9662 111351 Diktat
9662 111351 Diktat
KATA PENGANTAR
Penulis
KATA PENGANTAR i
TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR ISI ii
TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN
DAFTAR ISI iv
TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI v
TA-2121 Sistem Penambangan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Open Pit di Toquepala, Peru (diameter 1 Km, kedalaman 400m).... IV-2
4.2 Tambang tembaga Open Pit di Kanada (dekat laut)........................ IV-3
4.3 Tambang Open pit dan Open cast .................................................... IV-3
4.4 Variasi dari berbagai Open Pit Mining (Hartman, 1987) ................... IV-4
4.5 Tambang kuari agregat ..................................................................... IV-5
4.6 Kuari tipe dimensional stone ............................................................ IV-6
4.7 Contoh tambang kuari dimensional stone ........................................ IV-6
4.8 Teknik drilling dan blasting pada kuari tipe dimensional stone ........ IV-7
4.9 Kuari tipe side hill dengan jalan masuk langsung ............................ IV-8
4.10 Kuari tipe Pit dengan jalan masuk spiral .......................................... IV-9
4.11 Kuari tipe Pit dengan jalan masuk langsung .................................... IV-9
4.12 Contoh tambang Open Cast............................................................. IV-11
4.13 Contoh tambang auger pada highwall ............................................. IV-14
4.14 Hydraulicking (tambang semprot di PT. Timah, Bangka)................. IV-15
4.15 Placer Mining: Dredger Mekanik ..................................................... IV-16
4.16 Kapal keruk saat menambang bijih timah di perairan ..................... IV-17
4.17 Solution Mining: Boreholes Extraction (Hartman, 1987) ................. IV-18
4.18 Solution Mining: Boreholes Extraction
Tambang Uranium (Hartman, 1987) ............................................... IV-18
4.19 Solution Mining: Leaching (Hartman, 1987) .................................... IV-20
4.20 Contoh “Sluice Box” di PT. Tambang Timah, Bangka .................... IV-21
4.21 Conventional Contour Mining (Anon, 1979) .................................... IV-22
4.22 Block-Cut Contour Mining (Anon, 1979) .......................................... IV-23
4.23 Teknik Haulback Truck dengan menggunakan
Front-End Loader (Anon, 1979) ....................................................... IV-24
4.24 Haulback dengan menggunakan kombinasi scraper
DAFTAR GAMBAR vi
TA-2121 Sistem Penambangan
5.1 Skema tambang metal bawah tanah yang ideal ............................... V-2
5.2 Berbagai bentuk lubang bukaan ....................................................... V-6
5.3 Distribusi tegangan di sekitar lubang bukaan ................................... V-6
5.4 Tipe-tipe road header ........................................................................ V-8
5.5 Tunnel Boring Machine ..................................................................... V-8
5.6 Jumbo drill pada kegiatan development tambang bawah tanah....... V-9
5.7 Instalasi baut batuan ......................................................................... V-10
5.8 Shuttle car pada tambang batubara bawah tanah ............................ V-12
5.9 Proses pemuatan bijih oleh LHD keatas dumptruck ......................... V-12
5.10 Tipikal dumptruck yang digunakan pada proses
pengangkutan bawah tanah .............................................................. V-13
5.11 Contoh penggunaan lampu pada continuous miner
(Perhatikan ruangan yang gelap dibelakang continuous miner)....... V-16
DAFTAR TABEL
Tabel alaman
2.1 Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR2) ............. II-12
5.1 Kebutuhan Udara Untuk Pekerja Tambang Bawah Tanah .............. V-14
5.2 Pemilihan Metode Penambangan Bawah Tanah Berdasarkan
Kekuatan Bijih dan Batuan Serta Geometri Cadangan.................... V-16
DAFTAR TABEL ix
TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN I-1
TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN
PENDAHULUAN I-2
TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN
Secara ekonomi:
Bijih (ore)
Mineral yang memiliki kegunaan dan nilai tertentu yang dapat
diekstrak/ditambang secara menguntungkan (Hartman,1987).
Mineral yang mengandung logam berharga yang dapat diolah dan diambil
logamnya secara menguntungkan dengan keadaan teknologi dan ekonomi
pada waktu itu.
Gangue
Mineral tidak berharga yang terdapat dalam bijih.
PENDAHULUAN I-3
TA-2121 SISTEM PENAMBANGAN
BAB II
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DAN
PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN
2. Eksplorasi (Exploration)
Jika tujuan dari penyelidikan umum adalah untuk mencari lokasi-lokasi yang
memiliki anomalies karena adanya endapan bahan galian, maka tujuan dari
eksplorasi adalah untuk mendefinisikan dan mengevaluasi endapan bahan
galian tersebut.
Eksplorasi menentukan geometri, luas, dan nilai dari sebuah endapan
menggunakan teknik yang sama dengan yang digunakan pada tahap
penyelidikan umum tetapi lebih seksama/teliti. Kegiatan eksplorasi akan
berlanjut pada proses pecarian melalui fase taktis dari penilaian detil dan
evaluasi serta persiapan laporan studi kelayakan yang akan menentukan
layak-tidaknya endapan tersebut untuk ditambang.
4. Persiapan penambangan
Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan
yang antara lain meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon,
pengupasan tanah penutup, pembangunan kantor, gedung, bengkel, dll.
5. Penambangan
Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan
untuk membebaskan dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi,
kemudian dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan.
7. Pengangkutan
Segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau
pengolahan dan pemurnian dari daerah penambangan atau tempat
pengolahan dan pemurnian ke tempat pemasaran atau pemanfaatan
selanjutnya dari bahan galian tersebut.
