BAB I
PENDAHULUAN
cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus
lebih berat.1,3
poliklinik, maka dari itu penulis akan membahas laporan kasus mengenai
OMSK.
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. Identitas
Nama : Ny. A
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Alamat : Rembang
Keluhan Utama :
Keluar cairan lengket berwarna putih pada telinga sebelah kanan sejak ± 2
cairan lengket berwarna putih tapi tidak disertai darah, cairan keluar setiap
hari, cairan banyak keluar saat pagi hari. Tidak ada riwayat demam tinggi,
anak tidak gelisah dan dapat tidur tenang. Selain itu ibu pasien juga
mengatakan bahwa telinga kiri dan kanan pasien ± 2 tahun yang lalu juga
pernah mengeluarkan cairan yang sama namun sekarang sudah tidak lagi.
4
Pada saat ini pasien tidak pilek, batuk ataupun demam. Pasien tidak
Riwayat Alergi
Tidak ada
Pemeriksaan Telinga
kelainan
Canalis aurikularis Kotor, terdapat -
sekret berwarna
putih susu
Membran timpani Reflek cahaya (-), Reflek cahaya (-),
perforasi sentral
(anterior inferior)
Rinne Test - -
5
Weber test - -
Shwabach test - -
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Tenggorokan
Labialis (-)
Palatum (-)
Glosus (-)
Ginggiva (-)
Pharing (-)
Tonsil T1/T1
Uvula (-)
Lain-lain (-)
Gambar tenggokan
2.5. Penatalaksanaan
ampicilin asam klavulanat. Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik
Edukasi :
2.6 Prognosis
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Membran Timpani
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki
panjang vertikal rata-rata 9-10 mm, diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm,
dan ketebalannya rata-rata 0,1 mm .Letak membran timpani tidak tegak lurus
terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar ke muka
9
dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan horizontal. Membran
timpani berbentuk kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut menonjol ke arah
kavum timpani yang dinamakan umbo. Dari umbo ke muka bawah tampak refleks
a. Pars tensa
tegang dan bergetar, sekelilingnya menebal dan melekat pada anulus fibrosus pada
Letaknya di bagian atas muka dan lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida
dinamakan sulkus timpanikus. Akan tetapi bagian atas muka tidak terdapat sulkus
ini dan bagian ini disebut incisura timpanika (rivini). Permukaan luar dari
membran timpani disarafi oleh cabang nervus aurikulo temporalis dari nervus
mandibula dan nervus vagus. Permukaan dalam disarafi oleh nervus timpani
Aliran darah membrana timpani berasal dari permukaan luar dan dalam.
arteri maksilaris interna. Permukaan mukosa telinga tengah didarahi oleh arteri
timpani anterior cabang dari arteri maksilaris interna dan oleh stylomastoid
2. Kavum Timpani
bentuknya bikonkaf, atau seperti kotak korek api. Diameter antero-posterior atau
mempunyai 6 dinding yaitu : bagian atap, lantai, dinding lateral, medial, anterior,
dan posterior.
3. Processus mastoideus
kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah dinding
lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada
4. Tuba eustachius.1,5,6
kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba sekitar 36
mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak
bagian).
b. Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3
bagian).
12
3.2. Definisi
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada
gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari
telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret
Otitis Media Akut (OMA) dengan perforasi membran timpani dapat menjadi
otitis media supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Beberapa
faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK, antara lain: terapi yang
terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman yang tinggi, daya
tahan tubuh pasien yang rendah (gizi kurang), dan higiene yang buruk.5
13
3.3. Epidemiologi
Otitis media supuratif kronik merupakan penyakit THT yang paling banyak
dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering
dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia
dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban
dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah
Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan sosial
ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh, dan status kesehatan serta gizi yang
OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, dimana 60% di
Secara umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan termasuk dalam
25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.
yaitu sebesar 38,6% dan prevalensi otitis media supuratif kronis antara 2,1-5,2%. 4
14
Data poliklinik THT RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006 menunjukkan
3.4. Klasifikasi
mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe tubotimpani ditandai oleh
adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas
dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini
terutama patensi tuba eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa
terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah.
Disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan
mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa juga berperan dalam
goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe
ini letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida.
Karakteristik utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi
berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah mengalami nekrotik.
Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang paling
sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun lokal
tumor necrosis factor-α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat
1. Kongenital
2. Didapat.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang
3.5. Patogenesis.
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang
virus atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun,
anak mendapat infeksi telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda
dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna sehingga
bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga
tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).1,3 Respon inflamasi yang timbul adalah
berupa udem mukosa. Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat
jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang
telinga tengah. Jika lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan
sekitarnya.1,
Sembuh/ normal
telinga tengah
17
Gangguan
efusi OME
tuba
Infeksi
Sumbatan : Sekret
(OMA)
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada
anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
melalui tuba eustachius. Fungsi tuba eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan palatoskisis dan sindrom down.
