I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. D
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kelurahan Bentiring Permai
Status : Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Muslim
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Nyeri pada lutut kanan yang dirasakan sejak ± 1 bulan yang lalu
b. Keluhan Tambahan :
- Kekakuan pada pagi hari (+)
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada lutut kanan yang dirasakan bila pasien
beraktivitas sejak ±1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan bertambah saat beraktivitas dan berkurang
saat beristirahat, nyeri bertambah saat posisi lutut menekuk seperti saat pergerakan solat, jongkok,
dan berjalan jauh. Pasien juga mengeluhkan lutut kanan yang bertambah bengkak, kemerahan, dan
panas. Pada saat pagi hari pasien selalu merasakan lutut kanan kaku dan kaku berkurang bila sendi
sudah lama digerakan.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami hal serupa. Keluarga pasien ada yang memiliki
riwayat hipertensi dan diabetes mellitus.
- Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Cukup
- Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 95 x/menit
Suhu : 36,8oc
Pernapasan : 20 x/menit
- Status Generalis
1. Kepala : normocephali,
Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, oedema, perdarahan, blepharitis
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kanan maupun kiri
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas, tidak hiperemis, tidak ada sekret,
tidak ada nyeri tekan
Septum : simetris, tidak ada deviasi
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis tidak edema
IV. RESUME
Wanita, 54 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada lutut kanan yang dirasakan bila pasien
beraktivitas sejak ±1 bulan yang lalu, nyeri dirasakan bertambah saat beraktivitas dan berkurang
saat beristirahat, nyeri bertambah saat posisi lutut menekuk seperti saat pergerakan solat, jongkok,
dan berjalan jauh. Pasien juga mengeluhkan lutut kanan yang bertambah bengkak, kemerahan, dan
panas. Pada saat pagi hari pasien selalu merasakan lutut kanan kaku dan kaku berkurang bila sendi
sudah lama digerakan.
V. DIAGNOSIS KERJA
VI. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
o Prednison tab 3 x 1 tab
o Piroxicam tab 2 x 1 tab
o Vit. B. complek 2 x 1 tab
Non-medikamentosa
o Perencanaan Foto Rontgen genu bilateral
o Edukasi pasien terutama untuk penurunan berat badan
o Olah raga low impact seperti bersepeda
VII. PROGNOSIS
- Ad Vitam : Bonam
- Ad Fungsionam : Dubia
- Ad Sanationam : Dubia
Berkas Pasien (Poli Umum)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. P
Umur : 37 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kelurahan Bentiring Permai
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pekerja bangunan
Keluhan Utama
Nyeri pinggang kiri sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pinggang sejak 1 minggu lalu, nyeri
pinggang yang hebat timbul secara tiba-tiba setelah mengangkat benda berat, pasien mengaku
nyerinya seperti tertusuk (sakit sekali) dan nyeri pinggang tersebut dirasakan terus-menerus, Nyeri
terasa seperti kaku dan dipelintir kemudian menjalar ke bokong kiri sampai kaki kiri., nyeri terasa
bertambah sakit pada waktu malam (pasien sulit miring ke kanan atau ke kiri), juga bertambah
sakit bila beraktivitas. Sehari sebelum berobat pasien memenggil tukang dipijat tetapi setelah
dipijatpun nyeri pinggangnya tidak membaik. Pasien mengatakan tidak bisa tidur dan sulit berjalan
sejak timbul nyeri. Pasien juga mengeluh saat beranjak dari tempat tidur terasa nyeri sekali.
Tidak ada keluhan kesemutan, baal, ataupun nyeri di anggota badan lainnya. BAB dan
BAK normal seperti biasa.
- Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Gizi : Cukup
- Tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,7oc
Pernapasan : 22 x/menit
- Status Generalis
1. Kepala : normocephali,
Mata
Bentuk : normal, kedudukan bola mata simetris
Palpebra : normal, tidak terdapat ptosis, oedema, perdarahan, blepharitis
Gerakan : normal, tidak terdapat strabismus, nistagmus
Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokor, RCL +/+, RCTL +/+
Telinga
Bentuk : normotia
Liang telinga : lapang
Serumen : tidak ditemukan serumen pada telinga kanan maupun kiri
Nyeri tarik auricular : tidak ada nyeri tarik pada auricular kanan maupun kiri
Nyeri tekan tragus : tidak ada nyeri tekan pada tragus kanan maupun kiri
Hidung
Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas, tidak hiperemis, tidak ada sekret,
tidak ada nyeri tekan
Septum : simetris, tidak ada deviasi
Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis tidak edema
Mulut dan tenggorok
Bibir : normal, tidak pucat, tidak sianosis
Gigi-geligi : hygiene baik, tidak ada gigi yang tanggal, gigi geraham belakang
belum tumbuh
Mukosa mulut : normal, tidak hiperemis, tidak halitosis
Lidah : normoglosia, tidak tremor, tidak kotor
Tonsil : ukuran T1/T1, tenang, tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis, arcus faring simetris, uvula di tengah
2. Leher :
Bendungan vena : tidak ada bendungan vena
Kelenjar tiroid : tidak membesar, mengikuti gerakan saat menelan
Trakea : di tengah
3. Kelenjar Getah Bening
Leher : tidak terdapat pembesaran di KGB leher
Aksila : tidak terdapat pembesaran di KGB aksila
Inguinal : tidak terdapat pembesaran di KGB inguinal
4. Thorax
Sela iga tidak melebar, tidak ada efloresensi yang bermakna
Paru-paru
o Inspeksi : simetris, tidak ada hemithoraks yang tertinggal pada saat inspirasi,
tipe pernapasan abdomino-thorakal
o Palpasi : vocal fremitus sama kuat pada kedua hemithoraks
o Perkusi : sonor pada kedua hemithoraks
o Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak terdengar ronkhi maupun wheezing pada
kedua lapang paru
Jantung
o Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
o Palpasi : terdapat pulsasi ictus cordis pada ICS V, + 1 cm lateral dari linea
midklavikularis sinistra
o Perkusi :-
o Auskultasi : bunyi jantung I & II regular, tidak terdengar gallop maupun
murmur
5. Abdomen
Inspeksi : datar, tidak terdapat striae dan kelainan kulit, tidak terdapat pelebaran
vena
Auskultasi : bising usus positif
Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, tidak terdapat nyeri tekan di titik mc
burney, maupun nyeri lepas.
