LAPORAN KEUANGAN
DAN RASIO KEUANGAN
8
Jika kita amati neraca tersebut, nampak bahwa kekayaan perusahaan
berkurang selama satu tahun tersebut. Pertanyaannya apakah keadaan ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahaan memburuk ? Untuk itu perlu melihat laporan
rugi laba perusahaan tersebut.
Selama tahun 20A2 perusahaan berhasil memperoleh laba bersih setelah pajak
sebesar Rp 830. Kalau pada neraca 31/12/20A2 laba yang ditahan meningkat sebesar
Rp 395, maka berarti bahwa laba yang diperoleh dan dibagikan sebagai deviden
sebesar Rp 830 – Rp 395 = Rp 435.
Tabel : Laporan Rugi Laba PT NUGRAHA AJI, 1/1/20A2
31/12/20A2 (dalam jutaan rupiah)
Penjualan Rp 11.000
Harga pokok penjualan Rp 7.500
Laba kotor Rp 3.500
Ongkos-ongkos umum, penjualan, dan administrasi Rp 2.000
Laba operasi (Sebelum bunga dan pajak) Rp 1.500
Bunga Rp 280
Laba sebelum pajak Rp 1.220
Pajak Rp 390
Laba setelah pajak Rp 830
Analisis Common-Size
Analisis ini merupakan prosentase angka-angka yang ada dalam Neraca dan
Laporan Rugi Laba dengan dasar tertentu. Untuk angka-angka yang ada di neraca,
9
dasarnya adalah total aktiva. Dalam hal ini total aktiva adalah sebesar 100%. Untuk
angka-angka dalam rugi laba dasarnya adalah penjualan. Dalam hal ini penjualan
netto adalah sebesar 100%. Berdasarkan analisis tersebut, maka neraca dan rugi laba
PT NUGRAHA AJI nampak pada tabel dibawah ini.
Dengan bentuk common size pembaca laporan keuangan akan lebih mudah
untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi dalam neraca. Dari neraca diatas
nampak bahwa pada sisi aktiva tidak banyak perubahan komposisi, dimana aktiva
lancar sedikit meningkat pada tahun 20A2 dibandingkan dengan tahun 20A1, pada
sisi pasiva nampak bahwa komponen modal sendiri meningkat cukup berarti, yaitu
dari 47,6% menjadi 58,9%. Keadaan ini menunjukkan peningkatan permodalan
perusahaan.
Tabel : Neraca common size PT NUGRAHA AJI pada 31 Desember 20A1 dan 20A2
Aktiva tetap (bruto) 76,2% 79,7% Hutang jgk pjg 21,8% 11,4%
Akumulasi penyusutan 10,8% 17,0% Modal sendiri
Aktiva tetap (netto) 65,4% 62,7% Saham 32,6% 34,2%
Laba yg ditahan 15,0% 24,7%
Total 100,0% 100,0% Total 100,0% 100,0%
Laporan rugi laba yang disajikan dalam bentuk common size ditunjukkan berikut ini.
Penjualan 100,0%
Harga pokok penjualan 68,2%
Laba kotor 31,8%
Ongkos-ongkos umum, penjualan, dan administrasi 18,2%
Laba operasi (Sebelum bunga dan pajak) 13,6%
Bunga 2,5%
Laba sebelum pajak 11,1%
Pajak 3,5%
Laba setelah pajak 7,6%
10
Dari data tersebut menunjukkan bahwa perusahaan mampu memperoleh laba
operasi sebesar 13,6% dari penjualan. Sedangkan laba setelah pajak yang diperoleh
adalah sebesar 7,6% dari penjualan. Apabila penyajian dalam bentuk ini
dibandingkan dari waktu ke waktu, maka akan mudah diperoleh kesimpulan apakah,
misalnya, terjadi kenaikan dalam harga pokok penjualan dan sebagainya.
Analisis Indeks
Analisis indeks adalah merubah semua angka dalam suatu laporan keuangan
pada tahun dasar menjadi 100. Pemilihan tahun dasar bukanlah selalu tahun yang
paling awal, tetapi tahun yang dianggap normal. Analisis ini dimaksudkan untuk
membandingkan perkembangan dari waktu ke waktu. Berdasarkan sifatnya analisis
indeks maka hanya laporan Neraca yang bisa disajikan dalam bentuk indeks karena
untuk rugi laba hanya tersedia satu tahun pelaporan, dan tahun 20A1 dipergunakan
sebagai tahun dasar (=100).
Tabel : Indeks neraca PT NUGRAHA AJI pada 31 Desember 20A1 dan 20A2 (20A1 = 100)
Aktiva tetap (bruto) 100,0% 100,0% Hutang jgk pjg 100,0% 50,0%
Akumulasi penyusutan 100,0% 150,0% Modal sendiri
Aktiva tetap (netto) 100,0% 91,7% Saham 100,0% 100,0%
Laba yg ditahan 100,0% 157,5%
Total 100,0% 95,5,0% Total 100,0% 95,5%
Rasio-rasio leverage. Rasio ini merupakan rasio neraca yang mengukur seberapa
jauh perusahaan menggunakan hutang. Beberapa analis menggunakan istilah rasio
solvabilitas, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangannya. Adapun rasio-rasio yang mungkin dipergunakan diantaranya adalah :
1) Rasio hutang. Rasio hutang bisa dihitung berdasarkan atas hutang jangka
panjang (termasuk kewajiban membayar sewa guna atau leasing), bisa juga
seluruh hutang. Rasionya bisa dinyatakan sebagai berikut :
2) Debt to Total Asset. Rasio ini menujukkan perbandingan antara total hutang
dengan total asset.
12
Total Debt
Debt to Total Asset
Total Asset
3) Debt to Equity Ratio (DER). Rasio ini menunjukkan perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri.
3) Times Interest Earned. Rasio ini mengukur seberapa banyak laba operasi
(kadang juga ditambah dengan penyusutan) mampu membayar bunga hutang.
Dinyatakan dalam rumus:
Perhatikan bahwa rasio ini menggunakan angka-angka yang ada dalam rugi
laba.
13
Misalkan angsuran pokok pinjaman per tahun yang harus dibayar perusahaan
adalah Rp 250 dan tarif pajak (=t) adalah 35%, maka DSC PT NUGRAHA AJI
adalah,
DSC = (1500 + 250) / (280 + (250 / (1-0,35)))
= 2,63
1) Modal Kerja Netto dengan Total Aktiva. Modal kerja netto adalah selisih. Modal
kerja netto menunjukkan, secara kasar, potensi cadangan kas dari perusahaan. Rasio
ini dinyatakan sebagai,
2) Current ratio. Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa
dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio ini dinyatakan sebagai :
Aktiva lancar
Current ratio =
Kewajiban lancar
Untuk PT NUGRAHA AJI, rasio ini adalah
Current ratio = 1640 / 1305
= 1,26
14
Quick atau Acid Test Ratio merupakan cepat. Dalam ratio ini tidak memasukkan
unsur persediaan. Karena persediaan merupakan rekening yang paling lama untuk
berubah menjadi kas (yaitu harus melewati bentuk piutang terlebih dahulu), dan
tingkat kepastian nilainya rendah (harga persediaan mungkin tidak seperti yang
dicantumkan dalam neraca, terutama untuk persediaan barang dalam proses), Oleh
karena itu maka rationya dinyatakan sebagai,
(Aktiva lancar – persediaan )
Quick ratio =
Kewajiban lancar
Karena keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan mungkin sekali diperoleh
sedikit demi sedikit sepanjang waktu (setiap hari, atau setiap minggu), maka
pertambahan kekayaan perusahaan terjadi sedikit demi sedikit dari waktu ke waktu.
Karena itulah kemudian dipergunakan angka rata-rata selama periode tersebut.
15
Rasio rentabilitas ekonomi dirumuskan sebagai,
Laba operasi
Rentabilitas ekonomi = x 100%
Total Aktiva
16
menggunakan Rentabilitas Ekonomi, akan dijelaskan nanti pada perbandingan antara
Rentabilitas Ekonomi dan Return On Investment.