18
Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor
insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan dengan
insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi imun sistemik. Kelainan
1. Lingkungan.
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi
terdapat hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosio ekonomi,
dimana kelompok sosio ekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.
Tetapi sudah hampir dipastikan, bahwa hal ini berhubungan dengan kesehatan
2. Genetik.
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden
OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor
genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis
media akut dan atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa
19
kronis.
4. Infeksi
Proses infeksi pada otitis media supuratif kronis sering disebabkan oleh
standar yang ada saat ini. Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK
ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus
aureus 25%.
Jenis bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan
kebanyakan infeksi telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK pada
6. Autoimun.
7. Alergi.
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi
penderita yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteri atau toksin-
Hal ini terjadi pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering
pada OMSK :1
Pada pinggir perforasi, epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat
di atas sisi medial dari membran timpani yang hal ini juga mencegah penutupan
Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau
hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Suatu sekret yang
2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.
supuratif. Bila terjadinya labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat.
Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat
atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri
22
telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder.
4. Vertigo
fistel labirin akibat erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita
juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa terjadi akibat
telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut
kavum timpani.
3.8. Diagnosis
1. Anamnesis (history-taking)
seringkali datang dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap. Gejala yang
paling sering dijumpai adalah telinga berair. Pada tipe tubotimpani sekretnya lebih
banyak dan seperti benang, tidak berbau bususk, dan intermiten. Sedangkan pada
pembentukan jaringan granulasi atau polip, dan sekret yang keluar dapat
2. Pemeriksaan otoskopi
3. Pemeriksaan audiologi
25
pendengaran dan untuk menentukan gap udara dan tulang. Audiometri tutur
berguna untuk menilai ‘speech reception threshold’ pada kasus dengan tujuan
4. Pemeriksaan radiologi
mastoid yang tampak sklerotik dibandingkan mastoid yang satunya atau yang
normal. Erosi tulang yang berada di daerah atik memberi kesan adanya
Pada CT scan akan terlihat gambaran kerusakan tulang oleh kolesteatom, ada
atau tidaknya tulang–tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada
5. Pemeriksaan bakteriologi
infeksi akut, bakteri yang ditemukan pada sekret yang kronis berbeda dengan
yang ditemukan pada otitis media supuratif akut. Bakteri yang sering dijumpai
Proteus sp. Sedangkan bakteri pada otitis media supuratif akut adalah
Infeksi telinga biasanya masuk melalui tuba dan berasal dari hidung, sinus
paranasal, adenoid, atau faring. Dalam hal ini penyebab biasanya adalah
ini agak berbeda karena adanya perforasi membran timpani maka infeksi lebih
3.9. Penatalaksanaan
penyembuhan serta menganggu fungsi, dan proses infeksi yang terdapat di telinga.
Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus dilakukan operasi, tetapi obat
Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luas infeksi, yang
jangan mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang
berenang dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila
pendengaran.
Tujuan toilet telinga adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau dapat
juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat dilakukan
kemudian dibersihkan dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik.
Meskipun cara ini sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat
pada kulit. Dalam hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam
operasi adalah metode yang paling populer saat ini. Setelah itu dilakukan
dapat dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa.
Pada orang dewasa yang kooperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada
a. Antibiotik topikal
Pemberian antibiotik secara topikal pada telinga dan sekret yang banyak
tanpa dibersihkan dulu adalah tidak efektif. Bila sekret berkurang atau tidak
progresif lagi diberikan obat tetes yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid.
Irigasi dianjurkan dengan garam faal agar lingkungan bersifat asam yang
tengah, maka tidak dianjurkan antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan
29
lamanya tidak lebih dari 1 minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik
Antibiotika topikal yang dapat dipakai pada otitis media kronik adalah :
2. Neomisin
Obat bakterisid pada kuman gram positif dan negatif. Toksik terhadap ginjal dan
telinga.
3. Kloramfenikol
Obat ini bersifat bakterisid terhadap basil gram positif dan negatif kecuali
Pseudomonas aeruginosa.
b. Antibiotik sistemik.1,3
kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan
harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu
tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh,
Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya
seftriakson) yang juga efektif untuk Pseudomonas, tetapi harus diberikan secara
parenteral.
bakterisid. Pada OMSK aktif dapat diberikan dengan dosis 400 mg per 8 jam
Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi yang dapat dilakukan pada
OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau maligna, antara lain :
2. Mastoidektomi radikal
4. Miringoplasti
5. Timpanoplasti
31
tympanoplasty)
3.10. Komplikasi
A. Komplikasi otologik
1. Mastoiditis koalesen
2. Petrositis
3. Paresis fasialis
4. Labirinitis
B. Komplikasi intrakranial
1. Abses ekstradural
3. Abses subdural
4. Meningitis
5. Abses otak
6. Hidrosefalus otitis
1. Penyebaran hematogen
Perjalanan komplikasi infeksi telinga tengah ke intra kranial harus melewati 3 macam
lintasan :1,3
Melalui jalan yang sudah ada, seperti garis fraktur tulang temporal, bagian tulang
yang lemah atau defek karena pembedahan, dapat memudahkan masuknya infeksi.
resisten terhadap penyebaran infeksi, akan menebal, hiperemi, dan lebih melekat
ketulang. Jaringan granulasi terbentuk pada dura yang terbuka dan ruang subdura yang
berdekatan.
