BAB I
PENDAHULUAN
1.1Tujuan
1.1.1
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness
test) terhadap suatu material dengan beberapa metoda.
1.1.2
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)
terhadap suatu material dengan metoda pengujian kekerasan
Brinell.
2. Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test)
terhadap suatu material dengan metoda pengujian kekerasan
Vickers.
Destructive Test
Hardness Test
BHN :
2P
( D ) D
Destructive Test
D2 d 2
Hardness Test
Dimana :
P = Gaya tekan (kgf)
D = Diameter identor bola baja (mm)
d = Diameter hasil identasi (mm)
Persamaan diatas diperoleh dari :
X2 = ( D)2 ( d)2
= (D2 d2)
D
X = (D2 d2)1/2
X
h =DX
= D (D2 d2)1/2
h
h
= {D (D2 d2)}
A = .D.H
Destructive Test
Hardness Test
untuk
terjadinya
kesalahan
ukur.
Kesalahan
itu
= { 2P sin (/2) } / d2
= 1,854 P/d2
Untuk : = 136o
Dimana :
Destructive Test
Hardness Test
d = d1+d2
2
X = d Cos 45o
Destructive Test
Hardness Test
=d
Y = X / Cos 22o
= ( d
2 ) / Cos 22o
L AOB = X.Y
= ( . d 2 . d 2 ) / Cos 22o
= (1/8 d2) / Cos 220
A = 4 L AOB
= 4 (1/8 d2) / Cos 220
= ( d2) / Cos 22o
HVN = P/A
= 1,854 P/d2
6. Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10
Dimana :
150
= Nilai Kekerasan
= Waktu Pembebanan
Destructive Test
Hardness Test
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
1.3.1
Alat
Peralatan-peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
a. Mesin uji Kekerasan
b. Identor Bola Baja
c. Identor Piramid Intan
d. Obeng
e. Stop Watch
f. Grinding & Polishing Machine
g. Dryer
1.3.2
Bahan
a. Spesimen Uji Kekerasan
b. Kertas Gosok
c. Kain Woll
d. Alkohol
e. HNO3
f. Tissue
Destructive Test
Hardness Test
2.2Metode Vickers
1. Persiapan material uji yang meliputi :
a. Material uji dihaluskan permukaannya yang akan diamati
dengan menggunakan Polishing Machine dengan grid 120.
Destructive Test
Hardness Test
Destructive Test
Hardness Test
BAB III
ANALISA DATA
3.1Data yang diperoleh
UJI KEKERASAN / HARDNESS TEST
Metode dan Hasil Pengujian
Brinells
Vickers
Beban (P) : 187,5 kgf
Beban (P) : 30 kgf
No.
Indentor
: Bola Baja
Indentor
: Piramid Intan
Waktu
: 20 detik
Waktu
: 20 detik
Bola
: 2,5 mm
BM
HAZ
(mm)
(mm)
d1=1,149 d1=1,108
1
d2=1,215 d2=1,128
d1=1,165 d1=1,063
2
d2=1.221 d2=1,115
d1=1,148 d1=1,074
3
d2=1,215 d2=1,160
Dimana :
a. BM
: Base Metal
Destructive Test
WM
(mm)
d=1,135
d=1,132
d=1,132
BM
(mm)
0,902
0,846
1,034
0,883
0,848
0,874
HAZ
(mm)
1,003
0,789
0,800
0,844
0,917
-
WM
(mm)
0,876
0,838
0,836
Hardness Test
3.2 Perhitungan
3.2.1
d2
D2
D2-d2
2 1/2
(D -d )
2 1/2
D-(D -d )
HAZ
BM
WM
HAZ
BM
WM
HAZ
BM
WM
HAZ
BM
WM
(mm2)
(mm2)
(mm2)
(mm2)
(mm2)
(mm2)
(mm2)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
(mm)
6,250
6,250
6,250
1,130
1,093
1,114
0,885
0,918
0,988
0,967
1,066
1,169
5,120
5,157
5,136
5,365
5,332
5,262
5,283
5,184
5,081
2,263
2,271
2,266
2,316
2,309
2,294
2,298
2,277
2,254
0,237
0,229
0,234
0,184
0,191
0,206
0,202
0,223
0,246
No
1
2
3
Brinells
A.
BHN
2P
( D ) D
D2 d 2
2 x187,5kgf
3,14(2,5 x0,237)mm 2
= 201,1711kgf/mm2
1
2.
=
2 x187,5kgf
3,14( 2,5 x0,229)mm 2
= 208,317 kgf/mm2
3.
2 x187,5kgf
3,14( 2,5 x0,234) mm 2
= 204,190 kgf/mm2
Rata-rata BHN pada Heat Affected Zone (HAZ) = BHN tot / 3
=
613,678 kgf / mm 2
3
= 204,559 kgf/mm2
Jadi Nilai Kekerasan : 204,559 BH 2,5/187,5 15
Destructive Test
Hardness Test
BHN
2 x187,5kgf
3,14(2,5 x 0,184) mm 2
= 259,594 kgf/mm2
2.
BHN
=
2 x187,5kgf
3,14( 2,5 x 0,191) mm 2
= 250,099 kgf/mm2
3.
BHN
=
2 x187,5kgf
3,14(2,5 x0,206) mm 2
=231,574 kgf/mm2
Rata-Rata BHN pada Weld Metal (WM) = BHN tot / 3
=
741,267kgf / mm 2
3
= 247,089 kgf/mm2
Jadi Nilai Kekerasan : 247,089 BH 2,5/187,5 15
C. Base Metal (BM)
1
2 x187,5kgf
3,14( 2,5 x0,202) mm 2
= 236,768 kgf/mm2
2. BHN
2 x187,5kgf
3,14 x ( 2,5 x 0,223) mm 2
= 213.862 kgf/mm2
Destructive Test
Hardness Test
2 x187,5kgf
3,14(2,5 x0,246) mm 2
= 194,178 kgf/mm2
Rata-Rata BHN pada Base Metal (BM) = BHN tot / 3
=
644,808kgf / mm 2
3
= 214,936 kgf/mm2
Jadi Nilai Kekerasan : 214,936 BH 2,5/187,5 15
Vickers
No
1
2
3
WM
(mm)
d1
0,486
0,504
0,529
BM
(mm)
d2
0,478
0,530
0,536
d1
-
d2
-
d1
-
DPH
= 1,854
= 1,854
P
d2
30kgf
(0,482mm) 2
= 115,394 kgf/mm2
2. DPH
= 1,854
P
d2
= 1,854
30kgf
(0,517 mm) 2
=107,582 kgf/mm2
3. DPH
= 1,854
P
d2
= 1,854
30kgf
(0,532mm) 2
Destructive Test
d1+d2
HAZ
(mm)
d2
-
WM
0,964
1,034
1,065
(mm)
HAZ
-
(d1+d2)/2
BM
-
WM
0,482
0,517
0,532
(mm)
HAZ
-
BM
-
Hardness Test
=104,548 kgf/mm2
Rata-Rata DPH pada Weld Metal (WM) = DPH tot / 3
=
327,524
kgf/mm2
3
= 109,174 kgf/mm2
Jadi Nilai Kekerasan : 109,174 DPH 30/15
Destructive Test
Hardness Test
BAB IV
PEMBAHASAN
Sebelum Hardness Test dilakukan material uji terlebih dahulu harus
dihaluskan permukaan material uji yang akan diamati. Hal tersebut ditujukan agar
tidak diperoleh bekas hasil indentasi palsu yang tampak pada layar mesin
Hardness Test akibat tidak ratanya permukaan material uji yang diamati, sehingga
dengan permukaan yang halus dapat diperoleh bekas indentasi yang baik yang
tampak pada layar mesin Hardness Test.
Pada Hardness Test juga perlu dilakukan sketsa pada material uji yang
akan diamati agar dapat dilakukan pengujian kekerasan pada daerah-daerah
tertentu yang tampak pada material uji setelah dilakukannya sketsa.
Daerah-daerah tersebut meliputi daerah BM (Base Metal), WM (Weld
Metal) dan HAZ (Heat Affected Zone), seperti pada gambar 4. Sehingga dapat
diketahui
nilai
BM
Destructive Test
Hardness Test
daerah BM. Hal tersebut dikarenakan pada saat dilakukannya proses pengelasan
terjadi perubahan struktur pada material uji tersebut yang mana setelah pengelasan
tersebut selesai dilakukan banyak terdapat struktur Martensit pada material uji
tersebut dan apabila pada Hardness Test tersebut didapatkan nilai kekerasan di
daerah BM yang lebih besar dari pada nilai kekerasan pada daerah WM maupun
HAZ maka material uji tersebut dinyatakan tidak lulus uji kekerasan.
Hal itu dikarenakan pengelasan pada suatu material tidak hanya ditujukan
untuk menyambung 2 material uji tetapi juga ditujukan untuk memperbaiki sifat
mekanik dari material uji tersebut.
HAZ memiliki nilai kekerasan lebih rendah daripada daerah yang lain
dikarenakan pada saat proses pengelasan selesai di daerah HAZ lebih lambat
pendinginannya daripada WM sehingga kekerasan di daerah WM lebih keras
daripada HAZ.
Destructive Test
Hardness Test
mengubah FCC menjadi BCC dapat terjadi tanpa difusi, hanya karena dorongan
driving force. Tetapi karena austenite mengandung sejumlah karbon, sedangkan
ferrit hanya mampu melarutkan sedikit sekali karbon, maka karbon yang
seharusnya keluar dari larutan akan terperangkap (atom karbon sudah tidak dapat
lagi berdifusi keluar karena ia sudah tidak lagi memiliki cukup energi untuk
berdifusi, temperatur sudah terlalu rendah) dalam struktur (yang seharusnya BCC)
dan menyebabkan struktur baru itu terdistorsi, tidak menjadi BCC tetapi menjadi
BCT (Body Centered Tetragonal) yaitu martensit. Karena adanya karbon yang
terperangkap ini, struktur itu (martensit) menjadi tegang dan karenanya menjadi
sangat keras (sampai Rockwell C 65), tetapi juga getas.
Dari diagram dapat di simpulkan bahwa daerah HAZ banyak terdapat
struktur martensit yang lebih banyak daripada WM sehingga didaerah HAZ
memiliki kekerasan yang lebih tinggi daripada WM.
Namun ketika material tersebut mengalami adanya flame heating struktur
mikro baja karbon berubah menjadi ferit dan perlit dan kandungan karbida
meningkat pada baja tahan karat. Dan terkadang dengan adanya flame heating
struktur mikro berubah menjadi ferit, bainit dan perlit pada baja karbon dan
kandungan karbida pada baja tahan karat turun. Struktur mikro logam las berupa
ferit skeletal dalam matrik austenit dan tidak berubah selama proses perlakuan
flame heating dan apabila kekerasan terendah terjadi di HAZ itu berarti material
baja karbon tersebut mengalami perlakuan flame heating
Destructive Test
Hardness Test
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa
didalam melakukan Hardness Test harus sesuai dengan prosedur kerja yang ada
agar dapat diperoleh hasil indentasi yang baik pada material uji yang berpengaruh
terhadap hasil pengamatan bekas hasil indentasi pada material uji yang tampak
pada layar mesin Hardness Test.
Dan dari nilai kekerasan yang diperoleh bahwa di daerah HAZ memiliki
nilai kekerasan paling rendah dikarenakan material sebagai bahan uji mengalami
proses flame heating.
DAFTAR PUSTAKA
Destructive Test
Hardness Test
Destructive Test