Nefropati Diabetik PDF
Nefropati Diabetik PDF
SKRIPSI
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
2010
SKRIPSI
PROPORSI ANGKA KEJADIAN NEFROPATI DIABETIK PADA LAKI-
LAKI DAN PEREMPUAN PENDERITA DIABETES MELITUS TAHUN
2009 DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA
Pembimbing Utama
Nama : dr.Suryo A. Taroeno M.Kes, Sp.PD (.......................)
NIP : 100.1058
Pembimbing Pendamping
Nama : dr Sri Wahyu Basuki (.......................)
NIP : 1093
Dekan FK UMS
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.………………………..………………………….ii
DAFTAR ISI………………...……………………………………………………iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………..vi
DAFTAR TABEL……………………………………………………………...vii
DAFTAR DIAGRAM…………………………………………………………viii
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………………......ix
MOTO…………………….…………………………………………………….xi
PERSEMBAHAN………...……………………………………………………xii
PERNYATAAN…………...…………………………………………………..xiii
KATA PENGANTAR………………………………………………………....xiv
ABSTRAK…………..………………………………………………………..xvi
ABSTRACT…………………………………………………………………..xvii
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………….1
B. Perumusan Masalah………………………………………………….4
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………….4
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………...5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………….6
A. Nefropati Diabetik…………………………………………………...6
1. Definisi…………………………………………………………..6
2. Insidensi dan Epidemiologi……………………………………...7
3. Regulasi hiperglikemik dan Etiopatogenesis…………………….9
a. Regulasi Hiperglikemik……………………………………...9
b. Teori Etiopatogenesis………………………………………11
1) Abnormalitas Struktur………………………………….11
2) Abnormalitas Hemodinamik……………………………13
3) Teori Genetika………………………………………….15
4. Regulasi dan Peran Sitokin…………………………………......16
5. Perbedaan Seks, Regulasi Hormonal, dan Progresifitas Penyakit
Ginjal...…………………………………………………………20
a. Hormon Seksual dan Sintesis Renal Nitrit…………………20
b. Hormon Seksual, enzim, dan progresifitas Ginjal………….23
6. Faktor-Faktor yang menentukan Progresifitas Nefropati………27
a. Perbedaan tipe DM…………………………………………27
b. Perbedaan Ras……………………………………………....27
c. Faktor Genetik……………………………………………...27
d. Anemia……………………………………………………..28
e. Lama Menderita DM……………………………………….29
f. Konsumsi Protein Hewani………………………………….30
g. Keterkaitan Penyakit Vaskuler Lain………………………..30
B. Kerangka Berfikir………………………………………………….32
C. Hipotesis…..………………………………………………………..34
BAB V. PENUTUP…………………………………………………………….56
A. Kesimpulan……………...………………………………………….56
B. Saran…………………………………………………………..........56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Tabel 5. Proporsi Gula Darah Terkontrol dan Gula Darah Tak Terkontrol
Menurut Jenis Kelamin……………….………………………………………...45
Tabel 6.Median Kadar Kreatinin Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pasien DM...46
Barang yang haq adalah perjalananku, terang gemilang bagi orang yang mendapat
petunjuk, akan tetapi hawa nafsu merajalela,akhirnya membikin buta kepada akan
manusia, menjadi gelap tidak tahu barang yang benar (Ahmad Dahlan)
Kemapanan adalah candu yang menggrogoti tubuh, jiwa dan pikiran. Let’s fight
for our right.
Kepada:
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,
sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali sudah disebutkan dalam
daftar pustaka.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha pengasih atas
karunia dan kasih sayangNya sehingga penyusunan skrisi ini dapat terselaikan.
Skripsi dengan judul”Proporsi angka kejadian nefropati diabetikpada laki-laki dan
perempuan penderita diabetes melitus tahun 2009 di RSUD dr.Moewardi
Surakarta” ini diajukan dalam rangka memenuhi syarat untuk meraih gelar sarjana
kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penulis
ABSTRAK
Tujuan: untuk mengetahui proporsi kejadian nefropati diabetik antara pasien laki-
laki dan perempuan penderita DM.
Jenis Penelitian: merupakan desain penelitian deskriptif-analitik dengan
pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian yaitu data rekam medik pasien
DM yang melakukan pemeriksaan proteinuria dan kreatinin. Teknik sampling
yang digunakan adalah convenience sampling.Data disajikan dalam bentuk tabel
dan persentase. Data dengan variable nominal (laki-laki, perempuan, nefropati
diabetic (+), nefropati diabetic(-)) dianalisis dengan Chi-Square Test. Perbedaan
dianggap bermakna bila p<0,05.
Hasil: besar sampel yang diperoleh 198 pasien DM, terbagi menjadi 99 pasien
laki-laki dan 99 pasien perempuan. Dari jumlah tersebut 51 pasien laki-laki dan 37
pasien perempuan menderita nefropati diabetik.Terdapat perbedaan bermakna
angka kejadian nefropati diabetik terhadap jenis kelamin.Pasien DM dengan jenis
kelamin laki-laki lebih banyak mengalami nefropati diabetik.
Kesimpulan: berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien DM
dengan jenis kelamin laki-laki lebih rentan untuk menderita nefropati diabetik dari
pada perempuan.
Kata kunci : Nefropati diabetik, jenis kelamin.
ABSTRACT
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
vasa darah dan metabolime.Dari 2 sebab pokok diatas, mendasari timbulnya
komplikasi pada organ.Jantung, ginjal, dan paru yang merupakan tiga organ
penting dalam homeostasis tubuh terkait dengan metabolisme intraseluler dan
merupakan organ-organ penting dalam mempertahankan keseimbangan asupan
oksigen dan nutrisi yang diperlukan otak.Ginjal merupakan organ penting yang
berperan dalam keseimbangan asam-basa dan cairantubuh.Dalam peranannya
yang besar ternyata organ ini merupakan salah satu organ yang berisiko besar
mengalami lesi karena penyakit metabolik, yang salah satunya adalah DM.
