,000 $120,000
Joint cost $120,000
*(5000/160.000) x 120.000(join cost)
 Produk terjual setelah proses lanjutan
Total
Ultimate Processing Joint Production
Units ultimate HMV(5)
Product MV cost cost(6) cost(7)
(1) MV (3) (3 – 4)
(2) (4) (6 + 4)
(1 x 2)
A 20.000 $ 0.5 $ 10,000 $ 2,000 $ 8,000 *$ 4,800 $ 6,800
B 15.000 5.00 75,000 10,000 65,000 36,000 46,000
C 10.000 4.50 45,000 10,000 35,000 21,600 31,600
D 15.000 8.00 120,000 28,000 92,000 57,600 85,600
Total 250,000 50,000 200,000 120,000 170,000
Joint cost 120,000
*(8000/200.000) x 120.000 (join cost)

2. Average unit cost method: pada metode ini dialokasikan sesuai jumlah unit yang diproduksi.

Product Units Pembagian joint cost


A 20.000 *$40,000
B 15.000 30,000
C 10.000 20,000
D 15.000 30,000
Total 60.000 120,000
Joint cost $ 120,000 *(20.000/60.000)X120.000

3. Weighted average method: Berdasarkan rasio yang telah ditentukan pada metode ini, tiap-tiap produk
diberikan bobot/poin masing-masing yang mungkin berbeda antara satu dengan yang lain.poin bisa
berdasarkan ukuran,waktu produksi,banyaknya material dll.
Contoh:
Product Units Points Unit rata-rata Alokasi
A 20.000 3 60.000 *$12,000
B 15.000 12 180.000 36,000
C 10.000 13.5 135.000 27,000
D 15.000 15 225.000 45,000
Total 600.000 120,000
Joint cost $ 120,000
Cost per unit $ 0.2
*(60.000/600.000) x $120.000

4. Quantitave unit method: Mengalokasikan joint cost berdasarkan beberapa unit pengukuran yang biasa
digunakan, seperti pon, galon, liter, dll.
Contoh:
Produk Berat (lbs) Alokasi air Revisi berat Alokasi joint cost
Coke 1320 *69,5 1389,5 **27,8
Coal tar 120 6,3 126,3 2,5
Benzol 21,9 1,1 23,0 0,5
Sulfate 26 1,4 27,4 0,5
Gas 412,1 21,7 433,8 8,7
Waste (air) 100
TOTAL 2000 100 2000 40

*{1320 / (2000-100) } X 100


**(1389,5 /2000) X $40 (JOIN COST)

Bab X: JUST IN TIME DAN BACKFLUSHING


A. JUST IN TIME
Just In Time (JIT) adalah filosofi yang dipusatkan pada pengurangan biaya melalui eliminasi persediaan (zero
inventory production/zip/stockless production/clean production). Semua bahan baku dan komponen tiba di lokasi
kerja pada saat dibutuhkan tepat pada waktunya. Produk diselesaikan dan tersedia bagi pelanggan di saat
pelanggan menginginkan. Oleh karena itu, dimungkinkan JIT untuk mengurangi biaya biaya persediaan seperti
biaya penyimpanan.
Syarat-syarat agar JIT bisa dilakukan:
1. biaya dan waktu persiapan yang rendah atau tidak signifikan
2. ukuran lot sama dengan satu
3. waktu tumbuh minimum atau hampir seketika
4. beban kerja seimbang dan merata
5. tidak ada interupsi karena kehabisan persediaan, kualitas buruk, atau hal lain yang tidak terencana.
Manfaat JIT:
1. JIT meningkatkan kecepatan produksi dan mengurangi throughput time (waktu produksi)
2. Membantu manajemen menemukan masalah produksi dan memperbaiki dengan cara penghematan biaya:
Ilustrasi:
PT. DUTA memiliki gambaran lingkungan produksi sbb:
Jumlah lokasi kerja dimana ada WIP 20
Rata-rata WIP per lokasi kerja 400
Biaya penyimpanan persediaan per tahun 25%
Pengurangan yang direncanakan dalam tingkat WIP 60%
Aliran fisik dari unit di setiap lokasi kerja FIFO
Rata-rata variable cost per unit dalam WIP $100
Rata-rata kerugian dalam dolar per unit barang cacat $20
Asumsikan ada 1000 kasus terjadinya barang cacat, 50% dari kasus ditemukan segera oleh operator kerja dan 50%
lain, barang cacat yang terjadi sebesar 10% dari jumlah unit yang diproduksi. Penghematan dalam penyimpanan
dan biaya barang cacat dapat dihitung sbb:
Penghematan dalam biaya penyimpanan= 25% x pengurangan dalam rata2 variable cost WIP
=25% x 60% x rata2 biaya variable WIP masa lalu
= 0,25 x 0,6 x (20lokasi x 400WIP x $100 variable cost)
=$120.000
Penghematan dalam biaya barang cacat
= $20kerugian spoilage x pengurangan barang cacat
= $20 x pengurangan spoilage yg tidak ditemukan x kasus dimana barang cacat tidak ditemukan
= $20 x (60% x 400 x 10%) x (50% x 1000kasus)
=$20 x 24 x 500
=$240.000
3. Mengurangi jumlah pemasok serta memperbaiki mutu bahan baku maupun fungsi pembelian
4. Mengubah layout tradisional menjadi unit-unit kerja.

B. BACKFLUSING
Diterapkan pada perusahaan yang menggunakan JIT dimana proses produksi sangat singkat sehingga akuntansi
tradisional (job order/proses costing) tidak praktis karena menggunakan akun WIP.
Ilustrasi:
PT GGG mempunyai catatan sebagai berikut :
Saldo akun persediaan tanggal 1 Januari
- RIP Rp21.000 (M Rp20.100 dan CC Rp 900)
- Barang jadi Rp170.000 (M Rp84.000 dan CC Rp86.000)
- Perlengkapan Rp20.000
Saldo akun persediaan tanggal 31 Januari
- RIP Rp23.000 (M Rp21.600 dan CC Rp1.600)
- Barang Jadi Rp174.000 (M Rp85.800 dan CC Rp88.200)
- Perlengkapan Rp5.000
TRANSAKSI JURNAL
Bahan baku yang diterima dari pemasok RIP 406.000
Rp406.000 A/P 406.000
Bahan baku tidak langsung yang digunakan FOH Control 15.000
Rp15.000 Supplies 15.000
Beban gaji sebesar Rp160.000 dicatat dan Payroll 160.000
dibayarkan Accrued payroll 160.000
Accrued payroll 160.000
cash 160.000
Distribusi beban gaji yaitu TK langsung FOH control 45.000
Rp25.000, TK tak langsung Rp45.000, gaji bag. COGS 25.000
Pemasaran Rp50.000, gaji bag. Administrasi Marketing exp 50.000
Rp40.000 (Dalam akumulasi biaya berdasarkan Adm. exp 40.000
pesanan atau proses, tenaga kerja langsung payroll 160.000
dibebankan ke akun barang dalam proses bukan
ke HPP)
Overhead pabrik terdiri dari penyusutan FOH control 299.000
Rp290.000 dan asuransi dibayar di muka Accmulated depr. 290.000
Rp9.000 Prepaid insurance 9.000
Biaya overhead pabrik lain-lain dibayar tunai FOH control 21.000
Rp17.000 dan terutang Rp4.000 cash 17.000
A/P 4.000
Overhead pabrik yang diakumulasi di perkiraan COGS 380.000
pengendali overhead pabrik dibebankan ke FOH control 380.000
harga pokok penjualan
Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan Finished good 404.500
yang telah selesai di-backflush dari RIP RIP 404.500
Hitung: Material di RIP awal Rp20.100
Pembelian material Rp406.000
Material di RIP akhir (Rp21.600)
Rp404.500
Komponen biaya bahan baku atas pekerjaan COGS 402.700
yang telah dijual di-backflush dari barang jadi Finished Good 402.700
Hitung: Barang jadi awal (M) Rp84.000
Ditransfer dari RIP Rp404.500
Barang jadi akhir (M) (Rp85.800)
Rp402.700
Saldo akhir ditetapkan dalam akun persediaan RIP 500
dengan menyesuaikan komponen biaya Finished Good 2.200
konversinya COGS 2.700

