Skenario 1 Tentang Triage PDF
Skenario 1 Tentang Triage PDF
BLOK 20
Disusun oleh :
Dewi Paramita G1A108068
Reissa Maulidia G1A109105
Debbi Triyuni Desi G1A107052
Sulin Ziyanti G1A109007
Yoshanda Krisna P G1A109048
Arindia Wulandari G1A109019
Wely Wahyura G1A109032
M. Septian Saad G1A109053
Anita Rahayu W G1A109009
Citra Utami Violety G1A109010
Fasilitator :
Dr. Valentin
SKENARIO 1
Anda tiba di ruang IGD suatu rumah sakit yang sudah berisi empat pasien. Pasien
pertama, Tuan W, 22 tahun, sadar, terlihat lemas, GCS 13, dengan tekanan darah
85/60 mmHg, frekuensi nadi 114x/menit dan frekuensi nafas 17x/m, tampak
berlumuran darah setelah kecelakaan lalu lintas. Pasien kedua, ibu X 31 tahun,
hamil aterm, sedang berteriak kesakitan bahwa dia merasa dia akan segera
melahirkan, saat ini tidak ada tanda-tanda perdarahan, dengan TD 110/70 mmHg,
N94 x/m, RR 32x/m. Pasien ketiga ibu Y, 42 tahun, datang dengan keluhan sesak
dan nyeri dada setelah tabrakan, dengan TD 110N/70 mmHg, N 100x/m, RR 32
x/m. Pasien keempat, anak Z laki-laki 5 tahun, datang dengan luka bakar di daerah
wajah dan dada (lebih kurang 15 % permukaan tubuh), GCS 13, dengan TD
90/60, N 120x/m, dan RR 24 x/m. Sebagai dokter jaga, anda melakukan
menentukan skala prioritas penanganan terhadap pasien tersebut dengan
menggunakan prinsip triage untuk menentukan yang mana yang akan
mendapatkan penanganan pertama terlebih dahulu.
Klarifikasi Istilah
1. GCS : metode yang digunakan untuk menilai kondisi neurologis.
2. Hamil Aterm : hamil cukup bulan 37 – 42 minggu
3. Triage : suatu proses di mana pasien digolongkan berdasarkan tipe dan
kondisi pasien untuk menentukan prioritas terapi.
Konsep Masalah
1. Triage
2. Penilaian awal dan pengelolaan
3. Luka bakar
4. Trauma torak
5. Syok
3
Identifikasi masalah
Triage
1. Pada skenario ini pasien mana yang mendapatkan pertolongan lebih
dahulu?
Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3 Pasien 4
Tuan W, 22 th, ibu X 31 tahun, ibu Y, 42 tahun Z (L) 5 th
terlihat lemas, hamil aterm,
GCS 13 GCS 13,
TD 85/60 mmHg TD 110/70 mmHg TD 110N/70 TD 90/60mmHg
N 114x/m N 94 x/m, mmHg, N N 120x/m,
RR 17x/m RR 32x/m 100x/m, RR 32 RR 24 x/m
berlumuran sedang berteriak x/m luka bakar di
darah setelah kesakitan sesak dan daerah wajah
kecelakaan lalu tidak ada tanda- nyeri dada dan dada (lebih
lintas tanda perdarahan setelah kurang 15 %
tabrakan permukaan
tubuh)
Dari keempat pasien di atas, pasien yang terlebih dahulu ditangani adalah
pasien no 4, no 3, no 1, dan kemudian pasien no 2. Luka bakar pada pasien
no 4 yang mengenai bagian wajah dan dada berisiko tinggi untuk
terjadinya gangguan pada jalan nafas (edema jalan nafas) terutama apabila
pasien diduga mengalami cidera inhalasi panas yang dapat menciderai
jalan nafas.
Urutan di atas di dasarkan prioritas dalam triage (pertanyaan no 3).
4
Pada saat pasien masuk ke IGD maka akan dilakukan penilaian oleh
petugas tirage untuk menentukan prioritas tindakan yang diberikan.
Pada pasien tidak sadar yang, maka dapat dipasangkan pipa orofaringeal
untuk mempertahankan jalan nafas. Tindakan definitif (intubasi) harus
dipertimbangkan apabila terdapat keraguan kemungkinan pasien
mengalami gangguan integritas jalan nafas.
B, Breathing
Untuk memastikan apakah pasien bernafas dengan adekuat maka dapat
dilakukan look, listen and feel. Untuk look nilai apakah ada obstruksi atau
7
C, Circulation
Pada C (circulation) pastikan adanya pulsasi dengan meraba nadi karotis,
apa bila tidak terdapat pulsasi maka lanjutkan dengan tindakan
compression . apabila terdapat perdarahan atau syok maka berikan
resusitasi cairan segera.