Perkusi : nyeri ketok (-)
6. Ekstremitas
Inspeksi : tampak deformitas pada lutut kanan
Palpasi : akral hangat pada keempat ekstremitas, tidak terdapat oedema pada
keempat ekstremitas
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
o Prednison tab 3 x 1 tab
o Piroxicam tab 2 x 1 tab
o Vit. B. complek 2 x 1 tab
PROGNOSIS
- Ad Vitam : Bonam
- Ad Fungsionam : Dubia
- Ad Sanationam : Dubia
Berkas Pasien (Poli Anak)
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. C
Umur : 8 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kelurahan Bentiring Permai
Agama : Islam
Status Perkawinan :-
Pekerjaan :-
Anamnesis
Anak usia 8 bulan, datang dengan keluhan utama diare. Penderita mulai diare sejak 1 hari sebelum
masuk rumah sakit, lebih dari 7x/hari, dengan ampas tetapi lebih banyak airnya, warna kuning,
tanpa disertai lendir maupun darah, jumlah @ 2 gelas belimbing. Penderita juga demam tinggi,
kejang (-), disertai muntah 1x berisi susu, kurang dari ½ gelas belimbing, batuk (-), pilek (-).
Penderita hanya minum ASI, tanpa susu formula maupun makanan pendamping ASI. Setelah
mulai diare, frekuensi minum bertambah, penderita menjadi lebih rewel dari biasanya. Buang air
kecil terakhir 4 jam yang lalu, kurang lebih ½ gelas belimbing. Di keluarga tidak ada yang diare,
tetapi anak tetangga juga menderita diare.
Status imunisasi penderita sesuai jadwal, yaitu pada 0 bulan mendapatkan imunisasi BCG,
polio I dan hepatitis B I, usia 2 bulan mendapat imunisasi DPT I, polio II, hepatitis B II, usia 3
bulan mendapat imunisasi DPT II dan polio III, usia 4 bulan imunisasi DPT III dan polio IV,
sedangkan imunisasi yang kurang adalah imunisasi campak dan hepatitis B III. Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan baik, mulai senyum usia 1 bulan, mulai miring usia 2 bulan, mulai
tengkurap usia 3 bulan, dan mulai duduk usia 6 bulan
Sampai sekarang penderita hanya minum ASI tanpa susu formula maupun makanan
pendamping ASI.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum anak tampak gelisah, derajat kesadaran compos mentis, dengan heart rate
158x/menit reguler, nadi 158x/menit reguler, isi cukup, respiration rate 40x/menit tipe
thoracoabdominal, suhu 38,6oC. Berat badan anak 8,5 kg, tinggi badan 68 cm, Derajat gizi :
BB/U = 8,5/8 X 100% = 105,59% (gizi baik)
Kulit sawo matang, kelembaban baik, ujud kelainan kulit (-). Kepala bentuk normocephal,
ubun-ubun besar cekung (+), rambut hitam, sukar dicabut. Mata cekung (+/+), bulu mata hitam,
rontok (-/-), palpebra oedem (-/-), konjunctiva anemis (- / -), sclera ikterik (- / -), pupil isokor,
diameter 3 mm / 3 mm, bulat, ditengah, refleks cahaya (+ / +), kornea jernih, iris coklat, air mata
(+/+). Hidung bentuk normal, nafas cuping hidung (-), sekret (-), darah (-). Mulut bibir sianosis (-
), bibir kering (-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), lidah tepi hiperemis (-). Telinga bentuk normal,
sekret (-), mastoid pain (-), tragus pain (-), retroauricular pain (-). Tenggorokan uvula di tengah,
tonsil T1 –T1, hiperemis (-), faring hiperemis (-), pseudomembran (-). Leher normocolli, kaku
kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-), trakea ditengah.
Thorak bentuk normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan = kiri
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, petechi (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (sde), hepar dan lien tidak teraba
Banyak minum
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Keputihan sejak 1 bulan yang lalu
2. Keluhan tambahan
Gatal pada kemaluan
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan keputihan. Keluhan tersebut sudah dirasakan
sejak 1 bulan yang lalu. Keputihan berwarna putih keabuan, encer, jumlah banyak, dan
barbau amis, tidak berbuih. Keputihan muncul setiap hari selama satu minggu dan keluar
banyak setelah pasien berhubungan dengan suaminya. Selama keputihannya muncul pasien
belum minum obat apapun atau berobat untuk memperingan keluhannya.
Selain keputihan, pasien juga mengeluh gatal dan agak panas pada kemaluannya. Pasien
menyangkal merasakan nyeri dan perih di sekitar kemaluan. Pasien juga menyangkal
adanya nyeri pada perut bagian bawah. Keluhan nyeri dan berdarah saat berhubungan
seksual juga disangkal oleh pasien.
