Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN KEJURUAN

BERBASIS KEMITRAAN
Oleh:
RM. Imam I Tunggara
Universitas Pendidikan Indonesia
(email: Imamtunggara69@gmail.com)

ABSTRAK

Tujuan penelitian: 1) mendeskripsikan dan menganalisis, Perencanaan, Implementasi, Monev dan Tindak lanjut
Perbaikan Mutu Pendidikan Berbasis Kemitraan SMKN 1 dan SMKN 10 Kota Bandung, 2) mengembangkan model
pengelolaan mutu berbasis kemitraan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Metode penelitian yang digunakan adalah
analisis kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk menggambarkan mengenai fenomena kemitraan di SMK 1 dan
SMK 10. Hasil penelitian menunjukan DU/DI memiliki kedudukan terbatas dalam pengelolaan mutu. Sekolah dan
DU/DI tidak memiliki bentuk kemitraan formal. Keterlibatan DU/DI tidak pada semua level pengelolaan mutu hanya
prakerin dan monitoring dan evaluasi tentang kepuasan pelanggan. Kemitraan belum berkembang pada upaya strategis
guna mewujudkan mutu. Keterlibatan DU/DI dan sekolah secara aktif dengan dukungan komitmen yang tinggi belum
terwujud. Kesimpulan bahwa sekolah belum menempatkan DU/DI pada setiap tahapan pengelolaan mutu pendidikan,
mulai dari perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi serta tindak lanjut perbaikan. Rekomendasi, penelitian
ini merekomendasikan bahwa SMK dan DU/DI harus membuat tim kualitas atau tim mutu secara bersama dalam
peningkatan mutu dengan peran dan tanggung jawab yang terstruktur.

Kata kunci: Kemitraan dan Manajemen Mutu

ABSTRACT

Objective: 1) describe and analyze, Planning, Implementation, Monitoring and Evaluation and Follow-up of the
Education Quality Improvement Partnership Based SMK 1 and SMK 10 Bandung, 2) developing a quality management
model based on partnerships to improve the quality of education. The method used is qualitative analysis with a case
study approach to describe the phenomenon of partnership at SMK 1 and SMK 10.The results showed DU / DI has a
limited position in quality management. Schools and DU / DI does not have a formal partnership. Involvement DU / DI
is not at all management levels only prakerin quality and monitoring and evaluation of customer satisfaction. The
Partnership has not developed in strategic efforts to realize the quality. Involvement DU / DI and schools actively to
support high commitment has not materialized. The conclusion that the school has not put DU / DI on each stage of
education quality management, from planning, implementation, monitoring and evaluation and follow-up repairs.
Recommendation, the report recommends that CMS and DU / DI must make the team or the quality of the quality team
together in improving the quality of the roles and responsibilities are structured.

Keywords: Partnership and Quality Management

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu Negara SMA. Penyelenggaraan pendidikan di SMK


dengan angka putus sekolah yang cukup tinggi. ditujukan untuk mempersiapkan siswa agar
Salah satu jenjang pendidikan formal adalah memiliki kompetensi yang diperlukan dan siap
pendidikan kejuruan atau SMK. Penyelenggaraan memasuki masa transisi menuju dunia kerja.
proses pembelajaran di SMK berbeda dengan
Tabel 1.1
Pengangguran Terbuka Berdasarkan Tinggkat Pendidikan
Jenis kegiatan
Jumlah Penganggur
Tingkat Penganggur Mengurus
dan an tidak
Pendidikan Bekerja an Pernah sekolah Rumah lainnya
Persentase Pernah
bekerja tangga
bekerja
Tdk/Belum Jumlah 8.422 6.458 6.750
sekolah Persentase 0.8 1.63 6.62
Tdk/Belum Jumlah 6.5128 2.110 6.439 3.070 34.845 14.295
tamat SD Persentase 6.17 3.87 8.52 1.59 8.81 14.02
Tamat Jumlah 177.642 11.997 9.906 17.083 79.054 23.253
SD/Ibtidaiyah Persentase 16.83 22.01 13.11 8.84 19.99 22.81
Tamat Jumlah 191.996 8.742 27.156 97.343 97.017 17.475
SMP/Tsanawi Persentase 18.19 16.04 35.95 50.4 24.53 17.14
yah
SMP Jumlah 3.517 4.649 3.175 1702
Kejuruan Persentase 0.33 2.41 0.80 1.67
Paket B Jumlah 1.557
Persentase 0.15
SMA Aliyah Jumlah 262.246 10.258 20.919 50.919 116.752 17.740
Persentase 24.85 18.82 27.68 26.36 29.52 17.40
SMK Jumlah 209.004 12.488 9.594 13.903 28.097 11.479
Persentase 19.80 22.91 12.7 7.20 7.10 11.26
Paket C Jumlah 1.557
Persentase 0.15
Diploma 1/II Jumlah 9.948 1.535 1.535 5.252 1535
Persentase 0.94 2.82 0.79 1.33 1.51
Diploma III Jumlah 27.594 1.694 3.092 10.723 2.665
Persentase 2.61 3.11 1.6 2.71 2.61
Diploma III/S Jumlah 84.279 5.684 1.535 1.557 13.286 5.054
1 Persentase 7.99 10.43 2.03 0.81 3.36 4.96
S2/S3 Jumlah 12532 864
Persentase 1.19 0.22
Total Jumlah 1.055.422 54.508 75.544 193.151 395.532 101.948
Persentase 100 100 100 100 100 100
Sumber : BPS Kota Bandung 2013