8. Pemasaran
Kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan
dan pengolahan bahan galian.
Contoh 1
Perkirakan keuntungan per ton dari penambangan dan pengolahan
tembaga yang memiliki kadar 0.60% dengan harga jual 74¢/lb ($1.63/kg)
dan overall unit cost sebesar $6.80/ton dan overall recovery adalah 92%.
Solusi:
Nilai = kadar x recovery x harga jual x 2000lb/ton
= (0.0060) (0.92) (0.74) (2000) = $8.17/ton
Keuntungan = nilai – biaya = 8.17 – 6.80 = $1.37/ton
Contoh 2
Hitung cut-off grade untuk endapan tembaga pada Contoh 1.
Solusi:
biaya 6.8
cut offgrade 9.99lb / ton 2000 0.50%
harga jual x re cov ery (0.74)(0.92)
Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih
rendah dari 4,57 yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan
menguntungkan. Jadi 4,57 adalah BESR (1) tertinggi yang masih
dibolehkan untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut di atas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka
dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR (2)
dengan rumus sebagai berikut.
Nilai yang diperoleh / ton bijih Ongkos Pr oduksi / ton bijih
BESR(2)
Biaya Pengupasan OB / ton OB
BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa
besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang
secara tambang terbuka.
Contoh 3
Hitung BESR (2) untuk bijih tembaga kadar 0,80 %, 0,75 % dan 0,60 % Cu
dengan data sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel II.1 bila harga logam Cu =
Rp. 2.500/lb, ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80 % mempunyai
BESR 1,8 : 1, kadar 0,70 % mempunyai BESR 1,1 : 1 dan kadar 0,60 %
Cu mempunyai BESR 0,6 : 1. Demikian selanjutnya untuk harga metal Rp.
3.000/lb dan Rp. 3.500/lb Cu juga dihitung BESR-nya.
Setelah itu, masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan untuk
berbagai harga logam Cu, kemudian dapat dibuat grafik BESR vs harga jual
untuk masing-masing kadar Cu (lihat Gambar 2.5).
6.0
5.0 5.1
4.0 4.0
3.4
BESR
3.1
3.0
2.6
2.0
1.8 1.8
1.0 1.1
0.6
0.0
2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
Harga Jual per ton Bijih Cu (Rp. ,-)
Faktor-faktor yang mempengaruhi Ultimate pit limit /batas akhir ini adalah :
BESR yang masih diijinkan/menguntungkan
Kekuatan batuan pembentuk lereng yang meliputi sifat fisik & mekanik
serta keberadaan struktur geologi.
Batas Pit
Patahan
Batubara
1) Geometri jenjang
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah jenjang/bench.
Pertimbangan-pertimbangan yang dipakai dalam menentukan geometri jenjang
(w=lebar, l=panjang, dan h=tinggi) :
- Sasaran produksi harian yang akan mempengaruhi dan mengacu pada
sasaran produksi tahunan.
- Lereng harus mampu menahan alat-alat/peralatan yang dipakai untuk
bekerja pada jenjang kerja (working bench).
- Lereng masih sesuai dengan ultimate pit slope
Salah satu contoh cara menentukan geometri jenjang yang dapat diterapkan
adalah cara penentuan geometri jenjang berdasarkan U.S. Army Engineer
Lebar jenjang minimum = Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb
keterangan:
Y = lebar jenjang untuk peledakan, m.
Wt = lebar alat angkut, m.
Ls = panjang alat muat tanpa boom, m.
G = radius gali di lantai, m.
Wb = ½ Y = Lebar tumpukkan hasil peledakan, m.
Sedangkan tinggi jenjang yang dibuat (tergantung kemampuan alat gali,
biasanya shovel ) dihitung berdasarkan :
Tinggi jenjang maximum = hmax = 1,2 Cd + 30 (tertinggi pada ideal), ft.
Tinggi jenjang optimum = hop = 1,8 Cd + 18 (angka tertinggi sesuai
dengan medan kerja), ft.
keterangan :
Cd = kapasitas mangkok/pit, ft.
2) Jalan tambang
Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik jalan
masuk ke dalam tambang untuk pengangkutan bijih/endapan bahan galian
yang ditambang maupun jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan
penutup. Geometri dari jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah
penambangan secara umum. Geometri dari jalan tersebut meliputi lebar dan
kemiringan jalan (biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan dalam
operasi penambangan).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan jalan tambang :
a) Iklim
Daerah penambangan dipengaruhi oleh keadaan iklim. Untuk iklim tropis,
terdapat 2 musim yang berpengaruh yaitu musim hujan dan musim
kemarau yang akan mempengaruhi produksi. Penurunan produksi dapat
terjadi pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan keadaan jalan
angkut akan licin atau lengket dan berbahaya untuk dilalui. Sedangkan
pada musim kemarau, jalan menjadi berdebu yang akan mempengaruhi
pandangan pengemudi.
b) Tanah dasar
Tanah dasar dari daerah tambang harus diteliti jenis dan kondisinya,
meliputi batas Atterberg (batas cair, batas plastis) dan golongannya
(misalnya menurut Unified Soil Classification System). Kegunaannya untuk
menentukan kekuatan daya dukung tanah.
c) Bahan pengerasan lokal
Dianjurkan untuk mempergunakan batu yang diperoleh dari sekitar lokasi
penambangan. Batu untuk bahan perkerasan jalan boleh langsung
dipergunakan tanpa melalui preparasi. Batu hendaknya dipecahkan
sebagai fraksi berukuran 5-7,5 cm.
d) Kemiringan (grade)
Kemiringan jalan mempengaruhi produksi. Sebaiknya diambil kemiringan
optimum. Faktor gravitasi hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin.
e) Lebar jalan
Lebar jalan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan, dapat satu jalur,
dua jalur atau lebih. Lebar jalan minimum adalah 3,5 kali lebar dumptruck
terbesar.
f) Fungsi jalan
Menurut fungsinya jalan dibedakan menjadi :
Jalan pengangkutan utama (main haulage road), yaitu jalan yang
menghubungkan setiap stasiun penyaringan ke pabrik pengolahan atau
tempat penimbunan.