Riwayat menstruasi
Siklus teratur selama 7 hari, dismenore (-)
Riwayat Obstetrik
P3A1 :
Anak 1 : Abortus/ usia 8 minggu/ curret
Anak 2 : laki-laki/ UK aterm/ spontan/ bidan / 3000 gram/ sehat/ 19 th
Anak 3 : perempuan / UK aterm/ spontan/ bidan/ 2300 gram/ sehat/ 16 th
Anak 4: laki-laki/ UK aterm/ spontan/ bidan/ 3200 gram/ sehat/ / 11 th
Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali selama 20 tahun
Riwayat KB
Suntik tiap 3 bulan (2 tahun) dan IUD (10 tahun)
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat hipertensi : -
Riwayat kencing manis : -
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 145 cm
Berat badan : 65 kg
BMI : 30,9
Vital sign
Tekanan darah : 120/90 mmHg
Nadi : 80 kali/ menit, isi dan tegangan cukup
Respirasi Rate : 20 kali/ menit, regular
Suhu : 37,1o C
Mata : Konjungtiva mata kanan dan kiri tidak anemis, tidak ada skela ikterik pada
mata kanan dan kiri.
Telinga : tidak ada ottorhea.
Hidung : tidak keluar sekret
Mulut : mukosa bibir tidak sianosis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thorax
Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris (tidak ada gerakan nafas
yang tertinggal), tidak ada retraksi spatium intercostalis.
Palpasi : Gerakan dada simetris, vocal fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar nafas vesikuler, tidak terdapatronkhi basah kasar di parahiler
dan ronkhi basah halus di basal pada kedua lapang paru, tidak ditemukan
wheezing.
Jantung
Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis pada dinding dada sebelah kiri atas.
Palpasi : Teraba ictus cordis, tidak kuat angkat di SIC V, 2 jari medial LMC sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan atas SIC II LPSD
Batas jantung kanan bawah SIC IV LPSD
Batas jantung kiri atas SIC II LPSS
Batas jantung kiri bawah SIC V LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, tidak ditemukan murmur, tidak ditemukan gallop.
Abdomen
Inspeksi : Cembung
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia eksterna
Inspeksi
Mons pubis, labia mayor dan minor, introitus, perineum: warna tidak hiperemis, tidak tampak
ada benjolan maupun edema, ukuran normal, tidak ada darah, tampak adanya keputihan
berwarna putih keabuan, encer, jumlah sedikit, dan berbau amis.
Palpasi
Tidak didapatkan nyeri tekan
D. Diagnosa
Vaginitis
E. Plan
1. Clindamicin tab 3 x 300 mg
2. Metronodazol tab 3x 500 mg
F. Prognosis
- Ad Vitam : Bonam
- Ad Fungsionam : Dubia
- Ad Sanationam : Dubia
PROMOSI KESEHATAN
(PENYULUHAN)
PENYULUHAN PROLANIS I
PENYAKIT JANTUNG KORONER
3. Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein,
kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian dalam
pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi
sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung coroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark
miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya.
Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very Low Density
Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir
seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung
ke hati,tempat kolesterol di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan
sebagai beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya.
2. Kalau kita mudah kaget apakah itu termasuk gejala penyakit jantung koroner?
Jawaban : gejala mudah kaget bukan merupakan gejala penyakit jantung koroner. Gejala penyakit
jantung koroner yang paling sering adalah nyeri dada di sebelah kiri, nyerinya seperti ditusuk-
tusuk atau seperti di tekan beban berat. Nyeri bisa menjalar ke leher, punggung, hingga ke tangan.
Kemudian mudah kaget bukan merupakan gejala penyakit jantung koroner, itu merupakan gejala
ansietas (cemas), setiap orang berbeda-beda ambang cemasnya ada yang mudah kaget dan ada
yang tidak mudah kaget.
PENYAKIT JANTUNG KORONER leher) sampai dengan ulu hati,
dengan sifat nyeri sebagai
(PJK) berikut :
Mencengkram dan diremas-
remas
Rasa terbakar
Rasa penuh ( Merasa
tertindih benda berat )
Rasa cekot-cekot (
seperti tertusuk pisau ) Faktor Risiko
Lama nyeri 5 menit- 10 Penyebab panyakit jantung
menit koroner (PJK) adalah :
B. Keringat dingin 1. Makanan berlemak
C. Lemah dan pusing 2. Kebiasaan merokok
Pengertian D. Gemetar dan perasaan mau 3. Kegemukan atau obesitas
Penyakit jantung koroner (PJK) mati 4. Kencing manis atau
adalah penyakit yang ditandai Diabetes
dengan penyempitan pembuluh darah 5. Hipertensi
jantung. 6. Riwayat keluarga
7. Aktivitas fisik
Tanda dan Gejala Klinis 8. Alkohol
A. Nyeri dada sebelah kiri
(dengan atau tanpa penjalaran
ke bagian belakang lengan dan
Pencegahan
infeksi
PATOFISIOLOGI TERJADINYA ULKUS KAKI DIABETIK
Klasifikasi kaki Diabetes
Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetes, mulai dari yang sederhana seperti klasifikasi
Edmonds dari King’s College Hospital London, Klasifikasi Liverpool, Klasifikasi Wagner. Lalu ada
klasifikasi mutakhir dianjurkan oleh International Working Group on Diabetic Foot (Klasifikasi PEDIS
2003)
Klasifikasi Edmonds 2004 – 2005:
Untuk stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting dan semuanya dapat dikerjakan pada
pelayanan kesehatan primer
Untuk stage 3 dan 4, memerlukan perawatan di tempat yang lebih memadai, umumnya sudah
memerlukan pelayanan spesialistik
Untuk stage 5 dan 6, merupakan kasus rawat inap, memerlukan kerja sama tim diamana ada dokter bedah,
utamanya dokter bedah vascular / ahli bedah plastic dan rekonstruksi
Klasifikasi Liverpool:
- Klasifikasi primer:
o Vaskular
o Neuropati
o Neuroiskemik
- Klasifikasi sekunder:
o Tukak sederhana, tanpa komplikasi
o Tukak dengan komplikasi
Klasifikasi Wagner:
Impaired Perfusion
1 = None
2 = PAD + but not critical
3 = Critical limb ischemia
- Untuk kaki yang kurang merasa / insensitive, alas kaki perlu diperhatikan benar untuk melindungi
kaki insensitive tersebut
- Kalau sudah ada deformitas, perlu perhatian khusus mengenai sepatu / alas kaki yang dipakai,
untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki
- Kalau ada permasalahan vascular, latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk memperbaiki
vaskularisasi kaki
- Kalau ulkus yang berkomplikasi, segala usaha dan dana dicoba untuk menyelamatkan kaki
tersebut
Pencegahan Sekunder
- Kontrol metabolic
- Kontrol vascular
- Kontrol luka
- Kontrol mikrobiologi
- Kontrol tekanan
Kontrol Metabolik
Keadaan umum pasien harus diperhatikan dan diperbaiki. Kadar glukosa darah harus diusahakan
selalu senormal mungkin, untuk memperbaiki berbagai faktor terkait hiperglikemia yang dapat
menghambat penyembuhan luka. Umumnya diperlukan insulin untuk menormalisasi glukosa darah.