Bab XII: OVERHEAD PABRIK: PLANNED , ACTUALY AND APPLIED


Factory Overhead (FOH) / factory burden/manufacturing expense/manufacturing overhead /factory expense
/indirect factory cost adalah biaya-biaya yang tidak bisa langsung ditelusuri /diidentifikasi ke produk.
Sifat FOH:
1. FOH merupakan bagian tidak berwujud dari barang jadi,
2. FOH bisa bersifat
a. Fixed (biaya FOH total tidak berubah meskipun volume produksi berubah sehingga FOH per unit
berubah, yaitu berbanding terbalik dengan volume produksi)
b. variable (FOH total bervariasi secara sebanding dengan volume produksi)
c. Semivariable (FOH total bervariasi, tapi tidak sebanding dengan unit yang diproduksi).
Predetermined FOH:
tarif biaya FOH yang ditetapkan terlebih dahulu sehingga memungkinkan adanya pengalokasian yang sepadan
dan logis.
Rumus dasar:
Lima Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan tarif FOH :
1. Base/ dasar yang dipakai :
a. Physical Output: estimasi unit produksi (Bila produk yang dihasilkan lebih dari satu jenis, maka
perhatikan ukurannya – berat, volume, dll – yang kira2 berhubungan logis dengan FOH yang diperlukan.
Atau bisa juga dengan sistem pemberian poin yang logis tiap jenis produk)
b. Direct Material Cost: estimasi material cost
c. Direct Labor Cost: estimasi DL cost
d. Direct Labor hours: jam kerja
e. Machine Hours: jam pemakaian mesin
f. Activity Based Costing: penghitungan biaya berdasarkan aktivitas. (akan dibahas pada bab selanjutnya)
Pertimbangan memilih base adalah:
 Korelasi antara base dan FOH cost
 Kepraktisan dari pekerjaan klerik al
 Keakuratan perhitungan biaya
2. Pemilihan Tingkat Kegiatan
a. Kapasitas teoritis : kapasitas untuk memproduksi pada kecepatan penuh tanpa istirahat.
b. Kapasitas praktis : pengurangan tk.kapasitas teoritis karena interupsi internal yg tidak dapat dihindari,
juga memperhitungkan istirahat, tidak memperhitungkan pengaruh eksternal.
c. Kapasitas aktual yang diperkirakan : interupsi faktor internal dan eksternal diperhitungkan, sesuai yang
direncanakan.
d. Kapasitas normal : mengacu pada aktivitas rata-rata selama suatu periode yang berfluktuasi, sehingga
jumlah FOH yg dibebank an berbeda dengan aktualnya.
3. Dengan atau tanpa FOH Tetap: kalkulasi biaya absorbsi penuh, kalkulasi biaya langsung.
4. Penggunaan tarif tunggal atau beberapa tarif: tarif tingkat pabrik, tarif departemental, dan tariff
subdepartemental dan aktivitas.
5. Menggunakan tarif yang berbeda untuk aktivitas jasa

Langkah Penghitungan Tarif FOH :


1. Menentukan suatu tingkat kegiatan yang ak an digunakan sebagai dasar yang dipilih
2. Memperkirakan anggaran bagi masing-masing biaya pada tingkat kegiatan yang diperkirakan
3. Mengestimasi jumlah FOH pabrik
4. Menghitung tarif FOH

Actual FOH : Biaya FOH yang sebenarnya terjadi dalam memproduksi suatu unit.
Tujuan Pengakumulasian Actual FOH adalah mengumpulkan informasi dalam rangka pengendalian.
Pengendalian di sini adalah pelaporan biaya kepada setiap kepala departemen yang bertanggung jawab atas
biaya tersebut, dan pembandingan antara jumlah anggaran dengan tingkat operasi yang dicapai.

Dokumen sumber utama pencatatan FOH :


Voucher pembelian, surat permintaan bahan, kartu jam kerja, dan voucher jurnal umum.

Pembebanan Biaya Overhead


FOH Aktual adalah jumlah biaya tidak langsung yang terjadi, sedangkan FOH Applied adalah jumlah biaya yang
dialokasikan k e output.
Ilustrasi : Tarif FOH yang ditentukan sebelumnya = 15/jam mesin.
Jam mesin aktual =18.900
biaya FOH aktual = 292.000
Jadi, FOH Applied = 18.900 x 15 = 283.500.
Ayat jurnal untuk mengikhtisarkan applied FOH:
WIP 283.500
FOH Applied 283.500
Perkiraan applied FOH pada akhirnya ditutup ke perkiraan FOH Control di akhir tahun dengan ayat jurnal berikut
:
FOH Applied 283.500
FOH Control 283.500

Kelebihan atau kekurangan FOH Applied


Applied FOH > Actual FOH = overapplied
Applied FOH < Actual FOH = underapplied

Alokasi dari Over / Underapplied FOH


Di akhir periode, jumlah over/underapplied FOH dapat diperlakukan sebagai biaya periodik atau dialokasikan ke
persediaan dan harga pokok penjualan. Jika jumlah over/underapplied FOH tidak signifikan, jumlah tersebut
sebaiknya ditutup langsung ke ikhtisar laba rugi atau ke harga pokok penjualan sebagai biaya periodik .
Ayat jurnal sebagai berikut (underapplied):
Income Summary 8.500
FOH Control 8.500
atau
COGS 8.500
FOH Control 8.500
Alternatif lain, over/underapplied FOH dialokasikan sebagai penyesuaian dalam laporan harga pokok
produksi. Perlakuan atas penyesuaian mungkin didasarkan pada tanggung jawab manajemen atas ov
er/underapplied FOH tersebut.
Alokasi lainnya adalah dengan mencatat ke persediaan dan harga pokok penjualan. Alokasi ini adalah
usaha untuk menyatakan kembali semua FOH Applied ke jumlah yang mendekati FOH Aktual. Hal ini
diharuskan untuk membuat laporan keuangan jika dampaknya terhadap laporan keuangan material.

