Makalah Patofisiologi Sistem Kardiovaskuler
Makalah Patofisiologi Sistem Kardiovaskuler
PENDAHULUAN
I. Pendahuluan
Serangan jantung merupakan penyebab kematian dan kesakitan karena
kardiovaskuler. Kira – kira 525.000 kematian dalam satu tahun berhubungan dengan sakit
jantung, kebanyakan dari mereka adalah laki – laki di usia pertengahan. Yang perlu
diperhatikan adalah bahwa serangan jantung seringkali datang tanpa peringatan dan atau
sedikit yang disertai tanda gejala awal. Lebih dari separuh kematian akibat infark miokard
terjadi sebelum pasien sampai di rumah sakit.
Penyakit jantung lain yang memiliki angka kematian dan kesakitan tinggi
mencakup penyakit jantung rematik, stroke, hipertensi, dan penyakit jantung bawaan.
Usaha utama untuk pengendalian penyakit kardiovaskuler adalah pencegahan primer.
Dalam kasus kardiovaskuler lebih ditekankan pada pencegahan bukan pada
pengobatan terhadap penyakit yang sudah ada, kematian dan cacat sisa yang diakibatkan
oleh penyakit kardiovaskuler.
II. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini untuk lebih memahami:
1. Struktur dan fungsi kardiovaskuler
2. Konsep gangguan kardiovaskuler
3. Embriogenesis dan Kongenital kardiovaskuler
4. Gangguan aktivitas listrik, Koroner, Aorta, dan Gagal Jantung
BAB II
PEMBAHASAN
dalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida,
jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru–paru dan memompanya
ke jaringan di seluruh tubuh.
FUNGSI JANTUNG
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol),
selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung
(disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara bersamaan, dan
kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara bersamaan. Darah yang kehabisan
oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena
berbesar (vena kava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah atrium kanan terisi darah, dia
akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan. Darah dari ventrikel kanan akan dipompa
Darah akan mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong
udara di paru-paru, menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya
dihembuskan. Darah yang kaya akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke
atrium kiri. Peredaran darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut
sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel kiri, yang
selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati katup aorta masuk ke
dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya oksigen ini disediakan untuk seluruh
tubuh, kecuali paru-paru.
PEMBULUH DARAH
Keseluruhan peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan
vena.
1) Aorta
Aorta adalah pembuluh nadi terbesar dalam tubuh yang keluar dari ventrikel jantung dan
membawa banyak oksigen.
2) Arteri
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung keseluruh tubuh.
Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis. Arteri bersifat
elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut lastik sehingga dapat berdenyut-denyut
sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Arteri yang lebih kecil
dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan ototsebagai respon terhadap pengendalian saraf
vasomotor. Arteri juga mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang
disebutvasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor. Pembuluh darah
ini mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aortakemudian bercabang
menjadi arteri dan arteriola. Dinding arteri tebal karena membawa darah dengan tekanan yang
tinggi ditubuh tidak berada di permukaan tetapi agak kedalam dibawah
permukaan berwarna cenderung merah karena cenderung membawa darah yang
mengandung oksigen kecuali arteri pulmonalis
3) Arteri sistemik
Arteri sistemik membawa darah menuju arteriol dan kemudian
k e pembuluh kapiler, di mana zat nutrisi dan gas ditukarkan.
4) Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi terkecil yang berhubungan
d e n g a n pembuluh kapiler.
5) Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat
tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung) dan
vena (membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan zat
makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolism
berpindah dari jaringan ke dalam darah Dari kapiler, darah mengalir ke dalam venula lalu
ke dalam vena, yang akan membawa darah kembali ke jantung.
6) Vena
Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada arteri
sehingga vena mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang
lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan.
Epidemiologi PJB
Telah disebutkan bahwa penyakit jantung bawaan terjadi sekitar 1% dari
keseluruhan bayi lahir hidup atau sekitar 6-8 per 1000 kelahiran.
Pada negara Amerika Serikat setiap tahun terdapat 25.000-35000 bayi lahir dengan
PJB. Terdapat hal menarik dari PJB yakni insidens penyakit jantung bawaan
di seluruh dunia adalah kira-kira sama serta menetap dari waktu-waktu. Meski
demikian pada negara sedang berkembang yang fasilitas kemampuan untuk
menetapkan diagnosis spesifiknya masih kurang mengakibatkan banyak
neonatus dan bayi muda dengan PJB berat telah meninggal sebelum diperiksa ke dokter.
