Anda di halaman 1dari 4

A.

Soal dan Latihan


1. Sebutkan pengertian politik dan politik Islam
Pengertian politik dan politik Islam,
Politik adalah segala aktivitas atau sikap yang bermaksud mengatur kehidupan
bermasyarakat, yang didalam terkandung unsur kekuasaan untuk membuat hukum
dan menegakkannya dalam kehidupan bermasyarakat yang bersangkutan
(Salim,1994:201).
Politik Islam dikenal dengan istilah siyasah syar’iyah. Definisinya sendiri
menurutAbdul Wahab Khallaf adalah pengaturan urusan pemerintahan kaum
muslimin secara menyeluruh dengan cara mewujudkan kemaslahatan, mencegah
terjadinya kerusakan melalui aturan-aturan yang ditetapkan Islam dan prinsip-
prinsip umum syariat, kendati hal itu tidak ada dalam ketatapan nash (al-Quran
dan hadits) dan hanya merujuk pada pendapat para imam mujtahid (Taimiyah,
1419 H).

2. Apakah tujuan politik Islam


Tujuan politik dalam Islam adalah untuk mewujudkan iqamatud din wa siyasatud
dunya, yaitu menegakkan agama dan mengatur urusan dunia menjadi ladang
kehidupan akhirat. Islam mengajarkan sejumlah prinsip berpolitik agar dalam
politik membawa kemaslahantan bagi umat manusia, diantaranya syura
(musyawarah), musawah (persamaan), ijma’ (kesepakatan), adil, amanah.

3. Apakah yang dimaksud cinta tanah air


Cinta tanah air merupakan tabiat alami manusia (fitrah). Karena di tanah air
itulah manusia dilahirkan dan dibesarkan, dididik dan disayang. Perasaan
rindu terhadap tanah air menunjukan adanya cinta dan hubungan batin antara
manusia dengan tumpah darahnya. Cinta tanah air menimbulkan rasa
nasionalisme, yaitu kesadaran dan semangat cinta tanah air; memiliki
kebanggaan sebagai bangsa; serta menjunjung persatuan dan kesatuan.

4. Bagaimanakah Islam mengajarkan cinta tanah air


Islam mengajarkan cinta tanah air dengan cara menumbuhkan sikap cinta tanah air
sejak dini dan sikap ini perluu dipupuk dan ditanamkan dalam hati, karena tanah
air bukan milik pribadi, bukan milik suku tertentu, bukan milik ras tertentu, bukan
milik agama tertentu, melainkan milik setiap warga negara tersebut.

5. Sebutkan perilaku yang menunjukan perilaku cinta tanah air


Perilaku yang menunjukan cinta tanah air antara lain adalah tidak korupsi, pantang
menyerah dan rela berkorban demi bangsa dan negara, menjunjung persatuan dan
kesatuan, memajukan pendidikan, meningkatkan kemampuan diri secara optimal.

6. Sebutkan 4 pilar kebangsaan Indonesia dan nilai-nlai yang dimilikinya serta


hubungkan dengan nilai-nilai ajaran Islam
4 pilar kebangsaan Indonesia yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka
Tunggal Ika. Adapun nilai yang dimiliki oleh setiap pilar adalah sebagai berikut:
 Pancasila, dalam pancasila ada lima sila mulai dari ketuhanan yang
maha esa hingga keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, hal ini
sejalan dengan konsep Islam bahwa setiap manusia pasti bertuhan esa,
hinggaa keadilan untuk setiap manusia yang hidup di dunia ini, selain
itu dalam pancasila ada sila tentang persatuan Indonesia, ini juga
sejalan dengan konsep Islam yang damai tanpa ada perpecahan, dan
juga ada sila yang berhubungan dengan kemanusiaan yang beradab, hal
ini tentu saja sudah pasti sejalan dengan konsep tentang yang tentu
sangat menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
 UUD 1945, dalam UUD 1945 tertulis dengan jelas pasal-pasal serta
aturan dan hukum yang mengatur tentang kehidupan bermasyarakat,
dalam Islam pun demikian dengan sumber dari al-Quran dan hadits
sebagai panduan untuk menjalani kehidupan ini.
 NKRI, merupakan Negara Kesatuan Rebuplik Indonesia, dimana
didalam NKRI terdiri dari beragam suku bangsa, ras dan agama.
Meskipun terdiri dari berbagai macam suku ras dan agama namun
dalam kehidupan sehari-hari tetap rukun tanpa ada perselisihan, dalam
ajaran Islam pun demikian dimana waktu di Madinah, umat muslim
pun juga berasal dari berbagai suku di arab, juga hidup berdampingan
dengan umat dari agama yahudi dan nasrani tanpa ada konflik dan
tetap bertoleransi.
 Bhineka Tunggal Ika, merupakan semboyan yang menggambarkan
rasa toleransi dari keberagaman suku ras dan agama di Indonesia, hal
ini juga diajarkan dalam konsep Islam untuk tetap bertoleransi dengan
umat lain dan suku maupun ras lain.
Selain itu, 4 pilar kebangsaan ini juga selaras dengan prinsip-prinsip dasar
politik Islam, yaitu prinsip amanah; prinsip keadilan; prinsip ketaatan; dan prinsip
musyawarah (Salim, 1994:306-307)

7. Bagaimanakah mewujudkan cinta tanah air berdasarkan 4 pilar kebangsaan


Dengan mengamalkan setia nilai dari 4 pilar kebangsaan dalam kehidupan
kita, serta tidak melanggar setiap nilai-nilai yang telah ada.

8. Analisalah berbagai pandangan umat Islam dalam melihat relasi Islam dan
Negara.
Islam, baik secara teologis (kalāmiyyah), dogmatis (fiqhiyyah), maupun
sosiologis (ijtimā‘iyyah), selalu hadir dalam bentuk yang tidak pernah seragam.
Sejak wafatnya Nabi, umat Islam selalu dihadapkan dengan beragamnya
keyakinan (‘aqīdah), baik mengenai ketuhanan, kenabian, wahyu, maupun
persoalanpersoalan ghaybiyyat lainnya. Secara teologis, Islam selalu hadir dalam
wajahnya yang beragam, dalam bentuk Murji’ah, Syi’ah, Khawarij, Mu’tazilah,
maupun Ahl al-Sunnah.
Tradisi keilmuan fiqh juga memiliki keragaman wajah Islam yang tak ada tara
bandingnya. Fiqh selalu memegang tradisi aktharu min qawlayn (lebih dari dua
pendapat) yang berarti selalu ada kemungkinan kebenaran lain di luar kebenaran
sendiri. Sedangkan secara sosiologis, lagi-lagi Islam juga hadir dalam wajahnya
yang beragam. Karena itu, tepat sekali yang dikatakan Aziz Azmah, intelektual
dari Suriah, "secara sosiologis kita tidak bisa bicara tentang satu Islam, tapi
Islam-Islam".
Oleh sebab itu, bukanlah sebuah kesalahan terminologis jika ada sebutan Islam
India, Islam Nigerian, Islam Amerika, Islam Iran, Islam Pantai Gading, Islam
Jepang, Islam Arab, Islam Turki, Islam Chad, Islam Brunei, Islam Prancis, Islam
Indonesia dengan segala variasinya, dan seterusnya. Jangankan yang serba-besar
itu, orang juga biasa menyebut Islam menurut paham Muhammadiyah, paham
NU, paham Persis, Islam paham garis keras, dan lain-lain.70
Jika perspektif ini diletakkan dalam konteks kehidupan politik Islam
kontemporer, maka politik Islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah Islam yang
multi-interpretatif semacam itu. Pada sisi lain, hampir setiap Muslim percaya
akan pentingnya prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan politik. Pada saat yang
sama, karena sifat Islam yang multiinterpretatif, tidak pernah ada pandangan
tunggal mengenai bagaimana seharusnya Islam dan politik dikaitkan secara pas.
Bahkan, sejauh yang dapat ditangkap dari perjalanan diskursus intelektual dan
historis pemikiran dan praktik politik Islam, ada banyak pendapat yang berbeda
beberapa bahkan saling bertentangan mengenai hubungan yang sesuai antara
Islam dan politik.
Dan jika perspektif tersebut diturunkan dalam konstelasi Indonesia yang
pluralistik, terutama dalam hal agama, pesan sentralnya adalah bagaimana
menerjemahkan nilai-nilai Islam yang bersifat subjektif ke dalam tataran yang
lebih objektif dan inklusif sehingga bisa memayungi semua agama yang berbeda
satu sama lain. Semua komponen agama Islam sebaiknya diformulasikan terlebih
dahulu ke dalam terminologi objektif yang dapat diterima oleh semua pihak.
Konsep Tauhid misalnya, diterjemahkan dengan ketuhanan Yang Maha Esa,
konsep shūrā dengan musyawarah, dan konsep baldatun ṭayyibatun warabbun
ghafūr dengan negara kesejahteraan di bawah naungan Tuhan. Begitu pula
konsep-konsep Islam lainnya seyogyanya dibingkai ke dalam istilah yang
universal dan inklusivistik, seperti keadilan, persamaan antara manusia,
kebebasan, kemakmuran, dan demokrasi. Seluruh istilah tersebut terdapat dalam
ajaran prinsipil Islam namun bersifat inklusif dan mampu merangkul semua orang
tanpa memandang golongan agama, suku, kelompok, warna kulit, dan bangsa.
Dengan demikian, Islam benar-benar mampu mengimplementasikan misi
utamanya sebagai raḥmatan li ’l-‘ālamīn, sebagai penebar kasih sayang Tuhan
kepada seluruh makhluk-Nya walaupun tidak menggunakan simbol khilāfah atau
negara Islam.
9. Ceritakanlah bagaimana institusi khilafah dalam tradisi politik Islam, sejak masa
khulafaur rasyidin sampai masa Abbasiyah
Masa khulafaur rasyidin. Pada masa ini kehidupan perpolitikan berlandaskan Al
Qur’an serta sunnah rasulullah, kehidupan masyarakat dibangun dengan 4 pilar
pemerintahan, antara lain: kedaulatan di tangan syara’, kekuasaan milik ummat ,
mengangkat khalifah hukumnya fardhu bagi seluruh kaum muslimin, hanya
khalifah yang berhak mentabanni(melakukan adopsi) terhadap hokum-hukum
syara’. Kemudian pasca khulafaur rasyidin , pemerintahan islam seringkali
dipandang tidak sesuai lagi dengan syariat islam. Peristiwa pemberontakan wali
syam mu’awiyah bin abi sufyan kepada khalifah ali bin abi thalib yang diperangi
dalam perang siffin, kemudian berlanjut dengan kekisruhan Negara pada masa
kekhalifahan ali yang diakhiri dengan terbunuhnya sang khalifah oleh kaum
khawarij. Namun sebagaimana khalifah – khalifah sebelumnya, keempat belas
khalifah dari bani ummayah telah menggoreskan sejarah yang kemudian
dinyatakan sebagai keberhasilan atau kelemahan dalam keberadaannya. Seperti
mulai adanya penyempitan calon-calon yang diajukan sebagai pengganti khalifah
sebelumnya, perluasan wilayah islam dapat diperoleh dalam waktu yang cukup
singkat, dan pembangunan fisik semakin marak dilakukan. Setelah ummayah
jatuh, digantikanlah oleh abbasiyah. Masa abbasiyah mengalami kemajuan pesat
di bidang ekonomi, berbagai cabang ilmu pengetahuan, konstruksi dan teknologi,
kesenian , sastra dan politik yang stabil di wilayah luas. Setelah kurun waktu
tersebut mengalami disentregasi politik

10. Bagaimana tuntutan agama Islam dalam penerapan sistem pemerintahan

B. Tugas Kontekstual

1. Identifikasi perilaku politik yang menyimpang di Indonesia, lakukan analisis


terhadap penyebab yang melatarinya dan kemukakan usulan perbaikannya.
2. Identifikasi perilaku yang merusak cinta tanah air, lakukan analisis terhadap
penyebab yang melatarinya dan kemukakan pendapat saudara yang dapat
memupuk rasa cinta tanah air

Anda mungkin juga menyukai