Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................... 1


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 2
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 3


C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................ 4

A. Definisi ........................................................................................................................... 4
B. Macam-macam terapi tubuh dan pikiran ....................................................................... 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 23

A. Kesimpulan ........................................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini
diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan non konvensional yang lain, seperti
pengobatan dengan terapi musik, akupunktur, bekam, imajinasi, yoga, dan meditasi.
Definisi CAM (Complementary and Alternative Madacine) suatu bentuk penyembuhan
yang bersumber pada berbagai system, modalitas dan praktek kesehatan yang didukung
oleh teori dan kepercayaan.

Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada tahun 2005,
terdapat 75-80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani pengobatan non-
konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-konvensional, termasuk
pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai menjamurnya iklan-iklan
terapi non-konvensional di berbagai media.

Menurut data di Amerika Serikat pada tahun awal 1990-an, sepertiga dari 1.530
orang yang disurvei, menggunakan terapi tersebut. Dalam penelitian lebih lanjut dari
tahun 1990 sampai 1997, ternyata respondennya bertambah dari 34% menjadi 42%. Dari
survei tersebut ditemukan sebagian besar mereka yang menggunakan terapi ini adalah
orang-orang dengan taraf pendidikan yang tinggi dan penghasilan yang cukup serta usia
berkisar antara 25-49 tahun . Hal yang menarik dari penelitian ini bahwa pasien-pasien
yang mencari terapi pelengkap dan alternatif adalah mereka yang menderita nyeri
pinggang belakang (35,9% tahun 1990; 47,6% tahun 1997, arthritis (17,5%; 26,7%) dan
nyeri muskuloskeletal (22,3%; 23,6%). Hal ini sebanding dengan penelitian yang
dilakukan di beberapa negara lain seperti Australia, Canada,Inggris dan Belanda(Perry,
Potter, 2009).

2
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan terapi tubuh dan pikiran?
2. Apa saja yang termasuk dalam terapi tubuh dan pikiran?
3. Bagaimana teknik dari macam-macam terapi tubuh dan pikiran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan terapi tubuh dan pikiran
2. Untuk mengetahui macam-macam terapi tubuh dan pikiran
3. Untuk mengetahui teknik dari macam-macam terapi tubuh dan pikiran

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang
dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun-temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu
Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan
sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan
pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi mind-body (terapi pikiran) intervensi menggunkan berbagai teknik
untuk meningkatkan kemampuan pikiran untuk mempengaruhi fungsi dan gejala
tubuh. Contohnya: meditasi, yoga, terapi musik, doa, biofeedback, humor, jurnal,
terapi hewan, imajinasi, storyteling.

B. Macam-macam terapi tubuh pikiran


1. Meditasi
Praktik yang ditujukan pada diri untuk merelaxasi tubuh dan menenangkan
pikiran menggunakan ritme pernafasan yang berfokus. Barat (1979)
mendefinisikannya sebagai latihan di mana individu memfokuskan perhatian atau
kesadaran untuk berkutat pada satu objek.
Definisi Welwood (1979) lebih luas, menggambarkan meditasi sebagai teknik
yang memungkinkan individu untuk menyelidiki proses kesadaran dan
pengalaman mereka dan untuk menemukan kualitas dasar yang lebih mendasar
dari keberadaan mereka sebagai realitas yang hidup. Konsentrasi yang kuat
menghalangi rangsangan lain, memungkinkan orang itu menjadi lebih sadar akan
diri sendiri. Everly dan Rosenfeld (1981) membagi teknik meditasi menjadi empat
bentuk: repetisi mental, pengulangan fisik, konsentrasi masalah, dan konsentrasi
visual. Dalam pengulangan mental orang itu berkonsentrasi pada kata atau frasa,
biasa disebut mantra. Konsentrasi pada pernapasan sering menjadi fokus dalam

4
teknik pengulangan fisik; Namun, menari atau gerakan tubuh lainnya dapat
menjadi objek konsentrasi. Jogging, misalnya, memungkinkan untuk
berkonsentrasi pada aktivitas fisik, berulang bernapas, dan suara kaki seseorang
menyentuh tanah.

Teknik Meditasi:

Borysenko (1988) menjelaskan proses yang sederhana, selangkah demi selangkah


yang digabungkan banyak konsep yang dijelaskan sebelumnya yang dapat
digunakan untuk mengajar meditasi kepada pasien:
1. Pilih tempat yang tennag di mana anda tidak akan terganggu oleh orang
lain.
2. Duduk dalam posisi yang nyaman dengan punggung lurus dan lengan dan
kaki tidak bersila, kecuali anda memilih untuk duduk bersila di lantai.
3. Tutup matamu.
4. Bersantai otot anda, dari kepala hingga kaki.
5. Fokus pada pernapasan anda, rasakan bagaiaman keluar dan masuknya
udara, tanpa mencoba mengendalikannya.
6. Ulangi kata fokus anda secara diam-diam pada waktunya dengan
bernapasan anda.
2. Biofeedback
Biofeedback didefinisikan oleh Williams, Nigl, dan Savine (1981) sebagai
Teknik menggunakan peralatan (biasanya elektronik) untuk mengungkapkan
kepada manusia beberapa peristiwa fisiologis internal mereka, normal dan
abnormal, dalam bentuk sinyal visual dan pendengaran untuk mengajar mereka
untuk memanipulasi peristiwa-peristiwa yang tidak disengaja atau tidak disengaja
ini oleh memanipulasi sinyal yang ditampilkan.

Teknik Biofeedback:
1) Sebelum sesi pertama:
a. Tentukan masalah kesehatan
b. Mintalah nama dikter agar perawatan dapat dikordinasikan. Berikan lokasi,
komitmen waktu dan biaya.