Pada negara maju sekitar 40-50% penderita PJB terdiagnosis pada umur 1
minggu dan 50-60% pada usia 1 bulan. Sejak pembedahan paliatif atau korektif
sekarang tersedia untuk lebih 90% anak PJB, jumlah anak yang hidup dengan
PJB bertambah secara dramatis, namun keberhasilan intervensi ini tergantung
dari diagnosis yang dini dan akurat. Oleh sebab itu insidens penyakit
jantung bawaan sebaiknya dapat terus diturunkan dengan mengutamakan
peningkatan penanganan dini pada penyakit jantung bawaan tetapi juga tidak
mengesampingkan penyakit penyerta yang mungkin diderita. Hal ini ditujukan
untuk mengurangi angka mortalitas dan morbisitas pada anak dengan PJB.
Klasifikasi PJB
Penyakit jantung bawaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar
berdasarkan pada ada atau tidak adanya sianosis, yang dapat ditentukan melalui
pemeriksaan fisik. Klasifikasi penyakit jantung bawaan menjadi PJB sianotik
dan PJB asianotik tersebut sering dikenal dengan klasifikasi klinis.
Tapi bagi kelainan jantung kongenital yang lebih komplek bentuknya, klasifikasi
segmental mungkin lebih tepat suatu pendekatan diagnosis berdasarkan
anatomi dan morfologi bagian-bagian jantung secara rinci dan runut.
Penyakit jantung bawaan asianotik atau non sianotik umumnya memiliki
kelainan yang lebih sederhana dan tunggal sedangkan tipe sianotik biasanya
memiliki kelainan struktur jantung yang lebih kompleks dan bervariasi.
Baik keduanya hampir 90% memerlukan intervensi bedah jantung terbuka untuk
pengobatannya. Sepuluh persen lainnya adalah kelainan seperti kebocoran sekat
bilik jantung yang masih mungkin untuk menutup sendiri seiring dengan
pertambahan usia anak.
Bergantung pada ada tidaknya pirau (kelainan berupa lubang pada sekat pembatas antar
jantung), kelompok ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1) PJB asianotik dengan pirau
Adanya celah pada septum mengakibatkan terjadinya aliran pirau (shunt)
dari satu sisi ruang jantung ke ruang sisi lainnya. Karena tekanan darah di ruang
jantung sisi kiri lebih tinggi disbanding sisi kanan, maka aliran pirau yang
terjadi adalah dari kiri ke kanan. Akibatnya, aliran darah paru berlebihan.
Aliran pirau ini juga bisa terjadi bila pembuluh darah yang menghubungkan
aorta dan pembuluh pulmonal tetap terbuka.
Karena darah yang mengalir dari sirkulasi darah yang kaya oksigen ke
sirkulasi darah yang miskin oksigen, maka penampilan pasien tidak biru
(asianotik). Namun, beban yang berlebihan pada jantung dapat menyebabkan
gagal jantung kiri maupun kanan.
Yang termasuk PJB asianotik dengan aliran pirau dari kiri kanan ialah :
a) Atrial Septal Defect (ASD)
Atrial Septal Defect (ASD) atau defek septum atrium adalah kelainan akibat
adanya lubang pada septum intersisial yang memisahkan antrium kiri dan
kanan.1 Defek ini meliputi 7-10% dari seluruh insiden penyakit jantung bawaan
dengan rasio perbandingan penderita perempuan dan laki-laki.
Berdasarkan letak lubang defek ini dibagi menjadi defek septum atrium
primum, bila lubang terletak di daerah ostium primum, defek septum atrium
sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovalis dan defek sinus venosus,
bila lubang terletak di daerah sinus venosus, serta defek sinus koronarius.
Sebagian besar penderita defek atrium sekundum tidak memberikan gejala
(asimptomatis) terutama pada bayi dan anak kecil, kecuali anak sering batuk
pilek sejak kecil karena mudah terkena infeksi paru. Bila pirau cukup besar
maka pasien dapat mengalami sesak napas.
Diagnosa dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik yakni dengan askultasi
ditemukan murmur ejeksi sistolik di daerah katup pulmonal di sela iga 2-3 kiri
parasternal. Selain itu terdapat juga pemeriksaan penunjuang seperti
elektrokardiografi (EKG) atau alat rekam jantung, foto rontgen jantung, MRI,
kateterisasi jantung, angiografi koroner, serta ekokardiografi.
