Aml Aml Aml New
Aml Aml Aml New
Oleh :
ZAKY S A
NIM. 0810720078
Mahasiswa
____________________ _____________________
2
LAPORAN PENDAHULUAN
AKUT MIEOBLASTIK LEUKEMIA
1. DEFINISI AML
Leukemia akut baik granulositik atau mielositik merupakan jenis leukemia yang
banyak terjadi pada orang dewasa. Manifestasi klinis berkaitan dengan
berkurangnya atau tidak adanya sel hematopoietik (Clarkson, 1983).
2. ETIOLOGI AML
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga
menjadi penyebab, antara lain :
1) Genetik
(1) Keturunan
1. Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis (Wiernik, 1985; Wilson, 1991). Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen,
misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom
yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia
yang sangat tinggi (Wiernik,1985).
3
2) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata.
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA
polimerase pada sel-sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan
enzim ini berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang
menyebabkan leukemia pada hewan. (Wiernik, 1985). Salah satu virus yang
terbukti dapat menyebabkan leukemia pada manusia adalah Human T-Cell
Leukemia . Jenis leukemia yang ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia.
Virus ini ditemukan oleh Takatsuki dkk (Kumala, 1999).
3) Bahan Kimia dan Obat-obatan
1) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. (Wiernik,1985; Wilson, 1991)
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari
AML, antara lain : produk – produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida,
pestisida, dan ladang elektromagnetik (Fauci, et. al, 1998).
2) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II)
dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (Fauci, et. al,
1998).
4) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan
pada pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan
pada kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang
yang selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui
juga pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para
4
pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis .
5) Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut
Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk
diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini
disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif
selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA .
3. KLASIFIKASI AML
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB)
AML terbagi menjadi 8 tipe :
- Mo ( Acute Undifferentiated Leukemia )
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut
sebagai AML dengan diferensiasi minimal.
- M1 ( Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi )
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat
dari kasus AML. Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic
granules dan Auer rods. Dan sel leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1
tanpa granula dan tipe 2 dengan granula, dimana tipe 1 dominan di M1.
- M2 ( Akut Myeloid Leukemia )
Sel leukemik pada M2 memperlihatkan kematangan yang secara morfologi
berbeda, dengan jumlah granulosit dari promielosit yang berubah menjadi
granulosit matang berjumlah lebih dari 10 %. Jumlah sel leukemik antara
30–90 %. Tapi lebih dari 50 % dari jumlah sel-sel sumsum tulang di M2
adalah mielosit dan promielosit.
- M3 ( Acute Promyelocitic Leukemia )
Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi
berat, stain mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi dalam
bentuk maupun ukuran, kadang-kadang berlobul . Sitoplasma mengandung
granula besar, dan beberapa promielosit mengandung granula berbentuk
seperti debu. Adanya Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC)
5
dihubungkan dengan granula-granula abnormal ini .
6
- Leukopenia (karena penurunan fungsi) : infeksi lokal atau umum (sepsis) dengan
gejala panas badan (Demam) dan penurunan keadaan umum.
- Trombositopeni : Perdarahan kulit, mukosa dan tempat- tempat lain.
7
(Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. Fakultas Kedokteran
Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya,1994).
6. PENATALAKSANAN MEDIS
Perbaiki keadaan umum :
- Anemia : transfusi sel darah merak padat (PRC) 10 ml/kg BB/dosis, hingga Hb 12
g/dl.
- Perdarahan hebat : transfusi darah sesuai jumlah yang hilang, bila perlu dapat
diberi transfusi trombosit (biasanya diperlukan bila jumlah trombosit <
10.000/mm3).
- Infeksi sekunder : bila dapat lakukan biakan kuman (dari bisul, air kemih, darah,
cairan serebro spinal) dan segera mulai dengan antibiotika spektrum luas/dosis
tinggi, sesuai dengan dugaan kuman penyebab.
- Status gizi perlu diperhatikan/diperbaiki.
