Anda di halaman 1dari 19

BAB II

LAPORAN KEUANGAN
DAN RASIO KEUANGAN

Tugas manajer keuangan adalah mengambil keputusan-keputusan dibidang keuangan.


Sebelum mengambil keputusan-keputusan yang berkaitan dengan keuangan, manajer
keuangan perlu memahami kondisi keuangan perusahaan. Untuk memahami kondisi
keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangannya. Disamping
itu pihak di luar perusahaan juga perlu memahami kondisi keuangan perusahaan,
misalnya pemodal, kreditur dan pemerintah. Kepentingan mereka mungkin berbeda,
tetapi mereka mengharapkan untuk memperoleh informasi dari laporan keuangan
perusahaan. Bagi perusahaan, laporan keuangan tersebut akan disusun menurut
prinsip-prinsip akuntansi, dan karenanya para pemakai laporan keuangan perlu
memahami cara penyajian informasi keuangan tersebut.

2.1 Laporan Keuangan Perusahaan


Laporan keuangan perusahaan yang pokok ada dua yaitu neraca dan rugi laba.
1. Neraca
Neraca menunjukkan posisi kekayaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri
perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan disajikan pada sisi aktiva, sedangkan
kewajiban dan modal sendiri pada sisi pasiva.
Berikut ini disajikan contoh neraca PT”NUGRAHA AJI” pada akhir tahun
20A1 dan 20A2.
Tabel : Neraca PT “NUGRAHA AJI” pada 31 Desember 20A1 dan 20A2 (dalam jutaan rupiah)

20A1 20A2 20A1 20A2


Kas Rp 110 Rp 125 Hutang dagang Rp 455 Rp 445
Sekuritas Rp 50 Rp 75 Hutang wesel Rp 200 Rp 100
Piutang Rp 850 Rp 880 Hutang pajak Rp 150 Rp 160
Persediaan Rp 585 Rp 560 Hutang bank Rp 600 Rp 600
Total aktiva lancar Rp 1595 Rp 1640 Kewajiban
Lancar Rp 1405 Rp 1305
Aktiva tetap (bruto) Rp 3500 Rp 3500 Hutang jgk pjg Rp 1000 Rp 500
Akumulasi penyusutan (Rp 500) (Rp 750) Modal sendiri
Aktiva tetap (netto) Rp 3000 Rp 2750 Saham Rp 1500 Rp 1500
Laba yg ditahan Rp 690 Rp 1085
Total Rp 4595 Rp 4390 Total Rp 4595 Rp 4390

8
Jika kita amati neraca tersebut, nampak bahwa kekayaan perusahaan
berkurang selama satu tahun tersebut. Pertanyaannya apakah keadaan ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan memburuk ? Untuk itu perlu melihat laporan
rugi laba perusahaan tersebut.

2. Laporan Rugi Laba


Laporan rugi laba menunjukkan laba atau rugi yang diperoleh perusahaan
dalam periode waktu tertentu (misalnya satu tahun). Berikut ini disajikan laporan rugi
laba PT NUGRAHA AJI selama tahun 20A2.

Selama tahun 20A2 perusahaan berhasil memperoleh laba bersih setelah pajak
sebesar Rp 830. Kalau pada neraca 31/12/20A2 laba yang ditahan meningkat sebesar
Rp 395, maka berarti bahwa laba yang diperoleh dan dibagikan sebagai deviden
sebesar Rp 830 – Rp 395 = Rp 435.
Tabel : Laporan Rugi Laba PT NUGRAHA AJI, 1/1/20A2
31/12/20A2 (dalam jutaan rupiah)

Penjualan Rp 11.000
Harga pokok penjualan Rp 7.500
Laba kotor Rp 3.500
Ongkos-ongkos umum, penjualan, dan administrasi Rp 2.000
Laba operasi (Sebelum bunga dan pajak) Rp 1.500
Bunga Rp 280
Laba sebelum pajak Rp 1.220
Pajak Rp 390
Laba setelah pajak Rp 830

Dari laporan keuangan tersebut pertanyaan yang dicoba dijawab adalah,


apakah kondisi dan prestasi keuangan perusahaan baik atau buruk ? tentunya tidak
mudah untuk memahami laporan keuangan dalam bentuk aslinya, maka kemudian
ditempuh berbagai cara untuk melakukan analisis, seperti analisis common size,
analisis indeks, dan analisis rasio keuangan.

