Anda di halaman 1dari 25

Nama Kelompok :

1. Raysa Rejeki (7162141015)


2. Dea Emia BR Brahmana (7163141010)
3. Nita Arindah Hutahuruk (7163141025)
4. Tissa Olga Novriani (7163141037)
Kelas : B Reguler

RESUME
POPULASI DAN SAMPEL
A. POPULASI

Menurut Sugiono (2013) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri


atas: obyek / subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek atau benda – benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek ini.

Menurut Sofiyan Siregar (2014) Populasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“population” yang berarti jumlah penduduk. Dalam metodologi penelitian, kata
populasi amat popular dipakai untuk menyebutkan serumpun/ sekelompok objek
yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh –
tumbuhan, udara, gejala, nilai peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya. Sehingga
objek – objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2006:99).

Jenis Populasi terbagi dua, yaitu :

1. Populasi finit, artinya jumlah individu ditentukan.


2. Populasi infinit, artinya jumlah individu tidak terhitung atau tidak diketahui
dengan pasti.
Menurut Sugiono (2015) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda – benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang
dipelajari meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek
itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, Maka sekolah X ini
merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek
lainnya. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga
mempunyai karakteristik orang – orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin
kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain – lain ; dan juga
mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan prosedur kerja, tata
ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain – lain. Yang terakhir berarti populasi
dalam arti karakteristik.
Satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik. Misalnya gaya bicara, disiplin pribadi, hobi,
cara bergaul, kepemimpinannya dan lain – lain.

Menurut Surahman (2016) Populasi adalah keseluruhan sesuatu yang


karakteristiknya mungkin diselidiki/diteliti. Anggota atau unit populasi disebut
elemen populasi. Contoh elemen populasi adalah: anak balita, ibu hamil, hasil
produksi perkebunan, dan tablet yang diproduksi oleh suatu perusahaan farmasi.
Populasi dapat dibedakan lagi menjadi populasi studi dan populasi sasaran
atau target. Populasi studi atau populasi sampel adalah kumpulan dari satuan atau
unit tempat kita mengambil sampel. Populasi target atau sasaran adalah kumpulan
dari satuan atau unit yang ingin kita buat inferensi atau generalisasi-nya dalam suatu
penelitian atau sering disebut juga sebagai sasaran penelitian.
Menurut Winarno (2016) menyatakan bahwa dalam sebuah penelitian
selalu ada subjek atau objek yang menjadi sasaran penelitian, yang disebut sebagai
populasi. Menurut Putrawan (1990:5-7) populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi,
populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia
memberikan satu data, maka banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan
banyaknya manusia. Ibnu (2003:60-63) mengemukakan, populasi adalah semua
subjek atau objek sasaran penelitian. Wujud subjek itu bermacam-macam: manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, barang produk (hasil-hasil kerajinan, hasil-hasil
industri, dan lain-lain), barang-barang nonproduk (batu, pasir, tanah, air, dan lain-
lain), dan bentuk lingual atau ungkapan verbal (kata, frasa, kalimat, paragraf, teks),
atau dokumen dan barang cetak.

