Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN SROKE

A.Definisi
Stroke (Penyakit Serebrovaskuler) adalah kematian jaringan otak (infark serebral) yang terjadi
karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak.
Stroke bisa berupa iskemik maupun perdarahan (hemoragik). Pada stroke iskemik, aliran darah
ke otak terhenti karena aterosklerosis atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh
darah. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga menghambat aliran darah yang
normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan merusaknya.

B.Penyebab
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang jalur arteri yang menuju ke otak.
Misalnya suatu ateroma (endapan lemak) bisa terbentuk di dalam arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena setiap arteri karotis
dalam keadaan normal memberikan darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa
terlepas dari dinding arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih
kecil. Arteri karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa juga tersumbat karena
adanya bekuan darah yang berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya.
Stroke semacam ini disebut emboli serebral, yang paling sering terjadi pada penderita yang baru
menjalani pembedahan jantung dan penderita kelainan katup jantung atau gangguan irama
jantung (terutama fibrilasi atrium).
Emboli lemak jarang menyebabkan stroke. Emboli lemak terbentuk jika lemak dari sumsum
tulang yan gpecah dilepaskan ke dalam aliran darah dan akhirnya bergabung di dalam sebuah
arteri.
Stroke juga bisa terjadi bila suatu peradangan atau infeksi menyebabkan menyempitnya
pembuluh darah yang menuju ke otak.
Obat-obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh darah di otak
dan menyebabkan stroke.
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak,
yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan.
Stroke bisa terjadi jika tekanan darah rendahnya sangat berat dan menahun.
Hal ini terjadi jika seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau
pembedahan, serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.

C. Gejala
Sebagian besar kasus terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan kerusakan otak
dalam beberapa menit (completed stroke).
Stroke bisa menjadi bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah
luasnya jaringan otak yang mati (stroke in evolution).
Perkembangan penyakit bisasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil, dimana
perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau tejadi beberapa perbaikan.
Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena:
• Hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi
tubuh
• Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
• Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
• Penglihatan ganda
• Pusing
• Bicara tidak jelas (rero)
• Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
• Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
• Pergerakan yang tidak biasa
• Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih
• Ketidakseimbangan dan terjatuh
• Pingsan.
Kelainan neurologis yang terjadi lebih berat, lebih luas, berhubungan dengan koma atau stupor
dan sifatnya menetap. Selain itu, stroke bisa menyebabkan depresi atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan emosi.
Stroke bisa menyebabkan edema atau pembengkakan otak. Hal ini berbahaya karena ruang
dalam tengkorak sangat terbatas. Tekanan yang timbul bisa lebih jauh merusak jaringan otak dan
memperburuk kelainan neurologis, meskipun strokenya sendiri tidak bertambah luas.
D. Dignosa
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan perjalanan penyakit dan hasil pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik membantu menentukan lokasi kerusakan otak.
Untuk memperkuat diagnosis biasanya dilakukan pemeriksaan CT scan atau MRI.
Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke, apakah
perdarahan atau tumor otak.
Kadang dilakukan angiografi.
D.Pengobatan
Biasanya diberikan odsigen dan dipasang infus untuk memasukkan cairan dan zat makanan.
Pada stroke in evolution diberikan antikoagulan (misalnya heparin), tetapi obat ini tidak
diberikan jika telah terjadi completed stroke.
Antikoagulan juga biasanya tidak diberikan kepada penderita tekanan darah tinggi dan tidak
pernah diberikan kepda penderita dengan perdarahan otak karena akan menambah resiko
terjadinya perdarahan ke dalam otak.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa kelumpuhan dan gejala lainnya bisa dicegah atau
dipulihkan jika obat tertentu yang berfungsi menghancurkan bekuan darah (misalnya
streptokinase atau plasminogen jaringan) diberikan dalam waktu 3 jam setelah timbulnya stroke.
Segera dilakukan pemeriksaan untuk menentukan bahwa penyebabnya adalah bekuan darah dan
bukan perdarahan, yang tidak bisa diatasi dengan obat penghancur bekuan darah.
Pada completed stroke, beberapa jaringan otak telah mati memperbaiki aliran darah ke daerh
tersebut tidak akan dapat mengembalikan fungsinya. Karena itu biasanya tidak dilakukan
pembedahan. Tetapi pengangkatan sumbatan setelah stroke ringan atau transient ischemic attack,
bisa mengurangi resiko terjadinya stroke di masa yang akan datang. Untuk mengurangi
pembengkakan dan tekanan di dalam otak pada penderita stroke akut, biasanya diberikan manitol
atau kortikosteroid.
Penderita stroke yang sangat berat mungkin memerlukan respirator untuk mempertahankan
pernafasan yang adekuat.
Diberikan perhatian khusus kepada fungsi kandung kemih, saluran pencernaan dan kulit (untuk
mencegah timbulnya luka di kulit karena penekanan).
Kelainan yang menyertai stroke (misalnya gagal jantung, irama jantung yang tidak teratur,
tekanan darah tinggi dan infeksi paru-paru) harus diobati.
Setelah serangan stroke, biasanya terjadi perubahan suasana hati (terutama depresi), yang bisa
diatasi dengan obat-obatan atau terapi psikis.

REHABILITASI
Rehabilitasi intensif bisa membantu penderita untuk belajar mengatasi kelumpuhan/kecacatan
karena kelainan fungsi sebagian jaringan otak.
Bagian otak lainnya kadang bisa menggantikan fungsi yang sebelumnya dijalankan oleh bagian
otak yang mengalami kerusakan.
Rehabilitasi segera dimulai setelah tekanan darah, denyut nadi dan pernafasan penderita stabil.
Dilakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot, mencegah kontraksi otot dan luka
karena penekanan (akibat berbaring terlalu lama) dan latihan berjalan serta berbicara.

PROGNOSIS
Banyak penderita yang mengalami kesembuhan dan kembali menjalankan fungsi normalnya.
Penderita lainnya mengalami kelumpuhan fisik dan menatal dan tidak mampu bergerak,
berbicara atau makan secara normal. Sekitar 50% penderita yang mengalami kelumpuhan
separuh badan dan gejala berat lainnya, bisa kembali memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri.
Mereka bisa berfikir dengan jernih dan berjalan dengan baik, meskipun penggunaan lengan atau
tungkai yang terkena agak terbatas.
Sekitar 20% penderita meninggal di rumah sakit. Yang berbahaya adalah stroke yang disertai
dengan penurunan kesadaran dan gangguan pernafasan atau gangguan fungsi jantung. Kelainan
neurologis yang menetap setelah 6 bulan cenderung akan terus menetap, meskipun beberapa
mengalami perbaikan.
Serangan Iskemik Sesaat
a.Definisi
Serangan Iskemik Sesaat (Transient Ischemic Attacks, TIA) adalah gangguan fungsi otak yang
merupakan akibat dari berkurangnya aliran darah ke otak untuk sementara waktu.
TIA lebih banyak terjadi pada usia setengah baya dan resikonya meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur. Kadang-kadang TIA terjadi pada anak-anak atau dewasa muda yang
memiliki penyakit jantung atau kelainan darah.
b.Penyebab
Serpihan kecil dari endapan lemak dan kalsium pada dinding pembuluh darah (ateroma) bisa
lepas, mengikuti aliran darah dan menyumbat pembuluh darah kecil yang menuju ke otak,
sehingga untuk sementara waktu menyumbat aliran darah ke otak dan menyebabkan terjadinya
TIA.
Resiko terjadinya TIA meningkat pada:
• tekanan darah tinggi
• aterosklerosis
• penyakit jantung (terutama pada kelainan katup atau irama jantung)
• diabetes
• kelebihan sel darah merah (polisitemia).

c.Gejala
TIA terjadi secara tiba-tiba dan biasanya berlangsung selama 2-30 menit, jarang sampai lebih
dari 1-2 jam.
Gejalanya tergantung kepada bagian otak mana yang mengalami kekuranan darah:
• Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri karotis, maka yang paling sering ditemukan adalah
kebutaan pada salah satu mata atau kelainan rasa dan kelemahan
• Jika mengenai arteri yang berasal dari arteri vertebralis, biasanya terjadi pusing, penglihatan
ganda dan kelemahan menyeluruh.

Gejala lainnya yang biasa ditemukan adalah:


Hilangnya rasa atau kelainan sensasi pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh§
Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh§
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran§
Penglihatan ganda§
Pusing§
Bicara tidak jelas§
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat§
Tidak mampu mengenali bagian tubuh§
Gerakan yang tidak biasa§
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih§
Ketidakseimbangan dan terjatuh§
Pingsan.§
Gejala-gejala yang sama akan ditemukan pada stroke, tetapi pada TIA gejala ini bersifat
sementara dan reversibel. Tetapi TIA cenderung kambuh; penderita bisa mengalami beberapa
kali serangan dalam 1 hari atau hanya 2-3 kali dalam beberapa tahun. Sekitar sepertiga kasus TIA
berakhir menjadi stroke dan secara kasar separuh dari stroke ini terjadi dalam waktu 1 tahun
setelah TIA.

e.Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Karena tidak terjadi kerusakan otak, maka
diagnosis tidak dapat ditegakkan dengan bantuan CT scan maupun MRI.
Digunakan beberapa teknik untuk menilai kemungkinan adanya penyumbatan pada salah satu
atau kedua arteri karotis. Aliran darah yang tidak biasa menyebabkan suara (bruit) yang
terdengar melalui stetoskop. Dilakukan skening ultrasonik dan teknik Doppler secara bersamaan
untuk mengetahui ukuran sumbatan dan jumlah darah yang bisa mengalir di sekitarnya.
Angiografi serebral dilakukan untuk menentukan ukuran dan lokasi sumbatan.
Untuk menilai arteri karotis biasanya dilakukan pemeriksaan MRI atau angiografi, sedangkan
untuk menilai arteri vertebralis dilakukan pemeriksaan ultrasonik dan teknik Doppler. Sumbatan
di dalam arteri vertebral tidak dapat diangkat karena pembedahannya lebih sulit bila
dibandingkan dengan pembedahan pada arteri karotis.

f.Pengobatan
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah stroke. Faktor resiko utama untuk stroke adalah
tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, merokok dan diabetes; karena itu langkah pertama
adalah memperbaiki faktor-faktor resiko tersebut.
Obat-obatan diberikan untuk mengurangi kecenderungan pembentukan bekuan darah, yang
merupakan penyebab utama dari stroke. Salah satu obat yang paling efektif adalah aspirin.
Kadang diberikan dipiridamol, tetapi obat ini hanya efektif untuk sebagian kecil penderita. Untuk
yang alergi terhadap aspirin, bisa diganti dengan tiklopidin. Jika diperlukan obat yang lebih kuat,
bisa diberikan antikoagulan (misalnya heparin atau warfarin).
Luasnya penyumbatan pada arteri karotis membantu dalam menentukan pengobatan. Jika lebih
dari 70% pembuluh darah yang tersumbat dan penderita memiliki gejala yang menyerupai stroke
selama 6 bulan terakhir, maka perlu dilakukan pembedahan untuk mencegah stroke. Sumbatan
yang kecil diangkat hanya jika telah menyebabkan TIA yang lebih lanjut atau stroke.
Pada pembedahan enarterektomi, endapan lemak (ateroma) di dalam arteri dibuang. Pembedahan
ini memiliki resiko terjadinya stroke sebesar 2%. Pada sumbatan kecil yang tidak menimbulkan
gejala sebaiknya tidak dilakukan pembedahan, karena resiko pembedahan tampaknya lebih besar.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA NY. J DENGAN STROKE NON HAEMMORHAGIC

I. DATA DEMOGRAFI

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. SM
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tukang Kayu ( Buruh )
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jln. manggis Pasar Batuah Banjarmasin, Kelurahan Kuripan,
Kecamatan Banjar Timur.
Tanggal wawancara : 13 Juni 2002
Tanggal MRS : 13 Juni 2002
Nomor RMK : 45 86 37
Diagnosa Medis : Stroke Non Haemmorhagic
B. IDENTITAS PENANGUNG JAWAB
Klien menggunakan KS.