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut diketahui adalah pendidikan yang berorentasi pada dunia
bahwa jumlah tenaga kerja yang mengganggur industri dengan penekanan pada pendekatan
terbuka lulusan SMK cukup tinggi jika ditinjaui pembelajaran dan didukung oleh kurikulum yang
dari keberadaan SMK yang ditujukan untuk sesuai. Penyelenggaraan pendidikan di SMK
mempersiapkan siswa bekerja, melanjutkan pada membutuhkan biaya lebih tinggi dibandingkan
jenjang lebih tinggi atau berwirausaha. Jumlah dengan SMA terutama untuk biaya praktek.
angkatan kerja lulusan SMK yang mengangggur Keterbatasan anggaran menyebabkan praktek-
dan pernah berkerja tertinggi diantara seluruh praktek kerja yang seharusnya dapat dilakukan
jenjang pendidikan. Kondisi tersebut kontra dan dialami oleh siswa menjadi terhambat.
produktif dengan tujuan pendidikan kejuruan Pembelajaran di SMK membutuhkan dukungan
optimal yang diterapkan di SMK. Salah satu dari beberapa pihak terutana DU/DI yang
faktor yang menyebabkan SMK kurang optimal berperan sebagai pengguna lulusan SMK serta
terutama dalam penyelanggaraan proses belajar memiliki kemampuan dalam membantu sekolah
yang sesuai dengan kompetensi DU/DI adalah agar menyediakan sumberdaya yang diperlukan
masalah anggaran. Keberadaan sekolah kejuruan sekolah dalam proses praktek kerja industri.
ditujukan agar para siswa siap memasuki dunia Kemitraan seyogyanya dapat menjadi solusi yang
kerja, artinya sekolah kejuruan mempersiapkan tepat guna mengatasi masalah keterbatasan
para siswa dengan sejumlah keterampilan atau anggaran dalam penyelenggaraan praktek-praktek
kompetensi yang diperlukan oleh DU/DI atau kerja industri.
masyarakat. Penyelenggaraan pendidikan kejuruan
Pendidikan kejuruan yang paling bermutu masih mengalami beberapa kendala
sesuai untuk menghadapi tantangan globalisasi kesepadanan kualitatif dan kuantitatif (Sumarno,
2008). Lulusan belum memiliki kompetensi yang peran dan fungsinya menyiapkan siswa untuk
dibutuhkan oleh dunia industri. Ditambah dengan menjadi seorang tenaga kerja yang bermutu dan
ketidakseimbangan jumlah lapangan kerja yang berkembang pesat, menyiapkan siswa agar
ada dengan jumlah lulusan. Persoalan tersebut mampu hidup mandiri dan melanjutkan
semakin menghambat optimalisasi fungsi pendidikan.
pendidikan kejuruan sebagai lembaga yang dapat Mutu menunjukan derajat suatu kondisi
menghasilkan lulusan yang lebih siap bekerja atau produk sesuai dengan spesifikasi tertentu.
dibanding SMA. Persoalan lain yang menjadi Mutu menurut Sallis (2005, hlm. 33) adalah
masalah klasik dalam penyelenggaraan sebuah filosofis dan metodologis yang membantu
pendidikan adalah keterbatasan anggaran. institusi untuk merencanakan perubahan dan
Perbedaan kemampuan daerah untuk mengukur agenda dalam menghadapi tekanan-
menyediakan anggaran 20% dari APBD tekanan eksternal yang berlebihan. Sedangkan
menyebabkan program-program pendidikan tidak kamus besar Bahasa Indonesia versi 1.1
dapat dilaksanakan. SMK memiliki kebutuhan (Setiawan, 2010 diakses 12 Desember 2013)
anggaran lebih besar terutama untuk praktek kerja menyatakan mutu adalah (ukuran), baik buruk
industri. suatu benda; taraf atau derajat (kepandaian,
Pada saat ini, pola kemitraan hanya kecerdasan, dsb) kualitas.
menjadi rutinitas tanpa adanya perbaikan dalam Lebih lanjut Bila Sallis (2005, hlm. 12)
sistem kemitraan itu sendiri atau pada menjelaskan mutu sebagai 1) Konsep yang
pengambilan kebijakan tentang kemitraan absolut. 2) relatif, 3) Lebih lanjut Gasperz (2005,
bersama DU/DI. Diperlukan terobosan baru dalam hlm. 4) mengatakan bahwa banyak definisi mutu
pola kemitraan yang secara signifikan mendorong yang berbeda dan bervariasi dari yang
mutu baik termasuk di SMK 1 maupun SMK 10. konvensional/tradisional sampai yang
Fenomena mutu dan kemitraan strategik/modern. Definisi konvensionel
merupakan isu penting yang seyogyanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu
diupayakan pemecahannnya agar kemitraan tidak produk, misal, performansi-performansi atau
hanya menjadi formalitas dan mutu dapat tercapai reliability keandalan, mudah dalam pemakaian –
secara optimal tanpa menambah anggaran. Mutu ease of use, esthetics- keindahan atau estetika.
dapat ditingkatkan dengan mendorong kemitraan Definisi strategik/modern mengatakan mutu
untuk menyediakan sumber daya yang adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi
dibutuhkan. Kesadaran terhadap makna kemitraan keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the
ini yang belum diwujudkan menjadi sebuah sistem need of customers).
yang mengintegrasikan partisipasi, tindakan Perkembangan awal kemitraan antara
maupun kontribusi DU/DI dalam pengelolaan dunia industri dengan dunia pendidikan
mutu secara proporsional. Membangun kemitraan berkembang di negara-negara maju pada era
yang ditunjang dengan komitmen dan partisipasi ekonomi neoliberal. Kebutuhan indutri atas tenaga
dari kedua belah pihak pada setiap aspek baik kerja yangmemiliki kompetensi serta kebutuhan
perencanaan, pemanfaatan, serta perbaikan untuk mengembangkan teknologi industri
merupakan modal utama dalam pengelolaan mengharuskan industri bekerja sama dengan dunia
sekolah yang bermutu. pendidikan terutam untuk riset dan tenaga kerja.
Tujuan penelitian ini untuk Perkembangan teori human capital mendorong
mendeskripsikan: Perencanaan, Implementasi, semakin tingginya kebutuhan industri dan dunia
Monev, dan Tindakan lanjut Peningkatan Mutu pendidikan untuk bekerjasama.
Pendidikan Berbasis Kemitraan SMKN 1 dan Dengan demikian, tenaga kerja dan
SMKN 10 Kota Bandung. pengelolaan keterampilan dipandang sebagai
Manfaat Teoritis, Hasil penelitian ini penentu penting dari ekonomi nasional di antara
bermanfaat untuk mengembangkan dan proposisi utama Human Capital theori adalah: 1)
mempertajam teori dan konsep yang berkaitan bahwa pendidikan dan pelatihan peningkatan
dengan manajemen peningkatan mutu pada kapasitas kognitif individu, 2) yang pada
umumnya dan khususnya bidang Manajemen gilirannya meningkatkan produktivitas, 3)
Mutu Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis peningkatan produktivitas cenderung
Kemitraan dalam meningkatkan mutu pendidikan. meningkatkan pendapatan individu, 4) yang
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan menjadi ukuran modal manusia. Oleh karena itu
memberikan manfaat dalam upaya perbaikan dan kemitraan DU/DI dengan lembaga pendidikan
pengembangan peningkatan mutu khususnya merupakan sebuah upaya mendorong
pada SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 10 dan produktivitas melalui penyediaan SDM
sekolah kejuruan umumnya dalam melaksanakan berkualitas. Bagi Industri, bermitra dengan