Kerusakan nefron merupakan salah satu gangguan mikrovaskuler selain gangguan
pada serabut saraf(neuropathy) dan gangguan pada retina (Defronzo,
2006).Kerusakan nefron akibat keterkaitan penyakit diabetes melitus sering
disebut dengan istilah nefropati diabetik.Progresifitas gagal ginjal sering dikaitkan
dengan coronary heart disease (CHD) dalam hal peningkatan risiko mortalitas
beberapa pasien(Watkins,2003).
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, perumusan masalah yang
dapat disusun adalah berapa proporsi kejadian nefropati diabetik antara laki-laki
dan perempuan penderita DM?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
a. Mengetahui perbedaan proporsi kejadian nefropati diabetik antara
pasien laki-laki dan perempuan penderita DM.
b. Mengetahui kekuatan hubungan antara perbedaan jenis kelamin dan
progresivitas nefropati diabetik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah penderita nefropati diabetik.
b. Mengetahui apakah terdapat keterkaitan antara perbedaan seks dan
kejadian nefopati diabetik.
c. Menambah wacana mengenai resiko perbedaan seks terhadap nefropati
diabetik.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian adalah;
1. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para
klinisi dalam menangani DM dan kemungkinan komplikasi yang terjadi.
2. Sebagai acuan dan masukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
3. Bahan pembuatan kebijakan terkait langkah pencegahan pada pasien DM
dengan gangguan mikrosirkulasi renal.
4. Dapat dipergunakan masyarakat sebagai bekal penanggulangan komplikasi
pada pasien DM, agar tujuan jangka panjang terhindarnya dari komplikasi
makro- dan mikrovaskuler dapat tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. NEFROPATI DIABETIK
1. DEFINISI
Deskripsi awal mengenai nefropati diabetik dimulai oleh Kim-
melstiel dan Wilson pada tahun 1936. Beliau memperkenalkan adanya
massa hialin yang mencurigakan dari 8 orang yang meninggal akibat
kegagalan faal ginjal dengan alasan kuat yang menganggap bahwa lesi
tersebut diakibatkan diabetes mellitus. Sehingga nefropati diabetik juga
sering disebut sebagai sindrom Kimmelstiel-Wilson atau glomerulonefritis
interkapiler.Nefropati diabetik adalah sindroma klinik yang ditandai
dengan keadaan mikroalbuminuria persisten bersama-sama dengan DM
tipe 1 atau DM tipe 2.Nefropati diabetik sering diderita pasien DM tipe1
dengan riwayat penyakit lama. Pada awalnya, pasien memperlihatkan
hiperfiltrasi, ditandai dengan nilai GFR yang tinggi, kira-kira dua kali dari
nilai normal dan adakalanya dengan kejadian mikroalbuminuria(American
society of nephrology,2005).
Nefropati diabetik juga didiagnosis ketika terjadi kenaikan
persisten rata-rata ekskresi albumin urin diatas 30mg/24 jam pada pasien
dengan diabetes permulaan dan ketika nilai rata-rata ekskresi albumin urin
terus menerus naik diatas 300mg/24 jam(overt atau sesudah diketahui
secara klinik). Pada kedua keadaan tersebut dengan penambahan kriteria
kehadiran retinopati diabetik dan ketidakhadiran bukti karena penyakit
ginjal lain atau penyakit pada saluran ginjal seharusnya dapat dipenuhi.
Keadaan tersebut sebagian besar ditemukan pada gangguan kardiovaskuler
dan kejadian mortalitasnya selalu diikuti dengan persistensi
mikroalbuminuria, tetapi bukti nyata ditemukannya makroalbuminuria
6
pada pasien diabetes tidak hanya ditemukan pada pasien dengan gagal
ginjal stadium akhir tetapi juga pada penyakit kardiovaskuler yang
sebelumnya menderita Diabetes tipe 2(Czekalski,2005).
Tahun 1985 studi klinik yang dilakukan oleh John dkk dengan
pengambilan sampel 5 tahun dan dipresentasikan dalam Simposium
Internasional Epidemiologi Diabetes Melitus pada bulan November di
Bangkok, dari 498 pasien nefropati diabetik yang diterima oleh rumah
sakit CMC daerah Vellore 78,3% pada dekade usia ke-4 sampai ke-5; kira-
kira 55% dari penderita diabetes menderita kurang dari 10 tahun dan hanya
5,5% dari penderita diabetes yang menderita lebih dari 20 tahun. Hal ini
merupakan observasi signifikan untuk umur dan durasi dari diabetes tetapi
tidak dapat direlasikan dengan nefropati(Rao, 1987). Penelitian yang
dilakukan Warram dkk,1996 mengindikasikan bahwa peningkatan
mikroalbuminuria dan persistensi proteinuria pada pasien diabetes melitus
tipe 1 meningkat seiring dengan lama durasi dari deteksi pasien terkena
diabetes (Warram dkk., 1996).
b. Teori Etiopatogenesis
Agar albumin muncul pada urin maka harus melewati sawar filtrasi
glomerulus, yang mengandung sel endotel glomerulus jenis fenestra,
membran dasar glomerulus dan sel epitel glomerulus atau podosit.
Peningkatan tekanan intraglomerulus,hilangnya glikosaminoglikan
pada membran dasar dan kemudian akan meningkatkan porus
membran dasar yang semuanya akan berperan dalam
albuminuria(Obineche&Adem,2005).Tiga bentukan utama
histopatologis dapat kita amati pada nefropati diabetik;
glomerulosklerosis, keterlibatan vaskuler dan penyakit
tubulointerstisium (Becker, 2003).