Mengubah Tarif Biaya Overhead


Tarif FOH biasanya ditinjau kembali secara periodik. Perubahan metode produksi, harga, efisiensi, dan perk
iraan penjualan membuat tinjauan k embali dan revisi tarif FOH. Batasan yang digunakan dalam revisi tersebut
bergantung pada frekuensi perubahan, pada faktor-faktor yang mempengaruhi tarif FOH, dan pada
kebutuhan manajemen serta keinginan data biaya terkini.

Bab XIII: FOH: DEPARTEMENTALISASI


Departementalisasi FOH berarti membagi pabrik ke dalam segmen-segmen yang disebut departemen, ke mana
biaya overhead dibebankan.

Tujuan
1. Menyediakan perhitungan biaya produksi yang lebih baik (tiap departemen punya tarif FOH sendiri)
2. Meningkatkan pengendalian yang bertanggung jawab atas biaya overhead (tiap departemen punya manajer)

Macam – macam Departemen :


1. Departemen Produksi = menghasilkan produk dengan mengubah bentuk atau sifat dari bahan baku atau
dengan merakit komponen.
2. Departemen Jasa = memberikan pelayanan yang berkontribusi secara tidak langsung terhadap produksi
produk tetapi tidak mengubah bentuk , rakitan, maupun jenis dari bahan baku.
Pemilihan Departemen Produksi
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jenis departemen untuk menetapkan tarif FOH
departemental adalah sebagai berikut :
1. Kesamaan operasi dan mesin di setiap departemen
2. Lokasi dari operasi mesin
3. Tanggung jawab atas produksi dan biaya
4. Hubungan operasi terhadap aliran produk
5. Jumlah departemen

Pemilihan Departemen Jasa


Jasa yang dapat menguntungkan baik departemen produksi dan departemen jasa lain, dapat diatur
dengan cara:
1. menetapkan departemen jasa yang terpisah untuk setiap fungsi,
2. menggabungkan berbagai fungsi ke dalam suatu departemen,
3. menempatkan beberapa biaya jasa dalam suatu departemen yang disebut tempat penampungan
biaya umum pabrik.
Jenis dan jumlah departemen jasa bergantung pada jumlah karyawan yang diperluan untuk setiap fungsi
jasa, biaya untuk menyediakan jasa tersebut, tingkat kepentingan dari jasa itu, dan penugasan tanggung
jawab supervisor.

Biaya Departemental Langsung dan tidak langsung


Biaya Departemental Langsung Biaya Departemental tidak Langsung
 FOH yang dapat ditelusuri secara langsung ke Biaya ini terjadi untuk memberi manfaat bagi semua
departemen tertentu. departemen, sehingga biayanya dialokasikan ke semua
Mayoritas biaya ini dapat dibagi ke dalam departemen. Biaya ini antara lain: biaya listrik, lampu,
kategori-kategori berikut ini : sewa, dan penyusutan atas bangunan pabrik. Dasar yang
 Supervisi, tenaga kerja tidak langsung, dan sesuai guna alokasi dari biaya departemental tidak
lembur langsung adalah: ukuran konsumsi dari suatu sumber
 Tunjangan tenaga kerja daya, ukuran output, dan pengganti yang mewakili sumber
 Bahan baku tidak langsung dan perlengkapan daya yang dikonsumsi.
 Perbaikan dan pemeliharaan
 Penyusutan peralatan dan sewa

Menentukan tarif biaya overhead departemental


Karena semua overhead, baik yang berasal dari departemen produksi maupun dari departemen jasa,
pada akhirnya akan dialokasikan pada departemen produksi, penetapan tarif overhead departemental
mencakup langkah-langkah berikut ini :
 Estimasikan total overhead departemental dari departemen produk si dan jasa pada tingkat aktivitas yang
diperkirakan.
 Buat suatu survey (ukuran dari semua dasar alokasi) dengan tujuan untuk mendistribusikan biaya
overhead departemental tidak langsung dan biaya departemen jasa.
 Estimasikan total overhead tidak langsung pada tingkat aktivitas yang dipilih dan alokasikan biaya-biaya
tersebut ke departemen-departemen dengan dasar yang logis.
 Distribusikan biaya departemen jasa ke departemen yang memperoleh manfaat dari jasa
 tersebut.
 Hitung tarif overhead departemental: membagi total overhead final dari setiap departemen produksi
dengan dasar alokasi yang dipilih.

Metode Distribusi Overhead Departemen Jasa


1. Metode Langsung
Pada metode ini, biaya departemen jasa hanya didistribusikan ke departemen produksi saja. Pendekatan ini
meminimalkan pekerjaan klerikal tapi gagal mengukur total biaya untuk setiap departemen jasa.
Metode langsung dapat dibenarkan jika hasil akhirnya berbeda hanya secara tidak material dengan hasil
dari metode distribusi yang lain.

Ilustrasi: data ini digunakan untuk metode2 yang lain juga


Departemen FOH sebelum distribusi Departemen jasa
jasa yang disediakan Departemen Y Departemen Z
Produksi A 60.000 40% 20%
Produksi B 80.000 40% 50%
Jasa Y 36.300 - 30%
Jasa Z 20.000 20% -
Total Overhead 196.300 100% 100%

Distribusi overhead departemen jasa menggunakan metode langsung


Total Departemen produksi Departemen Jasa
A B Y Z
Overhead pabrik 196.300 60.000 80.000 36.300 20.000
sebelum distribusi
dept. Jasa
Distribusi dari:
Departemen Y 18.150 18.150 (36.300)
Departemen Z 5.714 14.286 (20.000)
Total Overhead 196.300 83.864 112.436
40/80 ke A, 40/80 ke B
20/70 ke A, 50/70 ke B

2. Metode Bertingkat
Metode ini mendistribusikan biaya dari departemen jasa dalam urutan tertentu yang disarankan oleh
departemen. Dalam contoh berikut, departemen Y ditentukan untuk dialokasikan lebih dulu.
Departemen jasa yang lebih dulu dialokasikan tidak mendapat alokasi pada tahap selanjutnya.

