Anda di halaman 1dari 8

ETIKA PROFESI

AIPGI
Dosen Pembimbing :
ROSIHAN ANWAR, S.Gz, MPH, RD

Oleh :

KELOMPOK 8
BALGIS
IRWAN ZASIR
JUMANSYAH
NADIA SUSIYANA
SELVI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia


Politeknik Kesehatan Banjarmasin
Program Diploma III
Jurusan Gizi
2018

AIPGI
Asosiasi Institusi Pendidikan Gizi Indonesia
1. Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan serta tuntutan akan adanya
ahli gizi di Indonesia, pendidikan gizi telah berdiri dan berkembang dalam beberapa dekade
terakhir. Institusi pendidikan gizi yang dimulai dari program D1 kini telah mengalami kemajuan
yang pesat mengikuti perkembangan di dunia kesehatan hingga pada tahap pendidikan sarjana (S1)
bahkan doktor (S3).
Meskipun demikian, tuntutan akan perkembangan ilmu gizi tidak hanya terbatas pada taraf
akademis saja, melainkan juga pada taraf profesi. Pendidikan profesi gizi yang telah dikenal luas di
dunia barat kini mulai menyebar ke seluruh dunia. Hal ini tidak lain adalah sebagai implikasi dari
ikut meningkatnya standar pelayanan dan kualitas dunia kesehatan serta semakin kompleksnya
masalah kesehatan yang dihadapi manusia akhir-akhir ini.
Meskipun pendidikan profesi gizi di dunia berkembang sangat pesat bahkan beberapa
negara di kawasan Asia Tenggara telah menerapkan pendidikan profesi gizi, peran institusi
pendidikan gizi di Indonesia agaknya masih belum optimal dalam mengejar ketinggalan tersebut.
Oleh karena itu, sebelumnya Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) dan Asosiasi Pendidikan
Gizi Indonesia (AIPGI) telah melakukan diskusi yang cukup intensif mengenai penyelenggaraan
pendidikan profesi di Indonesia. Salah satu alasan kuat yang menjadi pertimbangan dalam
pendirian pendidikan profesi gizi adalah karena melihat pasar yang sebenarnya cukup luas di
masyarakat. Selain itu, AIPGI juga melihat kemungkinan kurangnya daya bersaingnya lulusan S1
yang dimiliki saat ini dengan lulusan profesi gizi yang dihasilkan oleh institusi pendidikan gizi di
luar negeri di era globalisasi seperti saat ini.

2. VISI dan MISI AIPGI


Visi AIPGI
Mengantarkan institusi pendidikan gizi menjadi institusi yang secara Aktif meningkatkan
mutu pendidikan, dengan manajemen profesional, mandiri, bervisi Global untuk mendapat
pengakuan nasional maupun internasional.

Misi AIPGI
1. Membina dan mengembangkan program pendidikan gizi yang bermutu tinggi dan
memenuhi standar nasional dan internasional.
2. Menjaga keseimbangan antara produk pendidikan dan kebutuhan pasar.
3. Membina dan mengembangkan riset gizi yang bermutu dan bertaraf nasional dan
internasional.
4. Membina pelayanan gizi kesehatan kepada masyarakat bersama konsil kesehatan.
5. Membina dan bekerjasama dengan badan terkait dalam pengendalian peran fungsi dan
tanggung jawab institusi pendidikan gizi.

3. Pengurus AIPGI

Dewan Pembina
1. Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI)
2. Ketua Kolegium Ilmu Gizi Indonesia (KIGI)
3. Ketua Umum Asosiasi Dietesien Indonesia (AsDI)
4. Ketua Umum Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI)
5. Ketua Umum Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI)
6. Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia

Pengurus Harian
Ketua Umum : Prof. dr. Hamam Hadi, MS.,Sc.D. (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)
Ketua I : Prof.DR. Ir. Hardinsyah, MS. (FEMA – IPB)
Ketua II : Martalena Br Purba, MCN.,Ph.D. (PS Gizi Kesehatan FK UGM)
Sekretaris Umum : Joko Susilo, SKM.,M.Kes. (Jur Gizi – Poltekkes Depkes Yogyakarta)
Sekretaris I : Ika Ratna Palupi, S.Gz.,Dietisen (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)
Sekretaris II : Nia Novita Wirawan, M.Sc. (PS Ilmu Gizi – FK UNIBRAW)
Sekretaris III : Harry Freitag LM, S.Gz.,Dietisen (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)
Bendahara Umum : Susetyowati, DCN.,M.Kes. (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)
Bendahara I : Fatma Zuhrotun Nisa, STP.,M.Kes. (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)

Ketua I : Prof.DR. Ir. Hardinsyah, MS. (FEMA – IPB)