Status nutrisi harus diperhatikan dan diperbaiki. Nutrisi yang baik jelas membantu penyembuhan luka.
Berbagai hal lain harus juga diperhatikan dan diperbaiki, seperti kadar albumin, serum, kadar Hb, dan
dreajat oksigenasi jaringan. Demikian juga fungsi ginjalnya. Semua faktor tersebut tentu akan dapat
menghambat kesembuhan luka sekiranya tidak diperhatikan dan tidak diperbaiki.
Kontrol Vaskular
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka. Umumnya kelainan
pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui berbagai cara sederhana seperti: warna dan suhu kulit,
perabaan arteri dorsalis pedis, dan arteri tibialis posterior serta ditambah pengukuran tekanan darah.
Disamping itu juga tersedia berbagai fasilitas mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah
dengan cara non-invasif dan cara invasive, seperti ankle pressure dan arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan
pembuluh darah perifer dari sudut vascular yaitu:
Kontrol Luka
Klasifikasi ulkus PEDIS dilakukan setelah debridement yang adekuat. Saat ini terdapat banyak
sekali macam dressing (pembalut) yang masing – masing tentu dapat dimanfaatkan sesuai dengan
keadaan luka, dan juga letak luka tersebut. Dressing yang mengandung komponen zat penyerap seperti
carbonated dressing, alginate dressing akan bermanfaat untuk luka yang massif produktif. Demikian
pula hydrophilic fiber dressing atau silver impregnated dressing akan dapat bermanfaat untuk luka
produktif dan terinfeksi. Tindakan debridement yang adekuat merupakan starat yang mutlak yang harus
dikerjakan dahulu sebelum menilai dan mengklasifikasikan luka. Debridement yang baik dan adekuat
tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus dikeluarkan tubuh, dengan
demikian tentu akan sangat mengurangi prosuksi pus / cairan dari ulkus dan gangrene.
Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi mikroba pada luka seperti cairan
salin sebagai pembersih luka, atau iodine encer, senyawa silver sebagai bagian dari dressing. Selain itu
cara debridement non surgical dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pembersihan jaringan nekrotik
luka, seperti preparat enzim.
Bahkan ada dilaporkan pemakaian maggot (belatung) untuk membantu membersihkan luka,
laporan tersebut umumnya belum berdasar penelitian besar dan belum cukup terbukti secara luas untuk
dapat diterapkan dalam pengelolaan rutin kaki diabetes.
Kontrol Mikrobiologi
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap daerah yang berbeda.
Antibiotik yang dianjurkan harus selalu sesuai dengan hasil biakan kuman dan resistensinya. Karena itu
untuk lini pertama pemberian antibiotic harus diberikan antibiotic spectrum luas, mencakup gram positif
dan negative (mis, gol sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap kuman
anaerob ( mis. Metronidazol).
Kontrol Tekanan
Jika tetap dipakai untuk berjalan, luka yang selalu mendapat tekanan tidak akan sempat
menyembuh, apalagi kalau luka tersebut terletak di daerah plantar seperti luka pada kaki Charcot.
Berbagai cara dapat dilakukan diantaranya: menggunakan kursi roda, dll. Selain itu dapat digunakan cara
surgical seperti Achilles tendon leghtening, partial calcanectomy.
Kontrol Edukasi
Dengan penyuluhan yang baik, penyandang DM dan ulkus gangrene diabetic maupun
keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk
kesembuhan yang optimal.Rehabilitasi merupakan program yang sangat penting yang harus dilaksanakan
untuk pengelolaan kaki diabetes. Keterlibatan ahli rehabilitasi medis berlanjut sampai jauh sesudah
amputasi, untuk memberikan bantuan bagi para amputee menghindari terjadinya ulkus baru. Pemakaian
alas kaki / sepatu khusus untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah terjadinya
ulkus baru.
Pertanyaan saat penyuluhan :
2. Kata orang minum obat darah tinggi dan minum obat DM bisa merusak ginjal, jadi jangan terlalu
sering. Bagaimana menurut dokter?
Jawaban : setiap obat memiliki efek samping salah satunya ke ginjal. Namun pada kasus
hipertensi dan DM, kita tidak bisa lepas dari obat jadi harus minum obat secara rutin untuk
mengontrol tekanan darah dan gula darahnya. Jika tidak terkontrol akan menyebabkan komplikasi
yang lebih serius seperti stroke, gagal ginjal, katarak, dll. Jika pemberian obat sesuai dosis maka
efek samping yang ditimbulkan akan kecil. Jadi kita harus mempertimbangkan besarnya manfaat
bagi tubuh kita dengan minum obat secara teratur, jika tidak mengontrol tekanan darah dan gula
darah makan akan timbul komplikasi yang serius.