Distribusi overhead departemen jasa menggunakan metode langsung


Total Departemen produksi Departemen Jasa
A B Y Z
Overhead pabrik 196.300 60.000 80.000 36.300 20.000
sebelum distribusi
dept. Jasa
Distribusi dari:
Departemen Y 14.520 14.520 (36.300)*
Departemen Z 7.789 19.471 (20.000)*
Total Overhead 196.300 82.309 113.991
*40/100 ke A, 40/100 ke B, 20/100 ke Z
**20/70 ke A, 50/70 ke B

Keterangan: urutan yang digunakan adalah memulai dari departemen yang melayani departemen lain
dalam jumlah terbesar dan hanya menerima jasa dari departemen jasa lain dalam jumlah yang paling
kecil. Alternatifnya, biaya dari departemen jasa yang menyediakan jasanya ke departemen jasa lain dengan
nilai terbesar dapat didistribusikan pertama kali.

3. Metode Simultan
Metode ini disebut juga metode aljabar, mempertimbangkan secara lengkap hubungan timbal balik antar
semua departemen jasa.
Perhitungan:
Y = 36.300 + 0.30Z
Z = 20.000 + 0.20Y
Substitusi : Y = 36.300 + 0.30 (20.000 + 0.20Y)
Y = 36.300 + 6.000 + 0.06Y
0,94Y = 42.300
Y = 45.000
Z = 20.000 + 0.20(45.000)
Z = 20.000 + 9.000
Z = 29.000

Distribusi overhead departemen jasa menggunakan metode simultan


Total Departemen produksi Departemen Jasa
A B Y Z
Overhead pabrik 196.300 60.000 80.000 36.300 20.000
sebelum distribusi
dept. Jasa
Distribusi dari:
Departemen Y 18.000 18.000 (45.000)* 9.000
Departemen Z 5.800 14.500 8.700 (29.000)*
Total Overhead 196.300 83.800 112.500
*40/100 ke A, 40/100 ke B, 20/100 ke Z
**20/100 ke A, 50/100 ke B, dan 30/100 ke Z

Menggunakan Tarif Biaya FOH Departemen


Overhead pabrik dibebankan dengan cara menambahkan FOH Applied ke bagian overhead pabrik dalam
suatu kartu biaya pesanan (job order osting) atau ke bagian overhead pabrik dalam suatu laporan biaya
produksi departemental (process costing).
Ayat jurnal:
WIP xxx
FOH Applied- Departemen A xxx
FOH Applied- Departemen B xxx
Biaya FOH Aktual – terdepartementalisasi
FOH aktual diikhtisarkan dalam FOH Control di buku besar. Departementalisasi overhead mengharuskan
setiap biaya dibebankan ke suatu departemen dan juga ke suatu akun biaya pembantu tertentu.

Langkah-langkah di akhir periode fiskal


Di akhir periode fiskal, biaya FOH Ak tual dikumpulkan dengan cara yang sama seperti biaya yang
diestimasi di awal periode. Ketika FOH departemental tidak langsung yang aktual dialokasikan ke
departemen, dan biaya departemen jasa didistribusikan ke departemen produksi, maka adalah mungkin
untuk membandingkan FOH Aktual dan FOH Applied, serta menghitung over/underapplied FOH untuk setiap
departemen produksi.

Tarif FOH Lebih Dari Satu


Salah satu solusi adalah membagi FOH menjadi dua kategori atau lebih, yang disebut tempat penampungan
biaya, serta menghitung tarif FOH untuk setiap tempat penampungan biaya.

Bab XIV: AKUNTANSI AKTIVITAS:PERHITUNGAN ACTIVITY BASED


COSTING (ABC) dan ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)
ACTIVITY BASED COSTING adalah sistem perhitungan biaya yang mengalokasikan biaya overhead berdasarkan
konsumsi aktivitas masing-masing produk yang dihasilkan. Berbeda halnya dengan sistem perhitungan biaya
tradisional yang hanya membebankan biaya produk menurut dasar volume, maka ABC juga memperhitungkan
dasar nonvolume sehingga mampu menghasilkan kalkulasi biaya produk yang akurat dan lebih dapat diandalkan.

Tingkat biaya dan drivers:


Drivers : dasar untuk mengalokasikan biaya overhead.
Resource drivers : dasar untuk mengalokasikan biaya suatu sumber daya kepada aktivitas- aktivitas yang
menggunakan sumber daya tersebut.
Activity drivers : dasar untuk mengalokasikan biaya suatu aktivitas kepada produk-produk, customer,
atau objek biaya lainnya.
Ilustrasi kasus:
PT. SUKSES Memproduksi 2 jenis produk, yaitu ”Umum ” dan ”Khusus”.
Iktisar produksi adalah sebagai berikut:
Umum Khusus Total
Unit diproduksi 98.000 200
Direct material cost:
Per unit $ 10 $ 150
Total $ 980.000 $ 30.000 $ 1.010.000
Direct labor:
Jam per unit $1 $ 10
Total jam 98.000 2.000 100.000
Total biaya (Rp 10/jam) $ 980.000 $ 20.000 $ 1.000.000
Setup $ 40 $ 40 $ 80
Perubahan desain $ 12 $8 $ 20
Biaya FOH:
Dep Produksi $ 1.400.000
Dep Rekayasa $ 900.000
Umum $ 700.000
Total FOH $ 3.000.000
Total manufacturing cost $ 5.010.000

Formasi activity cost pool:


Dep. Produksi Rekayasa Umum Total
Total FOH $ 1.400.000 $ 900.000 $ 700.000 $ 3.000.000
Dikurangi biaya:
Setup $ 200.000 $ 300.000 S 300.000 $ 800.000
Ubah desain $ 200.000 $ 300.000 S 100.000 $ 600.000
$ 400.000 $ 600.000 $ 400.000 $ 1.400.000
FOH lain-lain $ 1.000.000 $ 300.000 $ 300.000 $ 1.600.000

Pekerja di Dep. Produksi menggunakan 1/7 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/7 waktu kerja untuk
mempelajari keterampilan baru karena perubahan desain.
Biaya setup dari Dep. Produksi: 1/7 x $ 1.400.000 = S 200.000
Biaya perubahan desain dari Dep Produksi: 1/7 x $ 1.400.000 = $ 200.000

Pekerja di Dep. Rekayasa menggunakan 1/3 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/3 waktu kerja untuk perubahan
desain.
Biaya setup dari Dep. Rekayasa: 1/3 x $ 900.000 = $ 300.000
Biaya perubahan desain dari Dep. Rekayasa: 1/3 x S 900.000 = $ 300.000

Pekerja di Dep Umum menggunakan 3/7 waktu kerja untuk setup mesin dan 1/7 waktu kerja untuk perubahan
desain.
Biaya setup dari Dep. Umum: 3/7 x $ 700.000 = S 300.000
Biaya perubahan desain dari Dep Umumi: 1/7 x $ 700.000 = $ 100.000

Biaya produk menggunakan sistem alokasi biaya tradisional:


