Dokter Pembimbing:
dr. Yahya, Sp.P
Dibuat Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Presentasi Kasus ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian Paru Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I
R. Said Sukamto. Penulisan presentasi kasus ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulisan menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dr. Yahya, Sp.P selaku konsulen bagian paru pada stase Ilmu
Penyakit Dalam di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R. Said Sukamto, yang selalu
membimbing dan memberi saran selama kepaniteraan klinik di bagian ilmu penyakit
dalam.
Dalam penulisan presentasi kasus ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi
isi materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun untuk perbaikan pada penulisan dan penyusunan presentsi kasus ini.
Penulis berharap presentasi kasus ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak. Semoga
Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Aamiin ya rabbal’alamin.
Wassalamualaikum wr.wb
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB II PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….17
3.3 Patogenesis…………………………………………………………….19
3.4 Klasifikasi……………………………………………………………..21
3.5 Diagnosis……………………………………………………………...21
3.7 Penatalaksanaan………………………………………………………29
3.8 Komplikasi……………………………………………………………41
3.9 Pencegahan…………………………………………………………...42
3.10 Prognosis……………………………………………………………42
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….43
3
BAB I
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
II. ANAMNESIS
- Keluhan utama
Pasien datang ke IGD RS POLRI mengeluh sesak yang memberat
sejak 1 hari yang SMRS.
- Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS POLRI mengeluh sesak yang
memberat sejak 1 hari yang lalu SMRS. Sesak yang dirasakan
pasien mulai timbul dan dirasakan kembali sejak bulan Juni setelah
lebaran tahun 2018. Sesak dirasa seperti nafas yang tidak dapat
keluar, sesak juga tidak dipengaruhi oleh aktivitas. Sesak yang
dirasakan pasien semakin lama semakin memberat, hilang timbul
namun selalu muncul. Ketika sesak pasien tidak dapat berbaring
sama sekali, dan cenderung duduk untuk mengurangi sesak.
Pasien juga mengeluh batuk kering yang munculnya tiba -
tiba namun sering, dan saat batuk pasien bertambah sesak, tidak
4
disertai nyeri dada dan batuk darah disangkal. Pasien juga
mengeluh demam yang naik turun, berat badan turun drastis yaitu
18 kg disertai nafsu makan menurun. Nafsu makan pasien
membaik setelah dirawat dirumah sakit.
- Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien mendapat perawatan di RSUD Pasar Minggu,
namun pasien tidak ingat obat apa saja yang diberikan dalam
perawatan sebelumnya. DM (-) HT (-) Jantung (-)
- Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak terdapat keluarga maupun orang sekitar yang mengalami
sakit serupa dengan pasien.
B. Keluhan Kepala
Pengelihatan di waktu siang : dalam batas normal
Pengelihatan di malam hari : dalam batas normal
5
Berkunang-kunang : dalam batas normal
Sakit pada mata : (-)
Pendengaran : dalam batas normal
Keseimbangan : dalam batas normal
Kotoran Telinga : dalam batas normal