Pengobatan sfesifik :
Protokol untuk AML :
Untuk jenis AML, protokol yang dipakai bervariasi, terdiri dari bermacam-macam
kombinasi obat, seperti :
Sitosin arabinosid + daunomisin + 6 tioguanin.
Prednison + vinkristin + metotreksat + merkaptopurin.
7. KOMPLIKASI
Penyulit yang paling sering didapatkan adalah :
Perdarahan.
Sepsis.
8
Konsep asuhan keperawatan pada pasien AML
1. PENGKAJIAN
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
a. Faktor Keturunan ; yaitu faktor gen yang diturunkan dari kedua orang
tuanya.
b. Faktor Hormonal ; banyak hormon yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, namun yang paling berperan
adalah Growth Hormon (GH).
c. Faktor Gizi ; Setiap sel memerlukan makanan atau gizi yang baik.
Untuk mencapai tumbuh kembang yang baik dibutuhkan gizi yang baik.
d. Faktor Lingkungan; Terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan biologi dan
lingkungan psikososial.
e. Tahap perkembangan anak menurut Teori Psikososial Erik Erikson.
Erikson mengemukakan bahwa dalam tahap-tahap perkembangan
manusia mengalami 8 fase yang saling terkait dan berkesinambungan
TUGAS PERKEMBANAGAN BILA TUGAS
PERMKEMBANGAN
TIDAK TERCAPAI
Bayi (0 - 1 tahun) Tidak percaya
Rasa percaya mencapai harapan,
Dapat menghadapi frustrasi dalam jumlah
kecil
Mengenal ibu sebagai orang lain dan berbeda
dari diri sendiri.
Usia bermain (1 - 3 Tahun) Malu dan ragu-ragu
Perasaan otonomi.
Mencapai keinginan
Memulai kekuatan baru
Menerima kenyataan dan prinsip kesetiaan
Usia pra sekolah ( 3 - 6 Tahun) Rasa bersalah.
Perasaan inisiatif mencapai tujuan
9
Menyatakan diri sendiri dan lingkungan
Membedakan jenis kelamin.
Usia sekolah ( 6 - 12 Tahun) Rasa rendah diri
Perasaan berprestasi
Dapat menerima dan melaksanakan tugas dari
orang tua dan guru
Remaja ( 12 tahun lebih) Difusi identitas
Rasa identitas
Mencapai kesetiaan yang menuju pada
pemahaman heteroseksual.
Memilih pekerjaan
Mencapai keutuhan kepribadian
Remaja akhir dan dewasa muda Isolasi
Rasa keintiman dan solidaritas
Memperoleh cinta.
Mampu berbuat hubungan dengan lawan jenis.
Belajar menjadi kreatif dan produktif.
Dewasa Absorpsi diri dan stagnasi
Perasaan keturunan
Memperoleh perhatian.
Belajar keterampilan efektif dalam
berkomunikasi dan merawat anak
Menggantungkan minat aktifitas pada
keturunan
Dewasa akhir keputusasaan
Perasaan integritas
Mencapai kebijaksanaan
10
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
Kehilangan berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ /
nodus limfe, sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam tidak terjadi
infeksi
Kriteria hasil :
Suhu normal 36,5-37,5° C
Tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, kolor, dolor, funtio lesa)
tidak terjadi
Pasien tidak gelisah
Rencana tindakan :
1. Tempatkan anak pada ruang khusus. Batasi pengunjung sesuai
indikasi.
Rasional : Melindungi anak dari sumber potensial patogen / infeksi.
2. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf
petugas.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko infeksi.
3. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan
pengobatan chemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan
tachicardi, hiertensi.
Rasional : Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan
demam terjadi pada kebanyakan pasien leukaemia.
4. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.
Rasional : Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko
11
atelektasisi/ pneumonia.
5. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara periodic.
Gunakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
Rasional : Rongga mulut adalah medium yang baik untuk
pertumbuhan organisme patogen.
6. Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap
Rasional : Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan
oleh proses penyakit atau kemoterapi.
7. Berikan obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik
Rasional : Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi
secara khusus.
Dx : 2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan
kehilangan berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam cairan dalam
tubuh seimbang
Kriteria hasil Volume
cairan tubuh adekuat
dehidrasi tidak ada
mual muntah berkurang sampai normal
haluaran urine normal dan stabil
Rencana Tindakan :
1. Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata
dan keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan
adekuat. Ukur berat jenis urine dan pH Urine.
Rasional : Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah dan
pencetusnya pada tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu
ginjal (sehubungan dengan peningkatan kadar asam urat)
dapat menimbulkan retensi urine atau gagal ginjal.
2. Timbang BB tiap minggu.
Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi
ginjal. Pemasukan lebih dari keluaran dapat mengindikasikan
memperburuk / obstruksi ginjal.
12
3. Awasi Tekanan Darah dan frekuensi jantung.
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik
(perdarahan/dehidrasi).
4. Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik,
perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feces
atau urine; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invesif.
Rasional : Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan
pasien pada resiko perdarahan spntan tak terkontrol.
5. Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran
mukosa.
Rasional : Indikator langsung status cairan / dehidrasi.
6. Berikan diet halus.
Rasional : Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.
7. Berikan cairan IV sesuai indikasi.
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada tak
adanya pemasukan melalui oral; menurunkan risiko
komplikasi ginjal.
8. Berikan sel darah Merah, trombosit atau factor pembekuan.
Raional : Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2 untuk
memperbaiki anemia. Berguna mencegah / mengobati
perdarahan.
Dx 3 :Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ /
nodus limfe, sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan 30 menit nyeri berkurang
sampai hilang
Kriteria Hasil :
Skala nyeri berkurang (1-10)
Pasien tidak mengeluh kesakitam
Pasien bisa istirahat dengan tenang
Rencana Tindakan :
1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel,
cengeng, gelisah.
13
Rasional : Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan
ketidakefektifan intervensi.
2. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress.
Rasional : Meingkatkan istirahat.
3. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas
denganan bantal.
Rasional : Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi.
4. Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.
5. Berikan tindakan ketidaknyamanan; mis : pijatan, kompres.
Rasional : Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat.
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesic
Rasional : membantu penyembuhan klien
14
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas
Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.
Matondang, Corry S. (2000) Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke 2, PT. Sagung
Seto. Jakarta.
Sumijati M.E, dkk, (2000). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang
Lazim Terjadi Pada Anak. PERKANI. Surabaya.
15
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “A”
DENGAN ACUTE MYELOBLASTIC LEUKEMIA
DI RUANG HND RSU DR SAIFUL ANWAR
MALANG
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Tgl.MRS :29 juni 2012
Nama : An. A
Tgl Pengkajian :18 Juni 2012
Usia : 4,5th
Sumber informasi :Orangtua
Jenis Kelamin : Perempuan
Keluarga yang bisa dihubungi
Alamat : Ponggok- Blitar
Ayah : Tn. K
Ibu : Ny. M
B. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan saat MRS : perut membesar, pucat, lebam-lebam di kaki
dan nyeri sendi diikuti dengan panas, batuk, pilek dan
penurunan nafsu makan
2. Keluhan saat Pengkajian : mual-muntah,sariawan, nyeri sendi dan
panas
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
pas klien mengatakan anaknya sakit panas, muntah, kembung ± 1 bulan,
Ibu
lalu diperiksakan ke dokter atau pelayanan kesehatan, makin hari gak
kunjung sembuh, dan perutnya makin besar, nyeri sendi dan penurunan
. nafsu makan lalu pasien dibawa ke RS Mardi Waluyo-Blitar pada tgl 25-
05-2012 dengan keluhan perut membesar, pucat, dan nyeri sendi diikuti
dengan panas, batuk, pilek dan penurunan nafsu makan, di Mardi waluyo
di diagnosa Anemia. Pasien lalu dirujuk ke RSSA pada tgl 29-05-2012
dan kemudian MRS di 7B ruang hematologi selama 4 hari untuk melakukan
terapi kemoterapi. Saat kemoterapi pasien muntah-muntah dan tidak mau
4. makan
Diagnosa Medis
serta :
diare bercampur darah (berwarna kehitaman) pasien lalu
AMLke HND sampai sekarang. Saat dilakukan pengkajian orang tua
dipindah
mengatakan klien muntahnya sudah berkurang tapi masih nyeri sendi dan
Pneumoni
sariawan. Klien
Febrile dipuasakan karena direncanakan untuk usg abdomen
neurotropenia
besok. Klien tampak lemah dan terpaang IVFD, NGT dan O2 via NC 2 lpm.
Klien kadang
C. RIWAYAT terlihat
KESEHATAN merengek kesakitan sambil menunjuk ke kaki
TERDAHULU
(persendian kaki) dan batuk serta mengeluarkan dahak (sputum)
16
berwarana putih cukup kental. Klien diposisikan miring ke kiri.
1. Penyakit yang pernah dialami :
Ibu klien mengatakan anaknya tidak pernah mengalami masalah
kesehatan yg serius sebelumnya, anaknya hanya sakit batuk
pilek.
2. Kecelakaan (Bayi/anak: termasuk Kecelakaan Lahir/Persalinan,
Bila pernah: Jenis dan Waktu, siapa Penolong kelahirannya.) :
Pasien lahir pada tanggal 17 desember 2008 dengan persalinan
normal, penolong Bidan, dengan berat badan lahir 2600 gram
17
E. POLA NUTRISI-METABOLIK
Item Deskripsi
di Rumah di Rumah Sakit
Jenis diet/makanan/ Nasi, sayur, tahu, Diit cair
Komposisi menu tempe, daging D5-1/2 NS
Frekuensi/pola 3x sehari Tiap 3 jam
Makan habis 1/2 15-20cc
Porsi/jumlah
porsi
Mengurangi makanan -
Pantangan
yang mengandung MSG
Nafsu makan Menurun Menurun
Peningkatan/Penurunan Menurun Menurun
BB 6 bulan terakhir
Sukar menelan Tidak Ya
F. POLA ELIMINASI
Deskripsi
Item
di Rumah di Rumah Sakit
BAB
2-3 hr sekali 1 hr 2-3 kali
Frekuensi/pola
Konsistensi Lembek Cair
Kuning kecoklatan Kekuningan bercampur
Warna/bau
darah sedikit
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -
BAK
4-5 kali/hari ± 285cc
Frekuensi/pola
Konsistensi Cair Cair
Warna/bau Kuning jernih/bau khas Kuning jernih/bau khas
Kesulitan - -
Upaya mengatasi - -
18
. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
BB saat ini : 13 kg
BBI : 15 kg
% BBI : 85%
BB saat pertama masuk RS : 14 kg
BB lahir : 2600 gr
LK : 44,5cm
TB : 100 cm
LLA : 15,5 cm
Pengkajian Perkembangan DDST
Klien berusia 4 tahun 5 bulan, banyak tugas perkembangan
sudah dapat dilewati klien
Motorik kasar
Klien sudah dapat berjalan dengan baik,bisa mengangkat
dengan 1 kaki
Bahasa
Klien sudah bisa menyusun kata-kata
Adaptif-motorik halus
Klien sudah bisa menyusun menara dan bisa mencoret-coret
Personal sosial
Klien sudah bisa memakai baju dan membantu dirumah
H. GENOGRAM
Keterangan :
::perempuan
19
H. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
GCS : 456
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37,9 oc
RR : 28x/menit
1. Kepala:
Normal, rambut tipis, warna kemerahan, masaa (-), lesi (-)
2. Mata :
Simetris, ikterus (-), anemis (-), edema palpebra (-),
3. Hidung:
Bentuk normal, simetris, lesi (-), warna sama dengan wajah,
tidak ada pengeluaran sekret, tidak ada pernapasan cuping
hidung, terpasang NGT, menggunakan nasal kanul
4. Mulut dan Tenggorokan:
Mukosa bibir kering,stomatitis (+) lidah berwarna putih, gigi
kotor, hipersalifa (+)
5. Telinga:
Simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada pengeluaran sekret
6. Leher:
Warna kulit merata, trakhea berada ditengah, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran tiroid.
7. Dada
Inspeksi
Bentuk thorak normal, simetris, tidak ada retraksi dada
Pergerakan dada simetris antara dextra dan
Palpasi
sinistra,tak teraba massa, ktrepitasi (-)
Vocal fremitus Tidak ada
Perkusi Sonor
Auskultasi Paru
Suara Nafas Deskripsi
o Bronkial Normal, simetris pada paru
kanan & kiri
o Bronkovesikuler Normal, simetris pada paru
kanan & kiri
20
o Vesikuler Normal, simetris pada paru
kanan & kiri
Suara Ucapan Dextra Sinistra
o Bronkoponi/Pectoryloquy/Egophoni - -
Suara Tambahan Dextra Sinistra
o Rales/Rhonchi/Wheezing/Pleural Rh (+) Rh (+)
Friction
Weezing (-)
Wh (-)
Batuk dengan sputum/tidak Batuk (+)sputum putih
kehijauan
Pemeriksaaan Jantung
Inspeksi dan Palpasi Prekordium
Area Aorta-Pulmonum Tidak ada pulsasi
Area tricuspid-Ventrikel Tidak ada pulsasi
kanan
Letak Ictus Cordis Ictus cordis tidak terlihat, tapi
teraba pulsasi (+)
Perkusi
Batas jantung Apek , basal
Suara Dullness
Auskultasi
Bunyi Jantung I (+) tunggal
Bunyi Jantung II (+) tunggal
Bunyi Jantung III (-) tidak ada
Bunyi Jantung IV (-) tidak ada
Keluhan tidak ada (sulit di evaluasi)
8. Punggung:
Tidak terdapat iritasi pada daerah punggung
9. Mamae dan Axila:
Tidak ada benjolan/massa dan nyeri
10. Abdomen
Inspeksi Ο Lesi (-) Ο Scar (-) Ο Massa (-) Ο Distensi (+)
Ο Asites (-)
21
Auskultasi Peristalstik 20 x/menit
Palpasi Ο Pembesaran Hati (+) dan Limpa (-)
Perkusi Ο timpani
Lain-lain (-)
11. Genetalia
12 Ekstremitas
13. METABOLISME/INTEGUMEN
Kulit
Warna : Pucat (-), Sianotik (-), Abu-abu (-), Ikterik(-)
Suhu : normal, 37,1oc akral hangat
22
Turgor : baik, CRT < 2 detik
Edema : Tidak ada
Memar : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Pruritus : tidak ada
14. NEUROSENSORI
1) Reaksi pupil terhadap cahaya
Saat pupil (kanan dan kiri) diberi cahaya maka pupil
mengecil/meiosis (isokor)
2) Reflek-reflek
a. Menghisap (+) e. Babinsky (+)
b. Menoleh (+) f. Patella (+)
c. Menggenggam (+)
d. Kejang (-)
KIMIA KLINIK
Pemeriksaan ginjal
As. Urat 1,7 (2,6)
Elektrolit
Calsium 8,3 (7,6-11,6)
Phosphor 3,3
23
Elektrolit serum
Na 132 (136-145)
K 4,45 (3,5-5,6)
Clor 112 (98-106)
Hematologi tanggal 15 juni 2012
Hb 11,70 (11,4-15,1)
Erit 4,24 (4.0-5,0)
Leuko 1,02 (4,7-11,3)
Trombosit 11 (142-424)
Hitung jenis
Eosinofil 3,9% (0-4)
Basofil 0,0 (0-1)
Neutrofil 18,7 (51-67)
Limfosit 63,7 (25-33)
Monosit 10,8 (2-5)
Foto thorax
- Hepatomegali : hepar = 1/3 – 1/3
Lien = tidak ada pembesaran
Hematopoesis
terganggu
Trombositopenia
Resiko
perdarahan
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
4. DS: keluarga mengatakan Stem cell Intoleransi
akivitas
anaknya masih lemah
dan hanya berbaring Proliferasi SDP
di tempat tidur saja terganggu
DO:
k/u lemah hematopoesis
kes : compos
mentis terganggu
px bedrest
kebutuhan harian
dibantu keluarga O2 dalam darah
sepenuhnya berkurang
26
tonus otot
5/5/5/5
aktivitas di
tempat tidur
27
7. DS: ibu klien Stem cell Tidak efektifnya
bersihan jalan
mengatakan anaknya
nafas
batuk Mieloblas
DO:
Sekret (+)
Warna sputum :
putih agak Proliferasi SDP
kehijauan
imature
Ronchi(+)
Wheezing(-)
Mekanisme imun
RR: 28x/menit
terganggu
INTERVENSI 1
DX.KEP
Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret, sekret kental
Tujuan: setelah dilakukan perawatan 2x24 jam bersihan jalan klien
dapat teratasi
Kriteria hasil :
Tidak ada sputum
Batuk yang efektif dan mengeluarkan sekret
Intervensi Rasional
1. kaji / pantau frekuensi 1. Tachipneu biasanya ada pada
pernafasan. Catat rasio beberapa derajat dapat ditemukan
28
inspirasi dan ekspirasi pada penerimaan atau selama
stress/proses infeksi akut.
Pernafasn melambat dan frekuensi
ekspirasi memanjang dibanding
inspirasi
2. Auskultasi bunyi nafas
dan catat adanya bunyi 2. Derajat spasme bronkus terjadi
dengan obstruksi jalan nafas dan
nafas dapat atau tidak dimanifestasikan
adanya bunyi nafas
3. Bantu tindakan untuk 3. Mengetahui keefektifan batuk
efektifan upaya batuk
INTERVENSI 2
DX.KEP
Nyeri akut berhubungan dengan pembesaran kelenjar limfe, efek
sekunder pemberian anti leukemic agents
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24jam diharapkan nyeri
berkurang atau teradaptasi
Kriteria hasil :
1. Skala nyeri berkurang (1-10)
2. Melaporkan nyeri berkurang atau hilang
3. Memperlihatkan perilaku positif dalam mengatasi nyeri
4. Pasien merasa tenang
5. Pasien tidak merintih kesakitan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri, gunakan 4. Berguna mengkaji kebutuhan
skala 1 – 10 intervensi , bisa berindikasi
perkembangan komplikasi
5. Berguna dalam validasi verbal dan
2. Monitor vital signs, catat mengevaluasi keefektifan
reaksi non verbal intervensi
6. Meningkatkan kemampuan istrahat
3. Ciptakan lingkungan yang dan memperkuat kemampuan koping
tenang dan kurangi stimulus 7. Menurunkan gangguan pada tulang
dan sendi
4. Berikan posisi yang nyaman 8. Penggunaan persepsi pribadi untuk
mengatasi nyeri dapat membantu
klien memiliki koping yang lebih
5. Evaluasi mekanisme koping
efektif
klien
6. Kolaborasi dengan dokter 9. Membantu mngurangi nyeri dengan
blokade mediator nyeri
dalam pemberian : Analgetik
29
INTERVENSI 3
DX.KEP
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan nafsu
makan, stomatitis
TUJUAN:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nutrisi klien
dapat terpenuhi
Kriteria hasil
BB meningkat
Mual, muntah (-)
Porsi makan habis
Nafsu makan meningkat
Intervensi Rasional
1. Kaji kemampuan klien dalam Faktor-faktor tersebut menentukan
menelan, batuk dan adanya kemampuan menelan klien dan klien
secret harus dilindungi dari resiko
aspirasi
2. Auskultasi bowel sounds, Fungsi gastro intestinal tergantung
amati penurunan atau pula pada kerusakan otak, bowelll
hiperaktivitas suara bpowell sounds menentukan respon feeding
atau terjadinya komplikasi misalnya
illeus
3. Timbang berat badan sesuai Untuk megevaluasi efektifitas dari
indikasi asupan makanan
4. Berikan makanan dengan cara Menurunkan resiko regurgitasi atau
meninggikan kepala aspirasi
5. Pertahankan lingkungan Membuat klien merasa aman sehingga
tenang dan anjurkan keluarga asupan dapat dipertahankan
atau orang terdekat untuk
memberikan makanan pada
klien
INTERVENSI 4
DX.KEP
Resiko kehilangan volume cairan berhubungan dengan diare,muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam cairan dalam
tubuh seimbang
Kriteria hasil Volume
cairan tubuh adekuat
dehidrasi tidak ada
mual muntah berkurang sampai normal
haluaran urine normal dan stabil
Intervensi Rasional
1. Obervasi intake dan oupu 1. Penurunan sirkulasi sekunder
cairan maupun makanan terhadap sel darah merah dan
pencetusnya pada tubulus ginjal
dan / atau terjadinya batu ginjal
(sehubungan dengan peningkatan
kadar asam urat) dapat
2. Timbang BB tiap hari. menimbulkan retensi urine atau
30
gagal ginjal.
2. Mengukur
keadekuatan penggantian
3. Inspeksi kulit / membran cairan sesuai fungsi ginjal.
mukosa untuk petike, area Pemasukan lebih dari keluaran
ekimotik, perhatikan dapat mengindikasikan memperburuk
perdarahan gusi, / obstruksi ginjal.
4. Evaluasi turgor kulit, 3. Perdarahan spntan tak terkontrol.
pengiisian kapiler dan 4. Indikator langsung status cairan
kondisi umum membran mukosa. / dehidrasi
5. Kolaborasi dengan ahli gizi 5. Dapat membantu menurunkan iritasi
untuk diet halus. gusi.
IMPLEMENTASI
TGL,JAM DX.KEP TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
18 juni Nyeri akut 1. Mengevaluasi tingkat nyeri dan
2012 berhubungan intensitas nyeri
dengan 2. Mengukur TTV, mengamati dan
pembesaran mencatat reaksi verbal (keluhan
kelenjar subjektif) dan non
limfe, efek verbal(grimace)
sekunder 3. Memberikan lingkungan yang tenang
pemberian (membatasi jumlah pengunjung) dan
anti mengurangi stimulus
leukemic 4. Memberikan posisi yang nyaman
agents (miring ke kiri)
EVALUASI
32
O:
Mual-muntah (+)
mukosa bibir kering pecah-pecah
hipersalifasi (+)
BAb 2x warna hijau mulai ada ampas.
BAK 285 cc
Turgor kulit normal
A: Masalah teratasi sebagia
P: lanjutkan intervensi
20 08. 1 S: ibu klien mengatakan anaknya masih
/0 00 batuk, dan sekretnya sulit keluar
6/ O:
12 Sekret (+)
Warna sputum : putih agak kehijauan
Ronchi (+)
Wheezing
RR: 26x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
2 S : keluraga mengatakan klien terkadang
keskitan dan masih nyeri sendi
o :
k/u lemah
kesadaran composmentis
skala nyeri 2-4
grimace (+)
pasien tampak merengek kesekitan
sambil menunjuk kaki
TTV:
TD : 100/70 mmHg
N : 100x/menit
S : 37,9oc
RR : 26x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan 1,2,3,4,5,6
34
Bibir kering
Stomatitis (+)
Hipersaliva (+)
BB saat MRS 14 kg
BB sekarang 13 Kg
IMT : 13%
Lemak subkutan tipis
Mual(+)
Muntah(+)
35
36