Tarif FOH: $ 3.000.000 (total FOH) / 100.000 (DLH) = $30 per DLH
Umum Khusus Total
Direct material $ 980.000 $ 30.000 $ 1.010.000
Direct labor 980.000 20.000 1.000.000
FOH:
$ 30 x 98.000 DLH 2.940.000
$ 30 x 2.000 DLH 60.000 3.000.000
Total cost $ 4.900.000 $ 110.000 $ 5.010.000
Unit diproduksi 98.000 200
Cost per unit $ 50 $ 550

Biaya produk menggunakan sistem alokasi Activity Based Costing:


Tarif FOH:
Level batch: $ 800.000 (FOH) / 80 (jumlah setup) = $10.000 per setup
Level produk: $ 600.00 / 20 (ubah desain) = $ 30.000 per ubah desain
Level pabrik: $ 1.600.000 (FOH lain-lain) / 100.000 (DLH) = $ 16 per DLH
Umum Khusus Total
Direct material $ 980.000 $ 30.000 $ 1.010.000
Direct labor 980.000 20.000 1.000.000
FOH:
$ 10.000 x 40 setup 400.000
$ 10.000 x 40 setup 400.000 800.000
$ 30.000 x 12 ubah desain 360.000
$ 30.000 x 12 ubah desain 240.000 600.000
$ 16 x 98.000 DLH 1.568.000
$ 16 x 2.000 DLH 32.000 1.600.000
Total cost $ 4.288.000 $ 722.000 $ 5.010.000
Unit diproduksi 98.000 200
Cost per unit $ 43,76 $ 3.610

Kekuatan dan Kelemahan ABC


Kekuatan Kelemahan
Informasi yang dihasilkan lebih dapat Dalam biaya tingkat pabrik, informasi ABC kurang dapat
diandalkan diandalkan dibanding sistem tradisional karena
dialokasikan secara arbitrer
Manajemen memiliki opsi untuk menganggap Dalam periode di mana volume adalah rendah, baik ABC
biaya tingkat pabrik sebagai biaya periodik dan system tradisional melaporkan biaya unit yang lebih
sekaligus dapat mengalokasikan biaya tingkat tinggi
batch dan produk ke produk yang dihasilkan
dibandingkan sistem full absortion maupun
variable costing
ABC lebih memfokuskan pengambilan ABC menganggap semua biaya adalah variabel, bila dalam
keputusan strategis jangka panjang suatu proses hampir semua biaya tingkat produk
diklasifikasikan sebagai biaya tetap, pengambilan
keputusan jadi tidak relevan.
ABC hanya menunjukkan banyaknya aktivitas tingkat batch
dan produk yang digunakan oleh setiap produk bukan
berapa banyak penghematan yang akan dikeluarkan jika
lebih sedikit produk atau batch diproduksi.
ABC memerlukan data yang lebih ekstensif.

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)


adalah penggunaan informasi yang diperoleh dari ABC untuk membuat perbaikan dalam suatu perusahaan.
Informasi ABC dapat membantu manajemen perusahaan guna mengambil keputusan yang lebih baik atas
kekuatan perusahaan.
Secara umum, ada empat cara di mana aktivitas dapat dikelola guna mencapai perbaikan dalam suatu proses:
1. Pengurangan aktivitas: mengurangi waktu atau usaha yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut
2. Penghilangan aktivitas: menghilangkan aktivitas tersebut secara keseluruhan
3. Pemilihan aktivitas: memilih alternatif yang berbiaya rendah dari sekelompok alternatif desain
4. Pembagian aktivitas: membuat perubahan yang mengizinkan penggunaan aktivitas dengan produk lain untuk
mencapai skala ekonomis.
Bab XV: ANGGARAN: LABA, PENJUALAN, BIAYA, dan BEBAN
Perencanaan Laba
Anggaran (perencanaan laba) mencerminkan tingkat laba atau target yang diperkirakan/diusahakan untuk dicapai
oleh manajemen. Anggaran yg baik adalah sulit, karena dipengaruhi banyak pengaruh external.

Menetapkan Tujuan Laba


Metode a priori: profit ditetapkan lebih dulu, kemudian dibuat rencana operasi.
Metode a posteriori: profit merupakan hasil dari rencana operasi.
Metode pragmatic: profit ditetapkan berdasarkan standar.

Perencanaan Laba Jangka Panjang


Adalah proses terus-menerus untuk membuat keputusan-keputusan saat ini secara sistematis dan dengan
pengetahuan terbaik yang memungkinkan mengenai dampak di masa depan.
Rencana jangka panjang tidak dinyatakan secara tepat, dan tidak diharapkan sebagai rencana masa depan yang
terkoordinasi secara mnyeluruh. Biasanya berurusan dengan area-area khusus seperti penjualan, pengeluaran
modal, riset dan pengembangan, serta kebutuhan-kebutuhan pendanaan.

Perencanaan Jangka Pendek


Hanya dapat dicapai dengan perencanaan jangka panjang yang sukses. Umumnya periodenya 1 tahun, namun ada
juga yang 3, 6, atau 18 bulan.

Keuntungan Perencanaan Laba


1. Menyediakan pendekatan untuk identifikasi dan penyelesaian masalah.
2. Menjadi petunjuk bagi manajemen.
3. Meningkatkan koordinasi.
4. Bisa menampung ide dan menjalin kerja sama.
5. Sebagai bahan evaluasi.

Keterbatasan Perencanaan Laba


1. Ada unsur ‘prediksi’ sehingga selalu ada ketidakpastian.
2. Manajer berpikir sempit.
3. Memerlukan komitmen manajemen puncak dan kerja sama seluruh pegawai.
4. Dysfunctional behaviour sehingga anggaran dilonggarkan demi kepentingan individu.
5. Tidak mengganti peran administrasi.
6. Instalasi perlu waktu.

Prinsip-Prinsip dalam Membuat Anggaran


1. Ada petunjuk yang jelas sehingga semua tingkat manajemen memiliki kesamaan asumsi dan tujuan.
2. Melibatkan seluruh pegawai.
3. Menghilangkan suasana penolakan.
4. Terstruktur untuk menjamin tercapainya tujuan.
5. Mempertimbangkan kondisi-kondisi dan asumsi-asumsi.

Anggaran Periodik Lengkap


Satu set anggaran yg lengkap biasanya terdiri dari:
1. Anggaran penjualan
2. Estimasi persediaan dan kebutuhan produksi
3. Angaran bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik
4. Anggaran beban pemasaran dan administrasi
5. Anggaran laporan laba rugi
6. Anggaran riset dan pengembangan
7. Anggaran penerimaan dan pengeluaran kas, dan lain sebagainya

Bab XVI:
ANGGARAN: PENGELUARAN MODAL, BIAYA R & D, dan KAS;
PERT/BIAYA
Pengeluaran Modal  pengeluaran yang memberikan manfaat > 1 tahun.
Riset  Penelitian terencana untuk menemukan pengetahuan baru yang bisa menghasilkan
produk/jasa/proses/teknik baru atau meningkatkan produk/jasa/proses/teknik lama.
Pengembangan  pengembangan hasil riset untuk menciptakan produk baru.