Jalan tambang (mine road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah
penambangan dengan stasiun penyaringan.
Jalan pembuangan (disposal road), yaitu jalan yang menghubungkan
daerah pengupasan dengan daerah pembuangan.
Jalan pengupasan (stripping road), yaitu jalan yang melayani aktivitas
pengupasan tanah penutup dan sifatnya hanya sementara.
g) Jenis dan kapasitas kendaraan yang melalui jalan.
Dalam hal ini unit satuan yang lain juga dapat digunakan. Pada kegiatan strip
coal mining maka perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut.
Overburden (m3)
SR
coal (tons)
Nisbah antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu unit satuan
volume berguna dalam perancangan disain tambang.
Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan bijih mempunyai
density yang sama, maka persamaan di atas akan memiliki nilai yang sama
dengan perhitungan SR sebelumnya.
Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai
BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka
akan diperoleh suatu kesimpulan bahwa secara teknis batasan kegiatan
penambangan dalam pit dilakukan sampai nilai SR dalam perhitungan
mencapai nilai BESR.
BAB III
METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA
Tambahan:
Conventional
Inconvetional
Dalam kegiatan penambangan, hal yang paling utama adalah memilih suatu
metode penambangan yang paling sesuai dengan karakteristik unik (alam,
geologi, lingkungan dan sebagainya) dari endapan mineral yang ditambang di
dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang
paling minimum dan keuntungan yang paling maksimum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan tersebut adalah :
c. Orientasi (dip/inklinasi)
Karakteristik geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan
mempengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan
antara metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system penyanggaan
pada system penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak pada
kebutuhan akan penyaliran dan pemompaan, sedangkan aspek mineralogy
akan menentukan syarat-syarat pengolahan.
b. Komposisi kimia
f. Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit aliran dan muka air)
3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan
batuan sekelilingnya. Hal-hal ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan
pada sistem penambangan terbuka dan pemilihan kelas dan metode dalam
sistem penambangan bawah tanah (swasangga, berpenyangga atau
ambrukan). Sifat-sifat geoteknik yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas)
4. Pertimbangan ekonomi
b. Produksi,
c. Umur tambang,
d. Produktivitas, dan
5. Faktor teknologi
Kondisi yang paling sesuai antara kondisi alamiah endapan dan metode
penambangan adalah yang paling diinginkan. Sedangkan metode yang tidak
sesuai mungkin tidak banyak pengaruhnya pada saat penambangan, tetapi
kemungkinan akan berpengaruh pada kegiatan pendukung
tambang/terusannya (pengolahan, peleburan, dll). Yang termasuk dalam
faktor teknologi adalah :
6. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja,
tetapi juga meliputi lingkungan sosial-politik-ekonomi. Yang termasuk dalam
faktor lingkungan adalah :
Skala penambangan
Laju produksi
Selektivitas
Persyaratan pekerja
Keluwesan ekstraksi
STUDI KONSEPTUAL
Penilaian karakteristik fisik dan kuantitas
overburden dari beberapa metode,
tataletak dan sistem penambangan
STUDI REKAYASA
kuantifikasi dan pembandingan konsep-
konsep yang dihasilkan terdahulu sehingga
dihasilkan rancangan dan biaya yang pasti
2. Penerapan ideal pada endapan yang besar, perlapisan datar (atau massif)
dengan sebaran secara mendatar luas dan tebal dan keterdapatannya dekat
permukaan.
3. Kurang cocok untuk endapan yang kecil, tipis, kadar tidak merata,
kemiringan besar dan posisinya dalam.
Tabel 3.2 Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih dan Batuan serta Geometri Cadangan
Interpretasi data pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa untuk kelas geomekanik
3-5 lebih baik menerapkan metode penambangan ambrukan. Untuk kelas 1 dan
2, metode penambangan open stope akan lebih baik diterapkan. Sebagai
tambahan, Tabel 3.1 tidak selamanya harus dijadikan patokan, karena dapat
juga memperhitungkan kondisi lainnya. Misalnya untuk kelas geomekanik III-3,
penerapan ambrukan dapat dilakukan dengan memperhitungan orientasi kekar
dan pengaruhnya terhadap ambrukan. Kendorski (1978) menyebutkan perlu
adanya critical factor dalam mengaplikasikan ambrukan pada badan bijih bila
terdapat kekar sub-horisontal.
Informasi pada Tabel 3.4 untuk ukuran undercut akan sangat berguna dalam
memperkirakan tata letak ambrukan. Misalnya untuk panel ambrukan dengan
penggalian undercut segiempat, dan kelas massa batuan 4, rata-rata jari-jari
ekivalen yang disarankan adalah 14 m dengan dimensi undercut 56 m.