Gangren Diabetikum Tanda-tanda Luka Tujuan senam kaki DM
Gangren - Memperbaiki sirkulasi
darah
- Memperkuat otot-oto kecil
1. Jaringan yang mati - Mencegah terjadinya
berwarna kehitaman kelainan bentuk kaki
2. Berbau busuk karena - Meningkatkan kekuatan
adanya bakteri otot betis dan paha
3. Bagian yang terkena - Mengatasi keterbatasan
gangren terasa dingin dan gerak sendi
mati rasa.
PENDAHULUAN
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberkulosis.
Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara-negara
berkembang. Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena
kehamilan, persalinan dan nifas.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di
Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah pasien sekitar 10%
dari total jumlah pasien TB didunia. Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru
dan kematian 101.000 orang. Insidensi kasus TB BTA positif sekitar 110 per 100.000 penduduk.
PATOGENESIS TUBERKULOSIS
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya yang sangat
kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup, dapat mencapai alveolus. Masuknya
kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan
menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan
bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan
membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus
Primer GOHN.
Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional,
yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan
terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika
focus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar
limfe parahilus, sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar
paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang
membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara
lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses
infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit. Masa
inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu.
Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang
cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. Selama berminggu-minggu awal proses infeksi,
terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi
terhadap tuberculin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer
inilah, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya
hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji tuberculin.
Selama masa inkubasi, uji tuberculin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluluer
tubuh terhadap TB telah terbentuk. Pada sebagian besar individu dengan system imun yang berfungsi
baik, begitu system imun seluler berkembang, proliferasi kuman TB terhenti. Namun, sejumlah kecil
kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas seluler telah terbentuk, kuman TB baru
yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan.
Setelah imunitas seluler terbentuk, focus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi
secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan
enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi
penyembuhannya biasanya tidak sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup
dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini. Kompleks primer dapat juga mengalami
komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh focus paru atau di kelenjar limfe regional.
Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi
nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui bronkus sehingga
meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakea yang mulanya
berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus
dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat menyebabkan ateletaksis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi
dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa kiju dapat
menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan
ateletaksis, yang sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi. selama masa inkubasi,
sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada
penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer.
Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit
sistemik. Penyebaran hamatogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran
hematogenik tersamar (occult hamatogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara
sporadic dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan
mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas
paru. Di berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum
terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya. Di dalam koloni yang sempat
terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk
dormant. Fokus ini umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi
focus reaktivasi. Fokus potensial di apkes paru disebut sebagai Fokus SIMON. Bertahuntahun kemudian,
bila daya tahan tubuh pejamu menurun, focus TB ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit
TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain. Bentuk penyebaran hamatogen yang
lain adalah penyebaran hematogenik generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada
bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini
dapat menyebabkan timbulnya manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata.
TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung
pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis
diseminata terjadi karena tidak adekuatnya system imun pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB,
misalnya pada balita. Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread
dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai
ukuran yang lebih kurang sama. Istilih milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai
butur padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning
berukuran 1-3 mm, yang secara histologi merupakan granuloma.
Bentuk penyebaran hematogen yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic spread. Bentuk
penyebaran ini terjadi bila suatu focus perkijuan menyebar ke saluran vascular di dekatnya, sehingga
sejumlah kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran
tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi secara
berulang. Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama), biasanya sering terjadi
komplikasi. Menurut Wallgren, ada 3 bentuk dasar TB paru pada anak, yaitu penyebaran
limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0.5-3% penyebaran limfohematogen
akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer.
Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat
terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi,
bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman
di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna.
Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan dewasa muda. Tuberkulosis
ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-
10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian.
TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer.
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah:
Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
Pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
Rontgen dada (thorax photo).
Uji tuberkulin.
Diagnosis TB Paru
Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih. Batuk dapat
diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik,demam meriang lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut diatas dapat dijumpai pula pada
penyakit paru selain
TB, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Mengingat
prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK dengan
gejala tersebut diatas, dianggap sebagai seorang tersangka (suspek) pasien TB, dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung pada pasien remaja dan dewasa, serta skoring pada
pasien anak.
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis pada semua suspek TB
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek
membawa sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
• P(Pagi):
Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan
diserahkan sendiri kepada petugas di UPK.
• S(sewaktu):
Dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
Diagnosis TB Paru pada orang remaja dan dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA).
Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan
diagnosis utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya
berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis. Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu
menunjukkan aktifitas penyakit.
Pertanyaan saat penyuluhan:
1. Apakah di puskesmas bisa melakukan pemeriksaan untuk mendiagnosis TB paru:
Jawaban: di puskesmas bisa dilakukan pemeriksaan untuk TB paru. Jadi pemeriksaan diawali
dengan anamnesis (wawancara) kemudian pemeriksaan fisik dan dilanjutkan pemeriksaan
penunjang. Jika anamnesis (wawancara) dan pemeriksaan fisik mengarah ke TB paru maka dapat
dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan dahak. Jadi pasien harus
mengumpulkan dahak yang akan dimasukan ke dalam pot yang diberikan oleh petugas
laboratorium, pengumpulan dahaknya yaitu sewaktu pagi sewaktu. Jadi yang pertama saat datang
ke puskesmas, kemudian yang kedua pada pagi hari saat bagun tidur dan yang ketiga bisa saat
siang atau sore harinya. Setelah terkumpul baru di serahkan kembali ke petugas laboratorium
untuk dilakukan pemeriksaan. Jika hasilnya positif maka harus minum obat secara teratur selama
6 bulan dan obatnya pun ada di puskesmas.
Pengertian penyakit Tanda dan gejala penyakit tertular kuman mycobacterium tuberculosis
hanya dengan menghirup udara yang
TB Paru mengandung kuman tersebut.
TB Paru
TBC…
Dapat menularkan kepada anggota
TB Paru : keluarga atau orang lain.
A. PENGERTIAN.
Typhus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasaya
mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan
dan gangguan kesadaran.
Demam tifoid adalah infeksi demam sistemik akut yang nyata pada fogosit mononuclear dan
membutuhkan tatanama yang terpisah.
Demam enterik adalah sindrom klinis sitemik yang dihasilkan oleh organisme salmonella tertentu.
Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut
melaluiu makanan dan minuman dan air yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. Jadi tifus abdominalis
adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman salmonella typhi dan terdapat pada saluran
pencernaan yang disertai dengan demam lebih dari satu minggu, dan gangguan kesadaran.
B. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Faktor Etiologi dari demam typhoid adalah disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh salmonella
typhoid dan salmonella paratyphoid A, B dan C yang ditularkan melalui makanan, jari tangan, lalat dan feses,
serta muntah diperberat bila klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air mentah,
makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari WC dan
menyiapkan makanan.
Salmonella typhosa, merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora.
Mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu antigen O (Ohne Hauch) yaitu somatic antigen
(tidak menyebar), terdiri dari zat kompleks lipopolisakarida, antigen H (Hauch/menyebar) terdapat pada
flagella, antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen.
`Ketiga jenis antigen tersebut didalam tuibuh manusia akan menimbulkan pembentukan tiga macam
antibody yang lazim disebut aglutinin.
Demam typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan Salmonella yang memasuki tubuh
penderita melalui saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa
penyembuhan.Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung Salmonella spp didalam kandung
empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier sementara,
sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier
intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan yang yang ringan pada karier
demam tifoid,terutama pada karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas .
C. PATOFISIOLOGI
Penyakit typhoid disebabkan oleh kuman salmonella typhi, salmonella paratyphi A, Salmonella
paratyphi B, Salmonella paratyphi C, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan
dengan air yang tercemar. Selanjutnya akan ke dinding usus halus melalui aliran limfe ke kelenjar mesentrium
menggandakan/multiplikasi (bacterium). Biasanya pasien belum tampak adanya gejala klinik (asimptomatik)
seperti mual, muntah, tidak enak badan, pusing karena segera diserbu sel system retikulo endosetual. Tetapi
kuman masih hidup, selanjutnya melalui duktus toraksikus masuk ke dalam peredaran darah mengalami
bakterimia sehingga tubuh merangsang untuk mengeluarkan sel piogon akibatnya terjadi lekositopenia. Dari
sel piogon inilah yang mempengaruhi pusat termogulator di hipotalamus sehingga timbul gejala demam dan
apabila demam tinggi tidak segera diatasi maka dapat terjadi gangguan kesadaran dalam berbagai tingkat.
Setelah dari peredaran darah, kuman menuju ke organ-oragan tubuh (hati, limfa, empedu) sehingga timbul
peradangan yang menyebabkan membesarnya organ tersebut dan nyeri tekan, terutama pada folikel limfosid
berangsur-angsur mengalami perbaikan dan apabila tidak dihancurkan akan menyebar ke seluruh organ
sehingga timbul komplikasi dan dapat memperburuk kondisi pasien.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
Food(makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses (tinja).
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang
lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan
dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti
mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypii masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam
lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam
jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan
menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi
berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama
demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi
lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis
dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
D. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik demam typoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa
tunas: 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan jika melalui minuman
yang terlama 30 hari. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, nafsu makan kurang. Menyusul manifestasi klinik
yang biasa ditemukan ialah :
1. Demam
Pada kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak tinggi
sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, biasanya menurun pada
pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus berada dalam
keadaan demam; pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
2. Gangguan pada saluran pencernan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup
selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kiemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri perabaan.
Biasanya sering terjadi konstipasi tetapi juga dapat diare atau normal.
3. Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai
somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah (kecuali penyakitnya berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Disamping gejala-gejala tersebut mungkin terdapat gejala lainnya. Pada punggung dan
anggota gerak dapat ditemukan roseola, yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler
kulit, yang dapat ditemukan pada minggu pertama demam. Kadang-kadang ditemukan pula bradikardia
dan epistaksis pada anak besar.
E. PENATALAKSAAN KLINIS
Pengobatan demam tifoid terdiri atas 3 bagian yaitu:
1. Perawatan
Pasien demam tifoid perlu dirawat di rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien
harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih selama 14 hari. Maksud
tirah baring adalah untuk mencegah terjadi komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus. Mobilisasi
pasien dilakuakan secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.
Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya harus di ubah-ubah pada waktu-waktu
tertentu untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Defekasi dan buang air kecil
perlu diperhatikan, karena kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.
2. Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh
mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2 gelas sehari. Bila
kesadaran menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung . Jika kesadaran dan nafsu makan baik
dapat juga di berikan makanan lunak. Beberapa penelitian manunjukan bahwa pemberian makanan padat
dini, yaitu nasi dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat di berikan
dengan aman .
