Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN STUDI KASUS BESAR

PENATALAKSAAN DIET PADA PASIEN DEWASA

DENGAN DIAGNOSA NEFROTIK SINDROM & DYSPEPSIA

RUANG RAWAT INAP TERATAI C

RSUD CIAWI

Oleh

Pipid Handayani 1205025055

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR. HAMKA

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sindrom Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
peningkatan permebialitas glomerulus terhadap protein plasma yang
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sifat
khusus penyakit ini adalah sering kambuh, sering gagalnya pengobatan dan
timbul penyulit, baik akibat dari penyakit itu sendiri maupun oleh karena akibat
pengobatannya. Penyulit yang sering terjadi pada sindrom nefrotik adalah
infeksi, trombosis, gagal ginjal akut, malnutrisi gangguan pertumbuhan,
hiperlipidemia, dan anemia (Betz, et al. 2009).
Sindrom nefrotik pada anak merupakan penyakit ginjal anak yang paling
sering ditemukan. Insiden SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat
dan Inggris adalah 2-7 kasus baru per 100.000 anak per tahun, dengan
prevalensi berkisar 12-16 kasus per 100.000 anak. Di negara berkembang
insidensnya lebih tinggi. Di indonesia dilaporkan 6 per 100.000 per tahun pada
anak yang berusia kurang dari 14 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan
perempuan adalah 2:1 (Konsensus IDAI, 2012).
Etiologi SN dibagi menjadi 3, yaitu Kongenital, primer/idiopatik, dan
sekunder mengikuti penyakit sistemik, antara lain, lupus eritematosus sistemik
(LES), purpura Henoch Schonlein, dll (Konsensus IDAI, 2012).
Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital,
sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya
sebagian besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik
terhadap pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya
akan relaps dan sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan
steroid (IDAI, 2010).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Melatih mahasiswa untuk memberikan asuhan gizi klinik serta
meningkatkan pengetahuan dalam melakukan penatalakasanaan diet pada

2
pasien dewasa Sindrome Nefrotik diruang rawat inap Teratai C kelas 3
Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi, Bogor.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji status gizi pasien
2. Menentukan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan
penyakitnya
3. Menghitung anamnesa gizi pasien selama perawatan di Rumah
Sakit
4. Menentukan jenis diet sesuai penyakitnya
5. Melaksanakan intervensi
6. Memberikan edukasi gizi
7. Melakukan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi

1.3 Metode
Ruang lingkup laporan studi kasus ini mengacu pada masalah gizi di
ruang rawat inap Teratai C Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi Bogor pada
tanggal 18 Mei 2016 pada penyakit Sindrom Nefrotik yang di derita oleh
Nn. R. F dengan menggunakan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
(NCP).

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat
selama proses perkuliahan.

1.4.2. Bagi Pasien


Memberikan informasi mengenai diet yang harus dijalankan agar dapat
mempertahankan derajat kesehatan setinggi-tingginya sesuai dengan kondisi
dan kemampuan pasien.
1.4.3 Bagi Instalasi Gizi

Memberikan informasi dan gambaran mengenai kebutuhan asupan


makan pasien sesuai dengan kemampuan, penyakit, dan dietnya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sindrom Nefrotik

Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh


kelainan glomerulus dengan gejala edema, proteinuria masif (>
50mg/kg/BB/24jam), hipoalbuminemia (< 2,5mg/100ml), dan
hiperkolesterolemia ( > 250 mg/dl). Tanda-tanda tersebut dijumpai pada
kondisi rusaknya membran kapiler glomerulus yang signifikan dan
menyebabkan peningkatan permebialitias membran glomerulus terhadap
protein.

Penyakit ini berlaku secara tiba-tiba dan berlanjut secara progresif dan
tersering pada anak-anak dengan insiden tertinggi ada anak usia 3-4 tahun
dengan rasio laki-laki dan perempuan 2:1. Biasanya ditemukan juga oliguria
dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat.
Terkadang dijumpai pula hematuria, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal.
Sedimen urin bisa juga normal namun bila didapati hematuria mikroskopik (>
20 eritrosit per lapangan pandang besar) dicurigai dengan adanya lesi
glomerular misalnya sklerosis glomerulus fokal.

Umumnya, sindrom nefrotik diklasifikasikan menjadi sindrom nefrotik


primer dan sekunder. Pada sindrom nefrotik primer terjadi kelainan pada
glomerulus itu sendiri dimana faktor etiologinya tidak diketahui. Penyakit ini
90% ditemukan pada kasus anak. Pasien sindrom nefrotik primer secara klinis
dapat dibagi lagi menjadi 3 kelompok yaitu sindrom nefrotik kongenital,
responsif steroid dan resisten steroid. Sindrom nefrotik primer yang biasanya
paling banyak menyerang anak berupa sindrom nefrotik tipe kelainan
minimal dan majoriti dari mereka berumur antara 1-6 tahun dan 90-95% dari
mereka memberi respon yang baik kepada terapi kortikosteroid. Pada dwasa
pula, prevalensi sindrom nefrotik tipe kelainan minimal jauh lebih sedikit
kasusnya berbadning pada anak-anak.

4
Sindrom nefrotik bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal atau
karena reaksi maternofetal dan resisten terhadap semua pengobatan.
Prognosisnya buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya atau usia 1-5 tahun. Faktor prediposisi kematian
sering, oleh karena infeksi, malnutrisi atau gagal ginjal. Pasien bisa
diselamatkan dengan terapi agresif atau transplantasi ginjal yang dini.

2.2 Etiologi Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh glomerulonefritis primer dan


sekunder akibat infeksi, keganasan, penyakit jaringan penghubung
(connective tissue disease), obat atau toksin, dan akibat penyakit sistemik.
Klasifikasi dan penyebab sindrom nefrotik didasarkan pada penyebab
primer (gangguan glomerular karena umur), sekunder (penyebab sindrome
nefrotik), dan sindrom nefrotik bawaan.
a. Sindrom Nefrotik Bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal dan resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis
buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan pertama
kehidupannya atau pada usia 1-5 tahun. Faktor prediposisi
kematian sering oleh karena infeksi, malnutrisi, atau gagal ginjal.
Pasien bisa diselamatkan dengan terapi agresif atau transplantasi
ginjal yang dini.
b. Penyebab Primer
Sindrom nefrotik primer dikelompokkan menurut International
Study of Kidney Disease in Children (ISKDC). Berdasarkan
kelainan histopatologik glomerulus. Kelainan glomerulus ini
sebagaibesar ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskop cahaya,
dan apabila diperlukan, dengan pemeriksaan mikroskop elektron
dan immunofluoresensi. Nefrotik primer yang bila berdasarkan
gambaran dari histopatologinya, dapat terbagi menjadi :
1. Sindroma nefrotik kelainan minimal
2. Nefropati membranosa

5
3. Glomerulonephritis proliferative membranosa.
4. Glomerulonephritis stadium lanjut.
b. Penyebab Sekunder
Sindrom nefrotik sekunder timbul menyertai suatu penyakit
yang telah diketahui etiologinya. Penyebab yang sering dijumpai
adalah penyakit metabolik atau kongenital, infeksi, paparan toksin
dan alergen, penyakit sistemik bermediasi imunologik, neoplasma.
a. Infeksi : malaria, hepatitis B dan C, GNA pasca infeksi, HIV,
sifilis, TB, lepra, skistosoma
b. Keganasan : leukemia, Hodgkin’s disease, adenokarsinoma
:paru, payudara, colon, myeloma multiple, karsinoma ginjal
c. Jaringan penghubung : SLE, artritis rheumatoid, MCTD (mixed
connective tissue disease)
d. Metabolik : Diabetes militus, amylodosis
e. Efek obat dan toksin : OAINS, preparat emas, penisilinami,
probenesid, kaptopril, heroin.
f. Berdasarkan respon steroid, dibedakan respon terhadap steroid
(sindrom nefrotik yang sensitive terhadap steroid (SNSS) yang
lazimnya berupa kelainan minimal, tidak perlu biopsy), dan
resisten steroid atau SNRS yang lazimnya bukan kelainan
minimal dan memerlukan biopsy.