lembaga pendidikan merupakan sebuah investasi. yang memungkinkan setiap siswa untuk
Menurut Haman (2004, hlm. 2) konsep mendorong kemajuan masyarakat. Artinya
kemitraan: “A partnership is a business owned by sekolah bermutu tidak hanya berperan untuk
two or more people, who share in the profits or menghasilkan siswa yang sesuai dengan harapan
losses”. Pandangan tersebut menujukan bahwa nilai dalam masyarakat. Sekolah bermutu
secara praktis, kemitraan menjadi alat untuk digambarkan memiliki kontribusi besar bagi
memperoleh keuntungan nilai bagi kegua belah masyarakat.
pihak. Todd (2007, hlm. 5) menyatakan bahwa Penerapan mutu dalam lembaga
kemitraan sekolah dapat dilakukan dengan siswa, pendidikan memerlukan komitmen dan prinsip
orang tua dan industri atau kalangan professional. yang harus diterjemahkan dalam tataran praktis
Berdasarkan tujuannya kemitraan manajerial sekolah dalam rangka memanajemen
dilakukan sebagai upaya untuk mendorong organisasi demi meningkatkan mutu pendidikan.
meningkatnya modal manusia. Keterlibatan Kedelapan prinsip tersebut secara terperinci
DU/DI dalam meningkatkan kompetensi para dijelaskan dalam uraian berikut. 1) Fokus pada
lulusan merupakan sebuah investasi dalam rangka Pelanggan, 2) Kepemimpinan, 3) Pelibatan
mendorong meningkatnya kulitas SDM yang pada Anggota, 4) Pendekatan Proses, 5) Pendekatan
akhirnya akan direkrut oleh DU/DI. Pendidikan Sistem pada Manajemen, 6) Perbaikan
merupakan salah satu faktor penentu keunggulan Berkesinambungan, 7) Pendekatan Fakta pada
kompetitif. Keberhasilan untuk membangun SDM Pengambilan Keputusan, 8) Hubungan yang
yang sesuai kebutuhan Industri memerlukan Saling Menguntungkan dengan Pemasok.
dukungan sumber daya. Deming salah seorang tokoh dalam
Konsep mutu dalam pendidikan perlu manajemen mum mengembangkan konsep Plan-
dirumuskan sesuai dengan karakteristik dan Do-Chek-Action, (PDCA). Langkah tersebut dapat
landasan nilai dengan tetap memperhatikan digambarkan dalam sebuah lingkaran. Lingkaran
dinamika perubahan terutama dalam praktek dan tersebut menggambarkan proses-proses yang
pemenuhan tuntutan mutu. Lebih lanjut Alobiedat selalu terjadi dalam setiap kinerja yang bermutu.
(2010:32) bahwa kualitas dalam dunia pendidikan Tahapan tersebut saling berhubungan secara
merupakan sejumlah prosedur yang fungsional. Tahapan pada level sebelumnya
menggambarkan suatu proses sesuai dengan menentukan kualitas tahapan pada level
tujuan. selanjutnya. sebagai sebuah sistem mutu kegiatan-
Mengenai indikator sekolah bermutu kegiatan tersebut merupakan sebuah sistem yang
Towsend (2003, hlm. 65) menjelaskan bahwa: 1) saling berhubungan. Kegiatan dalam manajemen
sekolah harus memberikan siswa mereka akses mutu digambarkan sebagai berikut:
kesempatan untuk memperoleh praktek belajar
dengan jenis pengetahuan, kompetensi, Lingkaran PDCA
keterampilan dan sikap yang akan mempersiapkan
mereka untuk hidup dalam masyarakat, 2) sekolah
harus memiliki kepedulian mempromosikan nilai
keunggulan, prestasi dan standar perilaku yang
tinggi dari individu dan masyarakat, dan dalam
semua aspek kegiatan, 3) sekolah harus
demokratis, adil dan memanusiakan siswa dan
memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperoleh nilai-nilai yang sangat penting dalam
pengembangan pribadi dan sosial, 4) sekolah Gambar 2.14
harus mengembangkan rasa kemerdekaan dan Kegiatan dalam manajemen Mutu
nilai siswa sebagai manusia, memiliki beberapa
keyakinan dalam kemampuan mereka untuk Perencanaan mutu merupakan langkah
bersikap otonom dan memberikan kontribusi awal dalam manajemen mutu, mempunyai
kepada masyarakat dengan cara yang sesuai, 5) kedudukan dan fungsi yang sangat strategik,
sekolah harus mempersiapkan warga negara masa karena (a) sebagai alat untuk memperbaiki kinerja
depan dengan cara yang tidak akan bertentangan pendidikan melalui identifikasi kebutuhan dan
dengan kesehatan dan stabilitas masyarakat, 6) isu-usu yang ada, memberikan alternatif
sekolah harus mempersiapkan siswa agar pemecahan, rumusan sasaran dan tujuan yang
memiliki kepedulian serta pengayaan ekonomi kemudian menterjemahkannya ke dalam anggaran
budaya di mana para siswa akan berperan dan dan program kerja, (b) memperkirakan
bekerja, 7) sekolah-memberikan kontribusi sosial, kecenderungan baru, diskontinuitas yang bakal
terjadi guna mewujudkan perubahan-perubahan check Jika diterjemahkan ke dalam Bahasa
bidang pendidikan, (c) mengarahkan secara Indonesia, diantaranya menjadi memeriksa dan
konsisten keberhasilan pendidikan berdasarkan pengawas. Pengawasan diperlukan dalam
visi keberhasilan yang telah disepakati bersama, manajemen mutu untuk menjamin agar kegiatan
(d) sebagai pedoman yang akan membimbing sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,
segala tindakan dan distribusi sumber daya sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan
pendidikan. Perencanakan adalah bagian dari harapan pelanggan.
fungsi manajemen yang mencakup proses Pengawasan merupakan alat organisasi,
mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa
untuk mencapai sasaran itu, dan menyusun yang bermutu sehingga pelanggan maupun yang
rencana untuk mengintegritas dan memproduksi merasa pas. Gasperz (2005, hlm.
mengkoordinasikan sejumlah kegiatan (Xu dan 108) menjelaskan pada tahap chek, yaitu
Xu, 2011: 51) lebih lanjut perumusan rencana melakukan evaluasi dan validasi pelaksanaan.
didasarkan pada konsep , teori serta praktek- Evaluasi diartikan mengukur dan menilai.
praktek. Proses evaluasi dalam kaitan dengan mutu
Langkah kedua dalam manajemen mutu memperhatikan bagaimana kesesuaian indikator
adalah melaksanakan (do) rencana yang sudah mutu yang digunakan. Setiap aspek yang
ditetapkan. Pada tahap pelaksanaan, mempengaruhi TQM seperti kepemimpinan,
perencanaan menjadi guidance bagi pelaksanaan komitmen, kepuasan pelanggan baik internal atau
sistem mutu. Pada tahap ini (do) adalah eksternal,
melaksanakan kegiatan yang direncanakan untuk Langkah terakhir dari sikius PDCA adalah
mencapai tujuan dan sasaran yang telah Action atau tindakan. Kegiatan yang dilakukan
ditetapkan melalui kegiatan belajar mengajar, pada tahap ini adalah berupa refleksi atau umpan
pelatihan, memotivasi persona serta balik terhadap proses dan hasil serta menetapkan
menciptakan kondisi-kondisi yang bisa prosedur untuk melakukan perubahan yang telah
menciptakan keterkaitan antara tujuan, sasaran, dicapai. Tindakan didasarkan pada hasil
program, kebijakan maupun prosedur. analisis terhadap sutu kondisi maupun produk
Langkah ketiga manajemen mutu yang yang dinilai kurang sesuai dengan harapan atau
dikemukakan oleh Demming adalah melakukan standar mutu.
.
METODE PENELITIAN