Podosit melalui tonjolan pada kakinya berperan dalam mendukung
kapiler glomerulus, penyangga tekanan intraglomerulus dan
merupakan lapisan akhir yang berperan sebagai pembatas(buffer)
jalannya protein melewati glomerulus kedalam ruang urinaria(urinary
space). Menurut White (2002) pada penderita diabetes ditemukan
kelainan morfologi podosit.Processus kaki podosit mendatar(boarden)
dan terhapus, kondisi ini merupakan tanda kerusakan pada
podosit.Podosit tidak dapat beregenerasi sehingga hilangnya kaki
podosit tidak dapat dikompensasi(Obineche&Adem,2005).
Gambar 1. Gambaran Glomerulus pada Pasien Nefropati Diabetik
(Sukandar,2006)
2). Abnormalitas Hemodinamik
Peningkatan tekanan intraglomerulus akan mempercepat kerusakan
glomerulus secara langsung dan dengan ditemukannya proteinuria
menandakan secara tidak langsung proses pengrusakan ginjal
(FKUI,2006). Sebuah penelitian yang dilakukan Zatz dkk,1986
mengindikasikan bahwa peningkatan tekanan intraglomerulus
berkaitan dengan kontriksi relatif arteri glomerulus eferen.Peningkatan
tekanan intraglomerulus juga memperburuk perubahan seluler dan
biokimia. Studi di tahun 2000 yang dilakukan Gruden,dkk mengenai
efek peregangan sel mesangial yang akan mengaktifkan p38 melalui
mekanisme dependen protein kinase menginduksi terbentuknya TGF-
β1 dan ekspresi fibronektin cukup membuktikan bahwa peningkatan
tekanan glomerulus terkait dengan perburukan kerusakan
seluler(Obineche&Adem,2005).
Meningkatkan ekspresi dan sintesis dari Induksi proliferasi sel mesangial dan kontraksi
molekul adhesi sel
Menurunkan regulasi dari tissue factor Menstimulasi sintesis serta pelepasan kemokin
pathway inhibitor(TFPi) dan faktor pertumbuhan
Mereduksi ekspresi trombomodulin Menginduksi komplek antigen MHC
Selain regulasi IL-1 dan IL-6, sel mesangial juga menghasilkan IL-
18 yang berperan dalam menginduknya terbentuknya IFN-γ.Peranan IFN-γ
dalam induksi fungsional kemokin reseptor pada sel mesangial. Peran dari
IL-18 selain menginduksi IFN-γ juga meningkatkan IL-1,TNF-α dan
ICAM-1 dalam vaskuler ginjal. Peran pertambahan jumlah TNF-α dalam
progresifitas nefropati diabetik adalah meningkatan aktifitas P38 dan MAP
kinase yang akan meningkan terbentuknya fibronektin (Gruden et al,
2005). Peningkatan infiltrasi monosit, makrofag dan sel T dalam tubulus
proksimal terkait dengan peningkatan kadar IL-18. Sehingga peningkatan
β2-mikroglobulin dalam urin yang menandakan terdapatnya lesi pada
daerah tubulus proksimal terkait sekali dengan peningkatan IL-18
(Gonzales&Fernandes, 2008).
b. Perbedaan Ras
Perbandingan antara pasien kulit hitam yang menerima terapi
dialisis penyakit ginjal terminal (ESRD) di USA menunjukkan lebih
lambat mortalitasnya dari pada pasien kulit putih.Pasien kulit putih
dengan gagal ginjal akut lebih sering juga diikuti dengan gagal jantung
koroner(CHF), infark miokard akut(AMI)dan penyakit ginjal
kronik(CKD) dari pada pasien kulit hitam( Waikar et al,2007).
c. Faktor Genetik
Faktor genetik yang menjadi titik berat disini adalah antigen HLA-
B8, yang mempunyai peran dalam kepekaan terhadap nefrotoksis
noksa seperti reaksi vaskuler terhadap hormon vasoaktif, faal trombosit
dan inervasi simpatetik.Krolewski AD dkk,1988 menyelidiki
hubungan antara faktor predisposisi genetik dengan kepekaan nefropati
diabetik. Penelitian menyimpulkan, hiperglikemik tak terkendali
meningkatkan faktor resiko nefropati pada DM tipe 1 bila disertai
faktor predisposisi genetik hipertensi(Sukandar,2006).
d. Anemia
Brenner menyatakan teori hiperfiltrasi bahwa progresivitas
penyakit ginjal berawal dari perubahan hemodinamik glomerulus.
Kerusakan tubulointerstinal mengakibatkan penurunan laju filtrasi
glomerulus melalui berbagai cara sehingga mengakibatkan jejas
iskemia pada nefron.Ginjal merupakan organ perfusi baik, bila
dibandingkan antara berat organ dan asupan oksigen permenit. Namun
tekanan oksigen jaringan pada ginjal lebih rendah dibandingkan organ
lain. Hal ini berhubungan dengan struktur morfologi korteks dan
medulla yang berkelok memungkinkan laju difusi oksigen dari arteri
menuju vena sebelum masuk kapiler,hal ini mengindikasikan
rendahnya tekanan oksigen pada medulla dan kortek
ginjal(Sastrawan,2008). Kondisi hipoksia yang persisten akan
mengakibatkan terjadinya vasodilatasi nefron-nefron yang masih utuh
dan terjadinya sklerosis sehingga timbullah glumerulosklerosis yang
meningkatkan hiperfiltrasi ginjal secara terus
menerus(Sukandar,2006).
Pada kondisi anemia dimana kecenderungan untuk transportasi
oksigen vaskuler kejaringan rendah akan meningkatkan resiko
tejadinya hipoksia jaringan. Hipoksia yang terjadi juga diindikasi akan
mengaktifkan dan mengubah metabolisme matriks ekstrasel sel ginjal.