PERT (Program Evaluation and Review Technique) or CPM (Critical Path Method)

Te=4
B E
3,4,5 Te=8
Te=3 3-7 7-11

Finish
Start 1,3,5 Te=4 2,8,14
3,4,5
Te=2 G
A C
19-19
0-0 1,2,3 2-5 Te=7
Te=7
Te=5 5,6,13
3,5,7 F 5,6,13
D Te=7
12-12
5-5
5,6,13

 PERT  diagram yang menggambarkan hubungan antar beberapa kegiatan.


 Event  titik mulai/selesainya suatu aktivitas
 Activity  dari satu event ke event lain.
 Optimistic time  to, yaitu angka pertama di bawah garis
 Most likely time  tm, yaitu angka kedua di bawah garis
 Pessimistic time  tp, yaitu angka ketiga di bawah garis
 Expected time  te = (to+4tm+tp)/6, yaitu angka di atas garis

Contoh: untuk aktivitas D – F  to = 5, tm=6, tp=13  te: [5+4(6)+13]/6 = 42/6 = 7


 Critical Path  jalur terpanjang dari start sampai dengan finish  merupakan total waktu pengerjaan.
 A-B-E-G: 3+4+8 = 15
 A-C-E-G: 2+4+8 = 14
 A-C-F-G: 2+7+7 = 16
 A-D-F-G: 5+7+7 = 19 (critical path)
 Untuk mengurangi waktu pengerjaan  kurangi waktu critical path.
Di bawah event ada earliest expected time dan latest allowable time
 Earliest expected time  waktu tercepat mulai dikerjakan berkaitan dengan aktivitas sebelumnya.
 Merupakan jumlah Earliest expected time aktivitas-aktivitas yang menuju suatu event. Misal untuk event
C: 3
 Apabila ada > 1 jalur yang menuju satu event  Earliest expected time terbesar dari jalur-jalur tersebut.
Misal untuk event E: jalur A-B-E: 7 dan jalur A-C-E:6 7
 Menghitung maju.
 Latest allowable time  waktu paling lambat aktivitas dimulai agar penyelesaian proyek tidak tertunda.
 Total waktu – waktu untuk mengerjakan aktivitas-aktivitas sesudahnya. Misal untuk event E: 19 – 8 = 11.
 Apabila ada >1 jalur keluar dari satu event  Latest allowable time terkecil dari jalur-jalur tersebut.
Misal untuk event C: jalur C-E-G: 19 – 4 = 15 dan jalur C-F-G: 19 – 14 = 5  5
 Menghitung mundur.
Di bawah earliest expected time dan latest allowable time terdapat slack time: latest allowable time - earliest
expected time  penundaan pengerjaan suatu aktivitas yang tidak menunda waktu penyelesaian proyek.
Misal untuk event B: 7 – 3 = 4.
 Crash time  penghematan waktu dengan penambahan biaya.

Bab XVIII:
PERHITUNGAN BIAYA STANDAR: PENETAPAN STANDAR & ANALISIS
VARIANS
Biaya Standar  Biaya untuk membuat satu unit produk pada periode tertentu yang sudah ditetapkan etrlebih
dahulu.
Meliputi:
 Standar fisik (jumlah input standar untuk satu unit output) dan
 Standar harga (harga/tariff standar per unit input).
Jenis standar:
1. Standar dasar
Tolak ukur yang digunakan untuk membandingkan pelaksanaan yang diharapkan dengan yang aktual terjadi.
2. Standar yang berlaku, meliputi:
a. Standar aktual yang diharapkan
mencerminkan tingkat aktivitas dan efisiensi yang diharapkan terjadi.
b. Standar normal
mencerminkan tingkat operasi dan efisiensi normal.
c. Standar teoritis
mencerminkan tingkat operasi dan efisiensi maksimum.

Biaya Standar digunakan untuk:


1. Membuat anggaran
2. Mengontrol biaya dan mengukur efisiensi
3. Memudahkan prosedur penetapan biaya dan pembuatan laporan biaya
4. Menetapkan cost material, WIP, dan finished good
5. Menetapkan harga penawaran dan harga jual

Varians
Selisih biaya aktual dengan biaya yang dibebankan disebut varian (Analisis varian dijelaskan pada bab
selanjutnya). Varian yang terjadi dibebankan pada manajer departemen tersebut. Sisa varian yang belum
ditelusuri merupakan akibat dari:
1. inefisiensi departemen
2. kenaikan biaya overhead, atau salah menganggarkan overhead

Standar dan Varians Bahan Baku


Ada dua standar:
1. Standar Harga
Ketika pembelian bahan baku: Material Purchase Price Varians
Ketika bahan baku dikeluarkan dari pabrik: Material Price Usage Variance
2. Standar Penggunaan
Dihitung dengan membandingkan kuantitas pemakaian aktual dengan standarnya, yang mana keduanya
dihitung dengan biaya standar.
Contoh:
Deksa Corp membeli bahan baku untuk pembuatan Mebel sebanyak 15.000 unit dengan harga beli $8/unit.
Sebanyak 14.000 unit digunakan dalam proses produksi, sebelumnya harga standar yang ditetapkan oleh
perusahaan adalah $8,2/unit dengan kuantitas standar produksi adalah 13.500 unit.

Kuantitas (Q) Harga/Unit (P) Jumlah (QxP)


Kuantitas aktual yg dibeli 15.000 8,00 Aktual $120.000
Kuantitas aktual yg dibeli 15.000 8,20 Standar 123.000
Material purchase price variance $(3000) Fav
Kuantitas aktual yg digunakan 14.000 8,00 aktual $112.000
Kuantitas aktual yg digunakan 14.000 8,20 standar 114.800
Material price usage variance $(2.800) Fav
Kuantitas aktual yg dibeli 15.000 8,20 standar $123.000
Kuantitas aktual yg digunakan 14.000 8,20 satndar 114.800
Material inventory variance $(8.200) Fav
Kuantitas aktual yg digunakan 14.000 8,20 standar $114.800
Kunatitas standar yg diperbolehkan 13.500 8,20 standar 110.700
Material quantity variance $(4.100) Unfav

Standar Variance Tenaga Kerja


Dua standar juga harus ditetapkan untuk biaya pekerja langsung, yaitu :
1. Standar tarif (upah/biaya)
Karena tarif berdasarkan perjanjian maka varians tarif pekerja jarang terjadi, jika terjadi biasanya
disebabkan oleh hal yang luar biasa yang bersifat jangka pendek.
2. Standar efisiensi (waktu/pemakaian)
Varians efisiensi pekerja dihitung dengan membandingkan jam kerja aktual terhadap standar yang telah
ditetapkan, keduanya pada standar tarif pekerja.
Contoh:
Jam aktual tenaga kerja yang terjadi adalah 1.700 jam. Jam standar yang diperbolehkan adalah 1.650 jam. Tarif
aktual $13,50. Sedangkan tarif standarnya adalah $13,00.
Jam Tarif Jumlah
Jam aktual yang digunakan 1.700 $13,50 Aktual $22.950
Jam aktual yang digunakan 1.700 $13,00 Standar 22.100
Labor Rate Variance $850 Unfav
Jam aktual yang digunakan 1.700 $13,00 Standar $22.100
Jam standar yang digunakan 1.650 $13,00 Standar 21.450
Labor Efficiency Variance $650 Unfav

Standar dan Variance FOH


Ada banyak metode, diantaranya:
1. Metode Satu Variance (overall variance)
FOH Var = Actual FOH – Applied FOH*
* Applied FOH = base x FOH rate
2. Metode Dua Variance
 Controllable Variance
Selisih antara FOH Aktual dengan jumlah Anggaran berdasarkan jumlah unit standar dari unit
pengalokasian untuk produksi aktual.
Controllable Var = Actual FOH – BABOSH*
*BABOSH = [(standard hours x variable FOH rate) + budgeted fix FOH]
*BABOSH : Budgeted and Based on Standard Hours
 Volume Variance
Selisih antara jumlah anggaran berdasarkan jumlah unit standar dari dasar pengalokasian untuk produksi
aktual dengan FOH Aktual yang dapat dibebankan ke WIP.
Volume Var = BABOSH – Applied FOH
Contoh:
FOH Aktual $25.000
Jam standar yang diperbolehkan untuk produksi aktual 1.500 jam
Jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan 1.570 jam
Tarif FOH standar $18
Tarif FOH variable $4
Tarif FOH tetap $14
FOH tetap yang dianggarkan $18.000
Jawab:
1) Controllable Variance = Actual FOH – BABOSH
Controllable Variance = 25.000 – [(1500 hours x 4) + 18.000] = 1.000 (unfavorable)
Atau :
FOH aktual $25.000
Jumlah anggaran berdasarkan jam standar
yang diperbolehkan (BABOSH):
FOH Variable (1500 jam standar x $4) $6.000
FOH Tetap yang dianggarkan 18.000 $24.000
Controllable Variance $1.000 unfav
2) Volume Variance = BABOSH – Applied FOH
Volume Variance = 24.000 – (1.500 hours x 18) = -3.000 (favorable)
Atau:
Jumlah anggaran berdasarkan jam standar
yang diperbolehkan $24.000
FOH yang dapat dibebankan ke WIP pada harga
Standar (Applied FOH): 1500 jam standar x $18 $27.000
Volume Variance -$3.000 fav
Atau:
FOH tetap yang dianggarkan $18.000
FOH tetap yang dapat dibebankan ke WIP
berdasarkan jam standar (1500 x $14) $21.000
Volume Variance -$3.000 Fav

Maka Overal FOH Variance = Controlable Variance + Volume Variance


$1.000 + (- $3.000)
-$2.000 fav
Spending variance
 Adalah: biaya aktual – budget allowance
 Disebabkan oleh perbedaan harga aktual dengan anggaran dan kuantitas anggaran dan FOH
 Apabila aktual FOH > budget allowance maka unfavorable
 Aktual FOH < budget allowance maka favorable
 Bukan disebabkan oleh selisih unit aktual dan anggaran

Idle capacity variance


 Adalah: budget allowance – biaya pada tarif yang ditentukan
 Kapasitas aktual > anggaran maka favorable dan sebaliknya
 Dihitung dengan = (kap. Aktual – kapasitas dlm anggaran) X tarif fixed FOH jika positif = favorable

3. Metode Tiga Variance


Ada dua metode
 Metode A : Controllable Variance yang dibagi dua (Spending Variance + Variable efficiency variance) dan
Volume Variance
 Metode B: Controllable Variance dan Volume Variance yang dibagi dua (Idle capacity variance + Efficiency
variance)
Metode A
 Spending Variance: perbedaan antara FOH actual yang terjadi dengan anggaran yang disediakan
berdasarkan jumlah aktual unit yang mendapat alokasi FOH.
FOH Aktual $25.000
Jumlah anggaran berdasarkan jam aktual:
FOH Variable (1.570 jam aktual x $4) $6.280
FOH Tetap yang dianggarkan 18.000 $24.280
Spending Variance $720 Unfav
 Variable Efficiency variance: perbedaan antara jumlah aktual dari penggunaan dasar alokasi dengan
jumlah standar dari alokasi yang diperbolehkan untuk produksi aktual dikalikan tarif FOH.
Jumlah anggaran berdasarkan pada jam aktual
yang diperbolehkan $24.280
jumlah anggaran berdasarkan jam standar
yang diperbolehkan 24.000
Variable efficiency variance $280 Unfav
 Volume Variance: sama pada metode dua variance.
Maka, Overall FOH Variance = $720 Fav + $280 Fav + $3000 Unfav
$ 2.000 Fav
Metode B
 Spending Variance: sama pada metode dua variance.
 Idle Capacity Variance: perbedaan antara anggaran yang disediakan berdasarkan jumlah aktual unit
dari penggunaan dasar alokasi dalam produksi aktual dengan jumlah FOH yang dibebankan ke
produksi.
Jumlah anggaran berdasarkan pada jam aktual $24.280
Jam aktual (1570) x Tarif FOH ($18) $28.260
Idle Capacity variance $3.980 Fav
 Efficiency Variance
Jam aktual (1570) x Tarif FOH ($18) $28.260
FOH yang dapat dibebankan ke produksi
pada biaya standar (1.500 x $18) $27.000
Efficiency Variance $1.260 Unfav
Maka Overall FOH = $720 Unfav + $ 3.980 Fav + $1.260 Unfav
$2.000 Fav
4. Metode Empat Variance
 Spending variance = metode tiga varians
 Idle capacity variance = metode B tiga varians
 Variable efficiency variance = metode A tiga varians
 Fixed efficiency variance : perbedaan antara jumlah overhead pabrik tetap yang akan dibebankan ke
produksi sekiranya didasarkan pada jumlah unit aktual dari dasar pengalokasian dengan jumlah yang
seharusnya dibebankan ke produksi berdasarkan jumlah unit standar dari dasar pengalokasian yang
diizinkan untuk produksi aktual.
Jam aktual (1570) x tarif FOH tetap ($ 14) $ 21,980
Jam standar yang diperbolehkan (1500) x tariff FOH tetap ($ 14) $21,000
Fixed efficiency variance $ 980 Unfav
Maka Overall FOH = $ 720 Unfav+ 3,980 Fav+ 280 Unfav + 980 Unfav
= $ 2,000 Fav
Varians Bauran dan Hasil
Varians bauran:
Varians yang mencerminkan selisih antara biaya standar berdasarkan rumus bahan dengan biaya standar
berdasarkan bahan-bahan yang benar-benar digunakan.
Hasil (yield):
jumlah produk utama yang diproduksi dari sejumlah bahan tertentu.
Varians hasil (yield variance) :
Terjadi akibat hasil yang berbeda dari yang diharapkan berdasarkan pemakaian bahan masukan.
Bab XIX: PENCATATAN VARIANS BIAYA
AKUNTANSI BIAYA STANDAR UNTUK BAHAN BAKU
Pembelian bahan baku dicatat dengan salah satu dari ketiga cara berikut:
1. Varians harga dicatat ketika bahan baku diterima dan ditempatkan di gudang
2. Bahan baku dicatat pada biaya aktual ketika diterima; varians harga ditentukan ketika bahan baku diminta
untuk produksi
3. Gabungan dari metode 1 dan 2
Contoh:
Harga beli standar per unit = $ 8.20
Pembelian = 15000 unit dengan harga $ 8.00
Permintaan untuk produksi 14000 unit
Kuantitas standar yang diperbolehkan untuk produksi aktual = 13500 unit
Metode 1
Ayat jurnal untuk mencatat pembelian:
Materials (15000 x $ 8.20) 123,000
Accounts Payable (15,000 x $ 8.00) 120,000
Material Purchase Price Variance 3,000
Ketika bahan baku dikeluarkan dari pabrik, pencatatannya:
WIP (13500 x $ 8.20) 110,700
Materials Quantity Variance 4,100
Materials (14000 x $ 8.20) 114,800
Metode 2
Ketika bahan baku dibeli tidak ada varians yang dihitung, pencatatannya:
Materials ($ 8.00 x 15000) 120,000
Account Payable 120,000
Ketika bahan baku dikeluarkan dari pabrik, pencatatannya:
WIP (13500 x $ 8.20) 110,700
Materials Quantity Variance 4,100
Materials ($8.00 x 14,000) 112,000
Materials Price Usage Variance 2,800
Metode 3
Ketika bahan baku dibeli, pencatatannya:
Materials (15000 x $ 8.20) 123,000
Accounts payable (15,000 x $ 8.00) 120,000
Material Purchase Price Variance 3,000
Ketika bahan baku dikeluarkan dari pabrik, pencatatannya:
WIP (13500 x $ 8.20) 110,700
Materials Quantity Variance 4,100
Materials (14000 x $ 8.20) 114,800
Materials Purchase Price Variance 2,800
Materials Price Usage Variance 2,800

AKUNTANSI BIAYA STANDAR UNTUK TENAGA KERJA


Contoh:
Jam kerja aktual = 1700
Tarif per jam kerja aktual = $ 13.50
Jam kerja standar yang diperbolehkan untuk produksi aktual = 1650
Tarif per jam kerja standar = $ 13.00
Jurnal pencatatan beban gaji tenaga kerja:
Payroll (1700 x $ 13.50) 22,950
Accrued Payroll 22,950
Jurnal distribusi gaji:
WIP (1650 x $ 13.00) 21,450
Labor rate variance ($ 0.50 x 1700) 850
Labor efficiency variance 650
Payroll 22,950
AKUNTANSI BIAYA STANDAR UNTUK OVERHEAD PABRIK
Contoh:
Tarif FOH variabel = $ 4
Tarif FOH tetap = $ 14
Tarif FOH total = $ 18
FOH aktual = $ 25,000
Jam tenaga kerja langsung aktual yang digunakan = 1570
Jam tenaga kerja standar yang diperbolehkan = 1500
FOH tetap yang dianggarkan = $ 18,000
Jurnal pencatatan FOH aktual:
FOH controll 25,000
Various credit 25,000
Jurnal pencatatan aplikasi FOH:
WIP ($ 18 x 1500) 27,000
Applied FOH 27,000
Jurnal pencatatan penutupan applied FOH pada akhir periode:
Applied FOH 27,000
FOH control 27,000
Bila ada varians yang timbul, maka pencatatan pada akhir tahun untuk menutup over atau underapplied FOH
adalah sbb:
Metode Dua Varians:
FOH Controllable variances 1,000
FOH Controll 2,000
FOH Volume variance 3,000
Metode Tiga Varians:
FOH Spending variances 720
FOH Variable efficiency variance 280
FOH Controll 2,000
FOH Volume Variance 3,000
Metode Empat Varians:
FOH Spending Variance 720
FOH Variable efficiency variance 280
FOH Fixed Efficiency Variance 980
FOH Controll 2,000
FOH Idle Capacity Variance 3,980
AKUNTANSI BIAYA STANDAR UNTUK BARANG JADI
Contoh:
Barang yang telah diselesaikan 6000 unit dan ditransfer ke finished goods. Asumsikan pada periode yang sama,
5500 unit ditransfer dari Cutting Dep. dan Molding Dep., ke Assembly Dep.
Total standar cost untuk per unit produksi adalah $ 250 yang mana $ 130 ditambahkan pada Cutting Dep., $ 80
ditambahkan pada Molding Dep., dan $ 40 pada Assembly Dep.
Jurnal transfer:
WIP, Assembly Dep 1,155,000
WIP, Cutting Dep (5500 x $ 130) 715,000
WIP, Molding Dep (5500 x $ 80) 440,000
Jurnal transfer ke finished goods:
Finished goods (6000 x $ 250) 1,500,000
WIP 1,500,000
Bila selama periode tersebut terjual 5200 unit, maka pencatatannya:
COGS (5200 x $ 250) 1,300,000
Finished goods 1,300,000

DISPOSISI VARIANS
Varians dapat didisposisi (dihapuskan dari pembukuan) dengan cara berikut :
 Jika jumlah varians tidak material, maka varians dapat ditutup ke ikhtisar rugi laba (Income summary)
atau
 Dapat dialokasikan ke COGS dan Ending Inventory sesuai persentase proporsional elemen cost yang telah
digunakan oleh COGS dan Ending Inventory.
DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., RJ. Elder, M. S. Beasly. 2003. Auditing dan Jasa Assurance, Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1 Edisi 12.
Jakarta: Penerbit Erlangga.

Bastian, Indra. 2007. Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Carter, William K. and Milton F. Usry. 2002. Cost Accounting. Edisi ke-13. Ohio: South Western College Publishing.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Romney Marshal, Steinbart. 2004. Accounting Information System. Buku Satu. Jakarta: Salemba Empat.

------------. 2005. Accounting Information System. Buku Dua. Jakarta: Salemba Empat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.

Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. 2008. Juklak Pemeriksaan Keuangan.

------------. 2008. Juklak Pemeriksaan Kinerja.

Slide HAKN I dan HAKN II Pak A. Y. Suryanajaya.

Anda mungkin juga menyukai