Analisis Common-Size
Analisis ini merupakan prosentase angka-angka yang ada dalam Neraca dan
Laporan Rugi Laba dengan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang ada di neraca,

9
dasarnya adalah total aktiva. Dalam hal ini total aktiva adalah sebesar 100%. Untuk
angka-angka dalam rugi laba dasarnya adalah penjualan. Dalam hal ini penjualan
netto adalah sebesar 100%. Berdasarkan analisis tersebut, maka neraca dan rugi laba
PT NUGRAHA AJI nampak pada tabel dibawah ini.
Dengan bentuk common size pembaca laporan keuangan akan lebih mudah
untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Dari neraca diatas
nampak bahwa pada sisi aktiva tidak banyak perubahan komposisi, dimana aktiva
lancar sedikit meningkat pada tahun 20A2 dibandingkan dengan tahun 20A1, pada
sisi pasiva nampak bahwa komponen modal sendiri meningkat cukup berarti, yaitu
dari 47,6% menjadi 58,9%. Keadaan ini menunjukkan peningkatan permodalan
perusahaan.

Tabel : Neraca common size PT NUGRAHA AJI pada 31 Desember 20A1 dan 20A2

20A1 20A2 20A1 20A2


Kas 2,2% 2,8% Hutang dagang 9,9% 10,1%
Sekuritas 1,1% 1,7% Hutang wesel 4,4% 2,3%
Piutang 18,5% 20,0% Hutang pajak 3,2% 3,6%
Persediaan 12,8% 12,8% Hutang bank 13,1% 13,7%
Total aktiva lancar 34,6% 37,3% Kewajiban
Lancar 30,6% 29,7%

Aktiva tetap (bruto) 76,2% 79,7% Hutang jgk pjg 21,8% 11,4%
Akumulasi penyusutan 10,8% 17,0% Modal sendiri
Aktiva tetap (netto) 65,4% 62,7% Saham 32,6% 34,2%
Laba yg ditahan 15,0% 24,7%
Total 100,0% 100,0% Total 100,0% 100,0%

Laporan rugi laba yang disajikan dalam bentuk common size ditunjukkan berikut ini.

Tabel : Laporan Rugi Laba Common size PT NUGRAHA AJI,


1/1/20A2 - 31/12/20A2

Penjualan 100,0%
Harga pokok penjualan 68,2%
Laba kotor 31,8%
Ongkos-ongkos umum, penjualan, dan administrasi 18,2%
Laba operasi (Sebelum bunga dan pajak) 13,6%
Bunga 2,5%
Laba sebelum pajak 11,1%
Pajak 3,5%
Laba setelah pajak 7,6%

10
Dari data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba
operasi sebesar 13,6% dari penjualan. Sedangkan laba setelah pajak yang diperoleh
adalah sebesar 7,6% dari penjualan. Apabila penyajian dalam bentuk ini
dibandingkan dari waktu ke waktu, maka akan mudah diperoleh kesimpulan apakah,
misalnya, terjadi kenaikan dalam harga pokok penjualan dan sebagainya.

Analisis Indeks
Analisis indeks adalah merubah semua angka dalam suatu laporan keuangan
pada tahun dasar menjadi 100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang
paling awal, tetapi tahun yang dianggap normal. Analisis ini dimaksudkan untuk
membandingkan perkembangan dari waktu ke waktu. Berdasarkan sifatnya analisis
indeks maka hanya laporan Neraca yang bisa disajikan dalam bentuk indeks karena
untuk rugi laba hanya tersedia satu tahun pelaporan, dan tahun 20A1 dipergunakan
sebagai tahun dasar (=100).

Tabel : Indeks neraca PT NUGRAHA AJI pada 31 Desember 20A1 dan 20A2 (20A1 = 100)

20A1 20A2 20A1 20A2


Kas 100,0% 113,6% Hutang dagang 100,0% 97,8%
Sekuritas 100,0% 150,0% Hutang wesel 100,0% 50,0%
Piutang 100,0% 103,5% Hutang pajak 100,0% 106,7%
Persediaan 100,0% 95,7% Hutang bank 100,0% 100,0%
Total aktiva lancar 100,0% 102,8% Kewajiban
Lancar 100,0% 92,9%

Aktiva tetap (bruto) 100,0% 100,0% Hutang jgk pjg 100,0% 50,0%
Akumulasi penyusutan 100,0% 150,0% Modal sendiri
Aktiva tetap (netto) 100,0% 91,7% Saham 100,0% 100,0%
Laba yg ditahan 100,0% 157,5%
Total 100,0% 95,5,0% Total 100,0% 95,5%