Hipoksia yang meningkat dan berkepanjangan akan menyebabkan
gangguan fungsi mitokondria melalui peningkatan ROS, sehingga
terjadi defisit energi yang persisten sehingga memacu terjadinya
apoptosis. Apoptosis tersebut terjadi paling banyak dapat kita amati
pada sel tubulus ginjal. Hal ini mengakibatkan semakin meningkatnya
progresivitas dari kondisi nefropati yang diakibatkan penyakit
metabolik diabetes mellitus (Verzola dkk., 2004).
Anemia ginjal juga berperan pada stress oksidatif, dimana eritrosit
merupakan komponen antioksidan utama darah. Superoksida
mengakibatkan penurunan nitric oxide(NO).Penekanan NO oleh
adanya stres oksidatif dapat menstimulasi respirasi mitokondria dan
memisahkan dari konsumsi energi kimia mengakibatkan hipoksia
jaringan (I gedhe pande sastrawan, 2008).
e. Lama Menderita DM
penelitian dilakukan warram dkk,1996 pada pasien dengan
menderita diabetes mellitus tipe 1 mengindikasikan bahwa
peningkatan mikroalbuminuria dan persistensi proteinuria meningkat
seiring dengan lama durasi dari deteksi pasien terkena diabetes.
Sesudah 7 tahun pasien awal yang rata-rata berumur 9 tahun akan
muncul tanda-tanda nefropati diabetic. Setelah 30 tahun dievaluasi
maka hasinlnya terjadi peningkatan mikroalbuminuria sebesar
27%(Warram dkk,1996).
; ada hubungan tetapi tidak secara langsung, melalui mekanisme yang diperantarai
; ada hubungan langsung melalui kompleksitas system
; ada hubungan dengan pokok penelitian
; berperan dalam peningkatan ulangan
; berpengaruh secara langsung
; ada hubungan dan diikuti dengan peningkatan
XIAP ; Xchromosome-Linked Antiapoptotic Protein, XIAP;Xchromosome-Linked Antiprototic protein, Ana-1;
nicotine induced murine macrophage, ACE2 ;angiotensin converting enzyme2, AGE; advanced glycation end
products,Ana-1; nicotine induced murine macrophage, ANP; atrial natriuretic peptide, AII; angiotensin II, BSC-
1; sodium, potassium, chloride cotransporter, COX-2; cyclooxygense, PGE2 ; prostaglandin E2, PGI2;
prostasiklin, TNF ;tumor necrosis factor, eNOS, endothelial Nitric oxide synthase , nNOS neuronal Nitric oxide
synthase, iNOS induced Nitric oxide synthase, bNOS;Brain Nitric oxide synthase ,IL;Interleukins
C. HIPOTESIS
METODOLOGI PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif-analitik
dengan pendekatan Cross Sectional untuk mengetahui perbedaan proporsi
angka kejadian nefropati diabetik pada penderita laki-laki dan perempuan.
Penderita DM
Laki-laki perempuan
atau atau
35
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di bagian Penyakit Dalam RSUD
Dr.Moewardi Surakarta.
Pengambilan data dilakukan pada Februari 2010.
C. POPULASI PENELITIAN
Yaitu keseluruhan subjek penelitian atau subjek yang
diteliti.Populasi target adalah penderita diabetes melitus.Populasi aktual
adalah penderita diabetes melitus yang tercatat sebagai pasien yang
melakukan perawatan di bagian Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
dengan : P=(P1+P2)/2
n = ukuran sampel
Z 1-α = tingkat kemaknaan, untuk kesalahan tipe1 (Z =1,96
untuk kepercayaan 95%)
Z 1-β = tingkat kemaknaan,untuk kesalahan tipe1 (Z =1,96 untuk
kepercayaan 95%)
P = proporsi gabungan
P1 = proporsi pada populasi pertama
P2 = proporsi pada populasi kedua
Didapat ukuran sampel 269 pasien dari masing-masing kelompok
penelitian.
F. KRITERIA RESTRIKSI
Kriteria restriksi terdiri dari:
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah penderita Diabetes
mellitus yang tercatat di bagian penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi dari penelitian ini adalah apabila dalam rekam
medis penderita tidak terdapat data pemeriksaan proteinuria ataupun
kreatinin.
G. DEFINISI OPERASIONAL.
1. Diabetes melitus
Penyakit yang disebabkan karena pengurangan dan
ketidakmampuan efektif dari insulin endogen. Karakteristik yang
tampak pada penyakit ini bisa kita amati adanya kondisi hiperglikemia,
metabolisme glukosa yang terkurangi, pengaruh predominan vaskuler.
Pemeriksaan penunjang untuk penderita diabetes melitus yang
hiperglikemia adalah dengan menggunakan dua pendekatan yakni:
a. Glukosa urin
Pada pemeriksaan urin sebenarnya hanyalah
memperkirakan kadar glukosa yang cepat dengan ketelitian yang
rendah. Batas ambang ginjal terhadap glukosa yakni 180mg% dan
jika melebihi nilai ambang akan dieksresikan ke urin. Macam
pemeriksaan hanyalah dengan semikuantitatif dan
kualitatif.Pemeriksaan semikuantitatif dengan metode carikcelup.
Sedangkan metode kualitatif bisa dengan fehling, benedict dan
clinitest.
b. Glukosa darah
Diagnosa DM harus ditegakkan dengan dasar pemeriksaan
glukosa darah, tidak hanya cukup dengan pemeriksaan urin saja.
Sebagai patokan untuk diagnose DM maka pemeriksaan kadar gula
darah sewaktu ataupun kadar glukosa puasa ataupun tes toleransi
glukosa oral(TTGO) dapat dilakukan.