Perhitungan dimensi undercut harus dilengkapi dengan analisis detail kondisi
spesifik massa batuan, misalnya kondisi tegangan insitu dan kekuatan massa
batuan. Bagaimanapun bagusnya klasifikasi geomekanik tersebut, hal tersebut
Tabel 3.4 Unjuk Kerja Ambrukan Untuk Berbagai Kelas Geomekanik dari
Massa Batuan (Laubscher, 1981)
Kelas
1 2 3 4 5
geomekanik
Secondary
- tinggi Medium Kecil sangat kecil
blasting
Dimensi
- 30 30 - 20 20 – 8 8
undercut (m)*
3.3.1.1. Produksi
Kegiatan %
106 m3
Penambangan
Terbuka 1550 41
Bawah tanah 620 17
Pekerjaan konstruksi
Terbuka 1450 39
Bawah tanah 130 3
Jumlah penambangan bijih dengan open pit bervariasi untuk setiap negara. Di
USA sekitar 85% penambangan bijih logam dilakukan melalui open pit tetapi
untuk negara Swedia hanya 30%.
Tabel 3.6 memperlihatkan jumlah penambangan open pit dan bawah tanah di
dunia barat yang menghasilkan 150.000 ton bijih/ tahun (tidak termasuk
tambang batubara). Tabel 3.6 dapat mewakili 90% produksi tambang di
seluruh belahan dunia yang meningkat dari 1.900 juta sampai 3-500 juta ton per
tahun selama periode 1968-1977.
Bawah tanah
>3 juta ton/tahun 29 56
1-3 juta ton/tahun 144 140
0.5-1 juta ton/tahun 116 119
0.3-0.5 juta ton/tahun 108 121
0.15-0.3 juta ton/tahun 166 157
Terbuka
>3 juta ton/tahun 102 138
1-3 juta ton/tahun 109 142
0.5-1 juta ton/tahun 81 64
0.3-0.5 juta ton/tahun 68 53
0.15-0.3 juta ton/tahun 61 62
besar, berbeda dengan tambang bawah tanah yang dibatasi oleh ruang kerja
yang sempit.
BAB IV
TAMBANG TERBUKA
Gambar 4.1 Open Pit di Toquepala, Peru (diameter 1 Km, kedalaman 400m).
Gambar 4.4. Variasi dari berbagai Open Pit Mining (Hartman, 1987).
Gambar 4.8. Teknik drilling dan blasting pada kuari tipe dimensional stone.
Gambar 4.9. Kuari tipe side hill dengan jalan masuk langsung.
b. Pit type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri
yang terletak pada suatu daerah yang relatif datar. Jadi tempat kerjanya
digali ke arah bawah sehingga membuat cekungan (pit). Berdasarkan jalan
masuk ke pemuka kerja, memiliki tiga kemungkinan jalan masuk, yaitu :
1. Jalan masuk spiral (Gambar 4.10)
Kuari tipe pit dengan jalan masuk spiral diterapkan pada cadangan
endapan bahan galian yang berbentuk bulat atau lonjong yang terletak
pada daerah yang datar.
2. Jalan masuk langsung (Gambar 4.11)
Kuari tipe pit dengan jalan masuk langsung diterapkan pada cadangan
endapan bahan galian yang berbentuk memanjang atau persegi yang
terletak pada daerah yang datar.
Hasil akhir dimensional stone: rotary saw, chain saw, atau wire-rope
saw, flame-jet channeler, water-jet channeler, palu-baji, linggis, smoth
blasting.
Pemuatan
- Hasil akhir crushed stone : shovel, wheel loader, sekop, scraper, dragline
- Hasil akhir dimensional stone: crane
Pengangkutan
Hasil akhir crushed stone : scraper, conveyor, truck, train
Hasil akhir dimensional stone: truck, crane, hoist
Pada operasinya, selain kegiatan-kegiatan diatas tentunya ada kegiatan
penunjang yang memerlukan peralatan yang spesifik, diantaranya adalah ;
peralatan penunjang kelistrikan, perawatan peralatan, penirisan (pompa) dan
lain sebagainya.
Contoh klasifikasi dari monitor pada tambang semprot adalah sebagai berikut.
Diameter nozzle : 40-150 mm
Head : 30-140 N/cm2 atau 300-1400 kPa
Debit : 30-250 liter/detik
Debit water jet :
Pasir : 0,15 m/detik
Kerikil (gravel) : 1,5 m/detik
Boulders : 3,0 m/detik
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan
tanah penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3
tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3,
kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan
seterusnya sampai selesai (Gambar 4.22). Penggalian beruturan ini akan
mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk
menutup final pit.
Gambar 4.30. Open pit method pada lapisan miring (Hartman, 1987).
Gambar 4.31. Open pit method pada lapisan tebal (Hartman, 1987).
BAB V
TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH
5.2.3. Ukuran
Dimensi absolut dan relatif penting untuk diketahui dalam menentukan metode
penambangan yang cocok. Cebakan berukuran teratur dan besar mungkin
cocok untuk penambangan mekanis mass-mining seperti block caving.
Cebakan kecil dengan tipe bijih yang sama mungkin perlu metode selective
mining dan ketepatan ground-control agar operasinya menguntungkan.
5.2.4. Geomekanika
Sifat-sifat batuan utuh adalah kekuatan, karakteristik deformasi (sifat elastik,
plastik dan rayapan) serta karakteristik pelapukan. Sifat-sifat massa batuan
ditentukan oleh kehadiran, geometri dan sifat-sifat mekanis dari kekar, patahan,
zona geser dan bidang-bidang diskontinyu lainnya. Kondisi tegangan insitu
awal di dalam batuan induk juga merupakan parameter penting.
Cara yang akan dipilih tergantung pada ukuran lubang bukaan, karakteristik
massa batuan, dan peralatan yang mampu disediakan.