Dari hasil analisis indeks menunjukkan bahwa hampir semua komponen


aktiva lancar meningkat. Sebaliknyaa aktiva tetap netto menurun. Namun tidak
berarti bahwa perusahaan menjual aktiva tetapnya, melainkan hanya karena
penerapan prinsip akuntansi, yaitu pembebanan penyusutan. Sedangkan di sisi
pasiva, ada peningkatan laba yang ditahan, penurunan hutang jangka panjang.
Dan ada upaya perusahaan untuk memperkecil beban hutang. Dengan kata lain
terjadi penguatan permodalan perusahaan.
11
Analisis Ratio Keuangan
Analisis rasio keuangan akan mencerminkan kinerja keuangan perusahaan
secara lebih luas dibandingkan analisis sebelumnya. Dalam ratio keuangan terdiri
dari ratio-ratio neraca, ratio-ratio rugi laba dan ratio-ratio antar laporan
(neraca dan rugi laba). Analisis ratio keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu
yang dianggap mencerminkan aspek tertentu. Adapun aspek-aspek yang akan dinilai
oleh pihak kreditor, akan berbeda dengan penilaian yang dilakukan oleh calon
pemodal. Kreditor akan lebih berkepentingan dengan kemampuan perusahaan
melunasi kewajiban finansial tepat pada waktunya, sedangkan pemodal aakan lebih
berkepentingan dengan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Secara
keseluruhan, aspek-aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek
leverage, aspek likuiditas, aspek profitabilitas atau efisiensi, aspek aktivitas dan rasio-
rasio nilai pasar.

Rasio-rasio leverage. Rasio ini merupakan rasio neraca yang mengukur seberapa
jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analis menggunakan istilah rasio
solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangannya. Adapun rasio-rasio yang mungkin dipergunakan diantaranya adalah :

1) Rasio hutang. Rasio hutang bisa dihitung berdasarkan atas hutang jangka
panjang (termasuk kewajiban membayar sewa guna atau leasing), bisa juga
seluruh hutang. Rasionya bisa dinyatakan sebagai berikut :

Hutang jgk panjang + sewa guna


Rasio hutang =
Hutang jgk panjang + sewa guna + modal sendiri

Untuk PT NUGRAHA AJI pada tahun 20A2,


Rasio hutang = 500 / (500 + 2585)
= 0,193

2) Debt to Total Asset. Rasio ini menujukkan perbandingan antara total hutang
dengan total asset.
12
Total Debt
Debt to Total Asset 
Total Asset

3) Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri.

Untuk PT NUGRAHA AJI pada tahun 20A2,


Total Debt
Debt Equity Ratio 
Equity

Debt-Equity Ratio = (1305+500) / (2585)


= 0,698 atau 69,8%

3) Times Interest Earned. Rasio ini mengukur seberapa banyak laba operasi
(kadang juga ditambah dengan penyusutan) mampu membayar bunga hutang.
Dinyatakan dalam rumus:

Laba operasi (+penyusutan)


Time interest earned =
bunga

Atau = Laba operasi


Bunga

Perhatikan bahwa rasio ini menggunakan angka-angka yang ada dalam rugi
laba.

4) Debt Service Coverage. Kewajiban finansial yang timbul karena


menggunakan hutang tidak hanya karena membayar bunga dan sewa guna
(leasing). Ada juga kewajiban dalam bentuk pembayaran angsuran pokok
pinjaman. Debt Service Coverage (DSC) dirumuskan:

(Laba operasi + penyusutan)


DSC =
angsuran pokok pinjmn
bunga +
(1 – t)
Dalam hal ini t = tarif pajak penghasilan (income tax)

13
Misalkan angsuran pokok pinjaman per tahun yang harus dibayar perusahaan
adalah Rp 250 dan tarif pajak (=t) adalah 35%, maka DSC PT NUGRAHA AJI
adalah,
DSC = (1500 + 250) / (280 + (250 / (1-0,35)))
= 2,63

Rasio-rasio likuiditas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi


kewajiban keuangan jangka pendek. Rasio-rasio yang bisa dipergunakan adalah :

1) Modal Kerja Netto dengan Total Aktiva. Modal kerja netto adalah selisih. Modal
kerja netto menunjukkan, secara kasar, potensi cadangan kas dari perusahaan. Rasio
ini dinyatakan sebagai,

Modal kerja netto


NWC t o TA =
Aktiva total

Untuk PT NUGRAHA AJI, rasio ini (disingkat NWC-TA) adalah,


NWC-TA = (1640 – 1305) / 4390
= 0,076
Hal ini berarti 7,6% dari total aktiva bisa dirubah menjadi kas dalam waktu
pendek setelah dipakai melunasi kewajiban jangka pendeknya.