H. PENGUMPULAN DATA
1. Jenis dan Sumber data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
rekam medik yang ada di RSUD Dr. Meowardi Surakarta, meliputi
nama penderita, jenis kelamin, penderita dengan diagnosa Diabetes
mellitus( berdasarkan klinis atau kadar glukosa puasa atau kadar
glukosa darah 2 jam sesudah makan atau kadar glukosa sewaktu), dan
melakukan pemeriksaan laboratorium urin minimal 1x pemeriksaan.
2. Cara Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan dokumentasi yaitu pencatatan
yang diambil dari rekam medik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
meliputi nama penderita, jenis kelamin, penderita dengan diagnosa
Diabetes mellitus( berdasarkan klinis atau kadar glukosa puasa
ataukadar glukosa darah 2 jam sesudah makan atau kadar glukosa
sewaktu) dan melakukan pemeriksaan laboratorium urin minimal 1x
pemeriksaan.
I. JALANNYA PENELITIAN
Prosedur pada penelitian ini dilakukan dengan proses perijinan
terlebih dahulu dengan menyerahkan proposal penelitian ke bagian diklat.
Setelah proses perijinan diperoleh maka dapat segera mengambil data di
ruang rekam medik. Kemudian memeriksa satu-persatu rekam medik yang
memiliki data lengkap sepertinama penderita, jenis kelamin, penderita
dengan diagnosa Diabetes mellitus (berdasarkan klinis atau kadar glukosa
puasa atau kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan atau kadar glukosa
sewaktu) dan melakukan pemeriksaan laboratorium urin minimal 1x
pemeriksaan. Apabila semua data telah terkumpul, kemudian diteliti dan
dilakukan analisa data.
analisis data
J. ANALISA DATA
Rencana analisis data dengan SPSS for Window 16.0 dengan
pendekatan Chi square, yaitu membandingkan jumlah penderita DM
berdasarkan jenis kelamin, kemudian membandingkan jumlah penderita
nefropati dengan non-nefropati pada penderita DM berdasarkan jenis
kelamin (data disajikan dalam format tabulasi silang).
K. JADWAL PELAKSANAAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Usulan judul X X
2. Bimbingan proposal X X X X X
3. Proposal siap X X
4. Ujian Proposal X
5. Pengambilan data X X X X
6. Penyusunan skripsi X X X X
7. Ujian skripsi X X
BAB IV
Pasien laki-laki
43
Tabel 4. Distribusi Pasien Perempuandengan Pemeriksaan Proteinuria dan
Kreatinin Berdasarkan Tingkat Umur
Pada kelompok laki-laki dengan rentang umur 1-34 tahun tidak terdapat
pasien dalam populasi penelitian ini.Sehingga data yang ditampilkan mulai dari
rentang umur 35-44 tahun. Jumlah pasien penelitian terbanyak terdapat pada
rentang umur 55-56 tahun sebanyak 35 pasien (35,35%). Kelompok rentang umur
tersebut juga menunjukkan jumlah pasien nefropati diabetik terbanyak diantara
kelompok rentang umur yang lain, sama dengan rentang umur 45-54 tahun
sebanyak 17 pasien (17,17%).
Pada kelompok perempuan dengan rentang umur 1-24 tahun tidak terdapat
pasien yang masuk dalam kelompok penelitian.Kelompok penelitian dimulai
rentang umur 25-34 tahun sebanyak 1 pasien diabetes melitus non-nefropati
diabetik. Jumlah pasien penelitian terdapat pada rentang umur 55-56 tahun
sebanyak 37 pasien (37,37%). Kelompok rentang umur tersebut juga
menunjukkan jumlah pasien nefropati diabetik sebanyak 12 pasien (12,12%) ,
terbanyak diantara kelompok rentang umur yang lain sama dengan rentang umur
45-54 tahun.
Tabel 5. Proporsi Gula Darah Terkontrol dan Gula Darah Tak Terkontrol
Menurut Jenis Kelamin
B. HASIL DATA
44,44%
55,56%
48,48% 37,37%
51,52%
62,63%
=198(51.62-48.37)2
=38035708
94873680
=4,009
Rasio risiko(RR)=(a/(a+c)):(b/(b+d))
=(51/(51+48)) / (37/(37+62))
= 1,378
Jumlah rasio risiko ini menunjukkan bahwa jumlah pasien laki-laki lebih banyak
dari pasien perempuan, sebesar 1,378 kali lebih banyak.
C. PEMBAHASAN
Kadar kreatinin merupakan salah satu petanda fungsi ginjal dalam aktivitas
filtrasi.Tabel 6 menunjukkanhubungan jenis kelamin terhadap kreatinin
serum.Nilai median kreatinin serum pada penderita diabetes melitus laki-laki lebih
tinggi dibandingkan perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan Culleton
dkk.,1999 yang menyatakan bahwa kadar kreatinin tertinggi pada pasien laki-laki
pada rentang umur 80-89 tahun dan pasien perempuan pada rentang umur 50-59
tahun. Meskipun demikian kadar kreatinin laki-laki lebih tinggi dibandingkan
dengan perempuan. Menurut Pasos dkk.,2003 walaupun rata-rata kreatinin laki-
laki lebih tinggi dibanding perempuan tetapi pada umur 80 tahunan keatas kadar
kreatinin perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Perbandingan kadar
serum kreatinin berdasarkan umur dan jenis kelamin kurang menunjukkan hasil
yang cukup berbeda diantara berbagai penelitian.Faktor determinan lain yang
mempengaruhi kreatinin diantaranya genetik, ras, serta kondisi fisiologis-
psikologis diperkirakan merupakan faktor yang membedakan hasil diantara
berbagai penelitian.