Pembedahan dianjurkan untuk semua penderita yang bergejala dan juga yang tidak
bergejala dan penutupan defek tersebut dilakukan pada pembedahan jantung terbuka
dengan angka mortalitas kurang dari 1%.
b) Ventricular Septal Defect (VSD)
Defek septum ventrikel atau Ventricular Septal Defect (VSD) merupakan kelainan
berupa lubang atau celah pada septum di antara rongga ventrikal akibat
kegagalan difusi atau penyambungan sekat interventrikel. Defek ini merupakan
defek yang paling sering dijumpai, meliputi 20-30% pada penyakit jantung bawaan.
Berdasarkan letak defek, VSD dibagi menjadi 3 bagian, yaitu defek septum ventrikel
perimembran, defek septum ventrikel muskuler, defek subarterial.
Prognosis kelainan ini memang sangat ditentukan oleh besar kecilnya defek.
Pada defek yang kecil seringkali asimptomatis dan anak masih dapat tumbuh
kembang secara normal. Sedangkan pada defek baik sedang maupun besar
pasien dapat mengalami gejala sesak napas pada waktu minum, memerlukan
waktu lama untuk menghabiskan makanannya, seringkali menderita infeksi
paru dan bahkan dapat terjadi gagal jantung.
Pada pemeriksaan fisik, terdengar intensitas bunyi jantung ke-2 yang menigkat,
murmur pansistolik di sela iga 3-4 kiri sternum dan murmur ejeksi sistolik pada
daerah katup pulmonal. Terapi ditujukan untuk mengendalikan gejala gagal
jantung serta memelihara tumbuh kembang yang normal.
Jika terapi awal berhasil, maka pirau akan menutup selama tahun pertama kehidupan.
Operasi dengan metode transkateter dapat dilakukan pada anak dengan risiko rendah
(low risk) setelah berusia 15 tahun.
c) Patent Ductus Arteriousus (PDA)
Patent Ductus Arteriousus (PDA) atau duktus arteriosus persisten adalah duktus
arteriosus yang tetap membuka setelah bayi lahir.Kelainan ini banyak terjadi
pada bayi-bayi yang lahir prematur. Insiden duktus arteriosus persisten
sekitar 10-15% dari seluruh penyakit jantung bawaan dengan penderita
perempuan melebihi laki-laki yakni 2:1.
Penderita PDA yang memiliki defek kecil dapat hidup normal dengan tidak atau
sedikitnya gejala, namun defek yang besar dapat menimbulkan gagal jantung
kongestif yang serupa dengan gagal jantung pada VSD. Pada pemeriksaan
fisik ditemukan adanya murmur sinambung (continous murmur) di sela iga 2-3
kiri sternum menjalar ke infraklavikuler.
Pengetahuan tentang kapan tepatnya penutupan duktus terjadi penting dalam
tatalaksana penanganan PDA, karena pada kasus tertentu seperti pasien PDA
yang diikuti dengan atresia katup pulmonal, duktus arteriosus justru
dipertahankan untuk tetap terbuka. Pada kasus PDA pada umumnya penderita
memerlukan penutupan duktus dengan pembedahan.
b) Stenosis aorta
Pada kelainan ini dapat ditemui katup aorta hanya memilki dua daun yang seharusnya
tiga, atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Dalam jangka
waktu tertentu lubang atau pembukaan katup tersebut sering menjadi kaku dan
menyempit karena terkumpulnya endapan kalsium. Stenosis pulmonal
mencakup 5% dari total keseluruhan penyakit jantung bawaan dengan
predominasi laki-laki 2 : 1.
Pada pasien stenosis aorta yang ringan atau pun moderat sering tidak
memberikan keluhan, tapi stenosis akan makin nyata karena proses fibrosis dan
kalsifikasi pada waktu menjelang kian dewasa. Klik ejeksi sistolik akan
terdengar keras dan jelas di sela iga 2-3 pada tepi kanan atas sternum. Stenosis
aorta yang ringan dan asimptomatik biasanya tidak diperlukan tindakan apapun
kecuali profilaksis antibiotik untuk mencegah endokarditis. Pada stenosis aorta
yang cukup berat perlu dilakukan tindakan secepatnya dengan valvuloplasti
balon atau pembedahan.
c) Koarktasio aorta
Koarktasio aorta meupakan kelainan jantung non sianotik yang paling banyak
menyebabkan gagal jantung pada bayi-bayi di minggu pertama setelah
kelahirannya.Insidens koarktasio aorta kurang lebih sebesar 8-15% dari
seluruh kelainan penyakit jantung bawaan serta ditemukan lebih banyak pada
laki-laki daripada perempuan (2:1).
Diagnosis dapat dengan menemukan adanya perbedaan yang besar antara
tekanan darah pada extremitas atas dengan extremitas bawah. Foto rontgen
dada memperlihatkan kardiomegali dengan kongesti vena pulmonalis,
pemeriksaan Doppler pada aorta akan memperlihatkan aliran arteri yang
terganggu.
Pada neonates pemberian prostalglandin (PGE1) untuk membuka kembali
duktus arteriosus akan memperbaiki perfusi sistemik dan mengkoreksi asidosis.
Tindakan pelebaran koarktasio dengan kateter balon bila dikerjakan dengan baik dapat
memberikan hasil yang memuaskan.
Patofisiologi
Dalam keadaan normal, pacu untuk deyut jantung dimulai di denyut nodus SA dengan irama
sinur 70-80 kali per menit, kemudian di nodus AV dengan 50 kali per menit, yang kemudian
di hantarkan pada berkas HIS lalu ke serabut purkinje. Sentrum yang tercepat membentuk
pacu memberikan pimpinan dan sentrum yang memimppin ini disebut pacemaker. Dlam
keadaan tertentu, sentrum yang lebih rendah dapat juga bekerja sebagai pacemaker, yaitu :
Bila sentrum SA membentuk pacu lebih kecil, atau bila sentrum AV membentuk pacu lebih
besar. Bila pacu di SA tidak sampai ke sentrum AV, dan tidak diteruskan k BIndel HIS akibat
adanya kerusakan pada system hantaran atau penekanan oleh obat. Aritmia terjadi karena
ganguan pembentukan impuls (otomatisitas abnormal atau gangguan konduksi). Gangguan
dalam pembentukan pcu antara lain: 1. Gangguan dari irama sinus, seperti takikardi sinus,
bradikardi sinus dan aritmia sinus. 2. Debar ektopik dan irama ektopik: Takikardi sinus
fisiologis, yaitu pekerjaan fisik, emosi, waktu makana sedang dicerna. Takikrdi pada waktu
istirahat yang merupakan gejala penyakit, seperti demam, hipertiroidisme, anemia, lemah
miokard, miokarditis, dan neurosis jantung.
Etiologi
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini dalam
sistem irama-konduksi jantung : Irama abnormal dari pacu jantung. Pergeseran pacu jantung
dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung. Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewaktu
menghantarkan impuls melalui jantung. Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua bagian jantung.
Beberapa kondisi atau penyakit yang dapat menyebabkan aritmia adalah : Peradangan jantung,
misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi). Gangguan
sirkulasi koroner (atherosclerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia
miokard, infark miokard. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin, dan
obat-obat anti aritmia lainnya. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia,
hipokalemia). Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja
dan irama jantung. Gangguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat. Gangguan metabolic
(asidosis, alkalosis). Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme). Gangguan irama
jantung akibat gagal jantung. Gangguan irama jantung karena karmiopati atau tumor jantung.
Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis system konduksi jantung).
Manifestasi Klinis
Perubahan TD (hipertensi atau hipotensi); nadi mungkin tidak teratur, defisit nadi; bunyi
jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, cyanosis, berkeringat;
edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat. Sinkop, pusing, berdenyut,
sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. Nyeri dada ringan sampai berat,
dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah. Nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi nafas tambahan (krekels, ronchi, mengi) mungkin ada
menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal, hemoptisis. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat);
inflamasi, eritema, odema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.
Pemeriksaan Penunjang
EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber
disritmia dan efek ketidak-seimbangan elektrolit dan obat jantung. Monitor halter : Gambaran
EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh
gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
Foto dada : Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi
ventrikel atau katup. Skan pencitraan miokardia : Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan
miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan
kemampuan pompa. Tes stres latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan
yang menyebabkan disritmia.
Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan
disritmia.
Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau
dugaan interaksi obat contoh digitalis, guinidin. Pemeriksaan tyroid : Peningkatan atau
penurunan kadar tyroid serum dapat menyebabkan meningkatkan disritmia.
Laju sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis
sebagai faktor pencetus disritmia.
GDA/nadi oksimatri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Medis Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a. Anti artimia kelas I : sodium channel blocker.
Kelas I A : Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah
berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistole atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
Kelas I B Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
Kelas I C a. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
b. Anti aritmia kelas 2 (beta adrenergik blokade). Atenolol, metoprolol, propanolol : indikasi
aritmia jantung, angina pektoris dan hipertensi.
c. Anti aritmia kelas 3 (prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.
2. Terapi mekanis
Kardioversi : Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki
kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
Defibrilasi : Kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode
takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi
ventrikel.
Terapi pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot
jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.
