Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Kondiloma akuminata merupakan penyakit yang disebabkan oleh HumanPapilloma


Virus (HPV) tipe tertentu yang ditularkan melalui hubungan seksual. Beberapa tipe HPV
tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18. Tipe ini merupakan
jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks, sedangkan tipe 6 dan11
lebihsering dijumpai pada kondiloma akuminata dan neoplasia intraepital serviks derajat
ringan. Penyakit ini dijumpai pada usia produktif terutama orang dewasa. 1

Di Amerika Serikat 30 – 40 juta penduduknya menderita penyait ini. Dari penelitian


didapatkan peningkatan insiden kondiloma akuminata yang tetap sebanyak 7-8 kali selama
tahun 1950-1978, bahkan insidensi setahun dapat mencapai 106 per 100.000 dan sekitar
0,1% sampai dengan 0,5% dari penderita adalah dewasa muda yakni 17-33 tahun dengan
insidensi puncak pada usia 20-24 tahun. Faktor resiko nya adalah berganti-ganti pasangan
seksual dan terlalu awalmelakukan hubungan seksual. Dua pertiga yang pernah berhubungan
seksual dengan penderita kondiloma akuminata akan terkena pada kurun waktuu tiga bulan.
Oleh karena itu tindakan pencegahan sangatlah diperlukan agar tidak terkena kondiloma
akuminata.2

1
BAB II

KONDILOMA AKUMINATUM

2. 1 DEFINISI
Kondiloma akuminatum adalah vegetasi oleh Human Papilloma Virus tipe
tertentu, bertangkai, dan permukaannya berjonjot.1 Kondiloma akuminatum
sinonim dengan anogenital warts, genital warts, condyloma, veneral warts.2,3
2. 2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini masuk ke dalam Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS).
Frekuensi pria sama dengan wanita. Tersebar kosmopolit dan transmisi melalui
kontak kulit langsung.1
2. 3 ETIOLOGI
Virus penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV), ialah virus DNA
yang tergolong dalam virus Papova. Sampai saat ini telah dikenal 100 tipe HPV4,
namun tidak seluruhnya menyebabkan kondiloma akuminatum, tipe yang pernah
ditemui pada kondiloma akuminatum adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31,33, 35, 39,
41, 42, 44, 51, 52, dan 56. Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi
onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16 dan 18, potensi onkogenik yang moderate
yakni 33, 35, 39, 40, 43, 45, 51, 56, 58.4 Tipe 16 dan 18 merupakan jenis virus
yang paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan11 lebih
sering sekitar > 95% dari lesi dijumpai pada kondiloma akuminatum dan
neoplasia intraepitelial serviks derajat ringan.1,2,3
2. 4 PATOGENESIS

Gambar 1 Patogenitas Kondiloma Akuminata

2
Lapisan sel basal dari epidrmis di invasi oleh HPV melalu kulit dan
menyebabkan mikroabrasi pada mukosa. Pada fase laten virus sering tidak
terdapat gejala, gejala baru dapat ditemukan setelah berbulan-bulan bhakan
bertahun-tahun.4 HPV bereplikasi dan berbentuk virion saat sel basal
berdiferensiasi dan tumbuh ke permukaan epitel. Spektrum penyakit tergantung
pada tingkat mitosis dan penggantian epitel dengan sel basaloid yang immatur5
Masa inkubasi kondiloma akuminata berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3
bulan). HPV masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit, sehingga
kondiloma akuminata sering timbul pada daerah yang mudah mengalami
trauma pada saat melakukan hubungan seksual.6

2. 5 GEJALA KLINIS
Penyakit ini terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya
didaerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di perineum dan
sekitar anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus dan
pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, introitus vagina,
kadang-kadang pada porsio uteri. Pada wanita yang banyak mengeluarkan fluor
albus atau wanita yang hamil pertumbuhan menjadi lebih cepat.1