Secara garis besar, siklus penggalian suatu lubang bukaan adalah sbb :
1. Penggalian (breaking/excavation)
2. Pembersihan asap ledakan (smoke clearing), jika menggunakan peledakan
3. Pembersihan atap (scaling)
4. Penyanggaan (supporting): penyanggaan sementara dan permanen.
5. Pengumpulan dan pemuatan material hasil penggalian (mucking & loading)
6. Pengangkutan material (hauling)
Gambar 5.6. Jumbo drill pada kegiatan development tambang bawah tanah.
dari balok kayu, besi baja, atau beton. Sedangkan perkuatan berfungsi
memperkuat ikatan massa batuan di sekitar lubang bukaan, menggunakan baut
batuan (rock bolt), beton-tembak (shotcrete) dan anyaman kawat (wire mesh).
Maka berdasarkan pembedaan tersebut, jenis material penyangga dan
perkuatan adalah :
1. Material penyangga
Pasangan balok kayu
Kombinasi kayu dan besi baja
Pasangan besi baja (steel arch, steel rib)
Pasangan beton monolit
2. Material perkuatan
Baut batuan (lihat Gambar 5.7)
Beton tembak (shotcrete)
Beton tembak dan anyaman kawat (wiremesh)
Oleh karena itu, sistem pengangkutan di tambang bawah tanah sangatlah vital
dalam kelangsungan produksi tambang. Berdasarkan peranannya, sistem
pengangkutan tambang bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sistem pengangkutan utama (main haulage system):
Sistem derek kabel (hoisting system)
Angkutan rel (lokomotif dan lori, lori dan kabel)
Truk jungkit (dumptruck)
Ban berjalan (belt conveyor)
2. Sistem pengangkutan tambahan (auxilliary haulage system):
Drag scraper
Ore pass
Unit Load-Haul-Dump (LHD)
Ban berjalan
Shuttle car (lihat Gambar 5.8)
Teknik pengaliran udara segar ke dalam tambang ada dua macam, yaitu sistem
ventilasi alam dan sistem ventilasi buatan. Pada sistem ventilasi alam, udara
akan mengalir secara alamiah ke dalam tambang karena perbedaan temperatur
dan tekanan di kedua ujung lubang bukaan yang elevasinya berbeda.
Kemampuan sistem ini terbatas hanya untuk lubang bukaan yang sederhana
(tidak bercabang-cabang) dan dangkal. Pada sistem ventilasi buatan, udara
segar dimasukkan ke dalam tambang menggunakan kipas angin (fan)
bertenaga besar. Kipas angin ini dapat berfungsi sebagai pendorong udara
(blower) atau sebagai pengisap udara (exhauster).
Kebutuhan minimum oksigen dalam udara segar bagi seorang pekerja yang
harus disediakan oleh sistem ventilasi agar kondisi kerja relatif nyaman
ditunjukkan pada Tabel 5.1.
(Standard Operating Procedure = SOP) yang harus ditaati oleh setiap pekerja.
Apabila prosedur kerja baku itu ditaati, maka penyebab kecelakaan yang
diakibatkan oleh kelalaian dan kecerobohan pekerja dapat dihindari. Inilah kunci
pokok sistem keselamatan kerja yang juga berlaku di tambang bawah tanah.
BAB VI
METODE PENAMBANGAN SWASANGGA
(OPEN STOPE METHODS)
6.1.3. Pembahasan
Pada umumnya, kalau penurunan permukaan tanah (subsidence) tidak
diinginkan, maka pillar harus ditinggalkan (bila mungkin dipilihkan bagian dari
bijih yang kadarnya kecil) atau diadakan pengisian (filling) pada lombong yang
telah selesai ditambang.
Gambar 6.2. Penerapan sistem pengangkutan secara bawah tanah pada open
pit quarry.
6.2. GOPHERING
Nama lain untuk metode ini adalah coyoting (di Indonesia disebut lubang tikus
atau lubang marmot), yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis,
tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development
works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya endapan bijih. Oleh
karena itu ukuran lombong juga tidak menentu, tergantung dari ukuran endapan
bijih di tempat itu dan tanpa penyanggaan (lihat Gambar 6.3).
Cara penambangan ini adalah cara penambangan yang paling sederhana,
tanpa penyangga dan penggalian dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Oleh
sebab itu, metode ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang upah buruhnya
rendah (Mexico, Amerika Latin, Asia dan Afrika).
6.2.3. Pembahasan
Endapan bijih yang kecil-kecil, terpisah-pisah, letaknya terpencil dan bentuknya
tidak teratur, tidak mungkin ditambang secara sistematis. Akan tetapi, cukup
menguntungkan untuk ditambang karena memiliki nilai yang tinggi. Cara
penambangan yang dapat diterapkan adalah dengan menambang secara
sederhana tanpa development works, yaitu langsung menggali endapan bijih
mengikuti arah dan bentuk alamiahnya. Bila endapan bijih tersebut tidak
1. Kekuatan batuan : kuat s/d cukup kuat dan tidak mudah terbakar.
2. Kekuatan bijih : kuat dan solid.
3. Bentuk endapan : vein (urat) dan bukan endapan sulfida.
4. Kemiringan endapan : > 45o atau >70o
5. Ukuran endapan : 1-2 m atau < 3 m
6. Kadar bijih : tinggi, homogen, uniform, dan tidak bisa di-sorting.
7. Kedalaman : dangkal – moderat < 750 m
6.3.3. Pembahasan
Untuk endapan bijih kecil/sempit dan batuan keras, dapat dipakai cara-cara
penambangan open lombong lain sebagai alternatif selain shrinkage stoping.