Net Working Capital Ratio = Net Working Capital = (AL-HL)/HL


Current Leabilitis

2) Current ratio. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa
dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio ini dinyatakan sebagai :
Aktiva lancar
Current ratio =
Kewajiban lancar
Untuk PT NUGRAHA AJI, rasio ini adalah
Current ratio = 1640 / 1305
= 1,26

14
Quick atau Acid Test Ratio merupakan cepat. Dalam ratio ini tidak memasukkan
unsur persediaan. Karena persediaan merupakan rekening yang paling lama untuk
berubah menjadi kas (yaitu harus melewati bentuk piutang terlebih dahulu), dan
tingkat kepastian nilainya rendah (harga persediaan mungkin tidak seperti yang
dicantumkan dalam neraca, terutama untuk persediaan barang dalam proses), Oleh
karena itu maka rationya dinyatakan sebagai,
(Aktiva lancar – persediaan )
Quick ratio =
Kewajiban lancar

Untuk PT NUGRAHA AJI, ratio ini adalah,


Quick ratio = (1640 – 560) / 1305
= 0,83

Cash Ratio = Cash + Effek


Current Leabilitis

Rasio-rasio profitabilitas atau efisiensi. Rasio-rasio ini dimaksudkan untuk


mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau sekelompok aktiva
perusahaan. Mungkin juga efisiensi ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil
diciptakan. Adapun ratio-rationya sebagai berikut :

1) Rentabilitas Ekonomi atau Earning Power. Rasio ini mengukur kemampuan


aktiva perusahaan untuk memperoleh laba dari operasi perusahaan (EBIT). Aktiva
yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan memperoleh laba operasi adalah
aktiva operasional sehingga aktiva non-operasional, perlu dikeluarkan dari
penghitungan. Masalah yang timbul dalam perhitungan rentabilitas ekonomi adalah
apakah kita akan menggunakan aktiva perusahaan pada awal tahun, pada akhir tahun,
atau rata-rata. Apabila dimungkinkan sebaiknya dipergunakan angka rata-rata.

Karena keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan mungkin sekali diperoleh
sedikit demi sedikit sepanjang waktu (setiap hari, atau setiap minggu), maka
pertambahan kekayaan perusahaan terjadi sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu.
Karena itulah kemudian dipergunakan angka rata-rata selama periode tersebut.
15
Rasio rentabilitas ekonomi dirumuskan sebagai,

Laba operasi
Rentabilitas ekonomi = x 100%
Total Aktiva

Untuk PT NUGRAHA AJI pada tahun 20A2,


Rentabilitas Ekonomi = (1500 / 4390 ) x 100%
= 33,4%
Perhitungan diatas menggunakan angka rata-rata, dan semua aktiva dimasukkan
sebagai aktiva operasional. Hal ini disebabkan karena meskipun perusahaan tersebut
mempunyai rekening “sekuritas”, rekening tersebut bisa ditafsirkan bersifat temporer
(yaitu hanya untuk memanfaatkan dana yang menganggur dalam waktu sementara)
sehingga semua aktiva diklasifikasikan sebagai aktiva operasional. Kalau memang
dalam komposisi kekayaan terdapat aktiva yang tidak operasional, maka kekayaan
tersebut tidak perlu diperhitungkan dalam menilai rentabilitas ekonomi perusahaan.

2) Rentabilitas Modal Sendiri atau Return on Equity adalah Rasio untuk


mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.
Karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak. Angka modal sendiri juga
sebaiknya dipergunakan angka rata-rata. Rasio ini dinyatakan sebagai berikut :

Laba setelah pajak


Rentabilitas modal sendiri = x 100%
(Rata-rata) modal sendiri

Untuk PT NUGRAHA AJI pada tahun 20A2,


Rentabilitas Modal Sendiri
atau Return on Equity (ROE) = (830 / (2190 + 2585) / 2)) x 100%
= 34,8%

3) Return On Investment. Return On Investment (ROI) menunjukkan seberapa


banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimilik
perusahaan. Karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata)
kekayaan perusahaan. Mengapa ada yang menggunakan ROI dan ada juga yang

16
menggunakan Rentabilitas Ekonomi, akan dijelaskan nanti pada perbandingan antara
Rentabilitas Ekonomi dan Return On Investment.
Rasio ROI dinyatakan sebagai,

Laba setelah pajak


ROI = x 100%
(Rata-rata) kekayaan

Untuk PT NUGRAHA AJI, pada tahun 20A2


ROI = (830 / (4595 + 4390) / 2)) x 100%
= 18,5%

4) Profit Margin adalah Rasio untuk mengukur seberapa banyak keuntungan


operasional bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan. Rasionya dinyatakan sebagai,

Laba operasi
Profit Margin = x 100%
Penjualan

Bagi PT NUGRAHA AJI, profit margin selama tahun 20A2 adalah


Profit Margin = (1500 / 11.000) x 100%
= 13,6%
Net Profit Margin = Earning After Tax
Net Sales

Ratio-ratio Perputaran (Rasio Aktivitas)


1) Perputaran Aktiva (Assets turn over) adalah Rasio untuk mengukur seberapa
banyak penjualan bisa diciptakan dari setiap rupiah aktiva yang dimiliki.
Rasionya adalah,

Penjualan
Perputaran Aktiva =
(Rata-rata) Aktiva

= Net Sales / Total Assets


Bagi PT NUGRAHA AJI, dalam tahun 20A2 rasionya adalah,
Perputaran Aktiva = 11.000 / (4595 + 4390) / 2)
= 2,45x
17
Perhatikan bahwa,
Rentabilitas Ekonomi = Profit margin x perputaran aktiva
33,4% = 13,6% x 2,45