Syok
6. Bagaimana penanganan syok hipovolemik ?
Jawab :
Untuk penanganan pasien dengan syok hipovolemik, berikan resusitasi
cairan yang adekuat untuk menggantikan cairan yang hilang dari
intravaskular. Apabila terjadi perdarahan yang banyak atau massive maka
dapat dipertimbangkan untuk melakukan transfusi darah. Apabila terjadi
penurunan kesadaran atau tekanan PO2 menurun dapat dilakukan
Oksigenasi.
Takikardi/bradikardia
Trauma torak
10. Mengapa Ny Y mengalami nyeri dada dan sesak nafas setelah tabrakan ?
Jawab :
Kemungkinan ny Y mengalami trauma torak akibat tabrakan yang
diaalaminya. Terdapat beberapa kemungkinan yang dapat terjadi pada ny
Y, seperti pneumotorak, hematotorak, flail chest, dll, sehingga
menimbulkan nyeri dada dan sesak nafas.
9
Luka Bakar
12. Derajat luka bakar ?
Jawab:
Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit
hiperemik berupa eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-
ujung saraf sensorik teriritasi.
Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-
ujung saraf sensorik teriritasi.
GCS
15. Bagaimana penilaian GCS dan interpretasinya ?
Jenis pemeriksaan Nilai
Respons buka mata (Eye Opening, E)
Respons spontan 4
Respons terhadap suara 3
Respons terhadap nyeri 2
Fleksi abnormal 3
SINTESIS
A. PENILAIAN AWAL
I. Persiapan
a. Fase Pra-Rumah Sakit (pre-hospital)
1. Koordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dan petugas lapangan.
2. Sebaiknya terdapat pemberitahuan terhadap rumah sakit sebelum penderita
mulai diangkut dari tempat kejadian.
3. Pada fase pra-rumah sakit titik berat diberikan pada penjagaan airway,
kontrol perdarahan dan syok, imobilisasi penderita dan segera ke rumah
sakit terdekat.
4. Pengumpulan keterangan yang akan dibutuhkan di rumah sakit seperti
14
II. Triase
Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia.
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
a. Multiple Casualties
Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan
dilayani lebih dahulu.
b. Mass Casualties
Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan
waktu, perlengkapan dan tenaga yang paling sedikit akan dilayani lebih dahulu.
• Takipnea
• Hipoksia
• Hiperkarbia
• Sianosis
Bahaya aspirasi Cedera kepala tertutup berat yang
• Perdarahan membutuhkan hiperventilasi singkat,
• Muntah – muntah bila terjadi penurunan keadaan neurologis
Bahaya sumbatan
• Hematoma leher
• Cedera laring, trakea
• Stridor
3. Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada setiap penderita
multi trauma, terlebih bila ada gangguan kesadaran atau perlukaan diatas
klavikula.
5. Evaluasi
17
liter/menit)
b. Ventilasi dengan Bag Valve Mask
c. Menghilangkan tension pneumothorax
d. Menutup open pneumothorax
e. Memasang pulse oxymeter
3. Evaluasi
d. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
19
2. Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, reflek cahaya dan awasi tanda-tanda
lateralisasi
3. Evaluasi dan Re-evaluasi aiway, oksigenasi, ventilasi dan circulation
e. Exposure/Environment
1. Buka pakaian penderita
2. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan yang
cukup hangat.
IV. Resusitasi
a. Re-evaluasi ABCDE
b. Dosis awal pemberian cairan kristaloid adalah 1000-2000 ml pada dewasa dan
20 mL/kg pada anak dengan tetesan cepat
20
B. LUKA BAKAR
1. Definisi
Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan
jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi,
sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa
jenis penyebab, antara lain :
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
e. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
f. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
g. Luka bakar karena ledakan bom.
3. Patofisiologi
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas
meninggi sel darah yang ada didalamnya ikut rusak anemia.
Peningkatan permeabilitas edema dan bula yang mengandung elektrolit
berkurangnya volume cairan intravaskuler.
Kerusakan kulit akibat luka bakar kehilangan cairan akibat penguapan
yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yg terbentuk pada luka bakar
derajat 2, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Jika luas luka bakar > 20 % syok hipovolemik dg gejala khas: gelisah,
pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, TD menurun, produksi
urin berkurang.
Jk luas < 20 % tubuh masih dpt mengkompensasi.
Kebaran pada ruangan tertutup atau jika luka terjadi di wajah dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas o.k gas, asap, atau uap panas yang terisap.
21
4. Penegakan Diagnosa
o Anamnesis
Riwayat trauma luka bakar, umur, riwayat penyakit yang diderita, dll.
o Pemeriksaan fisik
Luas, kedalaman, lokasi, dan periksa juga apakah terdapat cidera
tambahan, timbang berat badan.
o Pemeriksaan penunjang
Darah dan radiologi.
5. Tatalaksana
A. Primary survey
Airway
Periksa jalan nafas, bila ditemukan obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas
dengan pembersihan jalan nafas. Bila perlu lakukan intubasi ataupun
krikotiroidektomi/trakeostomi.
Breathing
Berikan oksigen
Circulation
Pasang IV line untuk resusitasi cairan.
Rumus pemberian cairan
23
Hari kedua
Dewasa : ½ hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Pasang kateter urin pemantauan diuresis
Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung
Monitoring EKG
4. Disability
Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil
5. Exposure/environment
Cegah penderita dari hipotermi.
24
B. Secoundary Survey
1. Pemeriksaan Fisik
Hal-hal yang harus dilakukan dalam pemeriksaan fisik yaitu:
a. Tentukan luas dan dalamnya luka bakar.
b. Periksa apakah ada cidera ikutan.
c. Timbang berat badan penderita.
2. Catatan Penderita
Catatan penanganan harus dibuat dalam catatan penderita begitu penderita
masuk ke dalam Unit Gawat Darurat. Catatan penderita ini harus disertakan bila
penderita dirujuk ke pusat luka bakar.
7. Perawatan Luka
Karena luka bakar derajat II terasa nyeri karena hanya aliran udara
ruangan ke atas luka, maka menutup luka dengan kain bersih dapat mengurangi
nyeri. Jangan memecahkan bulla atau memberikan antiseptik. Obat-obat yang
sebelumnya telah diberikan pada luka harus dibersihkan dahulu sebelum
memberikan antibakteri topikal. Kompres dingin pada luka bakar dapat
mengakibatkan hipotermia apalagi pada penderita dengan luka bakar luas.
8. Antibiotik
Pemberian antibiotik profilaksis tidak dianjurkan pada luka bakar yang
baru terjadi. Antibiotika ditujukan untuk terapi bila terjadi infeksi.
9. Tetanus
Status imunisasi tetanus perlu dipertanyakan pada penderita untuk
menentukan perlu tidaknya pemberian anti tetanus.
6. Komplikasi
a. Syok karena kehilangan cairan.
b. Sepsis / toksis.
c. Gagal Ginjal mendadak
d. Peneumonia
9. Prognosis
Prognosis luka bakar tergantung:
a. Derajat luka bakar
b. Luas permukaan
c. Daerah
d. Usia
e. Keadaan kesehatan
27
C. TRAUMA TORAK
a. Definisi
Tension Pneumotoraks merupakan medical emergency dimana akumulasi
udara dalam rongga pleuraakan bertambah setiap kali bernapas.
Peningkatan tekanan intratoraks mengakibatkan bergesernya
organmediastinum secara masif ke arah berlawanan dari sisi paru yang mengalami
tekanan.(Tension pneumothoraks adalah pengumpulan/ penimbunan udara di ikuti
peningkatan tekanan di dalamrongga pleura. Kondisi ini terjadi bila salah satu
rongga paru terluka, Sehingga udara masuk ke rongga pleura dan udara tidak bisa
keluar secara alami. Kondisi ini bisa dengan cepat menyebabkan
terjadinyainsufisiensi pernapasan, kolaps kardiovaskuler, dan, akhirnya, kematian
jika tidak dikenali dan ditangani.Hasil yang baik memerlukan diagnosa mendesak
dan penanganan dengan segera. Tension pneumothoraksadalah diagnosa klinis
yang sekarang lebih siap dikenali karena perbaikan dipelayanan-pelayanan
daruratmedis dan tersebarnya penggunaan sinar-x dada.
b. Etiologi
Etiologi Tension Pneumotoraks yang paling sering terjadi adalah karena
iatrogenik atau berhubungan dengan trauma. Yaitu, sebagai berikut:Trauma benda
28
tumpul atau tajam ± meliputi gangguan salah satu pleura visceral atau parietal dan
seringdengan patah tulang rusuk (patah tulang rusuk tidak menjadi hal yang
penting bagi terjadinya Tension pneumotoraks).
Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam pembuluh darah pusat),
biasanya vena subclavia atau vena jugular interna (salah arah kateter
subklavia).Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan, Pneumotoraks
sederhana ke Tension Pneumotoraks ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks terbuka
ke pneumothoraks sederhana di mana fungsi pembalut luka sebagai 1-way
katupAkupunktur, baru-baru ini telah dilaporkan mengakibatkan pneumothoraks.
c. Patofisiologi
Tension pneumotoraks atau pneumotorask ventile terjadi karena mekanisme
check valve yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke dalam cavum pleura tetapi
pada saat ekspirasi udaranya tidak dapat keluar.
Semakin lama tekanan udara di dalam rongga pleura akan meningkatkan
dan melibihitekanan atmosfir. Udara yang terkumpul dalam rongga pleura ini
dapat menekan paru sehingga seringmenimbulkan gagal nafas.Tekanan dalam
rongga pleura meningkat sehingga paru mengempis lebih hebat, mediastinum
tergeser kesisi lain dan mempengaruhi aliran darah vena ke atrium kanan. Pada
foto sinar tembus dada terlihatmediastinum terdorong kearah kontralateral dan
diafragma tertekan kebawah sehingga menimbulkan rasasakit. Keadaan ini dapat
mengakibatkan fungsi pernafasan sangat terganggu yang harus segera
ditanganikalau tidak akan berakibat fatal.
29
d. Manifestasi klinis
Manifestasi awal : nyeri dada, dispnea, ansietas, takipnea, takikardi, hipersonor
dinding dada dan tidak ada suara napas pada sisi yang sakit.
Manifestasi lanjut : tingkat kesadaran menurun, trachea bergeser menuju ke sisi
kontralateral, hipotensi, pembesaran pembuluh darah leher/ vena jugularis (tidak
ada jika pasien sangat hipotensi) dan sianosis.)
Berikut adalah keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang berbahaya dan
mematikan bila tidak dikenali dan ditatalaksana dengan segera : dispnea,
hilangnya bunyi napas, sianosis, asimetri toraks,mediastinal shift.
e. Penegakkan diagnosis dan tatalaksana
Standar pemeriksaan diagnostik (yang hanya bisa dilakukan bila pasien
stabil), adalah : portable x-ray, portable blood examination, portable
30
.Primary SurveyAirwayAssessment :
perhatikan potensi airway dengar suara napas perhatikan adanya retraksi
otot pernapasan dan gerakan dinding dadaManagement :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh
lakukan chin-lift dan jaw thrust, hilangkan benda yang menghalangi jalan
napas
re-posisi kepala, pasang collar-neck
lakukan cricothyroidotomy atau traheostomi atau intubasi (oral /
nasal)BreathingAssesmentPeriksa frekwensi napas.
Perhatikan gerakan respirasi
Palpasi toraksAuskultasi dan dengarkan bunyi napasManagement
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu Lakukan tindakan bedah emergency
untuk atasi tension pneumotoraks dengan
CirculationAssesment periksa frekwensi denyut jantung dan denyut nadi, periksa
tekanan darah, Pemeriksaan pulse oxymetri, Periksa vena leher dan warna
kulit (adanya sianosis). ManagementResusitasi cairan dengan memasang 2
iv linesTorakotomi emergency bila diperlukanOperasi Eksplorasi vaskular
emergency
3.2 Hematotoraks
a. Definisi
b. Manifestasi Klinis
Pada penderita hematotoraks keluhannya nyeri dan sesak napas. Bila ada keluhan
yang progresif, curigai adanya tension pneumothorax.
Pada inspeksi biasanya tidak tampak kelainan, mungkin gerakan napas tertinggal
atau pucat karena perdarahan. Fremitus sisi yang terkena lebih keras dari sisi yang
lain. Pada perkusi didapatkan pekak dengan batas seperti garis miring atau
mungkin tidak jelas, tergantung pada jumlah darah yang ada di
talaksanaanrongga toraks. Bunyi napas mungkin tidak terdengar atau
menghilang.
a. Penatalaksanaan
32
WSD
WSD adalah merupakan suatu system yang digunakan untuk mengalirkan
cairan atau udara dari torak dengan tujuan untuk mempertahankan tekanan negatif
yg normal dalam cavum pleurae, sehingga akan dapat mengembalikan dan atau
mempertahankan pengembangan paru.
Indikasi
Pneumothorax
Haemothorax
Pleuraleffusion
Empyema (pyothorax)
33
Kontraindikasi
Infeksi pada tempat pemasangan
Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol.
1. Torakoskopi
Torakoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat langsung ke
dalam rongga toraks dengan alat bantu toraskop. Tindakan ini
dilakukan apabila :
Tindakan aspirasi maupun WSD gagal
Paru tidak mengembang setelah 3 hari pemasangan tube
toraskostomi
Terjadinya fistula bronkopleura
Timbulnya kembali pneumptpraks setelah tindakan
plsurodesis
Pada pasien yang berkaitan dengan pekerjaannya agar tidak
mudah kambuh kembali seperti pada pilot dan penyelam
2. Torakotomi
Tindakan pembedahan ini indikasinya hamper sama dengan
toraskopi. Tindakan ini dilakukan jika toraskopi gagal atau jika blep atau
bulla terdapat di apeks paru, maka tindakan toraskotomo ini efektif untuk
reseksi blep atau bulla tersebut
35
DAFTAR PUSTAKA