Pendekatan yang dianggap tepat untuk DU/DI dalam upayanya mendorong mutu. Melalui
mencapai tujuan penelitian adalah dengan penelitian kualitatif, kerangka teori tentang
menggunakan metode penelitian kualitatif. alasan kemitraan Pola (kerangka), teori-teori dapat
peneliti memilih metode kualitatif adalah peneliti dikembangkan sesuai fakta pengelolaan
ingin memperoleh deskripsi dan mengkonstruksi kemitraan di dua SMK tersebut.
fenomena kemitraan antara SMK 1 dan 10 dengan

HASIL PENELITIAN

Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan jawab. Artinya visi dan misi merupakan sebuah
Kejuruan Berbasis Kemitraan di SMK kesepakatan yang perlu diwujudkan dalam
Negeri 1 Kota Bandung praktek-praktek kerja di sekolah sesuai dengan
Perencanaan peran dan tanggung jawabnya.
Perencanaan mutu di SMK dirumuskan Hasil wawancara terhadap sumber data di
berdasarkan aspek seperti analisis internal dan SMK 1 menunjukan bahwa analisis yang terkait
eksternal, landasan teori atau disiplin ilmu yang dengan perencanaan mutu belum secara optimal
digunakan serta pergerakan yang berisi tentang dilakukan. Keberadaan sumber daya manusia
realisasi dan pengorganisasian sumber daya dan menjadi salah satu keterbatasan untuk
usaha untuk mencapai tujuan. Perumusan visi dan memperoleh data atau analisis mengenai kondisi
misi melibatkan seluruh anggota organisasi lingkungan internal dan eksternal. perencanaan
sekolah ( pihak internal). Hal ini menunjukan didasarkan pada visi dan misi sekolah.
bahwa setiap individu dalam organisasi memiliki Perencanaan dilakukan oleh internal sekolah tanpa
peran dan tanggung jawab. melalui keterlibatan melibatkan pelanggan eksternal dan pihak internal
dalam perumusan visi, sekolah ingin melibatkan secara terbatas. Partisipasi DU/DI dalam
seluruh warga sekolah dan berbagi tanggung perencanaan terbatas karena beberapa persoalan
teknis seperti belum adanya staf yang memiliki Monev
kewenangan untuk turut serta dalam perumusan Keterbatasan anggaran serta sumber daya
perencanaan dari pihak DU/DI. Pihak sekolah manusia yang mampu melakukan studi empiris
merumuskan perencanaan mutu dengan menjadi kendala klasik di SMK 1. Keterbatasan
menetapkan visi-misi tentang mutu tanpa anggaran menyebabkan sekolah hanya memilih
keterlibatan DU/DI. kajian-kajian yang dianggap cukup
Perencanaan mutu focus pada pelanggan merepresentasikan keberhasilan penerapan mutu
dengan kriteria mutu yang didefinisikan oleh walaupun studi tersebut dengan pelanggan
pelanggan baik eksternal maupun tersier. terbatas dengan variabel yang diteliti hanya pada
Pelanggan adalah pihak yang perlu dipuaskan oleh output belum menyentuh semua sistem serta
sekolah. Salah satu pelanggan yang mendapat individu dalam organisasi. Monitoring dan
perhatian utama adalah para siswa. Sekolah evaluasi merupakan fungsi dari manajemen mutu
berusaha untuk memenuhi kebutuhan siswa yang dilakukan pada setiap level maupun unsur-
dengan menyediakan proses pembelajaran yang unsur TQM. Monitoring dan evaluasi sebagai sub
sesuai dengan kebutuhan siswa. sistem dari TQM seharusnya dilakukan sejak awal
Pelaksanaan yaitu sejak analisis tentang kondisi internal
Pencapaian tujuan tidak akan berhasil maupun eksternal pada saat perencanaan mutu
tanpa strategi untuk mengalokasikan maupun disusun. Monitoring dan evaluasi sebagai sistem
memperoleh sumber-sumber daya yang nilai tidak hanya digunakan pada tahap setelah
diperlukan dalam rangka mencapai tujuan peleksanaan mutu berlangsung karena biaya
sekolah.Setiap strategi digunakan untuk perbaikan output yang terlalu tinggi dan hanya
mengoptimalkan penggunaan sumber daya, menyebabkan upaya untuk menekan kecacatan
efisiensi dan efektivitasnya pada pencapaian tidak optimal.
tujuan. meminimalisisr kekurangan serta Sekolah perlu megarahkan perhatiannnya
mengantisipasi adanya hambatan. Secara umum tidak hanya pada proses pembelajaran, fasilitas,
Strategi Pelaksanaan peningkatan mutu prakerin atau aspek fisik lainnnya. Sekolah perlu
berorientasi jangka pendek yaitu pekerjaan dan memberikan perhaian terhadap unsur-unsur TQM
kesesuaian kompetensi dengan kebutuhan yang akan menentukan bagaimana implementasi
Industri. Impelementasi sebagai salah satu proses TQM berhasil seperti monitoring dan evaluasi
manajemen kualitas berpedoman pada terhadap kepemimpinan, keterlibatan guru atau
perencanaan serta dinamika perubahan lingkungan komitmen guru, komitmen DU/DI terhadap
yang terjad terutama kebutuhan siswa . sekolah serta melakukan evaluasi kepada dinas
Perencanaan mutu perlu direalisasikan terkait sebagai masukan perbaikan bagi dinas
dalam bentuk nyata program. Keberadaan dalam mengambil kebijakan pendidikan SMK.
program yang disusun berdasarkan strategi untuk Tindak lanjut
mencapai mutu melibatkan berbagai pihak yang Tindakan perlu dilakukan dalam
berkepentingan dengan mutu. Sekolah menyadari perbaikan mutu setelah diperoleh data yang akurat
realita sosial yang dihadapi sekolah yaitu terkait menyangkut aspek-aspek penting dalam
dengan sumber daya yang terbatas, lemahnya peningkatan mutu pendidikan. Kajian pada proses,
akses terhadap sumber-sumber daya serta output bahkan outcome belum optimal dilakukan.
perkembangan tuntutan kualitas yang semakin Hasilnya tindakan peningkatan mutu lebih bersifat
meningkat. Melalui strategi kemitraan sekolah inspeksi dibandingkan dengan pengendalian
mencoba membangun kemitraan yang lebih proses maupun pengendalian kualitas
permanen. Belum adanya sistem kemitraan yang (memperbaiki output setelah diperoleh hasil
permanen menyebabakan kemitraan tidak optimal. pengukuran kesenjangan antara output yang akan
Kondisi ini perlu diperbaiki dengan membangun dihasilkan dengan output sebenarnya). Belum ada
kemitraan berdasarkan MoU agar DU/DI lebih Monitoring dan evaluasi yang dilakukan terhadap
komitmen dengan semua DU/DI. sistem mutu yang menopang terlaksananya
Guna mendukung praktek kerja industri program maupun output bermutu.
beberapa MoU yang digagas oleh SMK 1 dengan Setiap tindakan perbaikan di sekolah baik
DU/DI direalisasikan salah satunya adalah menyangkut masalah fasilitas, kinerja guru,
peresmian alfaria sebagai tempat pratek bagi komitmen atau hasil belajar lebih bersifat reaktif.
siswa. Dalam implementasi kebijakan mutu, para Sekolah sulit bersikap proaktif karena beragam
siswa dituntut memiliki pengalaman belajar sesuai hambatan. fokus tindakan masih menitikberatkan
dengan standar DU/DI. pada pelanggan siswa, orang tua dan masyarakat
serta DU/DI. Sekolah belum sepenuhnya
menyadari bahwa tindakan perbaikan mutu
ditujukan agar semua pelanggan SMK baik Impelementasi praktek untuk meningkatkan mutu
