Makalah Pre Eklamsia
Makalah Pre Eklamsia
“KEHAMILAN DENGAN
PREEKLAMSIA”
Disusun Oleh
NOVIA MUCHTAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kehamilan dengan preeklamsia” Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas ASKEB IV.
Penyusun menyadari, makalah ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kemampuan dan usaha
penyusun sendiri tetapi juga bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibuk Devi
Syarief,S.SiT,.M.Biomed, selaku dosen pembimbing dan pengajar dalam mata kuliah ASKEB IV.
Penyusun juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan. Akhirnya, harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Kelompok VII
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang......................................................................................
2. Tujuan....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi............................................................................................
2. Etiologi............................................................................................
3. Patofisiologi....................................................................................
4. Jenis – Jenis Preeklamsia.................................................................
5. Epidemiologi...................................................................................
6. Diagnosis........................................................................................
7. Deteksi Dini....................................................................................
8. Diet Preeklamsia.............................................................................
9. Gambaran Klinik Preeklamsia........................................................
10. Faktor Resiko.................................................................................
11. Manajemen Kebidanan Preeklamsia...............................................
1. Kesimpulan.....................................................................................
2. Saran................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. TUJUAN
PREEKLAMSIA
1. DEFINISI
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi, proteinuria, dan edema
yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke3 pada
kehamilan tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa
(Prawirohardjo,2005).
Preeklamsi merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra, dan
postpartum. Dari gejala klinik preeklamsia dapat menjadi preeklamsia ringan dan berat
(Sarwono,542:2008).
Preeklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu proteinuri, hipertensi,dan edema, yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-
tanda kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya ( Mochtar, 2007).
2. ETIOLOGI
Penyebab preeklamsia saat ini tak bisa diketahui dengan pasti, walaupun penelitian
yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan
pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebab preeklamsia disebut
juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori.
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain:
preeklamsia hanya terjadi pada manusia
terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak-anak dari
ibu yang menderita PE-E
kecenderungan meningkatnya frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil
dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka
peran renin-angiotensin-aldosteron sistem (RAAS).
Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu
hamil, disamping infeksi dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan
beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan
memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklamsia . Faktor-faktor tersebut antara lain,gizi buruk, kegemukan, dan
gangguan aliran darah kerahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsia, preeklamsia
umumnya terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan
kehamilan pada wanita diatas usia 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat
tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia
sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu atau saudara perempuan,
kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, kelainan
ginjal, lupus atau rematoid artritis.
3. PATOFISIOLOGI
Vasokontrisik merupakan dasar patogenesis PE-E. Vasokontrisi menimbulkan
peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontrisi
juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadinya
kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel.
Selain itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokontriksi arteri spiralis akan
menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan
menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia / anoksia jaringan merupakan sumber
reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidase itu sendiri memerlukan
peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu
metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak
jenuh yang menghasilkan Peroksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan
radikal bebas. Apabila kesinambungan antara peroksidase terganggu, dimana
peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut
stress oksidatif.
Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi
sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal,
serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai
antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui
ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang
dilewati termasuk sel – sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel
tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain : adhesi
dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasama,
terlepasnya ezim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya
trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin dan
tromboksin, terjadinya hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase
lemak.
4. JENIS – JENIS PREEKLAMSIA
a. Preeklamsia Ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan atau
edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini
dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyebab
preeklamsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
“maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :
Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau
lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih
atau sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai
110 mmHg
Proteinuria : secara kuantitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positif 2 (+2)
Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.