Metode penambangan shrinkage stoping lebih baik diterapkan pada bijih
berbentuk vein dengan kemiringan yang besar dimana bagian-bagian yang
miskin (barren or low grade) tidak terlalu banyak, sehingga gaya gravitasi dapat
dimanfaatkan.
Untuk endapan bijih yang tebal dan lebar, alternatifnya adalah: sublevel
stoping, block caving atau caving method yang lain. Metode penambangan
shrinkage stoping lebih disukai untuk menambang endapan-endapan bijih yang
menghendaki penambangan yang bersih (mining recovery besar), endapan
bijihnya keras, tetapi mudah pecah oleh peledakan serta tidak menghendaki
surface subsidence.
Shrinkage stoping dapat segera berproduksi, walaupun pada tahap pertama
produksi tidak dapat terlalu besar karena sebagian besar broken ore masih
ditinggalkan di dalam lombong. Kondisi ini mengartikan bahwa sebagian besar
modal ”mati” dalam bentuk broken ore yang masih tertinggal dalam lombong.
Untuk perusahaan-perusahaan pertambangan yang kecil, hal ini merupakan
sesuatu yang kurang disukai.
Meninggalkan broken ore dalam lombong tidak boleh terlalu lama karena akan
mengakibatkan terjadinya oksidasi (terutama mineral-mineral sulfida) yang
dapat menyebabkan bijih ini mengeras kembali dan akhirnya akan mengganggu
proses metalurgi.
Bila endapan biijih tidak pecah menjadi butir-butir yang lebih kecil sesudah
peledakan, maka dibutuhkan secondary blasting yang terkadang sulit dilakukan.
Kalau boulders (batuan yang tidak pecah akibat peledakan) tersebut berada di
atas tumpukan batu hasil peledakan, maka hal itu akan mempermudah
secondary blasting. Tetapi bila telah tertimbun tumpukan batuan, boulders
tersebut nantinya akan dijumpai pada mulut ore chute. Oleh karena itu, pada
bagian atas ore chute perlu diberi grizzly agar dapat menahan boulders
sehingga dapat diakukan secondary blasting.
Sesudah penambangan pada lombong selesai, maka lombong itu dapat
dibiarkan kosong. Tetapi kalau endapan bijih itu tebal/lebar maka untuk
mencegah surface subsidence atau pengambilan pillars di sekitar tiap levels,
maka pengisian lombong dengan material lain perlu dilakukan. Disini mungkin
diperlukan perataan filling material agar dapat mengisi seluruh ruangan.
Cara penambangan ini tidak memungkinkan adanya sorting atau selective
mining. Bila terdapat irregularrities bijih, maka barren atau low grade akan ikut
terambil.
Cara penambangan ini membutuhkan ongkos penggalian antara $ 1,00/ton
untuk endapan bijih yang tebal dan mudah ditambang sampai $4,00/ton untuk
endapan bijih yang kecil sempit dan sifat-sifat fisiknya menyebabkan
penambangannya agak sulit.
6.4.3. Pembahasan
Metode penambangan dengan sublevel stoping ini dapat dilakukan secara
overhand atau underhand. Untuk memudahkan pengangkutan yaitu dapat
memanfaatkan gaya berat, umumnya dipakai cara overhand.
Sublevel stoping diterapkan untuk vein yang tipis maupun tebal (+20 m). Untuk
vein yang tipis, metoda ini dapat dipakai untuk menggantikan metoda yang lain
misalnya shrinkage stoping. Tetapi bila vein tebal, maka penambangan harus
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan membagi vein dalam blok-blok,
dimana penambangan dilakukan secara bersama-sama.
3. Kondisi kerja lebih baik karena sistem ventilasi dapat lebih mudah diatur.
Bila terjadi kebakaran mudah mengatasinya karena banyak lubang-lubang
bukaan.
4. Penyangga yang diperlukan hanya sedikit.
6.5.3. Pembahasan
Ukuran pilar (atau rasio antara lebar pilar dengan lebar penggalian) harus
diperhitungkan secara cermat. Lebar pilar ditentukan berdasarkan beban atap
atau berat overburden di atas penggalian, lebar penggalian dan kekuatan
batuan di sekitar penggalian. Sebagai contoh, jika ditentukan rasio lebar pilar
dengan lebar penggalian 3:1, maka jika lebar pilar 18 m berarti lebar penggalian
maksimum 6 m.
Gambar 6.6. Metode room and pillar. (kiri: mekanis konvensional, kanan:
mekanis kontinyu (Hartman, 1987)).
sebagai pillar.
8. Kedalaman: dangkal sampai moderat (pada batuan kompeten < 900 m,
pada batuan sangat kuat bisa sampai 1000 m).
6.6.3. Pembahasan
Yang membedakan metode ini dengan metode room and pillar, selain jenis
bahan galian yang ditambang, adalah lokasi pilar dan benching systems. Pada
metode ini, bentuk dan ukuran pilar tidak beraturan. Selain itu, pilar ditempatkan
pada daerah yang berkadar rendah, bahkan tidak jarang batuan samping
berfungsi sebagai pilar. Pada lapisan bijih yang tebal (>6 m), maka benching
system akan digunakan (lihat Gambar 6.9).
BAB VII
METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA
(SUPPORTED STOPE METHODS)
mengijinkan kontrol kadar yang baik, karena barren dibiarkan tidak ditambang
atau dihancurkan walaupun tidak dikeluarkan dari stope. Kondisi ini juga
memungkinkan penambangan badan bijih yang tidak teratur dengan melakukan
selective mining.
Keuntungan lingkungan yang diperoleh dari cut and fill stoping adalah dengan
digunakannya backfill. Dari sisi lingkungan internal penambangan,
pemeliharaan kondisi massa batuan memberikan pengertian bahwa
permeabilitas dan hidrogeologi tidak mempengaruhi penambangan.