internal maupun eksternal memperoleh apa yang tampak dari kehadiran bus yang digunakan untuk
diperlukannya. Tindakan perbaikan seharusnya pagelaran seni pertunjukan baik keluar kota
diarahkan pada sistem manajemen yang mampu maupun pada saat mengikuti festival. Keberadaan
mengidentifikansi pelanggannya secara tepat baik bus dengan fasilitas alat-alat seni pertunjukan
internal maupun eksternal. Pandangan terbatas mempermudah pengenalan budaya dan seni
sekolah terkait dengan kriteria pelanggan yang kepada masyarakat.
harus dilayani menyebabkan sistem manajemen Perbaikan terus menerus merupakan agenda
mutu pada dimensi tindakan hanya berorientasi yang tidak pernah berhenti dan mencapai titik
pada perbaikan mutu lulusan dan untuk melayani jenuh. Perbaikan adalah sebuah proses yang
kepentingan DU/DI.Salah satu pelanggan sekolah berlangsung secara terus menerus. setaiap unsur-
yang kurangmemperoleh layanan adalah guru. unsur utama TQM dilakukan perbaikan. Setiap
input, proses maupun output masing masing unsur
Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan TQM tersebut tetap didasarkan pada kemitraan
Kejuruan Berbasis Kemitraan di SMK sebagai contoh perbaikan pada kompetensi guru
Negeri 10 Kota Bandung melibatkan kemitraan bersama DU/DI mulai dari
Perencanaan input (guru, DU/DI) dalam proses pelatihan
Visi SMKN 10 Kota Bandung adalah hingga menghasilkan output berupa keahlian yang
menjadi lembaga unggulan dalam pendidikan, sesuai dengan harapan DU/DI. Guru dapat
pelatihan dan ketahanan budaya di tingkat menjadi tutor bagi siswa untuk melengkapi
Nasional dan Internasional pada tahun 2013. kompetensi sesuai dengan harapan DU/DI.
Guna mewujudkan visi diperlukan dukungan dan Monev
komitmen baik dari sekolah maupun pihak-pihak Seperti halnya SMK 1, SMK 10 tidak
yang berkepentingan. Pemahaman tentang visi, banyak melakukan kajian mutu terutama pada
misi serta tujuan sekolah akan menjadi dasar bagi level proses terhadap 10 unsur yang penting
para guru maupun sekolah untuk dalam TQM. Survey pelanggan tidak dilakukan
mengembangkannya menjadi program-program secara menyeluruh terhadap seluruh pelanggan.
selama tahun ajaran. Rencana untuk menjadikan Indikator keberhasilan proses pembelajaran dan
sekolah sebagai laboratorium budaya merupakan pengembangan potensi siswa hanya dilihat dari
salah satu obsesi sekaligus peran yang ingin perkembangan siswa serta animo masyarakat
dibangun lembaga dalam rangka mendorong untuk menghargai pagelaran yang ditampilkan
terwujudnya pendidikan bagai masyarakat tentang para siswa.Lemahnya kajian terhadap sistem
budaya sunda. Dalam prakteknya di SMK 10, manajemen mutu disebabkan sumber daya
kemitraan belum menjadi landasan utama yang manusia yang bisa melakukan kajian secara kritis
ditujukan untuk melakukan analisis serta serta keterbatasan anggaran. SMK 10 tidak hanya
rancangan perencanaan yang matang. Keterlibatan mengembangkan potensi siswa dalam bidang seni.
masyarakat dalam masyarakat lebih bersifat Proses pemblajaran di dalamnya terkait dengan
normatif tidak substansial terutama dalam karakter, mental maupun aspek kognitif mengenai
mengikutsertakan masyarakat pada identifikansi ilmu pengetahuan setiap proses peningkatan mutu
masalah dan perencanaan. kondisi ini disebabkan pendidikan perlu dipahami, diidentifikasi sebagai
DU/DI di SMK 10 adalah masyarakat dengan proses yang berlangsung sebagai sebuah sistem
latar belakang heterogen. peningkatan mutu.
Pelaksanaan Keterbatasan lembaga untuk melakukan
Hasil observasi terhadap ketersediaan pengendalian pada input menyebabkan “setiap
sarana-prasarana menunjukan bahwa ada input sekolah sudah ditentukan baik siswa
peningkatan signifikan dibanding 2 tahun (dengan sistem pendaftaran on line/ lebih ada
sebelumnya. Sistem informasi tentang SMK 10 aspek kognitif ) serta unsur-unsur lain yang akan
yang dibuat berbasis web memberikan mempengaruhi bagaimana implementasi TQM
keleluasaan bagi setiap orang atau lembaga untuk terutama para guru sebagai variabel penentu
mengakses dan memperoleh informasi yang sebuah proses pendidikan. Guru tidak memiliki
terpercaya tentang SMK. Hal ini dibuktikan oleh kewenangan luas untuk menentukan input
peneliti yang mengunjungi web SMK 10, berdasarkan kriteria potensi yang dimiliki. selain
beberapa hal yang dirasa kurang adalah web itu anjuran untuk lebih mengakomodasi siswa
belum menampilkan bagaimana pengembangan yang berasal dari daerah sekitar tidak dapat
dan kreativitas guru dalam penelitian maupun dilaksanakan. Hal ini disebabkan sebagian besar
karya inovatif. Hanya tulisan kepala sekolah yang para siswa yang berminat pada pagelaran seni
banyak muncuk di laman WEB SMK 10. umumnya berasal dari luar lingkungan sekolah
bahkan dari luar bandung. Sulit untuk dengan harapan pelanggan masih terbatas.
mengendalikan input karena terbatasnya Tindakan peningkatan mutu bersifat reaktif
kewenangan lembaga untuk mengukur, berdasarkan ide-ide yang muncul guna mengatasi
mengevaluasi dan memperbaiki input baik dengan masalah yang muncul.
sistem penerimaan siswa baru yang sesuai dengan Kesadaran guru, wakil kepala sekolah,
karakteristik pendidikan di SMK 10 maupun kepala sekolah terhadap realita sosial soiswa tidak
melalui kerjasama dengan sekolah dasar guna hanya pada aspek hasil belajar. Keberadaan status
pembinaan potensi di bidang pagelaran seni sejak sosial ekonomi menjadi salah satu perhatian.
dini. Rendahnya kemampuan ekonomi orang tua
Berdasarkan hasil observasi dan disadari akan menghambat proses pembelajaran
wawancara tehadap tahap kajian unsu-unsur siswa di sekolah. sekolah memiliki tradisi unik
TQM, di SMK 10 kajian hanya dilakukan pada untuk membantu siswa yang mengalami masalah
level output berupa survey kepuasan pelanggan dalam biaya.
yaitu siswa atas kinerja guru. Tersebarnya Persoalan yang dihadapi SMK 10 tidak
pelanggan lembaga serta keterbatasan dana dapat diselesaikan oleh lembaga dengan
menyebabkan pelanggan seperti sanggar belum kemampuan dan SDM terbatas. Kemitraan hanya
diidentifikasi sebagai pelanggan yang menjadi pada aspek pertukaran sumber-sumber daya
responden survey. belum terintegrasi pada sistem mutu yang
Tindak lanjut menempatkan kemitraan bersama masyarakat
Tindakan untuk memperbaiki proses pada setiap level mulai dari perencanaan sampai
hanya dapat dilakukan secara terbatas. Hal ini dengan output. upaya perbikan adalah mengajak
disebabkan kajian terhadap terutama data masyarakat untuk aktif terlibat dalam upaya
mengenai masalah mutu dalam proses maupun membbangun sekolah menjadi laboratorium
prediksi mengenai output serta kesesuaiannya budaya.