2.3 Patofisiologi

Perubahan patologis yang mendasari pada sindrom nefrotik adalah


proteinuria. Terjadinya proteinuria disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas kapiler terhadap protein akibat kerusakan glomerulus
(kebocoran glomerulus) yang ditentukan oleh besarnya molekul dan muatan
listrik, dan hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria
tubular). Proteinuria sebagian berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria
tubular). Perubahan integritas membran basalis glomerulus menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein
utama yang dieskresikan akibat peningkatan permiabilitas membran

6
glomerulus. Sebagian besar protein dalam urin adalah albumin. Peningkatan
permeabilitas glomerulus menyebabkan albuminuria dan hipoalbumineia.
Sebagai akibatnya hipoalbuminemia menurunkan tekanan onkotik plasma
koloid, meyebabkan peningkatan filtrasi transkapiler cairan keluar tubuh dan
menigkatkan edema.
Hipoalbumin disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urine dan
peningkatan katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati biasanya
meningkat (namun tidak memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam
urin), tetapi mungkin normal menurun.
Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit renal intrinsik
atau sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum
penyakit ini dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik dapat
terjadi pada orang dewasa dan lansia.
Kolesterol serum, VLDL (Very Low Density Lipoprotein), LDL (Low
Density Lipoprotein), trigliserida meningkat sedangkan HDL (High Density
Lipoprotein) dapat meningkat, normal atau meningkat. Hal ini disebabkan oleh
sintesis hipoprotein lipid disentesis oleh penurunan katabolisme di perifer.
Peningkatan albumin serum dan penurunan tekanan onkotik.
Mekanisme terjadinya peningkatan kolesterol dan trigliserida akibat 2
faktor. Pertama, hipoproteinemia menstimulasi sintesis protein di hati termasuk
lipoprotein. Kedua, katabolisme lemak terganggu sebagi akibat penurunan
kadar lipoprotein lipase plasma (enzim utama yang memecah lemak diplasma
darah).
2.4 Tanda dan Gejala

Gejala utama yang paling umum terjadinya pembengkakan. Hal ini


dapat terjadi di wajah dan sekitar mata (pembengkakan wajah), pada lengan
dan kaki, terutama pada bagian kaki dan pergelangan kaki, dan didaerah perut
(ascites), retensi cairan yang menyebabkan sesak nafas (efusi pleura). Gejala
lainnya antara lain adalah: urin nampak berbuih, peningkatan berat badan
(edema), penurunan nafsu makan, dan tekanan darah tinggi. Untuk
memastikan sindrom nefrotik, dilakukan beberapa uji laboratorium, antara
lain : pemeriksaan kreatinin serum, Blood Urea Nitrogen (BUN), albumin

7
darah, dan urinalis untuk melihat kadar protein dalam urin. Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol dan trigliserida darah., oligouria,
arthalgia, ortostatik hipotensi, dan nyeri abdomen, edema generalisata, edema
jelas terjadi pada kaki, namun dapat juga terjadi pada bagian muka, perut
(ascites).
2.5 Hubungan Penyakit terhadap Metabolisme Zat Gizi
a. Energi
Energi dalam makanan berbentuk energi kimia yang dapat diubah
menjadi energi dalam bentuk yang lain. Bentuk energi yang berkaitan
dengan proses-proses biologis adalah energi kimia, energi mekanik,
energi panas dan energi listrik (Budiyanto, 2002).
Energi dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hiup,
menunjang pertumbuhan, dan melakukan aktivitas fisik. Energi harus
tersedia dalam jumlah yang cukup agar sintesis protein dapat
berlangsung dan penggunaan asam amino untuk memenuhi kebutuhan
energi dapat dicegah. Energi tersebut diperoleh dari hasil oksidasi
karbohidrat, lemak, dan protein yang ada pada makanan serta alkohol.
Setiap gram karbohidrat dan protein menghasilkan energi sebesar
4Kal, lemak menghasilkan 9kal, dan alkohol menghasilkan 7kal.
Metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan alkohol diatur oleh hati
(Almatsier, 2010). Oleh karena itu, hati dikatakan sebagai pemegang
peran utama dalam menjaga keseimbangan energi.

b. Protein
Protein adalah sumber asam amino tyang mengandung unsur-
unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
Molekul protein juga mengandung fosfor, belerang, dan unsur logam
seperti besi dan tembaga (Winarno, 1997).
Fungsi utama protein bagi tubuh yaitu membentuk jaringan baru
dan mempertahankan jaringan yang sudah ada. Secara garis besar
fungsi protein yaitu sebagai enzim, alat pengangkut dan penyimpan,
pengatur pergerakan, penunjang mekanis, membangun sel-sel jaringan

8
tubuh, pertahanan tubuh, bahan bakar dan pemberi tenaga, menjaga
asam basa cairan tubuh, membuat protein darah, dan media
perambatan impuls saraf (Pramadhani, 2006).
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi
untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk
urin/air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Ginjal memiliki
struktur yang unik yaitu pembuluh darah dan unit penyaring. Proses
penyaringan terjadi pada bagian kecil dalam ginjal, yang disebut
dengan nefron. Setiap ginjal memiliki sekitar satu miliar nefron. Pada
nefron ini terdapat jaringan pembuluh darah kapiler (glomerulus) yang
merupakan organ filtrasi, yang saling menjalin dengan saluran-saluran
yang kecil, yaitu tubulus. Tubulus-tubulus ini pertama kali menerima
gabungan antara zat-zat buangan dan berbagai zat kimia hasil
metabolisme yang masih dapat digunakan oleh tubuh. Ginjal akan
menyaring zat-zat kimia yang masih berguna bagi tubuh (natrium,
fosfor, dan kalium) dan mengembalikannya ke peredaran darah dan
memasukannya lagi kembali kedalam tubuh. Dengan cara demikian,
ginjal turut mengatur kadar zat-zat kimia tersebut dalam tubuh.
Gangguan sindrom nefrotik terdapat pada pembuluh darah kapiler
pada glomerulus. Sindrom nefrotik disebabkan oleh adanya kerusakan
pada pembuluh darah kapiler pada glomerulus ginjal yang bekerja
menyaring sampah-sampah tubuh dan kelebihan air pada darah dan
mengirimkannya ke kandung kemih sebagai urin. Bila glomerulus
bekerja dengan benar, maka protein akan tetap terjaga di dalam darah
dan tidak keluar bersama urin. Ginjal sehat memungkinkan < 1gram
protein untuk dikeluarkan melalui urin dalam sehari. Pada sindrom
nefrotik glomerulus yang rusak bisa menyebabkan 3 gram atau lebih
protein masuk kedalam urine selama periode 24 jam. Sebagai akibat
dari kehilangan protein, darah kekurangan jumlah normal protein
darah yang diperlukan untuk mengatur cairan diseluruh tubuh. Protein
bertindak seperti spons untuk menyerap cairan ke dalam aliran darah.

9
Ketika protein dalam darah menjadi rendah, cairan akan terakumulasi
di jaringan tubuh sehingga menyebabkan pembengkakan.

2.5 Bahan Makanan yang Di Anjurkan dan yang Tidak Di Anjurkan

Bahan Makanan Yang dianjurkan Yang di batasi


Sumber Karbohidrat Nasi, bihun, jagung, kentang, Roti, biskuit, dan kue-kue
makaroni, mi, tepung-tepungan, yang dimasak dengan garam
singkong, ubi, selai, permen dapur dan atau baking
powder dan soda
Sumber protein Telur ayam, Ayam tanpa kulit, Ayam dan daging dengan
daging tidak berlemak, ikan lemak (kulit), sosis, kornet,
segar, susu skim daging asap, usus, babat,
otak, sumsum, batasi
konsumsi kuning telur,
kacang-kacangan seperti
kacang merah dan kacang
polong yang mengandung
gas dan hasil olahan kacang-
kacangan, seperti tempe dan
tahu
Sayuran Semua sayuran dan buah, Sayuran dan buah yang
kecuali pasien dengan tinggi kalium pada pasien
hiperkalimea dianjurkan yang dengan hiperkalemia, dan
mengadung kalium rendah/ Sayuran yang mengandung
sedang dan juga Sayurang yang gas seperti lobak, kol, sawi,
tidak mengandung gas atau timun
yang rendah serat seperti
wortel, bayam, bit, labu siam,
kacang panjang muda, buncis
muda, daun kangkung
Lemak Minyak zaitun, minyak jagung, Santan kental, kelapa,

10
minyak kacang tanah, minyak minyak kelapa, margarine,
kelapa sawit, minyak kedelai, dan mentega rendah garam
margarin dan mentega rendah
garam
Minuman Teh yang tidak kental, susu Batasi penggunaan gula,
skim, makanan dan minuman
manis seperti: sirup, cola,
limun, gula, dodol, tarcis,
kolak, dan es krim
Bumbu Bumbu jangan terlalu Cabai merah, cabai hijau,
merangsang. Salam, laos, lada
kunyit, bawang merah, bawang
putih, dan ketumbar boleh
dipakai tetapi jangan terlalu
banyak

11
BAB III

Kegiatan Manajemen Asuhan Gizi Klinik

1.1 Assesment
1.1.1 Riwayat Personal
Nama : Nn. R. F
No RM : 541432-16
Ruang/tgl masuk : TC18/ 17 Mei 2016 /03.15 WIB
DPJP : dr. Miko SpPD
Usia : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Banjar Wangi 02/07, Banjar Wangi, Ciawi
Keluhan/Anamnesa : Sesak sejak 1 hari SMRS, sakit kepala berputar-
putar, mual (+), nyeri ulu hati (+), bengkak ± 1
bulan
Riwayat Penyakit :-
Diagnosa Medis : Nefrotik Syndrome, Dyspepsia

Penggunaan Obat yang diberikan Rumah Sakit

Nama Obat Fungsi Efek Samping


Furosemid Mengendalikan tekanan darah Mulut kering, sensitif
tinggi dan edema (retensi cairan) terhadap cahaya matahari,
pusing, sakit kepala, sakit
perut, penglihatan buram,
merasa lelah
Omeprazole (OMZ) Mengurangi produksi asam Sakit kepala, konstipasi,
lambung, mencegah dan diare, sakit perut, nyeri sendi,
mengobati gangguan pencernaan sakit tenggorokan, kram otot,
dan nyeri ulu hati, tukak menurunnya nafsu makan
lambung, syndrome Zollinger-
Ellison, penyakit asam lambung
atau GERD

12
Lisinopril Mengobati hipertensi atau Merasa pusing atau kepala
tekanan darah tinggi. Mengobati terasa ringan saat bangkit dari
gagal jantung dan edema. posisi duduk atau berbaring
Mencegah terjadinya stroke dan
serangan jantung. Mencegah
gangguan ginjal dan mata sebagai
komplikasi diabetes
Miniaspi Mencegah agregasi platelet pada Iritasi GI, mual, muntah,
infark miokard & angina tak perdarahan GI, tukak peptik,
stabil, mencegah serangan serangan dispneu, reaksi
iskemik otak sepintas kulit, trombositopenia
Prednison Mengurangi inflamasi dan reaksi Sakit perut atau gangguan
alergi, menekan sistem kekebalan pencernaan, merasa mual,
tubuh infeksi jamur, mudah
merasakan kebingungan,
susah tidur, berat badan
bertambah, kekuatan otot
melemah dan merasa letih
atau lemah, menstruasi tidak
teratur

Berdasarkan diagnosa medis, OS menderita Nefrotik Syndrome dan


Dyspepsia. Nefrotik syndrom adalah gangguan ginjal yang menyebabkan
tubuh manusia kehilangan banyak protein didalam urine. Penyakit ini
biasanya disertai dengan gejala seperti proteinuria, hipoalbuminemia, edema,
efusi pleura (sesak napas), terjadi penurunan nafsu makan. Sama seperti
gejala yang dirasakan os. Os juga mengalami edema, proteinuriam
hipoalbuminemia, efusi pleura (sesak napas) dan juga os mengalami penuruan
nafsu makan. Hal ini disebabkan oleh padatnya kegiatan os sebagai
mahasiswi yang aktif mengikuti kegiatan dikampusnya dan ditambah gaya
hidup os yang kurang sehat yakni yang tidak suka makan sayur dan gemar
konsumsi junkfood.

13
3.1.2 Antropometri
Lila : 32 cm
TB : 158 cm
BB dengan edema : 71,7 kg
Edema terjadi diseluruh tubuh (kedua kaki, kedua tangan, wajah, dan
perut), sehingga terjadi pengurangan berat badan sebanyak 14 kg
(Retnowidiyaningsih, 2013).
Bba : 71,7 -14 kg = 57,7 kg
𝐵𝐵 (𝑘𝑔)
IMT : 𝑇𝐵 (𝑐𝑚
57,7 𝑘𝑔
: 1,58²𝑚

23,11 kg/m²
BBI : (TB-100) – 10%
: (158-100) – 5,8
: 52,2 kg
Berdasarkan penghitungan IMT, Status gizi OS termasuk dalam
kategori overweight (WHO, 2005 Asia Pasifik) sehingga OS harus
mengurangi asupan makan guna mencapai berat badan idealnya.
3.1.3 Biokimia
Jenis 16/5/16 17/5/16 18/5/16 Nilai Rujukan Status
pemeriksaan
Hemoglobin 8,9 9,1 - 12-14 g/dl Rendah
Hematokrit 31 31 - 40-48 % Rendah
Leukosit 6900 7600 - 5-10 ribu/ml Normal
Trombosit 460000 513000 - 150-400 ribu/ml Tinggi
Eritrosit - 4,9 - 4,5-5,5 juta/ml Normal
Protein Total 3,75 - 6,6-8,7 g/dl Rendah
Albumin 1,29 - 2-6,5 % Rendah
Globulin 2,46 - 1,3-2,7 g/dl Normal
SGOT 18 - < 37 U/I Normal
SGPT 6 - < 42 U/I Normal
Ureum 20,3 - 10-50 mg/dl Normal

14
Creatinin 0,72 - < 1,5 mg/dl Normal
Glukosa Sewaktu 89 - 80-120 Normal
Kolesterol 523 584 < 200 mg/dl Tinggi
Trigliserida 109 40-155 mg/dl Normal
HDL Kolesterol 58 35-55 Tinggi
LDL Kolesterol 450 < 130 mg/dl Tinggi
Natrium 135 134 135-147 mmol/l Normal
Kalium 3,9 4,0 3,5-5,0 Normal
Klorida 106 106 100-106 Normal
Asam Urat 3,6 3,4-4,7 Normal

Berdasarkan hasil Laboratorium OS menunjukkan bahwa kadar Hb, Ht,


Protein Total, dan Albumin Os termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan
kadar Trombosit, Kolesterol, HDL kolesterol, dan LDL kolesterol termasuk
dalam kategori tinggi. Penurunan nilai albumin serum akan mengakibatkan
cairan dari pembuluh vaskular keluar ke jaringan-jaringan, sehingga
menyebabkan edema sama seperti keadaan os yang mengalami edema
diseluruh bagian tubuhnya. Hemoglobin adalah suatu substansi protein
dalam sel-sel darah merah yang terdiri dari zat besi, yang merupakan
pembawa oksigen. Nilai hemoglobin yang rendah berhubungan dengan
masalah klinis seperti anemia dan rendahnya asupan protein, terutama
protein hewani yang memiliki nilai HBV tinggi. Hematokrit adalah volume
sel-sel darah merah dalam 100ml darah. Penurunan kadar Ht dapat
disebabkan oleh anemia, leukimia, gagal ginjal kronis, sirosis hati, defisiensi
vitamin B dan C. Rendahnya nilai protein total dapat disebabkan oleh
adanya malnutisi, kelaparan, sindrom malabsorbsi, penyakit hepar kronis,
kanker saluran GI, luka bakar berat, gagal ginjal kronis.

Sedangkan kadar kolesterol yang tinggi dapat disebabkan oleh


hiperkolesterolemia, IMA, aterosklerosis, hipotiroidisme, dm tak terkontrol,
sindrom nefrotik.

15
3.1.4 Klinis

Nama pemeriksaan 17/5/16 Nilai Rujukan Status


Nadi 88 60-100x/menit Normal
Pernapasan 18 20-30x/menit Eupnea
Tekanan darah 100/70 110/70-120/80 Normal
mmHg
Kesadaran Compos
Mentis
Berdasarkan pemeriksaan klinis, Tekanan Darah OS termasuk dalam
kategori normal cenderung, RR (Respiratory Rate) termasuk dalam
kategori lemah.

3.1.5 Dietary History

Kebiasaan makan OS SMRS adalah OS gemar mengonsumsi junk


food, hal ini dapat disebabkan oleh padatnya kegiatan yang dilakukan
karena os merupakan salah satu mahasiswa disalah satu perguruan tinggi
swasta di bogor. Selain gemar mengonsumsi junk food, dengan frekuensi
makan 3 kali dalam seminggu dan suka mengonsumsi soft drink, selain itu
os jarang mengonsumsi sayur dan konsumsi buah hanya sesekali saja.
Snack yang sering dikonsumsi oleh os ialah makanan ringan dengan nilai
natrium yang cukup tinggi seperti Chiki, Biskuit berbalut coklat. Pada saat
dikampus biasanya os sering membeli jajanan seperti seblak, cilok, batagor
dengan bumbu yang sangat pedas. Selain itu, sehari-hari os biasanya
makan hanya 2 kali saja yakni sarapan dan makan sore. Berdasarkan
recall 24hr, didapat kebiasaan makan SMRS os yaitu

Sarapan : Nasi goreng, teh manis

Makan sore : Nasi, ayam goreng, sayur sop

Cemilan : Pocky rasa strawberry, Lays rumput laut besar.

16
Hasil recall OS SMRS

Waktu Makan Menu Makanan Bahan makanan Gr/URT KH P L E


Sarapan Nasi goreng telur Nasi 100 39,8 3 0,3 180
Teh manis Telur ayam 65 0,45 8,06 7,02 100,1
Minyak 5 - - 5 44,2
Gula 10 9,4 - - 39,4
49,65 11,06 12,32 363,7
Makan siang Nasi putih Nasi 100 39,8 3 0,3 180
Ayam goreng Ayam 55 0 10,01 13,8 164
Sayur Sop Sayur sop 50
Jeruk Wortel 10 0,79 0,1 0,06 3,6
Kentang 20 2,7 0,42 0,04 12,4
Buncis 20 1,44 0,48 0,06 6,8
Minyak goreng 10 - - 10 88,4
Jeruk manis 100 11,2 0,2 0,9 45
55,93 14,21 29,12 500,2
Makan diluar Ayam KFC Nasi 100 39,8 3 0,3 180
Ayam dada KFC 85 0,085 27,28 14,28 253,3
Soda (Coca-cola) 400ml 65 0 0 140
Cemilan Pocky Pocky 45 31 3 10 220
Strawberry
Lays Rumput Lays rumput laut 11 1 5 70
hijau
146,885 34,28 29,58 863,3
TOTAL 252,465 59,55 71,24 1727,2

Hasil recall 24hr OS pada saat di RS.

Menu Makanan Bahan makanan gr/URT KH P L E


Bubur Ayam Bubur 50 19,9 1,5 0,15 90
Ciawi
Ayam 10 0 1,82 2,5 29,8
Kacang kedele 5 1,245 2,02 0,835 19,05
Kerupuk 7 5,3 0,7 0,1 25,5
Minyak 10 - - 10 88,4
26,445 6,04 13,585 252,75
Bubur Bubur 30 7,8 0,72 0,12 36
Fuyunghai Telur 15 0,105 1,86 1,62 23,1
Minyak 2,5 - - 2,5 22,1
Tahu berbumbu Tahu 10 0,08 1,09 0,47 8
Minyak 2,5 0,07 1,24 1,08 15,4
Sup Kimlo Wortel 20 1,6 0,2 0,12 7,2
(wortel, jamur
kuping, soun,
sedap malam)
Jamur 5 3,23 0,8 0,045 14,7
Soun 0 0 0 0 0

17
Sedap malam 0 0 0 0 0
Minyak 2,5 - - 2,5 22,1
Pepaya Pepaya 87 10,164 0,435 - 40,02
Snack Kue Lumpur 47 20,72 1,692 5,17 136,77
43,769 8,052 13,625 325,39
Bubur Bubur 25 6,5 0,6 0,1 30
Ayam ungkep Ayam 15 0 2,73 3,75 44,7
Minyak 2,5 - - 2,5 22,1
Sayur asem Labu siam 10 0,67 0,06 0,01 3
Kacang panjang 5 0,265 0,115 0,0005 1,55
Kacang merah 3 0,741 0,3 0,03 4,32
Tempe bacem Tempe 20 1,82 2,8 1,54 30
Minyak 2,5 - - 2,5 22,1
Jeruk Jeruk manis 90 10,08 0,81 0,18 40,5
20,076 7,415 10,610 178,27
Teh manis Gula 10 9,4 0 0 39,4
Biskuit Roma gandum 29 19 2 7 150
Total 118,69 23,507 44,82 945,81
Berdasarkan asupan os saat sebelum masuk rumah sakit dan saat os sudah masuk
rumah sakit. Terdapat perbedaan jumlah asupan makanan os yang cukup
signifikan dimana asupan os saat SMRS adalah sebesar 1727,2 kkal untuk energi,
KH 252,465 gr, P 59,55 gr, Lemak 71,24 gr. Sedangkan asupan os pada saat
dirumah sakit mengalami penurunan asupan yakni hanya sebesar 945,81kkal,
Karbohidrat 118,69 g, Protein 23,507 g, dan Lemak 44,82 g. Hal ini disebabkan
oleh adanya mual pada os dan penurunan nafsu makan os.

Kebutuhan Asupan Presentase Keterangan


SMRS MRS SMRS MRS
Zat Gizi
Energi 1827 kkal 1727,2 945,81 94,5 % 53,6% Defisit berat
Protein 52,2 gr 59,55 23,507 114 % 46,6% Defisit berat
Lemak 30,45 gr 71,24 44,82 175,5 % 114,3% Normal
KH 221,98gr 252,465 118,69 85,3 % 39,3% Defisit berat
Analisis
Berdasarkan hasil perhitungan persentase asupan, persentase asupan energi,
protein, lemak, dan protein SMRS Os berkategori defisit berat.
Klasifikasi Perbandingan Tingkat Asupan dengan Kebutuhan

Kategori Persentase
Di atas kebutuhan >120%
Normal 90-119%
Defisit ringan 80-89%
Defisit sedang 70-79%
Defisit berat <70%

18
Sumber: DepKes, 1996 dalam Adisty 2012

3.1.6 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi


Kebutuhan Energi Os berdasarkan Diet Nefrotik Syndrom
Energi = 35kkal/kgBBI
= 35kkal.52,2kg
= 1827 kkal

Pemberian kebutuhan makanan lunak sebanyak 75% dari kebutuhan


75%x1827 = 1370,25 kkal
Kebutuhan Zat Gizi Makro Toleransi Kebutuhan Zat Gizi
Protein = 1 g/kgBBI E : 1233,22-1507,27 kkal
= 1,5g.52,2kg KH : 199,782-244,78 gr
= 52,2 g P : 49,59-54,81 gr
52,2𝑥4𝑥100%
= 15,2 % L : 28,93-31,97 gr
1370,25

20%𝑥1370,25
Lemak : = 30,45 𝑔𝑟
9

64,8𝑥1370,25
KH : = 221,98 𝑔𝑟
4

Pemberian makanan cair (Susu Ensure) untuk memenuhi kebutuhan zat gizi OS,
diberikan 2 kali dalam sehari. Perhitungan nutrisi :

Energi : 230x2= 460 kalori

KH : 31x2= 62 gr

P : 9x2= 18 gr

L : 7x2= 14 gr

3.2 Diagnosa Gizi


a. Domain Intake
NI. 1.1 Asupan makanan oral yang tidak adekuat berhubungan dengan
adanya penurunan nafsu makan dan mual ditandai dengan asupan
energi os pada saat MRS hanya sebesar 53,4%.

19
b. Domain Klinis

NC 2.2 Perubahan kadar albumin berkaitan dengan adanya edema


diseluruh tubuh ditandai dengan nilai albumin yang < 4 g/dl.

c. Domain Behavior
NB 1.1 Kurangnya pengetahuan mengenai makanan seimbang
berkaitan dengan pemilihan bahan makanan yang salah ditandai
dengan riwayat makan os yang gemar mengonsumsi junk food
dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu

3.3 Intervensi Gizi


1. Tujuan Intervensi
a. Meningkatakan asupan makan os.
b. Mengurangi edema pada os
c. Mencapai status gizi normal os
d. Memberikan jenis makanan sesuai diet dan kebutuhan os
2. Preskripsi Diet
a. Jenis Diet : Diet Nefrotik Sindrom dan RG 1
b. Bentuk Makanan : Lunak dan Cair
c. Route Makanan : Oral
d. Frekuensi Makan : 3 kali makanan utama dan 1 kali makanan
selingan
e. Tujuan Diet :
a) Mengurangi edema yang terjadi pada os
b) Mengganti kehilagan protein terutama albumin
c) Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan
tubuh
d) Memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan
trigliserida
e) Mengontrol hipertensi
f) Mengatasi anoreksia

20
3. Syarat diet
Syarat-syarat Diet Sindroma Nefrotik adalah :
a) Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan
nitrogen positif, yaitu 35kkal/kgBB per hari
b) Protein sedang, yaitu 1,0g/kgBB, atau 0,8g/kgBB ditambah
jumlah protein yang dikeluarkan melalui urine. Utamakan
penggunaan protein bernilai biologik tinggi
c) Lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
Perbandingan lemak jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda
adalah 1:1:1
d) Natrium dibatasi, yaitu 1-4g sehari, tergantung berat
ringannya edema
e) Kolesterol dibatasi < 300mg, begitu pula gula murni, bila
ada peningkatan trigliserida darah
f) Bentuk makanan lunak menyesuaikan dengan keadaan dan
kondisi pasien
4. Konseling Gizi
a. Tujuan : Mendiskusikan perubahan pola makan
b. Masalah : Kurang pengetahuan terkait pangan dan gizi
c. Sasaran : Os dan keluarga Os
d. Materi : Diet Sindrom Nefrotik dan Rendah Garam 1
e. Waktu : 15 menit
5. Edukasi
a. Media : Leaflet Diet Ginjal
b. Tanggal & Waktu : 20 Mei 2016
c. Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
d. Tujuan : Memberikan penjelasan kepada pasien
mengenai penyakit sindrom nefrotik, tanda dan gejala sindrom
nefrotik, hal-hal yang menjadi penyebab sindrom nefrotik,
sehingga terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan os selama
ini yang masih kurang tepat
e. Proses edukasi =

21
 Menjelaskan mengenai sindrom nefrotik, memberikan
informasi mengenai bahan makanan yang dianjurkan dan
bahan makanan yang dibatasi. Serta memberikan contoh
menu sehari yang dapat diterapkan dirumah dan juga
memberikan informasi mengenai proses pengolahan bahan
makanan yang tepat sesuai dengan penyakit yang diderita
oleh OS
6. Monitoring dan Evaluasi

No Problem Tujuan Intervensi Monitoring Evaluasi


1 Rendahnya asupan zat Meningkatkan Asupan makanan Asupan makan os terjadi
gizi secara oral asupan zat gizi oral dan minuman os peningkatan dari hari ke hari
secara bertahap pada saat intervensi.
Peningkatan ini cukup berarti
dari hari ke-1 hingga ke3,
yakni sebesar 83,2% untuk
asupan energi pada hari
terakhir intervensi
2 Rendahnya nilai Menormalkan nilai Memberikan diet Nilai albumin tidak diketahui
albumin albumin sindrom nefrotik karna tidak ada pemeriksaan
dan tambahan extra lanjutan terhadap nilai
putih telur albumin

7. Perencanaan Menu

BM SP KH P L E
7 5 3 75
PROT NABATI 1 7 5 3 75
5 1 0 25
SAYUR B 1 5 1 0 25
12 0 0 50
BUAH 2 24 0 0 100
GULA 0,5 6 0 0 25
SUB TOTAL 42 6 3 225
KH 40 4 0 175
NASI 4 160 16 0 700
SUB TOTAL 202 22 3 925
PH 4,3
0 7 2 50
RL 2,2 0 15,4 4,4 110
0 7 5 75

22
LS 2,3 0 16,1 11,5 172,5
SUB TOTAL 202 53,5 18,9 1207,5
0 0 5 50
LEMAK 2,5 0 0 12,5 125
TOTAL 214 53,5 31,4 1437,5

8. Distribusi Makanan Sehari


Bahan Makanan SP Pagi Snack Siang Sore
Karbohidrat 4 1,5 1,25 1,25
Protein Hewani
Rendah Lemak 2,2 0,7 0,7 0,7
Lemak Sedang 2,3 0,76 0,76 0,76
Protein Nabati 1 0,5 0,5
Sayuran B 1 0,5 0,5
Buah 2 1 1
Gula 0,5 0,5
Lemak/Minyak 2,5 0,5 1 1

9. Implementasi

a. Menu hari ke 8 (18 Mei 2016)


Menu
Pagi : nasi tim ayam jamur, cah brokoli
Snack : Jelly
Siang : Bubur, daging tumis, soto bandung, cah putren wortel, buah
melon potong (ept2-2-2)
Sore : Bubur, ikan bumbu ungkep, tahu bacem, sayur lodeh, buah
semangka potong (ept 2-2-2)
Intervensi RS

23
Menu Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak KH

Nasi tim Nasi Tim 148 177,6 3,552 0,48 38,48

Ayam jamur Ayam 17 50,66 3,094 4,25 0


Cah brokoli Telur 60 30 6,48 0 0,48
Telur rebus Brokoli 28 7 0,672 0,056 1,372
Kerupuk Jamur 10 29,4 1,6 0,09 6,46
Kerupuk 9 34,3 - - 8,2
Minyak 10 88,4 - 10 -
417,36 15,398 14,876 54,992
Bubur Bubur 158 189,6 3,792 0,632 41,08

Tumis Daging 29 50,46 5,684 2,9 0


daging Minyak 5 44,2 - 5 -
Soto
Kacang kedele 22 62,92 6,644 3,43 6,622
Bandung
Lobak 25 5,25 0,225 0,025 1,05
Cah wortel
Wortel 17 6,12 0,17 0,102 1,343
putren

Jagung Putren 14 4,9 0,308 0,014 1,036

Minyak 2,5 44,2 - 2,5 -

Melon 77 29,4 0,5 0,2 6,4

Extra putih telur 60 30 6,48 0 0,48

Jelly 61 1 - - -

468,05 23,803 14,803 58,011

Bubur Bubur 182 218,4 4,368 0,728 47,32

Ikan ungkep Ikan tongkol 65 65 8,22 0,975 5,2


Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Tahu bacem Tahu 65 52 7,085 3,055 0,52
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Sayur lodeh Wortel 20 7,2 0,2 0,12 1,58
Kacang panjang 1 0,31 0,023 0,001 0,053

24
Labu siam 22 6,6 0,132 0,022 1,474
Jagung 4 5,88 0,204 0,028 1,26
Santan encer 15 18,3 0,3 1,5 1,14
Semangka Semangka 87 24,36 0,435 0,174 6,003
442,25 20,967 11,603 64,55
TOTAL 1333,46 60,433 41,632 177,61

Asupan Makan Os

Menu Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak KH

Nasi tim Nasi Tim 48 57,6 1,152 0,192 12,48

Ayam jamur Ayam 13 38,74 2,366 3,25 0


Cah brokoli Telur 60 30 6,48 0 0,48
Telur rebus Brokoli 10 2,5 0,24 0,02 0,49
Kerupuk Jamur 5 14,7 0,8 0,045 3,23
Kerupuk 5 19 0 0 4,6
Minyak 5 44,2 - 5 -
206,74 11,038 8,507 21,28
Bubur Bubur 58 69,6 1,392 0,232 15,08
Tumis
Daging 20 34,8 3,92 2 0
daging
Telur Puyuh 5 5,8 0,535 0,35 0,08
Minyak 5 44,2 - 5 -
Soto
Kacang kedele 10 28,6 3,02 1,56 3,01
Bandung
Lobak 7 1,47 0,063 0,007 0,294
Cah wortel
Wortel 9 3,24 0,09 0,054 0,711
putren

Jagung Putren 7 2,45 0,154 0,007 0,518

Minyak 2,5 22,1 - 2,5 1

Melon 77 29,4 0,5 0,2 6,4

25
Extra putih telur 60 30 6,48 0 0,48

Jelly 41 1 - - -

266,86 15,619 11,56 27,493

Bubur Bubur 50 60 1,2 0,2 13

Ikan ungkep Ikan tongkol 24 24 3,288 0,36 1,92


Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Tahu bacem Tahu 5 4 0,545 0,235 0,04
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Sayur lodeh Wortel 1 0,36 0,01 0,006 0,079
Kacang panjang 1 0,31 0,023 0,001 0,053
Labu siam 0 0 0 0 0
Jagung 4 5,88 0,204 0,028 1,26
Santan encer 15 18,3 0,3 1,5 1,14
Semangka Semangka 46 12,88 0,23 0,092 3,174
169,93 5,8 7,476 20,66
Asupan
makanan dari Apel Merah 85 49,3 0,255 0,34 12,665
luar
Anggur 15 4,5 0,075 0,03 1,02
53,8 0,33 0,37 13,685
TOTAL 747,33 33,322 33,263 83,198

b. Menu hari ke 9 (19 Mei 2016)


Menu
Pagi : Bubur Ayam Cianjur, telur rebus (expt 2-2-2), susu ensure
Snack : jelly
Siang : Nasi tim, semur ayam, orak arik sayuran (buncis, tahu,
telur), sup kacang merah wortel, buah pisang (expt 2-2-2), susu
ensure
Sore : Nasi tim,telur puyuh bungkus daging giling saus tiram, cah
tauge kucai, sup oyong wortel, buah pepaya potong (expt 2-2-2)
Intervensi hari 1

26
Menu Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak KH

Bubur Ayam
Bubur 200 120 2,4 0,4 26
Cianjur
Ayam 20 59,8 3,64 5 0
Telur (expt) 60 30 6,48 0 0,48
Kacang kedelai 5 14,3 1,51 0,78 1,505
Kerupuk 20 76,2 0,1 0 18,3
Susu Susu Ensure 44 230 9 7 31
Minyak 5 44,2 - 5 -
574,5 23,13 18,18 77,285
Nasi Tim Nasi Tim 187 224,4 4,488 0,748 48,62
Semur ayam Ayam 25 74,5 4,55 6,25 0
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Orak arik
sayuran
Buncis 25 8,5 0,6 0,075 1,8
(buncis, tahu,
telur)
Tahu 55 44 5,995 2,585 0,44

Telur 5 7,7 0,62 0,54 0,035

Minyak 5 44,2 - 5 -
Sup kacang
Wortel 25 9 0,25 0,15 1,975
merah wortel
Pisang Pisang 100 46 0,5 - 12,2
Telur (ept) 60 30 6,48 0 0,48
Snack Jelly 63 1 - - -
Susu Susu Ensure 44 230 9 7 31
741,4 32,483 24,848 96,55
Nasi tim Nasi tim 187 224,4 4,488 0,748 48,62
Telur puyuh
bungkus Daging giling 21 36,54 4,116 4,1 0
daging
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Cah tauge
Tauge 15 5,1 0,555 0,18 0,645
kucai
Tahu 55 44 5,995 2,585 0,44
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Sup Oyong
Oyong 15 2,85 0,12 0,03 0,615
Wortel
Wortel 20 7,6 0,2 0,12 1,58

27
Pepaya
Pepaya 89 40,94 0,445 - 10,858
Potong
Telur (ept) 60 30 6,48 0 0,48
435,63 22,399 12,763 63,268
TOTAL 1751,53 79,012 55,791 237,103

Asupan Makan Os

Menu Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak KH

Bubur Ayam
Bubur 54 64,8 1,296 0,216 14,04
Cianjur
Ayam 12 35,76 2,184 3 0
Telur (expt) 60 30 6,48 0 0,48
Kacang kedelai 3 8,58 0,906 0,501 0.903
Kerupuk 8 30,5 0 0 7,3
Minyak 5 44,2 - 5 -
Susu Susu Ensure 44 230 9 7 31
443,84 20,46 15,717 53,723
Bubur Bubur 48 57,6 1,152 0,192 12,48
Semur ayam Ayam 13 38,74 2,366 3,25 0
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Orak arik
sayuran
Buncis 10 3,4 0,24 0,03 0,72
(buncis, tahu,
telur)
Tahu 15 12 1,635 0,705 0,12
Telur 5 7,7 0,62 0,54 0,035
Minyak 5 44,1 - 5 -
Sup kacang
Wortel 11 3,96 0,11 0,066 0,869
merah wortel

Pisang Pisang 100 46 0,5 - 12,2

Telur (ept) 60 30 6,48 0 0,48

Snack Jelly 53 1 - - -

Susu Susu Ensure 44 230 9 7 31

28
496,6 22,076 19,283 57,904

Nasi tim Nasi tim 55 66 1,32 0,22 14,3

Telur puyuh
bungkus Daging giling 15 26,1 2,94 1,5 0
daging
Telur Puyuh 5 5,8 0,535 0,35 0,08
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Cah tauge
Tauge 15 5,1 0,555 0,18 0,645
kucai
Tahu 10 8 1,09 0,47 0,08
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Sup Oyong
Oyong 5 0,95 0,04 0,01 0,205
Wortel
Wortel 10 3,6 0,1 0,06 0,79
Pepaya
Pepaya 89 40,94 0,445 - 10,858
Potong
Telur (ept) 60 30 6,48 0 0,48
224,89 10,97 7,45 27,203
Asupan
makanan dari Sop Buah
luar
Melon 10 3,8 0,1 0 0,8
Apel 8 4,64 0,024 0,032 1,192
Pear 10 5,2 0,1 0 1,2
Nata de coco 20 30,3 4,1 1,42 0
Susu Kental manis 20 64 1,6 1,7 10,9
107,94 5,924 3,152 14,092
TOTAL 1273,27 59,43 45,602 152,928

c. Menu hari ke 10 (20 Mei 2016)


Menu
Pagi : Nasi tim, telur rebus, sayur labu siam santan (expt 2-2-2)
Snack : jelly
Susu Ensure 200cc
Siang : Nasi tim, kalio daging, bobor bayam labu siam, rollade
tempe, buah pisang, susu ensure (expt 2-2-2)

29
Susu Ensure 200cc
Sore : Nasi tim, Woku (ikan bumbu kemangi), Cah Pokcoy Tomat,
Schotel bihun tahu, buah semangka potong (expt 2-2-2)
Intervensi hari 2

Menu Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak KH

Nasi tim Nasi tim 150 180 3,6 0,6 39

Telur rebus Telur (expt) 60 30 6,48 0 0,48


Sayur labu Labu siam 20 6 0,12 0,02 1,34
siam Santan 5 6,1 0,1 0,5 0,38
Kerupuk 20 76,2 0,1 0 18,3
Kerupuk
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Susu Susu ensure 44 230 9 7 31
550,4 19,4 10,62 90,5
Nasi tim Bubur 187 224,4 4,488 0,748 48,62
Daging sapi 25 43,5 4,9 2,5 0
Kalio daging
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Bayam 50 11,5 0,6 0,3 1,85
Bobor bayam
labu siam Labu siam 30 9 0,18 0,03 2,01
Santan 15 18,3 0,3 1,5 1,14
Rollade tempe Tempe 21 31,5 2,94 1,617 1,911
Pisang Pisang 100 108 1 0,8 24,3
Telur ept 60 30 6,48 0 0,48
Susu Susu ensure 44 230 9 7 31
728,3 29,888 16,995 111,311
Nasi tim Nasi tim 187 224,4 4,488 0,748 48,62
Woku (ikan
bumbu Ikan tuna 25 26,75 4,9 0,175 1,375
kemangi)
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Cah Pokcoy
Pokcoy 40 12 0,76 0,2 1,76
tomat
Tomat 10 2,4 0,13 0,05 0,47
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Schotel bihun
Tahu 55 44 5,995 2,585 0,44
tahu

30
Bihun 20 69,6 0,94 0,02 16,42
Telur 5 7,7 0,62 0,54 0,035
Semangka Semangka 93 26,04 0,465 0,186 6,417
Telur (ept) Telur (ept) 60 30 6,48 0 0,48
487,09 25,078 9,504 76,017
Total 1765,79 74,358 37,119 277,828

Asupan hari ke-3

Menu Bahan makanan Berat Energi Protein Lemak KH

Nasi tim Nasi tim 58 69,9 1,392 0,232 15,08

Telur rebus Telur (expt) 60 30 6,48 0 0,48


Sayur labu Labu siam 12 3,6 0,072 0,012 0,804
siam Santan 5 6,1 0,1 0,5 0,38
Kerupuk 9 34,3 0,1 0 8,2
Kerupuk
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Susu Susu ensure 44 230 9 7 31
396 17,144 10,244 55,944
Nasi tim Bubur 49 58,8 1,176 0,196 12,74
Daging sapi 25 43,5 4,9 2,5 0
Kalio daging
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Bayam 25 5,75 0,3 0,15 0,925
Bobor bayam
labu siam Labu siam 15 4,5 0,09 0,015 1,005
Santan 15 18,3 0,3 1,5 1,14
Rollade tempe Tempe 10 15 1,4 0,77 0,91
Pisang Pisang 100 108 1 0,8 24,3
Telur ept 60 30 6,48 0 0,48
Susu ensure 44 230 9 7 31
535,95 24,646 15,431 72,5
Nasi tim Nasi tim 57 68,4 1,368 0,228 14,82
Woku (ikan
bumbu Ikan tuna 15 16,05 2,94 0,105 0,825
kemangi)
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Cah Pokcoy
Pokcoy 20 6 0,38 0,1 0,88
tomat

31
Tomat 3 0,72 0,039 0,015 0,141
Minyak 2,5 22,1 - 2,5 -
Schotel bihun
Tahu 20 16 2,18 0,94 0,16
tahu
Bihun 10 34,8 0,47 0,01 8,21
Telur 5 7,7 0,62 0,54 0,035
Semangka Semangka 93 26,04 0,465 0,186 6,417
Telur (ept) Telur (ept) 60 30 6,48 0 0,48
249,91 14,942 7,124 31,968

Asupan dari
Susu Bear Brand 189 120 6 7 9
luar
Biskuit Slai Olai 25 110 1 3 18
Anggur 30 9 0,15 0,06 2,04
Apel merah 85 49,3 0,255 0,34 12,665
288,3 7,405 10,4 41,705
TOTAL 1470,16 64,137 43,199 202,117

Perbandingan antara asupan dengan Intervensi

Energi Kebutuhan Intervensi Asupan Persentase


Hari ke-1 1827 1333,46 747,33 56,04 %
Hari ke-2 1827 1751,53 1273,27 72,69 %
Hari ke-3 1827 1765,79 1470,16 83,25 %

Karbohidrat Kebutuhan Intervensi Asupan Persentase


Hari ke-1 221,98 177,61 83,198 46,8 %
Hari ke-2 221,98 237,103 152,928 64,5 %
Hari ke-3 221,98 277,828 202,117 72,7 %

Protein Kebutuhan Intervensi Asupan Persentase


Hari ke-1 52,2 60,433 33,322 55,2 %
Hari ke-2 52,2 79,012 59,43 75,2 %
Hari ke-3 52,2 74,358 64,137 86,2 %

Lemak Kebutuhan Intervensi Asupan Persentase


Hari ke-1 30,45 41,632 33,263 79,9 %
Hari ke-2 30,45 55,791 45,602 81,7 %
Hari ke-3 30,45 37,119 43,119 116,2 %

32
180%

176%
160%

140%

120%
SMRS

114%

116.20%
100% Hari ke-1
95%

80% Hari ke-2

86.20%

79.90%
85%

81.70%
72.70%

75.20%
Hari ke-3
72.70%

60%
83.20%

64.50%

55.20%
56%

40% 46.80%
20%

0%
Energi Karbohidrat Protein Lemak

33
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Antropometri dan Status Gizi

Secara umum, antropometri berarti ukuran tubuh manusia.


Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi
tubuh. Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan, keteidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dab proporsi jaringan tubuh. Dalam kasus ini pengukuran antropometri
yang dilakukan meliputi tinggi badan dan berat badan, serta lingkar lengan
atas.

Pengukuran tinggi badan dilakukan menggunakan midline dengan


ketelitian 0,1cm dan diperoleh tinggi badan os 158 cm. Pengukuran berat
badan dengan menggunakan timbangan injak digital didapat angka 71,7 kg
dengan kondisi os mengalami edema diseluruh tubuh sehingga harus
dikurangkan sebanyak 14kg karna os mengalami edema pada bagian wajah,
kedua tangan dan kedua kaki (Wahyuningsih, 2013). Berat badan aktual os
adalah sebesar 57,7 kg. Berat badan aktual merupakan indikator utama dalam
menentukan status gizi os.

Berdasarkan penghitungan IMT (Indeks Massa Tubuh), os termasuk


dalam kategori overweight dengan nilai 23,11 kg/m2. Dikatakan overweight
apabila nilai IMT ≥ 23,0 kg/m2. Pengkategorian berdasarkan WHO Asia-
Pasifik 2005.

4.2 Biokimia

Biokimia merupakan salah satu indikator untuk menilai status gizi


seseorang. Namun, penilaian status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia
tidak mudah dilakukan, sebab perubahan setiap parameter biokimia tidak
secepat yang diharapkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya tidak
terpaku pada makanan yang telah diberikan pada OS saja.

Pada pemeriksaan awal laboratorium terdapat beberapa pemeriksaan


seperti Hemoglobin, Hematokrit, Lekosit, Trombosit, Protein total, Albumin,
Globulin, SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, dan Glukosa sewaktu. Hasil
pemeriksaan Hemoglobin, Hematokrit, Protein Total, Albumin termasuk
dalam kategori rendah, sedangkan trombosit termasuk dalam kategori tinggi.

34
Jenis 16/5/16 17/5/16 18/5/16 Nilai Rujukan Status
pemeriksaan
Hemoglobin 8,9 9,1 12-14 g/dl Rendah
Hematokrit 31 31 40-48 % Rendah
Leukosit 6900 7600 5-10 ribu/ml Normal
Trombosit 460000 513000 150-400 ribu/ml Tinggi
Eritrosit 4,9 4,5-5,5 juta/ml Normal
Protein Total 3,75 6,6-8,7 g/dl Rendah
Albumin 1,29 2-6,5 % Rendah
Globulin 2,46 1,3-2,7 g/dl Normal
SGOT 18 < 37 U/I Normal
SGPT 6 < 42 U/I Normal
Ureum 20,3 10-50 mg/dl Normal
Creatinin 0,72 < 1,5 mg/dl Normal
Glukosa Sewaktu 89
Kolesterol 523 584 < 200 mg/dl Tinggi
Trigliserida 109 40-155 mg/dl Normal
HDL Kolesterol 58 35-55 Tinggi
LDL Kolesterol 450 < 130 mg/dl Tinggi
Natrium 135 134 135-147 mmol/l Normal
Kalium 3,9 4,0 3,5-5,0 Normal
Klorida 106 106 100-106 Normal
Asam Urat 3,6 3,4-4,7 Normal

Setelah dilakukan intervensi terhadap OS, tidak semua pemeriksaan


biokimia diawal dilakukan pemeriksaan lanjutan. Hanya ada beberapa
pemeriksaan tambahan pada tanggal 18, terdapat pemeriksaan kadar
kolesterol, trigliserida, HDL, dan LDL yang termasuk dalam kategori tinggi.
Hal ini dapat terjadi karna katabolisme lemak terganggu sebagai akibat
penurunaan kadar lipoprotein lipase plasma (enzim utama yang memecah
lemak diplasma).

35
4.3 Fisik dan Klinis

Berdasarkan hasil pemeriksaan pada hari pertama pamantauan terlihat


tanda-tanda vital os seperti tekanan darah termasuk dalam kategori normal,
napas dalam kategori normal, dan nadi dalam kategori normal. Pada os terjadi
edema diseluruh bagian tubuhnya seperti pada kedua tangan, kedua kaki, dan
pada bagian wajah os, selain itu terjadi penurunan nafsu makan dan terdapat
mual. Pada hari ke-2 intervensi masih tetap terjadi penurunan nafsu makan
dan mual mulai berkurang.

4.4 Asupan Makan

Kebiasaan makan OS SMRS adalah os gemar dengan makan-makanan


junk food, os jarang konsumsi sayur dan buah hanya sesekali saja. Sehari-hari
os biasanya makan hanya 2 kali dalam 1 hari. Os sangat gemar mengonsumsi
cemilan seperti Chitato, Lays, Pocky dan Ring yang notabennya memiliki
nilai Natrium cukup tingi.

Persentase asupan energi os pada saat SMRS adalah sebesar 94,5%


sedangkan asupan MRS adalah sebesar 53,6%

Persentase asupan karbohidrat os pada saat SMRS adalah sebesar


85,3%, sedangkan asupan MRS adalah sebesar 39,3%

Persentase asupan protein os pada saat SMRS adalah sebesar 114%,


sedangkan asupan MRS adalah sebesar 46,6%

Persentase asupan lemak os pada saat SMRS adalah sebesar 175,5%,


sedangkan asupan MRS adalah sebesar 114,3%

36
BAB V

Kesimpulan

1. Status gizi os termasuk dalam kategori overweight, mengubah pola


makan os dan jenis pengolahan makan os. Mengurangi edema yang
terjadi pada os,
2. Nilai Laboratorium tidak dapat dipantau hingga hari terakhir
pemantauan sebab pada saat hari terakhir tidak ada pemeriksaan
laboratorium lanjutan
3. Hasil pemeriksaan hari pemantauan hari terakhir seluruh tanda-tanda
vital termasuk dalam kategori normal untuk tekanan darah, hanya nadi
dan napas dalam kategori tinggi. Edema pada tubuh os sudah mulai
berkurang, hanya dikedua kaki saja masih terjadi edema
4. Persentase asupan os pada saat SMRS yaitu energi 94,5% (normal),
karbohidrat 85,3% (defisit sedang), protein 114% (normal), dan lemak
175,5% (diatas kebutuhan)
5. Persentase asupan os pada saat hari terakhir intervensi yaitu, energi
83,2% (defisit sedang), karbohidrat 72,07% (defisit sedang), protein
86,2% (defisit sedang), dan lemak 116,2% (normal).
6. Jenis Diit yang diberikan adalah diit Sindrom Nefrotik dan RG 1

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pasien

a. Makanlah secara teratur sesuai dengan jumlah, bahan, dan pengolahan


bahan makanan yang telah ditentukan.

b. Gunakan daftar bahan makanan penukar bahan makanan sehingga dapat


memilih bahan makanan yang disukai dan menyesuaikan dengan menu
keluarga tetapi pemilihan bahan makanan sesuai dengan bahan makanan
yang dianjurkan dan bahan makanan yang dibatasi.

5.2.2 Bagi Rumah Sakit

Membuat labeling informasi niai gizi disetiap hidangan menu makanan


yang akan disajikan kepada pasien agar memudahkan untuk memantau
asupan energi, karbohidrat, protein, dan lemak yang sesuai dengan
kebutuhan os.

5.2.3 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa agar lebih kritis lagi dalam menggali dan mengkaji


informasi terkait kasus yang diintervensi

37
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Almatsier, S. (2013). Penuntun Diet. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Anggraeni, A. C (2012). Asuhan Gizi, Nutritional Care Process. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010. Pedoman Pelayanan Medik Jilid 1.

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2012. Konsensus Tatalaksana Sindrom Nefrotik


Idiopatik Pada Anak Edisi 2.

Prabowo, A. Y. (2014). Nefrotik Sindrom pada Anak. Medula, Vol.2, Nomor 4,


Juni 2014.

Rachmadi, D. Diagnosis dan Tata Laksana Sindrom Nefrotik Resisten Steroid.


Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran. Universitas
Padjajaran Bandung.

Sumapradja, M. G. (2013). Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Jakarta:


Abadi Publishing & Printing.

Supariasa, I. D. N (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Utama, H. (2010). Daftar Bahan Makanan Penukar. Jakarta: Balai Penerbit


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Wahyuningsih, R. (2013). Penatalaksaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

www.liputan6.com

www.repository.usu.ac.id

38

Anda mungkin juga menyukai