Keuntungan metode ini terhadap lingkungan eksternal penambangan adalah
jarang terjadi surface subsidence.
Tailing mill sangat cocok sebagai material backfilingl apabila material tersebut
dapat diangkut secara hidraulik ke stope. Hal ini untuk mengeliminasi
kebutuhan material tambahan dalam pengembangan tambang terutama dalam
melakukan backfilling.
Jumlah pekerjaan development pada cut and fill relatif sedikit bila dibandingkan
dengan metode open stope. Hal ini disebabkan bijih yang ditambang juga
merupakan medan kerja dan beberapa pembukaan jalan masuk dikembangkan
sebagai kemajuan stope. Di sisi lain, pengembangan praproduksi stope dapat
dibandingkan dengan pengembangan yang dibutuhkan untuk membuka stope.
Cut and fill stoping hanya dapat dimulai setelah pembuatan jalan transportasi,
ore passes, drift dan cross-cut, jalan masuk naik atau miring dan lubang bukaan
naik untuk ventilasi selesai.
7.1.3. Pembahasan
Metode ini termasuk agak luwes, artinya jika sifat fisik batuan berubah, maka
cara penambangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, cut and fill
bisa diganti dengan square setting atau bila endapan semakin ke atas semakin
rendah kadarnya dan memakai cut and fill terlalu mahal, maka bisa memakai
caving methods dengan syarat tidak ada permasalahan amblesan (surface
subsidence).
Penerapan cut and fill untuk endapan yang tipis, tetapi berkadar tinggi disebut
resuing. Endapan bijih yang tipis perlu penambangan yang lebar untuk
mendapat ruang kerja yang leluasa dan nyaman. Konsekuensinya, country rock
harus diambil terlebih dahulu. Batuan samping diambil sebagian sebagai filling
material dan sisanya dibuang melalui ore pass.
Badan bijih yang tersingkap dibor dan diledakkan ke arah atap. Resuing ini
cocok untuk endapan bijih yang mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: kuat dan keras, tetapi di bagian tengah-tengah ada yang
kurang kompak, kadang-kadang perlu temporary support.
2. Kekuatan batuan samping: agak lemah atau kurang kompak.
3. Bentuk endapan: mempunyai bidang batas yang jelas antara endapan bijih
dan batuan samping.
4. Kemiringan endapan: > 700.
5. Ukuran endapan: sangat tipis yaitu < 1 m; dapat berbentuk ore shoot atau
berbentuk cabang dari suatu vein.
7.2.3. Pembahasan
Cara penambangan ini sangat unik karena:
Penerapannya dibatasi oleh panjang stull (timber), artinya urat bijih (vein)
yang dapat dikerjakan sama dengan panjang kayu yang ada.
Adanya persoalan lubang-lubang bekas lombong, dapat dibuat modifikasi
lain.
Jika tidak ingin terjadi amblesan (surface subsidence), maka stope yang
sudah ditambang harus diisi dengan material pengisi (filling material).
Perubahan ini menjadi cut and fill.
Kalau penurunan permukaan bumi diperbolehkan terjadi, maka lubang-
lubang bekas lombong boleh dibiarkan kosong dan runtuh secara alamiah.
sangat mahal.
7. Kedalaman: dalam(<2.6 km).
7.3.3. Pembahasan
Umumnya cara ini cocok untuk endapan dengan batuan yang lunak, oleh
karena itu cara penambangan ini sulit untuk diubah ke cara penambangan yang
lain. Akan tetapi, apabila diharuskan, misalnya karena keadaan batuan agak
keras dan surface subsidence tidak boleh terjadi, maka dapat diubah ke cara
cut and fill atau stull stoping bila urat bijihnya tipis. Tetapi kalau surface
subsidence boleh terjadi, maka dapat dipakai cara top slicing.
Metode penambangan ini dapat dipakai sebagai pelengkap atau pembantu cara
penambangan lain bila bentuk bijihnya tidak baik, misalnya ditemukan ore
shoot, atau untuk menyangga undercut pada blockcaving. Metode ini dapat
menambang segala macam bentuk endapan.
Selain itu square set stoping juga sering dipergunakan untuk mengambil pillar
yang terletak di antara lombong-lombong yang sudah diisi dengan filling
material.
Modifikasi metode yang pernah diterapkan untuk memperbaiki cara
penambangan ini antara lain :
1. Pemasukan material pengisi dengan cara delayed filling atau simulation
filling. Untuk membantu penyanggaannya, material pengisi dapat diambil
dari penggalian di bawah tanah sendiri. Misalnya: pillar robbing dari barren
rock, hasil underground dan country rock yang terambil pada saat
penambangan, tailing, baik yang kering maupun yang basah dan
penggalian-penggalian khusus di permukaan tanah.
2. Memakai sistem penggalian yang menyerupai piramid atau rill stoping
untuk memanfaatkan bantuan gaya berat. Sehingga pemakaian alat-alat
mekanis, seperti scraper, shovel loader, dan lain-lain bisa dikurangi.
3. Memakai ukuran-ukuran kayu penyangga standar agar cara
BAB VIII
METODE AMBRUKAN
(CAVING METHODS)
8.1.3. Pembahasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pada penambangan metode top
slicing:
1. Sebaiknya tanah penutupnya cukup tebal, agar tekanan dari atas cukup
besar, sehingga cepat ambruk/runtuh.
2. Endapan bijih harus seragam, agar tidak perlu mengadakan selective
mining.