Pemeriksaan dan Diagnosis untuk menunjang keyakinan bidan atas kemungkinan ibu
mengalami Preeklamsia ringan jika ditandai dengan :
Kehamilan lebih 20 minggu ; kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk
pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit)
Edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau
tangan
Proteinuria lebih 0,3 gr/liter/24 jam, kualitatif +2
Penanganan Preeklamsia Ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang
timbul yakni :
1. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan
banyak istirahat (berbaring,tidur/miring), diet : cukup protein, rendah
karbohidrat,lemak dan garam; pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30
mg atau diazepam 3x2 mg/oral selama 7 hari (atas instruksi dokter); roborantia;
kunjungan ulang selama 1 minggu; pemeriksaan laboratorium: hemoglobin,
hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria : setelah
duan minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari
gejala-gejala preeklamsia; kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih/minggu selama 2
kali berturut-turut (2 minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda
preeklamsia berat.
Bila setelah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia
ringan dianggap sebagai preeklamsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada
perbaikan sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat
selama 2 hari lagi baru dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan perawatan rawat
jalan.
Perawatan obstetri pasien preeklamsia ringan :
1. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu) : bila desakan darah mencapai normotensi
selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi
belum mencapai normotensi selama perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada
umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
2. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan persalinan paa taksiran tanda
persalinan.
3. Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek
kala II.
b. Preeklamsia Berat
Preeklamsi berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya
hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20
minggu atau lebih.
Gejala dan tanda preeklamsia berat :
Tekanan darah sistolik >160 mmHg
Tekanan darah diastolik >110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
Trombosit <100.000/mm3
Oliguria <400 ml/24 jam
Proteinuria >3 gr/liter
Nyeri epigastrum
Skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat
Perdarahan retina
Odem pulmonum
Penyulit lain juga bisa terjadi yaitu, kerusakan organ-prgan tubuh seperti :
Gagal jantung
Gagal ginjal
Gangguan fungsi hati
Gangguan pembekuan darah
Sindroma HELLP
Bahkan dapat terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya apabila preeklamsia
tidak segera diatasi dengan baik dan benar.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala pereklamsia berat selama
perawatan dibagi menjadi :
a. Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah
pengobatan medicinal
b. Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan
medisinal.
1. Perawatan Aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita
dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan Nonstress test (NST) dan
Ultrasonografi (USG), dengan indikasi :
Ibu : usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda atau gejala impending
eklamsi, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi
kenaikan desakan 24 jam perawatan edicinal, ada gejala – gejala status duo ( tidak ada
perbaikan ).
Janin : hasil fetal assessment jelek ( NST & USG ) : adanya tanda Intra Uterine Growt
Retardation (IUGR)
Hasil Laboratorium : adanya “HELP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi
hepar, trombositopenia
2. Pengobatan medisinal pasien preeklamsia berat (dilakukan di rumah sakit dan atas
instruksi dokter), yaitu : segera masuk rumah sakit, tirah baring miring ke satu, tanda vital
diperiksa setiap 30 menit, refleks patela setiap jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter
diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam), berikan antasidan, diet cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak, garam, pemberian obat anti kejang : MgSO4, diuretikum tidak
diberikan kecuali bila ada tanda – tanda edema paru, payah jantung kongesif atau edema
anasrka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM
3. Antihipertensi diberikan bila : tekanan darah sistolik labih dari 180 mmHg, diastolik lebih
dari 110 mmHg atau
4. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat
antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5
ampul dalam 500cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.
5. Bila tidak tersedia anti hipertensi parenteral dapat diberikan tablet anti hipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral (Syakib Bakri,1997)
6. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda – tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalis cepat dengan cedilanid D.
7. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam/jantung, mata; obat-obat antipiretik diberikan
bila suhu rectal lebih 38,50c dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
atau xylomidon 2cc IM; antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicilin 1
gr/6jam/IV/hari; anti nyeri bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi uterus.
Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja, selambat-lambatnya 2 jam sebelum
janin lahir.