Hidung : Darah : (-)
Lendir : (-)
Nyeri : (-)
Lidah : dalam batas normal
Gigi : dalam batas normal
Gangguan Bicara : (-)
Gangguan Menelan : (-)
6
E. Keluhan di Perut
Membesar : (-)
Mengecil : (-)
Nyeri spontan : (-)
Nyeri tekan : (-)
Nyeri bila makan : (-)
BAB : dalam batas normal
BAK : dalam batas normal
Lapar : (-)
Mual : (-)
Muntah : (-)
Obstipasi : (-)
Melena : (-)
Feses : (-)
Urin Warna : Kuning jernih
Frekuensi : sering
Jumlah : dalam batas normal
Nocturia : (-)
Inkontinensia Urin : (-)
F. Keluhan di Kaki
Gerakan tangan terganggu : (-)
Gerakan kaki terganggu : (-)
Nyeri spontan : (-)
Gangguan sendi : (-)
Nyeri tekan : (-)
Kesemutan : (-)
Luka-luka : (-)
Gangrene : (-)
Edema : (-)
Nekrosis : (-)
7
Kelaninan kuku : (-)
Kelainan Kulit : (-)
G. Keluhan Lain
Alat Lokomotorik : (-)
Tulang : (-)
Otot : (-)
Kelenjar Limfe : (-)
Hipertyroid : (-)
Hipotyroid : (-)
Endokrin : (-)
Lain-lain : (-)
Keadaan Pernapasan
Frekuensi : 29 x/menit
Inspirasi : dalam batas normal
Ekspirasi : dalam batas normal
Nafas berbunyi :(-)
8
V. PEMERIKSAAN KHUSUS
Kepala
Bentuk : Normocephal
Nyeri Tekan : (-)
Lain-lain : (-)
Muka
Otot : dalam batas normal
Kel. Kulit : dalam batas normal
Tumor : (-)
Oedem : (-)
Kakheksia : (-)
Kel. Parotis : (-)
Hidung
Bentuk : dalam batas normal
Lendir : dalam batas normal
Darah : (-)
Meatus : dalam batas normal
Lidah
Besar : dalam batas normal
Bentuk : dalam batas normal
Papil : dalam batas normal
Frenulum : dalam batas normal
Pergerakan : dalam batas normal
Mata
Pergerakan : dalam batas normal
Ikterus : dalam batas normal
Reflex cahaya : +/+
Pupil : isokor
Kornea : sikatrik (-),
Konvergensi : dalam batas normal
Konjungtiva : anemis (-), sklera ikterik (-)
9
Telinga
Cairan : (-)
Pendengaran : baik
Faring
Mukosa : tidak hiperemis, tidak ada massa
Tonsil : T1/T1
Dinding : tidak hiperemis, tidak ada massa
Uvula : tidak hiperemis, tidak deviasi
Leher
Inspeksi : pembesaran organ (-)
Palpasi : pembearan KGB (-), pembesaran tiroid (-),
trakea ditengah
Axilla
Inspeksi : pembesaran KGB (-)
Palpasi : teraba KGB (-)
Thorax Depan
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dinding
dada simetris kanan-kiri warna kulit normal,
penggunaan otot bantu nafas (+), terdapat
purse lips breathing (seperti meniup). Barrel
Chest (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), pergerakan dinding dada
simetris, fremitus vokal simetris (melemah),
10
Palpasi :Nyeri tekan (-), fremitus vokal N/N
(melemah)
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru kanan
Auskultasi :Suara nafas vesikuler +/+ (melemah/
menurun, wheezing (-/-), Ronkhi basah
kasar (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Bentuk normal, simetris, sikatrik (-).
Auskultasi :Suara usus normal, tidak terdapat suara
aliran dalam pembuluh darah.
Palpasi : Nyeri tekan (-), defans muscular (-), ascites
(-), massa (-)
Perkusi : Shifting dullness (-)
11
Hematologi
Hematokrit 42 37 – 43 %
Kimia Klinik
Ureum 26 10 – 50 mg/dl
Tanggal 26/07/2018
Hematologi
Hematokrit 37 37 – 43 %
Kimia klinis
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
SGOT/AST 15,1 <37 U/L
SGPT/ALT 16,1 <40 U/L
12
Tanggal 30/07/2018
Kimia Klinik
ANALISA GAS DARAH