Perlakuan peneliti terhadap subjek atau objek tersebut dapat memungkinkan


dua alternatif status populasi. Pertama, populasi penelitian itu bersatus sebagai
objek penelitian jika populasi itu bukan sebagai sumber informasi, tetapi sebagai
substansi yang diteliti, seperti hasil produksi (susu kaleng, cat, topeng, dan lain-
lain). Kedua, populasi penelitian itu berstatus sebagai sumber informasi, seperti
manusia dan dokumen. Dalam survei sosial, orang atau sekelompok orang lazim
berfungsi sebagai sumber informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan diri
mereka atau fenomena-fenomena sosial yang berhubungan dengan mereka. Dalam
penelitian tertentu, populasi penelitian dapat berstatus ganda, sebagai objek
penelitian yang informasinya juga dari populasi tersebut. Penelitian tentang
"perbedaan cara belajar antara mahasiswa bidang eksakta dan mahasiswa bidang
sosial" meng-isyaratkan populasi penelitian akan berstatus ganda: sebagai objek
yang sekaligus sebagai sumber data. Berdasarkan uraian di depan, maka populasi
dapat dinyatakan sebagai sekumpulan objek atau sumber data penelitian. Populasi
yang beracuan objek penelitian sejalan dengan pendapat Tuckman (1972) bahwa
populasi adalah kelompok yang menjadi target atau sasaran studi (penelitian).
Populasi yang beracuan sumber data sejalan dengan definisi Chao (1974) bahwa
populasi itu terkait dengan semua sumber data dalam cakupan lingkup penelitian
yang ditetapkan. Dua acuan tersebut tidak bertentangan. Masing-masing acuan itu
benar sesuai dengan yang berlaku pada sebuah penelitian.
Populasi berkaitan erat dengan sampel. Pemikiran tentang populasi, dalam
konteks penelitian kuantitatif, secara tersirat memunculkan pemikiran tentang
sampel, walaupun populasi yang terbatas memungkinkan tidak perlunya sampel.
Akan tetapi, dalam populasi yang terbatas itu pula masih mungkin ditentukan
sampelnya. Pelibatan semua anggota populasi sebagai objek atau sumber data
merupakan cara yang ideal. Akan tetapi, banyak penelitian yang memiliki populasi
dengan jumlah yang sangat besar, sehingga sulit untuk dapat diteliti semua. Kondisi
tersebut memunculkan pemikiran untuk menyederhakan pengambilan data, yang
dapat menjangkau semua karakteristik objek atau subjek yang diteliti, sehingga
digunakan teknik sampling. Banyak penelitian yang tidak dapat dan tidak perlu,
menjangkau semua anggota populasi karena berbagai pertimbangan: pertimbangan
akademik (berlakunya inferensi statistik) dan pertimbangan nonakademik
(keterbatasan tenaga, waktu, biaya, dan dukungan logistik, kepraktisan).
Dari uraian di depan dapat dinyatakan bahwa sampel adalah bagian populasi
atau sejumlah anggota populasi yang mewakili karakteristik populasi. Sebagaimana
karakteristik populasi, sampel yang mewakili populasi adalah sampel yang benar-
benar terpilih sesuai dengan karakteristik populasi itu. Karakteristik populasi itu
pula yang menentukan teknik penentuan sampel sebagai diuraikan di bagian lain
dalam bab ini.
Istilah populasi dan sampel menurut UM (2000:15) tepat digunakan jika
penelitian yang dilakukan mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi
jika sasaran penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok
digunakan istilah subjek penelitian, terutama dalam penelitian ekpe-rimental.
Dalam survai, sumber data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif
disebut informan atau subjek tergantung pada cara pengambilan datanya.
Penjelasan yang akurat tentang karakteristik populasi penelitian perlu
diberikan agar besamya sampel dan cara pengambilannya dapat ditentukan secara
tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang diplilih benar-benar representatif, dalam
arti dapat mencerminkan keadaan popuiasihya secara cermat. Keterwakilan
(representatif) sampel merupakan kriteria penting dalam pemilihan sampel dalam
kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel
terhadap populasinya. Jika keadaan sampel makin berbeda dengan karakteristik
populasinya, maka makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi.
Dengan demikian, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah:
(a) identifikasi dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b)
prosedur dan teknik pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
B. SAMPEL

Menurut Sugiono (2013) Sampel adalah bagian dari jumlah dan


karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya
akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari
populasi harus harus betul – betul representatif (mewakili).

Menurut Sofiyan Siregar (2014) Sampel adalah suatu prosedur


pengambilan data, di mana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan
dipergunakan untuk menentukan sifat ciri yang dikehendaki dari suatu populasi.

Menurut Sugiono (2015) Dalam penelitian kuantitatif, sampel adalah


bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada
populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul – betul representatif
( mewakili ). Sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang
memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses


enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga
dihayati.
2. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada
kegiatan yang tengah diteliti.
3. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai
informasi.
4. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil “
kemasannya” sendiri
5. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti
sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau
narasumber.
Seperti telah dikemukanan bahwa, penambahan sampel itu dihentikan,
manakala datanya sudah jenuh. Dari berbagai informan, baik yang lama maupun
yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan
benar – benar jatuh pada subjek yang benar – benar menguasai situasi sosial yang
diteliti (obyek), maka merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak
memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang
menjadi kepedulian bagi peneliti jualitatif adalah “tuntasnya” perolehan informasi
dengan keragaman variaso yang ada, bukan banyaknya sampel sumber data.

