Anda di halaman 1dari 11

HARDNESS TEST

1. Tujuan Percobaan
1.1 Mengetahui nilai kekerasan suatu beban dengan metode Brinell, Rockwell,
dan Vickers.
1.2 Membandingkan hasil pengujian kekerasan Brinell, Rockwell, dan Vickers.
1.3 Mengetahui hubungan antara kekerasan dan kekuatan material

2. Metodologi Percobaan
2.1 Alat dan bahan yang digunakan
2.1.1 Peralatan yang digunakan pada pengujian Hardness adalah:
1. Mesin pengujian Hardness test Wolfert
2. Indentor yang digunakan sebagai berikut:
 Kerucut intan untuk Rockwell test
 Intan pyramid (sudut puncak 136°) untuk Vickers test
 Bola baja (d = 2,5 m) untuk Brinell test
3. Loupe pengukur
2.1.2 Spesimen
1. Pin rantai (C 15) untuk Rockwell
2. Kepala baut (SS316L) untuk Vickers
3. Aluminium untuk Brinell
2.1.3 Standarisasi
1. Metode pengujian dan specimen berdasarkan JIS Z 2244 Brinell
2. Metode pengujian dan specimen berdasarkan JIS Z 2244 Vickers
3. Metode pengujian dan specimen berdasarkan JIS Z 2244 Rockwell

2.2 Langkah Percobaan


2.2.1 Brinell Hardness Test
1. Spesimen dibersihkan permukaannya.
2. Indentor bola baja dipasang pada pemegang indentor.
3. Pemegang indentor dipasang pada mesin.
4. Beban sebesar 62,5kP ditempatkan pada mesin.
5. Meja mesin dinaikkan dengan memutar handwheel sehingga penetrasi
oleh indentor kepada specimen menunjukkan angka 3 (jarum penunjuk
skala kecil) pada saat ini beban mula-mula adalah 10 kgf.
6. Handle diputar untuk proses industri, berarti pembebanan penuh.
7. Setelah handle tidak bergerak lagi, putar kembali handle ke posisi
semula.
8. Spesimen dilepas dari mesin uji.
9. Diameter tapak tekan diukur menggunakan loupe pengukur.
2.2.2 Vickers Harness Test
1. Spesimen dibersihkan permukaannya.
2. Indentor intan pyramid dipasang pada pemegang indentor.
3. Pemegang indentor dipasang pada mesin.
4. Beban sebesar 30 kP ditempatkan pada mesin.
5. Meja mesin dinaikkan dengan memutar handwheel sehingga penetrasi
oleh indentor kepada specimen menunjukkan angka 3 (jarum penunjuk
skala kecil) pada saat ini beban mula-mula adalah 10 kgf.
6. Handle diputar untuk proses industri, berarti pembebanan penuh.
7. Setelah handle tidak bergerak lagi, putar kembali handle ke posisi
semula.
8. Spesimen dilepas dari mesin uji.
9. Diagonal tapak tekan diukur menggunakan loupe pengukur.
2.2.3 Rockwell Hardness Test
1. Spesimen dibersihkan permukaannya.
2. Indentor dipasang pada pemegang indentor.
3. Pemegang indentor dipasang pada mesin.
4. Beban sebesar150 kP ditempatkan pada mesin.
5. Meja mesin dinaikkan dengan memutar handwheel sehingga penetrasi
oleh indentor kepada specimen menunjukkan angka 3 (jarum penunjuk
skala kecil) pada saat ini beban mula-mula adalah 10 kgf.
6. Handle diputaruntuk proses industri, berarti pembebanan penuh.
7. Setelah handle tidak bergerak lagi, putar kembali handle ke posisi
semula.
8. Nilai kekerasan pada skala utama mesin uji dicatat.
9. Spesimen dilepas dari mesin uji.

3. Hasil yang didapatkan


3.1 Data hasil percobaan
3.3.1 Data hasil percobaan Rockwell
Material test piece : Kepala Baut
Beban : 150 kP
Indentor : Kerucutintan
Jarak antar titik uji :

10mm mm mm

1 2 3

Gambar 3.1 Pin Rantai (C15)

Tabel 3.1 Tabel hasil percobaan uji kekerasan Rockwell


SKALA KEKERASAN(HRc)
3 68
3 66
3 68

3.3.2 Data hasil percobaan Vickers


Material test piece : Kepala Baut
Beban : 30 kP
Indentor : Intan Piramid
Jarak antar titik uji :

8mm
2mm
1mm

3
2
1

Gambar 3.2 Kepala Baut (SS 316L)

Tabel 3.2 Tabel hasil percobaan uji kekerasan Vickers


DIAGONAL
TITIK KEKERASAN
SKALA drata-
UJI d1 d2 (VHN)
rata

1 3 0.7 0.7 0.7 113.51


2 3 0.7 0.7 0.7 113.51
3 3 0.7 0.7 0.7 113.51

3.3.3 Data hasil percobaan Brinnel


Material test piece : Aluminium
Beban : 62.5 kP
Diameter bola baja : 2.5 m
Indentor : Bola baja
Jarak antar titik uji :