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
O
Temprature 37 C
FIO2 21 %
PH 7,29* 7,35 - 7,45
pCO2 27* 35 – 45 mmHg
pO2 96* 85 – 95 mmHg
O2 Saturasi 97* 85 – 95 %
HCO3 12* 21 – 25 mmol/L
Base Excess -13* - 2,5 - +2,5 mmol/L
Total CO2 13* 21 – 27 mmol/L
Tanggal 31/07/18
(Pukul 06:04:02)
Kimia Klinik
ANALISA GAS DARAH
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
Pemeriksaan
O
Temprature - C
FIO2 - %
PH 7,32* 7,35 - 7,45
pCO2 33* 35 – 45 mmHg
pO2 128* 85 – 95 mmHg
O2 Saturasi 99* 85 – 95 %
HCO3 17* 21 – 25 mmol/L
Base Excess -8* - 2,5 - +2,5 mmol/L
Total CO2 18* 21 – 27 mmol/L
Kimia Klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Glukosa Darah 265* < 200 mg/dl
Sewaktu
Tanggal 31/07/18
(Pukul 23:06:52)
Kimia Klinik
ANALISA GAS DARAH
Jenis Hasil Nilai Rujukan Satuan
13
Pemeriksaan
O
Temprature 37,0 C
FIO2 - %
PH 7,38* 7,35 - 7,45
pCO2 33* 35 – 45 mmHg
pO2 124* 85 – 95 mmHg
O2 Saturasi 99* 85 – 95 %
HCO3 19* 21 – 25 mmol/L
Base Excess -5* - 2,5 - +2,5 mmol/L
Total CO2 20* 21 – 27 mmol/L
Tanggal 01/08/18
Kimia Klinik
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Gula darah 2 jam 319 < 140 mg/dl
post Prandial
Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thorax
14
Tekanan darah : 100/60 mmHG
Nadi : 98 x/ menit
Respirasi : 29 x/ menit
Suhu Axilla : 36,50C
Status general
Mata : CA +/+, SI-/-
THT : dalam batas normal
Leher : pembesaran KGB (-)
Abdomen : asites (-)
VIII. RESUME
Berdasarkan anamnesa didapatkan, pasien datang dengan keluhan
sesak yang memberat sejak 1 hari yang lalu SMRS. Disertai batuk kering
berat, yang hilang timbul serta mendadak. Berat badan turun 18kg
(kehilangan masa otot) pasien, pasien terlihat kurus, dan didapati pursed-
lip breathing, nafsu makan menurun, lemas (+), lelah (+). Terlihat
penggunaan otot bantu napas.
Pasien sebagai perokok aktif semenjak usia muda (20 tahun) dan
baru berhenti 2 tahun lalu, dan bekerja sebagai kuli bangunan saat usia
muda. Gejala awal timbul 1 tahun lalu dengan batuk berat yang tidak
kunjung sembuh, lalu diikuti dengan sesak napas. Dan selama 1 tahun
pasien sudah 10x masuk rumah sakit dengan keluhan yang sama.
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik didapapatkan, Barrel Chest (+)
dan dipahragma rendah atau datar. Fremitus melemah, dan suara nafas
vesikuler juga melemah. Ronkhi (+), Wheezing (+).
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium leukosit meningkat
menunjukan adanya infeksi, sebagai salah satu pencetus eksaserbasi
(meningkat pada tanggal 25), dan normal setelah ditatalaksana dengan
antibiotic (pada pemeriksaan tanggal 26). Kenapa hb dan ht meningkat.
SGOT SGPT MENURUN
Pasien juga dipantau perkembangannya dari Analisa gas darah.
Analisa gas darah pada tanggal 30/07/2018, terjadi asidosis metabolic
terkompensasi, dengan base excess yang banyak terpakai. Analisa gas
darah pada tanggal 31/07/2018, walaupun masih asidosis metabolic
15
terkompensasi. Namun PH dan HCO3 hampir menuju batas normal
dengan base excess yang hanya sedikit terpakai.
Kenapa g2pp meningkat
Berdasarkan pemeriksaan Radiologi ditemukan, hiperinflasi,
hiperlusen, diafragma mendatar, corakan broncho - vaskularnya
meningkat, dan jantung pendulum (tear-drop).