Perbandingan jumlah pasien yang memiliki kadar gula tak terkontrol pada
pasien laki-laki sejumlah 45 pasien lebih banyak dibandingkan pasien perempuan
yang berjumlah 40 pasien, hal ini bisa kita amati dalam tabel 5. Walaupun
menunjukkan nilai yang lebih besar pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan tetapi tidak menunjukkan nilai signifikan untuk perbedaan diantara
kedua jenis kelamin. Hal ini dibuktikan dengan X2 tabel (3,841) untuk df=1 yang
lebih besar dari X2 hitung (0,515), menunjukkan bahwa Ho diterima. Dalam
penelitian ini didapatkan hasil tidak terlalu berpengaruh perbedaan nilai kadar
glukosa tak terkontrol pada pasien laki-laki dibandingkan perempuan pada pasien
diabetes melitus. Status kontrol yang rendah terhadap glukosa merupakan salah
satu faktor selain peningkatan tekanan darah dan perubahan fungsi autonom yang
diperkirakan berpengaruh kuat terhadap peningkatan sekresi albumin dalam urin
(Poulsen dkk., 2002). Goodkins (1975) mendapatkan dari 10.538 pasien diabetes
melitus tipe 1 dan tipe 2 dengan kontrol glukosa yang buruk akan meningkatkan
risiko komplikasi 2,5 kali dari kontrol glukosa yang baik. Studi yang dilakukan
oleh Pirart (1978) dengan 4.400 pasien DM mengindikasikan bahwa kontrol
glukosa yang buruk akan menimbulkan prevalensi dan insidensi yang lebih tinggi
untuk terjadinya neuropati, nefropati, serta retinopati. Peningkatan proteinuria
dijumpai pada pasien DM dengan durasi yang lebih lama, sebagaimana penelitian
Krolewski,dkk (1985) yang dilakukan dari 292 pasien DM tipe 1 dengan kriteria
menderita DM sekurang-kurangnya 15 tahun berpotensi menderita proteinuria 4,5
kali lebih besar dibanding pasien dengan kondisi hiperglikemik yang
terkontrol.Peningkatan glukosa darah puasa belum tentu diikuti dengan
peningkatan kadar albumin dalam urin. Hal ini menandakan kadar glukosa darah
puasa tidak terlalu mencerminkan berapa lama proses gangguan fungsional ginjal
pada pasien DM (Lubin, 2001).
Dari jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 835 pasien ditahun 2009,
jumlah pasien perempuan sebanyak 463 pasien, lebih banyak dari pada jenis
kelamin laki-laki 372 pasien. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan
menunjukkan jumlah yang berbeda untuk berbagai daerah. Hal ini berbeda dengan
angka prevalensi dari rumah sakit pendidikan Diacon, Bangalore dari fakultas
kedokteran Ramaiah, dari 13.668 pasien DM tipe 2 sebanyak 8.344 pasien laki-
laki dan 5.314 pasien perempuan (Kumar, 1996). Angka kejadian untuk nefropati
diabetik sebanyak 88 pasien (44,44%) dari 198 pasien yang terdapat dalam sampel
penelitian. Hal ini juga sebanding dengan keterangan dari WHO(2004) yang
menjelaskan bahwa 40% dari pasien diabetes melitus terdapat keterlibatan
penyakit ginjal diabetik. Sedangkan penelitian yang pernah dilakukan di Ujung
Pandang pada tempat yang berbeda di tahun 1989 menandakan angka prevalensi
yang tinggi yakni 35,60% pada klinik pribadi oleh nurdin A, dan 39,3% pada
pengunjung poliklinik diabetes melitus pemerintah oleh harsinen (Adam, 2005).
Peran hormonal dalam diversifikasi penyakit tidak asing lagi dalam dunia
kedokteran.Regulasi perbedaan hormonal dalam progresifitas nefropati diabetik
dimungkinkan membawa peranan besar.peran estradiol sebagai bagian dari
estrogen wanita, pada awal kejadian nefropati dimungkinkan mempunyai peran
dalam pengurangan produksi sitokin proinflamasi melalui Ana-1. Pengurangan
sitokin proinflamasi akan menghasilkan efek positif terhadap fungsi ginjal. Efek
penekanan terhadap sitokin ini tidak ditemukan pada penambahan testoteron
(Wang dkk., 2005). Peranan estrogen dalam peningkatan NO pernah dilakukan
Neugarten (2006), yang membuktikan efek positif estrogen terhadap produksi NO.
Dalam analisis johnstone&veves (2005) hiperglikemik akan diturunkan melalui
bioavaibilitas NO. Selain itu NO akan menjaga integritas vasa dari reaksi platelet
dan leukosit, sehingga perfusi darah ke jaringan dimungkinkan stabil. Pada
tingkatan molekuler estrogen juga berperan dalam perusakan penumpukan matriks
ekstraseluler dan glomerulosklerosis melalui aktivasi metalloproteinase-9 dan
metalloproteinase-2.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Terdapat perbedaan bermakna angka kejadian nefropati diabetik antara
laki-laki dan perempuan.Jumlah pasien laki-laki lebih banyak menderita
nefropatidiabetik sebanyak 1,378 kalidari pada perempuan.
B. SARAN
Dengan mencermati hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut :
56
DAFTAR PUSTAKA
Hall J, Pugh PJ, Jones RD, Corlett G, Channer KC & Jones TH. 2006.
Testosterone and pro-inflammatory cytokines in men with chronic heart
failure. Didownload dari http://www.endocrine-
abstracts.org/ea/0003/ea0003p250.htm pada tanggal 18 januari 2010.
Hoehner CM, Greenlund KJ, Najarian SR, Casper ML, Mcclellan WM.
2002.Assosiation of the Insulin resistance syndrome and
Microalbuminuria among Nondiabetic Native Americans . J
Am.Soc.Nephrol, America 13:1626-1634.
Huang C,Kim Y, Caramori ML, Fish AJ, Rich SS, Miller ME,Russell GB, Mauer
M.2004.Cellular basis of diabetic nephropathy:III. In Vitro GLUT1 mRNA
expression and risk of diabetic nephropathy in Type 1 diabetic
patient.Diabetologia 47:1789-1794.
