Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

OPTIMALISASI PERENCANAAN PENGGAJIAN


APARATUR SIPIL NEGARA DILINGKUNGAN
PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

OLEH
SYAFRIANTO, SE
NIP. 198112172007011008

SEBAGAI PERSYARATAN UJI KOMPETENSI KENAIKAN


PANGKAT PILIHAN BAGI PEJABAT ADMINISTRATOR DAN
PENGAWAS DILINGKUNGAN PEMERINTAH
KABUPATEN KARIMUN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berjudul “Optimalisasi Perencanaan Penggajian Aparatur Sipil

Negara Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Karimun” dalam rangka memenuhi

persyaratan ujian kompetensi kenaikan pangkat pilihan bagi pejabat

administrator dan pengawas.

Makalah ini memuat tentang rencana penggajian seluruh organisasi

perangkat daerah yang akan dianggarkan disetiap awal tahun anggaran dan

berupaya mengidentifikasi kelemahan dan melakukan penilaian terhadap semua

kelemahan yang dihadapi organisasi perangkat daerah.

Makalah ini di susun agar dapat menambah wawasan serta pengetahuan

kita mengenai mekanisme perencanaan penggajian tiap-tiap organisasi

perangkat daerah. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah

ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami

berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah

kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang

sempurna tanpa saran yang membangun.

Tg Balai Karimun, Desember 2017


Penulis,

Syafrianto, SE
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i

Daftar Isi ................................................................................................. ii

Bab I Pendahuluan ................................................................................ 1

1. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

2. Identifikasi Masalah ................................................................ 4

Bab II Pembahasan ................................................................................ 5

1. Gambaran Umum ……………………………………………………………….. 5

a. Gambaran Umum Sub Bidang Belanja Tidak Langsung

dan Pembiayaan ……………………………………………………………. 5

b. Tugas Pokok dan Fungsi ………….……………………………………. 6

2. Perencanaan ........................................................................... 18

3. Defenisi Gaji ........................................................................... 22

4. Permasalahan Yang Dihadapi ………………………………………………. 27

5. Alternatif Pemecahan Masalah ……………………………………………… 28

Bab III Kesimpulan dan Saran................................................................... 30

Daftar Lampiran ....................................................................................... 32

Daftar Pustaka ......................................................................................... 33


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak memperoleh gaji yang layak sesuai

dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya. Balas jasa atau pengharagaan atas

prestasi kerja, yang harus dapat memenuhi kebutuhan hidup bersama

keluarganya secara layak, sehingga ia dapat memusatkan tenaga dan

pikirannya untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya yang dipercayakan

kepadanya secara optimal.

Bagi setiap birokrasi, gaji merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai

timbal balik atas kontribusi pegawai dalam pencapaian tujuan birokrasi,

pegawai negeri yang telah menjalankan kewajibannya kemudian digaji oleh

pemerintah. Gaji pokok tersebut diharapkan dapat menyejahterakan kehidupan

dan memacu semangat kerja Pegawai Negeri. Tertulis dalam Undang-Undang

Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian disebutkan pada

pasal 7 ayat (1) setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan

layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya; (2) gaji yang

diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas dan jaminan

kesejahteraan.
Gaji baru dapat dikatakan layak apabila cukup untuk memenuhi

kebutuhan minimum. Yang dimaksud dengan kebutuhan minimum adalah

sejumlah uang atau penghasilan lainnya yang seharusnya diterima oleh seorang

PNS sehingga ia dapat hidup layak beserta keluarganya dengan terpenuhinya

sandang, pangan, papan, pendidikan anak, rekreasi, pemeliharaan kesehatan,

dan lainnya.

Gaji merupakan hak setiap Aparatur Sipil Negara yang diberikan atas jasa

dan pengabdiannya terhadap negara. Gaji disusun dan direncanakan alokasinya

di tiap-tiap Organisasi secara optimal, agar penganggarannya dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah tepat jumlah sesuai dengan kebutuhan

setahun, sehingga tidak terjadi kekurangan alokasinya di masing-masing

Organisasi Perangkat Daerah.

Yang termasuk unsur gaji Aparatur Sipil Negara adalah gaji pokok,

tunjangan keluarga (tunjangan Istri/suami dan tunjangan anak), tunjangan

umum/tunjangan jabatan, tunjangan beras, iuran wajib pegawai, iuran BPJS,

iuran tabungan perumahan, potongan lain-lain dan pembulatan gaji.

Pengahasilan adalah gaji pokok ditambah tunjangan keluarga dan tunjangan-

tunjangan lainnya. Gaji pokok PNS adalah gaji yang tertuang dalam Daftar

Skala Gaji Pokok PNS yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.


Perencanaan alokasi kebutuhan dan penentuan kebutuhan gaji merupakan

kegiatan merumuskan besaran gaji idealnya disusun oleh masing-masing

organisasi perangkat daerah yang menjadi dasar dalam penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah setiap tahunnya. Rencana alokasi kebutuhan

gaji tersebut diusulkan kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah melalui Badan

Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.