2) Perputaran Piutang adalah Rasio untuk mengukur seberapa cepat piutang


dilunasi dalam satu tahun. Apabila perputaran piutang sebesar 4x, maka berarti
bahwa rata-rata piutang tersebut dilunasi dalam jangka waktu 360 hari/4 = 90
hari. Rasionya adalah,

Penjualan kredit
Perputaran Piutang =
(Rata-rata) Piutang

Apabila kita asumsikan seluruh penjualan PT NUGRAHA AJI adalah penjualan


kredit, maka perputaran piutang PT NUGRAHA AJI adalah,
Perputaran Piutang = 11.000 / ((850 + 880) / 2)
= 12,7x
Ini berarti bahwa rata-rata periode pengumpulan piutangnya adalah,
Rata-rata periode pengumpulan piutang = 360 hari / 12,7
= 28,3 hari
3) Perputaran Persediaan adalah Rasio untuk mengukur berapa lama rata-rata
barang berada di gudang. Persediaan boleh meningkat seiring peningkatan
aktivitas, atau karena perubahan kebijakan persediaan. Kalau terjadi kenaikan
persediaan yang tidak proporsional dengan peningkatan aktivitas, maka berarti
terjadi pemborosan dalam pengelolaan persediaan. Rasionya dinyatakan sebagai
berikut :
Harga pokok penjualan
Perputaran persediaan =
(Rata-rata) persediaan

Untuk PT NUGRAHA AJI, rasio perputaran persediaannya adalah


Perputaran persediaan = 7.500 / (585 + 560/2)
= 13,1
Ini berarti bahwa rata-rata barang berada di gudang selama
360 hari / 13,1 = 27,5 hari
18
Rasio-rasio nilai pasar. Rasio-rasio ini menggunakan angka yang diperoleh dari
laporan keuangan dan pasar modal. Beberapa rasio tersebut adalah :

1) Price Earnings Ratio adalah Rasio yang membandingkan antara harga saham
(yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh
pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Rasio ini dihitung
dengan
Harga saham
Price Earnings Ratio =
Laba per lembar saham (EPS)

Misalkan diketahui jumlah lembar saham yang beredar adalah 1.000.000 lembar
saham. Dengan demikian maka Earnings Per Share (EPS), atau laba per lembar
saham adalah Rp 830 juta / juta = Rp 830. Misalkan lebih lanjut bahwa harga
saham PT NUGRAHA AJI di bursa adalah Rp 5.000.
Dengan demikian maka

Price Earnings Ratio(PER) = 5.000 / 830


= 6x
Apabila pasar modal efisien, maka rasio ini mencerminkan pertumbuhan laba
perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi pertumbuhan laba yang
diharapkan oleh pemodal.

2) Market to Book Value Ratio. Rasio ini dinyatakan sebagai


Harga saham
Market to Book ratio =
Nilai buku per saham

Nilai buku modal sendiri dari PT NUGRAHA AJI adalah Rp 2585 juta. Dengan
jumlah lembar saham sebanyak 1.000.000 lembar, maka nilai buku per saham
adalah Rp 2585. Dengan demikian maka,

Market to Book ratio = 5.000 / 2585


= 1,93

19
Rasio tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan melebihi 93% dari saham
yang ditanamkan oleh pemilik perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
besar tambahan wealth yang dinikmati oleh pemilik perusahaan.

2.5. Bagaimana menggunakan rasio-rasio keuangan


Ada dua cara untuk menafsirkan rasio-rasio keuangan. Dengan penggunaan
tersebut yaitu
1) Membandingkan dengan rasio-rasio keuangan perusahaan di masa yang lalu
2) Membandingkan dengan rasio-rasio keuangan perusahaan-perusahaan lain
dalam satu industri.
Asumsi bahwa metode akuntansi yang dipergunakan oleh perusahaan konsisten dari
waktu ke waktu, dan sama dengan yang dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan
lain (kalau ternyata berbeda, maka analis keuangan perlu melakukan penyesuaian),
maka rasio-rasio keuangan yang dihitung bisa ditafsirkan dengan:
Penggunaan rasio keuangan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan
perusahaan lain dalam satu industri relatif lebih baik karena bisa mengetahui
kedudukan relatif perusahaan kita dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain.
Apakah kita berada diatas rata-rata, dibawah rata-rata atau termasuk rata-rata.
Sayangnya ada kecenderungan untuk menjadi makin sulit mengelompokkan
perusahaan ke dalam satu industri yang sama, karena banyak perusahaan yang tidak
hanya menjalankan satu jenis bisnis saja.
Selain cara diatas perusahaan dapat membandingkan rasio-rasio keuangan
dengan kebijakan yang diambil perusahaan. Misalkan perusahaan mengambil
keputusan untuk menjual secara kredit dengan jangka waktu 2 bulan. Maka periode
rata-rata pengumpulan piutang seharusnya juga akan sekitar 60 hari, atau perputaran
piutang sebanyak 6x dalam satu tahun. Perusahaan dapat juga merumuskan kebijakan
persediaan barang jadi sebesar 1 bulan penjualan. Apabila kebijakan dirumuskan
seperti itu, maka perputaran persediaan barang jadi akan berkisar 12x dalam satu
tahun. Namun tidak semua jenis ratio bisa dibandingkan dengan kebijakan keuangan,
sehingga penggunaan perbandingan dengan rasio tahun lalu dan/atau industri lebih
sering dipergunakan.