Gambar 2 Kondiloma Akuminata

3
Kelainan kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan jika
masih baru, jika telah lama warna menjadi agak kehitaman. Permukaannya
berjonjot (papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar dapat dilakukan
percobaan sondase.1 Ukurannya bermacam-macam, mulai dari kecil sampai besar,
eksofitik, berupa masa seperti kembang kol (cauliflower like) atau seperti jengger
ayam jago, terutama jika terdapat pada daerah yang lembab. Bentuk sessil ukuran
1-3mm, biasanya terletak di batang penis dapat juga masuk ke vagina, uretra, dan
perirekatal.3 Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan agar berubah menjadi
warna keabu-abuan dan berbau tidak enak.1

Gambar 3 Gambaran Kondiloma Akuminata


Vegetasi yang besar disebut giant condyloma (Buschke) yang pernah
dilaporkan menimbulkan degenerasi maligna, sehingga harus melakukan biopsi.1

Gambar 4 Alur Diagnosis

4
1. Anamnesis
Kebanyakan pasien datang dengan keluhan adanya lesi yang terkadang
asimptomatik, namun bisa juga simptomatik seperti gatal, berdarah, terbentuk
luka, atau dispareunia.2
2. Pemeriksaan Fisik
Lesi sering ditemukan pada daerah yang mudah terjadi trauma disaat
interkoitus dan lesi bisa soliter, namun seing sekitar berjumlah 5-15 lesi
dengan diameter 1-5 mm. Bisa berbentuk seperti kutil yang sering terlihat
padan pasien yang imunosupresi dan diabetes. Pada pasien pria yang tidak di
sirkumsisi kutil bisa terlihat pada glans penis, sulkus koronarius, frenulum.
Pada laki-laki juga lesi sering terdapat di meatus uretra, pubis, skrotum,
perineum, daerah perianal,kanalis anal. Pada perempuan lesi serig terdapat di
labia mayor, labia minor, pubis, klitoris, meatus uretra, vagina, ektoservik.
Warna dari kutil bisa dari pink dan kemerahan, bisa abu-abu sampai
2
kecoklatan.
Untuk kepentingan klinis kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk
yaitu:6

1. Bentuk akuminata
Terutama dijumpai pada lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi
bertangkai dengan permukaan yang berjonjot-jonjot seperti jari.
Beberapa kutil dapat bersatu membentuk lesi yang lebih besar
sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini sering
dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus, pada wanita
hamil, dan pada keadaan imunitas terganggu.
2. Bentuk papul
Lesi bentuk papul biasanya didapati pada daerah dengan
keratinisasi sempurna, seperti batang penis, vulva bagian lateral,
daerah perianal dan perineum. Kelainannya berupa papul dengan
permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara
diskret.
3. Bentuk datar
Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan

5
sama sekali tidak tampak dengan mata telanjang (infeksi subklinis),
dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat. Dalam hal ini
penggunaan kolposkopi sangat menolong.
Meskipun demikian perlu diingat bahwa tidak ada batasan yang jelas
antara ketiga bentuk tadi dan sering pula dijumpai bentuk-bentuk
peralihan. Selain ketiga bentuk klinis diatas, dijumpai juga bentuk
klinis yang lain yang telah diketahui berhubungan dengan keganasan
pada genitalia, yaitu:
1. Giant condyloma Buschke-Lowenstein
Bentuk ini diklasifikasikan sebagai karsinoma sel skuamosa dengan
keganasan derajat rendah. Hubungan antara kondiloma akuminata
dengan giant condyloma diketahui dengan ditemukannya HPV tipe 6
dan tipe 11. Lokalisasi lesi yang paling sering adalah pada penis dan
kadang-kadang pada vulva dan anus. Klinis tampak sebagai
kondiloma yang besar, bersifat invasif lokal dan tidak bermetastasis.
Secara histologis giant condyloma tidak berbeda dengan kondiloma
akuminata. Giant condyloma ini umumnya refrakter terhadap
pengobatan6
2. Papulosis Bowenoid
Secara klinis berupa papul likenoid berwarna coklat kemerahan dan
dapat berkonfluens menjadi plakat. Ada pula lesi yang berbentuk
makula eritematosa dan lesi yang mirip leukoplakia atau lesi
subklinis. Umumnya lesi multipel dan kadang-kadang berpigmentasi.
Berbeda dengan kondiloma akuminata, permukaan lesi papulosis
Bowenoid biasanya halus atau hanya sedikit papilomatosa.
Gambaran histopatologik mirip penyakit bowen dengan inti yang
berkelompok, sel raksasa diskeratotik dan sebagai mitotik atipik.
Dalam perjalanan penyakitnya, papulosis Bowenoid jarang menjadi
ganas dan cenderung untuk regresi spontan 6,7
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes asam asetat
Bubuhkan asam asetat 5% dengan lidi kapas pada lesi
yang dicurigai. Dalam 1-5 menit lesi akan berubah warna menjadi
6
putih (acetowhite). Perubahan warna pada lesi di daerah
perianal perlu waktu lebih lama (sekitar 15 menit) 6,7.
b. Kolposkopi
Merupakan tindakan yang rutin dilakukan di bagian
kebidanan, namun belum digunakan secara luas di bagian
penyakit kulit. Pemeriksaan ini terutama berguna untuk melihat
lesi kondiloma akuminata yang subklinis (Zubier, 2003).
Kolposkopi menggunakan sumber cahaya yang kuat dan lensa
binokular sehingga lesi dari infeksi HPV dapat diidentifikasi.
Biasanya kolposkopi digunakan bersama asam asetat untuk
membantu visualisasi dari jaringan yang terkena. Walaupun
awalnya kolposkopi didisain untuk memeriksa alat kelamin
wanita, aplikasi dari kolposkopi sudah dikembangkan untuk
memeriksa penis dan anus. Servikal kolposkopi dan anoskopi
resolusi tinggi biasanya dilakukan setelah tes sitologi yang
abnormal pada skrining dari kanker serviks dan anus 5.
c. Tes sitologi
Tes pap adalah dasar dari skrining kanker serviks dan
Cervikal Intraepithelial Neoplasia (CIN). Tes ini terbukti
sangat bermanfaat penerapannya karena sukses menurunkan
insiden dan mortalitas kanker serviks. Penggunaan tes sitologi
tidak berperan untuk mendiagnosa kutil kelamin, tetapi wanita
yang terkena kutil kelamin tetap harus diskrining dengan tes pap.
US Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
merekomendasikan pada dokter untuk melakukan tes pap serviks
saat melakukan pemeriksaan pelvik untuk skrining Infeksi
Menular Seksual (IMS) pada wanita yang tidak pernah
melakukan tes pap selama 12-36 bulan. Hal tersebut
dikarenakan wanita yang datang ke klinik pelayanan IMS
memiliki prevalensi mengalami CIN 5 kali lebih tinggi dari
pada wanita yang datang ke klinik pelayanan keluarga berencana,
dan riwayat IMS adalah faktor resiko kanker serviks yang
invasif 5,8
7
Gambaran pemeriksaan sitologi serviks bisa normal
ataupun abnormal. Yang termasuk kategori abnormal adalah
High-grade squamous intraepithelial lesion (HSIL), low-grade
squamous intraepithelial lesions (LSIL), atypical squamous