Namun, pada umumnya hal itu sering tidak berjalan sebagaimana

mestinya, begitu juga yang terjadi dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten

Karimun, penganggaran gaji masing-masing organisasi perangkat daerah

disusun berdasarkan asumsi saja, sehingga sering terjadi anggaran yang telah

dianggarkan tidak cukup memenuhi kebutuhan gaji untuk satu tahun anggaran

pada organisasi perangkat daerah bersangkutan. Sehingga sering terjadi dan

menjadi keluhan dari Organisasi Perangkat Daerah dalam proses belanja

pegawai.

Hal ini menjadikan penyusunan APBD yang tidak tepat waktu sehingga

akan berpengaruh terhadap keterlambatan dalam merealisasikan program-

program kegiatan dan pembangunan proyek-proyek infrastruktur pemerintah

daerah. Sebagai akibat dari keterlambatan penetapan APBD ini pergerakan

ekonomi pada pemerintah daerah akan terhambat dan berimbas pada

perekonomian masyarakat secara umum, karena APBD merupakan stimulus

penting bagi pertumbuhan ekonomi daerah (Bastian, 2006).


Berdasarkan hal tersebut di atas penulis akan mencoba menjabarkan

mengenai pentingnya perencanaan gaji Aparatur Sipil Negara dilingkungan

Pemerintah Kabupaten Karimun dalam proses Penyusunan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Karimun. Dengan mengangkat

judul makalah yaitu: “Optimalisasi Perencanaan Penggajian Aparatur

Sipil Negara Dilingkungan Pemerintah Kabupaten Karimun“.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat

diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Hal apa saja yang menyebabkan belum optimalnya perencanaan

penggajian Aparatur Sipil Negara dalam Penyusunan Anggaran

Pendapatan Dan Belanja Daerah dilingkungan Penerintah Kabupaten

Karimun
2. Langkah strategis apakah yang harus di ambil Pemerintah Kabupaten

Karimun dalam upaya optimalisasi perencanaan penggajian Aparatur

Sipil Negara dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja

Daerah dilingkungan Penerintah Kabupaten Karimun


BAB II

PEMBAHASAN

1. Gambaran Umum

a. Gambaran Umum Sub Bidang Belanja Tidak Langsung


dan Pembiayaan

BPKAD dahulu masih berupa unit kerja yang kecil yaitu bagian keuangan

sekretariat daerah Kabupaten Karimun dengan tugas pokoknya mengelola

keuangan pemerintah Kabupaten Karimun. Mengingat pada saat itu potensi

tugas pengelolaan keuangan pemerintah Kabupaten Karimun belum begitu

kompleks, maka bagian keuangan Kabupaten Karimun terdiri dari 3 sub bagian

yaitu: sub bagian anggaran, sub bagian pembendaharaan, serta sub bagian

verifikasi dan pembukuan.

Dengan peningkatan perkembangan pembangunan dan laju pertumbuhan

penduduk Kabupaten Karimun, dan dengan intensitas kerja yang semakin

meningkat dan kompleks dalam hal penatausahaan keuangan, maka melaluli

Peraturan Bupati Karimun Nomor 37 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi

Dan Uraian Tugas Badan Daerah, bagian keuangan tersebut diatas ditingkatkan

statusnya menjadi Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang tugas

pokoknya mengelola keuangan dan aset pemerintah Kabupaten Karimun.


Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Karimun yang

mampu sebagai konteks pelayanan publik dalam rangka penyelenggaraan tata

pemerintahan yang baik (good governance). Pengembangan tata peningkatan

pengelolaan keuangan daerah yang bertujuan penataan organisasi perangkat

daerah yang profesional dan berkualitas dalam sistem dan penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai sarana pengembangan dan

peningkatan pengelolaan keuangan daerah. Penataan organisasi perangkat

daerah yang profesional guna pengawasan dan akuntabilitas, kualitas serta

penyusunan pelaporan dan pengelolaan keuangan daerah.

b. Tugas Pokok dan Fungsi

Dengan telah terbentuknya Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah

Kabupaten Karimun, sehingga dapat diketahui bahwa Sub Bidang Belanja Tidak

Langsung dan Pembiayaan mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu

Bidang Perbendaharaan dan Kas Daerah untuk melaksanakan urusan di bidang

belanja tidak langsung dan pembiayaan sesuai dengan kewenangannya. Uraian

tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 75 ayat (2) Peraturan Bupati Karimun

Nomor 37 Tahun 2016 Tentang Susunan Organisasi Dan Uraian Tugas Badan

Daerah sebagai berikut:

a. Membantu kepala bidang dalam penyusunan dan melaksanakan

rencana kegiatan pada sub bidang belanja tidak langsung dan

pembiayaan;
b. Meneliti kelengkapan dokumen SPM belanja tidak langsung dan

pembiayaan serta melakukan pengendalian pengeluaran yang

diajukan SKPD;

c. Melaksanakan register SP2D dan penerbitan SP2D belanja tidak

langsung dan pembiayaan;

d. Melaksanakan pemungutan dan penyetoran PFK belanja tidak

langsung dan pembiayaan;

e. Melaksanakan pencatatan belanja tidak langsung dan pembiayaan

sekaligus rekonsiliasi dan sinkronisasi penyusunan laporan arus kas

daerah;

f. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan Program

Sub bidang belanja tidak langsung dan pembiayaan;

g. Meneliti kelengkapan dokumen dan menerbitkan surat keterangan

pemberhentian pembayaran gaji; dan

h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.