Menurut Surahman (2016) Sampel adalah bagian dari populasi yang


menjadi objek penelitian. Unit sampel bisa sama dengan unit populasi tetapi bisa
juga berbeda. Sebagai contoh unit analisis atau populasi suatu penelitian adalah
anak berumur di bawah tiga tahun atau batita, hal yang akan diteliti adalah
kebiasaan makan maka unit sampel adalah ibu atau pengasuh yang memiliki anak
usia di bawah tiga tahun sebab tidak mungkin pertanyaan tentang makanan anak
batita dapat ditanyakan langsung pada anak batita tersebut.
Idealnya dalam suatu penelitian untuk mengetaui karakteristik populasi
adalah dengan melakukan pengamatan terhadap populasi. Namun dalam praktiknya
kita hanya bisa melakukan pengamatan terhadap sampel, tidak hanya disebabkan
oleh biaya penelitian yang besar tetapi juga karena penelitian terhadap populasi
akan memakan waktu yang sangat lama dan dapat menimbulkan kesalahan yang
besar dalam pengukuran atau bias. Beberapa alasan mengapa dalam suatu penelitian
dilakukan pengambilan sampel antara lain adalah:
1. Adanya populasi yang sangat besar (infinite population), di dalam populasi
yang sangat besar dan tidak terbatas tidak mungkin seluruh populasi diamati
atau diukur sebab membutuhkan waktu yang lama,
2. Homogenitas, tidak perlu semua unit populasi yang homogen diamati atau
diukur sebab akan membuang waktu dan tidak akan berguna karena variabel
yang akan diteliti telah terwakili oleh sebagian populasi tersebut
3. Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu, dan
4. Ketelitian atau ketepatan pengukuran, meneliti atau mengukur subjek dalam
jumlah sedikit (sampel) tentu akan lebih teliti jika dibandingkan dengan
mengukur subjek yang banyak (populasi).
Menurut Winarno (2013) Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi
pusat perhatian penelitian kita, dalam ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan.
Sampel yang representatif, adalah sampel yang benar-benar men-cerminkan
populasi.

C. TEKNIK SAMPLING

Menurut Sugiono (2013) Teknik sampling adalah merupakan teknik


pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara sistematis,

Teknik sampling pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu


probability sampling dan non probability sampling. Probability sampling meliputi :
simpel random, proportionate stratified random, disproportionate stratified random,
dan area random. Non – probability sampling meliputi : sampling sisteatis,
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan
snowball sampling.

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan


peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Teknik ini meliputi , simple random sampling, proportionate
stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, sampling
area ( cluster) sampling (sampling menurut daerah).

a. simple random sampling


Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu.
b. proportionate stratified random sampling
Teknik digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang
tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Suatu organisasi yang
mempunyai pegawai dari latar belakang pendidikan yang berstrata, maka
populasi pegawai itu berstrata.
c. disproportionate stratified random sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetapi kurang proposional.
d. Cluster sampling (area sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila
obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari
suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana
yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel nya
berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga.

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak


memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel.

a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah tehnik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka
yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya
sampai 100
Lihat gambar 5.5
Populasi
Sampel
1 11 21 31
2 12 22 32 3 24
3 13 23 33 6 27
4 14 24 34 9 30
5 15 25 35 12 33
6 16 26 36 Diambil secara 15 36
7 17 27 37 sistematis 18 39
8 18 28 38 21
9 19 29 39
10 20 30 40

b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah tehnik untuk menemukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri – ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat
masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan ijin mendirikan
bangunan. Jumlah sample yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan
data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang
belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara berkelompok yang terdiri
atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat
mencari data dari 500 anggota sampel.
c. Sampling Insidental
Sampling insidental adalah tehnik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah tehnik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan, atau penelitian tentang kondisi politik disuatu daerah, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih
cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian – penelitian
yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil. Kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah tehnik penentuan sampel yang mula –
mula jumlahnyakecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama
– tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
ditunjukkan pada gambar 5.6 berikut. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan sampel purposive dan snowball. Misalnya akan meneliti
siapa provokator kerusahan, maka akan cocok menggunakan pusposive dan
snowball sampling.
Menurut Sofiyan Siregar (2014) Dalam pengambilan sampel dari suatu
populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori teknik pengambilan sampel, seperti
gambar berikut ini :

Kategori sampling

Probability sampling Nonprobability Sampling

1. Simpel Random 1. Convenience


Sampling Sampling
2. Stratified Sampling 2. Purposive Sampling
 Proporsinal
3. Judgement Sampling
 Disproporsinal
4. Quota Sampling
3. Cluster Sampling

a). 4. Double Sampling


Probability Sampling

Merupakan metode sampling yang setiap anggota populasi memiliki


peluang sama untuk terpilih sebagai sampel.

1). Sampel Random sederhana (Simple Random Sampling)

Simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan


kesempatan yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam suatu populasi untuk
dijadikan sampel.