mungkin yang undetermined significance (ASC-US), atau yang
mencurigakan sebagai HSIL (ASC-H).
Sama dengan hubungan antara kondiloma akuminata
dengan CIN, ada resiko dari anal intra epithelial neoplasia
pada pria dan wanita dengan kutil anogenital. Diyakini bahwa
kelompok tertentu seperti homoseksual, pria dan wanita terinfeksi
HIV tanpa memperhatikan seksual orientasinya, wanita
dengan riwayat kanker vulva atau kanker serviks, dan penerima
transplantasi adalah kelompok dengan resiko terbesar mengalami
anal intraepithelial neoplasia dan kanker anus dan harus
diskrining dengan tes sitologi 5
Tes sitologi anus dilakukan setiap 1-2 tahun. Tes ini
merupakan pemeriksaan yang murah dalam pencegahan kanker
anus pada homoseksual penderita HIV. Sedangkan homoseksual
yang tidak terinfeksi HIV dilakukan tes sitologi setiap 2-3 tahun.
Untuk melakukan tes sitologi anus, kita masukkan Dacron swab
yang dibasahi dengan air ke saluran anus, kemudian kita tarik
perlahan sambil mempertahankan tekanan ke saluran anus.
Sehingga kita mendapatkan sel dari rektum bagian bawah,
squamocolumnar junction, dan saluran anus. Sama dengan sistem
yang digunakan pada skrining kanker serviks dan CIN,
gambaran sitologi anus dibagi menjadi normal, ASC-US,
ASC-H, LSIL, dan HSIL. Individu dengan gambaran sitologi
yang abnormal dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan anoskopi,
alat yang identik dengan kolposkopi yang digunakan untuk
pemeriksaan serviks, di gunakan untuk membantu
mengidentifikasi lesi yang menyebabkan gambaran sitologi yang
abnormal5.
d. Histologi
8
Pemeriksaan histologis menunjukkan kelainan pada
epidermis, termasuk akantosis (menebalnya stratum spinosum),
parakeratosis (retensi nuklei di sel stratum korneum), dan
hiperkeratosis (menebalnya stratum korneum), menyebabkan
pembentukan papillomatosis yang khas. Karakteristik lain yang
ditemukan dari pemeriksaan jaringan yang dibiopsi adalah
koilosit (sel epitel squamous dengan nukleus abnormal di
dalam halo sitoplasma yang besar). Biopsi tidak tarlalu
diperlukan untuk diagnosa kutil kelamin, mengingat tampilan
klinisnya yang khas. Bagaimanapun, disarankan melakukan
biopsi jika temuan atipikal seperti pigmentasi, ulserasi, masa
nodular, untuk menyingkirkan kemungkinan displasia tingkat
tinggi atau malignansi 5,7
e. Metode molekular
Menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan
teknologi hybrid capture adalah metode yang sensitif dan spesifik
dalam mendiagnosa infeksi HPV. PCR menggunakan DNA
polimerase primer spesifik untuk memperbesar DNA HPV. HPV
type-specific PCR assay telah tersedia. Hybrid capture
menggunakan RNA probe spesifik untuk mengidentifikasi tipe
HPV tertentu yang dibagi menjadi onkogenik (resiko tinggi) dan
nononkogenik (resiko rendah), tetapi tidak memberikan informasi
tipe yang spesifik. PCR dan metode hybrid capture dapat
digunakan untuk mendiagnosa infeksi HPV menggunakan
spesimen sel dan jaringan yang didapat dengan cara biopsi.
Walaupun umumnya PCR dan hybrid capture yang digunakan
dalam penelitian, hanya hybrid capture yang tidak dianjurkan
FDA sebagi tambahan dalam skrining sitologi serviks untuk
mendeteksi CIN. PCR and hybrid capture tidak rutin digunakan
untuk diagnosa atau penanganan dari kondiloma akuminata 5
f. Serologi
Enzym-lingked imunoabsorbent assay (ELISA)
digunakan untuk mengukur IgG dan IgM pada infeksi HPV
9
dengan target partikel khusus seperti virus. Pasien dengan
kondiloma akuminata dan penyakit lain yang berhubungan
dengan infeksi HPV ditemukan memiliki respon serologi spesifik
terhadap HPV tipe 6 dan 11. Pentingnya mengukur serologi HPV
masih belum diketahui dan pengukuran ini hanya digunakan
untuk penelitian. Respon antibodi terhadap HPV dapat bertahan
untuk beberapa tahun atau berkurang dengan pulihnya penyakit,
dan mengindikasikan baik infeksi saat ini atau infeksi yang lama.
Saat ini belum ada indikasi klinis pemeriksaan serologi HPV 5.