Sebagaimana yang diketahui bahwa, sebuah belanja daerah merupakan

beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar

relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi,

khususnya dalam pemberian pelayanan umum dan berkelanjutan. Belanja

daerah secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Belanja Tidak Langsung. Belanja tidak langsung adalah belanja yang

dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program

dan kegiatan, dimana yang termasuk kedalamnya adalah sebagai

berikut:
a. Pengeluaran Belanja Pegawai
b. Pengeluaran Belanja Bunga
c. Pengeluaran Belanja Subsidi
d. Pengeluaran Belanja Hibah
e. Pengeluaran Belanja Bantuan Sosial
f. Pengeluaran Belanja Bantuan Keuangan
g. Pengeluaran Belanja Tak Terduga
Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi yang diberikan dalam

bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada

pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku. Belanja bunga digunakan untuk menganggarkan

pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal

outstanding), sesuai dengan perjanjian pinjaman berjangka yang terdiri dari

jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.


Belanja subsidi digunakan untuk menganggarkan bantuan biaya produksi

kepada perusahaan atau lembaga tertentu agar harga jual produksi dan jasa

yang dihasilkan, dapat terjangkau oleh masyarakat luas. Belanja subsidi

dianggarkan sesuai dengan keperluanperusahaan/lembaga penerima subsidi

dalam peraturan daerah tentang APBD yang peraturanpelaksanaannya lebih

lanjut dituangkan dalam peraturan kepala daerah.


Belanja hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam

bentuk uang, barang dan jasa kepada pemerintah maupun pemerintah daerah

lainnya, dan kelompok masyarakat serta perorangan yang secara spesifik telah
memiliki peruntukan yang jelas. Belanja hibah bersifat bantuan yang tidak

mengikat/tidak secara terus menerus dan harus digunakan sesuai dengan

persyaratan yang ditetapkan dalam naskah perjanjian hibah daerah.


Bantuan sosial digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan

dalam bentuk uang dan barang kepada masyarakat, dengan tujuan untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bantuan sosial diberikan tidak secara

terus menerus/tidak berulang setiap tahun anggaran, selektif dan memiliki

kejelasan peruntukan penggunaannya. Belanja bagi hasil digunakan untuk

menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi

kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota kepada pemerintah

desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah

lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.


Bantuan keuangan digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan

yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota,

pemerintah desa, dan kepada pemerintah daerah lainnya atau dari pemerintah

kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam

rangka pemerataan atau peningkatan kemampuan keuangan daerah.


Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya

diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima

bantuan. Bantuan keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan

pengelolaannya diarahkan/ditetapkan oleh pemerintah daerah pemberi

bantuan.
Belanja tidak terduga merupakan tindakan belanja untuk kegiatan yang

bersifat tidak biasa atau tidak diharapkan akan terjadi seperti penanggulangan
bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya,

termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun sebelumnya,

yang telah ditutup. Kegiatan yang bersifat tidak biasa sebagaimana dimaksud

pada yaitu untuk tanggap darurat dalam rangka pencegahan gangguan

terhadap stabilitas penyelenggaraan pemerintahan demi terciptanya keamanan,

ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerah.


2. Belanja Langsung. Sedangkan Belanja langsung adalah belanja yang

dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan

kegiatan, dimana yang termasuk kedalamnya adalah sebagai berikut :


a. Pengeluaran Belanja Pegawai
b. Pengeluaran Belanja Barang dan Jasa
c. Pengeluaran Belanja Modal

Belanja pegawai pada belanja langsung biasanya digunakan untuk

pengeluaran honorarium/upah dalam melaksanakan program dan

kegiatan pemerintahan daerah. Belanja barang dan jasa digunakan untuk

pengeluaran dalam bentuk pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya

kurang dari 12 bulan dan pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan

kegiatan pemerintahan daerah. Pembelian/pengadaan barang dan/atau

pemakaian jasa sebagaimana dimaksud diatas mencakup belanja barang pakai

habis, bahan/material, jasa kantor, premi asuransi, perawatan kendaraan

bermotor, cetak/penggandaan, sewa rumah/gedung/gudang/parkir, sewa

sarana mobilitas, sewa alat berat, sewa perlengkapan dan peralatan kantor,

makanan dan minuman, pakaian dinas dan atributnya, pakaian kerja, pakaian
khusus dan hari-hari tertentu, perjalanan dinas, perjalanan dinas pindah tugas

dan pemulangan pegawai.


Belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka

pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang

mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan

pemerintahan, seperti tanah, mesin, bangunan, jalan, irigasi dan aset tetap

lainnya. Nilai pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud

yang dianggarkan dalam belanja modal hanya sebesar harga beli/bangun aset.

Sedangkan belanja honorarium panitia pengadaan dan administrasi pembelian /

pembangunan untuk memperoleh setiap aset yang dianggarkan pada belanja

modal dianggarkan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa.
3. Pembiayaan Daerah. Pembiayaan daerah terdiri dari penerimaan

pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan, dimana yang termasuk

kedalamnya adalah sebagai berikut :


a. Penerimaan pembiayaan terdiri dari:

- sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya

(SiLPA);

- pencairan dana cadangan;

- hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

- penerimaan pinjaman daerah;

- penerimaan kembali pemberian pinjaman; dan

- penerimaan piutang daerah.

Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA)

sebagaimana dimaksud mencakup pelampauan penerimaan PAD, pelampauan


penerimaan dana perimbangan, pelampauan penerimaan lain-lain pendapatan

daerah yang sah, pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan belanja,

kewajiban kepada fihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan,

dan sisa dana kegiatan lanjutan. Dana cadangan dibentuk pemerintah daerah

guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat

sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Peraturan daerah sebagaimana dimaksud mencakup penetapan tujuan

pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan dibiayai dari

dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus

dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber dana

cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.

Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan

dibahas bersamaan dengan pembahasan rancangan peraturan daerah tentang

APBD. Penetapan rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana

cadangan sebagaimana dimaksud ditetapkan oleh kepala daerah bersamaan

dengan penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD. Dana cadangan

dimaksud dapat bersumber dari penyisihan atas penerimaan daerah, kecuali

dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah dan penerimaan lain yang
penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan.

Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri. Penerimaan hasil

bunga/deviden rekening dana cadangan dan penempatan dalam portofolio

dicantumkan sebagai penambah dana cadangan berkenaan dalam daftar dana

cadangan pada lampiran rancangan peraturan daerah tentang APBD.

Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran pembiayaan

dalam tahun anggaran yang berkenaan.

Pencairan dana cadangan digunakan untuk menganggarkan pencairan

dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas umum daerah

dalam tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang dianggarkan tersebut sesuai

dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang

pembentukan dana cadangan berkenaan. Penggunaan atas dana cadangan

yang dicairkan dari rekekning dana cadangan ke rekening kas umum daerah

sebagaimana dimaksud dianggarkan dalam belanja langsung SKPD pengguna

dana cadangan berkenaan, kecuali diatur tersendiri dalam peraturan

perundang-undangan.

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat digunakan antara

lain untuk menganggarkan hasil penjualan perusahaan milik daerah/BUMD dan

penjualan aset milik pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak

ketiga, atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah. Penerimaan


pinjaman daerah adalah dapat digunakan untuk menganggarkan penerimaan

pinjaman daerah termasuk penerimaan atas penerbitan obligasi daerah yang

akan direalisasikan pada tahun anggaran berkenaan.

Pemberian pinjaman adalah digunakan untuk menganggarkan pinjaman

yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya.

Penerimaan kembali pemberian pinjaman sebagaimana dimaksud digunakan

untuk menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan

kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya. Sedangkan

penerimaan piutang adalah dapat digunakan untuk menganggarkan

penerimaan yang bersumber dari pelunasan piutang fihak ketiga, seperti

berupa penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah, pemerintah,

pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan

bank dan penerimaan piutang lainnya.

b. Pengeluaran Belanja Barang dan Jasa

- pembentukan dana cadangan;

- penanaman modal (investasi) pemerintah daerah;

- pembayaran pokok utang; dan

- pemberian pinjaman daerah.

Pembentukan dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk

menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat

dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Pemerintah daerah dapat membentuk

dana cadangan guna mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran.

Pembentukan dana cadangan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Peraturan daerah mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan,

program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan

rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke

rekening dana cadangan, sumber dana cadangan, dan tahun anggaran

pelaksanaan dana cadangan.

Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh manfaat ekonomis

seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya

sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka

pelayanan kepada masyarakat. Investasi pemerintah daerah digunakan untuk

menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan

investasi yang dapat segera diperjualbelikan/dicairkan, ditujukan dalam rangka

manajemen kas dan beresiko rendah serta dimiliki selama kurang dari 12

(duabelas) bulan. Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud mencakup

deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (duabelas) bulan

yang dapat diperpanjang secara otomatis, pembelian surat utang negara

(SUN), sertifikat bank Indonesia (SBI) dan surat perbendaharaan negara (SPN).

Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki


lebih dari 12 (duabelas) bulan yang terdiri dari investasi permanen dan non

permanen. Investasi jangka panjang tersebut antara lain surat berharga yang

dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha,

misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham

pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk

tujuan menjaga hubungan balk dalam dan luar negeri, surat berharga yang

tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka

pendek.

Investasi permanen sebagaimana dimaksud adalah bertujuan untuk

dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk diperjualbelikan atau tidak

ditarik kembali, seperti kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk

penggunausahaan / pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada

BUMD dan/atau badan usaha lainnya dan investasi permanen lainnya yang

dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat. Investasi non permanen bertujuan untuk dimiliki

secara tidak berkelanjutan atau ada niat untuk diperjualbelikan atau ditarik

kembali, seperti pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang

dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang

disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan / pemberdayaan

masyarakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir

kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha


mikro dan menengah. Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila

jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan

dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal dengan berpedoman pada

Peraturan Menteri Dalam Negeri.

Pembayaran pokok utang didasarkan pada jumlah yang harus dibayarkan

sesuai dengan perjanjian pinjaman dan pelaksanaannya merupakan prioritas

utama dari seluruh kewajiban pemerintah daerah yang harus diselesaikan

dalam tahun anggaran yang berkenaan. Pembayaran pokok utang digunakan

untuk menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung

berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang. Pembayaran pokok utang sebagaimana dimaksud digunakan untuk

menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung

berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang.

Sedangkan pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan

daerah menerima sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang

dari pihak lain sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar kembali.

Pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan pinjaman yang diberikan

kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah lainnya. Penerimaan

kembali pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan posisi

penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat

dan/atau pemerintah daerah lainnya.


2. Perencanaan

Didalam manajemen, perencaan merupakan sebuah proses untuk

mengartian suatu tujuan organisasi, membuat sebuah strategi untuk mencapai

sebuah tujuan tertentu, serta mengembangkan sebuah rencana aktivitas kerja

dalam organisasi. Perencanaan merupakan perhitungan dan penentuan tentang

sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Perencanaan ialah proses yang penting dari semua manajemen, sebab

tanpa sebuah rencana fungsi-fungsi pengorganisasian, pelaksanaan dan

pengontrolan tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Dan tanpa

proses perencanaan, tujuan yang ingin dicapai akan sulit terealisasi sesuai

harapan atau keinginan.

Fungsi perencanaan biasanya sebagai proses yang dinilai mampu

menghasilkan suatu keputusan yang berhubungan apa yang telah diinginkan

dan mengendalikan hasil akhir untuk membandingkan rencana yang dibuat.

Tujuan dari pembuatan perencanaan sendiri meliputi keefisien serta keefektifan

pelaksanaan rencana yang telah dibuat dalam suatu kegiatan organisasi atau

pengevaluasian sebuah penyimpangan yang terjadi.

Untuk pemenuhan kebutuhan gaji di masing-masing Organisasi Perangkat

Daerah, perlu adanya perencanaan yang matang dan terukur. Hal ini menjadi

dasar penganggaran belanja tidak langsung dalam hal ini belanja gaji aparatur
sispil negara pada Organisasi Perangkat Daerah masing-masing yang

dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten

Karimun tiap tahunnya. Perhitungan dan perencanaan yang tepat akan

mendapatkan perhitungan gaji yang benar-benar sesuai dengan jumlah

aparatur sispil negara yang ada pada Organisasi Perangkat Daerah, sehingga

dalam pelaksanaan belanjanya tidak terjadi kekurangan anggaran di tiap-tiap

item penggajian yang ada.

Menurut Siagian (1994:108) Perencanaan dapat didefinisikan sebagai

keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal

yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian

tujuan yang telah ditentukan.

Rustiadi (2008:339) menyatakan bahwa perencanaan merupakan suatu

proses menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta

menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Sebagian

kalangan berpendapat bahwa perencanaan merupakan suatu aktivitas yang

dibatasi oleh lingkup waktu tertentu, sehingga perencanaan, lebih jauh

diartikan sebagai kegiatan terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu

dalam waktu tertentu. Artinya perencanaan merupakan suatu proses

menentukan apa yang ingin dicapai di masa yang akan dating serta

menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Dengan

demikian, proses perencanaan dilakukan dengan menguji berbagai arah

pencapaian serta mengkaji berbagai ketidakpastian yang ada, mengukur


kemampuan (kapasitas) kita untuk mencapainya kemudian memilih arah-arah

terbaik serta memilih langkah-langkah untuk mencapainya.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan

merupakan sesuatu yang sangat penting dalam melaksanakan suatu kebijakan.

Perencanaan adalah kegiatan menetapkan, merumuskan tujuan dan mengatur

pendayagunaan manusia, material, metode dan waktu secara efektif dalam

rangkan pencapaian tujuan.

Adapun tujuan Perencanaan menurut Husaini Usman (2011:65) adalah untuk:

1. Standart Pengawasan, yaitu mencocokkan pelaksanaan dengan

perencanaannya,

2. Mengetahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan,

3. Mengetahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasinya), baik

kualifikasinya maupun kuantitasnya,

4. Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas

pekerjaan,

5. Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produktif dan menghemat

biaya, tenaga dan waktu,

6. Memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai kegiatan pekerjaan,

7. Menyerasikan dan memadukan beberapa sub kegiatan,

8. Mendeteksi hambatan kesulitan yang bakal ditemi, dan

9. Mengarahkan pada pencapaian tujuan.


Sedangkan menurut Husaini Usman (2011:65) menuliskan bahwa manfaat

perencanaan sebagai berikut:

1. Standar pelaksanaan dan pengawasan,

2. Pemilihan berbagai alternatif terbaik,

3. Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan,

4. Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi,

5. Membantu manajer menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan,

6. Alat untuk memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait, dan

7. Alat untuk meminimalkan pekerjaan yang tidak pasti.

Dari uraian tujuan dan manfaat dari perencanaan diatas, dapat

disimpulkan bahwa dengan telah ditetapkannya perencanaan maka tujuan yang

akan dicapai akan mudah diperoleh, dan manfaatnya kedepan adalah dapat

mempermudah proses pengorganisasian, pelaksanaan dan control dalam

pelaksanaan kegitan pegawai kedepannya. Karena gaji merupakan unsur yang

penting bagi organisasi, maka diperlukan suatu perencanaan penggajian secara

baik. Perencanaan penggajian merupakan suatu jaringan prosedur yang dibuat

secara terpadu untuk menghasilkan informasi mengenai gaji pegawai secara

akurat dan memadai sehingga informasi tersebut dapat berguna bagi piha-

pihak yang memerlukan.