IX. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis Kerja : Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi
Diagnosis Banding : Asthma, Emphisema
X. PENATALAKSANAAN
Tanggal 25/07/2018
- IVFD RL 21 tpm
- Inj IV Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Inj IV Rantin 2 x 50mg
- PO: NAC 3 x 1
Tanggal 30/07/2018
- IVFD RL 21 tpm
- Inj IV Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Inj IV Rantin 2 x 50mg
- PO: NAC 3 x 200mg
- Inhalasi Combivent 4x
Tanggal 31/07/2018
- IVFD RL 21 tpm
- Inj IV Ceftriaxone 1 x 2 gr
- Inj IV Rantin 2 x 50mg
- PO: NAC 3 x 200mg
- Ventolin 4x
- Pulmicort 4x
- Capsul Obat (tidak diberitahukan capsul yang diberikan kepada
pasien)
- Medixon IV 3x40
Tanggal 1/08/2018
16
- PO Bicnat 3x200
- Inhalasi Combivent 4x
XI. RENCANA DIAGNOSTIK
- Nilai Spirometer
XII. RENCANA MONITORING
- Tanda – tanda Vital
- Saturasi Oksigen
- Analisa Gas Darah
XIII. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Dubia ad malam
- Quo ad Sanactionam : Malam
- Quo ad Functionam : Malam
BAB II
PENDAHULUAN
17
Penatalaksanaan bisa dibedakan berdasarkan derajat tingkat keparahan
PPOK. PPOK eksaserbasi didefinisikan sebagai peningkatan keluhan/gejala pada
penderita PPOK berupa 3P yaitu: 1. Peningkatan batuk/memburuknya batuk 2.
Peningkatan produksi dahak/sputum 3. Peningkatan sesak napas. Komplikasi bisa
terjadi gagal nafas, infeksi berulang dan cor pulmonal. Prognosa PPOK
tergantung dari stage / derajat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain.
(Riyanto dan Hisyam, 2006)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik
yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat
progressif nonreversibel atau reversibel parsial, bersifat progresif, biasanya
disebabkan oleh proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas
berbahaya yang dapat memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan
ini dapat dicegah dan dapat diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok,
asap polusi dari pembakaran, dan partikel gas berbahaya.
18
berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi
kriteria PPOK.
- Pertambahan penduduk
- Industrialisasi
(PDPI,2010).
Riwayat merokok
1. Perokok aktif
2. Perokok pasif
3. Bekas perokok
Hipereaktiviti bronkus
19
3.3 Patogenesis
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa faktor resiko utama dari
PPOK ini adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang
perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional
serta metaplasia. Sehingga mukus tersebut menghambat aliran nafas, san
menghambat saat ekspirasi.
20
(Sumber :Antonio et all, 2007)
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien
PPOK, yakni: peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas),
makrofag (lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim),
limfosit CD 8+ (dinding saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini
dapat dibedakan dengan inflamasi yang terjadi pada penderita asma.
(Corwin EJ, 2001)
(Sumber : PDPI,2010
3.4 Klasifikasi
Berdasarkan Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
2007, dibagi atas 4 derajat : (Antonio et all, 2007)
Derajat I: PPOK ringan
21
Dengan atau tanpa gejala klinis (batuk produksi sputum). Keterbatasan
aliran udara ringan (VEP1 / KVP < 70%; VEP1 > 80% Prediksi). Pada
derajat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bahwa fungsi parunya
abnormal.
Derajat II: PPOK sedang
Semakin memburuknya hambatan aliran udara (VEP1 / KVP < 70%; 50%
< VEP1 < 80%), disertai dengan adanya pemendekan dalam bernafas.
Dalam tingkat ini pasien biasanya mulai mencari pengobatan oleh karena
sesak nafas yang dialaminya.
Derajat III: PPOK berat
Ditandai dengan keterbatasan / hambatan aliran udara yang semakin
memburuk (VEP1 / KVP < 70%; 30% VEP 1 < 50% prediksi). Terjadi
sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan
eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.
Derajat IV: PPOK sangat berat
Keterbatasan / hambatan aliran udara yang berat (VEP1 / KVP <
70%; VEP1 < 30% prediksi) atau VEP1 < 50% prediksi ditambah dengan
adanya gagal nafas kronik dan gagal jantung kanan.
Terdapat ketidak sesuaian antara nilai VEP1 dan gejala penderita,
oleh sebab itu perlu diperhatikan kondisi lain. Gejala sesak napas mungkin
tidak bisa diprediksi dengan VEP1.
3.5 Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala,
gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan
jelas dan tanda inflasi paru. Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :
a. Anamnesis
22
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan
lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap
rokok dan polusi udara.
b. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
d. Auskultasi :
23
2. Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa, ekspirasi memanjang bunyi jantung
terdengar jauh
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Rutin
1. Faal paru
b. Uji bronkodilator
24
Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan
APE meter.