Syarat untuk dapat dilakukan teknik simple random sampling adalah :

 Anggota populasi tidak memiliki strata, sehingga relative homogeny


 Adanya kerangka sampel, yaitu merupakan daftar elemen – elemen
populasi yang dijadikan dasar untuk mengambil sampel

2). Strata Sampel (stratified sampling)

Stratified sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan populasi yang


memiliki strata atau tingkatan, dan setiap tingkatan memiliki karakteristik sendiri.
Karena jumlah populasi setiap strata tidak sama, maka dalam pelaksanaannya
dibagi dua jenis yaitu :

 Proporsional, jumlah sampel yang diambil setiap strata sebanding, sesuai


dengan proporsi ukurannya
 Disproporsional, jumlah sampel yang diambil dari setiap strata jumlahnya
sama tidak sebanding dengan jumlah populasi dengan proporsi sampel
disetiap strata. Perhitungan untuk menentukan jumlah sampe yang diambil
dari masing-masing strata (tingkatan).

3). Cluster Sampling

Teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode ini adalan populasi dibagi
dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster, lalu beberapa cluster dipilih
sebagai sampel, dari cluster tersebut bisa diambil seluruhnya atau sebagian saja
untuk dijadikan sampel, anggota populasi disetiap cluster tidak perlu homogeny.
Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster
sampling.

4). Sampel ganda (double sample)

Double sample (sampel ganda) seringb juga disebut dengan istilah sequence
sampling ( sampel berjenjang), multiphase sampling (sampel bertahap).

b). Non Probability Sampling

Non probability sampling, setiap unsur yang terdapat dalam dalam populasi tidak
memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel bahkan
probabilitas anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pemilihan unit sampling
didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif dan tidak pada penggunaan
teori probabilitas.

1). Convenience sampling

Convenience sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan saja,


anggota populasi yang ditemui peniliti, dan bersedia menjadi responden untuk
dijadikan sampel atau penelii memilih orang – orang yang terdekat saja.
2). Purposive sampling

Merupakan metode penetapan responden untuk dijadikan sampel berdasarkan pada


kriteria-kriteria tertentu.

3) Quota sampling

Merupakan metode pentapan sampel dengan menentukan quota terlebih dahulu


pada masing – masing kelompok, sebelum quota masing – masing kelompok
terpenuhi maka penelitian belum dianggap selesai.

4). Snawball Sampling

Adalah teknik pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil tetapi
makin lama makin banyak, berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah
cukup. Teknik ini baik untuk diterapkan jika calon responen sulit untuk identifikasi

Menurut Surahman (2016) ada beberapa istilah yang erat kaitannya


dengan proses pengambilan sampel. Istilah-istilah tersebut diantaranya adalah:
kerangka sampel, rancangan sampel, dan random.

Kerangka sampel (sampling frame) adalah daftar unit-unit yang ada pada
populasi yang akan diambil sampelnya. Sebagai contoh, jumlah ibu hamil di suatu
daerah, jumlah balita di suatu posyandu, dan daftar nomor telepon.

Rancangan sampel adalah rancangan yang meliputi cara pengambilan


sampel dan penentuan besar sampel. Rancangan sampel akan membantu
peneliti dalam memperoleh sampel yang memiiki sifat representatif terhadap
populasinya. Dalam menentukan teknik pengambilan sampel yang digunakan
harus sesuai dengan tujuan penelitian.

Random adalah cara mengambil sampel yang memungkinkan semua


unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai
subjek penelitian. Teknik pengambilan sampel terdiri dari dua jenis, yaitu
pengambilan sampel secara acak (probability/random sampling) dan
pengambilan sampel secara tidak acak (non probability/non random
sampling).
1. Pengambilan Sampel secara Acak

Dalam pengambilan sampel secara acak (probability/random sampling),


semua unsur atau elemen yang ada di populasi memiliki kesempatan yang
sama untuk terpilih sebagai sampel mewakili populasinya. Teknik pengambilan
sampel acak terdiri atas: acak sederhana (simple random sampling), acak
sistematis (systematic random sampling), acak strata (stratified random
sampling), sampel kluster (cluster sampling), dan sampel bertingkat atau
bertahap (multistage sampling).

a. Acak sederhana (simple random sampling, SRS)

Teknik inidapat digunakan jika populasi tidak terlalu bervariasi (homogen)


dan secara geografis tidak terlalu menyebar, serta syarat utamanya harus
tersedia daftar populasi (sampling frame). Cara pengambilan sampel adalah
sebagai berikut: (1) dengan diundi atau dilotere, (2) menggunakan tabel bilangan
random, dan (3) menggunakan perangkat lunak komputer (jika tersedia kerangka
sampel).

b. Acak sistematik (systematic random sampling)

Pada teknik ini sampel yang diambil secara acak hanya elemen
pertama saja, selanjutnya dipilih secara sistematik sesuai langkah yang
sudah ditetapkan. Syarat pengambilan sampel secara sistematik adalah
tersedianya kerangka sampel, populasi memiliki pola beraturan seperti blok-
blok rumah, nomor urut pasien, dan populasi sedikit homogen. Sebagai contoh,
mialnya dari 1000 orang anak balita di suatu daerah akan diambil 50 orang untuk
penelitian tentang status gizi.

c. Sampel strata (stratified random sampling)

Dalam realita sehari-hari pada umumnya populasi bersifat heterogen.


