Anda di halaman 1dari 30

KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI KESEHATAN

DISUSUN OLEH

KELOMPOK III

MUTIA QURRATU AINI

NESA MAHARANI

NILUR RAHMA

NURKHA MARIYA

PEBRY ZUMERI

RAHMI TAHER

RATNA SARI

RIGDZU MAGRISULA ADRI

RIRI PUTRIANI
RIZA AULIA SARI

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG

POLTEKKES KEMENKES

PADANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala kemampuan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah
yang berjudul “ SISTEM INFORMASI KESEHATAN “ pada mata kuliah Sistem
Informasi Kesehatan. Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW dan atas doa restu dan dorongan dari berbagai
pihak-pihak yang telah membantu kami memberikan referensi dalam pembuatan
makalah ini. Terutama kepada search engine google yang ikut berperan besar dalam
pembuatan makalah ini.

Kami dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


makalah ini, oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Padang, Agustus 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ··································································

DAFTAR ISI ·············································································

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ··································································

B. Rumusan Masalah ································································

C. Tujuan Penulisan ·································································

D. Manfaat Penulisan ·······························································

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan ······································

B. Dasar Hukum Istem Informasi Kesehatan ····································

C. Building Block Menurut WHO ················································

D. Sistem Kesahatan Nasional ·····················································

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ·······································································

B. Saran ···············································································

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya teknologi sistem informasi, maka penyajian informasi
yang cepat dan efisien sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Perkembangan
teknologi yang semakin pesat saat ini menuntut diubahnya pencatatan manual
menjadi sistem yang terkomputerisasi. Demikian juga halnya pembayaran pasien
pada suatu Rumah Sakit. Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan
umum di bidang kesehatan membutuhkan keberadaan suatu sistem informasi
yang akurat, handal, serta cukup memadai untuk meningkatkan pelayanannya
kepada para pasien serta lingkungan yang terkait lainnya. Sistem informasi rumah
sakit digunakan untuk mempermudah dalam pengelolaan data pada rumah sakit.
Sistem ini seharusnya sudah menggunakan metode komputerisasi. Karena dengan
penggunakan metode komputerisasi, proses penginputan data, proses
pengambilan data maupun proses pengupdate-an data menjadi sangat mudah,
cepat dan akurat.

Internet merupakan jaringan komputer yang dapat menghubungkan


perusahaan dengan domain publik, seperti individu, komunitas, institusi, dan
organisasi. Jalur ini merupakan jalur termurah yang dapat digunakan institusi
untuk menjalin komunikasi efektif dengan konsumen. Mulai dari tukar menukar
data dan informasi sampai dengan transaksi pembayaran dapat dilakukan dengan
cepat dan murah melalui internet.

Kecepatan evolusi teknologi informasi dalam memanfaatkan internet


untuk mengembangkan jaringan dalam manajemen database sangat ditentukan
oleh kesiapan manajemen dan ketersediaan sumber daya yang memadai. Namun
evolusi tersebut bukan pula berarti bahwa institusi yang bersangkutan harus
secara sekuensial mengikuti tahap demi tahap yang ada, namun bagi mereka yang
ingin menerapkan manajemen database dengan “aman” dan “terkendali”, alur
pengembangan aplikasi secara bertahap merupakan pilihan yang baik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian sistem informasi kesehatan?
2. Apa dasar hukum istem informasi kesehatan?
3. Apa saja yang termsuk building block menurut WHO?
4. Bagaimana sistem kesahatan nasional?

D. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian sistem informasi kesehatan?
2. Apa dasar hukum istem informasi kesehatan?
3. Apa saja yang termsuk building block menurut WHO?
4. Bagaimana sistem kesahatan nasional?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan adalah sistem informasi yang dapat secara selektif
menjaring data dari tingkat paling bawah dan mengolahnya untuk mendukung
pengambilan keputusan ditingkat atas pada bidang kesehatan (Depkes RI, 2001).
Dalam peraturan pemerintah ini yang dimaksud dengan sistem Informasi Kesehatan
adalah seperangkat tatanan yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur,
perangkat, teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola
secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan kesehatan.
Sistem informasi kesehatan adalah sistem pengolahan data dan informasi
kesehatan untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut WHO sistem informasi kesehatan
merupakan salah satu dari 6 “building block” atau komponen utama dalam sistem
kesehatan di suatu negara.
Sistem Informasi Kesehatan adalah integrasi antara perangkat, prosedur dan
kebijakan yang digunakan untuk mengelola siklus informasi secara sistematis untuk
mendukung pelaksanaan manajemen kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam
kerangka pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Sistem Informasi Kesehatan adalah suatu sistem yang menyediakan dukungan
informasi bagi proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi, baik di
tingkat unit pelaksana upaya kesehatan, di tingkat kabupaten/kota, di tingkat provinsi
maupun di tingkat pusat.
Dalam pengembangan dan penguatan SIK harus memperhatikan prinsip-prinsip:
1. Keamanan dan kerahasiaan data – SIK harus dapat menjamin keamanan dan
kerahasiaan data.
2. Standarisasi – standarisasi SIK khusus dalam pemanfaatan teknologi informasi
dan komunikasi dibahas dalam petunjuk teknis ini.
3. Integrasi – SIK harus dapat mengintegrasikan berbagai macam sumber data,
termasuk pula dalam pemanfaatan teknologi dan komunikasi.
4. Keterwakilan – Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat ditelusuri
lebih dalam secara individual dan agregat sehingga dapat menggambarkan
perbedaan gender, status sosial ekonomi, dan wilayah geografi.
5. Kemudahan akses – Data dan informasi yang tersedia oleh SIK harus mudah
diakses oleh semua pihak sesuai hak dan kewenangannya.
6. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi (platform elektronik) – Sistem
informasi yang dikembangkan akan berbasis data disaggregate atau individu dari
fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga sistem berbasis elektronik sangat
dibutuhkan.
7. Etika, integritas dan kualitas.

B. Dasar Hukum Istem Informasi Kesehatan


Terdapat berbagai macam dasar hukum baik berupa Undang-undang maupun
peraturan-peraturan di Indonesia yang berkaitan dengan Sistem Informasi
Kesehatan (SIK). Landasan hukum pijakan dalam Sistem Informasi Kesehatan
(SIK) adalah sebagai berikut :
1. UUD 1945, Pasal 28 ; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1144/MENKES/PER/VII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan mengamanatkan pusat
data dan informasi ( PUSDATIN ) sebagai pelaksana tugas kementrian
kesehatan di bidang data dan informasi kesehatan
5. Kepmenkes RI Nomor 511 tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi
Pengembangan Sistim Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )
6. Kepmenkes RI Nomor : 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan Kabupaten
/ Kota
7. Kepmenkes RI Nomor : 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 Tahun 2007 tentang
Pengembangan Jaringan Komputer ( SIKNAS ) Online Sistem Informasi
Kesehatan Nasional
10. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843)

11. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik


(Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846)

12. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembar Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072)

13. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembar Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063)

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/PER/III/2008 Tentang


Rekam Medis

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar


Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang


Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/PER/III/2010 tentang


Laboratorium Klinik

18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan

20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis


Penyakit Menular Tertentu yang dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan

21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Menkes/PER/I/2011 tentang Klinik

22. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang


Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010

23. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/III/2008 tentang


Petunjuk Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehtan Daerah

24. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem


Kesehatan Nasional

25. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/SK/VII/2010 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Keluarga

26. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana


Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014

C. Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan
maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang
harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem
informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan
teknologi komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer
dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer
(Computer Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang
dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis
komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau
teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan
oleh dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari
bahwa pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur
layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut
ditentukan diantaranya oleh:
a. Perkembangan organisasi tersebut Makin cepat organisasi tersebut
berkembang, maka kebutuhan informasi juga akan berkembang sedemikian
rupa sehingga system informasi yang sekarang digunakan sudah tidak bisa
lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
b. Perkembangan teknologi informasi Perkembangan teknologi informasi
yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun perangkat lunak yang
digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa
berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:
1. Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena
teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan
pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh
perusahaan pemasok perangkat keras.
2. Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah
mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai
feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi
sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang
juga telah berkembang. Meskipun pada umumnya, perusahaan
pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak tersebut,
mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau
dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut
tidak efektif. Hal ini disebabkan karena feature-feature yang baru tidak
termanfaatkan dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi
informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus
sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah:
1. Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.
2. Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras
maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila diperlukan.
3. Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru. Arah
perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun
mendatang adalah sebagai berikut:
a. Perkembangan perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan
perkembangan perangkat keras:
b. Peningkatan kecepatan.
c. Peningkatan kemampuan.
d. Penurunan harga.
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain
sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi
menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan
pengolahan data (computing power) di pecah menjadi dua, satu diletakkan pada
komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi
diletakkan di komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai
clientserver achitecture.
Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat
lunak basis data (database), juga mengikuti perkembangan desain sistem
perangkat keras tersebut diatas. Pada server diletakkan perangkat lunak
back-end dan pada client diletakkan perangkat lunak front-end. Perangkat lunak
backend adalah perangkat lunak pengelola sistem basis data (database
management system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah
perangkat lunak yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan
4GL dari DBMS tersebut atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface)
untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open database connectivity).
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat
kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem.
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah
pemakai yang melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri.
Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan
serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan menyebabkan masalah yang
serius dalam pengembangan maupun dalam pemeliharaan sistem informasi.
Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem menjadi sistem
yang terfragmentasi.
4. Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem
informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang
tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha
untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi
satu sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup
besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem
yang ada dalam system informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk
dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada
dasarnya terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu
aspek manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan
sistem informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan
kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya
memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa
memperhatikan aspek manualnya. Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa
aspek manual lebih mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah
satu factor penentu keberhasilan pengembangan sistem informasi adalah
dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi tersebut, dimana para
pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi pada
aspek manualnya.
5. Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat
bergantung kepada besar kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem
informasi tersebut. Untuk sistem informasi yang cakupannya luas dan tingkat
kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan pengembangan seperti:
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan Global,
Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi. Dalam
pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai factor seperti : keadaan yang
sekarang dihadapi, keadaan pada waktu system informasi siap dioperasionalkan
dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi perkembangan organisasi
dan perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam melakukan prediksi
keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam
implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.
6. Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan
pendekatan fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka
mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang
mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai pengembang
sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan
fungsi-fungsi dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu
sistem informasi yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam
unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan
tanggungjawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan rancang
bangun/desain system informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh
sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau
segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang
dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem informasi yang
menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan intergrasi sistem.
7. Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu
aset dari suatu organisasi, selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan
informasi internal dan eksternal organisasi merupakan salah satu keunggulan
kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan informasi tersebut:
a. Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja,
b. Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan,
c. Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat
organisasi tersebut dalam persaingan lokal maupun global.
8. Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang
mudah dipahami.
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya
dikenal istilah sistem dan subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam
melakukan penjabaran sistem informasi yang cukup luas cakupannya. Oleh
karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai berikut:
a. Sistem
b. Subsistem
c. Modul
d. Submodul
e. Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul,
masingmasing modul dapat terdiri dari beberapa submodul dan masingmasing
submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai dengan kebutuhan. Struktur
hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman maupun penamaan.
Pada beberapa kondisi tidak perlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya
sebuah modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran
berikutnya sudah sampai tingkatan aplikasi.
D. Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan pada Sistem Informasi Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan system
informasi kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari system informasi
kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu kita mengetahui sedikit tentang sistem
informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain)
sistem informasi rumah sakit hingga pengembangannya.
1. Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis
dari rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan
kepemilikannya dibagi menjadi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh:
1) Departemen Kesehatan,
2) Departemen Dalam Negeri,
3) TNI,
4) BUMN.
Sifat rumah sakit ini adalah tidak mencari keuntungan (non profit)
b. Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik
yang sifatnya tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang
mencari keuntungan (profit). Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit
dibagi 2, sebagai berikut:
a. Rumah Sakit Umum
Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi
4 tingkatan, sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang luas.
2. Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik dan subspesialistik yang terbatas.
3. Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik yang terbatas, seperti penyakit dalam, bedah,
kebidanan dan anak.
4. Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis dasar. Untuk Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Umum
digolongkan menjadi 3 tingkatan sebagai berikut:
1. Rumah Sakit Umum Pratama, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis umum,
2. Rumah Sakit Umum Madya, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik,
3. Rumah Sakit Umum Utama, rumah sakit umum yang memberikan
layanan medis spesialistik dan subspesialisitik.
b. Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini melakukan
penanganan untuk satu atau beberapa penyakit tertentu dan layanan medis
subspesialistik tertentu. Yang masuk dalam kelompok ini diantaranya:
Rumah Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dsb. Dari Keputusan
Menteri Kesehatan No. 983 tahun 1992, dapat diketahui bahwa organsasi
rumah sakit secara umum adalah organisasi matriks. Semua staf yang ada,
dibagi ke dalam divisi-divisi yang ada dalam struktur organisasi rumah
sakit tersebut, sedangkan setiap tenaga medis tersebut juga dikelompokkan
ke dalam kelompok fungsional menurut profesinya masing-masing dan
setiap kelompok fungsional dipimpin oleh seorang ketua kelompok.
Organisasi matriks adalah organisasi yang paling dinamis dan paling baik,
jika dibandingkan dengan tipe organisasi lainnya, namun harus disadari
sepenuhnya bahwa setiap staf dalam organisasi tersebut mempunyai 2
pimpinan sekaligus yang memberikan perintah dan pengarahan kepada
yang bersangkutan, yaitu pimpinan divisi dan pimpinan kelompok. Oleh
karena itu, setiap staf pada organisasi matriks harus mampu bekerjasama
lintas divisi, mampu berkomunikasi dengan baik dengan ke 2 pimpinannya
dan mampu membagi pekerjaannya berdasarkan prioritas. Organisasi
matriks memang sangat memerlukan dukungan teknologi
infomasi/komputer dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya. Namun agar
teknologi informasi dapat memberikan dukungan yang maksimal, maka
panataan pola kerja organisasi tersebut merupakan prasyarat utama. Untuk
menyusun SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagai berikut:
a. Apa fungsi/tugas utama dari rumah sakit ? Jawaban pada umumnya
b. Apa objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit ? Jawaban pada
umumnya adalah pasien/penderita
c. Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit ?
Jawaban pada umumnya adalah tenaga kerja, keuangan dan
sarana/prasaran
d. Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut ?
Jawaban pada umumnya adalah manajemen rumah sakit.
Berdasarkan jawaban tersebut, maka SIRS terdiri dari:
a. Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan
kesehatan.
b. Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga
medis maupun tenaga administratif rumah sakit.
d. Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
e. Subsistem Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang
ada di dalam rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan
obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
f. Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada
didalam rumah sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk
perencaan jangka panjang, jangka pendek, pengambilan keputusan dan
untuk layanan pihak luar. Ke 6 subsistem tersebut diatas kemudian
harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul yang sifatnya lebih
spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut
menjadi:
a. Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan
medis rawat jalan.
b. Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan
medis rawat inap.
c. Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan
medis, pemeriksaan laboratorium, dsb.
2. Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah
bertumpu dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan
SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan
kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS
adalah sebagai berikut:
a. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional
dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
b. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi
dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
c. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses
perencanaan maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai
tingkatan.
d. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan
hasil-guna terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah
sakit yang telah ada maupun yang sedang dikembangkan.
e. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi
terhadap perubahan dan perkembangan dimasa datang.
f. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan
biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan
manfaat yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
g. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
h. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan
masing-masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
i. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan
bagi petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user
friendly).
j. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin
perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia,
untuk melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
k. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang
kuat terhadap pengembangan SIRS. Atas dasar dari penetapan kriteria dan
kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan
sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran Jangka Pendek
Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
a. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban
penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan
rumah sakit.
b. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan,
akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.
c. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan
akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan
data yang bersifat dinamis.
d. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan
menekan pemborosan.
e. Terjaminnya konsistensi data.
f. Orientasi ke masa depan.
g. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi
yang telah ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus
dikembangkan dengan mempertimbangkan integrasinya sesuai
Rancangan Global SIRS.
SIRS merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas
(terutama untuk rumah sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang
cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan
dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-masing
subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya
harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah
sebagai berikut:
a. Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS,
b. Penyusunan Rancangan Global SIRS,
c. Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,
d. Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik,
e. Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan
perangkat keras maupun perangkat lunak pendukung.
f. Operasionalisasi dan Pemantapan.
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer
Based Hospital Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah
rumah sakit dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem informasi
yang terpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar. Kebutuhan akan
tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam pengembangannya, namun
juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasi dari system
yang lama pada sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum
menganggap bahwa informasi adalah merupakan aset dari rumah sakit tersebut,
maka kebutuhan biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban
yang berat, bukan sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi.
Kalau informasi telah menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk
pengembangan, pemeliharaan maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk
dalam kalkulasi biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah
sakit itu. Perlu disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi informasi
dapat menyebabkan ketergantungan, dalam arti sekali mengimplementasikan
dan mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa
harus menggunakan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena perubahan
dari sistem yang terotomasi menjadi sistem manual merupakan kejadian yang
sangat tidak menguntungkan bagi rumah sakit tersebut.
Perangkat lunak SIRS siap pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini
sebagian besar adalah perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian
sistem atau beberapa subsistem dari SIRS. Untuk dapat memilih perangkat
lunak SIRS siap pakai dan perangkat keras yang akan digunakan, maka rumah
sakit tersebut harus sudah memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang sesuai
dengan kondisi dan situasi rumah
E. Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan
dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut:
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar
yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat
interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan
mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam
kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai
komponen sistem di masa depan.
4. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan
dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam
Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari
jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang
menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan
access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara
luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan
manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan,
pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan pengembangan
karir.
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan
kedokteran.
10. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
11. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.
F. Ruang Lingkup Sistem Informasi Kesehatan
Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan, mencakup
pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office management).
Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai
keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat
inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam,
bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan
mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan
lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan
terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien,
konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.
4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti:
ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain.
5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat
jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik),
baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien
(laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan
lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi
obat-obatan.
Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporanlaporan mengenai:
1. Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan),
2. Penerimaan kasir secara periodik,
3. Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien,
4. Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan (RL1),
5. Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a),
6. Data morbiditas pasien rawat jalan (RL2b),
7. Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik,
8. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1),
9. Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1),

G. Building Block Menurut WHO


Menurut WHO sistem Informatika Kesehatan termasuk dalam salah Satu dari
6”Building Block” atau komponen utama dalam sistem kesehatan di suatu negara.
Keenam komponen (Building Block) sistem kesehatan tersebut adalah:

a. Sevice delivery (pelaksanaan pelayanan kesehatan)


b. Medical produsct,vaccine,and technologies (produk medis,vaksin dan
teknolohi kesehatan)
c. Health worksforce (tenaga medis)
d. Health sistem financing (system pembiayaan kesehatan)
e. Health information system (sistem informasi kesehatan)
f. Leadership and governance (kepemimpinan dan pemerintahan)

H. Sistem Kesahatan Nasional


1. Pengertian Dan Tujuan Sistem Kesehatan Nasional

Sistem Kesehatan Nasional adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai


upaya Bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung, guna menjamin
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sebagian perwujudan kesejahteraan
umum seperti dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 Pada hakikatnya. SKN
adalah juga merupakan wujud dan sekaligus metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, yang memadukan berbagai upaya Bangsa Indonesia
dalam satu derap langkah guna menjamin tercapainya tujuan pembangunan
kesehatan.

Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi


bangsa, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah secara sinergis, berhasil
guna dan berdaya guna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.

2. Kedudukan SKN

a. Kedudukan SKN terhadap Sistem Nasional lain


Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak
hanya menjadi tanggungjawab sektor kesehatan, melainkan juga
tanggungjawab dari berbagai sektor lain terkait yang terwujud dalam berbagai
bentuk sistem nasional. Dengan demikian, SKN harus berinteraksi secara
harmonis dengan berbagai sistem nasional tersebut, seperti :

1) Sistem Pendidikan Nasional


2) Sistem Perekonomian Nasional
3) Sistem Ketahanan Pangan Nasional
4) Sistem Hankamnas, dan
5) Sistem-sistem nasional lainnya
Dalam keterkaitan dan interaksinya, SKN harus dapat mendorong
kebijakan dan upaya dari berbagai sistem nasional sehingga berwawasan
kesehatan.Dalam arti sistem-sistem nasional tersebut berkontribusi positif
terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan.

b. Kedudukan SKN terhadap Penyelenggaraan


Pembangunan Kesehatan di Daerah, SKN merupakan acuan bentuk dan
cara penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah.

c. Kedudukan SKN terhadap berbagai sistem


kemasyarakatan termasuk swasta, Keberhasilan pembangunan kesehatan
sangat ditentukan olehdukungan sistem nilai dan budaya masyarakat yang
secarabersama terhimpun dalam berbagai sistem kemasyarakatan.SKN
merupakan bagian dari sistem kemasyarakatan yangdipergunakan sebagai
acuan utama dalam mengembangkanperilaku dan lingkungan sehat serta
berperan aktif masyarakatdalam berbagai upaya kesehatan.

3. Subsistem SKN

a. Subsistem Upaya Kesehatan


b. Subsistem Pembiayaan kesehatan
c. Subsistem SDM Kesehatan
d. Subsistem Obat dan Perbekalan Kesehatan
e. Subsistem Manajemen & Informasi Kesehatan
f. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat

4. Sistem Informasi Kesahatan Nasional

Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS) adalah sistem informasi


yang berhubungan dengan sistem-sistem informasi lain baik secara nasional
maupun internasional dalam rangka kerjasama yang saling
mneguntungkan. SIKNAS bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan
merupakan bagian dari sistem kesehatan.
Jaringan SIKNAS adalah sebuah koneksi/jaringan virtual sistem informasi
kesehatan elektronik yang dikelola oleh Kementrian Kesehatan dan hanya bisa
diakses bila telah dihubungkan. Jaringan SIKNAS merupakan infrastruktur
jaringan komunikasi data terintegrasi dengan menggunakan Wide Area Network
(WAN), jaringan telekomunikasi yang mencakup area yang luas serta digunakan
untuk mengirim data jarak jauh antara Local Area Network (LAN) yang berbeda,
dan arsitektur jaringan lokal komputer lainnya. Pengembangan jaringan
komputer (SIKNAS) online ditetapkan melalui keputusan Mentri Kesehatan
(KEPMENKES) No. 837 Tahun 2007.
Tujuan pengembangan SIKNAS online adalah untuk menjembatani
permasalahan kekurangan data dari kabupaten/kota ke depkes pusat dan
memungkinkan aliran data kesehatan dari kabupaten/kota ke pusdatin karena
dampak adanya kebijakan desentralisasi bidang kesehatan di seluruh Indonesia.

Terdapat 7 komponen yang saling terhubug dan saling terkait dalam alur SIKNAS
yaitu:

a. Sumber data manual.