3. Definisi Gaji
Gaji adalah suatu bentuk balas jasa ataupun penghargaan yang diberikan

secara teratur kepada Pegawai Negeri Sipil atas jasa dan hasil kerjanya. Gaji

sering juga disebut sebagai upah, dimana keduanya merupakan suatu bentuk

kompensasi. Perbedaan gaji dan upah hanya terletak pada kuatnya ikatan

kontrak kerja dan jangka waktu penerimaannya. Seorang menerima gaji pada

umumnya diberikan pada setiap akhir bulan dan jumlahnya tetap.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Peraturan

Gaji Pegawai Negeri Sipil menyatakan bahwa setiap Pegawai berhak

memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya

dengan komposisinya terdiri atas gaji pokok ditambah tunjangan dan dikurangi

dengan potongan-potongan yang sah.

Di dalam masyarakat masih banyak yang belum bisa membedakan antara

istilah gaji dan upah. Hal ini disebabkan karena kedua istilah ini merupakan

bentuk jasa yang diberikan oleh atasan kepada tenaga kerja atas pekerjaannya.

Sehingga sering salah penafsiran dalam masyarakat tentang gaji maupun upah.

Adapun gaji merupakan sejumlah pembayaran kepada pegawai yang

diberi tugas administratif dan manajemen yang biasanya ditetapkan secara

bulanan. Sedangkan upah merupakan imbalan yang diberikan kepada buruh

yang melakukan pekerjaan kasar dan lebih banyak mengandalkan kekuatan

fisik, jumlah pembayaran upah biasanya ditetapkan secara harian atau


berdasarkan unit pekerjaan yang diselesaikan. G. Sugiyarso d an F. Winarni,

Dasar-dasar Akuntansi Perkantoran, Yogyakarta, 2005, pa ge 95

Gaji merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh

para karyawan yang mempunyai jenjang jabatan PNS, anggota TNI dan POLRI

dan anggota pemerintah yang dibayarkan secara bulanan. Sedangkan upah

merupakan penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja

untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan dan dinilai dalam bentuk

uang sesuai dengan perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja termasuk

tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya. Achma d S. Ruky,

Manajemen Penggajian dan Pengupahan Karyawan Perusahaan, Jakarta. 2001.

Sedangkan upah digunakan untuk menggambarkan pembayaran jasa

kerja untuk satuan waktu pendek, misalnya per hari atau malahan per jam. Gaji

menggambarkan pembayaran jasa kerja untuk satuan waktu lebih panjang

biasanya sebulan.

Untuk menggambarkan kaitan pekerja penerima upah dengan proses

produksi pada industri manufaktur. Upah dibayarkan kepada pekerja yang

terlibat langsung dalam proses produksi, baik terlibat langsung maupun tidak

langsung.

Menurut Pasal 7 UU 8/74 jo. Pasal 7 UU 43/99, “Setiap Pegawai Negeri

berhak memperoleh gaji yg layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung

jawabnya.” Gaji adalah balas jasa atau penghargaan atas prestasi kerja, yang

harus dapat memenuhi kebutuhan hidup bersama keluarganya secara layak,


sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya dan kegiatannya untuk

melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya.

Sistem penggajian dapat digolongkan dalam dua sistem, yaitu sistem skala

tunggal dan sistem skala ganda. Sistem skala tunggal adalah sistem penggajian

yang memberikan gaji yang sama kepada pegawai yang berpangkat sama

dengan tidak atau kurang memperhatikan sifat pekerjaan yang dilakukan dan

beratnya tanggung jawab pekerjaannya. Sistem skala ganda adalah sistem

penggajian yang menentukan besarnya gaji bukan saja didasarkan pada

pangkat, tetapi juga didasarkan pada sifat pekerjaan yang dilakukan, prestasi

kerja yang dicapai dan beratnya tanggung jawab pekerjaannya.

Selain kedua sistem penggajian tersebut dikenal juga sistem penggajian

ketiga yang disebut sistem skala gabungan, yang merupakan perpaduan antara

sistem skala tunggal dan sistem skala ganda. Dalam sistem skala gabungan,

gaji pokok ditentukan sama bagi pegawai negeri yang berpangkat sama, di

samping itu diberikan tunjangan kepada Pegawai Negeri yang memikul

tanggung jawab yang lebih berat, prestasi yang tinggi atau melakukan

pekerjaan tertentu yang sifatnya memerlukan pemusatan perhatian dan

pengerahan tenaga secara terus-menerus.

Adapun sistim penggajian Pegawai Negeri Sipil yang ada di Indonesia saat

ini adalah gabungan skala tunggal dan skala ganda, yaitu pegawai yang

berpangkat sama diberi gaji pokok yang sama, disamping itu diberikan

tunjangan kepada pegawai yang melakukan pekerjaan tertentu yang sifatnya


memerlukan pemusatan perhatian dan pengerahan tenaga. Pegawai yang

berpangkat sama diberikan gaji yang sama ditambah tunjangan kepada

pegawai yang melaksanakan pekerjaan tertentu yang sifatnya terus menerus.

Menurut Soemarso (2009:307) gaji adalah imbalan kepada pegawai yang

diberikan atas tugas-tugas administrasi dan pimpinan yang jumlahnya biasanya

tetap secara bulanan. Sedangkan Mardi (2011:107) mengatakan bahwa gaji

adalah sebuah bentuk pembayaran atau sebuah hak yang diberikan oleh

sebuah perusahaan atau instansi kepada pegawai.

Pada dasarnya definisi gaji erat kaitannya dengan dua kriteria. Pertama

adalah merupakan imbal jasa atas apa yang telah diberikan individu

(pekerja/PNS) kepada suatu entitas atau negara dan yang kedua jumlahnya

tetap dan dibayarkan secara periodik.

Pemerintah hingga saat ini belum memberikan gaji Pegawai Negeri Sipil

berdasarkan hidup layak walaupun besarnya gaji Pegawai Negeri Sipil yang

diberikan rata-rata sudah di atas Upah Minimum Regional sistem penggajian

saat ini secara implisit menganut kriteria produktivitas, karena pada hakekatnya

gaji adalah sebagai balas jasa atau penghargaan atas hasil kerja seseorang.

Terlepas dari sistem penggajian yang dianut, faktor kemampuan anggaran

masih sangat dominan dalam menentukan sistem penggajian di Indonesia.

Pola dasar perhitungan gaji yang cukup fleksibel hendaknya

mencerminkan 5 (lima) hal pokok, yaitu:

1. Upah/gaji harus mencerminkan nilai pekerjaan/tugas


2. Kenaikan gaji hendaknya sebanding dengan peningkatan produktivitas

kerja
3. Peningkatan gaji hendaknya diperhitungkan dengan keuntungan

negara dan penampilan individu PNS


4. Peningkatan gaji tidak diberikan dalam basis yang permanen
5. Adanya ukuran yang stabil dari penghasilan kerja.

Standar minimal penghasilan yang harus diterima PNS :

- Gaji pokok, tunjangan keluarga, dan tunjangan pangan.


- Tunjangan jabatan diberikan bagi PNS yang memangku jabatan
- Tunjangan jabatan struktural merupakan jabatan berdasarkan “span of

control” terhadap lingkungan tugas pekerjaan, sedangkan jabatan

fungsional merupakan jabatan atas keahlian seorang PNS

Jadi dari definisi gaji di atas dapat disimpulkan bahwa gaji adalah imbalan

lebih kepada Pegawai Negeri Sipil atas pikiran yang diberikan dalam tugas yang

sifatnya lebih konstan. Dibayarkan dalam jumlah yang tetap dengan sistem

pembayaran periodik. Oleh karenanya, perencanaan penggajian sangat perlu

dilakukan dimulai dari organisasi perangkat daerah, agar pengalokasian gaji

untuk satu tahun kedepan sesuai realita dan kebutuhan.

4. Permasalahan Yang Dihadapi

Dalam menetapkan besaran anggaran gaji tiap-tiap Organisasi Perangkat

Daerah yang akan ditunagkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

setiap tahunnya merupakan tanggung jawab masing-masing Organisasi

Perangkat Daerah itu sendiri. Oleh karenanya, fungsi perencanaan di masing-

masing Organisasi Perangkat Daerah perlu menjadi perhatian bersama.


Permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Karimun saat ini

adalah, dimana fungsi perencanaan penggajian di tiap-tiap Organisasi

Perangkat Daerah tidak berjalan sebgaimana mestinya. Sehingga setiap tahun,

alokasi gaji masing-masing Organisasi Perangkat Daerah sering tidak cukup

dan tidak sesuai dengan kebutuhan real pegawai yang ada saat ini. Hal ini

terjadi karena :

a. Masih minimnya pengetahuan sumber daya manusia tentang

perencanaan penggajian

b. Masih lemahnya koordinasi antara Organisasi Perangkat Daerah

bersangkutan dengan Badan Kepegawaian dan Pengembangan

Sumber Daya Manusia

c. Kurangnya pemahaman dari Organisasi Perangkat Daerah terhadap

peraturan tentang penyusunan anggaran penggajian

d. Masih ditemukannya koordinasi, pendelegasian tugas dan tanggung

jawab yang tidak baik di internal Organisasi Perangkat Daerah dalam

penyusunan anggaran penggajian

5. Alternatif Pemecahan Masalah

Melihat permasalahan yang masih ada dalam perencanaan penggajian di

masing-masing Organisasi Perangkat Daerah, maka dapat diberikan beberpa

solusi untuk pemecahan permasalahan tersebut, diantaranya adalah :


a. Mengadakan focus group discussion tentang pemahaman dari proses

perencanaan penggajian yang nantinya diperlukan dalam penyusunan

APBD.
b. Mengadakan bimbingan teknis tentang pedoman dalam perencanaan

penggajian di masing-masing Organisasi Perangkat Daerah.


c. Memperbaiki sistem koordinasi dan pendelegasian tugas dan tanggung

jawab di internal Organisasi Perangkat Daerah dalam perencanaan

penggajian.
d. Meningkatkan koordinasi antara Organisasi Perangkat Daerah dengan

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

perihal Surat Keputusan perubahan gaji masing-masing ASN

dilingkungan kerjanya.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Perencanaan penggajian masing-masing organisasi perangkat daerah

dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun saat ini masih belum

optimal. Hal ini dapat dilihat dari pengalokasian kebutuhan dan penentuan

kebutuhan gaji masih disusun berdasarkan asumsi yang berpatokan pada gaji

tahun anggaran sebelumnya, sehingga sering terjadi anggaran yang telah

dianggarkan tidak cukup memenuhi kebutuhan gaji untuk satu tahun anggaran

pada organisasi perangkat daerah bersangkutan.