Pembentukan abses biasanya terjadi pada daerah diantara ventrikel dan permukaan
korteks atau tengah lobus serebelum. Cara penyebaran infeksi ke jaringan otak ini dapat
terjadi baik akibat tromboflebitis atau perluasan infeksi ke ruang Virchow Robin yang
3.11. Prognosis
Pasien dengan OMSK memiliki prognosis yang baik apabila dilakukan kontrol
yang baik terhadap proses infeksinya. Pemulihan dari fungsi pendengaran bervariasi dan
tergantung dari penyebab. Hilangnya fungsi pendengaran oleh gangguan konduksi dapat
Keterlambatan dalam penanganan karena sifat tidak acuh dari pasien dapat
menimbulkan kematian yang merupakan komplikasi lanjut OMSK yang tidak ditangani
dengan segera. Kematian akibat OMSK terjadi pada 18,6% pasien karena telah
BAB IV
Kesimpulan
adanya otorea yang menetap atau rekuren selama lebih dari 2 minggu dengan
jika terdapat perforasi membran timpani disertai pengeluaran sekret terjadi selama
minimal dalam 6 minggu dimana sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga
luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Menurut Buku THT
FKUI edisi keenam, Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah infeksi kronis
di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari
telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul yang berlangsung lebih dari 2
bulan. Jadi, karena pasien menunjukkan manifestasi klinis otorea yaitu telinga
timpani pada telinga kanan, maka pasien dapat didiagnosis menderita Otitis Media
Supuratif Kronik.
tengahnya sejak 2 minggu yang lalu, dan setiap hari. Pada kasus ini, Otitis media
akuta yang diderita pasien tidak mencapai stadium resolusi karena perforasi yang
37
menetap dengan sekret yang keluar secara intermiten. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa faktor seperti imunitas atau daya tahan tubuh pasien rendah, pengobatan
yang dilakukan tidak adekuat atau tidak tuntas misalnya pemberian obat tidak
teratur, tingkat virulensi kuman yang tinggi, adanya infeksi fokal di hidung dan
akibat infeksi hidung dan tenggorokan yang berlangsung kronik atau sering
pada orang yang pernah terkena penyakit telinga pada masa kanak-kanak,
otitis media yang virulen, memiliki alergi, keadaan imunitas yang menurun.
dilakukan untuk mengetahui jenis ketulian dan derajat ketulian pasien serta untuk
timpani, apakah ada kekakuan atau tidak. Jika membran timpani sudah mengalami
38
perforasi sekecil apapun, pemberian angin terhadap membran timpani tidak akan
membuatnya bergerak.
diharapkan negatif agar sesuai dengan keadaan tuli konduktif. Pada pemeriksaan
Weber jika terdapat lateralisasi ke satu telinga berarti ada perbedaan derajat
ketulian antara telinga kanan dan kiri. Pada pemeriksaan Swabach diharapkan
hasilnya memanjang untuk menunjang adanya tuli konduktif. Tuli konduktif pada
pasien diakibatkan oleh adanya cairan atau pus dalam telinga tengah yang
dan stapes) sehingga konduksi suara menjadi terhambat. Selain itu, sekret
untuk memilih jenis antibiotik yang spesifik untuk melawan bakteri penyebabnya.
Prinsip terapi OMSK tipe benigna adalah terapi konservatif atau dengan
diberikan untuk 3-5 hari. Nanti setelah sekret berkurang diberikan tetes telinga
yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Karena obat tetes telinga banyak
yang memiliki efek samping ototoksik, maka tetes telinga dianjurkan hanya
dipakai 1 atau 2 minggu dan pada OMSK yang sudah tenang. Secara oral dapat
39
Namun cara pemilihan antibiotika yang paling baik ialah berdasarkan kultur
kuman penyebab dan uji resistensi. Bila sekret telah kering namun perforasi
DAFTAR PUSTAKA
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
63-73
3. Paparella MM, Adams GL, Levine SC. Penyakit telinga tengah dan
URL: http://www.mja.com.au/
41
http://www.mja.com.au/
8. Miura MS, Krumennauer RC, Neto JFL. Intracranial complication of
http://www.rborl.org.br/
9. Vesterager V. Fortnightly review: tinnitus–investigation and