Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIKUM

SEDIMENTOLOGI

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti responsi praktikum mata kuliah


Sedimentologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman

oleh :

Liyana Ajiyanti NIM, L1C015005


Farida El Fara Sita NIM. L1C015008
Anin Nipastiany NIM. L1C015009
Rachmadanu Fitra P NIM. L1C015012
Reyvel Turnip NIM. L1C015016
Nur Banani AbdillahNIM. L1C015020
Istiqomah NIM. L1C015022
Hanson Geraldi Pardede NIM. L1C015037
Samsul Alam NIM. L1C015046

Asisten :
Bondan Wisnuaji Putra
NIM. H1K014029

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO

2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIMENTOLOGI

Oleh :

Kelompok 4

Liyana Ajiyanti NIM, L1C015005


Farida El Fara Sita NIM. L1C015008
Anin Nipastiany NIM. L1C015009
Rachmadanu Fitra P NIM. L1C015012
Reyvel Turnip NIM. L1C015016
Nur Banani Abdillah NIM. L1C015020
Istiqomah NIM. L1C015022
Hanson Geraldi Pardede NIM. L1C015037
Samsul Alam NIM. L1C015046

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti responsi praktikum mata kuliah


Sedimentologi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman

Diterima dan disetujui


Tanggal Juli 2018

Asisten

Bondan Wisnuaji Putra


NIM. H1K014029
DAFTAR ISI
halaman

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.........................................................................................................v
I. PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 4
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................5
2.1. Karakteristik Pantai 5
2.2. Sedimentasi 6
2.3. Arus 7
III. MATERI DAN METODE..........................................................................................10
3.1. Materi 10
3.1.2.Bahan 11
3.3. Waktu dan Tempat 14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................15
4.1. Pasang Surut 15
4.2. Sedimen Dasar17
4.3. Hubungan Kecepatan Arus terhadap Transpor Sedimen 19
Berdasarkan grafik diatas bahwa secara garis besar, sedimen yang terbawa arus
merupakan golongan 80 (0,150). pada jam pertama diperoleh total rataan gram
butir sedimen yaitu 520.6 gr. Kemudian 21
V. KESIMPULAN...........................................................................................................24
5.1. Kesimpulan 24
5.2. Saran 25
LAMPIRAN.....................................................................................................................29

i
DAFTAR GAMBAR
halaman

Gambar 1. Skema Kerja Sedimen Dasar di Lapangan......................................................12


Gambar 2.Skema kerja sedimen dasar di laboratorium....................................................14
Gambar 3. Skema Kerja Arus...........................................................................................14
Gambar 4. Pasang surut Air Laut.....................................................................................16
Gambar 5. Kecepatan sedimen dasar (bedload)untuk tiap jam pengamatan............18
DAFTAR TABEL
halaman

Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktikum lapang......................................................10


Tabel 2. Alat yang digunakan pada praktikum laboratorium............................................10
Tabel 3. Alat yang digunakan pada praktikum lapang......................................................11
Tabel 4. Bahan yang digunakan pada praktikum sedimen dasar di laboratorium.............11
Tabel 5. Hasil tabulasi data berat sedimen kering.............................................................17
Tabel 6. Tabel Hubungan kecepatan arus terhadap bedload.............................................20

iii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman

Lampiran 1. Pasang surut dan Bedload Sedimen trasnport...............................................29


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pencemaran Laut

tanpa suatu halangan yang berarti. Sholawat serta salam senantiasa penulis

panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dr. F. Eko D. Haryono, S. Pi., M. Si. selaku dosen pengampu mata

kuliah Sedimentologi yang telah memberikan petunjuk dalam setiap

kegiatan praktikum.
2. Seluruh asisten praktikum Sedimentologi yang telah memberikan

arahan dan petunjuk selama berlangsungnya kegiatan praktikum.


3. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan

demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Purwokerto, 06 Juli 2018

Penulis

v
I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Letak geografis Kabupaten Cilacap berada di Provinsi Jawa Tengah bagian

Barat Daya dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi

Jawa Barat. Kabupaten Cilacap secara geografis berada di antara 108 o4’30” –

109o30’30” BT dan 7o30’ – 7o45’20” LS, dengan luas 225.360,84 Ha (termasuk

Pulau Nusakambangan) (Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Cilacap.

2011).

Perairan Kabupate Cilacap merupakan salah satu perairan di Indonesia dan

terletak di bagian selatan Pulau Jawa Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Cilacap

merupakan daerah terluas di Jawa Tengah, dengan batas wilayah sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes dan Kabupaten

kuningan Provinsi Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten

Kebumen dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota

Banjar Provinsi Jawa Barat (Handoyo et al., 2015).

Kabupaten Cilacap yang memiliki luas wilayah 225.360,840 Ha termasuk

Pulau Nusakambangan seluas 1 1.510,552 Ha merupakan kabupaten terluas di

Jawa Tengah. Selain itu, Cilacap berada di pesisir selatan Jawa Tengah yang juga

memiliki garis pantai terpanjang di provinsi ini yang mencapai 103 kilometer. Hal

ini menjadikan potensi wisata alam yang ada lebih didominasi oleh wisata pantai

(Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Cilacap, 2003).