Rasio ROI dinyatakan sebagai,
Laba operasi
Profit Margin = x 100%
Penjualan
Penjualan
Perputaran Aktiva =
(Rata-rata) Aktiva
Penjualan kredit
Perputaran Piutang =
(Rata-rata) Piutang
1) Price Earnings Ratio adalah Rasio yang membandingkan antara harga saham
(yang diperoleh dari pasar modal) dan laba per lembar saham yang diperoleh
pemilik perusahaan (disajikan dalam laporan keuangan). Rasio ini dihitung
dengan
Harga saham
Price Earnings Ratio =
Laba per lembar saham (EPS)
Misalkan diketahui jumlah lembar saham yang beredar adalah 1.000.000 lembar
saham. Dengan demikian maka Earnings Per Share (EPS), atau laba per lembar
saham adalah Rp 830 juta / juta = Rp 830. Misalkan lebih lanjut bahwa harga
saham PT NUGRAHA AJI di bursa adalah Rp 5.000.
Dengan demikian maka
Nilai buku modal sendiri dari PT NUGRAHA AJI adalah Rp 2585 juta. Dengan
jumlah lembar saham sebanyak 1.000.000 lembar, maka nilai buku per saham
adalah Rp 2585. Dengan demikian maka,
19
Rasio tersebut menunjukkan bahwa nilai perusahaan melebihi 93% dari saham
yang ditanamkan oleh pemilik perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
besar tambahan wealth yang dinikmati oleh pemilik perusahaan.
20
Permasalahannya adalah bahwa perbandingan dengan suatu angka tertentu
yang diberlakukan secara umum (misalnya current ratio harus minimal 200%)
merupakan cara yang tidak benar. Karena dari berbagai penelitian diketemukan
bahwa ada perbedaan rasio antar industri dan antar negara (Foster,1986). Pengamatan
terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ juga menunjukkan bahwa rata-
rata rasio-rasio keuangan tersebut tidaklah sama untuk industri-industri yang berbeda.
(Suad,1996)
Current Debt to Return on Operating Price
Ratio Equity Equity Profit Earnings
Ratio margin Ratio
Makanan ternak 1,89 1,39 14,46% 0,09 13,58
Makanan & minuman 2,31 0,66 17,96% 0,16 18,81
Tekstil 1,60 1,78 14,59% 0,17 13,31
Pakaian jadi 1,30 1,06 9,62% 0,13 14,52
Elektronik 1,81 0,87 14,83% 0,18 18,72
Obat-obatan 1,91 0,97 32,99% 0,24 13,90
Nampak dalam tabel tersebut bahwa current ratio industri pakaian jadi jauh
dibawah 2,00. Meskipun demikian kita tidak dapat mengatakan bahwa likuiditas
industri pakaian jadi lebih jelek dari likuiditas industri makanan dan minuman.
Karena itulah penggunaan rasio keuangan sebaiknya memperhatikan jenis
industrinya.
21
Dalam hal ini Net Profit Margin adalah (Laba Setelah Pajak/Penjualan),
Perputaran Aktiva adalah (Penjualan / Total Aktiva)
Sedangkan
Dalam hal ini Profit Margin adalah (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Penjualan)
ROI = 7,5% x 2,45
= 18,5%
Sedangkan,
Rentabilitas Ekonomi = 13,6% x 2,45
= 33,4%
Manfaat kedua tipe analisis tersebut dalam analisis keuangan adalah analisis
keuangan Du Pont menunjukkan keterkaitan rentabilitas modal sendiri (return on
equity, ROE), ROI dan rasio hutang (yaitu hutang/aktiva). Apabila perusahaan
memperoleh ROI yang sama, maka perusahaan yang menggunakan rasio hutang yang
lebih tinggi akan menghasilkan ROE yang lebih tinggi. Bagi pemilik modal sendiri,
ROE ini yang akan menjadi perhatian. Marilah kita perhatikan contoh berikut ini,
PT NUGRAHA AJI mempunyai ROI = 18,5% dan rasio hutang = 0,411. Kita
melihat bahwa ROE = 34,8%. ROE juga bisa dinyatakan dalam rumus,
ROI
ROE =
1 – rasio hutang
Dengan melihat pada persamaan tersebut maka bisa dimengerti bahwa apabila
ROI konstan, maka ROE akan meningkat apabila rasio hutangnya meningkat. Dalam
contoh ini berarti bahwa,
ROE = 18,5% / (1 – 0,47)
= 34,8%
ROE = EAT/ Equity
22
adalah Rp 897 juta, rata-rata modal sendiri adalah Rp 477 juta. Dengan demikian
maka rata-rata rasio hutang adalah 0,47.