3. Penyanggaan harus baik walaupun tak perlu memakai kualitas kayu yang
baik. Volume kayu untuk penyangga berkisar antara 5-10% dari volume
endapan bijih yang digali. Penggunaan kayu semakin dalam semakin
berkurang, hal ini dikarenakan adanya mat, yaitu kayu-kayu bekas
Pada saat membuat sublevel untuk ekstraksi bijih, crosscut dibuat menembus
endapan hingga mencapai hanging wall atau batas caving. Di akhir crosscut,
dibuat lubang tembak ke atas sampai batas atas caving, lalu dibuat juga ke kiri
dan kanan sehingga berbentuk kipas. Ledakan pertama akan memecahkan slot
dan ledakan berikutnya dalam satu round akan menghasilkan muck.
Selanjutnya, beberapa round akan diledakkan secara simultan sehingga
menginisiasi caving sampai sublevel diatasnya.
Sublevel caving juga bisa menggunakan peralatan mekanis. Pemboran dan
peledakan menjadi aktivitas paling dominan dalam menentukan kesuksesan
operasi penambangan. Penentuan titik bor dilakukan dengan surveying dan
peledakannya dikontrol. Pengangkutan muck dilakukan dengan LHD dan
selajutnya ditumpahkan di orepass sehingga sampai di level pengangkutan
(lihat Gambar 8.2 dan 8.3).
8.2.3. Pembahasan
Metode ini merupakan metode perubahan dari top slicing menjadi block caving,
terutama dilihat dari penyanggaannya. Keterangan tambahan mengenai
metode sublevel caving adalah:
1 Sebaiknya batuan penutup tidak mudah pecah menjadi ukuran-ukuran
kecil karena bisa digunakan sebagai penyangga.
2 Merupakan salah satu tambang bawah tanah yang berproduksi besar
tetapi cukup berbahaya. Umumnya kecelakaan yang terjadi disebabkan
tertimpa oleh penyangganya sendiri.
3 Sulit untuk diubah ke metode penambangan yang lain, kurang luwes.
Diatas cadangan bijih yang ditambang jangan ada bangunan penting, karena
penambangan ini akan menimbulkan amblesan.
Ore chute pada bagian bawah tiap blok dibuat terlebih dahulu untuk kemudian
diledakkan dan menimbulkan efek ambrukan terhadap material diatasnya.
Setelah peledakan terjadi, batuan samping akan pecah membentuk bongkah
dan ukurannya lebih besar daripada bijih yang ikut hancur. Oleh karena itu, bijih
akan mengalir ke drawpoint, sedangkan batuan samping akan tertahan diatas
sebagai penyangga.
Gambar 8.4 menunjukkan skematik metode block caving pada tambang emas
di North Park, Sydney, Australia. Sedangkan Gambar 8.5 menunjukkan
skematik bentuk drawbell pada tambang tersebut.
Gambar 8.4. Skematik metode block caving, tambang emas North Park,
Sydney, Australia.
8.3.3. Pembahasan
Cara ini dapat memberikan produksi yang besar dengan ongkos penambangan
per ton bijih yang murah, walaupun :
1. Ongkos persiapan besar.
2. Perolehan tambangnya rendah, yaitu antara 70 - 80 %.
3. Sering terjadi pengotoran, sehingga menyulitkan dalam pengolahannya.
Pada umumnya cara ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang berukuran
besar, dan akan sangat mudah dalam penambangannya jika batas antara
endapan bijih dan lapisan penutupnya teratur, tidak banyak kantung bijih
(pockets), ore shoot, dll.
Kondisi pemasaran tidak boleh tersendat-sendat, karena pengambilan bijihnya
harus tetap (konstan).
Urutan peringkat
Parameter
1 2 3
Pemakaian kayu penyangga BC SC TS
Ventilasi alamiah (natural ventilation) BC SC TS
Keluwesan (flexibility) TS SC BC
Pengaturan ambrukan (control of caving) TS SC BC
Perolehan penambangan TS SC BC
Keterangan :
BC = Block caving TS = Top slicing SC = Sublevel caving
8.4.3. Pembahasan
Metode longwall merupakan metode penambangan yang sudah lama
digunakan. Metode ini pertama kali digunakan pada penambangan batubara
bawah tanah di Eropa pada abad ke-17. Di Amerika, metode ini sudah
digunakan sejak ± 46 tahun yang lalu dan sekarang sudah lebih dari 100
longwall mining yang sedang beroperasi di Amerika. Di Indonesia, metode ini
pertama kali digunakan pada penambangan batubara di Tanjung Enim oleh PT.
Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 1993.
Walaupun metode ini mengijinkan terjadinya ambrukan, penurunan permukaan
tanah dan rockburst merupakan dua potensi bahaya yang harus diwaspadai.
Penurunan permukaan tanah tergantung pada kedalaman longwall dan area
ambrukan yang dicakupinya. Meskipun penurunan diijinkan, tetapi penurunan
tersebut dapat dikontrol dengan mengaplikasikan kemajuan penambangan
(advance) yang seragam. Sedangkan rockburst merupakan merupakan
fenomena lepasnya energi regangan tingkat tinggi yang biasanya terjadi pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Anon., 1977, Blaster’s Handbook, 16th ed., E.I. DuPont de Nemours & Co.,
Wilmington, DE, 494 pp.
2. Anon., 1979a, “History of Mining and Minerals,” John Myers Marketing, Eng.
Mng. J., 1p.
3. Hartman, L. Howard, 1987, Introductory Mining Engineering, Canada: John
Wiley & Sons, Inc.
4. Mining Education Australia, 2007.
DAFTAR PUSTAKA