PEMBAHASAN

Perencanaan meningkatkan realisasi pada level perencanan


Perencanaan dalam pengelolaan mutu karena dukungan DU/DI. Melibatkan DU/DI
merupakan proses awal yang didasarkan pada dalam perencanan atau perumusan visi yang
tujuan untuk meningkatkan mutu. Perencanan menggambarkan akomodasi terhadap kebutuhan
tidak dapat dilepaskan dari visi dan misi. DU/DI adalah bentuk penghargaan terhadap
Perencanaan membutuhkan dukungan sumber kedudukan DU/DI dalam kemitraan. DU/DI
daya baik sosial maupun anggaran serta memiliki kepentingan untuk terlibat dalam
sumber daya manusia. Sub sistem perencanaan perencanaan visi.
itu sendiri terintegrasi dalam sistem Oleh karena itu fungsi kepala sekolah
pengelolaan mutu secara terus menerus. sebagai pengelola lembaga antara lain
Persoalan utama dalam perencanaan yaitu membangun komitmen diantara anggota
lemahnya keterlibatan DU/DI serta keberadaan organisasi, menusun strategi dan kebijakan,
sumber daya membuat perencanaan kurang mendorong implementasi sistem pengelolaan
optimal dan kurang didukung oleh hasil SDM agar memiliki komitmen, mengelola proses
analisis terkait kondisi internal dan eksternal. peningkatan mutu. Fungsi kepala sekolah yang
Menurut Hoch (2011, hlm 9) menjelaskan sangat penting adalah membangun kemitraan serta
bahwa terdapat tiga aspek penting dalam memfasilitasi tersedianya sumber-sumber daa
perencanaan yaitu kondisi di lapangan, gerakan yang diperlukan untuk meningkatkan mut
serta disiplin, seperti dijelaskan bahwa: “we pendidikan. Kemitraan dan keberadaan sumber
distinguish planning theory ideas into three daya memerlukan figur kepemimpinan sekolah
arenas formed between each of three spatial yang memiliki komitmen, wakil kepala sekolah
planning domains: ‘field’, ‘movement’ and yang peduli dan memiliki komitmen dan para
‘discipline’. guru maupun staf. Peran kepala sekolah sebagai
Peran DU/DI pad level perencanaan dapat pemimpin menempatkan keterlibatan aktif
mempengaruhi tingkat keberhasilan penyusunan DU/DI agar perencanaan lebih optimal.
pada program kerja maupun kompetensi yang Sesuai dengan konsep pengelolaan mutu
diperlukan oleh siswa. DU/DI lebih memahami EFQM yang merupakan pengembangan TQM
kebutuhan dalam perencanaan untuk memberikan seperti disampaikan Mora, et al ( 2006)
kesempatan dan pengalaman belajar yang sesuai kepemimpinan dan kepemimpinan merupakan
dengan kebutuhan industri. Sekolah dapat pemegang kunci keberhasilan pengelolaan mutu.
Kepemimpinan dan komitmennnya dalam organisasi, komunikasi yang diarahkan
mempengaruhi bagaimana kebijakan dan strategi pada upaya membangun mutu), adanya standar
sekolah bersama DU/DI dalam mengelola mutu mutu, fasilitas fisik memadai, pemenuhan
dirumuskan. kebutuhan pelanggan. Proses manajemen kualitas
Pelaksanaan pada tahap monev menempatkan DU/DI dalam
Implementasi didasarkan pada rencana yang koordinasi dan supervisi dalam bentuk hubungan
disusun untuk meningkatkan mutu pendidikan sejajar dengan sekolah. Keterlibatan DU/DI tidak
secara berkelanjutan melalui kemitraan. Dalam hanya sebagai pelaksana dari setiap tindakan
implementasi konsep untuk meningkatkan mutu sekolah. Pada tahap ini DU/DI berperan aktif
secara berkelanjutan, Secara konseptual teamwork menilai hasil tindakan perbaikan mutu serta
akan melakukan aktivitas sebagai berikut: 1) bagaimana pencapaiannnya.
mengalokasikan sumber daya lembaga agar Sekolah dan DU/DI dapat menerapkan
pencapaian mutu pendidikan lebih optmal 2) secara bersama-sama pendekatan ilmiah
membangun rentang tanggung jawab serta pendekatan ilmiah untuk mengkaji persoalan-
kordinasi guna mengoptimalkan struktur persoalan rumit dalam mutu secara total menjadi
organisasi yang ada (menerapkan tim kerja lintas benuk-bentuk yang sederhana terutama fenomena
fungsional antara sekolah dengan DU/DI atau 10 unsur utama dalam TQM. Kajian ilmiah
lembaga pendidikan tinggi untuk penelitian, 3) dengan pendekatan analitik perlu dilakukan guna
memberikan tanggung jawab mutu atau sejumlah memperoleh pemahaman secara rinci mengenai
pekerjaan kepada Guru atau Wakil kepala sekolah 10 unsur TQM melalui kemitraan. Kemitraan
bidang mutu baik secara individual maupun dengan DU/DI dalam monev akan
kelompok. Aktivitas tersebut akan terwujud mengoptimalkan upaya perbaikan serta hasil
dengan adanya kemitraan pada setiap aspek dalam pengetahuan.
implementasi. Kemitraan yang dibangun bersama Pada level implementasi, setiap tindakan
DU/DI merupakan upaya untuk mendorong korektif perlu melibatkan pihak DU/DI untuk
produktivitas masing-masing unsur utama TQM memperoleh perspektif yang kritis terkait
dalam mencapai output yang sesuai harapan. bagaimana keberadaan unsur-unsur TQM dalam
Kemitraan pada tahap implementasi tahap implementasi. Ukuran keberhasilan
menjadi norma dan sebagai strategi yang implementasi harus jelas dan dipahami oleh
digunakan oleh pimpinan untuk menyediakan semua pihak.
sumber-sumber daya demi kelangsungan pada Tindak lanjut
proses implementasi pengelolaan mutu. Pada Pelaksanaan tindakan dilakukan
tahap implementasi pimpinan memfokuskan berdasarkan fakta dan upaya memenuhi
organisasi untuk mengimplementasikan rencana- kebutuhan pelanggan, kemudian diukur
rencana mutu atau menterjemahkan strategi mutu bagaimana efektivitas. Tindakan perbaikan
kedalam tindakan-tindakan nyata. Pada tahap menggambarkan perilaku maupun implementasi
implementasi strategi. Strategi diturunkan sistem pengelolaan mutu yang lebih baik
kedalam sejumlah program dalam rangka dibandingkan dengan sebelum monev. Perbaikan
meningkatkan efektivitas 10 penting dalam TQM, dilakukan pada sistem pengelolaan SDM, proses
adanya penghitungan anggaran, memilih prosedur manajemen maupun kemitraan bersama DU/DI.
untuk melaksanakan program untuk meningkatkan Tanpa ada perbaikan yang nyata maka tindakan
kualitas 10 unsur TQM tujuan perencanaan mutu hanya menjadi formalisasi dari sistem pengelolaa
pendidikan berkelanjutan tercapai. mutu semata.
Fungsi pemimpinan dalam konsep EFQM Salah satu isu utama dalam pendekatan
pada tahap implementasi adalah mendorong mutu adalah masalah komitmen. Perbaikan pada
kemitraan dengan DU/DI agar sinergi dan mampu level sistem perlu dilakukan secara terus menerus.
menyediakan sumber daya yang diperlukan guna Sebagian besar kegagalan untuk menghasilkan
mencapai mutu. Pada saat yang sama pimpinan output sesuai dengan keinginan pelanggan
mempengaruhi bagaimana produktivitas, disebabkan oleh kelemahan sistem. Oleh karena
sinergitas individu dalam organisasi dapat itu tindakan yang dilakukan berada pada level
terwujud melalui sitem pengelolaan SDM yang sistem yang didukung oleh komitmen individu
ada dalam organisasi untuk memberikan kontribusinya
Monev secara maksimal.
Proses monitoring tidak dapat dilepas dari Tindakan perbaikan tidak dapat dilakukan
aspek-asek mutu dalam pendidikan seperti hanya oleh pihak sekolah. DU/DI dalam sebuah
pengajaran dan pembelajaran, organisasi yang sistem kemitraan dilibatkan secara penuh dan
bermutu (perencanaan starategis, budaya mutu proporsional artinya keterlibatan DU/DI
didasarkan pada proporsinya sebagai mitra mengorganisasikan sub-sub sistem dalam rangka
sekolah seperti pada Prakerin atau pada proses mencapai tujuan untuk mewujudkan sekolah
pembelajaran di ruang kelas yang membutuhkan bermutu.
bantuan DU/DI. Tindakan perbaikan secara umum Asumsi dasar
fokus pada proses pembelajaran atau perbaikan Asumsi pertama adalah masalah-masalah
system. yang terkait dengan sekolah bermutu cukup
Kemitraan menjadi sebuah alternatif kompleks. Keterbatasan sekolah untuk
strategi untuk mendorong produktivitas lembaga menyediakan sumber-sumberdaya maupun
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. memperoleh sumber daya terbatas dalam
Kemitraan menjadi norma yang mengarahkan mewujudkan mutu sekolah. Asumsi kedua
perilaku lembaga maupun individu dalam sebagai dasar dalam membangun kemitraan
organisasi. Kemitraan dipilih sebagai strategi adalah adanya hubungan yang erat antara SMK
untuk mengatasi kelemahan dan meningkatkan dengan DU/DI yang saling menguntungkan.
kekuatan lembaga untuk mencapai mutu Asumsi ketiga adalah Kemitraan yang dibangun
pendidikan melalui pengelolaan maupun secara formal/ non formal dengan DU/DI,
penguasaan sumber-sumber daya yang sanggar maupun masyarakat akan mengikat dan
diperlukan. mendorong komitmen dalam pelaksanaannya.
Beberapa keuntungkan dari kemitraan
PENGEMBANGAN MODEL untuk sekolah 1) sekolah dapat menyelenggarakan
Rasionalitas pembelajaran bagi siswa di tempat DU/DI tanpa
Model disusun secara rasional biaya yang tinggi, 2) Sekolah dapat mengikuti
berdasarkan fakta-fakta mengenai kemitraan baik perkembangan kompetensi yang diperlukan oleh
interaksi dalam sistem kemitraan maupun proses DU/DI, sekolah mengembangkan kurikulum
pengorganisasian kemitraan antara sekolah sesuai dengan kebutuhan DU/DI tanpa
dengan DU/DI serta relasinya dengan lingkungan mengurangi tujuan pendidikan, 3) memperoleh
eksternal. kesadaran terhadap realitas bahwa pengalaman-pengalaman berharga dalam
sekolah yang memiliki keterbatasan untuk menerapkan sistem yang menekankan focus pada
mencapai tujuan meningkatkan mutu pendidikan kepuasan pelanggan,4) Relasi dengan DU/DI
membuat sekolah perlu bermitra dengan DU/DI. membantu sekolah untuk mengidentifikasi
Pada dasarnya manajemen mutu berbasis peluang-peluang guna memasarkan lulusan, 5)
kemitraan merupakan sebuah model yang kemitraan membantu sekolah untuk
menggambarkan bahwa kemitraan merupakan mengidentifikasi, merencanakan kebijakan,
sistem yang ditujukan agar setiap fungsi mengadopsi dan mengimplementasikannya sesuai
manajemen mutu mulai dari perencanaan sampai dengan upayanya untuk focus pada pelanggan.
monitoring berjalan lebih efektif dan efisien. Sedangkan bagi DU/DI kemitraan berguna 1)
Tujuan membantu membangun citra (brand image) yang
Model kemitraan pada dasarnya disain positif di masyarakat, 2) mempermudah DU/DI
yang disederhanakan dari suatu sistem manajemen memperoleh tenaga kerja potensial yang sesuai
mutu dalam rangka mewujudkan mutu sekolah dengan kebutuhan DU/DI, 3) membantu DU/DI
berbasis kemitraan . Model kemitraan mewakili mengarahkan kegiatan dalam melaksanakan
sistem interaksi sosial yang sesungguhnya yang fungsi sosialnya kepada publik, 4) mempermudah
terjadi guna mewujudkan mutu sekolah antara DU/DI membangun human capital dalam rangka
DU/DI dengan Sekolah. Tujuan keberadaan model mempersiapkan DU/DI untuk memiliki daya
konseptual kemitraan adalah mendeskripsikan dan saing.
membantu proses visualisasi kemitraan yang tidak Kerangka model konseptual kemitraan sekolah
dapat dengan langsung diamati.Model kemitraan dengan DU/DI untuk meningkatkan mutu
merupakan kerangka konseptual yang pendidikan digambarkan sebagai berikut:
mendeskripsikan dan melukiskan sistem dalam
Visualisasi Model
Model dalam penelitian ini adalah terhadap pentingnya mewujudkan sekolah
penyederhanaan kompleksitas dari suatu situasi bermutu.
nyata tentang bagaimana sistem pengelolaan mutu Ketiga input penting dalam manajemen
berbasisi kemitraan antara sekolah dengan DU/DI. mutu berbasis kemitraan adalah kepercayaan.
Model membedakan diri dengan lingkungannya Tanpa ada kepercayaan antara sekolah dengan
dan memiliki sistem tertutup dan terbuka. Model DU/DI maka sulit mewujudkan sebuah kemitraan
menjadi sistem tertutup dari lingkungannnya pada dalam rangka mewujudkan pengelolaan untuk
saat mengorganisasikan variabel-variabel sekolah bermutu yang efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui Kepercayaan merupakan sistem psikis yang
bahwa 3 faktor penting sebagai input dalam, dibangun atas dasar keyakinan bahwa dengan
model kemitraan yaitu komitmen, komunikasi dan bermitra maka sekolah bermutu dapat terwujud.
kepercayaan sebagai sub sistem yang Kemitraan akan mereduksi kompleksitas
mengorganisasikan diri (autopoiesisi) dalam persoalan dalam menyediakan sumber-sumber
sistem kemitraan. Komitmen dalam sistem daya yang diperlukan. Kepercayaaan sebagai sub
kemitraan merupakan bentuk perasaan sistem dalam kemitraan dihasilkan melalui
keterlibatan terhadap setiap kegiatan untuk interaksi antar sekolah dengan DU/DI.
mewujudkan mutu sekolah berlandaskan Salah satu indikator keberhasilan model
kemitraan. Komitmen adalah sistem-sistem psikis adalah terbentuknya komitmen dan kesadaran
yang berproduksi dengan landasan makna. anggota organisasi terhadap makna nilai-nilai
Komitmen anggota organisasi, sekolah atau kemitraan dan sistem kemitraan antara SMK
DU/DI merupakan sistem psikis yang didorong dengan DU/DI. Model akan berhasil dengan
karena adanya kesadaran terhadap makna meningkatnya 1) komitmen dari semua pihak baik
kemitraan sebagai landasan dalam pengelolaan DU/DI maupun sekolah pada setiap tahapan mulai
mutu. dari perencanaan, implementasi, monitoring dan
Kedua, input yang penting adalah evaluasi dan tindakan, 2) penggunaan pendekatan
komunikasi. sistem sosial kemitraan antara DU/DI ilmiah untuk mengidentifikasi, menggambarkan
menghasilkan komunikasi. Komunikasi antar unsur- unsur utama TQM serta melakukan
sekolah dengan DU/DI, antara individu dalam proyeksi statistik terhadap output , 3) Adanya
sistem manajemen mutu antara guru dengan norma kemitraan yang dijadikan sebagai norma
kepala sekolah, komunikasi antara guru dengan dalam berencana, implementasi, monitoring dan
guru maupun siswa merupakan sebuah proses evaluasi dan tindakan antara sekolah dengan
untuk meningkatkan pengertian. Komunikasi DU/DI, 4) model implementasi disesuaikan
sebagai bentuk penyampaian informasi, ungkapan dengan karakteristik sekolah, tidak ada model
dan pengertian. Komunikasi dalam organisasi yang mutlak dapat diimplementasikan tanpa
maupun dengan pihak eksternal perlu dikelola disesuaikan dengan karakteristik sekolah,
melalui sistem agar lebih produktif untuk lingkungan, DU/DI serta tujuan mutu itu sendiri.
mewujudkan kesadaran masing-masing individu

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Simpulan menyimpan hambatan terutama dari aspek formal.


Perencanaan Peningkatan Mutu Pendidikan Hanya beberapa kemitraan dengan DU/DI yang
Kejuruan Berbasis Kemitraan memiliki MoU. Sekolah tidak memiliki tawar
Dalam tahap perencanaan, belum ada menawar yang tinggi pada saat DU/DI yang
kajian ilmiah bersama yang mengakomodasi kurang berkomitmen pada upaya peningkatan
kepentingan akademik SMK dan DU/DI dalam mutu karena kemitraan hanya bersifat sukarela.
menyusun rencana bersama yang berbentuk Monitoring dan Evaluasi Peningkatan Mutu
program dan kegiatan peningkatan mutu Pendidikan Kejuruan Berbasis Kemitraan
pendidikan. Keterlibatan DU/DI dalam perencaan Bentuk monitoring dan evaluasi sebatas
serta penyusunan visi misi dan tujuan belum pada pelaksanaan kerja industri tanpa penilaian
optimal, sekolah belum sepenuhnya memahami proses. Keterbatasan sumber daya manusia dan
perencanaan sebagai sutau proses yang akan anggaran menyebabkan monitoring dan evaluasi
menentukan kualitas output dan mempengaruhi terhadap unsur unsur TQM tersebut kurang
keterlibatan DU/DI. dilakukan. Permasalahan pada level proses
Implementasi Peningkatan Mutu terutama di sistem belum secara mendalam dikaji
Pendidikan Kejuruan Berbasis Kemitraan sehingga monitoring dan evaluasi untuk
Kemitraan untuk mencapai mutu masih memprediksi output tidak dapat dilakukan secara
ilmiah. Hasil survey kepuasan pelanggan yang mendorong setiap peran dan tanggung jawab
dilakukan pada akhir tahun bisa menimbulkan anggota organisasi melalui sistem. Tim mutu yang
bias penilaian akibat bentuk survey yang terlalu dibentuk bersama antara SMK dan DU/DI harus
umum. Sekolah belum menerapkan kemitraan mampu mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan
dengan DU/DI yang mampu membantu pada dalam penggunaan sistem manajemen mutu pada
kajian peningkatan mutu pada semua level setiap tahapan.
termasuk dalam level proses. Berdasarkan makna pentingnya kemitraan
Tindak Lanjut Peningkatan Mutu bagi upaya pengembangan SDM maka konsep
Pendidikan Kejuruan Berbasis Kemitraan kemitraan dapat digunakan sebagai landasan
Keterbatasan monitoring dan evaluasi rasional yang digunakan untuk menyusun
terhadap unsur-unsur utama TQM menyebabkan kebijakan, mengadopsi dan mengimplementasikan
tindakan hanya dilakukan pada tingkat kebijakan tersebut dalam penyelenggaraan
operasional sedangkan pada level sistem seperti pendidikan SMK. Kebijakan seyogyanya menjadi
pengaruh sistem kompensasi terhadap komitmen dasar bagi perumusan kebijakan pada tingkat
organisasi belum dilakukan. DU/DI belum provinsi dengan beberapa penyesuaian tergantung
ditempatkan sebagai mitra strategis sekolah. pada masalah-masalah kemitraan dan karakteristik
DU/DI. Pada tingkat Kota, kemitraan ditujukan
Rekomendasi agar persoalan-persoalan mutu serta keterbatasan
Kemitraan sebaiknya dilakukan. 1) Pada anggaran dalam penyelenggaraan pendidikan
level perencanaan dalam mengidentifikasi dapat diatasi. Penyelenggaraan pendidikan
sumber daya internal dan eksternal 2) Pada level kejuruan lebih mahal dibanding sekolah
Implementasi, kemitraan dikelola dengan menengah atas dan beban anggaran terbesar
kepemimpinan untuk memfasilitas sekolah dengan adalah di tingkat kota/ Kabupaten. Kemitraan
DU/DI dan mendorong komitmen 3) pada tahap sebaiknya dijadikan sebagai konsep untuk
Monev, fokus pada unsur-unsur utama TQM dan mengurangi keterbatasan dalam anggaran
evaluasi output secara objektif 4) pada level pendidikan kejuruanonal terutama di tingkat II
tindakan perbaikan Kepala sekolah dan DU/DI atau kabupaten.

DAFTAR PUSTAKA

Alobiedat. A. (2010). The Effectiveness of the Article. Using enablers of the EFQM model
School Performance, by Using the Total to manage institutions of higher education.
Quality Standards within the Education Quality Assurance in Education, 14 (2),
District of Al-Petra Province, from the hlm.99-122.
Perspective of the Public Schools
Sallis E. (2005). Total Quality Management in
Principals and Teacher. International
Education. UK: Kogan Page.
Education Studies. 4 (2), hlm. 31-40.
Setiawan, E. (2011). Kamus besar Bahasa
Badan Pusat Statistik Kota Bandung (2013).
Indonesia versi 1.1 (2010 diakses 12
Struktur Tenaga Kerja Di Indonesia.
Desember 2013)
Deming, E. (1986). Improvement of Quality and
Sumarno (2008). Employability Skills dan
Productivity through Action by
Pengaruhnya Terhadap Penghasilan
Management. National Productivity
Lulusan SMK Teknologi dan Industri.
Review.
Jurnal Kependidikan Lembaga Penelitian
Gaspersz, V. (2005). Total Quality Management. UNY, Nomor 1 (5)
Jakarta: Gramedia.
Todd, L. (2007). Partnerships for Inclusive
Haman, E. A. (2004). The Complete Partnership Education. London: Routledge.
Book. Illinois: Sphinx® Publishing
Towsend, T. Penyunting (2002). Restructuring
Hoch, C. (2011). The planning research agenda: and Quality: Issues for Tomorrow’s
planning theory for practice. TPR, 82 (2) Schools. NY. Routledge.
hlm. 8-15
Xu, S. dan Xu, L. D. (2011). Management: a
Mora, A. C, Leal, A. dan Rolda´n, J. L. (2006). scientific discipline for humanity. Inf
Quality Assurance in Education Emerald Technol Manag (2011) 12:51–54.

Anda mungkin juga menyukai