II. POLA FUNGSIONAL

A. PERSEPSI KESEHATAN DAN PENANGANAN KESEHATAN


1. Keluhan Utama:
Bicara pelo dan tidak bisa menggerakkan anggota badan sebelah kiri.
2. Riwayat Penyakit Sekarang (sesuai PQRST):
Sejak selasa sore sehabis kerja ( jam 15.30 ) sehabis nonton TV tiba – tiba klien bicaranya
menjadi pelo, kemudian jam 18.00 di bawa ke RS Ulin dan di rawat di ruang PDP pad hari kamis
pada saat hendak kembali ke tempat tidur, di wc klien tidak dapat berdiri, kaki kiri dan lengan
kiri terasa lemah kemudian klien di konsulkan ke ruang syaraf dan akhirnya di rawat di ruang
syaraf.

3. Penggunaan Obat Sekarang:


Infus RL 20 tetes/menit.-
Nicholin 3 x 100 mg-
Mertigo 3 x 1-
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak pernah masuk RS dan klien tidak mempunyai riwayat penyakit menular, keturunan
dan penyakit lainnya.
Upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit: pasien berobat ke mantri atau puskesmas.
Pasien tidak pernah menjalani prosedur tindakan bedah. Pasien tidak mempunyai riwayat
penyakit pada masa anak-anak.
5. Kebiasaan :
Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan seperti merokok tidak pernah dilakukan pasien.
Riwayat pemakaian alkohol tidak pernah.
6. Riwayat Penyakit Keluarga:
Didalam keluarga pasien terdapat anggota keluarga menderita hypertensi yaitu isteri pasien.
7. Riwayat Sosial
Hubungan dengan keluarga dan tetangga di sekitar rumah baik ditandai dengan banyaknya
amgota keluarga yang menuggui pasien serta tetangga yang datang membesuk.

B. POLA NUTRISI-MATABOLIK
1. Masukan Nutrisi Sebelum Sakit:
Frekuensi makan 3 x sehari, dengan jenis makanan: nasi biasa, lauk pauk berupa ikan, tahu,
tempe, telur dan sayur. Jenis minuman yang diminum: air teh dan air putih. Makanan pantangan :
daging, ikan asin.
Kudapan/makanan untuk sore hari : kue.
2. Saat Sakit
Selama dirawat di RS, frekuensi makan pasien 3 x sehari, dengan diet BBDM. Jenis minuman air
putih. Nafsu makan normal, tidak ada disfagia.
Keadaan gigi partial atau sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak menggunakan gigi palsu
(protesa).
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir: tetap.
Riwayat penyembuhan/kulit tidak ada masalah (normal).

3. Pemeriksaan Fisik:
a. Pemeriksaan tanda vital
Tinggi Badan : 158 cm.
Berat Badan : 47 kg.
b. Kulit
Warna kulit normal, tidak pucat, cyanosis maupun ikterik tidak ditemukan. Suhu 36oC. turgor
baik, kembali kurang dari 2 detik. Tidak ditemukan adanya edema, lesi maupun memar. Luka
tirah baring (dekubitus) tidak ditemukan.
c. Rambut dan kulit Kepala
Keadaan rambut kering dan tebal. Sebagian besar rambut sudah mulai beruban.
d. Mulut
Keadaan kebersihan (hygiene) mulut bersih. Keadaan gusi normal. Keadaan lidah, mucosa
tampak kering, tonsil dalam keadaan normal dan pasien dapat berbicara walaupun pelo. Gigi
sudah banyak yang tanggal. Pasien tidak memakai gigi palsu.
e. Abdomen
Hepar tidak teraba, limpa tidak teraba, ginjal tidak teraba.

f. Temuan laboratorium
Darah : Hb : 11,9 gr%.
Leukosit : 11.200/mm3.
LED : 40 mm/jam I, 68 mm/jam II.
hitung jenis : Bas : 0, Eos : 0, Seg : 80, Limfo : 19, Mono : 0.
Kimia darah :
Gula darah puasa: 92 mg/dl.
Cholesterol : 150 mg/dl.
SGOT : 27 mg/dl.
SGPT : 31mg/dl.
Tryseligerida : 86 mg/dl
Urea : 29 mg/dl.
Urea nitrogen : 13 mg/dl.
Creatinin : 0,7 mg/dl.
Asam urat : 4,0 mg/dl
CT SCAN :
Terjadi trombosis pad ventrikel dektra yang bersifat akut.

C. POLA ELIMINASI
1. Feses
Kebiasaan defekasi : 1 kali sehari, selama dirawat frekuensi BAB 1 x sehari. Masalah tidak
ditemukan.
a. Abdomen
Struktur simetris. Frekuensi bising usus : 10 x/menit (normal: 8-12 x/menit). Tidak
ditemukan/teraba adanya distensi.
b. Rektum
Tidak ditemukan adanya lesi.
2. Urine
Frekuensi BAK 3-4 x/hari, klien tidak menggunakan alat bantu, masalah tidak ada.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Ginjal
Ginjal tidak teraba, nyeri ketuk tidak ada.
b. Blast
Tidak teraba adanya distensi.
4. Laboratorium
Urinalisa :
- Warna : kuning jernih
- Kejernihan : jernih
- Urobilin : Normal
- Leokosit : 0-2 /lbp
- Eritrocyt : 1-2 /lbp
- Epithel : +

D. POLA AKTIVITAS - LATIHAN


Kemampuan perawatan diri:
0 = Mandiri.
1 = Alat Bantu.
2 = Dibantu oleh orang lain.
3 = Dibantu oleh orang lain dan alat.
4 = Tergantung secara total.

AKTIVITAS 0 1 2 3 4
ÖMandi
ÖBerpakaian/Berhias
ÖToileting
ÖMobilitas di TT
ÖBerpindah
ÖAmbulasi
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
ÖPemeliharaan kesehatan
Penggunaan alat bantu : ada, yaitu pispot.
1. Pemeriksaan Fisik:
a. Pernafasan/Sirkulasi:
Tekanan darah : 120/80 mmHg.
Nadi : 80 x/menit.
Respirasi : 22 x/menit.
Kualitas pernafasan normal (reguler), tidak terdapat batuk, bunyi nafas normal (vesikuler). Tidak
ditemukan adanya kelainan berupa Wheezing, ronchi kering maupun ronkhi basah.
b. Muskuloskeletal:
Rentang gerak pasien terbatas, terdapat hemiparetik pada ekstremitas sinistra.
ÚTonus otot N
ÚN
lesi LMN.êHipotonik pada ekstrmitas sinitra

Kekuatan otot :
SKALA KETERANGAN
0 Paralisis Total.
1 Masih ada kontraksi.
2 Gerakan mungkin bila gravitasi dihilangkan.
3 Gerakan dapat melawan gravitasi.
4 Gerakan terjadi seperti menahan. Gravitasi dan tahanan ringan.
5 Normal
Tabel Skala Kekuatan Otot
Ektremitas:
- Pemeriksaan fungsi motorik:
M51
51
- Genggaman tangan: miotonia pada bagian kiri.
- Pemeriksaan sistem sensorik :
- Tes nyeri : + ( menurun )
- Tes temperatur : + ( menurun )
- Tes fibrasi : + ( menurun )
- Tes Periposeptif : + ( menurun )
- Tes Raba Halus : + ( menurun )
- Tes refleks:
åRF = BHR 0
åTFR 0

åAPR 0
åKPR 0

---
BHR - - -
---
- Tes Fungsi Persyarafan:
1. Kaku kuduk : (-).
2. Tanda kernig : (-).
3. Tanda Brudzinski: (-).
4. Babinski : (-).

E. POLA KOGNITIF-KONSEPTUAL
1. Pendengaran
Pendengaran dalam batas normal. Dalam berkomunikasi pasien dapat mendengar pertanyaan
yang diajukan oleh perawat/dokter.
2. Penglihatan
Mata simetris kiri dan kanan, kebersihan mata bersih, alis mata tebal, kemampuan menggerakan
alis mata baik (normal). Konjungtiva tidak anemis, benjolan tidak teraba. Pada pupil isokor.
Reflek terhadap cahaya (+/+) miosis. Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan berupa
kaca mata.
3. Status Mental :
Kesadaran : compos mentis, dengan GCS: 4,5,6.
Bicara normal, pasien dapat berbicara walaupun agak terbata-bata ( pelo )/disatria. vertigo
kadang – kadang.
4. Pemeriksaan Nervus I s.d XII
- Nervus I (N. Olfactorius):
Pasien dapat membedakan bau alkohol dan minyak angin. Pada kedua hidung.
- Nervus II (N. Optikus):
Pasien dapat mengenai keluarga.
- Nervus III, IV, VI (N. Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusent):
Pupil berbentuk isokor, reguler, tidak ada ptosis, tidak ditemukan edema, pupil mengecil dan
kembali jika terkena cahaya, tak ada pembatasan gerak mata.
- Nervus V (N. Trigeminus):
Sensibilitas wajah baik, pasien dapat merasakan rabaan.
- Nervus VII (N. Fasialis):
Pasien dapat mebedakan nyeri , rabaan, kontraksi masester lemah, reflek rahang ada tapi lmbat
terdapat penurunan sudut mulut.
- Nervus VIII (N. Akustikus):
Pasien dapat mendengarkan bunyi gesekan rambutnya.
- Nervus IX (N. Glossofaringeus):
Ada refleks muntah ketika spatel disentuhkan pada posterior faring.
- Nervus X (N.Vagus):
Ovula berada di tengah.
- Nervus XI (N. Asesorius):
Dapat mengangkat bahu (massa otot trapezius baik).
- Nervus XII (N. Hipoglosus):
Tidak ada atrofi, tidak ada fasikulasi, posisi lidah mengarah ke kiri.