5
2) Sesi peratama
a. Wawancara pasien untuk riwayat kesehatan.
b. Menilai kemampuan pasien.
c. Diskusikan rasional untuk menggunakan biofeedback.
d. Jelaskan bahwa peran perawat adalah menyediakan sepuluh sesi 50 menit,
seminggu sekali.
e. Jelaskan bahwa pasien adalah faktor keberhasilan prosedur ini. Pasien
harus berkonsultasi dengan dokter jika terjadi masalah kesehatan.
f. Jelaskan prosedurnya. Jika menggunakan umpan balik ketegangan otot
frontal. Terapkan 3 sensor ke dahi setelah dibersihkan dan diberi gel. Atur
mesin biofeedback dan operasikan sesuai intruksi.
g. Dapatkan pembacaan EMG awal dari ketegangan otot frontal selama 5
menit sementara pasien duduk dengan tenang dengan mata tertutup.
h. Instruksikan pasien untuk mempraktikan instruksi relaksasi yang direkam
selama 20 menit sementara sensor ada di dahi. Minta pasien untuk
menonton tampilan biofeedback untuk informasi tentang penurunan
tingkat ketegangan otot.
i. Tinjaulah catatan 2 minggu dari masalah kesehatan dan tentukan yang
ditentukan tujuan bersama.
j. Berikan rekaman dan instruksikan untuk berlatih di rumah. Diskusikan
waktu, frekuensi, panjang dan pengaturan untuk latihan.
k. Diskusikan setiap efek samping yang mungkin terjadi.
3) Sesi selanjutnya
a. Buka sesi dengan tinjauan 20 menit dari catatan masalah kesehatan,
stressor, dan cara-cara yang digunakan untuk mengatasi masalah dalam
seminggu terakhir: berikan konseling untuk mengatasi adaptif.
b. Terapkan sensor dan earphon dan biarkan pasien berlatih relaksasi
selama 20 menit sambil menonton layar. Dan membiarkan pasien mandiri di
ruangan setelah pasien menguasai teknik.
c. Teknik relaksasi yang bervariasi untuk mempertahankan minat dan
meningkatkan keterampilan.
d. Berikan instruksi untuk integrasi tambahan relaksasi ke dalam
kehidupan sehari-hari. Minimal latihan relaksasi 30 detik untuk waktu hari
sibuk.

6
4) Sesi terakhir
a. Lakuakn sesi di atas: memperoleh EMG akhir.
b. Diskusikan rencana untuk praktik yang sedang berlangsung dan
menejemen stres setelah perawatan berakhir.
3. Humor
Humor adalah sisi kebenaran yang baik. Mark Twain Asosiasi Terapan dan
Terapi Humor (2005) mendefinisikan terapeutik humor sebagai berikut:
Intervensi apa pun yang mempromosikan kesehatan dan kebugaran dengan
merangsang penemuan, ekspresi, atau apresiasi yang lucu tentang absurditas atau
ketidaksesuaian situasi kehidupan. Intervensi ini dapat meningkatkan kerja
kinerja, mendukung pembelajaran, meningkatkan kesehatan, atau digunakan
sebagai pelengkap pengobatan penyakit untuk memfasilitasi penyembuhan atau
mengatasi, apakah fisik, emosional, kognitif, sosial, atau spiritual. (www.aath.org)
Perawat dan ahli humor Vera Robinson (1978) menggambarkan fenomena
tersebut humor sebagai "komunikasi apa pun yang dirasakan oleh siapa pun dari
pihak-pihak yang berinteraksi sebagai orang yang humoris dan menuntun untuk
tertawa, tersenyum atau perasaan geli ”(hal. 193).
Teknik Humor:
1. Merakit /mengumpulkan sumber daya humor (membuat ruangan humor,
gerobak humor, video lucu).
2. Undang pemain tamu (komedian, penyihir, badut).
3. Kenakan item yang lucu, tombol konyol, dasi, dll.
4. Tampilkan foto-foto staf yang lucu.
5. Memiliki papan buletin kartun dengan favorit dari staf dan pasien yang
ditampilkan setiap minggu.
6. Mainkan musik yang mendorong gerakan lucu.
7. Dukung dan tepuk tangan atas upaya staf dan pasien untuk menggunakan
humor.
4. Yoga
Tehnik yang befokus pada susunan otot, postur, mekanisme pernafasan dan
kesadaran tubuh. Kata yoga berarti “bersatu atau bergabung”.Dalam latihan yoga,
dapat menggabungkan dan menyatukan pikiran dan tubuh kedalam satu kesatuan
yang saling melekat dan seimbang.Yoga adalah salah satu sistem perawatan