2. 6 DIAGNOSIS BANDING

a. Pearly penile papules


Secara klinis tampak sebagai papul berwarna sama seperti warna kulit
atau putih kekuningan, berukuran 1-2 mm, tersebar diskret, mengelilingi
sulkus koronarius dan memberikan gambaran seperti cobblestone. Papul-
papul ini merupakan varian anatomi normal dari kelenjar sebasea,
6,7
sehingga tidak memerlukan pengobatan

Gambar 5 Pearly penile papules


b. Kondiloma lata
Merupakan salah satu bentuk sifilis stadium II. Lesi berupa papul-
papul dengan permukaan yang lebih halus, bentuknya lebih bulat
daripada kondiloma akuminata, besar, berwarna putih atau abu-abu,
lembab, lesi datar, plakat yang erosif, ditemukan banyak spirochaeta
pallidum. Terdapat pada daerah lipatan yang lembab seperti anus dan
1,6,7,9
vulva
c. Veruka vulgaris
Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau
sama dengan warna kulit 1

10
d. Karsinoma sel skuamosa
Vegetasi seperti kembang kol mudah berdarah dan berbau. Kadang-
kadang sulit dibedakan dengan kondiloma akuminata. Pada lesi yang
tidak memberikan respon pada pengobatan perlu dilakukan pemeriksaan
histopatologi 6,7
e. Moluskum kontagiosum
Lesi dari poxvirus, moluskum kontagiosum, berupa papul miliar
kadang-kadang lentikular berbentuk kubah yang di tengahnya terdapat
delle. Bisa muncul di manapun di tubuh kecuali telapak tangan dan
telapak kaki. Berwarna putih seperti lilin 2-5 mm, muncul bisa secara
tunggal atau berkelompok, kadang-kadang susah membedakannya dengan
kondiloma akuminata. Walaupun bisa sembuh sendiri pada pasien
imuokompeten, lesinya bisa sulit diobati pada pasien AIDS dengan kadar
CD4 T-sel yang rendah 1,5,9

Gambar 6 Moluskum Kontagiosum


f. Lichen planus, nevi dan keratosis seboroik kadang juga bisa
meragukan karena terlihat mirip dengan kondiloma akuminata. 5,7

11
Gambar 7 Linchen planus

2. 7 PENGOBATAN
1. Kemoterapi
a. Podofilin
Yang digunakan adalah tingtur prodofilin 25%. Kulit di sekitarnya
dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak terjadi iritasi, setelah 4-6
jam dicuci. Jika belum ada penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari.
Setiap kali pemberian jangan melebihi 0,3cc karena akan diserap dan
bersifat toksik. Gejala toksisitas ialah mual, muntah, nyeri abdomen,
gangguan alat napas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula
terjadi supresi sumsum tulang yang disertai trombositopenia dan
leukopenia. Pada wanita hamil sebaiknya jangan diberikan karena dapat
terjadi kematian fetus.1
Cara pengobatan dengan podofilin ini sering dipakai. Hasilnya baik pada
lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada lesi yang lama atau yang
berbentuk pipih.1
b. Podofilotoksin 0,5% (podofiloks)
Bahan ini merupakan zat aktif yang terdapat dalam podofilin. Setelah
pemakaian podofiloks, dalam beberapa hari akan terjadi destruksi pada
jaringan kondiloma akuminata. Reaksi iritasi pada pemakaian
podofiloks lebih jarang terjadi dibandingkan dengan podofilin dan
reaksi sistemik belum pernah dilaporkan. Obat ini dapat dioleskan
sendiri oleh penderita sebanyak 2 kali sehari selama 3 hari berturut-