76 mm
3
5 mm
2
6 mm
1
51 mm

Gambar 3.3 Aluminium

Tabel 3.3 Tabel hasil percobaan uji kekerasan Brinell


DIAMETER KEKERASAN
TITIK
SKALA Rata-
UJI d1 d2 drata-rata BHN
Rata
1 3 1.35 1.35 1.35 39.375
2 3 1.40 1.40 1.40 42.65 41.2247
3 3 1.37 1.40 1.385 42.649

3.2 Contoh perhitungan


3.2.1 Contoh perhitungan Vickers
𝑝
HVN = 1.8544 𝑑2
1.8544 (30 𝑘𝑃)
Pada titik 1: HVN = = 113.53 kP/mm2
0.72
1.8544 (30 𝑘𝑃)
Pada titik 2: HVN = = 113.53 kP/mm2
0.72
1.8544 (30 𝑘𝑃)
Pada titik 3: HVN = = 113.53 kP/mm2
0.72

3.2.2 Contoh perhitungan Brinnel


2𝑃
BHN =
𝜋𝐷(𝐷−√𝐷 2 −𝑑2 )
2 𝑥 62.5
Pada titik1:BHN = = 39.375 kP/mm2
3.14 𝑥 2.5(2.5−√2.52 −1.352 )

3.3 Tabel Perhitungan


3.3.1 Tabel Perhitungan Vickers
Tabel 3.4 Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan Vickers
DIAGONAL Kekerasan
Beban
d1 d2 drata-rata (VHN)
30 kP 0.7 0.7 0.7 113.51
30 kP 0.7 0.7 0.7 113.51
30 kP 0.7 0.7 0.7 113.51

3.3.2 Tabel Perhitungan Brinnel


Tabel 3.5 Tabel hasil perhitungan nilai kekerasan Brinnel
Diameter BHN
Kekerasa
Beban D drata- Rata-
d1 d2 n (BHN)
rata rata
62.5 2.5 1.35 1.35 1.35 39.375
62.5 2.5 1.40 1.40 1.40 42.65 41.2247
62.5 2.5 1.37 1.40 1.385 42.649
3.4 Pembahasan grafik
3.4.1 Rockwell hardness test

kekerasan HRc
68.5
68
67.5 10mm 3mm32mm2

67
HN

1 2 3
66.5 kekerasan HRc
66
65.5
65
1 2 3

Pengujian kekerasan Rockwell menggunakan spesimen pin rantai (C15)


dengan indentor kerucut intan dengan standarisasi metode pengujian dan
spesimen berdasarkan JIS Z 2245. Pembebanan yang di berikan sebesar 150kP
serta pengujian di lakukan sebanyak tiga kali. Nilai kekerasan (HRC) yang di
dapatkan dari hasil pecobaan berturut-turut yaitu 68 HRC, 66 HRC dan 68
HRC.
Nilai kekerasan tersebut di dapatkan dari hasil indentasi oleh indentor
kerucut intan pada spesimen kemudian mesin akan secara otomatis
menampilkan hasil pembacaan pada skala mesin uji Rockwell. Pengujian
Rockwel sangatlah mudah dilakukan dan juga cepat karena hasilnya langsung
di dapat dari mesin uji rockwell.
Dari tiga percobaan yang terlah di lakukan pada percobaan kedua
memiliki nilai yang berbeda dari percobaan ke pertama dan ke tiga. Perbedaan
tersebut bisa di karenakan pada saat melakukan percobaan yang pertama bagian
perukaan dari spesimen tidak bersih ataupun pada saat percobaan terdapat
getaran yang mempengaruhi nilai kekerasannya. Menurut teori yang ada
seharusnya kekerasan pada setiap titik spesimen pin rantai (C15) harusnya
menunjukkan nilai yang sama karena pin rantai tersebut tidak melalui proses
case hardening.

3.4.2 Vickers Hardness Test

Kekerasan VHN
120 8mm
2mm
100 1mm
80 3
2
HN

60 1
Kekerasan VHN
40
20
0
1 2 3

Pengujian kekerasan Vickers menggunakan spesimen kepala baut (ss


316L) dengan indentor intan pyramid yang memiliki sudut puncak sebesar 136o
dengan standarisasi metode pengujian dan spesimen berdasarkan JIS Z 2244.
Pembebanan yang di berikan sebesar 30 kP serta pengujian di lakukan sebanyak
tiga kali. Nilai kekerasan (VHN) yang di dapatkan dari hasil pecobaan berturut-
turut yaitu 113.53 HVN, 113,53 HVN dan 113.53 HVN.
Nilai kekerasan Vickers di dapatkan dengan persamaan HVN =
𝑃
1,8544 𝑑2 , dengan P merupakan nilai pembebanan yang di berikan (30KP), d

merupakan rata-rata panjang diagonal tapak tekan hasil indentasi dan 1,8544
merupakan tetapan. Nilai dari kekerasan vickers memiliki ketelitian yang kecil
karena sangat bergantung pada hasil pengamatan diagonal dari tapak tekan yang
bisa berubah ketika pengamat berubah.
Dari percobaan yang telah di lakukan didapatkan grafik hasil kekerasan
yang konstan pada angka 113.53 VHN sedangkan menurut teori sebenarnya
grafik dari uji kekerasan kepala baut meningkat. Kenaikan grafik tersebut di
karenakan kepala baut mengalami proses case hardening sehingga nilai dari
kekerasanya akan semakin meninggkat dari tengah menuju tepi baut.. Untuk
hasil kekerasan yang sama untuk ketiga percobaan, hal itu bisa dikarenakan
titik pengujian yang di lakukan terlalu dekat sehingga menunjukkan hasil yang
sama dan tidak sesuai dengan teori. Selain itu dapat juga dikarenakan kesalahan
dalam pengamatan diagaonal dari tapak tekan indentasi.

3.4.3 Brinnel Hardness Test

Kekerasan BHN
43
42
76 mm
41
3
40 5 mm
Kekerasan 2
39 BHN 6 mm
1
38 51 mm

37
1 2 3

Pengujian kekerasan Brinnel menggunakan spesimen aluminium dengan


indentor bola baja yang di keraskan berdiameter 2.5 mm dengan standarisasi
metode pengujian dan spesimen berdasarkan JIS Z 2243. Pembebanan yang di
berikan sebesar 62.5kP serta pengujian di lakukan sebanyak tiga kali. Nilai
kekerasan (BHN) yang di dapatkan dari hasil pecobaan berturut-turut yaitu
39.375 BHN, 42.65 BHN dan 41.649 BHN.
Nilai kekerasan brinnel di dapatkan dengan persamaan HBN=
2𝑃
, dengan P merupakan nilai beban yang di berikan (62.5kP), D
𝜋𝐷(𝐷−√𝐷 2 −𝑑2 )
merupakan diameter indentor (2.5mm) dan d merupakan diameter dari tapak
tekan hasil dari indentasi.
Dari percobaan yang telah di lakukan, di dapat 3 nilai kekerasan yang
berbeda dari tiga kali percobaan. Untuk spesimen plat aluminium sendiri
seharusnya memiliki nilai kekerasan yang sama di setiap titik pengujian. Nilai
kekerasan yang berbeda dapat di pengaruhi dari kurang telitinya dalam
pengukuran diameter dari tapak tekan ataupun pada saat proses percobaan
terjadi getaran yang mempengaruhi proses indentasi dari mesin uji.

Kesimpulan
Dari percobaan Hardness Test yang telah kami lakukan dapat ditari
kesimpulan sebagai berikut :
1. Nilai kekerasan rata rata dari Pin Rantai (C15) sebesar 67.33 HRc sesuai
hasil Rockwell test, kekerasan kepala baut (SSS 316L) sebesar 113.51
HVN sesuai hasil Vickers Test, dan kekerasan aluminium sebesar 41.2247
sesuai hasil Brinnel Test.
2. Pada Rockwell test nilai kekerasan lebih akurat dibandingkan dengan
Vickers dan Brinnel, karena pada Rockwell hasil kekersan dapat langsung
dilihat pada mesin, sedangkan pada Vickers dan brinnel harus diukur
bekas tapak tekan dan melakukan perhitungan manual yang membuat
factor kesalahan semakin besar.
3. Keuntungan dan kerugian :
Kelebihan Brinnell:
- Cocok digunakan pada specimen heterogen disebabkan luas
penampang indentornya yang besar
- Dapat mengukur spesimen yang tidak rata
Kekurangan Brinnell:
- Membutuhkan waktu yang relatif lama
- Perhitungan angka secara manual
Kelebihan Vickers:
- Dapat mengukur kekerasan spesimen yang belum diketahui
propertinya
- Sangat mudah membadingkan kekerasan tiap material karena hanya
menggunakan satu skala
Kekurangan Vickers:
- Waktu yang relatif lama
- Sangat sensitif terhadap halus maupun kasarnya permukaan

Kelebihan Rockwell:
- Praktis
- Lebih teliti karena menggunakan data dari mesin langsung
- Dapat digunakan untuk mengukur spesimen keras atau lunak
Kekurangan Rockwell:
- Hanya digunakan pada material homogen
- Butuh banyak biaya

4. kekerasan suatu material suatu material berbanding lurus dengan


kekuatannya.

Anda mungkin juga menyukai