7
kesehatan yang menyeluruh tertua yang pernah ada, yang berfokus pada pikiran
dan tubuh (Cynthia, 2007).
Yoga, seni dan ilmu India kuno, berarti bersatu atau bergabung bersama
semangat individu dan universal. Dua milenium lalu, orang bijak India Yoga
sistematis Patanjali ke dalam Yoga Sutra, sebuah risalah yang terdiri dari 196
observasi ringkas. Perpaduan unik dari pengetahuan teoritis ini dan aplikasi
praktis adalah teks utama untuk yoga (Bharati, 2001).
Teknik Yoga:
1) Pose mayat (Savasana)
a. Berbaring telentang dengan tangan yang rileks di dekat sisi Anda, telapak
tangan muncul, dan kepala, batang, dan kaki dalam garis lurus. Jika Anda
merasa tidak nyaman, taruh bantal kecil atau selimut di bawah kepala
Anda dan bantal atau selimut gulung di bawah lututmu.
b. Tutup mata Anda, awasi mata, rilekskan wajah, dan biarkan tubuh Anda
tenggelam.
c. Fokus pada pernapasan secara perlahan dan merata melalui hidung dan
dari Anda perut.
d. Ketika Anda siap, buka mata Anda, tekuk lutut Anda, belok ke kanan
Anda, dan bangun.
e. Perawat dapat menggunakan Corpse Pose untuk mendorong relaksasi
yang mendalam dan mengobati hipertensi, kecemasan, insomnia,
kelelahan kronis, dan masalah kesehatan lainnya.
2) Pernapasan Lubang Hidung Alternatif (ANB)
a. Berbaring di Corpse Pose atau duduk dengan nyaman dengan punggung
lurus di kursi atau di lantai.
b. Letakkan jempol kanan Anda di sisi lubang hidung kanan Anda, dan cincin
Anda dan jari-jari kecil di sisi lubang hidung sebelah kiri Anda.
c. Gunakan jempol Anda untuk menutup lubang hidung kanan dan tarik
napas dalam-dalam dan perlahan lubang hidung sebelah kiri.
d. Gunakan cincin dan jari-jari kecil untuk menutup lubang hidung kiri dan
hembuskan napas dalam-dalam dan perlahan melalui lubang hidung kanan.
e. Membalikkan proses: Tarik nafas melalui lubang hidung kanan sambil
memblokir kiri lubang hidung, dan hembuskan melalui lubang hidung kiri
sambil memblokir lubang hidung kanan.

8
f. Seiring waktu, saat Anda terus berlatih, tingkatkan panjang Anda secara
bertahap napas dan sesi sampai Anda mencapai kenyamanan Anda.
Perawat dapat menggunakan ANB untuk menciptakan keseimbangan dan
harmoni dengan membiarkan setiap lubang hidung waktu yang sama dan
untuk memperkuat nafas dari lubang hidung yang secara kronis lebih
lemah.
5. Imajinasi
Imajinasi adalah pembentukan representasi mental dari suatu objek, tempat, suatu
peristiwa, atau situasi yang dirasakan melalui indra. Ini berbasis pada imajinasi
dan pemrosesan kognitif individu dan dapat dipraktekkan sebagai aktivitas
mandiri (self-hypnosis) atau dipandu oleh profesional (citra terbimbing). Tehnik
terapiutik untuk mengobati kondisi patologis dengan berkonsentrasi pada
imajinasi atau serangkaian gambar.

Teknik Imajinasi:
1) Mencapai keadaan rileks
a. Cari posisi duduk atau berbaring yang nyaman (tidak berbaring).
b. Abaikan setiap ekstremitas.
c. Tutup mata Anda atau fokus pada satu titik atau objek di ruangan.
d. Fokus pada pernapasan dengan otot perut - dengan setiap napas katakana
untuk diri sendiri "dalam" dan "keluar." Perhatikan napas Anda saat
bergerak masuk dan di luar. Dengan napas Anda yang berikutnya biarkan
napasnya menjadi sedikit lebih lama dan perhatikan bagaimana inhalasi
yang terjadi selanjutnya lebih dalam. Dan seperti dirimu perhatikan bahwa
biarkan tubuh Anda menjadi lebih rileks.
e. Rasakan tubuh Anda menjadi berat dan hangat-dari atas tubuh Anda
kepala ke ujung jari-jari tangan dan kaki Anda.
f. Jika pikiran Anda berkeliaran, bawalah pikiran Anda untuk memikirkan
Anda bernapas dan tubuhmu yang santai.
2) Saran khusus untuk citra
a. Dalam pikiran Anda, pergilah ke tempat yang Anda nikmati dan di mana
Anda merasa baik.
b. Apa yang Anda lihat-dengar-rasa-bau-dan rasakan?
c. Tarik napas dalam-dalam beberapa kali dan nikmatilah berada di sana.

9
d. Sekarang bayangkan diri Anda seperti yang Anda inginkan ... (Jelaskan
tujuan yang diinginkan khusus).
e. Bayangkan langkah apa yang perlu Anda ambil untuk menjadi seperti
yang Anda inginkan.
f. Lakukan langkah-langkah ini sekarang-di tempat ini di mana Anda merasa
baik.
g. Apa hal pertama yang Anda lakukan untuk membantu Anda menjadi
seperti Anda ingin menjadi?
h. Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?
i. Ketika Anda mencapai tujuan Anda seperti yang Anda inginkan-rasakan
diri Anda, sentuh dirimu, rangkul dirimu, dengarkan suara-suara di
sekitarnya kamu.
3) Ringkaskan proses dan perkuat latihan
a. Ingat bahwa Anda dapat kembali ke tempat ini, perasaan ini, dengan cara
ini kapan saja Anda inginkan.
b. Anda dapat merasakan cara ini lagi dengan berfokus pada pernapasan
Anda, santai, dan membayangkan diri Anda di tempat khusus Anda.
c. Kembalilah ke tempat ini dan bayangkan diri Anda seperti yang Anda
inginkan setiap hari.
4) Kembali ke presentasi
a. Ketika Anda siap, Anda dapat kembali ke ruangan tempat kami berada.
b. Anda akan merasa santai dan segar dan siap untuk melanjutkan kegiatan.
c. Anda dapat membuka mata Anda dan memberi tahu saya tentang
pengalaman Anda kapan kamu siap.
6. Musik
Penggunaan musik dapat mengambil banyak bentuk, dari mendengarkan kaset
yang dipilih atau compact disc (CD) untuk bernyanyi atau drum. Sejumlah factor
harus diingat ketika mempertimbangkan teknik spesifik: tipe musik dan preferensi
pribadi, keterlibatan aktif dan pasif, aktif dasar perorangan atau penggunaan
dalam kelompok, lamanya waktu untuk menggunakan musik, dan hasil yang
diinginkan. Dua dari intervensi musik yang lebih umum digunakan teknik-teknik
akan didiskusikan di sini: mendengarkan individu dan kerja kelompok.
a. Mendengarkan Musik Individual

10
Menyediakan sarana bagi pasien untuk mendengarkan musik adalah intervensi
teknik yang paling sering diterapkan oleh perawat. Kaset dan kaset CD
membuatnya mudah untuk memberikan intervensi musik bagi pasien / klien
dalam semua jenis pengaturan. Tape atau CD player relatif tidak mahal;
mereka kecil dan dapat digunakan bahkan dalam batasan yang paling ramai
seperti kritis unit perawatan. Kemampuan auto-reverse pemutar tape
memungkinkan pasien untuk mendengarkan ke musik untuk waktu yang lama
tanpa harus membalikkan rekaman itu. Pemain CD memiliki kejelasan suara
yang superior dan mencari jejak yang memungkinkan pemilihan segera bagian
yang diinginkan. Headphone yang nyaman memungkinkan pasien
mendengarkan pribadi yang tidak mengganggu orang lain.
b. Kerja Kelompok
Pembuatan Grup Musik
Musik dapat digunakan untuk kelompok pasien sebagai kekuatan integrasi
yang kuat. Musik menciptakan hubungan timbal balik di antara anggota dan
antara pendengar dan musik. Salah satu metode pembuatan grup musik adalah
drum, suatu bentuk rangsangan pendengaran yang ritmik. Lingkaran drum
menyebabkan rileksasi.
Teknik Musik:
1. Pastikan bahwa pasien memiliki pendengaran yang memadai.
2. Pastikan pasien suka / tidak menyukai musik.
3. Nilai preferensi musik dan pengalaman sebelumnya dengan musik untuk
relaksasi.
4. Berikan pilihan pilihan santai; membantu dengan pilihan pita / CD sebagai
dibutuhkan.
5. Tentukan tujuan yang disepakati untuk intervensi musik dengan pasien.
6. Lengkapi semua perawatan keperawatan sebelum intervensi;
memungkinkan untuk minimum 20 menit waktu mendengarkan tanpa
gangguan.
7. Kumpulkan peralatan (CD atau pemutar kaset, kaset / CD, headphone,
baterai) dan memastikan semuanya dalam keadaan baik.
8. Bantu pasien untuk posisi yang nyaman sesuai kebutuhan; pastikan lampu
panggil berada di dalam mudah menjangkau dan membantu pasien dengan
peralatan sesuai kebutuhan.

11
9. Meningkatkan lingkungan sesuai kebutuhan (menggambar tirai, menutup
pintu, mematikan lampu, dll.).
10. Posting tanda Jangan Ganggu untuk meminimalkan gangguan yang tidak
perlu.
11. Dorong dan beri pasien kesempatan untuk "berlatih" relaksasi dengan
musik.
12. Mendokumentasikan tanggapan pasien terhadap intervensi musik.
13. Merevisi rencana intervensi dan tujuan (s) sesuai kebutuhan.
7. Jurnal
Istilah jurnal, buku harian, dan tulisan sering digunakan secara bergantian.
Buku harian fokus pada pencatatan acara dan pertemuan sedangkan jurnal
berfungsi sebagai alat untuk merekam proses kehidupan seseorang (Baldwin,
1977). Acara dan pengalaman dicatat dalam jurnal dengan penekanan yang
ditempatkan pada refleksi orang tentang peristiwa-peristiwa ini dan makna pribadi
yang diberikan kepada mereka. Dalam penulisan jurnal, interaksi antara sadar dan
tidak sadar sering terjadi. Menulis, istilah lain, digunakan ketika fokusnya adalah
pada tema atau topik (Esterling et al., 1999). Misalnya, orang mungkin diminta
untuk menulis tentang pemikiran dan perasaan mereka yang terkait dengan
peristiwa stres tertentu dalam hidup mereka. Puisi dan cerita adalah bentuk lain
yang dapat diambil oleh tulisan yang ekspresif. Istilah jurnal akan digunakan
dalam bab ini untuk mencakup penulisan untuk tujuan terapeutik.

Teknik Jurnal:

1) Penulisan Dialog

Penulisan aliran bebas seperti monolog sedangkan penjurnalan dialog


memungkinkan orang untuk melihat situasi atau emosi dari dua perspektif.
Penulisan dialog dapat membantu individu menyelesaikan konflik dan
melihat periferal orang lain. Jenis jurnal ini juga dapat digunakan untuk
berdialog dengan suatu acara. Baldwin (1990) mencatat bahwa dalam
monolog kita dapat menghindari memeriksa masalah, sedangkan dialog
bisa sampai ke inti masalah.

2) Jurnal topikal

12
Jenis jurnal ini berfokus pada peristiwa atau situasi tertentu. Fokusnya
adalah penyakit seseorang atau anggota keluarga. Jurnal menulis tentang
perasaan mereka, bagaimana penyakit akan mempengaruhi atau
mempengaruhi kehidupan mereka, dan ketakutan yang mereka miliki
tentang perawatan atau hasil. Pennebaker memfokuskan penelitiannya
pada penggunaan jurnal untuk membantu mereka yang berurusan dengan
trauma dalam kehidupan mereka. Mereka diperintahkan untuk
mempertimbangkan berbagai aspek acara: siapa yang terlibat, mengapa
mereka percaya peristiwa itu terjadi, bagaimana itu mempengaruhi
kehidupan mereka, dan perasaan yang terkait. Mereka hanya menulis,
tanpa memperhatikan struktur apa yang tertulis. Tidak ada batasan yang
dikenakan.
3) Penulisan Kreatif
Beberapa orang mungkin lebih nyaman menulis dalam bentuk cerita atau
dalam puisi daripada berfokus pada peristiwa atau emosi tertentu dalam
kehidupan mereka. Jenis tulisan ini dapat membantu orang untuk
mengungkap pikiran atau emosi yang lebih dalam. Beberapa orang
mungkin menemukan bahwa gambar atau adegan dapat membantu mereka
fokus pada suatu topik. Ketika mereka menulis tentang gambar atau
adegan, perasaan dan pikiran batin muncul. Cerita memungkinkan
perasaan muncul pertama kali di dalam orang-orang di dalam cerita dan
kemudian di dalam diri.
Bagi mereka yang gentar dengan menulis puisi, bentuk-bentuk Jepang dari
haiku atau tanka dapat digunakan. Haiku terdiri dari 17 suku kata: garis-
garis 5, 7, dan 5 suku kata (Haiku for People, 2004). Tanka puisi adalah
bentuk yang lebih tua dan terdiri dari 31 suku kata dengan garis-garis dari
5, 7, 5, 7, 7 suku kata (American Tanka, 2004). Salah satu situasi yang
muncul ketika menggunakan bentuk puisi ini adalah bahwa seseorang
sering perlu untuk mengungkap kata-kata baru dari suku kata yang sesuai
daripada menggunakan kata-kata yang akrab. Kata-kata baru ini dapat
mengungkapkan perasaan yang sebelumnya tidak dianggap orang.
8. Terapi bantuan hewan
AAT (Animal Assisted Therapy) telah memiliki banyak nama termasuk terapi
yang difasilitasi oleh hewan peliharaan, terapi yang dibantu hewan peliharaan,

13
terapi hewan peliharaan, psikoterapi anak yang berorientasi hewan peliharaan,
terapi yang difasilitasi oleh hewan, aktivitas yang dibantu hewan, dan kunjungan
hewan. Istilah-istilah umum ini mengacu pada program-program yang termasuk
kunjungan, upaya-upaya terapi lingkungan, dan psikoterapi yang dibantu binatang
(Berrisford, 1995). Hari ini terminologi cenderung membedakan antara dua jenis
intervensi yang berbeda: kunjungan hewan peliharaan dan AAT (Animal Assisted
Therapy).
Penggunaan hewan yang paling sederhana dalam perawatan kesehatan adalah
kunjungan hewan peliharaan. Intervensi ini dimaksudkan untuk mendorong
hubungan dan memulai komunikasi antara terapis dan pasien. Ini sering efektif
dalam meningkatkan respon pasien, memberikan pasien pengalaman yang
menyenangkan, meningkatkan lingkungan perawatan, dan membantu menjaga
pasien tetap berhubungan dengan kenyataan (Barba, 1995a). Hewan itu memulai
kontak dengan pasien, dan arah kunjungan ditentukan oleh kebutuhan pasien pada
waktu tertentu. Interaksi sosial sering meningkat menggunakan hewan sebagai
batu loncatan untuk pertobatan. Modalitas terapeutik ini telah menunjukkan
keberhasilan dalam konseling psikologis, serta fasilitas perawatan jangka panjang.
Visitasi dapat diberikan oleh satu atau lebih hewan dan tim sukarelawan dan dapat
terjadi dalam pengaturan individu atau kelompok. Berbagai hewan telah
digunakan dengan baik dalam intervensi ini termasuk kucing, kelinci, burung, dan
anjing.
Banyak kerangka teoritis mendukung penggunaan AAT dalam perawatan
kesehatan. Yang paling sering dikutip adalah teori dukungan sosial (Barba,
1995b), yang mengakui bahwa penyangga terhadap stres dikembangkan dalam
hubungan di mana orang mendapatkan rasa aman dan perasaan dibutuhkan.
Menggunakan kerangka kerja ini, penelitian yang dilakukan dengan hewan
pendamping telah menunjukkan bahwa hewan meningkatkan kesejahteraan,
kesehatan, dan umur panjang dan menyediakan sumber bantuan, cinta, dan
persahabatan (Carmack, 1998).

Penggunaan

a. "Hippotherapy," atau menunggang kuda digunakan dalam berbagai cara untuk


mempengaruhi kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang dengan gangguan

14
gerak. Terapis fisik dan okupasi yang khusus meresepkan terapi mengemudi
untuk meningkatkan postur, keseimbangan, mobilitas, dan fungsi pasien (NIH,
1987). Casady dan Nichols-Larsen (2004) telah melakukan studi komprehensif
tentang efek hippotherapy pada anak-anak dengan cerebral palsy. Peningkatan
positif dalam kinerja motorik fungsional secara statistik signifikan.
b. Pesut dan lumba-lumba telah membantu anak-anak autistik menjadi lebih
responsif. Sebuah studi tahun 1989 menunjukkan bahwa lumba-lumba, digunakan
baik sebagai stimulus dan penguatan, adalah 2 hingga 10 kali lebih efektif dalam
meningkatkan perhatian dan keterampilan bahasa di antara anak-anak dengan
cacat mental daripada rangsangan lain dan inforcements yang digunakan di kelas
berbasis lahan (Nathanson & de Faria, 1993).
c. Psikoterapi telah memanfaatkan hewan dalam upaya untuk mengurangi
kecemasan dan membuka jalur komunikasi. Seringkali pasien akan lebih mudah
berbicara tentang pengalaman menyakitkan dalam hidup mereka ketika mereka
mengelus anjing (Conner & Miller, 2000).
d. Anjing pendamping telah digunakan dengan sukses besar untuk orang-orang yang
buta dan dalam beberapa tahun terakhir oleh mereka atau yang mengalami
gangguan pendengaran atau menggunakan kursi roda. Tidak hanya anjing servis
menyediakan lebih banyak kemandirian dan mobilitas yang lebih besar, tetapi
kehadiran anjing pendamping juga menciptakan efek “magnet” yang berfungsi
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas perhatian yang ditujukan kepada
mereka yang cacat (Edney, 1992).
e. Unit rehabilitasi di fasilitas perawatan akut telah mulai memanfaatkan AAT untuk
meningkatkan keterampilan motorik melalui kegiatan yang menantang
keseimbangan, keterampilan motorik halus dan kasar, dan daya tahan;
meningkatkan manajemen stres dan keterampilan mengatasi; meningkatkan
fungsi kognitif; dan membantu menyesuaikan dengan perubahan kehidupan
(Jorgenson, 1997).
f. Beberapa penjara baru-baru ini memulai uji coba terbatas di mana narapidana
diberikan hewan untuk dibesarkan untuk program layanan atau lokal tempat
perlindungan. Program-program ini secara hati-hati diawasi. Kunjungan hewan
peliharaan ke narapidana juga digunakan sebagai bentuk modifikasi perilaku
(Connor & Miller, 2000).

15
9. Berdoa
"Doa" berasal dari bahasa Latin precarius, yang berarti memperoleh dengan
mengemis, dan dari precari, yang berarti memohon. Dossey (1997)
mendefinisikan doa sebagai komunikasi dengan Yang Mutlak. Definisi doa yang
sederhana adalah meninggikan hati dan jiwa kepada Tuhan atau Makhluk Agung.
Doa dan meditasi memiliki banyak kesamaan. Sedangkan obyek meditasi
adalah memusatkan perhatian pada suatu kata atau obyek sehingga menjadi lebih
penuh perhatian dan sadar, fokus doa adalah komunikasi dengan yang lebih tinggi.
Mengetahui bentuk-bentuk meditasi dan beberapa diantaranya, seperti
memusatkan, menggabungkan doa.
Banyak jenis doa yang berbeda telah dijelaskan dalam literatur. Tabel 12.1
memberikan deskripsi jenis-jenis doa yang umum digunakan. Doa dapat dilakukan
secara individual, dalam kelompok, atau sebagai bagian dari agama atau
komunitas agama. Dalam konteks yang terakhir, doa sering memiliki kata-kata
dan ritual yang ditentukan. Namun, ini tidak selalu benar, karena pertemuan doa
Quaker tidak menggunakan kata-kata yang ditentukan. Doa adalah satu hal yang
unik dalam diri seseorang bahwa orang yang membangun adalah keterkaitannya
dengan Yang Mutlak atau Yang Lebih Tinggi.
Teknik Berdoa:

Bentuk doa yang dibutuhkan adalah yang diinginkan oleh pasien. Jika perawat
merasa nyaman melakukannya, mereka dapat menanyakan apakah pasien ingin
mereka bergabung dengan mereka dalam berdoa. Membaca tulisan suci atau dari
kitab suci adalah salah satu cara untuk membayar dengan bayi-bayi. Para
pengasuh juga menciptakan lingkungan di mana orang tersebut dapat berdoa.
Banyak rumah sakit, panti jompo, dan klinik memiliki kapel atau ruang untuk
berdoa dan meditasi. Meskipun status kesehatan banyak pasien dalam pengaturan
perawatan akut tidak memungkinkan mereka untuk pergi ke achapel, anggota
keluarga dapat menemukan kedamaian dan kenyamanan di ruang ini.

Pasien dengan afiliasi linguistik mungkin ingin menggunakan pelayar forma dari
iman mereka. Contohnya, orang Kristen mungkin merasa Tuhan merasa tidak
nyaman. Pasien dari agama Yahudi mungkin ingin membaca mazmur atau
membacanya, dan Muslim dapat memilih untuk membaca dari Al-Qur'an

16
Memberikan pujian kepada empat arah mungkin merupakan bentuk doa yang
digunakan oleh orang-orang keturunan asli Amerika. Perawat harus menghormati
bentuk atau ritual apa pun yang dibutuhkan oleh doa.

lingkaran doa atau rantai ada di banyak gereja dan kelompok. Ini menyediakan
wahana doa syafaat untuk ditawarkan bagi orang atau keluarga tertentu. Jika
perawat tahu tentang keberadaan lingkaran doa, mereka dapat bertanya kepada
pasien atau anggota keluarga apakah mereka ingin ada kelompok yang berdoa
bagi mereka.
10. StoryTelling (bercerita)
Bercerita menggambarkan ingatan manusia dan merupakan seni dan sains (Lawlis,
1995; Roberts, 1994). Ini melibatkan akun individu dari suatu peristiwa yang
menciptakan gambar yang mengesankan dalam pikiran pendengar (Kirkpatrick,
Ford, & Castelloe, 1997). Ada banyak bentuk cerita, termasuk dongeng, legenda,
insiden pribadi, dan mitos pribadi (Lawlis). Namun demikian, cerita faktual atau
fiksi selalu memiliki karakteristik tertentu. William Labov, seorang sosiolinguist,
menyatakan bahwa cerita lengkap biasanya terdiri dari:

• sebuah abstrak — apa ceritanya tentang


• sebuah orientasi — “siapa, kapan, di mana, dan apa” dari cerita itu
• tindakan yang rumit — bagian “apa yang terjadi” dari cerita itu
• evaluasi — “ jadi-apa ”dari cerita itu
• theresolution — bagian“ apa yang akhirnya terjadi ”dari cerita
• coda - sinyal sebuah cerita berakhir
• kembalinya ke masa kini (Sandelowski, 1994, hlm. 25).

Margaret Newman (1994), seorang ahli teori perawat, mendefinisikan cerita atau
narasi sebagai ekspresi kesadaran manusia dan sarana untuk memperluas
kesadaran ini; dengan demikian, mereka membantu seseorang bergerak menuju
keutuhan kesehatan. Mendongeng, seperti yang didefinisikan oleh Bowles (1995),
adalah media deskriptif di mana pengalaman pribadi dapat dikomunikasikan
kepada orang lain dengan kesegeraan dan relevansi yang dapat mempengaruhi
perubahan narator serta penonton. Dengan kata lain, mendongeng adalah seorang
penyembuh berusia tua.