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain. Pada emfisema terlihat gambaran :
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
Normal
25
1. Faal paru
Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF),
Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
Diffusing Capacity of the lung for carbon monoxide (DLCO)
menurun pada emfisema
Raw meningkat pada bronkitis kronik
Sgaw meningkat
Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
6. Radiologi
26
CT - Scan resolusi tinggi
7. Elektrokardiografi
9. Bakteriologi
Penilaian Spirometri
27
Pemeriksaan dilakukan ketika tidak dalam eksaserbasi akut. Terbagi
menjadi 4 klasifikasi, dapat dilihat pada tabel 2.
Kormobiditas
28
Penyakit kormobid seperti penyakit cardiovascular, osteoporosis, depresi
dan cemas, sindrom metabolic, kanker paru dan disfungsi otot skeletal.
3 Pneumotoraks
(Sumber : PDPI,2010)
3.7 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan:
29
1. Mengurangi gejala
Terapi lainnya
Grub Rekomendasi pilihan
Pilihan alternative yang
pasien pertama
memungkinkan
30
lama kerja cepat
teofilin
31
Esaserbasi ringan : terdapat 1 dari 3 gejala cardinal + salah
satu dari kriteria tambahan, antara lain infeksi saluran nafas atas > 5
hari, demam tanpa sebab lainnya, peningkatan batuk, mengi,
peningkatan laju pernafasan atau frekuensi nadi > 20% nilai dasar.
TATALAKSANA :
3. Pemberian oksigen
Manfaat oksigen :
o Mengurangi sesak
o Memperbaiki aktiviti
o Mengurangi vasokonstriksi
o Mengurangi hematocrit
Indikasi:
32
o PaO2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
4. Obat-obatan
33
- Nebulizer: agonis B2 kerja cepat (salbutamol) + anti kolinergik
[2,5 + 0,5 mg], lama kerja: 4-8jam
Contoh: aminofolin (seiaan oral: 200 mg, IV: 240mg, lama kerja:
4-6jam), toefilin (oral: 100-400 mg. lama kerja bervariasi hingga
24 jam).
o Golongan antikolinergik
34
berbeda. Disamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana
dan mempermudah penderita.
o Golongan xantin
o Kortikosteroid sistemik
o Antibiotic
35
o Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal
250 mg.
o Mukolitik
36
Tabel 5. Penatalaksanaan PPOK (Sumber : PDPI,2010)
37
38
Indikasi rawat inap:
Terdapat komplikasi
o Komorbiditas signifikan
o Aritmia baru
39
o Diagnosis yang meragukan
o Usia lanjut
Edukasi
40
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi
penderita.
Penyesuaian aktiviti
41
3.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah :
1 Gagal napas
2 Infeksi berulang
3 Kor pulmonal
a. Hasil analisis gas darah PO2 < 60 mmHg dan PCO2 > 60 mmHg, dan pH
normal.
c. Bronkodilator adekuat
d. Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
e. Antioksidan
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing Gagal napas akut pada gagal
napas kronik, ditandai oleh :
- Demam
- Kesadaran menurun
- Infeksi berulang
42
kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya
kadar limposit darah.
Kor pulmonal: Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat
disertai gagal jantung kanan.
3.9 Pencegahan
a. Mencegah terjadinya PPOK :
- Berhenti merokok
2.10 Prognosis
43
DAFTAR PUSTAKA
Antonio et all 2007. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and
Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease. USA, p. 16-19 Didapat
dari : http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp
Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media
Aeskulapius.
Drummond MB, Dasenbrook EC, Pitz MW, et all 2011. Inhaled Corticosteroids
in Patients With Stable Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Journal of
American Medical Association, p. 2408-2416.
Riyanto BS, Hisyam B 2006. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen IPD FKUI, p.984-5.
44
Sin DD, McAlister FA, Paul SF, et all 2003. Management of chronic obstructive
pulmonary disease (COPD). Journal of American Medical Association, p 2302-
2312.
45