Sedangkan analisis rentabilitas ekonomi (RE) menekankan pada kemungkinan
penggunaan hutang. Analisis ini menyatakan bahwa hutang bisa dipergunakan kalau
tingkat bunga hutang tersebut lebih kecil dari rentabilitas ekonomi yang mungkin
diperoleh karena penggunaan hutang tersebut. Misalkan perusahaan memerlukan
tambahan dana Rp 100 juta, dan diperkirakan memberikan rentabilitas ekonomi
sebesar 20%. Kalau keperluan dana tersebut dibiayai dari pinjaman, dan bunga
pinjaman sebesar lebih dari 20%, maka penggunaan hutang tersebut tidak akan
mampu dibayar dari hasil operasi penggunaan dana tersebut.
Analisis rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri juga dapat
dipergunakan untuk menunjukkan peningkatan resiko karena penggunaan hutang
yang makin besar. Untuk itu marilah kita perhatikan contoh berikut ini
Terdapat dua perusahaan, yaitu PT NUGRAHA dan PT NABILA. PT
NUGRAHA menggunakan modal sendiri seluruhnya sedangkan PT NABILA
menggunakan hutang 50% dari kekayaan yang dipergunakan. Total kekayaan yang
dipergunakan sama besarnya, yaitu Rp 5.000 juta. Tingkat bunga yang dibayar oleh
PT NABILA adalah sebesar 17% per tahun. Misalkan kedua perusahaan tersebut
memperoleh laba operasi sebesar Rp 1.100 juta, dan tarif pajak penghasilan sebesar
30%. Dengan demikian perhitungan rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal
sendiri kedua perusahaan adalah sebagai berikut :
Tabel : Analisis Rentabilitas Ekonomi (EP) dan Rentabilitas Modal Sendiri (ROE),
(dlm jutaan Rp)
23
Meskipun PT NABILA mempunyai rentabilitas modal sendiri yang lebih
tinggi, tetapi rentabilitas modal sendirinya juga lebih peka terhadap perubahan
rentabilitas ekonomi. Misalkan rentabilitas ekonomi turun menjadi hanya 20%.
Dengan demikian maka rentabilitas modal sendiri kedua perusahaan akan menjadi
sebagai berikut,
Tabel : Analisis Rentabilitas Ekonomi dan Rentabilitas Modal Sendiri, pada saat
rentabilitas ekonomi turun menjadi 18%
PT Nugraha PT Nabila
Laba operasi 900 900
Bunga - 425
Laba sebelum bunga dan pajak 900 475
Pajak 270 142,5
Laba setelah pajak 630 332,5
Rentabilitas ekonomi 18% 18%
Rentabilitas modal sendiri 12,6% 13,3%
24
perusahaan mencatat persediaan berdasarkan atas metode first in first out, tetapi bisa
juga last in first out atau perusahaan. Karena itulah analis keuangan perlu memahami
kemungkinan-kemungkinan ini sewaktu melakukan perbandingan.
Masalah lain adalah pengaruh inflasi pada laporan keuangan. Dalam keadaan
tingkat inflasi yang relatif rendah, penggunaan historical costs mungkin tidak terlalu
menimbulkan distorsi pada laporan keuangan. Tetapi apabila tingkat inflasi cukup
tinggi (misalnya mencapai double digits), maka akan menimbulkan distorsi pada
laporan keuangan. Ada rekening-rekening yang cenderung overstated, understated,
tetapi ada juga yang tidak terpengaruh. Yang menjadi masalah adalah kalau kita
menghitung rasio keuangan dan salah satu rekening (mungkin pembilang atau
penyebutnya terpengaruh oleh inflasi). Sebagai misal, aktiva lancar akan understated
sedangkan kewajiban lancar tidak terpengaruh oleh inflasi. Dengan demikian
perhitungan current ratio akan menjadi understated. Sebaliknya sewaktu kita
menghitung profit margin maka laba operasi akan overstated, sedangkan penjualan
tidak terpengaruh. Oleh karena itu rasio profit margin akan overstated.
4. Dari soal nomor 2 diatas, diketahui bahwa hutang yang dibayar perusahaan
adalah sebesar 15% per tahun, dan tarif pajak penghasilan (income tax)
sebesar 35%.
Berapa (a) laba operasi, (b) profit margin dan (c) rentabilitas ekonomi PT
NABILA ?
26