Malkin, C. J., Pugh, P. J., Jones, R. D., Dheeraj Kapoor, Channer, K. S., Jones, T.
H.2006. The effect of testosterone replacement on endogenous
inflammatory cytokines and lipid profiles in hypogonadal men. Journal of
Clinical Endocrinology & Metabolism didownload dari
http://www.cababstractsplus.org/abstracts/Abstract.aspx?AcNo=20043181
994 pada tanggal 18 januari 2010.
Neudarten J,Ding Q,Friedman A,Lei J,Shilbiger S.1997. Sex Hormones and Renal
nitric oxide Synthases. J. Am. Soc. Nephrol,America 8:1240-1246.
Sullivan JP, Prieto LS,Boesen EI,Pollock DM, Pollock JS.2007. Sex And Sex
Hormone Influence The Development Of Albuminuria And Renal
Macrophage Infiltrationin Spontaneously Hypertensive Rats.Press Am J
Physiol regul Integr Comp Physiol. American Physiological Society.
America.
Wang, Y., Wang, L., Zhao, J., Qiao, Z. 2005. Estrogen, but not testosterone
down-regulates cytokine production in nicotine-mediated murine
macrophage. Exp Clin Pharmacol 2005, 27(5): 311
- Apabila terjadi kekeruhan teteskan 3-5 tetes asam asetat 6%. Jika
kekeruhan hilang urin tak mengandung protein, bila kekeruhan
menetap kemungkinan protein positif
- Panasi lagi sampai mendidih, berikan penilaian pada kekeruhan yang
menetap tadi.
Penilaian hasil :
Negatif (-) : Jernih
Positif (+) : kekeruhan minimal, protein 10-50 mg%
Positif (++) : kekeruhan nyata, protein 50-200 mg%
Positif (+++) : gumpalan nyata, protein >200-500 mg%
Positif (++++) : gumpalan besar, mengendap, protein >500 mg%
Positif palsu : kekeruhan yang timbul oleh obat yang dikeluarkan lewat
urin
Negatif palsu : Urin terlalu encer.
2. Metode Sulfosalisilat
Prinsip :
penambahan asam sulfosalisilat pada urin (tanpa pemanasan) akan
menimbulkan kekeruhan yang sifatnya menetap.
Bahan : Urin jernih dan sedikit asam
Alat : Tabung Reaksi
Reagen : asam sulfosalisilat 20%
Cara Kerja :
- Sediakan 2 tabung reaksi berisi 5 ml urin masing-masing untuk kontrol
dan test.
- Tambahkan pada tabung test 4-5 tetes reagen
PASIEN LAKI-LAKI
NO NAMA NO.REKAM UMUR PUASA PROTEINURIA KREATININ RETINOPATI DN(+)/(- GLUKOSA PROTEINURIA
MEDIK ) KONTROL PERSISTEN
SEWAKTU 2PP PUASA
1 GIYANTO 93.04.24 60 560 ++ 9,2 + + +
2 MARYONO 85.88.22 51 440 + 7,7 + + +
3 DARMANTO 94.34.37 61 210 190 + 1,1 + -
4 SUKIRNO 93.49.36 59 315 ++ 3,5 + +
5 SUWARDI 91.39.35 62 250 ++ 4,6 + +
6 WAHIDI 93.60.32 53 228 ++++ 10,9 + +
7 HERI HARYANIO 92.53.30 42 512 ++ 7,3 + +
8 ANTO 96.84.34 55 325 + 5,4 + + +
9 SUHARDI 96.08.35 39 430 + 1,6 - +
10 JOKO WIRATNO 96.60.37 52 220 200 - 0,7 - -
11 HANI YAZID 97.04.39 48 220 ++ 13,6 + -
12 BAMBANG SUWONDO 96.90.38 66 180 + 3,8 + -
13 SRI YONO 97.51.27 44 515 ++ 5,6 + +
14 PAWIRO SUGIANIN 93.88.27 51 325 280 +++ 6,2 + -
15 RIADI SUDARSONO 66.09.28 54 154 + 3,3 + -
16 SUBARDI 94.43.28 55 224 ++ 1,9 - -
17 SUWITO 67.64.29 62 248 +++ 4,3 + + +
18 WIDODO 95.59.16 45 150 ++ 2,1 + - -
19 NYANTO 97.33.22 56 158 +++ 6,6 + -
20 DIRJO 96.31.23 81 159 + 2,9 + -
21 MAHMUD 79.67.26 70 113 + 2,3 - -
22 KAELAN 96.01.26 70 833 - 1 - +
23 MUDJIONO 92.95.06 50 164 +++ 3,1 + -
24 SUWARDI 93.12.00 58 239 184 ++ 0,7 - +
25 SINGGIH SLAMET 93.37.00 68 197 + 7,2 + -
26 SARJONO 93.25.06 57 157 ++ 11,5 + -
27 SUPRAPTO 93.29.47 49 165 ++ 21,3 + -
28 SUHARDI 69.74.46 55 196 142 - 0,8 - -
29 KUSMAN BIN KUSMO 92.54.43 60 440 + 1,5 - +
30 SUMARDJO 42.68.33 68 303 ++ 4,3 + + +
31 WINYAMAN 98.11.65 40 95 95 + 3,5 + -
32 AGUS MULYANTO 98.14.65 56 545 586 +++ 14,1 + +
33 TUKIJO 95.06.65 48 463 412 ++ 3,2 + +
34 WARNO 93.84.69 53 567 + 4,3 + +
35 WIROREJO 94.88.69 75 196 + 0,9 - -
36 HARI SUBAGYO 92.05.69 56 186 +++ 3,8 + + -
37 SAIDI 94.97.57 65 157 204 + 0,9 - -
38 PANUT 92.29.56 41 212 234 - 0,6 - +
39 DULLAH 94.16.56 58 509 - 1,4 - +
40 PARMIN 71.29.53 66 265 313 + 0,9 - +
41 SUPARDI 93.17.59 39 142 + 6,6 + -
42 BUDI HARJO 94.12.75 53 452 - 1 - +
43 MITRO PARNIYOTO 93.74.74 70 315 + 1,2 - +
44 SOELARTO 18.00.73 75 237 + 1,6 - -
45 SUDARNO 94.12.99 79 113 ++ 1,3 - -
46 SUKAIMI PRAPTO 97.79.88 81 293 - 0,8 - +
47 DWI SULISTYONO 90.10.68 43 160 + 7,6 + -
48 SLAMET 95.18.76 45 312 - 0,9 - +
49 TOTOK SUTRISNA 93.96.85 63 286 ++ 1,6 - +
50 SUMARSO 94.85.90 42 227 293 ++ 3 + +
51 JUMIDI 98.23.71 80 287 - 0,9 - +
52 SUTRISNA 92.29.71 59 230 + 2,1 - -
53 SAROYO 92.48.68 55 260 - 0,8 - -
54 SAHADI UMAR 90.22.64 60 165 ++ 7,5 + -
55 DIDIK PARJOKO 90.17.68 44 + 7,4 + -
56 SUGIYONO 96.29.45 59 137 - 0,9 - -
57 NURHADI A.MA. 94.74.97 51 155 + 0,8 - -
58 TUKIYO 95.06.65 48 463 412 + 3,2 + +
59 DIMAN 95.20.67 59 195 + 1,8 - -
60 SAJI HADI SUTRISNO 96.63.89 55 103 - 0,6 - -
61 JOYO MARSONO 73.15.19 63 322 - 1 - +
62 SRI WIDODO 97.22.99 56 283 322 284 + 1,6 - +
63 SRIJONO 92.92.85 67 504 ++ 12,4 + +
64 SARIJAN 97.36.82 65 218 175 - 0,9 - -
65 WIJOYO DIHARJO 93.74.81 88 210 + 6,3 + -
66 SUGIMIN 97.31.64 65 183 + 0,9 - -
67 SARDI 93.81.71 72 269 - 0,9 - +
68 SUMEDI 94.10.00 73 321 + 2 - +
69 SAMSUM 98.18.07 66 234 + 1,6 - -
70 HENRY HARTANTO 71.97.85 53 300 250 - 0,9 - +
71 SRI 96.55.50 43 210 + 1,7 + -
72 PURPARDI 94.87.56 53 321 - 1,1 - +
73 WIJIARTO 97.93.40 63 151 ++ 4,1 + -
74 SUDIBYO 72.93.17 75 412 - 1,3 - +
75 ANWAR HUDA 60.55.16 59 254 - 1,1 - -
76 RUKIDI 96.15.14 63 42 + 3,2 + - +
77 SUNGADI 96.76.01 49 1071 ++ 3 + +
78 SUNARNO 96.08.07 54 128 - 0,9 - -
79 ALIP 90.45.56 58 509 + 1,4 - +
80 ISWADI 98.09.06 60 170 156 ++ 4,8 + -
81 SAHAM 88.05.78 54 320 + 1,8 - +
82 GUNARDI 97.57.65 46 525 ++ 8,7 + +
83 DJOKO W. 96.07.54 52 180 160 ++ 3,7 + -
84 ISKANDAR 89.63.24 50 259 220 +++ 3,8 + -
85 JOKO SRI GUNTORO 91.36.57 69 340 ++ 14,1 + +
86 PAIDJAN 94.75.68 62 254 230 + 6,4 + -
87 HADI SUTRISNO 95.89.49 60 225 - 1 - -
88 SURADI 86.58.72 74 260 240 - 1 - +
89 DARYANTO 93.85.23 55 200 160 + 3,6 + -
90 DODO WIRYANTO 97.58.06 55 320 + 3,5 + +
91 SLAMET WITO 94.80.63 74 178 150 - 1,3 - -
RAHARJO
92 SURYA HERMAN 97.71.39 41 225 180 +++ 16,2 + -
93 AGUSTINUS 95.38.21 42 310 ++ 4,1 + +
94 SLAMET WIRO 97.34.59 55 220 + 1,3 - -
95 TRI PRASETYA 98.57.83 50 175 235 ++ 17,2 + -
96 SUHARSONO 86.47.84 47 225 200 + 3,9 + -
97 SUNARNO 96.08.07 54 182 - 0,9 - -
98 SRIYONO 92.92.85 67 290 +++ 20 + +
SASTRODIYONO
99 PUTUT 85.64.85 60 142 + 1,4 - -
Proporsi Kadar Glukosa Tak Terkontrol Dan Kadar Kadar Glukosa
Terkontrol Menurut Jenis Kelamin.
Crosstabs
Cases
JENIS_KELAMIN *
198 99.5% 1 .5% 199 100.0%
GLUKOSA_TERKONTROL
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 42,50.
Group Statistics
Frequencies
jenis_kelamin N
rerata_kreatinin laki-laki 99
perempuan 99
Total 198
a
Test Statistics
rerata_kreatinin
Positive .000
Negative -.212
Kolmogorov-Smirnov Z 1.492
Unstandardized -
17.196 .0000 3.621957
Residual 198 3.5030 2.079 .173 5.073 .344
97 000 53
3
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Descriptives
Median .5878
Variance .837
Minimum -.69
Maximum 3.06
Range 3.75
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Total 198
a
Test Statistics
rerata_kreatinin
Mann-Whitney U 3874.000
Wilcoxon W 8824.000
Z -2.549
Crosstabs
Cases
Chi-Square Tests
Linear-by-Linear
3.989 1 .046
Association
b
N of Valid Cases 198
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 44,00.
Symmetric Measures