Jantung Koroner
Pengertian Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan
atau kelainan pembuluh nadi koroner. Penyakit jantung koroner diakibatkan oleh penyempitan
atau penyumbatan pembuluh darah koroner. Penyempitan atau penyumbutan ini dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan rasa nyeri (Yenrina,
Krisnatuti, 1999). Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan
pada pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darahke aorta ke jaringan
yang melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).
Etiologi
Penyakit Jantung Koroner Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan
oleh penyempitan atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit
jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan
penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan
yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah berbagai
faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang meninggi, tegangan
ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan
dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang mengganggu penyediaan oksigen antara lain,
tekanan darah koroner meningkat, yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang
mempersempit saluran sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot
regulasi jantung dan lain sebagainya.
Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard
akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak (Margaton,
1996).
Patofisiologi
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein,
kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau permukana bagian
dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan akan berkurang
oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner menunjukkan
gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori.
Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut
densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL
(Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling aterojenik.
HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di metabolisme dan di
ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko penyakit jantung koroner
berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore, 1997).
Gagal jantung
Pengertian.
Suatu kegagalan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh
(Purnawan Junadi, 1982).
Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output
tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir
dari gangguan jantung, pembuluh darah atau kapasitas oksigen yang terbawa dalam darah
yang mengakibatkan jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada erbagai organ
(Ni Luh Gede Yasmin, 1993).
Insiden
Gagal jantung dapat di alami oleh setiap orang dari berbagai usia. Misalnya neonatus dengan
penyakit jantung kongenital atau orang dewasa dengan penyakit jantung arterosklerosis, usia
pertengahan dan tua sering pula mengalami kegagalan jantung (Ni Luh Gede Yasmin, 1993).
Patofisiologi
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme yang
menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak
output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf simpatetik terhadap baro reseptor atau
kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuikan terhadap
peningkatan volume, vasokonstyrinksi arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta
respon terhadap serum-serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah sirkulasi yang di
pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh pengencangan jantung.
Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian ventrikel dan arteri koronaria,
menurunnya kardiak ouput menyebabkan berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan peningkatan
tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada jantung iskemik atau
kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme pemompaan.
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan jantung.
Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan pada sisi yang lain
dan manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan pemompaan total. Manifestasi
klinis dari gagal jantung kanan adalah: edema, distensi vena, asites, penambahan berat badan,
nokturia, anoreksia, peningkatan tekanan atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer.
Manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea, sianosis,
batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler, peningkatan tekanan
atrium kiri.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Listrik memiliki peran yang sangat penting dalam mengontrol sistem tubuh
manusia. Muatan listrik menentukan respon seluler terhadap stimulasi yang meliputi
resting state, treshhold state, dan active. Resting State merupakan respon dasar sel saat
besarnya stimulasi berada di bawah batas minimum aktivitas sel. Semakin besar beda
potensial membrane, maka sel tersebut semakin sensitive. Pada kondisi potensial membran
yang besar dibutuhkan stimulus yang besar pula. Hal ini untuk memicu terjadinya
depolarisasi. Beda potensial membrane yang melebihi RMP disebut dengan
hiperpolarisasi, sedangkan beda potensial yang kurang dari RMP disebut sebagai
hipopolarisasi. Jantung merupakan organ yang mampu memproduksi muatan listrik karena
tubuh adalah konduktor yang baik, maka impuls yang dihasilkan jantung dapat menjalar
ke seluruh tubuh, sehingga potensial aksi yang dipancarkan oleh jantung dapat diukur
dengan galvanometer melalui elektroda-elektroda yang diletakkan pada berbagai posisi di
permukaan tubuh. Kontraksi sel otot jantung terjadi oleh adanya potensial aksi yang
dihantarkan sepanjang membran sel otot jantung. Jantung akan berkontraksi secara ritmik,
akibat adanya impuls listrik yang dibangkitkan oleh jantung sendiri yang disebut
"autorhytmicity". Perjalanan aliran listrik pada jantung adalah sebagai berikut : Impuls
listrik meninggalkan Sinoatrium Node (SA) menuju atrium kanan dan kiri. hingga kedua
atrium bisa berkontraksi dalam waktu yang sama. Proses ini memakan waktu 0,4 detik.
Pada saat atrium kanan dan kiri berkontraksi, ventrikel akan terisi darah kemudian kembali
mengalir ke Atrioventricular Node
B. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami
dalam tahap belajar,maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi
saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi
sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf
karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare, 2002, Buku Ajar-Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1, Jakarta: EGC.
Ruhyamaddin F. (2006). Askep pada Klien Gangguan Sistem kardiovaskuler. Malang; UMM.