20
Permasalahannya adalah bahwa perbandingan dengan suatu angka tertentu
yang diberlakukan secara umum (misalnya current ratio harus minimal 200%)
merupakan cara yang tidak benar. Karena dari berbagai penelitian diketemukan
bahwa ada perbedaan rasio antar industri dan antar negara (Foster,1986). Pengamatan
terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ juga menunjukkan bahwa rata-
rata rasio-rasio keuangan tersebut tidaklah sama untuk industri-industri yang berbeda.
(Suad,1996)
Current Debt to Return on Operating Price
Ratio Equity Equity Profit Earnings
Ratio margin Ratio
Makanan ternak 1,89 1,39 14,46% 0,09 13,58
Makanan & minuman 2,31 0,66 17,96% 0,16 18,81
Tekstil 1,60 1,78 14,59% 0,17 13,31
Pakaian jadi 1,30 1,06 9,62% 0,13 14,52
Elektronik 1,81 0,87 14,83% 0,18 18,72
Obat-obatan 1,91 0,97 32,99% 0,24 13,90

Nampak dalam tabel tersebut bahwa current ratio industri pakaian jadi jauh
dibawah 2,00. Meskipun demikian kita tidak dapat mengatakan bahwa likuiditas
industri pakaian jadi lebih jelek dari likuiditas industri makanan dan minuman.
Karena itulah penggunaan rasio keuangan sebaiknya memperhatikan jenis
industrinya.

2.6 Analisis Keuangan Sistem Du Pont dan Analisis Rentabilitas Ekonomi


Sistem Du Pont2 sering digunakan dalam analisis keuangan di beberapa
literatur. Namun masing-masing memiliki perbedaan dan persamaan. Analisis Du
Pont2 di kebanyakan literatur tujuan akhir menghitung ROI (Return On
Investment) namun pada analisis Du Pont2 Bambang Riyanto menghitung
rentabilitas ekonomi. ROI di definisikan sebagai EAT / TA sedang RE didefinisikan
sebagai EBIT/TA sehingga analisis sistem Du Pont 2 menghitung Return On
Investment (ROI) yang didefinisikan sebagai (Laba Setelah Pajak/Total Aktiva).
Kedua rasio ini sering terkacaukan karena keduanya juga bisa dinyatakan sebagai
perkalian antara suatu
rasio keuangan dengan rasio keuangan yang lain.

ROI = Net Profit Margin x Perputaran Aktiva

21
Dalam hal ini Net Profit Margin adalah (Laba Setelah Pajak/Penjualan),
Perputaran Aktiva adalah (Penjualan / Total Aktiva)
Sedangkan

Rent.Ek. = Profit Margin x Perputaran Aktiva

Dalam hal ini Profit Margin adalah (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Penjualan)
ROI = 7,5% x 2,45
= 18,5%
Sedangkan,
Rentabilitas Ekonomi = 13,6% x 2,45
= 33,4%

Manfaat kedua tipe analisis tersebut dalam analisis keuangan adalah analisis
keuangan Du Pont menunjukkan keterkaitan rentabilitas modal sendiri (return on
equity, ROE), ROI dan rasio hutang (yaitu hutang/aktiva). Apabila perusahaan
memperoleh ROI yang sama, maka perusahaan yang menggunakan rasio hutang yang
lebih tinggi akan menghasilkan ROE yang lebih tinggi. Bagi pemilik modal sendiri,
ROE ini yang akan menjadi perhatian. Marilah kita perhatikan contoh berikut ini,

PT NUGRAHA AJI mempunyai ROI = 18,5% dan rasio hutang = 0,411. Kita
melihat bahwa ROE = 34,8%. ROE juga bisa dinyatakan dalam rumus,

ROI
ROE =
1 – rasio hutang

Dengan melihat pada persamaan tersebut maka bisa dimengerti bahwa apabila
ROI konstan, maka ROE akan meningkat apabila rasio hutangnya meningkat. Dalam
contoh ini berarti bahwa,
ROE = 18,5% / (1 – 0,47)
= 34,8%
ROE = EAT/ Equity