12
turut.6,8,9
c. Asam triklorasetat
Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu.
Pemberiannya harus berhati-hati karrena dapat menimbulkan ulkus yang
dalam. Dapat diberikan pada wanita hamil.1
d. 5-fluorourasil
Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai terutama pada lesi di
meatus uretra. Pemberiannya setiap hari sampailesi hilang. Sebaiknya
penderita tidak miksi selama 2 jam pengobatan1
2. Tindakan Bedah1
a. Bedah listrik (elektrokauterisasi)
b. Bedah beku (N2, N2O cair)
c. Bedah skalpel
d. Laser karbondioksida
Luka lebih cepat sembuh dan meninggalkan sedikit jaringan parut, bila
dibandingkan elektrokauterisasi
3. Interferon
Pemberiannya dalam bentuk suntikan (intra muscular atau intra
lesi), bentuk krim (topical) dan dapat diberikan bersama pengobatan
yang lain. Secara klinis terbukti interferon alfa-, beta-, gama- bermanfaat
dalam pengobatan infeksi HPV. Interferon alfa diberikan dengan dosis 406
mU secara intramuscular 3 kali seminggu selama 6 minggu atau dengan
dosis 1-5 mU intramuscular selama 6 minggu. Interferon beta diberikan
dengan dosis 2 x 106 unit secara intramuskular atau 2 kali 10 mega IU
secara intramuskular selama 10 hari berturut-turut. 1,6
4. Imunoterapi
Pada penderita dengan lesi yang luas dan resisten terhadap pengobatan dapat
diberikan pengobatan bersama dengan imunostimulator.1
2. 8 KOMPLIKASI
- Implikasi Fisik dan Psikoseksual
Pada pasien dengan penyait ini dapat mempengaruhi gaya seksual, bisa
menyebabkan ansietas, rasa jijik, dan hilang kepercayaan diri. Merasa akan
terjadi kemandulan pada doronya dimas mendatang dan resiko kanker 2
13
- Pre-kanker dan Kanker
Tampilan klinis yang dicuragai akan terjadi keganasan adalah mdah
berdarah, irregular dan unussual patterns dari pigmentasi, ulcerasii ataupun
lesi yang ketika dipalpasi sampai mengilfiltrasi kulit. HPV jenis 6/11 sering
menyebabkan kondiloma raksasa atau disebut sebagai Tumor Busckhe-
Lowenstein, HPV ini juga sering menyebabkan karsinoma verukosa.2
Kondiloma akuminata yang diakibatkan oleh VPH berisiko tinggi
dapat berkembang menjadi keganasan. Infeksi VPH akan semakin buruk pada
pasien imunodefisiensi dan memperbesar kemungkinan terjadinya keganasan.
Penyakit laten semakin sering kambuh pada wanita yang sedang hamil.
Pendarahan sering terjadi pada flat penile wart4
2. 9 PENCEGAHAN

Metode yang paling handal mencegah terinfeksi HPV adalah


menghindari hubungan seksual yang bebas dan berganti-ganti pasangan.
Setialah pada satu pasangan dan pastikan pasangan kita juga setia pada
kita. Kondom pria yang terbuat dari latex terbukti memberi perlindungan
terhadap infeksi dan juga penyakit yang diakibatkan oleh HPV seperti
kondiloma akuminata, CIN 2 atau3, dan kangker serviks yang infasif.
Walaupun tidak disarankan oleh US Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), evaluasi pasangan memberi kesempatan untuk skrining
dan pemberian edukasi tentang HPV dan IMS yang lain 5
Pencegahan dengan vaksin menawarkan pilihan baru. Vaksin
multivalent terhadap 4 subtipe HPV (6, 11, 16, dan 18) sudah
diizinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk diberikan pada
wanita berumur 9-26 tahun pada juni 2006. Di Cina dari penelitian yang
dilakukan Wang dan Qiao (2008) pemberian vaksin mencegah sampai 83%
kasus kondiloma akuminata. Vaksinasi ini menggunakan komponen utama
dari kapsid protein HPV yang dirangkai dalam partikel mirip virus, tidak
mengandung DNA HPV dan tidak infeksius. Vaksinasi dirancang untuk
meningkatkan antibodi sebelum terkena infeksi HPV 5