Penanganan ibu dengan preeklamsia berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan dirawat
inap antara lain :
1. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi; berikan diet rendah garam,
lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr di bokong kanan dan
4 gr di bokong kiri. Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patela +, diuresis 100 cc
dalam 4 jam terakhir, respirasi 16x/menit dan harus tersedia antidotumnya yaitu
kalsium glukonas 10% dalam ampul 10cc; infus dektros 5% dan Ringer Laktat;
berikan obat antihipertensi : injeksi katapres 1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat
diberikan tablet katapres 3x1/2 tablet atau 2x1/2 tablet sehari; diuretika tidak
diberikan, kecuali terdapat edema umum , edema paru, dan kegagalan jantung
kongesif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul IV Lasix; segera setelah pemberian
MgSO4 kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi
dipakai oksitosin 10 satuan dalam infus tetes(dilakukan oleh bidan atau dokter).
2. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi vakum atau forceps, jadi
ibu dilarang mengedan (dilakukan oleh dokter ahli kandungan); jangan berikan
methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri;
pemberian MgSO4 kalu tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4
gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum.
3. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio caesarea, perhatikan bahwa : tidak ada
koagulopati; anestesi yang aman atau terpilih adalah anestesi umum jangan lakukan
anstesi lokal, sedang anestesi spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh
dokter ahli kandungan).
4. Jika anestesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlalu kecil, lakukan
persalinan pervaginam. Jika servik matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU
dalam 500 ml dextrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin (atas intruksi dokter
boleh diberikan oleh bidan).
Pengobatan obstetric
1. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu
a. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai bishop 5 atau lebih dan
dengan fetal heart monitoring.
b. Seksio sesaria (dilakukan oleh dokter ahli kandungan), bila : fetal assesmant jelek.
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai bishop kurang dari 5) atau adanya
kontraindikasi tetesan oksitosin; 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin
belum masuk fase aktif. Pada primigrafida lebih diarahkan untuk dilakukan
terminasi dengan seksio sesaria.
5. EPIDEMIOLOGI PREEKLAMPSIA
a. Frekuensi Preeklampsia
Riwayat Preeklampsia
Primigravida, karena pada primigravida pembentukan antibody penghambat (blocking
antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan resiko terjadinya Preeklampsia
Kegemukan
Kehamilan ganda, Preeklampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai
bayi kembar atau lebih.
Riwayat penyakit tertentu. Penyakit tersebut meliputi hipertensu kronik, diabetes,
penyakit ginjal atau penyakit degenerate seperti reumatik arthritis atau lupus.
6. DIAGNOSIS
7. DETEKSI DINI
Karena preeklampsi tidak dapat dicegah, yang terpenting adalah bagaimana
penyakit ini dapat dideteksi sedini mungkin. Deteksi dini didapatkan dari pemeriksaan
tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan. Karena itu pemeriksaan
kehamilan rutin mutlak dilakukan agar preeklampsi dapat terdeteksi cepat untuk
meminimalisir kemungkinan komplikasi yang lebih fatal. Pemeriksaan tekanan darah
harus dilakukan dengan seksama, dan usahakan dilakukan oleh orang yang sama
mialnya bidan atau dokter.
8. DIET PREEKLAMSIA
Ciri khas dari diet preeklampsi memperhatikan asupan garam dan protein.
Tujuan dari pemberian diet preeklampsi dengan tujuan : mencapai dan
mempertahankan status gizi optimal, mencapai dan mempertahankan tekanan darah
agar tetap normal, mencegah dan mengurangi retensi garam dan air/cairan, mencapai
keseimbangan nitrogen, menjaga agar mencegah timbulnya factor resiko lain atau
penyulit baru pada saat kehamilan atau setelah persalinan.
Syarat diet pada preeklampsi harus diperhatikan : energy dan zat gizi yang
diberikan secara bertahap sesuai dengan kemempuan pasien dalam menerima
makanan; penambahan energy tidak melebihi 300 kkal dari makanan atau diet
sebelum hamil, garam diberikan rendah sesuai dengan berat ringanya retensi garam
atau air. Penambahan berat badan diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1
kg/minggu; protein tinggi (1 ½ -2 gram/kgBB); pemberian lemak sedang, sebagian
lemak berupa lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda; vitamin cukup;
vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi; mineral cukup terutama calcium dan
kalium; bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien; cairan
diberikan 2500 ml/hari. Pada keadaan Oliguria cairan dibatasi dan disesuaikan dengan
cairan yang keluar melalui urine, muntah, keringat dan pernafasan.
1. Diet preeklampsi I, diet ini diberikan pada pasien dengan preeklampsi berat.
Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah
cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari peroral dan kekurangannya
diberikan secara parenterl. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan
energy, maka hanya diberikan 1-2 hari saja.
3. Diet preeklampsi III diberikan kepada pasien dengan preeklampsi ringan atau
sebagai peralihan dari diet preeklampsi II. Pada diet ini makanan mengandung
protein tinggi dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau
biasa. Pada diet jumlah energy harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan
yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan
mengandung cukup semua zat gizi dan energy.
b. Oedem
Timbulnya oedem didahului oleh pertambahan berat badan yang berlebihan. Pertambahan
berat 0,5 kg pada seseorang yang hamil dianggap normal, tetapi jika mencapai 1kg per
minggu atau 3 kg dalam satu bulan , preeklampsi harus dicurigai. Oedem ini tidak hilang
dengan istirahat.
c. Proteinuria
Proteinuria didefinisikan sebagai konsentrasi protein sebesar 0.19/L (> positif 2 dengan
cara dipstik) atau lebih dalam sekurang-kurangnya dua kali spesimen urin yang
dikumpulkan sekurang-kurangnya dengan jarak 6 jam. Pada spesimen urin 24 jam.
Proteinuria didefinisikan sebagai suatu konsentrasi protein 0,3 per 24 jam.
d. Gejala-gejala subyektif
sakit kepala yang keras karena vasospasmus atau oedem otak.
nyeri ulu hati karena regangan selaput hati oleh haemorhagia atau oedem atau sakit
karena perubahan pada lambung.
gangguan penglihatan, penglihatan menjadi kabur. Gangguan ini disebabkan karena
vasospasme, oedem atau ablasioretina.
Pada preeklampsia yang berat dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan
sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia(Cunningham, 2003).
Perubahan pada organ-organ:
a. Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia daneklampsia.
Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatanafterload
jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi
oleh berkurangnya secara patologis hipervolemia kehamilan atau yang secara
iatrogenik ditingkatkan oleh larutan onkotik atau kristaloid intravena, dan aktivasi
endotel disertaiekstravasasi ke dalam ruang ektravaskular terutama paru (Cunningham,
2003).
c. Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu dapat
terjadiablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan merupakan salah
satuindikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang menunjukan
tanda preeklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skotoma, diplopia,
danambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah dalam
pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina (Rustam, 1998).
d. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteksserebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo, 2005).
e. Uterus
f. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru y a n g
menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau
abses paru.
FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor risiko pada preeklamsia antara lain primi gravida (kehamilan pertama kali),
usia, obesitas, kehamilan dengan bayi kembar, riwayat hipertensi pada keluarga, serta adanya
hipertensi esensial (Hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan), diabetes mellitus, dan
penyakit ginjal pada pasien. Penderita lupus juga mempunyai risiko terjadinya preeklamsia.
Preeklamsia juga dapat berulang, sehingga riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya,
dapat menjadi faktor risiko.
KOMPLIKASI
Rendahnya aliran darah ke plasenta
Jika plasenta tidak mendapat oksigen yang cukup, maka janin pun akan kekurangan
oksigen dan kekurangan gizi, sehingga pertumbuhan bayi terhambat dan dapat lahir
dengan berat badan rendah.
Sindroma HELLP
HELLP merupakan singkatan dari hemolisis (pecahnya sel darah merah),
meningkatnya enzim hati, serta rendahnya jumlah platelet/trombosit darah . HELLP
sindrom dapat secara cepat mengancam kehamilan. Gejalanya antara lain mual,
muntah, nyeri kepala, dan nyeri perut bagian kanan atas.
Eklamsia
Eklamsia adalah kejang yang disertai dengan tekanan darah tinggi dan terdapat
protein pada urin. Merupakan komplikasi preeklampsia yang sangat berat dimana
pasien dapat mengalami penurunan kesadaran.
1. Data subjektif
a. Biodata atau identitas
Nama
Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien
Umur
pasien/klien. Pada preeklampsi umur <20 dan >40 tahun adalah factor resiko terjadinya
preeklampsi.
Alamat
Pekerjaan
Agama
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan
pasien/klien. Dengan diketahuinya agama pasien/klien, akan memudahkan bidan
melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
Pendidikan
Status Perkawinan
Suku/Ras
b. Keluhan utama
Merupakan alasan utama untuk datang ke bidan atau apa saja yang dirasakan klien selama
kehamilan. Kemungkinan pada keluhan ini ada tanda tanda yang mengarah ke
preeklampsi.seperti pusing, pandangan kabur, edema.
c. Riwayat perkawinan
3. Status Perkawinan
4. Lama Pernikahan
d. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi pasien/klien.
Yang dikaji yaitu : menarche, siklus, banyak, lama, dan nyeri waktu haid serta kapan
mendapat haid pertama kali.
Kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, kemungkinan kehamilan yang lalu juga mengalami
preeklampsi atau mengalami eklampsi karena itu bisa terulang lagi pada kehamilan
sekarang.
Untuk mengetahui adanya masalah-masalah persalinan kehamilan dan nifas yang lalu.
Pertanyaan ini mempengaruhi prognosa persalinan dan persiapan persalinan yang lampau
adalah hasil ujian-ujian dari segala faktor yang mempengaruhi persalinan.
Menanyakan HPHT untuk menentukan tua kehamilan dan taksiran persalinan, keluhan
keluhan yang dirasakan untuk mengantisipasi masalah yang akan muncul seperti
preeklampsi, kapan merasakan pergerakan janin pertama kali.
g. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu : Kemungkinan klien menderita penyakit hipertensi sebelum
hamil, Kemungkinan klien mempunyai riwayat pre-eklamsia pada kehamilan terdahulu,
Biasanya mudah terjadi pada klien yang obsitas, Klien mungkin pernah menderita penyakit
ginjal kronis, tekanan darah klien sebelum hamil.
Riwayat kesehatan yang sekarang : Klien merasa sakit kepala didaerah frontal, Terasa sakit
diulu hari/nyeri epigastrium, Gangguan virus : Penglihatan kabur, skotoma, diplopia, Mual
dan muntah, tidak ada nafsu makan,Gangguan serebral lainnya: oyong, reflek tinggi, tidak
tenang, Oedema pada ekstremitas, Tengkuk terasa berat, Kenaikan berat badan 1 kg
seminggu. Karena itu merupakan tanda tanda kompilkasi dalam kehamilan.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan umum
Yang diperiksa yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, nafas, suhu, tinggi badan, berat badan
untuk menentukan keadaan umum pasien baik atau tidak. Pada tekanan darah mengalami
kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau lebih dari
tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistol 140 mmHg
sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai 110 mmHg. Kenaikan berat badan ½
kg setiap minggu dalam kehamilan masih diangap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg
seminggu beberapa kali atau 3 kg dalam sebulan pre-eklampsia harus dicurigai. Atau bila
terjadi pertambahan berat badan lebih dari 2,5 kg tiap minggu pada akhir kehamilan
mungkin merupakan tanda preeklampsia . Tambah berat yang sekonyongkonyong ini
desebabkan retensi air dalam jaringan dan kemudian oedema nampak dan edema tidak
hilang dengan istirahat. Hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya pre-
eklampsia.
b. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
Jika terdapat edema pada muka dan ekstrimitas itu bisa menunjukan adanya gejala
preeklampsi ringan. Data focus pada inspeksi yaitu : edema yang tidak hilang dalam kurun
waktu 24 jam atau Oedem ini tidak hilang dengan istirahat. Ini merupakan tanda tanda
adanya preeklampsi.
2. Palpasi
Leopold II : untuk menentukan bagian janin yang berada pada kedua sisi uterus.
Leopold III : untuk menentukan bagian janin apa yang berada pada bagian bawah.
sudah masuk dalam pintu panggul atau belum.
Leopold IV : untuk mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu atas
panggul
3. Asukultasi
Untuk mendengarkan DJJ untuk mengetahui keadaan janin.
4. Perkusi
5. Pemeriksaan panggul
3. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Urine : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau
+1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,
serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.
b. USG
Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah atau diagnose dan kebutuhan klien.
ibu hamil G.. P.. A.. , Umur kehamilan, punggung kanan, presentasi kepala, konvergen,
intera uteri, tunggal, hidup, keadaan janin baik dan keadaan ibu dengan preeklampsia
ringan.
Dasar :
1.) ibu hamil dan G1 P0 A0 (jika ini merupakan kehamilan yang pertama)
tanda pasti hamil yaitu adanya DJJ, terasa gerakan janin oleh pemeriksa, USG
a. Data Subjektif :
b. Data Objektif :
Pada primigravida tonus otot perut tampak tegang karena tidak pernah mengalami
peregangan sebelumnya, tampak linea nigra karena adanya hiperpigmentasi kulit akibat
pengaruh hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormon) yang meningkat dan tidak
jarang dijumpai kulit perut seolah-olah, warnanya berubah agak hipermik dan kebiru-
biruan, yang disebut striae livide.
2. Umur Kehamilan
a. Data Subjektif :
b. Data Objektif :
1) Tanggal pengkajian
a. Dari HPHT tanggal …. sampai tanggal pengkajian …maka usia kehamilan ibu ...
Menurut rumus Neagle.
b. Pembesaran perut disebabkan oleh adanya pertumbuhan janin dan di bawah pengaruh
hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan hipertropi otot polos.
3. Punggung Kanan
a. Data Subjektif :
Ibu mengatakan janinnya bergerak terutama di daerah perut sebelah kiri ibu.
b. Data Objektif :
Palpasi secara Leopold II teraba tahanan yang keras, memanjang, lebar, seperti papan pada
sisi kanan perut ibu.
a. Data Subjektif :
Tidak ada.
b. Data Objektif :
a. Pada palpasi Leopold III teraba bagian bulat, keras dan melenting, dan mudah
digerakkan pada simpisis sedangkan pada fundus teraba bagian lunak, kurang melenting
dan kurang bundar membuktikan bahwa janin dalam presentase kepala.
b. Pada palpasi Leopold 1 teraba bokong, Leopold II teraba tahanan paling banyak di sisi
kanan perut ibu, lebar seperti papan sementara pada sisi kiri perut ibu teraba bagian-bagian
kecil janin yaitu tangan dan tungkai. Leopold III teraba kepala yang menandakan bahwa
sumbu panjang janin memanjang terhadap sumbu panjang ibu.
5. Konvergen
a. Data Subjektif:
Tidak ada
b. Data Objektif :
Leopold IV : Konvergen
Pada Leopold IV teraba bagian bulat, keras, melenting, dan kedua tangan masih bisa
bertemu yang menandakan kepala belum masuk dalam pintu atas panggul atau masih
konvergen.
6. Intera Uteri
a. Data Subjektif :
1) Ibu mengatakan selama hamil tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat.
2) Ibu merasakan pergerakan janin kuat terutama pada perut sebelah kiri.
b. Data Objektif :
Salah satu tanda kehamilan intera uteri adalah terasa gerakan janin dalam rahim, tidak
terasa nyeri pada saat palpasi dan perkembangan rahim sesuai dengan tuanya kehamian.
7. Tunggal
a. Data Subjektif :
Ibu mengatakan merasakan pergrakan janin kuat terutama pada perut sebelah kiri.
b. Data Objektif :
3) Pada auskultasi, djj terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi yaitu pada sisi
sebelah kanan perut ibu dengan frekuensi …x/menit.
Pembesaran perut sesuai usia kehamilan, teraba dua bagian besar pada lokasi yang berbeda,
bagian kepala pada kuadran perut bagian bokong berada pada kuadran fundus. Pada
kehamilan tunggal hanya satu bunyi jantung.
8. Hidup
a. Data Sunjektif :
Ibu merasakan pergerakan janin kuat terutama pada perut atas sebelah kiri.
b. Data Objektif :
Pada auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi yaitu pada sisi sebelah
kanan perut ibu dengan frekuensi …x/menit.
Janin yang hidup ditandai dengan adanya pergerakan janin yang dapat dirasakan oleh
ibunya, dan pada auskultasi terdengar DJJ yang jelas dan teratur.
9. Keadaan Janin Baik
a. Data Subjektif :
Ibu merasakan pergerakan janinnya kuat terutama pada perut atas sebelah kiri.
b. Data Objektif :
Auskultasi DJJ terdengar jelas, kuat dan teratur pada satu sisi yaitu pada sisi sebelah kanan
perut ibu dengan frekuensi 142x/menit.
Ibu merasakan gerakan janinnya kuat dan bunyi jantung teratur dengan frekuensi 120-
160x/menit menandakan janin dalam keadaan baik. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal.711)
a. Data Subjektif :
b. Data Objektif :
1) Tekanan darah sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastol 90 mmHg sampai
110 mmHg.atau kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg.
2) Albumin (+)
3) Edema (+/+)
b) Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air/pada biopsy ginjal ditemukan spasme hebat pada arteiola glomerulus. Jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah naik sebagai usaha untuk
mengatasi kenaikan tekanan perifer agar okseginasi jaringan dapat dicukupi.
c) Karena vasospasme pembuluh darah ginjal terjadi perubahan pada glomerulus, sel-
sel juksta glomerulus, epitel tubulus henle. Glomerulus tampak sedikit membengkak, sel
juksta glomerulus tampak besar dan bertambah dengan sitoplasma sel dan epitel tubulus.
Henle berdeskuamasi hebat tampak jelas pragmen inti sel terpecah, perubahan-perubahan
tersebutlah yang menyebabkan proteinuria. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 284 )
b. Masalah
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Dasar : karena ini merupakan dampak yang akan timbul pada preeklampsi.
c. Kebutuhan
1. Dukungan emosional
Dasar : selama kehamilan akan banyak komplikasi yang ditimbulkan pada preeklampsi
3. Rasa nyaman
Dasar : kenyamanan akan mengurangi rasa sakit yang dialami ibu baik dalamkehamilan
maupun persalinan
a. Data Subjektif:
b. Data Objektif:
a. Pencegahan dan pengobatan preeklampsia ringan yang tidak tertangani secara baik akan
mengarah ke preeklampsia berat. (Wiknjosastro, H. 2006. Hal. 288)
b. Peningkatan dan tanda preeklampsia seperti tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau
tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih, protein urine lebih dari 3 gr/ltr; 3 atau 4 + pada
pemeriksaan kualitatif, adanya keluhan subjektif seperti gangguan penglihatan, nyeri kepala
hebat, edema paru dan sianosis menandakan preeklamsia sudah berada pada tingkat yang
berat.
a. Lakukan pemeriksaan satu kali seminggu untuk memantau tekanan darah, urine,
kenaikan berat badan, edema dan kondisi janin.
Rasional :
Untuk mengetahui perubahan yang dialami ibu dan janinnya yang disebabkan karena
pengaruh preeklampsia ringan dan mendeteksi adanya preeklampsia berat.
b. Sampaikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan jelaskanhal-hal yang dianggap perlu
seperti : peningkatan tekanan drah, protein uria dan edema.
Rasional :
Penyampaian dan penjelasan tentang hasil pemeriksaan kepada ibu sangat penting agar ibu
dapat mengetahui perkembangan kehamilannya serta merupakan tujuan utama pemeriksaan
antenatal yang berkualitas.
c. Berikan dukungan psikologis dan spiritual pada ibu dengan melibatkan suami dan
keluarga dalam perawatan klien.
Rasional :
Dukungan psikologis dan keterlibatan suami dan keluarga merupakan psikoterapi dan
perawatan klien sehingga dapat memberikan semangat dan membantu dalam proses
penyembuhan. Di samping itu agar ibu lebih optimis menghadapi kehamilannya dan berserah
diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Rasional :
Adanya peningkatan fungsi-fungsi fisiologi tubuh diperlukan istirahat yang cukup untuk
memberi relaksasi yang cukup pada otot serta mengurangi beban kerja jantung.
2) Diet seimbang dalam kehamilan yaitu tinggi protein, rendah lemak, cairan dan garam
tidak perlu dikurangi.
Rasional :
Ibu hamil dengan preeklampsia ringan tetap membutuhkan makanan yang tinggi protein,
rendah lemak, dan pembatasan cairan dan garam tidak bisa mencegah hipertensi dalam
kehamilan.
3) Hygiene dalam kehamilan
Rasional :
Personal hygiene sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi dan dapat memberikan
rasa nyaman pada pasien.
Rasional :
Dengan mengajarkan ibu cara menghitung gerakan janinnya ibu dapat memantau sendiri
kondisi janinnya secara objektif sekaligus meningkatkan pengetahuan ibu tentang kehamilan.
f. Ajarkan pada ibu untuk untuk memantau tanda-tanda terjadi preeklampsia berat yaitu
sakit kepala, rasa nyeri di daerah epigastrium, penglihatan kabur, mual sampai muntah dan
gangguan kesadaran.
Rasional :
Agar ibu mengerti dan dapat mengambil keputusan klinik yang tepat jika muncul tanda-tanda
preeklampsia berat.
Rasional:
Dengan memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan, ibu akan mengerti dan
melaksanakan anjuran bidan sehingga jika ibu mengalami salah satu dari Sembilan tanda
bahaya kehamilan itu, ibu dapat segera ke tenaga kesehatan (dokter/bidan) sehingga ibu
mendapatkan pertolongan dari segala hal yang mengancam keselamatan jiwa dan janinnya.
Rasional:
Dengan adanya diskusi antara ibu dan keluarga baik secara fisik maupun psikis dan finansial
akan siap menghadapi persalinan dan kelahiran bayinya tanpa rasa cemas yang berlebihan.
Rasional:
Rasional:
2) Kebutuhan zat besi 15-30 mg/hari (1x1 tablet) yang diperlukan dalam proses
pembentukan eritrosit untuk mempertahankan konsentrasi dan meningkatkan hemoglobin
yang mengalami perubahan akibat hemodulusi/pengenceran darah.
k. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ANC scara teratur dan teliti serta
menganjurkan untuk datang kembali memeriksakan kehamilannya minggu depan yaitu
tanggal 05-07-2010 dan bila ada tanda-tanda bahaya kehamilan segera memeriksakan
kesarana kesehatan terdekat.
Rasional :
ANC yang teratur dan teliti dapat mendeteksi adanya komplikasi yang memperburuk keadaan
ibu hamil. Di samping itu dengan menganjurkan ibu datang minggu depan ibu dapat
mengetahui keadaannya serta keadaan janinnya sehingga bila ada hal-hal yang
membahayakan ibu dan janin dapat segera diberikan pertolongan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklamsi merupakan penyakit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante,intra, dan
postpartum. Dari gejala klinik preeklamsia dapat menjadi preeklamsia ringan dan
berat.Preeklamsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan
dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu proteinuri, hipertensi,dan edema, yang
kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Prof.dr.I.B.G.Manuaba,SP.OG(K),dr.I.A.Chandranita Manuaba,SP.OG,dr.I.B.G.Fajar
Manuaba,Sp.OG;Pengantar Kuliah Obstetri;EGC
Wiknjosastro, Hanifa, 2006. Ilmu kebidanan, Edisi 3, Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohadjo
:Jakarta.