3. Obat
Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah:
a. Kloramfenikol
Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat dibandingkan dengan
kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa 4x.500 mg sehari oral atau intravena sampai 7 hari bebas
demam. Dengan penggunan kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 5 hari.
b. Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam tipid sama dengan kloramfenikol komplikasi
pada hematologis pada penggunan tiamfenikol lebih jarang dari pada kloramfenikol. Dengan
tiamfemikol demam pada demam tifoid turun setelah rata-rata 5-6 hari.
c. Ampicillin dan Amoksisilin
Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam tifoid dengan leokopenia. Dosis yang
dianjurkan berkisar antara 75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7 hari bebas demam.
Dengan ampicillin dan amoksisilin demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari.
d. Sefalosforin generasi ketiga
Beberapa uji klinis menunjukan sefalosporin generasi ketiga amtara lain sefiperazon,
seftriakson dan cefotaksim efektif untuk demam typid, tatapi dan lama pemberian yang oktimal belum
diketahui dengan pasti.
e. Fluorokinolon
Fluorokinolon efektif untuk untuk demam typid, tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal
belum diketahui dengan pasti.
Obat-obat Simtomatik:
a. Antipiretika
Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap pasien demam tifoid, karena tidak
dapat berguna.
F. KOMPLIKASI
Dapat terjadi:
1. Pada usus halus:
a. Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Jika
perdarahan banyak terjadi melena, dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
b. Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.
Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila terdapat udara dirangga
peritoneum, yaitu pekak hati menghilang dan terdapat udara diantara hati dan diagfragma pada foto
Rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
c. Peritonitis
Biasanya menyaertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus. Ditemukan gejala
abdomen akut, yaitu perut yang hebat, dinding abdomen tegang (defense musculair) dan nyeri tekan.
2. Diluar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia), yaitu meningitis, kolesistitis,
ensefalopati dan laiun-lain. Terjadi karena infeksi sekunder, yaitu bronkopneumonia.
Pertanyaan saat penyuluhan :
1. Jika anak kita demam kemudian sembuh lalu beberapa hari lagi demam lagi, apakah itu gejala tifes?
Jawaban: gejala tifes pada minggu pertama adalah adanya demam yang meningkat mulai sore dan malam
hari namun pada pagi harinya demam berkurang. Kemudian ada gejala-gejala saluran pencernaan seperti
mual, muntah, nyeri ulu hati, diare ataupun susah BAB. Jadi jika anak demam kemudian setelah berobat
sembuh lalu demam lagi bisa jadi ada infeksi di daerah lain yang bukan disebabkan oleh kuman tifoid.
Perlu juga dipikirkan tentang DBD anak yang DBD punya keluhan demam pada hari 1 – 4 kemudian hari
ke 5-6 demam turun dan hari 7-8 demam lagi, namun pada DBD perlu diperhatikan apakah ada gejala
perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, bintik-bintik kemerahan di tangan atau di kaki. Jika ada
secepatnya di bawa ke puskesmas atau rumah sakit.
Daya tahan tubuh yang rendah atau belum
APAKAH TIFUS ATAU imunisasi lengkap
DEMAM TIFOID ITU? Kebiasaan Jajan di tempat yang kurang
terjamin kebersihannya
Nyeri pada Ulu hati/Lambung dan
Bermain di tempat-tempat yang tercemar
kadang bisa disertai mual/muntah dapat
kuman Salmonella typhi ( pasir, tanah)
membuat tidak nafsu makan
Kebersihan diri yang kurang (perilaku
mencuci tangan yang jarang)
Diare atau bisa juga sulit buang air besar
Tifus atau demam Tifoid adalah penyakit
infeksi saluran pencernaan
khususnya pada usus
TANDA DAN AKIBAT TIFUS
GEJALA
APA PENYEBABNYA?
Gangguan Kesadaran
Demam lebih Menyebar ke Organ lain seperti hati, paru-
dari 15 hari dan
paru bahkan bisa sampai ke otak
sakit kepala
Penyebab Utama : pada minggu I, Mengganggu Pertumbuhan dan
Kuman Salmonella typhi atau biasanya
perkembangan anak
Salmonella paratyphi demam pada
sore hari dan minggu Gangguan Pencernaan
II demam dari pagi
Faktor yang memudahkan Perforasi (kebocoran Usus)
hingga sore hari
terkena sakit Tifus atau Tifoid:
Bibir kering, lidah kotor dan terkadang
Tertular oleh penderita lain, baik berasal dari pecah-pecah
tinja, urin, muntahan yang terinfeksi yang
mencemari makanan, minuman,
maupun sayuran
3. Berikan ASI dan minuman yang
KUNJUNGI FASILITAS
cukup
4. Berikan obat antibiotik sesuai KESEHATAN UNTUK
CARAPENCEGAHAN indikasi dokter
5. Jika Demam/panas: MELAKUKAN
Menghindari jajan di tempat yang - Berikan kompres hangat pada
kurang terjamin kebersihannya kedua lipat ketiak dan lipat paha PEMERIKSAAN DAN
Menjaga kebersihan lingkungan atau seluruh tubuh
Membiasakan mencuci tangan dengan - Berikan pakaian tipis dan
PENGOBATAN
sabun sebelum makan, minimal selama menyerap
15 detik - Berikan makanan dan minuman
Mencuci sayuran dan buah-buahan yang cukup
sampai bersih sebelum dimakan - Apabila muntah usahakan berikan
meminum air yang matang minum lagi
Mendapatkan Vaksin Thypoid - Beri obat penurun panas sesuai
dosis
CARA
PERAWATAN
Abate adalah suatu bahan yang berfungsi sebagai pembasmi jentik nyamuk, abate hanya di
gunakan untuk membasmi jentik bukan untuk nyamuk dewasa, cara penggunaan abate yaitu dengan cara
di masukan ke dalam plastik atau di bungkus kain sesuai dengan takaran yang di tentukan kemudian di
lubangi, jika itu menggunakan plastik namun jika menggunakan kain tidak perlu unutk di lubangi.
Kemudian di masukan ke dalam tempat penampungan air. Bahan ini jika di masukan ke dalam air tidak
mempengaruhi kualitas dari air itu sendiri, baik warna, rasa, maupun bau. Shingga aman untuk di
gunakan.
Dari data yang diperoleh, dilakukan pembagian bubuk abate kepada 33 KK di Pinang Mas, yaitu
sebagai berikut:
No Nama KK Alamat (RT)
1 Mulyadi RT 02
2 Zairu RT 23
3 Seriat RT 20
4 Ridwan RT 19
5 Agus RT 20
6 Isran Efendi RT 02
7 Hamdani RT 02
8 Mawardi RT 02
9 Usman Sagap RT 19
10 Renal RT 02
11 Andi RT 20
12 Syahrizal RT 19
13 Rokib RT 20
14 Rasmin RT 02
15 Wahidin RT 23
16 Nazi RT 23
17 Lukman RT 03
18 Muhtarom RT 03
19 Bambang Yuliono RT 19
20 Bekter Ariyan RT 19
21 Eplin RT 20
22 Rangkuti RT 02
23 Budi RT 02
24 Desti RT 02
25 Bambang H RT 19
26 Darminsyah RT 20
27 Holili RT 20
28 Sumarlan RT 19
29 Fadli RT 19
30 Faluzi RT 19
31 Aspeni RT 20
32 Tambunan RT 19
33 Nirwan RT 02
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Perawatan
Ratu Agung Kota Bengkulu
1. Sakit Persendian
2. Terasa Kaku terutama pada pagi
hari
3. Kekakuan berlangsung tidak lebih
dari 30 menit dan dapat berlanjut
sampai berjam-jam dalam sehari
Peradangan yang kronis(lama), menyeluruh, 4. Lambat laun membengkak, panas
dapat berkembang menjadi kondisi yang lebih dan merah
buruk dengan cepat dan lebih banyak terjadi
pada wanita
5. Lemah 1. Infeksi Kuman
6. Demam
2. Proses Penuaan
7. Denyut nadi cepat : > 100 x/menit
8. Berat badan menurun
3.Penurunan daya tahan
9. Anemia tubuh
10. Kurang nafsu makan
1. Proses penuaan.
2. Kelelahan.
3. Cedera atau jatuh.
Kompres hangat Pantangan
Digunakan jika sendi yang sakit
mengalami bengkak tanpa warna Melinjo dan emping
kemerahan. Kacang-kacangan
Jamur, bayam matang, dan sawi
Caranya : basahi handuk kecil
dengan air hangat lalu diperas dan Daging kambing
I. Identitas Anak
Nama Anak : An. F
Umur : 1 tahun 6 bulan
BB Lahir : 3.500 gram
BB Awal : 8 kg
TB Awal : 77 cm
BB/TB (z score) : -2 s/d -3 (gizi kurang)
30 Juli 2015
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang holistic
- Edukasi dan konseling tentang penyakit yang dialami pasien, penyebabnya
serta penatalaksanaannya yang dilakukan sesuai dengan penatalaksanan gizi
kurang
- Edukasi dan konseling mengenai komplikasi yang dapat terjadi
- Konseling dan edukasi tentang tujuan pemberian makanan tambahan
- Pemberian makanan tambahan
- Memberikan contoh menu makanan sehat dan berimbang per hari
- Konseling mengenai pengaruh kebiasaan jajan di luar terhadap nafsu makan
- Edukasi orang tua pasien untuk meningkatkan kebersihan lingkungan
- Edukasi kepada orang tua pasien tentang pengaruh dari asap rokok terhadap
pertumbuhan balita
- Konseling mengenai peran keluarga dalam penatalaksanaan gizi kurang
Hasil :
27 Agustus 2015
- Evaluasi pemberian makanan tambahan
- Evaluasi pemberian menu makanan sehat dan berimbang perhari
- Evaluasi mengenai kebiasaan jajan di luar
- Evaluasi kebersihan lingkungan dan kebiasaan merokok ayah.
- Evaluasi peran keluarga dalam penatalaksanaan gizi kurang
Hasil :
- Nafsu makan pasien mulai meningkat dari sebelumnya (5-6 sendok setiap
makan + lauk)
- Jajan di luar rumah dibatasi (2 kali sehari siang dan sore/malam hari)
- Sudah diberikan makanan tambahan (susu formula, biskuit, bubur kacang
hijau, bakwan teri, telur dadar tempe, bola tempe)
- Susu formula yang diminum sekitar seperempat botol susu (180 cc) per hari
- Melakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan
- Berat badan pasien 8,5 kg dan tinggi badan 78 cm
- Ayah pasien masih sering merokok di dalam rumah
Rencana selanjutnya :
- Nafsu makan pasien sudah meningkat dari sebelumnya (7-8 sendok setiap
makan + lauk)
- Jajan di luar rumah 1 kali sehari pada sore/malam hari
- Susu formula yang diminum sekitar setengah botol susu (225 cc) per hari
- Berat badan pasien 9 kg dan tinggi badan 78 cm
- Menu makanan sehat dan berimbang sudah sesuai
- Sudah diberikan makanan tambahan (susu formula, biskuit, bubur kacang
hijau, bakwan teri, telur dadar tempe, bola tempe)
- Ayah pasien sekali-sekali masih merokok di dalam rumah
Saran :
Daftar Anak Penerima Vitamin A Bulan Agustus 2015 di Kelurahan Bentiring Permai
15 An. Putri 10 kg
Mengetahui,
Kepala UPTD Puskesmas Perawatan
Ratu Agung Kota Bengkulu