Oleh sebab itu agar seluruhsifat dapat terwakili, terlebih dahulu populasi dibagi
menjadi beberapa strata, sebagai contoh, pendidikan: (tinggi-sedang-rendah);
status ekonomi: (kaya-sedang-miskin). Dalam melakukan stratifikasi dan
pengambilan sampel perlu diperhatikan hal- hal berikut:
 unsur populasi di dalam strata tersebut diupayakan se-homogen mungkin,
 antar strata diupayakan se-heterogen mungkin,
 sampel diambil secara proporsional menurut besarnya unit atauelemen
yang ada dalam masing-masing strata dan antar strata, dan
 di dalam masing-masing strata unit sampel diambil secara acak atau
random.
d. Sampel klaster (cluster sampling)

Kenyataan di lapangan acap kali kerangka sampel (sampling frame)


sulit didapatkan sehingga peneliti harus membuatnya sebelum pelaksanaan
pengumpulan data. Secara teknis hal itu tidaklah terlalu sulit, tetapi membutuhkan
waktu dan dana yang tidak sedikit sehingga proses pengumpulan data menjadi tidak
efisien.

Di dalam metoda kluster, populasi dibagi ke dalam beberpa gugus atau kelas
dengan asumsi setiap gugus aau kelas sudah terdapat semua sifat-sifat atau
variasi yang hendakditeliti. Selanjutnya kelas-kelas itulah yang akan diacak atau
dirandom dan unit sampel akan diambil dari kelas yang sudah terpilih. Syarat-syarat
pengambilan sampel klaster adalah:

 sifat-sifat anggota populasi di dalam kelas se-homogen mungkin, dan


 antar kelas memiliki sifat yang heterogen, teknik ini sering juga disebut
sebagai “area sampling”.
e. Sampel bertingkat atau bertahap (multistage sampling)

Pengambilan sampel bertingkat dilakukan jika secara geografis


populasi sangat menyebar dan meliputi wilayah yang sangat luas. Sebagai
contoh, misalnya kita hendak meneliti puskesmas yang ada di seluruh Indonesia
yang terdiri dari 33 provinsi. Tahap pertama dirandom dulu sebanyak delapan
provinsi (tahap-I) dari 33 provinsi tersebut, selanjutnya pada tiap-tiap provinsi
yang terpilih secara random, dirandom lagi kabupaten atau kota mana yang
akan ditarik sebagai sampel (tahap-II). Setelah kabupaten atau kota dirandom,
tahap-IIIdirandom lagi puskesmas mana yang akan menjadi sampel dari
penelitian tersebut.
2. Metode Pengambilan Sampel secara Tidak Acak
a. Sampel dengan kondisi tertentu (purposive sampling)

Teknik purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang


dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti semata yang menganggap bahwa unsur-
unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Teknik
ini digunakan jika seorang peneliti telah mengenal betul populasi yang akan
diteliti. Dengan demikian, sampel tersebut akan representatif terhadap populasi
yang sedang diteliti.

b. Sampel insidental atau aksidental

Sampel insidental atau aksidental (insidental sampling atau


accidental sampling) adalah pengambilan sampel dilakukan atas dasar seadanya
tanpa direncanakan terlebih dahulu dan penggambaran hasil dari pengumpulan
data tidak didasarkan pada suatu metoda yang baku. Misalnya, terjadi suatu
keadaan luar biasa (KLB), data yang sudah terkumpul disajikan secara deskriptif
dan hasil tersebut tidak dapat digeneralisasi.

c. Sampel berjatah

Sampel berjatah (quota sampling) adalah pengambilan sampel yang


dilakukan atas dasar pertimbangan peneliti semata, jumlah sampel telah dijatah.
Sampel yang akan diambil ditentukan oleh pengumpul data dan sebelumnya
telah ditentukan jumlah yang akan diambil. Jika jumlah tersebut sudah tercapai
maka pengumpulan data dihentikan dan hasilnya disajikan. Teknik pengambilan
sampel ini lebih baik jika peneliti benar-benar mengenal daerah maupun situasi
daerah yang akan diteliti.

Adapun teknik pengambilan sampling menurut Winarno (2016) antara lain


yaitu :
1. Sampling Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Apabila setiap unsur dalam populasi mempunyai peluang atau probabilitas
yang sama untuk terambil sebagai unsur dalam sampel, maka sampling ini disebut
Sampling Acak Sederhana. Untuk populasi terhingga, sampling demikian dapat
dilakukan melalui undian, dan undian ini harus benar-benar acak. Untuk populasi
tak terhingga, sampel acak dapat diambil dari, misalnya, setiap cobaan, ketiga,
kelima, ketujuh, atau campuran diantara beberapa cara tersebut.
2. Sampling Berstrata (Stratified Sampling)
Apabila peneliti berpendapat bahwa populasi terbagi atas tingkat-tingkat
atau strata tertentu, maka pengambilan sampel tidak boleh dilakukan secara
random. Adanya strata, tidak boleh diabaikan, dan setiap strata harus diwakili
sebagai sampel. Populasi dengan karakteristik seperti ini maka memerlukan teknik
sampling berstrata. Contoh: penelitian yang membedakan status ekonomi
masyarakat, kepangkatan dalam jabatan PNS, dsb. Misalnya akan diteliti kehadiran
mahasiswa dalam perkuliahan. Apabila kesimpulannya akan diberlakukan untuk
seluruh institusi, maka sampel harus diambil wakil mahasiswa dari semua tingkat.
Strata ekonomi, strata pendidikan, starata umur, strata kelas, dan sebagainya, dapat
digunakan sebagai dasar penentuan sampel berstrata. Sampel berstrata digunakan
apabila peneliti berpendapat bahwa ada perbedaan ciri, atau karakteristik antara
strata-strata yang ada, sedangkan perbedaan tersebut mempengaruhi variabel. Akan
tetapi jika tidak ada perbedaan ciri antara setiap tingkat yang ada, kita boleh
menggunakan sampel random.
Ada kelompok ahli yang berpendapat bahwa penentuan strata penelitian
harus dilakukan secara hati-hati. Pemberian makna strata, kalau ternyata yang
bersangkutan tahu, dapat berakibat menyinggung perasaannya.
3. Sampling Cluster (Cluster Sampling)
Apabila populasi tersebut berada pada kelompok tertentu, maka teknik
sampling ini dapat digunakan. Contoh: Apabila akan dilakukan penelitian
pendidikan jasmani untuk siswa SLTP di kota Malang, Pertama kita ambil sampel
sekolah berdasarkan statusnya (negeri/swasta), Kedua dari setiap sekolah, diambil
sampel muridnya, yang banyaknya berbanding lurus dengan jumlah murid di
sekolah tersebut (ditentukan berdasarkan persentase).

4. Sampling Sistematik (Systematical Sampling)


Pengambilan sampel sistematik dilakukan dengan cara memilih angka
tertentu secara acak, sehingga digunakan sebagai angka patokan untuk menentukan
sampel. Contoh; sebuah populasi berjumlah 10.000, akan diambil sampel sebanyak
500 orang, secara acak dipilih angka dari 1–20 untuk menentukan sampel secara
sistematik. Berdasarkan pengambilan secara acak muncul angka 12, maka secara
sistematik sampel penelitian yang dapat diambil adalah kelipatan 20, yang dimulai
dari angka 12 (12, 32, 52, 72 dan seterusnya).
5. Sampling Kuota (Quota Sampling)
Pada umumnya digunakan untuk mengumpulkan pendapat. Pewawancara
mendapat tugas untuk mengumpulkan pendapat dari sejumlah sumber informasi,
berdasarkan jatah/bagian tertentu. Contoh: Jenis kelamin dengan jumlah tertentu,
pekerjaan tertentu, keahlian tertentu, dsb. Teknik sampling kuota digunakan dengan
berbagai pertimbangan. Penentuan kuota sangat ditentukan oleh lembaga yang
menjadi sponsor dalam penelitian tersebut. Teknik pengambilan sampel ini yang
penting diperhatikan adalah terpenuhinya jumlah (quotum) yang telah ditetapkan.
6. Sampling Purposive (Purposive Sampling)
Teknik sampling purposif digunakan karena pertimbangan tertentu. Sebagai
contoh responden yang diteliti merupakan orang yang dinilai memiliki kredibilitas
dan ahli dalam bidangnya, sehingga dijadikan responden dalam penelitian. Dengan
teknik sampling ini, diharapkan pengambilan sampel benar-benar representatif.
Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil sabjek bukan didasarkan atas
strata, random atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Teknik ini
biasanya dilakukan karena beberapa pertimbangan, misalnya alasan keterbatasan
waktu, tenaga, dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar dan
jauh. Walaupun cara seperti ini diperbolehkan, yaitu bahwa peneliti bisa
menentukan sampel berdasarkan tujuan tertentu, tetapi ada syarat-syarat yang harus
dipenuhi.
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
c. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
Contoh:
Peneliti akan mengadakan penelitian tentang minat belajar siswa SD terhadap mata
pelajaran pendidikan jasmani di Kota Malang. Dengan mempertimbangkan
tersedianya tenaga peneliti, waktu, dan dana, maka tidak mungkin mengambil
seluruh SD yang ada. Maka diambillah SD di wilayah Kecamatan Blimbing,
Kedung-kandang dan Klojen sebagai sampel penelitian.
Pengambilan sampel dengan teknik bertujuan ini cukup baik karena sesuai dengan
pertimbangan peneliti sendiri sehingga dapat mewakili populasi. Kelemahannya
adalah bahwa peneliti tidak dapat menggunakan statistik parametrik sebagai teknik
analisis data, karena tidak memenuhi persyaratan random. Keuntungannya terletak
pada ketepatan peneliti memilih sumber data sesuai dengan variabel yang diteliti.