Perhatikan bahwa dalam perhitungan tersebut kita menggunakan angka rata-


rata, baik untuk modal sendiri maupun aktiva. Kalau kita hitung maka rata-rata aktiva

22
adalah Rp 897 juta, rata-rata modal sendiri adalah Rp 477 juta. Dengan demikian
maka rata-rata rasio hutang adalah 0,47.
Sedangkan analisis rentabilitas ekonomi (RE) menekankan pada kemungkinan
penggunaan hutang. Analisis ini menyatakan bahwa hutang bisa dipergunakan kalau
tingkat bunga hutang tersebut lebih kecil dari rentabilitas ekonomi yang mungkin
diperoleh karena penggunaan hutang tersebut. Misalkan perusahaan memerlukan
tambahan dana Rp 100 juta, dan diperkirakan memberikan rentabilitas ekonomi
sebesar 20%. Kalau keperluan dana tersebut dibiayai dari pinjaman, dan bunga
pinjaman sebesar lebih dari 20%, maka penggunaan hutang tersebut tidak akan
mampu dibayar dari hasil operasi penggunaan dana tersebut.
Analisis rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri juga dapat
dipergunakan untuk menunjukkan peningkatan resiko karena penggunaan hutang
yang makin besar. Untuk itu marilah kita perhatikan contoh berikut ini
Terdapat dua perusahaan, yaitu PT NUGRAHA dan PT NABILA. PT
NUGRAHA menggunakan modal sendiri seluruhnya sedangkan PT NABILA
menggunakan hutang 50% dari kekayaan yang dipergunakan. Total kekayaan yang
dipergunakan sama besarnya, yaitu Rp 5.000 juta. Tingkat bunga yang dibayar oleh
PT NABILA adalah sebesar 17% per tahun. Misalkan kedua perusahaan tersebut
memperoleh laba operasi sebesar Rp 1.100 juta, dan tarif pajak penghasilan sebesar
30%. Dengan demikian perhitungan rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal
sendiri kedua perusahaan adalah sebagai berikut :
Tabel : Analisis Rentabilitas Ekonomi (EP) dan Rentabilitas Modal Sendiri (ROE),
(dlm jutaan Rp)

Keterangan PT Nugraha (0%) PT Nabila (50%)


Total Aset 5.000 5.000
Laba operasi (EBIT) 1.100 1.100
Bunga - 425
Laba sebelum pajak 1.100 675
Pajak 330 202,5
Laba setelah pajak 770 472,5
Rentabilitas Ekonomi 22% 22%
ROE 15,4% 18,9%
Jumlah Saham Beredar 100 50
EPS 7,7 9.5

23
Meskipun PT NABILA mempunyai rentabilitas modal sendiri yang lebih
tinggi, tetapi rentabilitas modal sendirinya juga lebih peka terhadap perubahan
rentabilitas ekonomi. Misalkan rentabilitas ekonomi turun menjadi hanya 20%.
Dengan demikian maka rentabilitas modal sendiri kedua perusahaan akan menjadi
sebagai berikut,

Tabel : Analisis Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri, pada saat
rentabilitas ekonomi turun menjadi 18%
PT Nugraha PT Nabila
Laba operasi 900 900
Bunga - 425
Laba sebelum bunga dan pajak 900 475
Pajak 270 142,5
Laba setelah pajak 630 332,5
Rentabilitas ekonomi 18% 18%
Rentabilitas modal sendiri 12,6% 13,3%

Dengan demikian rentabilitas modal sendiri PT NUGRAHA turun dari 15,4%


menjadi 12,6% (atau turun sebesar 2,8) sedangkan PT NABILA turun dari 18,9
menjadi 13,3% (atau turun 5,6%). PT NABILA turun lebih besar dibandingkan
dengan PT NUGRAHA, karena PT NABILA menggunakan hutang yang lebih besar.
Karena itulah perusahaan yang menggunakan hutang yang lebih besar akan lebih
peka terhadap perubahan rentabilitas ekonomi.
Meskipun demikian, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa resiko tersebut
bergerak ke dua arah. Yaitu kita dapat memperoleh rentabilitas ekonomi yang lebih
besar maupun yang lebih kecil. Kalau rentabilitas ekonomi meningkat, perusahaan
yang menggunakan hutang yang lebih banyak juga akan memperoleh peningkatan
rentabilitas modal sendiri yang lebih besar dan sebaliknya.

