Anda di halaman 1dari 13

0

BUKU SAKU
MATERI DAN PELATIHAN
DOKTER KECIL

PUSKESMAS KEPUTIH BEKERJASAMA DENGAN


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
1

USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS)

A. PENGERTIAN
Usaha Kesehatan Sekolah/Madrasah yang selanjutnya
disingkat UKS/M adalah kegiatan yang dilakukan untuk
meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

B. TUJUAN
UKS/M bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat serta menciptakan lingkungan
pendidikan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan
dan perkembangan yang harmonis peserta didik.

C. TRIAS UKS
Kegiatan pokok UKS/M dilaksanakan melalui Trias UKS/M;
Trias UKS/M sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. Pendidikan kesehatan
1. Pelatihan kader
2. Pelatihan guru
3. Study siswa dan guru
4. Penyuluhan
5. Pengukuran TB, BB,LILA
6. Pengukuran ketajaman mata
7. Pemeriksaan rutin
8. Lomba kebersihan kelas
9. Jumat bersih
b. Pelayanan kesehatan
1. Penjaringan
2. Pelayanan kesehatan
3. P3K dan P3P
4. Imunisasi
2

5. Konsultasi kesehatan
6. Tes kesegaran jasmani
7. Pemeriksaan berkala
8. Pemberian obat cacing
9. Pemberian tablet Fe
10. Rujukan
c. Pembinaan lingkungan sekolah sehat
1. Kerja bakti
2. Kantin sekolah
3. Pemeliharaan KM/WC
4. Kegiatan 3 M

D. DOKTER KECIL
Dokter kecil adalah peserta didik yang dipilih guru guna ikut
melaksanakan sebagian usaha pelayanan kesehatan terhadap diri sendiri,
keluarga, teman murid pada khususnya dan sekolah pada umumnya.

E. TUGAS DAN KEWAJIBAN


1. Selalu bersikap dan berperilaku sehat
2. Mengajak serta mendorong murid lainnya untuk bersama-sama
menjalankan usaha kesehatan terhadap dirinya masing-masing.
3. Mengusahakan tercapainya kesehatan lingkungan yang baik di sekolah
dan di rumah.
4. Membantu guru dan petugas kesehatan pada waktu mereka
menyelenggarakan pelayanan kesehatan di sekolah.
5. Berperan aktif dalam kampanye kesehatan yang diselenggarakan
disekolah, misalnya :
a. Pekan kebersihan
b. Pekan penimbangan dan pengukuran tinggi badan
c. Pekan gizi
d. Pekan kesehatan gigi
e. Pekan kesehatan mata, dll
3

PENANGANAN LUKA DAN BEBAT BIDAI

A. PENGERTIAN LUKA
Luka adalah kondisi terputusnya jaringan lunak, baik kulit, otot,
saraf atau pembuluh darah. Seringkali luka menimbulkan rasa nyeri dan
disertai keluarnya darah.

B. MACAM LUKA
1. Luka terbuka
2. Luka tertutup
3. Luka bakar
4. Mimisan

C. BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SEBELUM


MENANGANI LUKA
1. Pastikan kondisi lingkungan sekitar penolong dan korban aman.
2. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker dan sarung tangan
3. Pastikan tidak ada gangguan pada pernapasan dan sirkulasi pasien
4. Jika terlihat perdarahan yang parah, segera minta bantuan orang
dewasa atau ambulance.
Setelah itu, mulai dilakukan penanganan pada luka dengan
langkah-langkah berikut:
1. Pastikan lokasi dan jumlah bagian tubuh yang terluka dengan
memeriksa keseluruhan tubuh korban (expose)
2. Jika memungkinkan tidak melukai korban lebih jauh, lepaskan
perhiasan, jam tangan, atau aksesoris lainnya pada bagian tubuh
korban yang terluka
3. Bersihkan luka dengan mengalirkan air bersih hingga tidak ada
kotoran yang menempel
4

D. TUJUAN PEMBALUTAN LUKA


1. Mencegah kontaminasi lebih lanjut
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut
3. Menjaga luka tetap kering
4. Mencegah gesekan pada luka
5. Mempercepat penyembuhan
6. Untuk kenyamanan korban

E. PRINSIP-PRINSIP YANG PERLU DIINGAT


1. Jangan sentuh luka dengan tangan kotor
2. Bahan yang digunakan untuk membalut harus steril, jika tidak ada
gunakan kain bersih
3. Balutan harus menutup seluruh luka
4. Jangan ada ujung balutan yang bebas melayang
5. Ikatan balutan jangan terlalu kencang atau longgar
6. Pada balutan daerah kaki dan tangan mulailah melilitkan dari daerah
pangkal luka (bagian dekat tubuh)
7. Plester ujung balutan di tempatnya atau ikat dengan simpul atas luka

F. PENGERTIAN BEBAT
Suatu tindakan medis untuk menyangga atau menahan bagian tubuh
tertentu agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki.

G. TUJUAN
1. Menahan sesuatu misalnya bidai, kasa penutup luka, dan sebagainya
agar tidak bergeser dari tempatnya
2. Menahan pembengkakan
3. Menunjang bagian tubuh yang cidera
4. Menutup bagian luka atau cidera agar tidak kotor dan bergerak.

H. MACAM-MACAM ALAT BEBAT/BALUT


1. Mitela
2. Dasi (cravat)
3. Plester
4. Elastis bandage
5. Kasa steril

I. PRINSIP BEBAT
1. Tidak boleh kendur tidak boleh terlalu rapat
5

2. Memilih bebat sesuai jenis, bahan, panjang dan lebar


3. Bila memungkinkan gunakan bebat yang baru
4. Pastikan kulit disekitar yang terluka bersih dan kering
5. Tutup luka sebelum pembebatan dilakukan didaerah luka
6

J. PENGERTIAN BIDAI
Bidai adalah alat yang terbuat dari kayu, logam, atau bahan lain yang
kuat namun ringan untuk menjaga posisi anggota gerak dengan tujuan
mengistirahatkan tulang yang patah dan mencegah timbulnya rasa nyeri.

K. MACAM-MACAM BIDAI
1. Bidai keras
2. Bidai traksi
3. Bidai imrovisasi
4. Gendong/balut dan bebat
7

L. PRINSIP PEMBIDAIAN
1. Prinsip pembidaian melalui 2 sendi. Periksa adanya luka terbuka atau
tanda-tanda patah dan salah posisi
2. Tutup luka dengan kasa steril
3. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian
kecuali ada di tempat berbahaya.
4. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku
5. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar atau ketat
6. Perhatikan respon fisik dari penderita

M. Syarat-syarat pembidaian
1. Siapkan alat-alat selengkapnya
2. Sepatu atau seluruh aksesoris korban dilepaskan
3. Bidai meliputi dua sendi tulang yang patah, sebelumnya ukur dulu
pada anggota badan lain yang sehat
4. Ikatan jangan terlalu keras atau longgar
5. Bidai harus dibalut dengan kain sebelum dipasang
6. Ikatan harus cukup jumlahnya dimulai dari atas dan bawah daerah
yang patah
7. Bila memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan

Patah Lengan Atas Patah Lengan Bawah

Patah/Salah Posisi Siku Patah Tulang Jari


8

N. PENANGANAN CIDERA
Penangan cidera dengan metode RICE
1. R (Rest)
Yaitu mengistirahatkan bagian tubuh yang cidera
2. I (Ice)
Menggunakan es sebagai pereda nyeri, mengurangi
pembengkakan, dan mengurangi kaku otot.
3. C (Compression)
Aplikasi gaya tekan pada bagian yang cidera dengan menggunakan
es yang dimasukkan dalam kantung
4. E (Elevation)
meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi ketinggian
jantung sehingga dapat membantu mendorong cairan keluar dari
daerah pembengkakan.
9

PERTOLONGAN PERTAMA PADA ORANG PINGSAN

A. PENGERTIAN
Pingsan adalah hilangnya kesadaran karena berkurangnya pasokan
darah ke otak untuk waktu yang singkat.

B. TANDA DAN GEJALA


1. Pucat yang Ekstrim
2. Berkeringat
3. Kulit terasa dingin
4. Pusing
5. Mati rasa dan kesemutan pada tangan dan kaki
6. Mual
7. Kemungkinan gangguan penglihatan

C. PENANGANAN PINGSAN
1. Biarkan korban berbaring
2. Longgarkan pakaian yang ketat dan berikan ruang yang cukup
(jangan dikerumuni)
3. Jika korban muntah, gulingkan dia ke samping atau menolehkan
kepala ke samping
4. Berikan ruang untuk bernafas
5. Jangan siramkan air ke wajah korban, melainkan usap wajahnya
secara lembut dengan air dingin
6. Jangan memberikan minuman apapun kecuali korban telah tersadar
7. Periksa korban untuk mengetahui apakah cedera saat terjatuh atau
tidak
8. Jika belum tersadar dengan segera, carilah orang dewasa atau
bantuan medis.
10

D. PRINSIP PERTOLONGAN
1. Pastikan aman penolong, lingkungan, dan korban
2. Cek kesadaran (apakah korban berespon)
3. Teriak minta tolong orang sekitar (telpon 112)
4. Memastikan apakah ada nafas dan denyut nadi
5. Jika tidak ada nafas dan denyut nadi lakukan pijat jantung

E. CARA-CARA EVAKUASI

Bila satu orang penolong maka korban dapat :

1. Dibopong : untuk korban ringan dan anak-anak


2. Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak
patah tulang
3. Dipapah : untuk korban tanpa luka dibahu atas
11

Bila dua orang dapat dilakukan:


Maka pengangkutnya tergantung cidera korban tersebut dan
diterapkan bila korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh
untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang punggung.
12

Anda mungkin juga menyukai