7. Sampling Insidental
Dalam teknik sampling insidental ini peneliti memanfaatkan subjek-subjek
yang ada/tersedia sebatas yang ditemukan oleh peneliti tanpa rencana terlebih dulu
mengenai sampel yang diambil itu. Begitu anggota populasi ditemukan, anggota
populasi itulah yang diambil sebagai sampel.
Seorang peneliti yang ingin mengetahui kepemimpinan di perguruan tinggi
dapat menggunakan sembarang warga kampus (dosen dan staf administrasi)
sebagai sampel. Dengan teknik insidental itu, peneliti dapat memberlakukan setiap
individu warga kampus yang lewat atau yang bertemu dengan peneliti menjadi
sampel. Pada peneliti tidak ada pemikiran, misalnya, jumlah warga kampus itu,
kategori warga kampus itu, pengetahuan dan kesadaran warga kampus itu akan
kepemimpinan, dan lain-lain.
Penggunaan teknik acak insidental itu tentu saja memiliki kelemahan.
Jaminan representatifnya rendah, lebih-lebih dalam penelitian sosial. Akan tetapi,
dalam keadaan teknik yang lain tidak dapat diterapkan, teknik sampling insidental
ini tetap merupakan pilihan. Misalnya, penelitian tentang motivasi mahasiswi
menggunakan kaos oblong. Peneliti dapat menggunakan setiap mahasiswa yang
ditemukan menjadi sampel.
Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan dua hal: reliabilitas dan
efisiensi. Sampel yang reliabel adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal
itu berarti bahwa makin kecil kesalahan sampling, reliabilitas sampel yang
diperoleh makin tinggi. Sebaliknya, makin besar kesalahan sampling, reliabilitas
sampel makin rendah. Dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria
bahwa makin rendah varian, reliabilitas sampel yang diperoleh makin tinggi.
Penggunaan tenaga, biaya, waktu, dan dukungan-dukungan logistik harus
dipertimbangkan. Dengan pertimbangan itulah efisiensi dikaitkan. Sebuah teknik
sampling dinyatakan efisien penggunaannya jika dapat dilaksanakan dengan tenaga,
biaya, waktu, dan dukungan-dukungan logistik yang dapat dihemat. Dari
pertimbangan biaya, sampling dikatakan efisien jika dapat dilaksanakan dengan
biaya yang serendah-rendahnya tanpa mengorbankan reliabilitas dan
representatifnya sampel.

D. MENENTUKAN UKURAN SAMPEL

Menurut Sugiono (2013) Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan


ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah
sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000
dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada
kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi
tersebut yaitu 1000 orang.

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam


penelitian? Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki. Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki tergantung sering
tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang tersedia.

Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan
10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut.

𝜏2 .𝑁.𝑃.𝑄
S= 𝑑2 (𝑁−1)+𝜏2 .𝑃.𝑄

𝜏 2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, dan 10%.

P = Q = 0,5 d = 0,05, s = jumlah sampel

Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi


mulai dari 10 sampai 1.000.000. dari tabel 4.1 terlihat bahwa, makin besar taraf
kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel.
Menurut Sofiyan Siregar (2014) Cara menentukan ukuran sampel seperti
yang dikemukakan di atas didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi
nornal. Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka
cara-cara tersebut tidak perlu dipakai.

Sebenarnya terdapat berbagai rumus menghitung ukuran sampel, misalnya


dari Cochran, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk mengitung ukuran sampel,
terdapat sedikit perbedaan jumlahnya.