Komisi Pengembangan Pendidikan Diploma:
Ketua Komisi : Ir. AA. Anom Aswin, MPS (Jur Gizi - Poltekkes Depkes Malang)
Anggota : DR. Trina Astuti, M.Sc. (Jur Gizi - Poltekkes Depkes Jakarta II)
Sihol Hutagalung MPS.,M.Sc. (Jur Gizi-Poltekkes Depkes Semarang)
Drs. Meildy E. Pasqoal, M.Kes. (Jur Gizi - Poltekkes Depkes Manado)
Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes. (Jur Gizi – Poltekkes Depkes Medan)
Komisi Pengembangan Undergraduate :
Ketua Komisi : Idrus Jusat, M.Sc., Ph.D (FIK - UIEU Jakarta)
Anggota : dr. Emy Huriyati, M.Kes. (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)
DR. Dr.Endang Sri Wahyuni, MS. (PS Ilmu Gizi – FK UNIBRAW)
Prof. Dr. Veni Hadju, Ph.D. (PS Imu Gizi – FKM UNHAS)
Prof. DR. Dr. H.M. Zulchan, SpGM. (PS Ilmu Gizi – FK UNDIP)

Komisi Pengembangan Postgraduate:


Ketua Komisi : DR. Budi Setiawan, MS. (FEMA – IPB)
Anggota : DR. Dr. S.A Nugraheni, M.Kes. (PS S2 Gizi – UNDIP)
DR. Ir. Umi Fahmida, M.Sc. (PS S2 Gizi / SEAMEO – UI)
DR. Merryana Adriani, SKM.,M.Kes. (PS S2 Gizi – UNAIR)

Ketua II : Martallena Br Purba, MCN., Ph.D. (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)


Komisi Penelitian, Pelatihan dan Pengembangan:
Ketua Komisi : Atmarita, MSc., PhD (Balitbangkes Depkes RI)
Anggota : DR. Ir. Siti Muslimatun, M.Sc. (SEAMEO – UI)
Dr. Martha Kartasurya, PhD (PS S2 Gizi – UNDIP)
Ir. Asih Setiarini, MSc (FKM – UI)

Komisi Kerjasama & Kelembagaan


Ketua Komisi : Nils Aria Zulfianto, M.Sc. (Jur Gizi – Poltekkes Depkes Jakarta II)
Anggota : Marudut Sitompul, M.Sc. (Jur Gizi – Poltekkes Depkes Jakarta II)
drh. Rizal Damanik, M.RepSc., Ph.D (FEMA – IPB)
Toto Sudargo, SKM.,M.Kes. (PS Gizi Kesehatan – FK UGM)
Dr. Bambang Prijadi, MS. (PS Ilmu Gizi – FK UNIBRAW)
4. Program dan Rencana Kerja AIPGI
AIPGI sebagai organisasi yang menaungi institusi pendidikan gizi di Indonesia dengan misi
untuk membina dan mengembangkan program pendidikan gizi yang bermutu tinggi dan memenuhi
standar nasional dan internasional serta menjaga keseimbangan antara produk pendidikan dan
kebutuhan pasar. Dengan latar belakang tersebut maka pengurus harian AIPGI berencana
melakukan suatu rangkaian yang dapat menginisiasi proses pengawasan, pengendalian dan
pembinaan terhadap institusi-institusi pendidikan gizi di Indonesia.
Salah satu programnya adalah dengan visitasi pada masing-masing institusi pendidikan gizi
baik yang telah menjadi anggota AIPGI maupun yang berniat berganbung dengan AIPGI.
Tujuan dari kegiatan visitasi tersebut adalah untuk mengentahui kualitas dari
penyelenggaraan pendidikan gizi sehingga jika dianggap perlu maka segenap pengurus dan
anggota AIPGI dapat memberikan bantuan dalam bentuk pembinaan tersebut. Di masa yang akan
datang, proses ini akan dijadikan syarat utama yang harus dijalani institusi yang hendak menjadi
anggota AIPGI untuk memperoleh sertifikasi AIPGI.