17
Storytelling (bercerita) dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Bercerita Dengan Anak-Anak
Penggunaan kegunaan dari mendongeng dengan anak-anak telah dieksplorasi
dalam sejumlah penelitian. Walker (1988) menggunakan kartun bercerita
sebagai salah satu dari beberapa teknik untuk menilai strategi koping kognitif
dan perilaku saudara kandung pasien kanker anak. Analisis isi dari data
mengungkapkan tema-tema stressor utama tentang kehilangan, ketakutan akan
kematian, dan perubahan di antara saudara-saudaranya. Dalam studi korelasi
deskriptif, Collins (1991) menggunakan penceritaan spontan untuk
menentukan tingkat stres pada siswa kelas empat. Perbedaan ditemukan dalam
tema cerita di antara anak-anak dengan tingkat stres rendah, sedang, atau
tinggi. Werle (2004) menggunakan bercerita dengan siswa sekolah menengah
untuk mengeksplorasi pengalaman kekerasan yang dialami. Para siswa
menanggapi cerita-cerita tersebut melalui gaya penulisan bebas menggunakan
pertanyaan-pertanyaan terbuka sebagai panduan. Perawat sekolah dapat
menemukan penceritaan yang membantu program pendidikan pencegahan
antikekerasan.
2) Bercerita Dengan Orang Dewasa Yang Lebih Tua
Tidak hanya anak-anak yang mendapat manfaat dari mendongeng. Lepp,
Ringsberg, Holm, dan Sellersjo (2003) melakukan studi percontohan di antara
12 pasien lansia dengan demensia sedang hingga berat. Tujuh dari pengasuh
mereka juga berpartisipasi dalam penelitian. Dua kelompok menerima
intervensi: satu kelompok berfokus pada tarian, irama, dan lagu yang akrab
dengan kelompok usia ini sementara kelompok lain berpartisipasi dalam
bercerita. Kualitas hidup meningkat dalam kelompok drama dan mendongeng.
Strickland (1996) menggunakan lingkaran mendengarkan 11/4 jam untuk
empat sesi di pusat keperawatan. Setiap minggu, warga berbagi cerita pribadi,
termasuk banyak tentang "kehadiran" dan "peduli" komunitas pendatang. Klik,
Hanson, andRoss (2003) melakukan kelompok fokus di antara staf panti
jompo, orang tua yang tinggal di masyarakat, pengasuh keluarga, dan praktisi
untuk mengeksplorasi apakah pendekatan biografi yang menggabungkan
penceritaan dapat digunakan untuk meningkatkan perawatan yang berpusat
pada orang. Temuan mengungkapkan bahwa kisah hidup membantu praktisi

18
untuk melihat pasien sebagai manusia dan untuk memahami mereka lebih
lengkap, dan meningkatkan hubungan dengan keluarga orang tua.
3) Penggunaan Bercerita di Rumah Hantu
Bercerita telah digunakan dengan pasien rumah sakit dan keluarga mereka.
Lehna (1999a) mewawancarai 4 ibu dari anak-anak yang sakit yang terdaftar
di rumah sakit. Ibu menggunakan storytelling untuk dua tujuan terapeutik. Ini
membantu mereka menempatkan anak dalam konteks seluruh kehidupan.
Menceritakan cerita membantu mereka menempatkan kelahiran anak-anak
mereka yang rapuh secara medis pada suatu kontinum yang menghubungkan
waktu sebelum kelahiran mereka dengan waktu setelah kelahiran mereka dan
perubahan kehidupan yang terjadi dengan diagnosis dan / atau kelahiran.
Menceritakan kisah-kisah juga membantu para ibu memahami dan datang
untuk berdamai dengan perasaan mereka. Bercerita memberikan kelompok ibu
ini dengan pandangan yang jelas ke keluarga mereka berfungsi dan bisa
menjadi alat yang kuat untuk penyedia layanan kesehatan.
4) Penggunaan Bercerita oleh Wanita Afrika Amerika dan Wanita Asli India
Dalam sebuah analisis naratif tentang 115 kisah perempuan Afrika,
BanksWallace (1998) menemukan bahwa bercerita bermanfaat untuk
mempelajari lebih lanjut tentang faktor historis dan kontekstual yang
mempengaruhi kesejahteraan para wanita ini. Fungsi utama mendongeng yang
disajikan adalah: landasan kontekstual, ikatan dengan orang lain, memvalidasi
dan menegaskan pengalaman, venting dan katarsis, menolak penindasan, dan
mendidik orang lain.
Rogers (2004) menemukan mendongeng di jantung 11 janda Pacific Northwest
African American, yang berusia 55 dan lebih tua, yang menggambarkan
pengalaman mereka tentang kehilangan setelah kematian suami mereka.
Selama wawancara, para janda mengambil berbagai tingkah laku dan pola
bicara orang-orang yang menjadi bagian dari cerita. Ini termasuk nada
berubah, meniru suara orang-orang yang terlibat, dan penggunaan tangan,
bahasa tubuh, dan ekspresi wajah. Perawat harus menyadari mendongeng
sebagai sarana untuk mendapatkan pemahaman mendalam dan wawasan
budaya ke dalam pengalaman Afrika Amerika.
Teknik Bercerita:

19
1) Lingkungan penyembuhan: Langkah pertama yang diperlukan untuk
penyembuhan adalah menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
bercerita (Lindesmith & McWeeny, 1994). Tidak ada penyembuhan
tanpa atmosfer yang kondusif. Oleh karena itu, penting bahwa
lingkungan fisik yang nyaman dicari, jauh dari gangguan. Dengan
kursi yang ditempatkan dalam lingkaran, peserta dapat saling melihat
dan merasakan kehadiran setiap orang. Lingkungan dapat dibersihkan
dan dijaga jelas dengan bantuan ritual pemurnian seperti penggunaan
lilin, kristal, atau bulu. Dalam tradisi asli orang Indian, cedar, atau
rumput manis biasanya digunakan untuk tujuan ini.
2) Nonjudgment: Individu dan kelompok harus merasa aman dan
didukung di lingkungan mereka (Bowman, 1995; Evans & Sev
Mendongeng 159
ertsen, 2001) untuk memfasilitasi proses penyembuhan. Kita sering
enggan mengungkapkan terlalu banyak tentang diri kita sendiri karena
itu membuat kita rentan. Namun, kita tidak dapat menceritakan sebuah
kisah tanpa keterbukaan diri (Kelly, 1995). Oleh karena itu, suasana
yang bebas dari kritik, eksplorasi, interpretasi, atau penilaian harus
berlaku dan kerahasiaan harus terjamin.
3) Mendengarkan: Adalah sangat penting bahwa orang lain
mendengarkan ceritanya. Mendengarkan menunjukkan bahwa
seseorang dinilai sebagai individu (Clark et al., 2003; Koch, 1998).
Kita perlu memupuk kualitas mendengarkan dengan hati-hati, sabar,
penuh perhatian, dan berbelas kasih kepada manusia lain sementara
mereka menceritakan kisah mereka. Sederhananya, ini cukup peduli
tentang orang lain untuk mendengarkan apa yang mereka harus bayar
(Kelly, 1995) dan untuk mendengarkan dengan seseorang (Heiney,
1995). Sambil mendengarkan, kita dapat membiarkan imajinasi kita,
kebiasaan masa lalu kita, dan berbagai hasrat dan masalah kita
membantu kita membentuk gambar untuk menyertai kata-kata yang
kita dengar (Roberts, 1994).
4) Spontanitas dan kreativitas: Mendongeng tidak memerlukan pelatihan
atau keterampilan (Heiney, 1995). Namun, cerita menjadi hidup ketika
kita membiarkan cerita "angkat dan mengalir" dan "tertawa dan

20
menangis" (Wilson, 1979, hal. 3) .Imaginasi, fleksibilitas, dan
kreativitas mengalir secara wajar dalam bercerita (Kuhrik, 1995).
5) Kehadiran: Untuk hadir adalah secara sadar tinggal di saat ini.
Perubahan terjadi di masa sekarang, bukan di pendeta di masa depan.
Ketika seseorang hadir pada saat itu, suatu keadaan yang tidak
mengganggu perhatian yang memungkinkan penyembuhan alami
mengalir dihasilkan (Dossey, Keegan, & Guzzetta, 2000)
.Whenastoryistold, yang lain dapat “menetap di dalam tubuh mereka
dan menjadi sepenuhnya hadir” (Kimmel & Kazanis , 1995, hal 216).
6) Empathyandcaring: Empati didefinisikan sebagai “reaksi pemahaman,
sadar, peka terhadap, dan mengalami perasaan, pikiran, dan
pengalaman orang lain. . .tanpa memiliki perasaan, pikiran, dan
pengalaman sepenuhnya dikomunikasikan secara objektif secara
eksplisit ”(MerriamWebster, 1984, hal. 407). Mendongeng
meningkatkan empati (Heinrich, 1992). Menurut Diekelmann
(1994/1995), ketika ceritanya terungkap, para peserta dalam perjalanan
narasi bersama-sama menuju tempat terjalinnya di mana sulit untuk
membedakan antara pembicara dan pendengar. Ini membuat
kemungkinan bagi salah satu dari kita untuk tinggal di dalam
pengalaman hidup yang lain (Heinrich). Mendengarkan adalah dengan
menunjukkan kepedulian, dan perhatian adalah sebuah faktor yang
cenderung diabaikan oleh masyarakat Barat.
7) Komunitas: Dalam proses bercerita, perasaan komunitas terbentuk.
Perasaan ini menciptakan ikatan atau penguatan hubungan intim
dengan orang lain seperti mereka dan memfasilitasi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan (Banks-Wallace, 1998). Rasa komunitas ini
mengurangi tembus pandang dan isolasi orang (Heinrich, 1992).
Perasaan kepemilikan berkembang selama proses mendongeng yang
tidak hanya menghubungkan kita dengan orang lain, tetapi juga
menghubungkan kita dengan kebenaran yang lebih tinggi (Heiney,
1995). Koneksi ini bisa menjadi pengalaman yang membebaskan.
8) Belajar dan berbagi: Belajar terjadi ketika cerita dibagikan
(Lindesmith & McWeeny, 1994) karena bercerita menyediakan
wahana untuk berbagi pengetahuan dan kebijaksanaan (Banks-

21
Wallace, 1998). Menurut Heiney (1995), bagian dari pembelajaran ini
menjadi mampu melihat hal-hal yang banyak berbeda tingkat melalui
prisma. Perspektif baru dapat muncul sebagai cerita diceritakan. Dalam
proses mendongeng, validasi (Heinrich, 1992), pengakuan dan
pengenalan diri (Kelly, 1995), dan makna pribadi berkembang. Di
dalam pengakuan inilah semangat berevolusi.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai


pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis yang konvensional.

Terapi mind-body (terapi pikiran) intervensi menggunkan berbagai teknik untuk


meningkatkan kemampuan pikiran untuk mempengaruhi fungsi dan gejala tubuh.
Contohnya: meditasi, yoga, terapi musik, doa, biofeedback, humor, jurnal, terapi hewan,
imajinasi, storyteling.

23
DAFTAR PUSTAKA

Snyder Mariah.2006.Complementary/Alternative Therapies in Nursing.New York.Springer


PublishingCompany.

24

Anda mungkin juga menyukai