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran sampel dari
suatu populasi, antara lain :

a. Teknik Solvin

Rumus :

𝑁
n = 1  𝑁𝑒 2

Keterangan :

n = sampel

N = populasi

e = perkiraan tingkat kesalahan

b. Jumlah Populasi Tidak Diketahui

Pendekatan Isac Michel

Rumus :

(Za/2)2 𝑝.𝑞
n= e2

Keterangan :

n = sampel

p = proporsi populasi

q = 1-p

Z = tingkat kepercayaan/ signifikan


e = margin of error

Menurut Sugiono (2015) Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan


ukuran sampel. Jumlah sampel diharapkan 100 % mewakili populasi sehingga tidak
terjadi kesalahan generalisasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu
sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan
untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil
sam dengan sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang ( sampel total
) makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan
generalisasi semaki kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi
populasi, maka makin besar kesalaham generalisai (diberlakukan umum).
Glenn D Israel, dari university of Florida (1992), mengemukakan
pertimbangan dalam menentukan ukuran sampel (sample size) untuk penelitian
adalah ; thelevel of precision, the confidence level, and the degree of variability.

1. The level of proecision

The level of proecision, merupakan tingkat kepresisian suatu sampel, atau


sering disebut sebagi sampling error, atau kesalahan sampel. Tingkat kepresisian
atau kesalahan sampel ini ditunjukkan dengan perbandingan antara rata – rata
populasi dengan rata – rata sampel.

2. The confidence level

The confidence level, merupakan tingkat kepercayaan suatu sampel. Teori


ini berlandaskan asumsi bahwa, populasi berdistribuasi normal dan populasi itu
merupakan kumpulan sampel – sampel yang dapat diambil secara berulang – ulang.
Dengan demikian kepercayaan sampel yang diambil dari populasi bersifat peluang.
Suatu sampel yang diambil dari populasi mempunyai kepercayaan 95 % atau
kesalahan 5 % , berarti setiap 100 sampel yang diambil dari populasi tersebut akan
ada 5 sampel yang salah atau tidak representatif. Dalam pengambilan sampel,
kesalahan ini ditetapkan terlebih dahulu dulu, biasanyamenggunakan kesalahan 5 %
atau 1 %.
3. Degree of variability

Degree of Variability merupakan derajat variabilitas suatu populasi.


Populasi yang variabilitasnya tinggi berarti sangat heterogen. The more
heterogeneous a population, the larger the sample size required to obtain a given
level of precision. The less variable ( more homogeneous a population ), the smaller
the sample size. Hal ini berarti, bila populasi semakin heterogen , maka ukuran
sampel akan semakin besar, dan sebaliknya bila populasi homogen maka ukuran
sampel akan semakin kecil.

Dalam populasi suatu penelitian, ada yang jumlahnya tidak diketahui


( infinit ) dan ada yang diketahui (finit). Oleh karena itu dalam melakukan
perhitungan ukuran jumlah sampel yang akan digunakan juga memperhatikan
kedua jenis populasi tersebut. berikut ini dikemukakan perhitungan ukuran sampel
dari populasi yang tidak diketahui jumlahnya dan dari populasi yang diketahui
jumlahnya.

1) Populasi tidak diketahui jumlahnya


Bila jumlah populasi dalam penelitian tidak diketahui secara pasti
jumlahnya, maka perhitungan jumlah sampel dapat menggunakan rumus
Cochran, seperti ditunjukkan dalam rumus yaitu :

𝑧 2 𝑝𝑞
n= 𝑒2

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diperlukan

z = harga dalam kurve normal untuk simpanan 5 % dengan nilai 1.96

p = peluang benar 50 % = 0.5

q = peluang salah 50 % = 0.5

e = tingkat kesalahan sampel ( sampling error ) biasanya 5 %


2) Populasi diketahui jumlahnya
Bila populasi diketahui, maka perhitungan sampel dapat menggunakan
rumus Yamane dan Isaac and Michael. Rumus Yamane yaitu :

𝑁
n = 1+𝑁 (𝑒)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diperlukan

N = Jumlah Populasi

e = tingkat kesalahan sampel ( sampling error ) biasanya 5 %

Dengan Rumus isaac dan Michael selanjutnya dapat dihitung.


( Harga ƛ2 yang diperoleh dari tabel tidak dikuadratkan.

ƛ2 . 𝑁. 𝑃 .𝑄
S = 𝑑2 ( 𝑁−1 )ƛ2 . 𝑃.𝑄
Keterangan :

S = Jumlah Sampel

d = Perbedaan antara rata – rata populasi dengan rata – rata sampel


( sampling error / tingkat kepresisian sampel ) = 5 % = 0.05

N = Jumlah Populasi

p = peluang benar 50 % = 0.5

q = peluang salah 50 % = 0.5


DAFTAR PUSTAKA

Siregar, Sofian. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif : dilengkapi


dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : PT Bumi
Aksara.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kuaitatif
dan R&D). Bandung : ALFABETA.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Tindakan Komperhensif. Bandung :
ALFABETA.
Surahman, dkk. 2016. Metodologi Penelitian. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan.
Winarno. 2016. Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Jasmani. Malang : UM
Press.

Anda mungkin juga menyukai