Pada tanggal 11 Februari 2011 di Kampus IPB Di Baranangsiang Bogor, dilakukan rapat
Komisi I AIPGI membahas mengenai Pendirian Profesi Gizi di Indonesia. Rapat yang dimulai pada
pukul 13.00 WIB tersebut bertujuan untuk berbagi pengalaman penyelenggaraan program sarjana
gizi (S.Gz) dan profesi gizi (RD) serta merumuskan kesepakatan dalam rangka pengembangan
pendidikan S.Gz dan RD. Dalam pertemuan ini hadir 28 peserta yang terdiri dari unsur pengurus
AIPGI, PERSAGI, ASDI, ILMAGI, dan pimpinan Program Studi S1 Ilmu Gizi dari 13 Pendidikan
Tinggi penyelenggara program S.Gz anggota AIPGI.
Dengan mengacu pada visi AIPGI yaitu “mengantarkan institusi pendidikan gizi menjadi
institusi yang secara Aktif meningkatkan mutu pendidikan, dengan manajemen profesional,
mandiri, bervisi global untuk mendapat pengakuan nasional maupun internasional” maka pada
tanggal 11 Februari 2011 di Kampus IPB Baranangsiang Bogor dilakukan rapat kerja untuk
memutuskan institusi pendidikan mana saja yang direkomendasikan untuk melaksanakan kegiatan
profesi. Berdasarkan rapat tersebut diputuskan bahwa institusi berikut:
1. Program Studi S1 Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2. Program Studi S1 Ilmu Gizi, Jurusan Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya Malang
3. Program Studi S1 Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA),
Institut Pertanian Bogor
4. Program Studi S1 Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang
5. Program Studi S1 Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hassanudin Makasar.
telah memenuhi syarat sebagai pionir dalam penyelenggaraan pendidikan gizi di Indonesia. Alasan
dipilihnya kelima institusi tersebut adalah karena melihat track record yang dimiliki oleh masing-
masing universitas dalam menjalankan kegiatan pendidikan S1 gizi di Indonesia. Dengan
pelaksanaan pendidikan profesi gizi ini diharapkan lulusan profesi gizi memiliki daya saing yang
tinggi, profesionalisme, dan kompetensi yang jauh lebih baik. Dengan demikian usaha untuk
mencapai Indonesia sehat dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.

Dalam rapat tersebut Prof. Hamam Hadi, MS, Sc.D menyampaikan pembukaannya dengan
melakukan refleksi terhadap perkembangan institusi pendidikan gizi di Indonesia. “Program Studi
Gizi yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia sudah berjumlah 15 dan pada rapat ini
diharapkan diperoleh sehingga kualitas pendidikan dan akreditasi dari masing-masing program
studi tidak terlampau jauh. Dari rapat ini juga diharapkan Program Studi yang berencana
menjalankan program dietisien juga mempertimbangkan mengenai pelaksanaan program spesialis
dokter gizi medis/klinis karena dikhawatirkan akan menimbulkan pertentangan pada
pelaksanaannya.”
Pada sesi presentasi yang dimoderatori oleh Prof. Sulhan, terdapat dua pembicara yaitu Dr.
Ir. Budi Setiawan, MS yang menyampaikan pengalaman penyelenggaraan pendidikan S1 Gizi di
Institut Pertanian Bogor serta Susetyowati, DCN, M.Kes yang memaparkan pengalaman
pendidikan profesi gizi yang dilaksanakan di Program Studi Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Gadjah Mada. Pihak IPB yang telah meluluskan sarjana gizi sejak 1981 memaparkan
komponen kurikulum yang dijalankan serta beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam
proses akreditasi. Beliau menyatakan bahwa nilai yang tinggi dapat dicapai jika seluruh stakeholder
memahami visi dan misi yang telah dirumuskan sebelumnya. “Kita juga harus memiliki sistem
audit internal, setiap tahun akan terjadi saling mengaudit sehingga tiap tahun dapat diketahui
masing-masing kekurangan masing-masing. Nilai dari borang program studi memberikan 75%
setelah itu baru unit pengelola dan evaluasi diri program studi.”
Dalam presentasinya Susetyowati, DCN, M.Kes menjelaskan bahwa Pendidikan Profesi
yang dijalankan di Program Studi Gizi Kesehatan FK UGM mengadopsi kurikulum dari American
Dietetic Association (ADA) dengan 3 bidang yaitu gizi klinik, gizi institusi dan gizi masyarakat.
Ada beberapa kompetensi yang khas di masing-masing bidang dan ada kompetensi yang harus ada
di masing-masing. “Level kompetensi yang diberlakukan ada 4. Untuk mengaplikasikan yang
disepakati di AIPGI diberlakukan program pendidikan selama 1000 jam. Pada awalnya 900 jam
namun untuk mengakomodasi kenaikan pangkat pada institusi pemerintahkan yang memberikan
poin untuk kenaikan pangkat seperti halnya dokter. Total waktu yang dialokasikan untuk kegiatan
gizi klinik adalah 50%, gizi masyarakat 25% dan gizi klinik 25%”.
Dalam rapat tersebut juga dilakukan kesepakan mengenai beberapa hal yang terkait dengan
pendidikan profesi gizi (Dietetic Internship) di Indonesia. Berikut ini adalah komponen yang telah
disepakati dalam rapat kerja tersebut:
1. Penetapan uji kompetensi profesi gizi;
2. Alokasi waktu penyelenggaraan profesi serta jumlah SKS yang dibutuhkan;
3. Komponen penilaian;
4. Metode pengujian kompetensi;
5. Sertifikasi yang diberikan;
6. Masa berlaku sertifikat;
7. Proses perpanjangan
8. Biaya yang harus dikeluarkan;
9. Waktu pengujian;
10. Kemungkinan multi-entri. Output dari hasil pertemuan adalah adanya hasil keputusan
mengenai penyelenggaraan profesi serta rekomendasi universitas yang akan menjadi pioner
dalam penyelenggaraan profesi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai