SINDROMA NEFROTIK
Dibimbing Oleh :
Disusun Oleh :
Annisa Rizki Ratih Pratiwi (UPN)
NW (UPN)
Mittha Airlina
Delvi Aprinelda
SINDROMA NEFROTIK
Sindroma nefrotik klasik ditandai dengan adanya proteinuria berat, hematuria
minimal, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia edema dan hipertensi. Jika tidak
terdiagnosis atau diobati maka beberapa sindrom ini akan secara progresif
merusak gromerulus yang menyebabkan penurunan dari GFR, menjadi gagal
ginjal.
Terapi untuk setiap penyebab sindroma nefrotik terlampirkan pada pembahasan
penyakit disetiap individu dibawah ini. Secara umum, semua pasien dengan
hiperkolesterolemia sekunder pada sindroma nefrotik harus diberikan terapi
dengan agen penurun lipid karena hal ini merupakan faktor resiko untuk penyakit
kardiovaskuler. Edema yang sekunder pada resistensi garam dan air dapat
dikontrol dengan pemberian diuretik, menghindari terjadinya penurunan volume
intravaskular. Komplikasi vena sekunder pada hiperkoagulasi yang terkait pada
sindrom nefrotik dapat diobati dengan pemberian antikoagulan. Penurunan dari
berbagai serum yang mengikat protein, seperti pada tiroid yang terkait globulin,
mengarahkan terjadinya perubahan pada tes fungsional. Terakhir, proteinuria
sendiri dihipotesikan akan menjadi nefrotoksik dan pengobatan untuk proteinuria
tersebut adalah dengan Renin Angiotensin inhibitor yang dapat menurunkan
sistem eksresi protein di urin.
Minimal Change disease (Perubahan penyakit minimal)
Minimal change disease (MCD), terkadang diketahui sebagai nil lession (lesi
yang tidak ada), karena 7090 % dari sindroma nefrotik didapati pada anak-anak
tetapi 10-15% dari sindrom nefrotik terjadi pada dewasa. MCD biasanya
memperlihatkan tanda awal dari terjadinya gangguan pada ginjal namun dapat
juga dikaitkan dengan beberapa kondisi lain, termasuk penyakit Hodgkin, alergi,
atau penggunaan agen anti inflamasi nonsteroid, nefritis interstisial secara
signifikan sering menyertai kasus yang terkait dengan penggunaan non steroid.
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 2
MCD pada biopsi ginjal menunjukkan jelas adanya lesi pada glomerulus yang
dilihat dengan menggunakan mikroskop dan hasil negatif didapati pada
pemeriksaan dengan menggunaakan mikroskop immunofluoresen atau terkadang
menunjukkan sejumlah kecil IgM didalam mesangium. (Gambar e14-1) (lihat
skema Glomelural 4).
hematuria mikroskopik (20% pada anak-anak, 33% pada orang dewasa), atopi
atau gejala alergi (40% pada anak-anak, 30% pada orang dewasa) dan penurunan
fungsi ginjal (<5% pada anak-anak, 30% pada orang dewasa). Gambaran klinis
dari gagal ginjal akut pada orang dewasa sering terlihat pada pasien dengan serum
albumin rendah dan edema intrarenal (nephrosarca) yang responsif terhadap
albumin intravena dan diuretik. Hal ini harus dibedakan dari gagal ginjal akut
sekunder karena hipovolemia. Nekrosis tubular akut dan inflamasi interstisial juga
dilaporkan. Pada anak-anak, urin yang abnormal terutama mengandung albumin
dengan jumlah minimal protein dengan berat molekular yang tinggi, dan
terkadang disebut proteinuria selektif. Meskipun hingga 30% penderita anak-anak
memiliki remisi spontan, semua anak-anak sekarang ini diberi pengobatan steroid,
hanya anak-anak yang tidak memberi respon terhadap pengobatan yang dilakukan
tindakan biopsi. Responden primer adalah pasien yang memiliki remisi
keseluruhan (proteinuria <0,2mg / 24jam) setelah pemberian dosis pertama
prednison, pasien yang bergantung dengan steroid akan mengalami kekambuhan
saat dosis steroid diturunkan (tappering off). Pasein dengan kekambuhan yang
cukup sering mengalami episode kekambuhan yaitu dua kali atau lebih dalam 6
bulan setelah dilakukan penurunan dosis, dan pasien yang resisten terhadap
steroid dianggap gagal berespon terhadap terapi steroid. Orang dewasa tidak
dianggap resisten terhadap steroid sampai setelah 4 bulan terapi. 90%-95% dari
penderita anak-anak akan mengalami remisi sepenuhnya setelah 8 minggu terapi
steroid, dan 80-85% dari orang dewasa akan mencapai remisi total, tetapi hanya
setelah penggunaan 20-24 minggu lebih lama. Pasien dengan resistensi steroid
mungkin terdapat FSGS pada biopsi berulang. Beberapa berhipotesis bahwa jika
biopsi ginjal pertama tidak terdapat sampel dari glomeruli kortikomedular yang
lebih dalam, maka diagnosis awal yang sebenarnya adalah FSGS mungkin
terlewatkan.
Kekambuhan terjadi pada 70-75% penderita anak-anak setelah remisi pertama,
dan kekambuhan yang terjadi lebih awal memprediksi beberapa kambuh
berikutnya. Frekuensi kekambuhan menurun setelah pubertas, meskipun ada
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 4
peningkatan risiko kekambuhan setelah penurunan dosis steroid secara cepat pada
semua kelompok. Kekambuhan jarang terjadi pada orang dewasa, tetapi lebih
resisten terhadap terapi berikutnya. Prednisone adalah terapi lini pertama, baik
diberikan setiap hari atau pada pemberian secara berselang-seling. Obat
imunosupresif lainnya, seperti siklofosfamid, klorambusil, dan mycophenolate
mofetil, aman diberikan untuk penderita yang sering kambuh, steroid-dependen,
atau pasien resisten steroid. Siklosporin dapat menginduksi remisi, tapi
kekambuhan juga sering terjadi ketika siklosporin dihentikan. Prognosis jangka
panjang pada orang dewasa kurang menguntungkan ketika gagal ginjal akut atau
resistensi steroid terjadi.
FSGS (Focal Segmental Glomeruloskerosis)
FSGS merupakan gambaran dari kerusakan ginjal yang melibatkan beberapa
bagian segmen glomerulus. Manisfestasi klinis dari FSGS adalah ditemukannya
proteinuria.
Insidensi penyakit ini meningkat dan terjadi 1-3 kasus dari sindroma nefrotik pada
orang dewasa di Afrika, Amerika. Beberapa etiologi FSGS :
Primer focal segmental glomerulosklerosis
Sekunder focal segmental glomerulosklerosis :
-
Virus HIV
Hepatitis B
Reflux nefropati
Kolesterol emboli
Oligomeganephronia
Renal disgenesis
Sindroma Alport
Penyakit sickle cell
Lymphoma
Patogenesis dari FSGS disebabkan oleh banyak faktor, dapat disebabkan oleh
faktor permeabilitas sel T, proliferasi sel TGF- dan abnormalitas sel podosit
dengan mutasi genetik. Perubahan patologik pada FSGS paling banyak berlokasi
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 5
Glomerulonefritis Membrane
Glomerulonefritis membrane (GMN), atau dikenal juga sebagai nefropati
membrane, merupakan penyebab 30% kasus sindroma nefrotik pada orang
dewasa, dengan puncak kejadian pada usia 30 50 tahun dengan perbandingan
kejadian pria & wanita adalah 2 : 1. Glomerulonefritis membrane sangat jarang
terjadi pada anak anak namun, sangat sering terjadi pada lansia. Pada 25 30%
kasus, GMN berkaitan erat dengan keganasan (tumor payudara, paru paru atau
kolon), infeksi (hepatitis B, malaria, skitosomoasis), atau pada penyakit
penyakit reumatologi seperti lupus atau arthritis rheumatoid.
Pada GMN, terjadi penebalan pada membran basal yang diikuti oleh untaian
kapiler perifer secara merata yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya pada
biopsy ginjal. Namun, penebalan ini harus dibedakan dengan penebalan yang
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 6
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 7
neuroblastoma.
Obat-obatan : mercury, penicilamine, non - steroid, and agen inflamasi,
probenesid.
Penyakit autoimun : SLE, arthritis rheumatoid, sirosis hepatis primer,
dermatitis herpetiformis, pempigo bulosa, myasthenia gravis, Sjogrens
Nefropati Diabetik
Nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab penyakit ginjal kronis di
Amerika dan merupakan suatu masalah yang berkembang di seluruh dunia.
Peningkatan signifikan jumlah pasien dengan nefropati diabetik mencerminkan
peningkatan secara epidemi dalam hal obesitas, sindrom metabolik, dan diabetes
melitus (DM) tipe 2. Faktor risiko terjadinya nefropati diabetik termasuk
hiperglikemia, hipertensi, dislipidemia, merokok, riwayat anggota keluarga
dengan nefropati diabetik, polimorfisme genetik yang mempengaruhi aktivitas
aksis renin-angiotensin-aldosterone.
Dalam waktu 1-2 tahun setelah onset klinis diabetes, terjadi perubahan morfologi
pada ginjal. Penebalan Glomerular Basement Membrane (GBM) merupakan
indikator yang sensitif terhadap diabetes namun tidak dapat menunjukkan klinis
nefropati secara signifikan. Perubahan yang terjadi pada GBM menyebabkan
peningkatan filtrasi protein serum pada urin, yang didominasi oleh albumin.
Perluasan mesangium karena akumulasi matriks ekstraselular berhubungan
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 8
dislipidemia.
Riwayat dasar nefropati diabetik pada pasien dengan DM tipe 1 dan 2 adalah
sama. Namun, karena onset diabetes tipe 1 mudah diidentifikasi, pasien yang baru
didiagnosis dengan diabetes tipe 2 mungkin sudah menderita penyakit ginjal
selama bertahun-tahun sebelum nefropati ditemukan dan tampak sebagai nefropati
diabetik yang sudah lanjut. Pada onset diabetes, terjadi hipertrofi ginjal dan
hiperfiltrasi glomerolus. Derajat hiperfiltrasi glomerular berkaitan dengan risiko
nefropati yang signifikan secara klinis. Seikitar 40% pasien DM dengan nefropati
diabetik, manifestasi awal yang terjadi adalah peningkatan albuminuria.
Albuminuria dengan ukuran 30-300 mg/24 jam disebut mikroalbuminuria. Pada
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 9
Karakteristik biokimia dari rantai ringan nefrotoksik yang diproduksi pada pasien
dengan keganasan rantai ringan, sering memberi pola tertentu pada cedera ginjal;
baik endapan nefropati (Gambar. e14-17), yang menyebabkan gagal ginjal tetapi
tidak dengan proteinuria berat atau amiloidosis, atau penyakit deposisi rantai
ringan (Gambar. e14-16), yang menghasilkan sindrom nefrotik dengan gagal
ginjal.
Pasien ini pada akhirnya akan menghasilkan rantai ringan kappa yang tidak
memiliki fitur biokimia yang diperlukan untuk membentuk fibril amiloid.
Sebaliknya, mereka membuat sendiri dan membentuk endapan granular sepanjang
kapiler glomerulus dan mesangium, membran tubular basement, dan kapsul
Bowman. Ketika dominan di glomerulus, sindrom nefrotik berkembang, dan
sekitar 70% dari pasien berkembang menjadi pasien yang memerlukan tindakan
dialisis. Deposito rantai ringan tidak fibrillar dan tidak terwarnai dengan Kongo
merah, tetapi mereka mudah dideteksi dengan antibodi anti - rantai ringan
menggunakan imunofluoresensi atau deposito granular pada mikroskop elektron.
Kombinasi penataan ulang rantai ringan, membuat sifat sendiri pada pH netral,
dan metabolisme yang abnormal mungkin berkontribusi dalam terbentuknya
deposisi. Pengobatan untuk penyakit deposisi rantai ringan yaitu dengan
pengobatan penyakit utama. Begitu banyak pasien dengan deposisi rantai ringan
yang mengalami perburukan menjadi gagal ginjal, prognosis keseluruhan suram.
Amiloidosis ginjal
Kebanyakan amiloidosis ginjal baik dari hasil deposito fibrillar primer rantai
ringan imunoglobulin dikenal sebagai amiloid L (AL), atau sekunder untuk
deposito fibrillar serum amyloid A (AA) protein fragmen (Bab. 112). Meskipun
keduanya terjadi untuk alasan yang berbeda, patofisiologi klinis mereka sangat
mirip dan akan dibahas bersama-sama. Amiloid menginfiltrasi hati, jantung, saraf
perifer, carpal tunnel, faring atas, dan ginjal, menghasilkan kardiomiopati
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 12
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 13
AA dan AL amiloid fibril terdeteksi dengan Kongo merah atau secara lebih rinci
dengan mikroskop elektron (Gambar. E14-15). Saat ini dikembangkan serum
gratis rantai ringan, tes nefelometri berguna dalam diagnosis dini dan tindak lanjut
dari perkembangan penyakit. Biopsi dari hati atau ginjal yang terlibat menentukan
diagnostik 90% dari ketika probabilitas pretest tinggi; lemak pada pada abdomen
positif pada aspirasi sekitar 70% saat itu, tapi ternyata kurang baik ketika mencari
AA amiloid. Deposito amiloid didistribusikan bersama pembuluh darah dan di
daerah mesangial ginjal. Perawatan untuk amiloidosis primer tidak terlalu efektif;
melphalan dan transplantasi sel induk autologus hematopoietik dapat menunda
perjalanan penyakit di sekitar 30% dari pasien. Amiloidosis sekunder juga tidak
dapat dihentikan kecuali penyakit primer dapat dikendalikan. Beberapa obat baru
dalam pembangunan yang mengganggu pembentukan fibril mungkin tersedia di
masa depan.
Fibrillary-Immunotactoid glomerulopathy
Fibrillary-immunotactoid glomerulopathy jarang terjadi (<1,0% dari biopsi ginjal)
didefinisikan morfologi penyakit yang ditandai dengan akumulasi glomerulus dari
nonbranching fibril yang diatur secara acak. Beberapa mengklasifikasikan
penyakit ginjal amiloid dan nonamyloid asosiasi fibril sebagai glomerulopathies
fibrillary dengan glomerulopathy immunotactoid diketahui untuk penyakit
fibrillary nonamyloid tidak terkait
Fabrys disease
Fabrys disease adalah penyakit keturunan yang disebabkan oleh penimbunan
glikolipid dari hasil metabolisme lemak. Penyakit ini adalah penyakit kelainan
terkait kromosom x akibat kesalahan metabolisme bawaan globotriaosylceramide
sekunder karena adanya defisiensi lisosom
galactosidase. Penyebabnya
adalah gen rusak yang dibawa oleh kromosom x sehingga penyakit ini hanya
terjadi pada pria yang hanya memiliki 1 kromosom x. Penyakit ini menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah, jantung, otak, dan ginjal. Gejala yang terjadi
akibat penimbunan glikolipid menyebabkan angiokeratoma, yaitu merupakan
pertumbuhan kulit yang jinak di batang tubuh bagian bawah, acroparesteshias,
hypohydrosis, kornea mata seperti berawan yang mengakibatkan gangguan dalam
penglihatan, nyeri seperti terbakar pada tungkai dan lengan, dan episode demam
yang masih mungkin terjadi.
Kematian dapat terjadi akibat gagal ginjal dan penyakit stroke yang disebabkan
oleh tekanan darah tinggi. Penyakit ini dapat didiagnosa pada janin dengan cara
memeriksa amniosintesis. Untuk meredakan nyeri dapat diberikan analgetik.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan namun peneliti sedang menyelidiki suatu
pengobatan dimana kekurangan enzim yang terjadi dapat diganti melalui
pemberian enzim. Penyakit ini rata rata memiliki umur kematian sekitar 50 tahun.
Hemizygote dengan mutasi hypomorfic kadang kadang tampak pada dekade ke 4
sampai dengan dekade ke 6 dengan keterlibatan satu organ. Kadang-kadang,
mutasi
dengan
vakuola
jernih
berukuran
kecil
yang
berisikan
laksana
dengan
pemberian
penghambat
sistem
renin
angiotensin
galactosidase A
DISKUSI TOPIK
SINDROMA NEFROTIK| 16