Refrat Abses Bezold
Refrat Abses Bezold
PENDAHULUAN
Otitis media merupakan penyakit yang paling sering ditemukan oleh dokter
THT. Meskipun umumnya kondisi ini diderita oleh anak-anak namun 1,5% orang
intrakranial termasuk meningitis, encephalitis, abses otak, abses epidural, dan trombosis
sinus lateral. Sebelum penggunaan antibiotik meluas, 2,3% pasien dengan otitis media
media ini dua kali lebih sering daripada komplikasi intrakranial, dengan 0,45% pasien
Abses bezold termasuk abses leher dalam yang merupakan komplikasi otitis
media supuratif yang jarang terjadi. Abses ini pertama kali ditemukan pada tahun 1881
oleh dr Friedrich Bezold, seorang dokter THT dari Jerman. Bezold mengemukakan
zigomatik, dan leher. Namun ditekankan, bahwa dikatakan abses Bezold hanya ketika
Semua berasal dari literatur THT dan radiologi. Abses Bezold dilaporkan terlihat
pada orang dewasa (13 dari 15 pasien, 87%) dimana kebanyakan pria (12 dari 15 pasien,
mungkin datang dengan gejala akut atau kronis, dengan onset gejala untuk diagnosis
1
berkisar 3 hari sampai 3 tahun. Pasien biasanya datang dengan keluhan nyeri leher,
Namun, saat ini abses bezold menjadi semakin langka dengan meluasnya
2
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. Definisi
Abses Bezold adalah abses leher dalam yang berkembang mirip dengan abses
mastoid terkena pada ujungnya, sebagai lawan dari korteks lateral, abses akan
Pada tahun 1881 Frederich Bezold (1824-1908) melaporkan adanya pus yang
keluar dari sisi medial prosesus mastoid yang terinfeksi dan membentuk abses jaringan
leher dalam, abses ini kemudian dikenal dengan mastoiditis Bezold. Destruksi terjadi
pada bagian tulang yang tipis pada insisura mastoid (insisura digastrika), selanjutnya
pus mengalir di sepanjang m. digastrikus ke arah dagu, mengisi ruang retromaksilla dan
berjalan di sepanjang perjalanan arteri oksipital. Bila tidak diobati, maka akan terjadi
Bezold mendapatkan bahwa bila pus pada otot-otot tersebut mencapai otot-otot
pendek pada leher dalam, maka pus dapat meluas ke prosesus vetebra orakal dua. Pus
juga dapat meluas ke bawah di sepanjang sarung pembuluh darah besar sampai ke ruang
previsera, laring, atau mediastinum. Abses juga dapat mengenai ruang parafaring dan
retrofaring akibat perluasan langsung. Cheesman (1979) yang dikutip oleh Gaffney,
melaporkan adanya abses Bezold yang agak berbeda dengann yang ditulis oleh Bezold.
3
Bezold membedakan abses ini dari abses subperiosteum dan zigomatikus yang
terjadi akibat destruksi korteks mastoid, yang lebih sering terjadi pada anak-anak.5,6
II. 2. Anatomi
Kavum timpani merupakan suatu rongga yang bagian lateralnya dibatasi oleh
inferior oleh bulbus jugularis dan n. fasialis. Sebelah anterior dibatasi oleh tuba
Eustachius, semikanal m. tensor timpani, arteri karotis dan di posterior dibatasi oleh
eminensia piramidalis, aditus ad antrum, tempat keluarnya korda timpani, fosa inkudis,
melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan inferior membran
timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan
bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran timpani,
mesotimpaninum yang merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas bawah
membran timpani dan hipotimpanum, yaitu bagian kavum timpani yang terletak lebih
rendah dari batas bawah membran timpani. Di dalam kavum timpani terdapat tiga buah
tulang pendengaran (osikel) dari luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes.7
Pars mastoid tulang temporal ialah tulang keras yang terletak di belakang telinga.