F. POLA TIDUR-ISTIRAHAT
1. Kebiasaan tidur dalam sehari ± 7-8 jam.
Tidur siang : kadang-kadang (± 1 jam).
Tidur malam : Pukul: 22.00-05.00 (± 7 jam).
Pasien merasa segar bila bangun tidur. Masalah tidur tidak ada.
2. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran umum pasien composmentis, pasien tampak lemah, lingkaran hitam di sekitar mata
tidak ditemukan.

G. POLA PERSEPSI/KONSEP DIRI


1. Masalah utama mengenai perawatan di RS / Penyakit (Finansial/perawatan):
Tidak ada masalah dalam hal finansial/perawatan karena biaya perawatan/pengobatan di rumah
sakit sepenuhnya dibiayai oleh dengan kartu sehat. Selain itu pasien sering ditunggui oleh anak-
anaknya yang menunggui secara bergantian.
2. Keadaan Emosional:
Keadaan emosional pasien stabil, pasien adalah orang yang suka humor.
3. Kemampuan adaptasi:
Pola adaptasi pasien baik, ditandai dengan pasien dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan di
RS. Pasien sering berbagi pengalaman dengan pasien lain di sebelahnya.
4. Konsep Diri: baik.
Pasien mampu menerima keadaan dirinya walaupun sedikit ccemas dengan sakitnya.

H. POLA PERAN HUBUNGAN


Kepedulian keluarga terhadap pasien baik ditandai dengan adanya keluarga yang menunggui
pasien selama dirawat RS dan keluarga mau bekerjasama dalam tindakan perawatan.

I. POLA SEKSUALITAS
Tidak dikaji.

J. POLA KOPING - TOLERANSI STRESS


1. Kemampuan adaptasi: baik.
2. Cara mengambil keputusan: dibantu oleh keluarga.
3. Koping terhadap masalah :
Apabila pasien mempunyai/mengalami masalah, pasien biasanya memecahkan masalahnya
tersebut dengan jalan bermusyawarah bersama anggota keluarga yang lain (anak-anaknya).

K. POLA NILAI-KEPERCAYAAN
Tidak ada pembatasan religius dan tidak meminta kunjungan pemuka agama.

III. ANALISA DATA


NO. DATA ETIOLOGI MASALAH

1.
DS: - Klien mengatakan lengan dan tungkai kirinya tidak dapat di gerakkan.
- Klien mengatakan kadang – kadang pusing dan vertigo.
DO: - Pasien mengalami hemiparese sinistra.
- Kekuatan lengan dan tungkai menurun.
- Kekuatan lengan dan tungkai kiri ( 1 ).
- Penurunan dalam rasa dan refleks.
- LED 40 mm/jam I, 60 mm/jam II.
- Hasil CT SCAN terdapat trombosis pada hemisfer kanan.
Interupsi aliran darah sekunder terhdap adanya trombosis.
Gangguan perfusi jaringan serebral.
2. DS: - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat bangun, duduk apalagi berdiri.
- Klien mengatakan lengan dan tungkainya lemah saat di gerakkan.
DO: - Kekuatan lengan dan tungkai klien ( 1 ).
- Rentang gerak pada lengan dan tungkai kir terbatas.
- Aktifitas klien di bantu oleh isterinya.
- Sensasi dan refleks menurun.
Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap hemiparese
Kerusakan mobilitas fisik.
3. DS : - Klien mengatakan ia susah bicara
DO: - Bicara klien terdengar pelo.
- Posisi lidah agak ke kiri Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap kelemahan. Kerusakan
komonikasi verbal
4. DS : - Klien mengatakan kaki kiri dan lengan kirinya lemah.
- Sebagian aktifitas klien di bantu oleh isteri.
- Klien tampak lemah.
DO: - Motorik dan refleks klien menurun dari normal.
- Aktifitas klien terbatas. Perubahan fungsi cerebral sekunder terhadap perubahan mobilitas.
Resiko cedera

IV. DAFTAR MASALAH


NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL MUNCUL TANGGAL TERATASI
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b/d Interupsi aliran darah sekunder terhadap adanya
trombosis d/d
- Klien mengatakan lengan dan tungkai kirinya tidak dapat di gerakkan.
- Klien mengatakan kadang – kadang pusing dan vertigo.
- Pasien mengalami hemiparese sinistra.
- Kekuatan lengan dan tungkai menurun.
- Kekuatan lengan dan tungkai kiri ( 1 ).
- Penurunan dalam rasa dan refleks.
- LED 40 mm/jam I, 60 mm/jam II.
- Hasil CT SCAN terdapat trombosis pada hemisfer kanan.
13-06-2002
2. Kerusakan mobilitas fisik b/d Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap hemiparese d/d
- Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat bangun, duduk apalagi berdiri.
- Klien mengatakan lengan dan tungkainya lemah saat di gerakkan.
- Kekuatan lengan dan tungkai klien ( 1 ).
- Rentang gerak pada lengan dan tungkai kir terbatas.
- Aktifitas klien di bantu oleh isterinya.
- Sensasi dan refleks menurun. 13-06-2002
3. Kerusakan komonikasi verbal b/d Kerusakan neuromuscular sekunder terhadap kelemahan d/d
:
- Klien mengatakan ia susah bicara.
- Bicara klien terdengar pelo.
- Posisi lidah agak ke kiri 13-06-2002 21-06-2002
4. Resiko cedera b/d Perubahan fungsi cerebral sekunder terhadap perubahan mobilitas d/d :
- Klien mengatakan kaki kiri dan lengan kirinya lemah.
- Sebagian aktifitas klien di bantu oleh isteri.
- Klien tampak lemah.
- Motorik dan refleks klien menurun dari normal.
- Aktifitas klien terbatas. 13-06-2002 -

V. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Rencana Intervensi Rasionalisasi

1
Mempertahankan tingkat kesadaran, fungsi motorik, kognitif, motorik, sensorik dan kestabilan
tanda vital.
1. Tentukan faktor penyebab penurunan perfusi jaringan.
2. Pantau dan catat status neurologysesering mungkin dan badingkan dengan yang normal.
3. Pantau tanda – tanda vital.
4. Letakkan kepala dalam posisi datar dan dalam posisi anatomis.
5. Pertahankan keadaan tirah baring.
6. cegah terjadinya mengejan saat defekasi dan pernafasan yang memaksa.
7. Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.
8. Berikan obat – obatan sesuai dengan indikasi.
9. Hindari fleksi dan rotasi leher.
1. Mempengaruhi penetapan intervensi sesuai dengan keadaan.
2. mengetahui tingkat kesadaran dan potensial peningkatan TIK serta mengetahui resolosi SSP.
3. Variasi mungkin terjadi oleh trauma cerebral akibat kerusakan vaso motor otak.
4. Menurunkan tekanan arteri dengan meningkatkan drainage.
5. Aktifitas dan stimylasi kontinu dapat meningkatkan tekanan TIK.
6. Manuver valsava dapat meningkatkan TIK.
7. Menurunkan hipoksia yang dapat menyebabkan vasodilatasi cerebral dan tekanan meningkat
sehingga terbentuk odema.
2.
II
Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang di buktikan oleh tidak adanya kontraktur,
footdroop serta meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau
terkompensasi.
1. Kaji kemempuan secara fungsional atau luasnya kerusakan awal dengan cara yang teratur.
2. Ubah posisi minimal tiap 2 jam.
3. Lakukan latihan rentang gera pasif dan aktif.
4. Sokong ektrimitas pada posisi fungsionalnya.
5. tinggikan tangan dan kepala.
6. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk.
7. Observasi daerah yang terkena termasuk warna, edema dan tanda ynag lainnya.
8. Inspeksi daerah kulit yang menonjol.
9. konsultasikan dengan ahli fisiotherapy.
1. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan yang membantu dalam pemilihanintervensi.
2. Menurunkan resiko trauma / iskemia jaringan.
3. Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi dan mencegah kontraktur.
4. Mencegah kontraktur dan memfasilitasi fungsinya.
5. Meningkatkan aliran balik vena dan membantu mencegah terjadinya edema.
6. Membantu melatih kembali jaras syaraf, meingkatkan respon prioseptik dan motorik.
7. jaringan yang terkene edema lebih mudah terkena trauma.
8. Resiko terjadi iskemia yang menyebabkan decubitus.
9. Pengembangan program khusus untuk menemukan kebutuhan yang berarti.
3.
III
Komonikasi verbal dapat kembali normal.
1. Kaji tipe / derajat disfungsi atau kesulitan bicara.
2. Perhatikan kesalahan dalam komonikasi dan berikan umpan balik.
3. Mintalah klien untuk mengikuti perintah sederhana.
4. Tunjukkan objek dan minta klien untuk menyebutkan nama benda / barang.
1. Menentukan daerah dan derajat kerusakancerebral yang terjadi dan kesulitan klien dalam
berkomonikasi.
2. Klien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang keluar dan tidak
menyadari komonikasi yang dikeluarkannya tidak nyata.
3. Membantu penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik.
4. Menentukan penilaian terhadap kerusakan motorik.
4.
IV
Mencegah terjadinya cedera fisik.
1. Lakukan tidakan mengurangi bahaya lingkungan seperti :
- Orientasikan klien dengan lingkungan.
- Pertahankan tempat tidur pada posisi rendah dan pengaman terpasang.
- Berikan pencahayaan yang adekuat pada setiap area.
- Letakkan alat perabot pada jarak yang mudah di jangkau.
2. Mengkaji ektrimitas setiap hari terhadap cedera yang tidak terdeteksi.
3. Pertahankan kaki tetap hangat dan kering serta kulit di lemaskan dengan lotion.
4. kurangi faktor resiko yang berkenaan dengan penggunaan alat bantu.
- Kaji ketepatan penggunaan alat.
- Kaji alat terhadap kebocoran dan kondisinya.
- Konsul dengan ahli therapy untuk latihan pustur.
1. Penekanan terhadap keamanan menurunkan resiko terjadinya cedera.
2. Kerusakan sensori pasca CVA dapat mempengaruhi persepsi klien terhadap suhu dan cedera.
3. Penggunaan alat bantu yang tidak tepat dapat menyebabkan regangan atau jatuh.
VI. CATATAN PERKEMBANGAN
NO. HARI/ TANGGAL DIAGNOSA PERKEMBANGAN TANDA TANGAN