Wilayah Cilacap Bagian Barat pada umumnya berbukit dengan ketinggian

23 -198 dpl. Wilayah Cilacap bagian tengah pada umumnya datar dan sebagian

berbukit dengan ketinggian antara 8 -75 dpl. Wilayah Cilacap bagian timur pada

1
umumnya datar dengan ketinggian 8 -10 dpl. Wilayah Cilacap bagian selatan

pada umumnya datar landai yang merupakan daerah pantai dengan ketinggian

rata-rata 6 dpl. Iklim - Temperatur di wilayah bagian barat bervariasi sesuai

dengan ketinggian tempat, yaitu antara 20 oC – 28 oC, sedangkan temperatur udara

diwilayah cilacap bagian tengah, timur dan selatan antara 28 oC – 31 oC, Serta

banyak di pengaruhi udara laut (BPS Kabupaten Cilacap. 2013).

Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan

(Wadell, 1932) dalam Santosa, 2013). Sedangkan sedimen atau endapan pada

umumnya diartikan sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh

batuan, yang kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan

pada akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan. Sedimentasi adalah suatu

proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es,

atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan

yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara

kimia dan organik. Secara mekanik Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan

fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang penting antara lain, Sumber material

batuan sedimen. Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh

material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat

menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-

mineral stabil dan nonstabil.

Sedimen terdiri dari suatu kepingan/potongan material yang terbentuk oleh

proses fisik dan kimia dari batuan/tanah. Partikel tersebut bervariasi dalam ukuran

(dari bongkah sampai lempung/koloidal), bentuk dari bulat sampai tajam. Ada

beberapa pengertian dari sedimentasi atau juga disebut proses pengendapan.


Menurut Sanders (1965) sedimentasi berdasarkan ilmu geologi dan sratigrafi

adalah proses-proses yang berperan atas terbentuknya batuan sedimen.

Selanjutnya disebutkan bahwa urutan proses sedimentasi adalah meliputi proses :

pelapukan, perpindahan, deposisi (sedimentasi), serta lithifikasi atau pembatuan

(Rifardi, 2012).

Lingkungan pengendapan secara umum lingkungan pengendapan

dibedakan dalam tiga bagian yaitu, lingkungan pengendapan darat, transisi dan

laut. Ketiga lingkungan pengendapan ini, dimana batuan yang dibedakannya

masing-masing mempunyai sifat dan ciri-ciri tertentu. Pengangkutan

(transportasi), media transportasi dapat berupa air, angin maupun es, namun yang

memiliki peranan yang paling besar dalam sedimentasi adalah media air. Selama

transportasi berlangsung, terjadi perubahan terutama sifat fisik material-material

sedimen seperti ukuran bentuk dan roundness (Ford,2005).

Untuk menentukan ukuran butir di gunakan alat yaitu sieve shaker. Sieve

shaker merupakan suatu alat yang berfungsi dalam memilah sedimen berdasarkan

ukuran partikelnya. Pada sieve shaker terdapat saringan ataupun ayakan-ayakan

yang pada dasarnya diberikan lubang yang disebut dengan Mesh. Mesh

menggunakan jumlah lubang persatuan panjang yang apabila negara yang

menggunakan sistem satuan Inggris menggunakan satuan inchi yang dihitung dari

pusat kawat. Ukuran partikel adalah dimensi suatu partikel yang dinyatakan

dalam istilah lubang terkecil dimana partikel tersebut dapat melewatinya

(Surbakti, 2014).

Oleh karena itu maka dianggap penting untuk dilakukan praktikum lapang

sedimentologi di Pantai Kemiren Kabupaten Cilacap agar mahasiswa dapat

3
memahami beberapa Teknik pengambilan data sampel sedimen, perbedaan yang

terjadi pada data sampel sedimen dasar pada waktu pasang dan surut serta

pengambilan data di lapangan, dan pengolahan data di labotarorium.

I.2. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, tujuan dari diadakannya

praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa mengetahui beberapa Teknik pengambilan data sampel sedimen

dasar menggunakan Bedload Sampler


2. Mahasiswa mengetahui perbedaan yang terjadi pada data sampel sedimen

dasar pada waktu pasang dan surut


3. Mahasiswa mengetahui pengambilan data di lapangan, dan pengolahan data

di labotarorium.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karakteristik Pantai

Pantai selatan Jawa didominasi oleh gelombang dari Samudra Hindia, dan

relatif lebih sedikit di barat daya dan menghasilkan gelombang selatan-timur yang

menyebabkan sedimen pantai bergerak dan membelokkan aliran sungai, terutama

di musim kemarau (Kurnio, 2007). Secara umum kondisi pantai di Pesisir

Kabupatan Cilacap memiliki karakteristik pantai berpasir dengan kemiringan

berkisar antara 3.5% hingga 11.9%. Karakteristik pantai berpasir di Pesisir

Kabupaten Cilacap dapat ditemui hampir disepanjang pantainya, dengan sesekali

ditemui pantai sedikit berlumpur terutama disekitar muara sungai (Febriansyah et

al., 2012). Gelombang besar yang terjadi di perairan selatan pulau jawa pada

umumnya atau pesisir kabupaten cilacap pada khususnya merupakan kombinasi

antara angin lokal yang bertiup kencang, khususnya saat musim barat dan

gelombang pasang surut (Sarmili et al., 1999).

Menurut Pranoto (2007) menyatakan bahwa proses dinamis pantai

dipengaruhi oleh gerak sedimen di daerah dekat pantai oleh gelombang dan arus

(littoral transport) yang terdiri dari transport sepanjang pantai (long shore

transport) dan transport tegak lurus pantai (onshore-offshore transport).