2.7 Penggunaan data keuangan dari laporan keuangan


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan data keuangan dan
laporan keuangan adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan prinsip-prinsip
akuntansi. Karena laporan keuangan disusun berdasar prinsip-prinsip misalnya

24
perusahaan mencatat persediaan berdasarkan atas metode first in first out, tetapi bisa
juga last in first out atau perusahaan. Karena itulah analis keuangan perlu memahami
kemungkinan-kemungkinan ini sewaktu melakukan perbandingan.
Masalah lain adalah pengaruh inflasi pada laporan keuangan. Dalam keadaan
tingkat inflasi yang relatif rendah, penggunaan historical costs mungkin tidak terlalu
menimbulkan distorsi pada laporan keuangan. Tetapi apabila tingkat inflasi cukup
tinggi (misalnya mencapai double digits), maka akan menimbulkan distorsi pada
laporan keuangan. Ada rekening-rekening yang cenderung overstated, understated,
tetapi ada juga yang tidak terpengaruh. Yang menjadi masalah adalah kalau kita
menghitung rasio keuangan dan salah satu rekening (mungkin pembilang atau
penyebutnya terpengaruh oleh inflasi). Sebagai misal, aktiva lancar akan understated
sedangkan kewajiban lancar tidak terpengaruh oleh inflasi. Dengan demikian
perhitungan current ratio akan menjadi understated. Sebaliknya sewaktu kita
menghitung profit margin maka laba operasi akan overstated, sedangkan penjualan
tidak terpengaruh. Oleh karena itu rasio profit margin akan overstated.

HUBUNGAN ANTARA RENTABILITAS EKOMI DAN RATIO HUTANG


TERHADAP ROE
PERUSAHAAN A B C
TOTAL ASSETS 5000 5000 5000
HUTANG 1000 2000 4000
MODAL SENDIRI 4000 3000 1000
LABA OPERASI ( II) 850 850 850
BUNGA 17% ............. .............. ........
EBT ................. ............. ...........
TAX 30% ................... .............. ...........
EAT ................... ................. ...............
RENT EKONOMI ..... ...... .......
RENT MODAL SENDIRI ................. ..................... ...............

LABA OPERASI (I) 1100


LABA OPERASI (III) 750
25
SOAL-SOAL

1. PT NUGRAHA memiliki kekayaan senilai Rp 1.000 juta. Kekayaan tersebut dibiayai


dengan Rp 600 juta hutang yang membayar bunga sebesar 20% per tahun. Kalau
rentabilitas ekonomi yang diperoleh sebesar 25% dan tarif pajak sebesar 25%,
berapakah :
(a) rentabilitas modal sendiri perusahaan tersebut ?
(b) berapa return on assets (atau return on investment) nya ?
(c) berapa profit margin PT NUGRAHA ?

2. Perusahaan “ANANDA” beroperasi dengan modal awal seluruhnya adalah modal


sendiri. Perusahaan bermaksud mengadakan ekspansi usaha dan memerlukan
tambahan modal sebesar Rp 600 juta, tambahan modal tersebut merupakan 40%
dari modal awal. Pemenuhan kebutuhan modal tambahan tersebut dapat dipenuhi
dengan alternatif menggunakan pinjaman (obligasi) atau dengan menambah modal
sendiri (saham). Dengan ekspansi tersebut diperkirakan Rentabilitas Ekonomi
( Earning Power) menjadi 25%. Jika tingkat bunga pinjaman (obligasi) adalah 15%
dan pajak 40% Hitunglah :
(a) Rentabilitas Modal sendiri (ROE) untuk masing-masing alternatif
(b) Earning Per Share untuk masing-masing alternatif, jika harga per lembar
saham adalah Rp 10.000
(c) Berikan saran saudara, apakah sebaiknya tambahan dana dipenuhi dengan
modal sendiri atau hutang (obligasi)

3. PT NABILA mempunyai total kekayaan sebesar Rp 5.000 juta, perputaran


aktiva 5x dalam satu tahun, laba setelah pajak sebesar Rp 500 juta, dan rasio
total hutang dengan total kekayaan sebesar 0,20.
a. Berapa (1) net profit margin, (2) return on total assets, dan
(3) return on equity?
b. Dengan melakukan investasi senilai Rp 1.000 juta untuk
meningkatkan efisiensi, perusahaan bisa meningkatkan net profit
marginnya menjadi 3%, apabila rasio hutang dengan kekayaan tetap tidak
berubah, demikian juga penjualannya, berapakah return on assets dan
return on equity yang baru ?
c. Bagaimana perusahaan bisa mencapai return on equity yang
sama dengan nomor (b) dengan melakukan perubahan rasio hutang dengan
kekayaan, sedangkan rasio return on assetsnya dipegang konstan ?

4. Dari soal nomor 2 diatas, diketahui bahwa hutang yang dibayar perusahaan
adalah sebesar 15% per tahun, dan tarif pajak penghasilan (income tax)
sebesar 35%.
Berapa (a) laba operasi, (b) profit margin dan (c) rentabilitas ekonomi PT
NABILA ?

26

Anda mungkin juga menyukai