14
2. 10 PROGNOSIS
Walaupun sering mengalami residif, prognosisnya baik. Faktor presdiposisi
dicari, misalnya higiene, adanya fluor albus, atau kelembapan padapria akibat
tidak disirkumsisi.1

15
BAB III

KESIMPULAN

Kondiloma akuminatum adalah vegetasi oleh Human Papilloma Virus tipe tertentu,
bertangkai, dan permukaannya berjonjot. Tipe 16 dan 18 merupakan jenis virus yang
paling sering dijumpai pada kanker serviks. Sedangkan tipe 6 dan11 lebih sering sekitar
> 95% dari lesi dijumpai pada kondiloma akuminatum dan neoplasia intraepitelial
serviks derajat ringan. Gejala klinisnya berupa kelainan kulit berupa vegetasi yang
bertangkai dan berwarna kemerahan jika masih baru, jika telah lama warna menjadi
agak kehitaman. Permukaannya berjonjot (papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang
besar dapat dilakukan percobaan sondase. Ukurannya bermacam-macam, mulai dari
kecil sampai besar, eksofitik, berupa masa seperti kembang kol (cauliflower like) atau
seperti jengger ayam jago, terutama jika terdapat pada daerah yang lembab. Bentuk
sessil ukuran 1-3mm, biasanya terletak di batang penis dapat juga masuk ke vagina,
uretra, dan perirekatal. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan agar berubah
menjadi warna keabu-abuan dan berbau tidak enak. Penegakkan diagnosisnya
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan.
Terapi dengan menggunakan kemoterapi, tindakan bedah, interferon dan imunoterapi.
Pencegahan dengan memakai kondom saat berhubungan seksual dan tidak berganti-
ganti pasangan seksual. Prognosis baik meskipun sering residif.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A, dkk.2010.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Edisi


Keenam.Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Hal:113-
114
2. Lacey CJN et all.2011. European Guidlines for the Management of Anogenital
Warts.Birmingham: Hull York Medical School, University of York, York,UK.
Pp: 1-20
3. Kartowigno, S.2011. 10 Besar Kelompok Penyakit Kulit. Palembang:Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya. Hal:104
4. Ghadishah, D.2009 Condyloma Acuminata, FACEP. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/781735-overview diakses tanggal 18
Januari 2016
5. Chin-Hong, P.V. & Palefsky, J.M. 2007.External Genital Warts. In J.D.
klausner,& Hook III (Eds). Current Diagnosis & Treatment of Sexually
Transmitted Diseases. The McGraw-Hill Companies. Inc. Pp 92-98.
6. Zubier F. 2003. Kondiloma Akuminata. In S. F Daili, W. I Makes F Zubier
&J. Judanarso (Eds), Infeksi Menular Seksual. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Hal 125-130
7. Androphy, E.J & Lowy, D.R. 2008. Warts. In K. Wolff, L. A. Goldsmith,
S.I.Katz, B. A. Gilcherst,A.S. Paller, & D. J. Leffell, Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine (7ed, Vol.2 pp 1914-1923). The McGraw-
Hill Companies.
8. Oats, J. & Abraham, S. 2005. Fundamentals of Obtetrics and Gynaecology (8
ed) Elseiver Mosby.
9. Hunter, J. Savin. J, & Dahl M.2002. Clinical Dermatology (3 ed ). Blackwell
Science

17

Anda mungkin juga menyukai