Pergerakan sedimen yang diakibatkan oleh gelombang yang menjalar menuju pantai tidak

hanya terangkat bergerak arah vertikal, namun sedimen juga bergerak arah horizontal

pada daerah pantai dan surf zone (Black, 1986 dalam Yustian et al., 2016). Pasang

mendominasi sirkulasi air di sebagian besar muara sungai, sehingga suplai air di

muara sungai bergantung pada peristiwa pasang surut. Arus pasang akan mampu

mengaduk sedimen yang ada di muara sungai dimana hal ini terkait pula dengan

5
konsentrasi Muatan Padatan Tersuspensi (MPT) yang ada di muara sungai (Gross,

1972 dalam Satriadi dan Sugeng, 2004).

2.2. Sedimentasi

Sedimen adalah hasil proses erosi, baik berupa erosi permukaan, erosi

parit, atau jenis erosi tanah lainnya. Sedimen umumnya mengendap di bagian

bawah kaki bukit, di daerah genangan banjir, saluran air, sungai, dan waduk

(Asdak, 1995). Sedangkan sedimentasi adalah proses mengendapnya material

fragmental oleh air sebagai akibat dari adanya erosi. Proses mengendapnya

material tersebut yaitu proses terkumpulnya butir-butir tanah yang terjadi karena

kecepatan aliran air yang mengangkut bahan sedimen mencapai kecepatan

pengendapan (settling velocity). Proses sedimentasi dapat terjadi pada lahan-lahan

pertanian maupun di sepanjang dasar sungai, dasar waduk, muara, dan sebagainya

(Purwadi et al., 2016). Sumber sedimen berasal dari sungai yang terdapat pada

daerah penelitian membawa material sedimen, yang memungkinkan terendapkan

di sekitar muara akibat pengaruh arus, gelombang, dan pasang surut. Akumulasi

material yang terendapkan akan mempengaruhi luas daratan pada periode waktu

tertentu pada daerah pesisir (Ali et al., 2017).

Fraksi sedimen adalah pengayakan dan dilanjutkan dengan pemipetan

(Folk, 1980). Fraksi sedimen dibedakan atas tiga kelompok (kerikil, pasir, serta

lumpur). kecenderungan perubahan fraksi berukuran kasar dan halus oleh

perbedaan musim mengindikasikan berbedanya kekuatan arus sungai (Rifardi,

2012). Penyebaran frekuensi ukuran butir tergantung dengan proses

pengendapannya (Syahrani dan Hariadi, 2006). Friedman (1961) mengatakan


bahwa seluruh penyebaran frekuensi besarnya ukuran butir sangat sensitif

terhadap lingkungan pengendapan.

Bed load atau angkutan material dasar adalah sedimen yang bergerak

sepanjang dasar perairan dengan cara menggelinding, melompat, ataupun bergeser

pada dasar perairan (Marni, 2017). Makin besar kecepatan aliran, maka diameter

bed load yang menggelinding semakin besar. bed load transport adalah dominan

maka transportasi sedimen dapat diprediksi secara akurat dengan melakukan

perhitungan pada tegangan geser dasarnya. Bed Load (BL): dasar laut pada

dasarnya datar dengan tidak ada riak-riak pasir maupun sedimen yang

beterbangan di atas dasar. Partikel sedimen berpindah sepanjang permukaan dasar,

dan sering mempengaruhi bagian lain (Horikawa,1988).

2.3. Arus

Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat

yang lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang

menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari (Azis, 2006). Tipe

pasang surut di perairan Kabupaten Cilacap adalah campuran condong ke harian

ganda, hal tersebut menyebabkan kecepatan arus pasut yang terjadi lebih variatif

dan fluktuatif yang menyebabkan terjadinya perbedaan mekanisme pengangkutan

dan pengendapan sedimen di setiap kondisi pasutnya (Hoekstra et al., 2002 dalam

Gemilang et al., 2017). Daerah yang relatif dangkal dimana pengaruh arus dan

gelombang masih dominan, maka akan diendapkan sedimen–sedimen berukuran

kasar. Sedangkan di daerah yang lebih dalam, dimana arus atau energi

pengendapannya rendah dihasilkan sedimen yang berukuran halus dengan struktur

yang tidak begitu bervariasi. Pada lereng–lereng bawah permukaan dapat terjadi

7
turbidity current yang akan menghasilkan tipe sedimen yang khas, yang disebut

endapan turbidit (Yasin et al., 2016).

Pasang surut adalah perubahan gerak relatif dari materi suatu planet,

bintang dan benda angkasa lainnya yang diakibatkan aksi gravitasi benda-benda

angkasa di luar materi itu berada. Sehingga pasang surut yang terjadi di bumi

terdapat dalam tiga bentuk Subakti (2012) yaitu:

1. Pasang surut atmosfer (Atmospheric Tide)

2. Pasang surut laut (Ocean Tide)

3. Pasang surut bumi (Boily Tide)

Pariwono (1985) dalam Haryono dan Srinarni (2004), mengelompokkan

dua karakteristik pasang surut laut di Indonesia yaitu pasang surut tunggal

mendominasi perairan Indonesia sebelah barat dan pasang surut ganda

mendominasi perairan Indonesia sebelah timur. Umumnya pasut dapat

diklasifikasikan dalam 4 tipe, yaitu pasut tunggal murni (diurnal tides), pasut

ganda campuran (semi diurnal tides), pasut campuran tunggal (mixed

predominantly diurnal tides) dan pasut campuran ganda (mixed predominantly

semidiurnal tides). Dalam pasut tunggal murni, terjadi satu kali pasang dan satu

kali surut dalam sehari sedangkan pada pasut ganda murni dua kali pasang dan

dua kali surut dalam sehari. Pada pasut campuran tunggal, umumnya pasang

maupun surut terjadi satu kali sehari; kadang-kadang sekali dalam sehari; kadang-

kadang dua kali sehari (pada saat pasang perbani). Pada pasut campuran ganda

umumnya pada saat pasang maupun surut terjadi dua kali sehari, kadang-kadang

sekali sehari (pada saat pasang perbani) (Azis, 2006). Menurut penelitian
Handoyo et al (2015), tipe pasang surut di perairan Kabupaten Cilacap adalah

campuran condong ke harian ganda.

9
III. MATERI DAN METODE

3.1. Materi

3.1.1. Alat

3.1.1.1.Sedimen Dasar

Alat yang digunakan pada praktikum lapang sedimen dasar disajikan pada

tabel 1.

Tabel 1. Alat yang digunakan pada praktikum lapang

No. Nama Alat Kegunaan


1. Bedload Sampler Menjebak sedimen
2. Plastik ukuran 2 kg Tempat menyimpan

sampel sedimen
3. Kertas label Memberi keterangan
4. Spidol Menulis keterangan
5. Solatip Melindungi label supaya

tidak basah

Alat yang digunakan pada praktikum laboratorium disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Alat yang digunakan pada praktikum laboratorium

No. Nama Alat Kegunaan


1. Alumunium foil Wadah sampel sedimen

saat pengovenan
2. Kuas Membantu pengayakan
3. Sieve shaker Menyeleksi sedimen
4. Timbangan analitik Menimbang berat sedimen
5. Oven Mengeringkan sedimen

3.1.1.2. Arus

3.1.1.2.1. Sedimen dan Arus


Alat yang digunakan pada praktikum lapang sedimen dan arus disajikan

pada tabel 3.

Tabel 3. Alat yang digunakan pada praktikum lapang

No. Nama Alat Kegunaan


1. Botol aqua Objek pengukuran
2. Tali raffia 10 m Sebagai meteran
3. Stop wacth Alat ukur waktu
3.1.2. Bahan

3.1.2.1.Sedimen

Bahan yang digunakan pada praktikum laboratorium sedimen dasar

disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Bahan yang digunakan pada praktikum sedimen dasar di laboratorium

No. Nama Bahan Kegunaan


1. Sampel sedimen Bahan yang diamati
2. Air Memudahkan dalam

penyaringan
3.1.2.2.Pasang Surut

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah data sekunder yang

diambil dari webset BIG.


Beadload sampler dimasukkan

ke dasar perairan
3.2. Metode Lakukan pengambilan sampel sebanyak 3
kali.
Metode yang digunakan pada praktikum lapang sedimen dasar disajikan
Arahkan alat Beadload sampler tegak lurus
pada gambar 1. menghadap laut, 900 menghadap kearah
Barat dan 900 menghadap kearah Timur
3.2.1. Sedimen Dasar Pengambilan sampel dilakukan selama 3
menit.
Sempel sedimen dimasukkan
kedalam plasik

Beri keterangan waktu dan arah


pengambilan sempel

11

Sempel sedimen di bawa ke


Laboratorium
Siapkan alat dan Bahan

Masukkan sempel sedimen kedalam


alat sieve
Gambar 1. Skema Kerja shaker
Sedimen Dasar di Lapangan
Ayak sempel dengan bantuan air dan
kuas
Pindahkan sempel sedimen kedalam
baki / nampan.

Timbang alumuniumfoil

Pindahkan sempel sedimen kedalam


alumuniumfoil
Skema kerja praktikum laboratorium sedimen dasar disajikan pada gambar 2.
Beri keterangan waktu, arah
pengambilan sampel dan berat awal

Oven sempel sedimen selama 24


jam

Timbang sempel sedimen yang sudah


kering
Catat berat akhir dan masukkan
kedalam tabulasi data

Hasil
Gambar 2. Skema kerja sedimen dasar di laboratorium

3.2.3. Arus

Skema kerja praktikum lapang sedimen dasar arus disajikan pada gambar

3.

Tali rafia di
rentangkan

- Siapkan Stop wacth


- Catat waktu
- Tentukan arah arus menggunakan kompas

13
Hasil

Gambar 3. Skema Kerja Arus

3.3. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilakukan pada tanggal 28-29 Juni 2018, praktikum lapang

dilaksanakan di Cilacap, Jawa Tengah dan praktikum laboratorium dilaksanakan

di Laboratorium Pengajaran Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSOED.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pasang Surut

Pasang surut laut merupakan fenomena naik turunnya muka laut secara

periodik yang terjadi di seluruh belahan bumi akibat adanya gaya pembangkit

pasang surut yang utamanya berasal dari matahari dan bulan (Ismail dan

Taofiqurohman, 2012). Pasang surut menentukan dalam pemanfaatan ruang di

pantai. Kondisi pasang surut berperan pada pemanfaatan ruang pantai, baik
pemanfaatan yang dilakukan pada ruang daratan pesisir, maupun pemanfaatan

perairan pantai (Rampengan, 2013).

Pasang surut dipengaruhi oleh rotasi bumi, revolusi bulan terhadap

matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Pasang surut juga mempengaruhi

kedalaman, keluasan perairan, pengaruh rotasi bumi, gesekan dasar. Selain itu

mempengaruhi topografi, lebar selat, bentuk teluk dan lain-lain (Sangari, 2014).

Pasang surut yang terjadi di bumi ada 3 jenis, yaitu pasang surut atmosfer,

pasang surut laut dan pasang surut bumi padat. Pasang surut atmosfer biasa

disebut sebagai pole tide atau atmospheric tide, pasang surut laut disebut ocean

tide dan pasang surut bumi padat adalah solid earth tide (Li et.al, 2014). Pasang

surut merupakan gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal, sedangkan sentrifugal

adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.

Gambar 4. Pasang surut Air Laut

Berdasarkan grafik diatas, nilai pasang surut yang didapatkan pada

praktikum bervariasi pada tiap waktunya bergantung pada waktu pasang surutnya,

pada waktu pagi sampai sore hari air laut di Teluk Penyu Cilacap dalam keadaan

15
pasang dan tinggi, sedangkan pada waktu malam hari sampai pagi hari mengalami

surut. Pasang tertinggi dalam pengamatan praktikum terdapat pada pukul 09.00

Wib, yaitu sebesar 80,21 cm. Sedangkan untuk surut terendaah terdapat pada

pukul 15.00 Wib, dengan nilai 79,85 cm.

Bilangan formzahl memiliki range tertentu untuk menentukan tipe pasang

surut suatu wilayah. Tipe pasang surut perairan Teluk Pennyu Cilacap adalah tipe

Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide). Hal ini sesuai dengan peryataan,

Fadilah et al.,(2014): Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air

surut dengan tinggi yang hampir sama dan apasang surut terjadi secara beruntun

dan secara teratur, bentuk gelombang simetris.

4.2. Sedimen Dasar

Hasil berat kering sedimen dasar (Bedload) pada pengamatan tiap jam

disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil tabulasi data berat sedimen kering


Waktu Pengambilan Arah Ukuran
Sampel 6 (3,35) 20 (0,850) 40 (0,25) 80 (0,150)
BK BK BK BK
04.30 Selatan 0.13 0.18 520.62
04.30 Barat 0.66 0.25 484.65
04.30 Timur 0.05 0.25 123.35
05.30 Selatan 0.46 388.07
05.30 Barat 0.05 0.02 10.58
05.30 Timur 1.89 0.24 0.21 96.84
06.30 Selatan 0.04 0.08 535.12
06.30 Barat 0.06 0.12 0.73 55.21
06.30 Timur 0.07 0.45 328.31
07.30 Selatan 0.71 544.45
07.30 Barat 0.14 0.13 29.99
07.30 Timur 0.08 0.23 499.72
08.30 Selatan 2.31 748.45
08.30 Barat 28.88 0.08 420.05
08.30 Timur 0.5 290.7
09.30 Selatan 0.08 0.11 0.63 490
09.30 Barat 0.07 585.33
09.30 Timur 0.31 0.65 3.96 235.51
10.30 Selatan 0.12 0.2 236.6
10.30 Barat 0.22 92.39 224.79
10.30 Timur 0.48 0.06 0.16 195.1
11.30 Selatan 0.05 0.41 799.64
11.30 Barat 0.32 106.11
11.30 Timur 0.18 4.07 270.46
12.30 Selatan 0.37 12.45 558.66
12.30 Barat 0.32 22.81
12.30 Timur 0.18 3.96 270.46
13.30 Selatan 0.37 12.45 558.66
13.30 Barat 0.1 357.27
13.30 Timur 0.08 14.68
14.30 Selatan 0.03 2.74 557.02
14.30 Barat 1.27 3.56 216.43
14.30 Timur 0.31 0.48 3.36 114.48
15.30 Selatan 0.16 0.62 11.33 509.78
15.30 Barat 0.15 0.85 16.9 269.1
15.30 Timur 0.09 0.21 110.93

Berdasarkan hasil penimbangan berat kering dapat dilihat bahwa sedimen

yang menominansi adalah jenis pasir halus dan kasar.hal ini dikarenakan dalam

pengambilan sampel sedimen dilakukan di pinggir pantai atau di bibir pantai.

Kecepatan Transport Sedimen Dasar (Bedload)

Hasil kecepatan transport sedimen dasar (bedload)untuk tiap jam

pengamatan dapat dilihat pada tabel 4.

No. Jam Kecepatan (gram/detik)


1. 04,30 0,313
2. 05,30 0,138
3. 06,30 0,255
4. 07,30 0,298
5. 08,30 0,414
6. 09,30 0,365

17
7. 10,30 0,208
8. 11,30 0,328
9. 12,30 0,241
10. 13,30 0,262
11. 14,30 0,249
12 15,30 0,255

Gambar 5. Kecepatan transport sedimen dasar (bedload) untuk tiap jam


pengamatan
Berdasarkan hasil pengamatan praktikum selama 12 jam diperoleh

kecepatan transport sedimen dasar (Bedload) yang tertinggi adalah 0,414

gram/detik pada pukul 08.30. Kecepatan transport sedimen dasar (Bedload)

terendah adalah 0,138 pada pukul 05.30. hal ini menunjukan pkecepat transport

tertinggi pada jam 08.30.

4.3. Hubungan Kecepatan Arus terhadap Transpor Sedimen

Triatmodjo (1999) menyatakan bahwa kecepatan arus dapat

mempengaruhi pergerakan sedimen apabila kecepatan arus sebesar minimal 0.5

m/det akan menggerakan ukuran butir sedimen tersebut. Pergerakan sebaran jenis

sedimen dasar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utamanya adalah arus laut.

Sedimen bergerak maju-mundur sesuai dengan gerak partikel air (Saratoga, 2015).

Kecepatan akan meningkat dan mempercepat gerakan tersebut, dan terjadilah

transport sedimen. Transport sedimen yang terjadi disebut bed load. Transport

sedimen bedload adalah gerakan-gerakan sedimen secara menggelinding atau

menggeser, dimana pada kondisi seperti ini terjadi pada aliran yang mempunyai

kecepatan relatif lambat (Koesomadinata, 1985) . Menurut Triadmodjo (1999) jika

kecepatan arus berkurang maka arus tidak mampu untuk mengangkut sedimen

sehingga akan terjadi sedimentasi di daerah tersebut.


Menurut Seibold dan Berger (1993) dalam Putra (2015) kecepatan arus

dapat mempengaruhi gerak sedimen berukuran 1mm jika kecepatan arus minimal

0.5 m/s. Poerbandono dan Djunasjah (2005) mengatakan bahwa sedimen yang

berukuran besar cenderung resisten terhadap gerakan arus. Kondisi arus juga

mempengaruhi artinya kondisi arus yang tidak stabil akan mengakibatkan

pengendapan fraksi sedang dan kasar sehingga persilangan lumpur dan pasir

(Nugroho dan Basit, 2014). Hubungan kecepatan arus terhadap bedload disajikan

pada gambar 6.

Gambar 6. Grafik Hubungan kecepatan arus terhadap bedload

Berdasarkan grafik diatas, bahwa posisi arus yang diamati menunjukan arah

barat laut. Dengan pengamatan selama 12 jam diperoleh kecepatan rata rata

berkisar 0.775 m/s m/s. Adapun jenis sedimen yang mendominasi ialah sedimen

berukuran 0.125 mm. Pada jam pertama arus yang diperoleh sekitar 0.6 m/s ,

19
dengan masing – masing total dari berat sedimen yang dibawa (semua ukuran dan

segala arah) mencapai 1130,14 gr, jam kedua mencapai 498,36. Jam ketiga=

920.19. Jam keempat= 1075.45 jam kelima= 1490.97 jam keenam= 1316,65. Jam

ketujuh= 750,12. Jam kedelapan= 1193,49. Jam kesembilan= 943,61. Jam

kesepuluh= 943,61. Jam kesebelas= 899,68. Dan jam keduabelas= 920,12. Hal

tersebut dapat terjadi karena menurut Seibold dan Berger (1993) dalam Putra

(2015) kecepatan arus dapat mempengaruhi gerak sedimen berukuran 1mm jika

kecepatan arus minimal 0.5 m/s. .Kecepatan arus yang diperoleh rata – rata ialah

0.775 m/s dan itu artinya sedimen yang diperoleh sebagian besar berfraksi pasir.

Sedimen yang berukuran besar cenderung resisten terhadap gerakan arus. Kondisi

arus juga mempengaruhi artinya kondisi arus yang tidak stabil akan

mengakibatkan pengendapan fraksi sedang dan kasar sehingga persilangan lumpur

dan pasir (Nugroho dan Basit, 2014). Data grafik bedload per jam disajikan pada

gambar 7.

Gambar 7. Grafik Data Bedload per Jam


Berdasarkan grafik diatas bahwa secara garis besar, sedimen yang terbawa

arus merupakan golongan 80 (0,150). Pada jam pertama diperoleh total rataan

gram butir sedimen yaitu 520.6. Tabel hubungan kecepatan transport Bedload tiap

fraksi sedimen pada tiap jam dan arahnya dengan grafik pasang surut disajikan

pada tabel 5.
Tabel 5. Hubungan kecepatan transport Bedload tiap fraksi sedimen pada tiap jam

dan arahnya dengan Grafik Pasang Surut.

Persen per ukuran Kec


Waktu arus
penga 6 (3,35) 20 40 (0,25) 80 Arah
berat (0,850) (0,150) (v)
mbila arus
total
n
sampe
l
0,6 Barat
laut
04.30 1130.14 0 0.000743 0.000602 0.998655
05.30 Barat
0,9
laut
498.36 0.003792 0.000582 0.001385 0.994241
06.30 1,6 Barat
laut
920.19 6.52E-05 0.00025 0.001369 0.998316
07.30 Barat
1075.4 0,8
laut
5 0 0.000205 0.000995 0.998801
08.30 Barat
1490.9 1,4
laut
7 0 0.01937 0.001938 0.978692
09.30 0,3 Barat
1316.6 laut
5 0.000296 0.000577 0.003539 0.995587
10.30 0,7 Barat
laut
750.12 0.000933 0.00024 0.123647 0.87518
11.30 Barat
0,7
laut
1181.24 0 0.000195 0.004064 0.995742
12.30 1,1 Barat
laut
869.21 0 0.000633 0.019247 0.98012
13.30 943.61 0 0.000392 0.013385 0.986223 0,4 Barat

21
laut
14.30 0,4 Barat
laut
899.68 0.000345 0.001978 0.010737 0.98694
15.30 0,4 Barat
laut
920.12 0.000337 0.001695 0.030909 0.967059

Dapat dilihat dari grafik diatas pada saat terjadi pasang kecepatan transport

nya cenderung menurun dan ketika surut kecepatan transport naik. Hal tersebut

sesuai dengan pendapat Satriadi dan Widada (2004) dalam Gurning et al (2016)

bahwa pada saat pasang nilai padatan sedimen lebih besar dibandingkan pada saat

surut. Pada saat menuju pasang arus akan membawa MPT dominan ke arah darat,

berbeda dengan pada saat menuju surut arus akan membawa MPT ke arah laut dan

sebaran Muatan Padatan Tersuspensi lebih luas dan menyebar ke arah laut

menjauhi daratan karena pada saat menuju surut, kondisi muka air di pantai lebih

tinggi daripada permukaan air di laut lepas, akibatnya arus mengalir

meninggalkan pantai menuju laut lepas.


V. KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum sedimentologi adalah:

1. Teknik pengambilan data sampel sedimen dasar menggunakan Bedload

Sampler yaitu dengan memasukkan alat bedload sampler ke dasar

perairan, kemudian sampel diambil sebanyak 3 kali, lalu alat bedload

sampler diarahkan tegak lurus menghadap laut, 90oC menghadap kearah

barat dan 90oC menghadap ke arah timur, serta pengambilan sampel

dilakukan selama 3 menit. Kemudian sampel sedimen dimasukkan ke

dalam plastik dan beri keterangan waktu dan arah pengambilan sampel,

lalu sampel dibawa ke laboratorium.

2. Perbedaan data sampel sedimen dasar pada waktu pasang dan surut ialah

pada waktu pasang sampel sedimen dasar yang didapatkan jauh lebih

banyak dibandingkan sampel sedimen dasar pada waktu surut, selain itu

fraksi sedimen dasar yang didapatkan juga bervariasi antara pada waktu

pasang maupun surut. Nilai fraksi sedimen dasar yang paling tertinggi

berada pada ukuran 0,150 dengan berat kering 799,64 di waktu 11.30

(pasang), sedangkan nilai yang paling terendah pada ukuran 0,150 adalah

10,58 di waktu 05.30 (surut).

23
3. Pengambilan data dilapangan dilakukan dengan cara Bedload Sampler,

sementara pada laboratorium dilakukan pengovenan selama 1x24 jam

dan ditimbang secara analitik.

5.2. Saran

Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya disediakan data primer pasang

surut sehingga praktikum menjadi lebih praktis dan efisien.


DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. Noor,Hariadi dan Alfi Satriadi.2017. Analisa Pengaruh Arus Terhadap


Sebaran Sedimen Dasar di Pantau Ujungnegoro Batang, Jawa Tengah.
Jurnal Oseanografi. 6(1) : 288 – 294
Asdak, C., 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
University Press,Yogyakarta.
Azis, M.F. 2006. Gerak Air di Laut. Oseana. 31 (4): 9-21.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2011. Rencana Tata Ruang
Wilayah
Kabupaten Cilacap Tahun 2011-2031. Kabupaten Cilacap.
BAPPEDA Kabupaten Cilacap, 2003. Cilacap Dalam Angka. Cilacap:
BAPPEDA.
BPS Kabupaten Cilacap. 2013. Kabupaten Cilacap Angka Tahun 2013. Cilacap :
BPS Kabupaten Cilacap.

Fadilah., Suripin., Sasongko Dwi P. 2014. Menentukan Tipe Pasang Surut dan
Muka Air Rencana Perairan Laut Kabupaten Bengkulu Tengah
Menggunakan Metode Admiralty. Maspari Journal. 6 (1): 1-12.
Folk RL. 1980. Petrology of Sedimentary Rocks. Texas: Hemphill Publishing Co
Austin.
Ford, D.J. 2005. The challenges of observing geologically: Third graders’
descriptions of rock and mineral properties. Science Education. 89,276–
29.
Friedman, G.M. 1961. Distriction Between Dune, Beach, and River Sands From
Their Textural Characteristics. J. of Sedimentary Petrology, 31:514-
529.
Gemilang, W.A., U.J. Wisha, dan G. Kusumah. 2017. Distribusi Sedimen Dasar
Sebagai Identifikasi Erosi Pantai di Kecamatan Brebes Menggunakan
Analisis Granulometri. Jurnal Kelautan. 10 (1): 54-66.

Gurning, R.H., Baskoro R., dan Sugeng W. 2016. Pengaruh Arus Terhadap
Muatan Padatan Tersuspensi Di Muara Sungai Dan Sekitar Perairan
Kesunean, Cirebon. Jurnal Oseanografi. 5(4):512-522.

Handoyo, G., A.A.D. Suryoputro, dan I. Pratikyo. 2015. Konversi Tinggi Pasang
Surut di Perairan Cilacap Terhadap Energi yang Dihasilkan. Jurnal
Kelautan Tropis. 18 (2): 112-120.

25
Haryono dan S. Narni. 2004. Karakteristik Pasang Surut Laut di Pulau Jawa.
Forum Teknik. 28 (1): 1-5.
Horikawa, H., 1988, Nearshore Dynamic and Coastal Processes, University of
Tokyo Press, Tokyo.

Ismail M.F.A. dan Taofiqurohman S. A. 2012. Simulasi Numeris Arus Pasang


Surut di Perairan Cirebon. Jurnal Akuatika. 3 (1) : 1-10.

Li Z., Jiang W., Ding W., Deng L., dan Peng L. 2014. Estimates of Minor Ocean
Tide Loading Displacement and Its Impact on Continuous GPS
Coordinate Time Series. Sensors. 14 (1) : 5552-5572.
Marni, Elly. 2017. Comparison Of Du Boy's And Colby Method In Estimation Of
Sediment Transport On Suspension In The Flood Of Flight Padang.
UNES Journal of Scientech Research (JSR), 2(2): 167-176.
Nugroho, H. S. dan A. Basit. 2014. Sebaran sedimen Berdasarkan Analisis Ukuran
Butir di Teluk Weda,Maluku Utara. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan
Tropis. 6(1) : 229-240.
Poerbondono dan E. Djunasjah. 2005. Survei Hidrografi. Refika Aditama,
Bandung.
Purwadi, Ofik Taufik, Dyah Indriana K dan Astika Murni Lubis.2016. Analisis
Sedimentasi di Sungai Way Besai. Jurnal Rekayasa, 20(3) : 1-12
Putra, E. R. 2015. Studi Sebaran Sedimen Dasar Di Perairan SumurAdem
Kabupaten indramayu. Jurnal Oseanografi. 4(2): 471-478.