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih


dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model sistem
informasi kesehatan nasional yang memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi masih tetap dapat menampung sistem informasi
kesehatan manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai
keterbatasan infrastruktur (antara lain, pasokan listrik dan peralatan komputer
serta jaringan internet). Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai
sistem manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan
berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data
rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/ kota. Fasilitas pelayanan
kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam
bentuk softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota.
Bagi petugas kesehatan yang termasuk dalam jejaring puskesmas yang belum
komputerisasi, laporan dikirim dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai
jadwal yang telah ditentukan. Sedangkan bagi yang sudah
komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy untuk dilakukan
penggabungan data di puskesmas.
b. Sumber data komputerisasi.

Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang sudah dilakukan
secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan
komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan
Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga dikembangkan
program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung dengan
sistem informasi puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).

c. Sistem informasi dinas kesehatan.


Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan baik
kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan dapat berupa laporan softcopy
dan laporan hardcopy.

Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik.


Laporan softcopy diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya
semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas
kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan
kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas kesehatan milik provinsi.

d. Sistem informasi pemangku kepentingan.

Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan terkait


kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku
kepentingan di semua lingkungan dilakukan dengan mekanisme yang
disepakati.

e. Bank data kesehatan nasional.

Mencakup semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas kesehatan). Oleh
karena itu di unit-unit program tidak perlu lagi melakukan pengumpulan data
langung ke sumber data.

f. Penggunaan data oleh kementerian kesehatan.

Data kesehatan yang sudah diterima di bank data kesehatan nasional dapat
dimanfaatkan oleh semua unit-unit program di Kementerian Kesehatan dan
UPT-nya serta dinas kesehatan dan UPT/D-nya.

g. Pengguna data.

Semua pemangku kepentingan yang tidak/belum memiliki sistem informasi


sendiri serta masyarakat yang membutuhkan informasi kesehatan dapat
mengakses informasi yang diperlukan dari bank data kesehatan nasional
melalui website Kementerian Kesehatan.

Dengan sistem informasi kesehatan yang terintegrasi berbasis elektronik, akan


meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di lapangan. Serta
data entri hanya perlu dilakukan satu kali, data yang sama akan disimpan secara
elektronik, dikirim dan diolah. Fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan
swasta wajib menyampaikan laporan sesuai standar dataset minimal dengan jadwal
yang telah ditentukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem informasi kesehatan merupakan sebuah srana sebagai penunjang


pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional
adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai upaya Bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung, guna menjamin derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagian perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 Pada hakikatnya.

Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi


proses pengambilan keputusan disemua jenjang, bahkan dipuskesmas ataupun rumah
sakit kecil sekalipun, bukan hanya data, namun juga informasi yang lengkap, tepat,
akurat dan cepat yang dapat disajikan dengan adanya sistem informasi kesehatan yang
tertata dan terlaksana dengan baik.

B. Saran

Penggunaan terhadap sistem informasi kesehatan harus lebih disosialisasikan lagi


agar tidak hanya rumah sakit dan puskesmas besar saja yang bisa menggunakan
sistem informasi ini tetapi tempat-tempat kesehatan seperti pustu, posyandu dan
tempat-tempat kesehatan lainnya agar bida menggunakan sistem informasi ini. Agar
semua jaringan data maupun informasi terkoneksi dengan baik hingga ke pusat,
sehingga data menjadi valid.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2012, Roadmap Sistem Informasi dan Kesehatan tahun


2011-2014. Kementrian Kesehatan RI, Jakarta.

Zhou, Rosalina. 2012.’Hasil Diskusi SIKNAS dan SIKDA’. Dari: www.scribd.com.


[14 May 2013]

Kementerian Kesehatan, RI, Pedoman Sistem Informasi Kesehatan (Draft, Rancangan


3.3.1), Pusdatin, Jakarta, 2011.

http://www.who.int/healthsystems/topics/en/.

Undang-Undang yang Berkaitan dengan Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di


Indonesia oleh dr.Awi Muliadi Wijaya, MKM

Anda mungkin juga menyukai