Di samping itu, masih minimnya pengetahuan Aparatur Sipil Negara yang

berhubungan dengan perencanaan penggajian di masing-masing Organisasi

Perangkat Daerah, ditambah dengan masih kurang pahamnya Organisasi

Perangkat Daerah peraturan tentang penggajian disamping kurangnya

koordinasi di internal Organisasi Perangkat Daerah maupun koordinasi dengan

Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia perihal

perubahan gaji masing-masing ASN dilingkungan kerjanya.


2. Saran

Adapun saran penulis atas belum optimalnya perencanaan penggajian

Aparatur Sipil Daerah dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun

adalah perlu disusunnya perencanaan penganggaran terhadap alokasi

kebutuhan gaji masing-masing organisasi perangkat daerah yang diusulkan

kepada Tim Anggaran Pemerintah Daerah melalui Badan Pengelola Keuangan

dan Aset Daerah. Hal ini perlu dilakukan agar alokasi yang akan dianggarkan

cukup memenuhi kebutuhan gaji untuk satu tahun anggaran pada masing-

masing organisasi perangkat daerah.

Perlu adanya peningkatan pengetahuan ASN yang berhubungan dengan

masalah perencanaan penggajian dengan mengikutkannya pada focus group

discussion maupun bimbingan teknis tentang pedoman dalam perencanaan

penggajian di masing-masing Organisasi Perangkat Daerah. Perlu adanya

koordinasi yang baik dalam internal Organisasi Perangkat Daerah dalam

pendelegasian tugas dan tanggung jawab kepada ASN yang bertugas

menyusun perencanaan penggajian di lingkungan kerjanya.

Selain itu, perlu ditingkatkannnya koordinasi antara Organisasi Perangkat

Daerah bersangkutan dengan Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber

Daya Manusia perihal perubahan gaji masing-masing ASN dilingkungan

kerjanya, sehingga penganggaran gaji yang telah disusun nantinya tidak

mengalami kekurangan dalam pelaksanaannya.


PERATURAN BUPATI KARIMUN

NOMOR 37 TAHUN 2016

TENTANG

SUSUNAN ORGANISASI
DAN URAIAN TUGAS BADAN DAERAH

Pasal 75

(1) Sub Bidang Belanja Tidak Langsung dan Pembiayaan mempunyai tugas
membantu Bidang Perbendaharaan untuk melaksanakan urusan di sub
bidang Belanja Tidak Langsung dan Pembiayaan.

(2) Uraian tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut :
a. Membantu kepala bidang dalam penyusunan dan melaksanakan
rencana kegiatan pada sub bidang belanja tidak langsung dan
pembiayaan;
b. Meneliti kelengkapan dokumen SPM belanja tidak langsung dan
pembiayaan serta melakukan pengendalian pengeluaran yang diajukan
SKPD;
c. Melaksanakan register SP2D dan penerbitan SP2D belanja tidak
langsung dan pembiayaan;
d. Melaksanakan pemungutan dan penyetoran PFK belanja tidak langsung
dan pembiayaan;
e. Melaksanakan pencatatan belanja tidak langsung dan pembiayaan
sekaligus rekonsiliasi dan sinkronisasi penyusunan laporan arus kas
daerah;
f. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan Program
Sub bidang belanja tidak langsung dan pembiayaan;
g. Meneliti kelengkapan dokumen dan menerbitkan surat keterangan
pemberhentian pembayaran gaji; dan
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:
Mardi. 2011. Sistem informasi akuntansi. Bogor : Ghalia

Ruky, Achmad S, 2001, “Manajemen Penggajian dan Pengupahan Untuk


Karyawan Perusahaan” ,Edisi Pertama, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Rustiadi. 2008. Perencanaan dan pengembangan wilayah. Bogor : IPB

Siagian. 1994. Organisasi, kepemimpinan, perilaku administrasi . Jakarta : CV.


Haji Mas Agung

Soemarso. 2009. Akuntansi suatu pengantar . Buku ke 2. Edisi 5. Jakarta :


Salemba Empat

Sugiyarso, G. dan F. Winarni F. 2005. Dasar-dasar akuntansi perkantoran.


Yogyakarta : Media Pressindo

Usman, Husaini. 2011. Manajemen : teori, praktik, dan riset pendidikan . Jakarta
: Bumi Aksara

Sumber Perundangan:

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri


Sipil

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2015 tentang


Perubahan Ketujuh Belas Atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun
1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil

Anda mungkin juga menyukai