Di dalam kavum timpani, terdapat rongga seperti sarang lebah yang berisi udara.
Rongga-rongga udara ini (air cells) terhubung dengan rongga besar yang disebut antrum
mastoid. Kegunaan air cells ini adalah sebagai udara cadangan yang membantu gerak
4
Gambar 1. Pneumatisasi pada tulang temporal.21
Prosesus mastoid sering disebut juga ujung mastoid (mastoid tip) merupakan suatu
tonjolan di bagian bawah tulang temporal yang dibentuk oleh prosesus zigomatikus di
bagian anterior dan lateralnya, serta pars petrosa tulang temporal di bagian ujung dan
posteriornya. Pneumatisasi mastoid mulai setelah bayi lahir dan hampir lengkap pada
usia 3 dan 4 tahun, kemudian berlangsung terus sampai usia dewasa. Proses
pneumatisasi ini bervariasi pada individu, sehingga terdapat tiga tipe pneumatisasi, yaitu
pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir seluruh prosesus mastoid
terisi oleh pneumatisasi. Sklerotik tidak terdapat pneumatisasi sama sekali dan tipe
sekitarnya, dapat sampai ke arkus zigomatikus dan ke pars skuamosa tulang temporal.7
Formasi abses leher mengikuti anatomi regional. Tip mastoid, pneumatisasi pada
dewasa, terdiri dari sel-sel udara berdinding tipis. Bagian lateral dari prosesus
mastoideus terdiri dari tulang yang lebih tebal dibandingkan dengan dinding bagian
5
medial. Selain itu, bagian lateral berfungsi sebagai tempat insersi dari m. digastrikus, m.
yang tebal dari prosesus mastoid dan pertemuan dari otot leher berfungsi sebagai barier
kuat penahan erosi pus di bagian lateral. Pus di mastoid mengikis melalui area yang
tidak kuat yaitu tip mastoid di bagian inferior dan medial. Dengan demikian, abses
terkumpul jauh di dalam otot-otot leher sehingga sulit untuk di deteksi dini. 8
Gambar 2. M. sternokleidomastoideus.21
II. 3. Epidemiologi
Menurut Mygind (1903), yang dikutip oleh Gaffney, pada era praantibiotik,
lebih dari 50% kasus otitis media akut menimbulkan komplikasi mastoiditis. Bezold
mendapatkan 20% kasus mastoiditis berlanjut menjadi abses Bezold. Namun sejak
mastoiditis.2,5,6
6
Abses Bezold lebih sering ditemukan pada orang dewasa dengan pneumatisasi
Smousha dkk (1989) selama dua tahun mendapatkan satu kasus abses yang
terbatas dalam sarung m. sternokleidomastoideus dan empat kasus abses leher dalam
akibat infeksi telinga (otogenik) seperti yang diterangkan oleh Bezold. Dari kelima
kasus tersebut 2 kasus akibat komplikasi OMA, 3 kasus akibat komplikasi OMSK yang
dengan kolesteatom.11
Marioni (2001) melaporkan 1 kasus abses Bezold pada anak berusia 18 bulan.
Insidensi abses Bezold di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sangat jarang. Dari tahun
2006-2008 hanya ada dua kasus abses leher dalam sebagai komplikasi otitis media
II. 4. Patogenesis
Sel udara mastoid dilapisi oleh modifikasi mukosa saluran napas. Infeksi
mastoid terjadi setelah infeksi telinga tengah melalui beberapa stadium, yaitu: 5,6,9
(a) Terjadi hiperemia dan edema mukosa yang melapisi sel udara mastoid,
7
(c) Demineralisasi dinding seluler dan nekrosis tulang akibat iskemia dan tekanan
(d) Terbentuknya rongga abses akibat destruksi dinding sel udara yang berdekatan,
Pada stadium ini terjadi empiema dalam mastoid. Bila pada stadium ini tidak
terjadi penyembuhan, maka pus dapat meluas ke salah satu atau lebih jalan berikut: 5,6
(1) Anterior menuju telinga tengah menuju aditus ad antrum, biasanya terjadi
penyembuhan spontan
(3) Destruksi pada sisi medial tip mastoid ke insisura digastrika menimbulkan abses
Bezold
(6) Dan yang sangat jarang terjadi ialah destruksi pada permukaan luar korteks
Pada mastoiditis akut sumbatan pada aditus ad antrum dapat terjadi karena
serpihan tulang sehingga menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke telinga tengah.
Akibatnya terjadi pengumpulan pus di dalam rongga mastoid dan sel-sel mastoid.14
adanya kolesteatom di antrum dan sel mastoid. Hal ini menghambat aliran pus ke
8
II. 5. Etiologi
mendapatkan Klebsiella sebagai organisme penyebab abses Bezold, pada pasien dengan
Jika merupakan komplikasi mastoiditis akut maka kuman yang ditemukan sama
dengan kuman penyebab Otitis Media Akut yaitu Streptococcus pneumoniae dan
dan kronis, kuman penyebab Staphylococcus aureus dan gram negatif seperti E. Coli,
II. 6. Diagnosis
II. 6. 1. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan adanya riwayat otore dan panas tinggi,
walaupun tidak jarang ditemukan kasus dengan suhu normal. Kadang-kadang terdapat
trismus dan sukar menelan akibat tekanan abses pada dinding faring dan tonsil.6
Abses Bezold biasanya ditandai dengan pembengkakan dari tip mastoid sampai
meluas dari insisura digastrika sampai sepanjang bulbus vena jugularis. Destruksi
9
daerah ini memberikan gambaran klinik yang berbeda, karena pus tidak dapat mencapai
permukaan otot, sehingga tidak ditemukan fluktuasi. Nyeri tekan didaerah leher lebih
10
Gambar 2. Pasien dengan Gambar 3. Cervicotomy dengan
retroaurikular.16
timpani dan sekret yang banyak. Kadang-kadang infeksi liang telinga mengalami
Nyeri tekan lebih nyata bila dilakukan pada bagian puncak mastoid.15
Pada pemeriksaan foto jaringan lunak leher berguna untuk melihat adanya proses
lunak.15
untuk rencana terapi. Pada kasus tertentu, CT scan membantu deteksi awal abses
yang secara klinis belum terlihat. CT scan dapat menentukan komplikasi dini,
cermat daerah leher yang terkena. CT scan juga membantu ahli bedah dalam
11
merencanakan pendekatan operasi. Oleh karena jalannya pus di leher bervariasi,
maka setiap CT scan sebaiknya dilakukan pada setiap kasus abses leher.5,6,16
tengah dan kavitas mastoid. Kadang disertai dengan erosi tulang terutama tip mastoid
(Gambar 4A). Abses ini melibatkan otot-otot yang berdekatan sekitar mastoid dan
meluas ke inferior (Gambar 4B). Pada kasus kronik terdapat reaksi inflamasi
Kultur bakteri dari secret telinga dan abses di leher harus dilakukan untuk
Gambar 4. (A). Potongan axial kontras CT scan memperlihatkan opasifikasi sel udara
mastoid disertai erosi tulang dan proses inflamasi yang agresif. (B). Algoritma
II. 7 . Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan pada abses bezold meliputi terapi medikamentosa dan
operatif. Bila diagnosis abses Bezold ditegakkan maka antibiotik spektrum luas harus
12
diberikan. Antibiotik parenteral merupakan terapi andalan. Untuk mendapatkan jenis
menunggu hasil kultur pus. Antibiotik kombinasi (mencakup terhadap kuman aerob
dan anaerob, gram positip dan gram negatif) adalah pilihan terbaik mengingat
digunakan dan mencakup antibiotik spektrum luas, tapi memiliki beberapa efek
baik. Setelah hasil uji sensistivitas kultur pus telah didapat pemberian antibiotik
dapat disesuaikan.5,6,14
yaitu lebih dari 70%. Metronidazole dan klindamisin angka sensitifitasnya masih
tinggi terutama untuk kuman anaerob gram negatif. Antibiotik biasanya dilakukan
dengan drainase pus dari sel mastoid di regio leher dilakukan secara bersamaan.
Pendapat lain operasi dini untuk drainase pus dari leher, kemudian direncanakan
operasi untuk penyakit telinga yang mendasarinya pada saat yang lebih tepat dimana
kuret sampai destruksi di bagian dalam ditemukan. Insisi pada abses Bezold
13
dilakukan di bawah ujung tulang mastoid, sejajar dengan tepi anterior m.
II. 8. Komplikasi
oleh fasia faringobasilar dan bagian dalam fasia servikal. Dapat meluas ke karotid,
ruang danger, abses dapat meluas ke mediastinum atau ke dalam dasar tengkorak.1
Infeksi dapat menyebar ke bawah melalui vena besar untuk sampai ke ruang
periviseral, laring atau mediastinum, menuruni otot –otot kolumna vertebra ke ruang
bagian kontalateral leher. Bezold juga mengatakan bahwa kematian umumnya terjadi
karena adanya perluasan abses di dasar tengkorak atau pada vertebra yang
II. 9. Prognosis
Pada umumnya, prognosis abses bezold baik apabila didiagnosis secara dini
dan ditangani dengan penanganan yang tepat. Kebanyakan pasien umumnya sembuh
total dengan terapi antibiotik yang adekuat dan intervensi pembedahan dini (10 dari
14 pasien, 71%). 16
14
BAB III
KESIMPULAN
otitis media supuratif. Pada era sebelum antibiotika digunakan, abses Bezold
merupakan penyebab terbanyak terjadinya abses leher dalam otogenik., dan setelah
era antibiotika maka kejadian abses Bezold ini menjadi sangat jarang ditemukan.
Kejadian kasus ini lebih sering terjadi pada pasien dewasa dibandingkan dengan
anak-anak. Hal ini disebabkan karena pneumatisasi mastoid pada anak-anak yang
belum sempurna. Adanya infeksi di telinga tengah akan diikuti juga peradangan dan
15
Diagnosis abses Bezold dapat ditegakkan berdasarkan temuan dari
berlangsung lama dan sulit untuk dideteksi secara dini karena lokasi yang tertutup
oleh jaringan otot yang padat sehingga tidak dapat diraba dari luar.
Dengan pemberian antibiotik spektrum luas, drainase pus dari kavum mastoid dan
leher dan perencanaan operasi untuk penyakit telinga yang mendasarinya membuat
DAFTAR PUSTAKA
1. Chen Yao L, Ng Shu, Wong Mun, et al. Otogenic deep neck abscess: a
3. Nhat M. Doan, MD, Charles Levy, MD, Ziad Deeb, MD, Daniel R.
16
4. Acuin, Jose. Chronic Sppurative Otitis Media. BMJ Clinical Evidence.
5. Gaffney RJ, Dwyer TPO, Maguire AJ. Bezold’s abscess. The Journal of
10. Pearson CR, Riden DK. Two cases of lateral sinus thrombosis presenting
Bezold’s abscess in children: case report and review of the literature. Int J
darihttp://www.scribd.com/doc/48074146/POLA-KUMAN-ABSES-
17
14. Harris JP. Darrow DH. Complications of Chronic Otitis Media. In
Schuknecht HF, Nadol HF. Surgery of the ear and temporal bone. New
15. Shaumbaugh, Glassock. The simple mastoid operation surgery of the ear.
16. Bezold Abscess: case report and literature review. Diunduh dari
2012]
2012]
19. Bellenger WL, Bellenger HC, Bellenger JJ. Surgery of the middle ear and
mastoid. Disease of the Nose Throat and Ear. 9th ed. Philadelphia: Lea
20. Castillo M, Albernaz VS, Mukherji SK, Smith MM, Weissman JL.
18
19