Rampengan R.M. 2013. Amplitudo Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1 dan O1 di
Perairan Sekitar Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax. 1
(3) : 118-124.
Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern. Edisi Revisi. Jilid Ketiga. UR
Press. Pekanbaru
Rifardi. 2012. Ekologi Sedimen Laut Modern. UR Press, Pekanbaru.
Sanders, J. E. 1965. Primary Sedimentary Structures Formed by Turbidity
Currents and Related Resedimentation Mechanism. 12(1), 192-219.

Sangari F. J. 2014. Perancangan Pembangkit Listrik Pasang Surut Air Laut.


Teknologi dan Kejuruan. 37 (1) : 187-196.
Santosa, R. W. 2013. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh Perusahaan
Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional. Lex Administrtatum. 1(2),
65-78.
Saratoga. 2015. Sebaran Sedimen Dasar Di Perairan Muara Sungai Bagong,
Teluk Lembar. Universitas Diponegoro, Semarang.
Subakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut dan Pola Arus di Muara Sungai
Musi Sumatera Selatan. FMIPA Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.
15 (1): 35-39.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. ALFABETA,
Bandung.
Surbakti, Heron. 2014. Sedimentologi. FMIPA. Universitas Sriwijaya.
Sya’rani, L. dan Hariadi. 2006. Penentuan Sumber Sedimen Dasar Perairan: I.
Berdasarkan Analisis Minerologi dan Kandungan Karbonat. Jurnal
Ilmu Kelautan, 11(1): 37-43.
Triatmodjo, B.1999.Teknik Pantai. Beta Offset, Yogyakarta
Yasin, A.M., E. Sukiyah, dan Isnaniawardhani. 2016. Grain Size Analysis of
Quartenary Sediment from Kendari Basin, Indonesia. International
Journal of Science and Research. 5 (11): 1748-1751.

27
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pasang surut dan Bedload Sedimen trasnport

Lampiran 2. Arah arus dan ukuran


Waktu Ukuran
Pengambilan Arah 6 (3,35) 20 (0,850) 40 (0,25) 8
Sampel BW BK BA BW BK BA BW BK BA BW
04,30 Selatan 0.26 0.39 0.13 0.25 0.43 0.18 2.28
04,30 Barat 0.25 0.91 0.66 0.25 0.5 0.25 1.4
04,30 Timur 0.09 0.14 0.05 0.2 0.45 0.25 0.84
05,30 Selatan 0.1 0.56 0.46 0.99
05,30 Barat 0.05 0.1 0.05 0.08 0.1 0.02 0.15
05,30 Timur 0.37 2.26 1.89 0.15 0.39 0.24 0.11 0.32 0.21 1.33
06,30 Selatan 0.05 0.09 0.04 0.09 0.17 0.08 1.77
06,30 Barat 0.05 0.11 0.06 0.06 0.18 0.12 0.09 0.82 0.73 0.95
06,30 Timur 0.11 0.18 0.07 0.11 0.56 0.45 1.51
07,30 Selatan 0.17 0.88 0.71 1.77
07,30 Barat 0.05 0.19 0.14 0.3 0.43 0.13 1.57
07,30 Timur 0.21 0.29 0.08 0.22 0.45 0.23 1.69
08,30 Selatan 0.29 2.6 2.31 1.18
08,30 Barat 1.04 29.92 28.88 0.14 0.22 0.08 1.04
08,30 Timur 0.12 0.62 0.5 1.28
09,30 Selatan 0.19 0.27 0.08 0.16 0.27 0.11 0.16 0.79 0.63 1.96
09,30 Barat 0.13 0.2 0.07 1.83
09,30 Timur 0.29 0.6 0.31 0.13 0.78 0.65 0.28 4.24 3.96 2.01
10,30 Selatan 0.16 0.28 0.12 0.2 0.4 0.2 1.63
10,30 Barat 0.15 0.37 0.22 0.15 92.54 92.39 1.34
10,30 Timur 0.23 0.71 0.48 0.16 0.22 0.06 0.17 0.33 0.16 1.46
11,30 Selatan 0.17 0.22 0.05 0.2 0.61 0.41 2
11,30 Barat 0.15 0.47 0.32 0.65
11,30 Timur 0.14 0.32 0.18 0.14 4.21 4.07 1.16
12,30 Selatan 0.09 0.46 0.37 0.57 13.02 12.45 1.72
12,31 Barat 0.15 0.47 0.32 0.56
12,32 Timur 0.14 0.32 0.18 0.14 4.1 3.96 1.16
13,30 Selatan 0.09 0.46 0.37 0.57 13.02 12.45 1.72
13,30 Barat 0.4 0.5 0.1 1.5
13,30 Timur 0.42 0.5 0.08 0.49
14,30 Selatan 0.34 0.37 0.03 0.58 3.32 2.74 1.48
14,30 Barat 0.34 1.61 1.27 0.15 3.71 3.56 1.44
14,30 Timur 0.5 0.81 0.31 0.47 0.95 0.48 0.54 3.9 3.36 1.34
15,30 Selatan 0.12 0.28 0.16 0.46 1.08 0.62 0.46 11.79 11.33 1.31
15,30 Barat 0.46 0.61 0.15 0.46 1.31 0.85 0.41 17.31 16.9 1.35
15,30 Timur 0.11 0.2 0.09 0.12 0.33 0.21 1.21

29
Lampiran 3. Dokumentasi kegiatan praktikum lapang

Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan praktikum lab


31

Anda mungkin juga menyukai