1.
Jumat,
29-03-2002
Pukul:
10.00 Wita.
I
S: - Pasien mengatakan sudah tidak pusing lagi.
O: - TD: 140/100 mmHg
- N: 80 x/menit.
- Resp: 16 x/menit.
- Hemiparese sinistra
A: Perubahan perfusi serebral dapat diminimalkan.
P: Lanjutkan intervensi 1,2,3,5,6.
I : Melanjutkan intervensi:
1. Memantau/ mencatat status neurologis.
2. Memantau TD.
3. Mengevaluasi keadaan pupil.
5. Mengatur posisi kepala pada posisi agak ditinggikan.
6. Mempertahankan posisi tirah baring, menciptakan lingkungan yang tenang.
E : - GCS: 4,5,6.
- TD: 140/100 mmHg.
- Resp: 16 x/menit.
- Nadi: 80 x/menit.
- Pasien dapat baring kiri dan kanan.
- Berkolaborasi pemberian obat:
- Nicholin 1 x 500 mg.
- Alinamin F
1x1 ampul/IV
2.
Jumat,
29-03-2002
Pukul:
10.30 Wita
II
S: Keluarga pasien mengatakan pasien sudah mulai banyak makan
- Keluarga pasien mengatakan sudah dapat minum ½ gelas.
O: - Makanan dapat dihabiskan ½ dari porsi yang di-sediakan.
- Setelah menelan pasien tidak lagi memegangi lehernya.
A: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat diminmalkan.
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4.
I : 1. Mengkaji kemampuan pasien dalam mengunyah dan menelan makanan dan minuman.
2. Meninggikan kepala pada tempat tidur selama makan.
3. Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
4. Meningkatkan upaya untuk dapat menelan dengan mudah disertai dengan makan pisang atau
minum air dan menstimulasi bibir untuk membuka/ menutup.
E : - Pasien dapat mengunyah makanan dengan perlahan.
- Pasien dapat menghabiskan ½ bagian dari porsi yang disajikan.
3.
Jumat,
29-03-2002
Pukul 13.00 Wita.
III
S : - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak dapat bangun ataupun duduk tanpa
bantuan.
- Keluarga mengata- kan bahwa semua aktifitas pasien seperti makan, minum, BAK dan BAB
dibantu.
O : - Pasien hanya dapat berbaring ke kiri dan ke kanan.
- aktifitas untuk duduk dibantu.
- Makan dan minum dibantu/disuapi.
A : Kerusakan mobilitas fisik belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5.
P : 1. Mengkaji derajat imobilisasi dengan skala ketergantungan.
2. Mengubah posisi minimal setiap 2 jam.
3. Melakukan latihan ROM aktif maupun pasif.
4. Menempatkan bantal di daerah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.
5. Membantu mengembangkan keseimbangan duduk/bantu duduk di sisi tempat tidur.
E : - Skala ketergantungan: 4.
- Tidak ada tanda-tanda luka tirah baring.
- Ekstremitas kiri atas dan bawah masih terjadi kelemahan tonus otot.
4. Jumat,
29-03-2002
Pukul: 13.30 Wita IV S : - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien masih terpasang kateter.
- Pasien mengatakan masih belum dapat mengontrol refleks berkemih.
O : - Pasien masih terpasang kateter.
A : Inkontinensia refleks belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3.
I : 1. Mengkaji pola ber-kemih.
2. Mempalpasi adanya distensi kandung kemih.
3. Mengobservasi adanya tanda-tanda infeksi seperti awan, darah atau bau tidak enak pada urine.
E : - Pasien masih terpasang kateter.
- Jumlah urine 750 cc.
- Distensi kandung kencing tidak ada.
- Tanda infeksi tidak ada.
5. Sabtu,
30-03-2002
Pukul: 15.30 Wita. II S : - Pasien mengatakan sudah mulai dapat makan banyak.
- Pasien mengata- kan minum ½ gelas belimbing.
O : - Makanan dapat di habiskan ½ porsi dari yang disedia-kan.
A : Perubahan nutrisi dapat diatasi.
P : Hentikan intervensi.
I:-
6. Sabtu,
30-03-2002
Pukul; 16.00 Wita. III S : - Keluarga pasien mengatakan bahwa semua aktifitas pasien seperti
makan, minum, BAK dan BAB masih dibantu.
O : - Pasien hanya dapat berbaring ke kiri dan ke kanan.
- Pada ekstremitas sinistra bagian atas dan bawah masih hemiparese.
A : Kerusakan mobilitas fisik belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5.
P : 1. Mengkaji derajat imobilisasi dengan skala ketergantungan.
2. Mengubah posisi minimal setiap 2 jam.
3. Melakukan latihan ROM aktif maupun pasif.
4. Menempatkan bantal di daerah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.
5. Membantu mengembangkan keseimbangan duduk/bantu duduk di sisi tempat tidur.
E : - Skala ketergantungan: 4.
- Tidak ada tanda-tanda luka tirah baring.
- Ekstremitas kiri atas dan bawah masih terjadi kelemahan.
7.
Sabtu,
30-03-2002
Pukul 17.00 Wita.
IV
S : - Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien masih terpasang kateter.
- Pasien mengata- kan masih belum mampu mengontrol refleks berkemih.
O : - Pasien masih menggunakan kateter.
A : Inkontinensia refleks belum dapat diatasi.
P : Lanjutkan intervensi 1,2,3.
P : 1. Mengkaji pola berkemih.
2. Melakukan palpasi adanya distensi pada kandung kemih.
3. Mengobservasi adanya tanda infeksi.
E : - Pasien masih menggunakan kateter.
- Tidak ada distensi kandung kemih.
- Tanda infeksi tidak diemukan.

KUESIONER 4 HAMILTON SKALA PENELITIAN


KECAMASAN (HAM-A)
A.Penilaian
0: tidak ada tidak ada gejala sama sekali
1: ringan satu gejala dari pilihan yang ada
2: sedang separuh dari gejala yang ada
3: berat lebih dari separuh gejala yang ada
4: sangat berat semua gejala ada

B.Penilaian Derajat Kecemasan


< 17kecemasan ringan
18 – 24kecemasan sedang
25 – 30kecemasan berat

Berilah tanda (√) jika terdapat gejala yang terjadi selama

1.Perasaan cemas
Merasa cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung

2.Ketegangan
Merasa tegang
Lesu
Mudah terkejut
Tidak dapat istirahat dengan nyenyak
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
3.Ketakutan
Pada gelap
Ditinggal sendiri
Pada orang asing
Pada kerumunan banyak orang

4.Gangguan tidur
Sukar memulai tidur
Terbangun tengah malam
Tidak pulas
Mimpi buruk
Mimpi yang menakutkan

5.Gangguan kecerdasan
Daya ingat buruk
Sulit konsentrasi
Sering bingung

6.Perasaan depresi
Kehilangan mainat
Sedih
Bangun dini hari
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

7.Gejala somatic (otot-otot)


 Nyeri otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemeretak
Suara tak stabil

8.Gejala sensori
Telinga berdengung
Penglihatan kabur
Muka merah dan pucat
Merasa lemah
Perasaan ditusuk-tusuk

9.Gejala kardofaskuler
Denyut nadi cepat
Berdebar-debar
Nyeri dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lemah seperti mau pingsan
Detak jantung hilang sekejap

10.Gejala pernafasan
Rasa sesak di dada
Perasaan tercekik
Merasa nafas pendek atau sesak
Sering menarik napas panjang

11.Gejala gastrointerstinal
Sulit menelan
Mual muntah
Berat badan menurun
Kontipasi
Perut melilit
Gangguan pencernaan
 Nyeri lambung sebelum atau sesudah makan
 Rasa panas di perut
 Perut terasa penuh
12.Gejala urogenital
 Sering kencing
 Tidak dapat menahan kencing
 Mens tidak teratur
 Frigitditas

13.Gejala vegetatif
 Mulut kering
 Muka kering
 Mudah berkeringat
 Pusing atau sakit kelapa
 Bulu roma berdiri

14.Apakah merasa
 Gelisah
 Tidak tenang
 Mengerutkan dahi muka tegang
 Tonus atau ketegangan otot meningkat
 Napas pendek atau cepat
 Muka merahJumlah

Score:Kesimpulan :
 Kecemasan rendah
 Kecemasan sedang
 Kecemasan berat (Metthew, 2009)
ImageAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan “Strategi Pengelolaan Kelas
Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa”. Peranan guru sebagai manajer dalam kegiatan
belajar di kelas sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Guru sebagai tenaga profesional, dituntut tidak hanya mampu mengelola
pembelajaran saja tetapi juga harus mampu mengelola kelas, yaitu menciptakan dan
mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Oleh karena
itu sejalan dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu di semua jenjang pendidikan,
penerapan strategi pengelolaan kelas dalam pembelajaran merupakan salah satu alternatif yang
diyakini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang mendasar dari permasalahan
pendidikan di tanah air.
Kata Kunci: strategi pengelolaan kelas, prestasi belajar, siswa

Ujian Akhir Sekolah yang disingkat UAS dengan Ujian Akhir Nasional yang disingkat UAN,
selalu dilaksanakan setiap akhir tahun pelajaran oleh semua sekolah mulai dari SD sampai SMA
dan SMK. Tujuan utama Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional adalah untuk (a)
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik, (b) mengukur mutu pendidikan, (c)
mempertanggung jawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi,
kabupaten/kota, dan sekolah kepada masyarakat. Kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional sebagai mana tertulis dalam Undang-undang
Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 sebagai
berikut :

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta


peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut Pemerintah Republik Indonesia melalui
Departemen Pendidikan Nasional berupaya mengadakan perbaikan dan pembaharuan sistem
pendidikan di Indonesia, yaitu dalam bentuk pembaharuan kurikulum, penataan guru,
peningkatan manajemen pendidikan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.
Dengan pembaharuan ini diharapkan dapat dihasilkan manusia yang kreatif yang sesuai dengan
tuntutan jaman, yang pada akhirnya mutu pendidikan di Indonesia meningkat.

Peningkatan mutu pendidikan akan tercapai apabila proses belajar mengajar yang
diselenggarakan di kelas benar-benar efektif dan berguna untuk mencapai kemampuan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang diharapkan. Karena pada dasarnya proses belajar
mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan, di antaranya guru
merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan berhasilnya proses belajar
mengajar di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan
kompetensinya, guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada
tingkat yang optimal. Adam dan Decey (dalam Usman, 2003) mengemukakan peranan guru
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: (a) guru sebagai demonstrator, (b) guru
sebagai pengelola kelas, (c) guru sebagai mediator dan fasilitator dan (d) guru sebagai evaluator.

Sebagai tenaga profesional, seorang guru dituntut mampu mengelola kelas yaitu menciptakan
dan mempertahankan kondisi belajar yang optimal bagi tercapainya tujuan pengajaran. Menurut
Amatembun (dalam Supriyanto, 1991:22) “Pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh
guru dalam menciptakan dan mempertahankan serta mengembang tumbuhkan motivasi belajar
untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Sedangkan menurut Usman (2003:97)
“Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif”. Pengelolaan dipandang sebagai salah satu aspek penyelenggaraan sistem
pembelajaran yang mendasar, di antara sekian macam tugas guru di dalam kelas.

Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi pengelolaan kelas sangat mendasar sekali karena
kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi kegiatan mengelola tingkah laku siswa dalam
kelas, menciptakan iklim sosio emosional dan mengelola proses kelompok, sehingga
keberhasilan guru dalam menciptakan kondisi yang memungkinkan, indikatornya proses belajar
mengajar berlangsung secara efektif.

Keberadaan SMA Negeri 1 Kepanjen, dengan prestasi akademis yang diraih yaitu perolehan Nun
relatif baik, perolehan kejuaraan pelajar teladan, perolehan kejuaraan olympiade ilmu
pengetahuan maupun dalam bidang karya ilmiah baik tingkat Nasional, Propinsi, dan
Kabupaten/Kota. Demikian pula berbagai prestasi dalam bidang kegiatan (Non Akademis)
diantaranya kejuaraan PMR, Pramuka, Marching Bands untuk tingkat Propinsi,
Kabupaten/Kodya. Berdasarkan uraian diatas, maka identifikasi pengelolaan kelas kaitannya
dengan proses dan hasil pembelajaran di sekolah, menjadi hal yang menarik untuk dijadikan
fokus penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh diskripsi yang jelas dan rinci tentang strategi guru
dalam: (1) Membuat perencanaan pembelajaran, (2) Membangun kerjasama dalam pembelajaran,
(3) Pemberian motivasi belajar siswa, (4) Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, (5)
Meningkatkan disiplin siswa dan (6) Evaluasi proses belajar mengajar

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dalam bentuk
studi kasus. Tehnik penggalian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) wawancara
mendalam (in depth interview) yang diperoleh dari: sepuluh guru mata pelajaran, satu konselor
sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, kesiswaan, hubungan masyarakat dan sarana
prasarana, kepala sekolah dan mantan kepala sekolah, (2) observasi partisipan (participant
observation) dilakukan pada saat pembelajaran di kelas, Laboratorium, Perpustakaan dan di
ruang tatib, dan (3) studi dokumentasi yang bersumber dari non insani, yaitu dokumen pribadi
guru dan dokumen resmi sekolah.

Analisis data dilakukan selama penelitian ini berlangsung dan didasarkan atas langkah-langkah
Miles & Huberman (1992), yaitu: (1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan menggunkan: (1) derajat
kepercayaan (credibility) yaitu trianggulasi dan pengecekan teman sejawat, (2) kebergantungan
(dependability), dan (3) kepastian (confirmability)

HASIL

Hasil penelitian sesuai dengan fokus dan berdasarkan paparan data, temuan penelitian adalah
sebagai berikut:

Pertama bagaimana strategi guru dalam menyusun rencana pembelajaran?

Strategi menyusun rencana pembelajaran adalah sebagai berikut Kepala sekolah melalui
kebijakan yang dituangkan dalam tugas guru, mewajibkan para guru untuk membuat program
mengajar yang berupa: silabus, Analisa Materi Pelajaran, Program tahunan, Program Semester,
dan Rencana Program Pembelajaran. Pembuatan program pembelajaran disusun secara bersama-
sama melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran yang ada di lingkungan sekolah yang
selanjutnya dimantabkan melalui pertemuan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat
Kabupaten. Selanjutnya perangkat mengajar diserahkan kepada wakil kepala sekolah bidang
kurikulum untuk dikoreksi dan ditanda tangani oleh kepala sekolah. Pada saat mengajar, para
guru selalu membawa perangkat pembelajaran dengan maksud agar proses belajar mengajar
berjalan dengan terarah, dan tujuan yang dirumuskan dalam program bisa tercapai. Dan bila
selesai mengajar perangkat mengajar disimpan di almari guru masing-masing yang telah
disediakan oleh sekolah, dengan demikian bila diperlukan perangkat mengajar sudah ada di
sekolah dan terjaga keamanannya.

Kedua, bagaimana strategi guru dalam membangun kerjasama dengan siswa dalam proses
belajar mengajar?

Kegiatan guru yang profesional merupakan kegiatan atau tugas guru yang rutin yang dianggap
sebagai salah satu cara untuk meningkatkan profesionalismenya. Mengingat input yang masuk
SMA Negeri1 Kepanjen, tiap tahunnya rata-ratanya tinggi, maka untuk mempertahankan dan
meningkatkan prestasi akademis siswa, guru berupaya untuk melibatkan siswa secara optimal
dalam pembelajaran yang dikelolanya.

Dalam menjalin kerjasama dengan siswa, strategi yang diterapkan oleh guru SMA Negeri 1
Kepanjen adalah sebagai berikut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa, (b) berusaha
memahami latar belakang siswa, (c) penguasaan materi dan cara penyajiannya menarik, (d)
penggunaan model mengajar yang bervariasi dan (e) memberi pembinaan khusus bagi siswa
bermasalah.

Pengembangan sekolah memiliki arti tersendiri bagi sekolah ini, sehingga sekolah tidak hanya
menjalin kerjasama dengan siswa saja, tetapi sekolah juga menjalin kerjasama dengan orang
tua/wali, perguruan tinggi, instansi pemerintah dan alumni. Adapun bentuk kerjasamanya adalah
sebagai berikut: pengadaan sarana dan fasilitas sekolah, rekrutmen calon mahasiswa, penyaluran
bakat dan minat siswa melalui kegiatan ektrakurikuler dan pengadaan pembina ekstra kurikuler.
Kerjasama dalam hal ini, tidak hanya dilakukan melalui kegiatan pembelajaran di kelas saja,
melainkan melalui kegiatan sekolah secara keseluruhan yang mengarah pada upaya peningkatan
prestasi belajar siswa.

Ketiga, bagaimana Pemberian Motivasi belajar terhadap siswa

Mengingat input siswa baru yang masuk ke SMA Negeri 1 Kepanjen setiap tahunnya tergolong
tinggi, demikian pula secara umum motivasi belajar siswanya bagus, sehingga pemberian
motivasi terhadap siswa adalah sebagai berikut: (a) khususnya siswa kelas tiga selalu diberi
latihan-latihan soal, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan, (c) mengikut sertakan siswa
dalam kegiatan ilmiah, (d) mengkomunikasikan hasil belajar siswa melalui papan pengumuman
maupun melalui pertemuan dengan orang tua, (e) pemberian reinforcement, (f) penggunaan
media dalam pembelajaran dan (g) pemberian layanan bimbingan.

Dengan pemberian motivasi dalam bentuk pemberian tugas pada siswa, khususnya di SMA 1
Negeri Kepanjen, hasilnya efektif sekali karena dengan strategi tersebut mampu
mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Keempat, bagaimana strategi dalam menciptaan Iklim Pembelajaran

Agar pelaksanaan pembelajaran di kelas berlangsung dengan lancar dan efektif, maka pihak
sekolah dalam hal ini kepala sekolah, staf dan guru melakukan upaya berupa: (a) petugas tatib
selalu mengantisipasi berkeliling di lingkungan sekolah untuk mengontrol tempat-tempat yang
rawan, (b) waka kesiswaan mengadakan razia di dalam kelas dengan dibantu petugas tatib dan
guru pembimbing, (c) dalam mengajar guru berusaha memahami karakter siswa, (d) guru
berusaha menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis, (e) guru memberi kesempatan
siswa untuk bertanya tentang kesulitan pelajaran atau masalah lainnya, dan (f) guru berusaha
menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari pelajaran eksak. Dengan strategi seperti
diatas, maka iklim di lingkungan SMA Negeri Kepanjen, memungkinkan terciptanya lingkungan
belajar yang kondusif sehingga siswa merasa senang dan betah berada di sekolah selama jam
efektif kegiatan belajar mengajar, bahkan hingga sore hari untuk mengikuti kegiatan tambahan.

Kelima, bagaimana Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa

Karakteristik SMA Negeri Kepanjen adalah semua warganya mulai dari pimpinan sekolah, guru,
karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang tinggi. Namun demikian pihak sekolah
tetap mempertahankan serta melestarikan budaya disiplin yang sudah bagus ini untuk
ditingkatkan menjadi menjadi kultur disiplin yang mandiri. Adapun strategi untuk meningkatkan
disiplin, sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian ketertiban yang dikelola
dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku mulai dari pimpinan
sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti ekstrakurikuler
Pramuka, (d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat kesepakatan tentang aturan
kelas, (e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan kelas, (f) setiap upacara hari
senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan strategi tersebut diatas kultur disiplin
siswa bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan belajar aman dan terkendali sehingga
siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.

Keenam, bagaimana pelaksanaan Evaluasi Proses Belajar Mengajar


Evaluasi dalam pembelajaran di SMA Negeri Kepanjen ada dua macam yaitu: (1) penilaian
terhadap hasil belajar siswa, (2) penilaian terhadap proses pengajaran.

Penilaian terhadap hasil belajar siswa baik dari ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir
Sekolah dan Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan, berdasarkan data
perolehan ulangan semester, perolehan Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional, SMA
Negeri Kepanjen selalu menduduki posisi rangking 1, 2, dan 3 untuk wilayah kabupaten Malang.
(Data dari DikNas Kabupaten Malang).

Penilaian terhadap proses pengajaran, berdasarkan hasil wawancara, observasi peneliti dan
supervisi kepala sekolah, bahwa kompetensi guru dalam pembelajaran di kelas sudah bagus
sekali, bahkan guru senior selalu menularkan etos kerja yang bagus, baik dalam melaksanakan
tugas mengajarnya, tugas mengadministrasi hasil mengajar, maupun tugas tambahan dari
sekolah. Demikian juga para guru SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki komitmen
mempertahankan prestasi sekolah yang sudah bagus ini untuk lebih ditingkatkan lagi sehingga
prestasi siswa menjadi optimal. Keberhasilan SMA Negeri Kepanjen dalam mengukir prestasi
didukung oleh: (a) input siswa yang tinggi, (b) etos kerja guru tinggi, (c) iklim sekolah yang
kondusif, (d) adanya tanggung jawab moral dari guru senior untuk menularkan etos kerja yang
tinggi terhadap guru baru, (e) peningkatan profesional guru melalui kegiatan Musyawaah Guru
Mata Pelajaran, Diklat dan Workshop , (f) bimbingan belajar bagi semua siswa, (g) bimbingan
prestasi bagi siswa peringkat 1-5 dari masing-masing kelas, (h) conversation bekerjasama
dengan AMECC, dan (i) debat bahasa Inggris.

PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan penelitian tersebut diatas, untuk fokus pertama yaitu strategi guru dalam
menyusun rencana pembelajaran? Sebelum tahun ajaran baru, kepala sekolah mengadakan rapat
kerja dengan kegiatan membuat rencana kegiatan pembelajaran selama setahun kedepan yaitu
menyusun silabus, analisa mata pelajaran, program tahunan, program semester dan rencana
program pembelajaran. Semua guru berusaha membuat perencanaan dengan baik, bahkan ada
suasana berlomba untuk membuat program mengajar yang baik dan berupaya selesai duluan.
Pada hakekatnya bila suatu kegiatan direncanakan lebih dahulu, maka tujuan dari kegiatan
tersebut akan lebih terarah dan lebih berhasil. Itulah sebabnya seorang guru harus memiliki
kemampuan dalam merencanakan pengajaran. Sehubungan dengan hal itu David Johnson
(1979:9), mengatakan guru diharapkan merencanakan dan menyampaikan pengajaran, karena
semua itu memudahkan siswa belajar. Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang
direncanakan untuk disampaikan, untuk menggiatkan dan mendorong belajar siswa yang
merupakan proses merangkai situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas, siswa dan materi
kurikulum) agar belajar menjadi lebih mudah.

Perencanaan/persiapan mengajar disusun secara bersama-sama dengan guru mata pelajaran yang
serumpun yang tergabung dalam MGMP sekolah yang selanjutnya dimantabkan pada pertemuan
MGMP tingkat kabupaten. Bahwa selain berguna sebagai alat kontrol, maka persiapan mengajar
juga berguna sebagai sebagai pegangan guru sendiri (Hendiyat Soetopo & Wasty S, 1984:136).
Demikian pula bahwa mengajar dengan perencanaan/Persiapan yang baik maka pelaksanaan
pengajaran menjadi baik dan efektif yaitu peserta didik harus dijadikan pedoman setiapkali
membuat persiapan mengajar (Tim Pembina Mata Kuliah Kurikulum. IKIP Surabaya (1988:48)

Untuk fokus yang kedua strategi guru dalam menjalin kerjasama dengan siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, guru pada awal kegiatan belajar mengajar berupaya menjalin hubungan baik
dengan semua siswa dengan memanfaatkan sedikit waktu untuk mengabsen siswa, juga
mengadakan pendekatan dengan siswa dari bangku ke bangku yang lain ketika siswa
mengerjakan tugas sambil melihat hasil pekerjaan siswa, seperti apa? mungkin pekerjaan siswa
ada yang tidak sesuai dengan petunjuk, nah siswa yang semacam ini yang perlu
diarahkan/dibimbing. Temuan peneliti diatas sesuai dengan pendekatan pengelolaan kelas yaitu
pendekatan iklim sosio-emosional yang berlandaskan psikologi klinis dan konseling dengan
mengasumsikan, bahwa kegiatan belajar mengajar yang efektif mempersyaratkan sosio-
emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan
siswa juga antara siswa dengan siswa. Untuk tugas guru yang pokok dalam pengelolaan kelas
adalah membangun atau menciptakan hubungan interpersonal dan mengembangkan iklim sosio
emosional yang positif.

Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan materi pelajaran
dengan suara yang jelas, dengan menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dipahami
siswa sehingga mampu menarik perhatian siswa, juga setiap pokok bahasan selalu dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari, misalnya: manfaat pelajaran bahasa Indonesia agar bisa berbahasa
Indonesia yang benar, manfaat kimia untuk industri dan sebagainya.

Model pembelajaran yang diterapkan guru adalah model pemberian tugas secara kelompok,
model tutor sebaya. Setiap masuk kelas apakah kegiatan siswa mengerjakan tugas atau
praktikum, siswa dikelompok-kelompokkan, setiap kelompok terdiri dari 6-8 siswa dan untuk
anak-anak yang pandai disebar, yang nantinya bisa di manfaatkan sebagai tutor sebaya, disini
guru berfungsi sebagai fasilitator dan hasilnya akan diinformasikan kepada sesama temannya
dengan bantuan siswa yang pandai-pandai yang sebelumnya sudah dikelompokkan.

Untuk mata pelajaran matematika, menggunakan model Grade Level Based Learning (GLBL)
dimana kelas dibagi menjadi tiga bagian ada upper, midle dan low kemudian dipadukan dengan
model Jigsaw , siswa dikumpulkan dalam tiga tingkatan, papan dijadikan 3 petak dengan diberi
soal dengan level yang berbeda sesuai dengan kemampuan siswa, setelah itu dicross kemudian
bentuk kelompok baru disitulah mereka saling mengisi, lalu di tes nilainya adalah gabungan dari
siswa yang potensinya rendah, sedang dan tinggi. Akhirnya anak yang tidak bisa berusaha
mencari tahu dari anak yang pintar, anak yang pintar berusaha memberi ilmunya pada anak yang
tidak bisa dengan tujuan agar nilai rata-ratanya baik, sebab nilainya adalah nilai bersama. Jadi
anak sepintar apapun kalau tidak berusaha membantu yang kemampuan di bawahnya jatuhlah
nilainya, sehingga mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengajari temannya yang nilainya
rendah, juga kegiatan presentasi dari masing-masing kelompok diukur sebagai kerja sama
(Sardiman,1986).

Untuk fokus ketiga yaitu pemberian motivasi belajar siswa, dalam penelitian ini ditemukan
bahwa motivasi belajar siswa SMA Negeri Kepanjen bisa ditumbuhkan melalui latihan-latihan
soal, pembelajaran di luar kelas, melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah, mengkomunikasikan
hasil ulangan, menggunakan media pembelajaran, memberikan reinforcement dan memberi
perhatian terhadap perkembangan prestasi maupun prilaku siswa.

Siswa SMA Negeri 1 Kepanjen rata-rata memiliki motivasi belajar yang tinggi, hal ini peneliti
amati saat proses belajar mengajar berlangsung, semua siswa berusaha untuk memperhatikan dan
mengikuti semua kegiatan dengan baik, kemudian adanya rasa bersaing dalam mengerjakan
tugas maupun mencapai nilai yang baik, oleh karena itu guru berupaya mengelola pembelajaran
di dalam kelas dengan menarik, sehingga motivasi belajar siswa tetap terpelihara dengan baik
yang pada akhirnya siswa mampu mencapai prestasi yang optimal.(Mc Cleland)

SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki target, prioritas siswa kelas III harus mampu menghadapi
UAS dan UAN sehingga dalam kegiatan pembelajaran terutama yang berkaitan materi ujian
akhir tersebut, setiap guru selalu berusaha memberi latihan-latihan soal baik melalui bimbingan
belajar maupun pembelajaran yang efektif, misalnya mata pelajaran matematika kalau ulangan
harian diberi soal-soal dengan bobot yang tinggi sehingga mereka mendapat nilai 4,5,6 tetapi
kalau sudah ulangan semester mereka yang mendapat nilai 6 itu sedikit sekali, ternyata nilainya
lebih bagus. Dengan diberi soal matematika yang bobot kesulitannya tinggi akan merangsang
siswa untuk mengajukan berbagai pertanyaan, selanjutnya dijelaskan oleh guru, namun juga
dalam latihan-latihan juga diberi soal yang bobot kesulitannya sedang, maupun yang mudah,
sehingga anak-anak merasa senang dalam mengikuti pembelajaran matematika.

Mengingat pembelajaran di ruangan kelas kadang kala menjenuhkan, maka untuk menumbuhkan
rasa senang belajar di luar kelas dengan memberi tugas melakukan wawancara, membuat
kalimat, teks pidato, mendata penjualan di Kopsis . Dengan pembelajaran di luar kelas yang
tentunya suasananya beda dan lebih menyenangkan, sehingga akan lebih memacu untuk lebih
leluasa dalam mengembangkan aktifitasnya, mengungkapkan pendapatnya yang pada akhirnya
siswa merasa lebih fresh dan dampaknya perolehan prestasi optimal.

SMA Negeri 1 Kepanjen merupakan lembaga pendidikan yang sudah mendapat kepercayaan dari
berbagai instansi pemerintah dan perguruan tinggi, dalam menghasilkan siswa yang berpotensi,
hal ini peneliti ketahui ada undangan dari berbagai instansi untuk mengikuti lomba-lomba ilmu
pengetahuan maupun kegiatan ilmiah. Setiap tahun, sekolah memprogramkan pengayaan bagi
siswa yang memiliki rangking 1s/d 5 untuk masing-masing kelas, dan mereka dipersiapkan
untuk mengikuti lomba ilmu pengetahuan, siswa teladan dan karya ilmiah, baik tingkat nasional,
propinsi maupun tingkat kabupaten.

Sekolah juga selalu mengkomunikasikan hasil prestasi belajar siswa melalui papan khusus yang
tempatnya di depan ruang tata tertib, papan pengumuman hasil belajar tersebut fungsinya untuk
menempelkan perolehan hasil balajar siswa, baik ulangan harian, ulangan per Kompetensi Dasar,
ulangan mid semester, semester maupun rangking kelas, rangking paralel serta siswa yang harus
mengikuti remedial. Juga mengkomunikasikan pada orang tua melalui buku raport. Pendapat
Herzberg, pekerjaan itu sendiri dapat merupakan motivator yang kuat, yang memberikan
kontribusi terhadap teori belajar, karena secara tradisional pekerjaan dianggap kebutuhan yang
tidak menarik maka dianggap perlu adanya motivasi ekstrinsik.

Guru memiliki peranan kepemimpinan yang hakiki dalam hubungannya dengan produktivitas
belajar. Ia memiliki tanggung jawab dalam menciptakan kondisi yang serentak memenuhi
kebutuhan siswa dan kebutuhan tugas. Seorang pelajar jarang menyadari mengapa dia merasa
leluasa dan dapat mengoptimalkan kemampuannya, tetapi ia memberi reaksi secara sadar
terhadap “suasana yang diciptakan oleh gaya mengelola yang merupakan lambang sikap
mendukung” (Gellerman, 1963). Adapun bentuk pemberian motivasi belajar kepada siswa yaitu
guru-guru mengadopsi strategi “pengayaan tugas”. Pengayaan tugas mengandung arti bahwa
guru mempunyai tanggung jawab yang jelas untuk merancang tugas-tugas belajar sedemikian
rupa, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk mendapat pengalaman dan suatu perasaan
pencapaian pribadi, penghargaan, tanggung jawab, otonomi, kemajuan dan pertumbuhan.

Memperbaiki faktor kesehatan, seperti pengawasan ketat dan komunikasi yang lebih baik
cenderung untuk meningkatkan hasil belajar yang bersifat sementara. Berlainan dengan itu,
pengayaan tugas dapat mengakibatkan kepuasan, motivasi dan hasil belajar yang tahan lama.

Dari penelitian Frederick Herzberg dapat diperoleh sebuah model yang berguna dan relevan
dengan kegiatan belajar, karena penekanan pada pengayaan tugas memberi kepada guru sebuah
strategi yang kuat untuk mengembangkan serta memperkuat motivasi siswa.

Fokus keempat yaitu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Untuk menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif di SMA Negeri 1 Kepanjen, temuan peneliti sebagai berikut, bahwa
semua warga khususnya yang ada di lingkungan SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki budaya
disiplin dan tertib dalam melaksanakan tugas, sekolah berupaya menciptakan lingkungan belajar
yang aman, menciptakan suasana pembelajaran demokratis, memberi kesempatan siswa untuk
bertanya tentang kesulitan pelajaran, menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari mata
pelajaran eksak dan senantiasa berusaha untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.

Salah satu dari program kegiatan team tatib, adalah menciptakan lingkungan belajar yang aman
yaitu dengan cara petugas tatib berkeliling untuk mengontrol kamar kecil, lokasi belakang
sekolah, ke kantin sekolah, tempat parkir pada saat proses pembelajaran berlangsung. Sebab
siswa seusia ini kadang kala ada yang senang nongkrong di tempat-tempat yang aman menurut
mereka, kadang kala petugas tatib menangkap anak yang nongkrong di tempat tersebut sambil
merokok, dengan langkah-langkah semacam itu maka bisa mengurangi pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi di sekolah, mengadakan razia yang dibantu dengan guru pembimbing selama
upacara bersama berlangsung. Dengan suasana lingkungan belajar yang aman siswa bisa
mengikuti pelajaran dengan baik yang pada akhirnya bisa mencapai prestasi belajar yang
optimal, begitu juga guru bisa menyampaikan materi dengan baik tanpa adanya gangguan dari
siswa sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan lancar dan target pembelajaran bisa
tercapai.

Untuk menciptakan iklim pembelajaran yang menyenangkan dan siswa antusias dalam
mengikuti pelajaran, seorang guru mengadopsi dari Quantum teaching yaitu menerapkan
quesioner quantum dari angket tersebut guru akan mendapat data tentang type belajar siswa,
bagaiman type belajar visual, auditorial dan kinestetik. Kemudian data mengenai sifat dan gaya
belajar siswa tersebut dipakai untuk meletakkan posisi siswa, bila siswa tergolong visual maka
posisi duduknya ditempatkan ditengah, kalau kinestetik ditempatkan di dekat pintu, kalau
auditorial di tempatkan di belakang, demikian juga metode mengajarnya juga dibuat bervariasi.
Kenyataannya dengan tekhnik-tekhnik semacam itu pembelajaran bias menyenangkan siswa.
Selain strategi diatas dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis dimana
semua siswa dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam memecahkan persoalan-
persoalan kelas dengan keputusan tetap ada pada siswa dengan guru sebagai fasilitator, hal
tersebut didukung oleh Hasibuan (1988:174).

Agar pembelajaran menyenangkan siswa, guru berusaha menciptakan kemudahan siswa dalam
mempelajari materi fisika, misalnya pelajaran fisika tidak banyak melibatkan matematika, jadi
fisisnya yang ditonjolkan. Apa yang pernah dilihat anak, dikembangkan dalam pelajaran fisika di
SMA, karena di SMA pelajaran fisika sudah pernah didapatkan pada pelajaran fisika di SMP,
kemudian di SMA ditingkatkan dengan mempraktekkan di laboratorium dan soal-soalnya
diharapkan tidak melibatkan materi matematika. Biasanya pelajaran fisika kalau sudah kena
matematika, anak akan takut karena tidak bisa menyelesaikan persoalan matematika. Pada
awalnya materi untuk siswa kelas X dan XI matematikanya dikurangi, fisisnya ditonjolkan tetapi
kalau sudah masuk kelas III baru menggunakan analisa matematika dalam mata pelajaran fisika.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru senantiasa berusaha menciptakan suasana pembelajaran
yang menyenangkan, kalau saat guru menerangkan materi yang esensial maka suasana menjadi
serius, namun juga guru kadang kala melontarkan kalimat-kalimat yang membuat siswa tertawa
tetapi masih dalam koridor materi tersebut. Mengingat kelas III adalah sekolah tingkat akhir
yang mempunyai beban dan tanggung jawab yang lebih besar, dimana mereka harus
mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Akhir Sekolah dan Ujian Akhir Nasional, harus
juga merencanakan langkah apa yang harus dilakukan setelah tamat dari SMA. Melihat beban
yang harus dihadapi siswa begitu komplek maka guru SMA Negeri 1 Kepanjen juga merasa
empati terhadap kecemasan yang dialami siswa, dengan menciptakan iklim pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa merasa enjoy dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dan
harapannya bisa mencapai prestasi belajar yang optimal (Walberg & Greenberg, 1977)

Fokus kelima yaitu strategi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu , SMA Negeri 1
Kepanjen mewajibkan semua siswa baru untuk mengisi format pernyataan tentang kesediaan
siswa untuk mematuhi semua peraturan dan tata tertib yang berlaku di SMA Negeri 1 Kepanjen
dengan mengetahui orang tua, apabila dikemudian hari siswa melanggar maka siswa harus
bersedia untuk menerima sanksi bahkan kalau sering melakukan pelanggaran maka siswa
dikembalikan ke orang tua. Demikian pada kegiatan orientasi siswa baru (MOS), mewajibkan
siswa baru mengikuti latihan baris berbaris yang dibina oleh guru SMA Negeri 1 Kepanjen yang
telah mendapatkan sertifikat pelatihan Latihan Baris Berbaris dengan penyelenggara DokDikJur
Rampal Malang. Selanjutnya mewajibkan siswa baru mengikuti ekstra kurikuler Pramuka,
karena kegiatan pramuka berisi kegiatan yang membentuk remaja yang memiliki kepribadian
yang santun, jiwa patriotik dan pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan. Kegiatan ini
dilaksanakan secara periodik yaitu setiap hari jum’at sore yang dibina oleh alumni yang
tergabung dalam DA (Dewan Ambalan), juga ada pembina dari guru-guru SMA Negeri 1
Kepanjen yang aktif dan suka dengan kegiatan Kepramukaan.

Temuan peneliti diatas sesuai dengan pendapat Rohani (2004:22) guru mesti menyadari bahwa
tanggung jawab dalam pengajaran khususnya untuk menghantarkan perkembangan dan
perubahan lebih maju bagi diri peserta didik tidak boleh menafikan dan melupakan kenyataan
bahwa suatu disiplin pada awalnya harus dipaksakan dari luar menuju kearah disiplin mandiri
khususnya disiplin yang menyangkut aktifitas dalam kelas pengajaran

Untuk meningkatkan disiplin siswa, SMA Negeri 1 Kepanjen memiliki sistem pengendalian
ketertiban yang sudah berjalan dengan baik, sistem ini dilaksanakan oleh petugas tatib bekerja
sama dengan wakasek, guru piket, wali kelas, guru pembimbing dan dibantu oleh dua orang
petugas satpam dan sebagai penanggung jawab dalam hal ini adalah Kepala sekolah. Petugas
tatib bersama satpam setiap pagi berada di pintu gerbang depan dan pintu gerbang belakang,
untuk memantau kelengkapan atribut seragam sekolah siswa, apabila menemui siswa yang
seragamnya tidak sesuai dengan jadwal, atribut tidak lengkap, siswa terlambat, maka siswa yang
melanggar setelah bel masuk dikumpulkan di sekretariat tatib, kemudian disuruh mengisi buku
rekaman tentang jenis pelanggaran untuk ditindak lanjuti dengan memberikan sanksi. Secara
umum anak-anak sudah memahami karena sebelumnya sudah disosialisasikan tentang tata tertib
dan peraturan beserta sanksinya, yaitu mengumpulkan alat-alat kebersihan (misalnya: sapu,
sulak, kain pel, keset dsb). Untuk meningkatkan pemantauan terhadap ketertiban siswa, pihak
tatib selalu menginformasikan siswa yang melanggar kepada wali kelasnya masing-masing agar
segera ditindak lanjuti dengan pembinaan wali kelas sehingga siswa tidak berani mengulangi
lagi, namun bila sampai dua atau tiga kali siswa melanggar, maka tatib dan wali kelas mengirim
ke guru pembimbing bahkan kalau perlu didatangkan orang tuanya, dengan harapan orang tua
ikut membina di rumah.

Khususnya di SMA Negeri 1 Kepanjen, memang pengendalian ketertiban siswa dibuat


sedemikian rupa sehingga bisa tercipta suasana yang tertib, aman dan terkendali terutama para
guru hampir semua memberi teladan, misalnya begitu bel masuk berbunyi guru sudah berada di
depan pintu kelas, demikian juga bel pelajaran berakhir, guru harus sudah mengakhiri sehingga
anak-anak mengikuti bahkan begitu bel berbunyi anak-anak sudah ada di dalam ruangan kelas
bahkan ada juga guru yang sudah menutup pintu kelas sehingga lima belas menit sebelum bel
masuk anak sudah datang di sekolah. Temuan ini sesuai dengan pendapat yang dimuat dalam
(Depdikbud, 1999:138), sekolah yang tertib, aman, dan teratur merupakan prasyarat agar siswa
dapat belajar secara optimal. Kondisi semacam ini dapat terjadi jika disiplin di sekolah berjalan
dengan baik. Kedisiplinan siswa dapat ditumbuhkan jika iklim sekolah menunjukakan
kedisiplinan. Siswa baru akan segera menyesuaikan diri dengan situasi sekolah. Jika situasi
sekolah disiplin, siswa akan ikut disiplin. Kepala sekolah memegang peran penting dalam
membentuk disiplin sekolah, mulai dari merancang, melaksanakan, dan menjaganya.

Fokus keenam yaitu evaluasi proses belajar mengajar Berdasarkan temuan peneliti bahwa
evaluasi proses belajar mengajar dilaksanakan pada awal pembelajaran, guru selalu melontarkan
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pertemuan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya
membahas materi inti yang sudah dipelajari siswa sebelumnya, sehingga saat guru membahas
para siswa cepat memahaminya. Setelah itu guru memberikan beberapa persoalan dipapan tulis
dengan memberi kesempatan siswa secara bergilir untuk mengerjakan kedepan dan 90% siswa
mengerjakan soal tersebut dengan benar. Demikian pula bila melihat hasil nilai ulangan harian,
rata-rata nilainya baik ( 85 - 100), dan hasil ulangan harian selalu dibagikan kepada siswa,
ulangan semester dilaksanakan secara serempak bersama SMA yang ada di wilayah kabupaten
Malang dengan perolehan hasil ulangan semester secara umum kelas X, 2 dan kelas 3 berada
pada posisi rangking 1-2 dan data perolehan UAN berada posisi rangking 1-2 untuk wilayah
kabupaten Malang. Evaluasi belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru orientasinya pada
hasil belajar maupun kepada proses pembelajaran itu sendiri (Glaser,1965).

Kontrol adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seorang guru untuk menentukan apakah fungsi
organisasi serta pimpinanya telah dilaksanakan dengan berhasil mencapai tujuan-tujuan yang
telah ditentukan. Jika tujuan itu belum dicapai, maka seorang guru harus mengukur kembali serta
mengatur situasi tetapi ia tidak boleh mengubah tujuannya. Jika seseorang guru mengadakan
kontrol, maka ia melakukan: (1) mengevaluasi sistem belajar, (2) mengukur hasil belajar, dan (3)
memimpin dengan berpedoman pada tujuan yang tertentu. Dengan jalan demikian, guru-manajer
mencoba menentukan apakah kejadian-kejadian sesuai dengan apa yang direncanakan, dan jika
terjadi kegagalan diubah menjadi suatu keberhasilan. Hal ini dilakukan dengan jalan memimpin
dengan efektif. Hanya efektivitas dia yang dapat mengubah sumber menjadi
hasil(Davies,1986:36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, pertama strategi guru dalam membuat perencanaan
pembelajaran sebelum tahun ajaran baru, kepala sekolah mewajibkan semua guru membuat
perencanaan pembelajaran yang meliputi: silabus, analisa materi pelajaran (AMP), program
tahunan, program semester, dan Rencana program pengajaran. Pembuatan program mengajar
dibuat bersama-sama dengan para guru yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) di sekolah yang kemudian dimantabkan pada pertemuan Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) tingkat Kabupaten. Selain perangkat mengajar, penataan ruangan belajar dan
pengaturan siswa di dalam kelas, perlu disiapkan pula. Penataan kelas dan penempatan siswa
dalam kelas telah diprogramkan oleh sekolah melalui wakil kepala sekolah bidang sarana
prasarana bekerjasama dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum, wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan, guru pembimbing (BK) dan wali kelas. Mengajar dengan persiapan materi
yang matang, penataan ruang belajar yang baik dan pengaturan penempatan siswa di kelas, maka
pembelajaran berjalan dengan lancar dan tertib, demikian juga suasana kelas menjadi nyaman
dan siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan on task, yang pada akhirnya siswa bisa mencapai
prestasi belajar yang optimal.

Kedua Membangun Kerjasama dengan Siswa dalam Pembelajaran. Membangun kerjasama


dengan siswa, artinya dalam pembelajaran terjadi interaksi yang komunikatif atara guru dengan
siswa. Upaya-upaya tersebut: (a) menjalin hubungan baik dengan siswa melalui kegiatan
pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler, (b) berusaha menyampaikan materi dengan
bahasa yang mudah di pahami siswa, (c) menghubungkan materi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari, (d) menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Dengan tategi ini suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan, sehingga siswa menjadi on task dalam pembelajaran.

Ketiga Pemberian Motivasi Terhadap Siswa, input siswa SMA Negeri Kepanjen, rata-rata tiap
tahunnya tinggi, dan secara umum motivasi belajar siswa tinggi pula, maka pemberian motivasi
belajar terhadap siswa diberikan dalam bentuk pemberian tugas dan reward: (a) pemberian
latihan- latihan soal UAN, (b) pemberian tugas untuk praktek lapangan,(c) mengikut sertakan
siswa dalam kegiatan ilmiah, (d) selalu mengkomunikasikan hasil belajar siswa, (e) memberikan
penguatan/ reinforcement, (f) pembelajaran dengan menggunakan media, (g) memberikan
layanan khusus. Kenyataannya di SMA Negeri 1 Kepanjen dengan pemberian motivasi dalam
bentuk pemberian tugas, maka siswa termotivasi untuk mencapai prestasi belajar yang optimal.
Keempat Membangun Iklim Pembelajaran Yang Kondusif Dalam menciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif di lingkungan SMA 1

Negeri Kepanjen, strategi yang diterapkan adalah sebagai berikut: (a) petugas tatib selalu
mengantisipasi dengan berkeliling untuk mengontrol tempat-tempat yang rawan (kamar mandi,
kantin, tempat parkir belakang), (b) mengadakan razia yang dilaksanakan oleh waka kesiswaan
bekerjasama dengan petugas tatib dan guru pembimbing (BK), (c) guru berusaha memahami
siswa dengan latar belakangnya, (d) guru berupaya menciptakan suasana pembelajaran yang
demokratis, (e) guru bersedia untuk membantu siswa dalam memecahkan kesulitan belajar, dan
(f) menciptakan kemudahan siswa dalam mempelajari materi pelajaran .

Kelima, Upaya dalam Meningkatkan Disiplin Belajar Siswa

Karakteristik SMA Negeri 1 Kepanjen adalah semua warganya mulai dari

kepala sekolah, guru, karyawan dan siswanya memiliki budaya disiplin yang baik, adapun upaya
dalam meningkatkan disiplin siswa sebagai berikut: (a) sekolah memiliki sistem pengendalian
ketertiban yang dikelola dengan baik, (b) adanya keteladanan disiplin dalam sikap dan prilaku
mulai dari pimpinan sekolah, guru dan karyawan, (c) mewajibkan siswa baru untuk mengikuti
ekstrakurikuler Pramuka, (d) pada awal masuk sekolah guru bersama siswa membuat
kesepakatan tentang aturan kelas, (e) memperkecil kesempatan siswa untuk ijin meninggalkan
kelas, dan (f) setiap upacara hari senin diumumkan frekuensi pelanggaran terendah. Dengan
strategi tersebut diatas kultur disiplin siswa bisa terpelihara dengan baik, suasana lingkungan
belajar aman dan terkendali sehingga siswa bisa mencapai prestasi belajar yang optimal.

Keenam, Evaluasi Proses Belajar Mengajar, sebagai seorang manajer pembelajaran di kelas,
guru mengadakan evaluasi, baik terhadap hasil belajar siswa maupun terhadap proses
pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan perolehan ulangan harian, ulangan semester, Ujian Akhir
Sekolah, maupun Ujian Akhir Nasional menunjukkan hasil yang memuaskan. Untuk tingkat
wilayah kabupaten Malang perolehan hasil ulangan semester, Ujian Akhir Sekolah, Ujian Akhir
Nasional posisi rangking 1,2 dan 3 diraih oleh SMA Negeri 1 Kepanjen.

Keberhasilan SMA Negeri 1 Kepanjen dalam meraih semua ini didukung oleh kinerja guru yang
bagus, input siswa tinggi, lingkungan pembelajaran yang kondusif, para guru memiliki komitmen
untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Didukung pula oleh peranan kepala sekolah yang
mengaktifkan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran tingkat sekolah dan mengikut sertakan guru-guru dalam
kegiatan Pendidikan dan Latihan yang mendukung tugasnya

serta menyediakan fasilitas pembelajaran yang menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan


belajar mengajar di sekolah.

Saran

Bagi Sekolah. 1) pelaksanaan pengelolaan pembelajaran dan pengelolaan kelas yang dilakukan
oleh guru – guru SMA Negeri 1 Kepanjen sudah berjalan dengan baik, hendaknya ditindak
lanjuti dengan supervisi kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun instruktur mata
pelajaran yang serumpun, 2) untuk meningkatkan kompetensi profesional perlu ditindak lanjuti
dengan pengadaan DikLat tentang Quantum learning dan Quantum teaching , 3) salah satu
aspek pemberian motivasi belajar siswa adalah tersedianya fasilitas dan media pembelajaran
yang memadai di SMA Negeri 1 Kepanjen, oleh karena itu sekolah perlu menyediakan tenaga
khusus untuk mengelola laboratorium beserta peralatannya sehingga pada saat guru mengajar
fasilitas dan media itu sudah tersedia dan siap pakai, otomatis perawatan dan kebersihan media
terpelihara, 4) upaya dalam meningkatkan disiplin siswa di SMA Negeri Kepanjen perlu
dicontoh/dipelajari oleh SMA Negeri maupun swasta yang ada di wilayah Kabupaten Malang,
baik dalam sistemnya maupun pelaksanaanya. Namun akan lebih kelihatan tertata apabila
ruangan tatib diatur sedemikian rupa, pelaksanaan tata tertib dan peraturan sekolah perlu dikelola
dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen, 5) dalam Penerimaan Siswa Baru, SMA Negeri 1
Kepanjen sudah waktunya untuk mengembangkan diri yaitu merekrut siswa melalui jalur
prestasi akademis maupun jalur prestasi non akademis, karena SMA Negeri 1 Kepanjen
dikalangan masyarakat sudah mendapat kepercayaan yang tinggi untuk mendidik putra putrinya
menjadi siswa yang berkualitas.
Untuk Dinas Pendidikan, 1) memberikan sumbangan pemikiran dan masukan, peningkatan
mutu pendidikan melalui penerapan manajemen kelas dalam pembelajaran, 2) dalam
pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi, hendaknya aspek prilaku dan kepribadian tetap
menjadi kriteria kenaikan kelas dan kriteria pelulusan , 3) SMA Negeri 1 Kepanjen ditinjau dari
komponen-komponen pendidikannya, input maupun para lulusannya memiliki kualitas yang
bagus oleh karena itu sudah sepantasnya kalau SMA Negeri 1 Kepanjen dijadikan Pilot Project
Sekolah Unggulan.
Untuk Peneliti Lain, dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan wawasan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan informasi
serta referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kasus-kasus sejenis mengenai
Strategi Pengelolaan Kelas dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

DAFTAR RUJUKAN
Amatembun, NA. 1989. Manajemen Kelas, Penuntun Bagi Guru dan Calon Guru. Bandung, FIP
IKIP Bandung.

Cangelosi, J.S. 1993. Classroom Management Strategies, Gaining and Maintaining Student
Cooperation. Second Edition, by Logman Publishing Group.

Cooper, J.M. 1977. Classroom Teaching Skills. A Handbook. Lexingtong: De Health and Coy.

Davies, I, K. Tanpa tahun. Pengelolaan Belajar. Terjemahan oleh Sudarsono & Lily. 1986.
Jakarta: C.V. Rajawali.

Direktorat Dikmenum, 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku Konsep I
dan Pelaksanaan MPMBS. Departemen Pendidikan Nasional.

Depdikbud Dikdasmen, 1997. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. 1998. Jakarta:
Depdikbud.

Dimyati, M.,& Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Hasibuan, J.J. 1988. Proses Belajar Mengajar Ketrampilan Dasar Pengajaran Mikro Bandung:
Remadja Karya.

HM, Ahmad, R. 2004. Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: Rineka Cipta.

Miles, M.B. & Huberman.A.M. 1992. Qualitative Data Analysis: A Course Book of New
Methods. Beverly Hills: Sage Publications. Inc.

Spradley, J.P. 1980. Participant Observation Sydney, Holt, Rinehart and Winston.

Suryabrata ,S. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan
Nasional. 2004. Jakarta: Fokusmedia.

Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang

Usman, M.U. 2003. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai