Populasi Dan Sampel Kelompok 6
Populasi Dan Sampel Kelompok 6
RESUME
POPULASI DAN SAMPEL
A. POPULASI
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek atau benda – benda alam
yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang
dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau
obyek ini.
Menurut Sofiyan Siregar (2014) Populasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu
“population” yang berarti jumlah penduduk. Dalam metodologi penelitian, kata
populasi amat popular dipakai untuk menyebutkan serumpun/ sekelompok objek
yang menjadi sasaran penelitian. Populasi penelitian merupakan keseluruhan
(universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh –
tumbuhan, udara, gejala, nilai peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya. Sehingga
objek – objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2006:99).
C. TEKNIK SAMPLING
1. Probability Sampling
2. Nonprobability Sampling
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah tehnik pengambilan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya
anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi
nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel
dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima. Untuk ini maka
yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15, 20 dan seterusnya
sampai 100
Lihat gambar 5.5
Populasi
Sampel
1 11 21 31
2 12 22 32 3 24
3 13 23 33 6 27
4 14 24 34 9 30
5 15 25 35 12 33
6 16 26 36 Diambil secara 15 36
7 17 27 37 sistematis 18 39
8 18 28 38 21
9 19 29 39
10 20 30 40
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah tehnik untuk menemukan sampel dari
populasi yang mempunyai ciri – ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang
diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat
masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dalam urusan ijin mendirikan
bangunan. Jumlah sample yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan
data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang
belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan.
Bila pengumpulan data dilakukan secara berkelompok yang terdiri
atas 5 orang pengumpul data, maka setiap anggota kelompok harus dapat
menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus dapat
mencari data dari 500 anggota sampel.
c. Sampling Insidental
Sampling insidental adalah tehnik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan insidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sampel, bila dipandang orang yang kebetulan
ditemui itu cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling Purposive adalah tehnik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli
makanan, atau penelitian tentang kondisi politik disuatu daerah, maka
sampel sumber datanya adalah orang yang ahli politik. Sampel ini lebih
cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian – penelitian
yang tidak melakukan generalisasi.
e. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah tehnik penentuan sampel bila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah
populasi relatif kecil. Kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah tehnik penentuan sampel yang mula –
mula jumlahnyakecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding yang lama menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama
– tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum
merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang
lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan
oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel
ditunjukkan pada gambar 5.6 berikut. Pada penelitian kualitatif banyak
menggunakan sampel purposive dan snowball. Misalnya akan meneliti
siapa provokator kerusahan, maka akan cocok menggunakan pusposive dan
snowball sampling.
Menurut Sofiyan Siregar (2014) Dalam pengambilan sampel dari suatu
populasi dapat dibedakan menjadi dua kategori teknik pengambilan sampel, seperti
gambar berikut ini :
Kategori sampling
Teknik penarikan sampel dengan menggunakan metode ini adalan populasi dibagi
dulu atas kelompok berdasarkan area atau cluster, lalu beberapa cluster dipilih
sebagai sampel, dari cluster tersebut bisa diambil seluruhnya atau sebagian saja
untuk dijadikan sampel, anggota populasi disetiap cluster tidak perlu homogeny.
Sampel ditarik dengan teknik kombinasi antara stratified sampling dan cluster
sampling.
Double sample (sampel ganda) seringb juga disebut dengan istilah sequence
sampling ( sampel berjenjang), multiphase sampling (sampel bertahap).
Non probability sampling, setiap unsur yang terdapat dalam dalam populasi tidak
memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel bahkan
probabilitas anggota tertentu untuk terpilih tidak diketahui. Pemilihan unit sampling
didasarkan pada pertimbangan atau penilaian subjektif dan tidak pada penggunaan
teori probabilitas.
3) Quota sampling
Adalah teknik pengambilan sampel yang pada mulanya jumlahnya kecil tetapi
makin lama makin banyak, berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah
cukup. Teknik ini baik untuk diterapkan jika calon responen sulit untuk identifikasi
Kerangka sampel (sampling frame) adalah daftar unit-unit yang ada pada
populasi yang akan diambil sampelnya. Sebagai contoh, jumlah ibu hamil di suatu
daerah, jumlah balita di suatu posyandu, dan daftar nomor telepon.
Pada teknik ini sampel yang diambil secara acak hanya elemen
pertama saja, selanjutnya dipilih secara sistematik sesuai langkah yang
sudah ditetapkan. Syarat pengambilan sampel secara sistematik adalah
tersedianya kerangka sampel, populasi memiliki pola beraturan seperti blok-
blok rumah, nomor urut pasien, dan populasi sedikit homogen. Sebagai contoh,
mialnya dari 1000 orang anak balita di suatu daerah akan diambil 50 orang untuk
penelitian tentang status gizi.
Di dalam metoda kluster, populasi dibagi ke dalam beberpa gugus atau kelas
dengan asumsi setiap gugus aau kelas sudah terdapat semua sifat-sifat atau
variasi yang hendakditeliti. Selanjutnya kelas-kelas itulah yang akan diacak atau
dirandom dan unit sampel akan diambil dari kelas yang sudah terpilih. Syarat-syarat
pengambilan sampel klaster adalah:
c. Sampel berjatah
7. Sampling Insidental
Dalam teknik sampling insidental ini peneliti memanfaatkan subjek-subjek
yang ada/tersedia sebatas yang ditemukan oleh peneliti tanpa rencana terlebih dulu
mengenai sampel yang diambil itu. Begitu anggota populasi ditemukan, anggota
populasi itulah yang diambil sebagai sampel.
Seorang peneliti yang ingin mengetahui kepemimpinan di perguruan tinggi
dapat menggunakan sembarang warga kampus (dosen dan staf administrasi)
sebagai sampel. Dengan teknik insidental itu, peneliti dapat memberlakukan setiap
individu warga kampus yang lewat atau yang bertemu dengan peneliti menjadi
sampel. Pada peneliti tidak ada pemikiran, misalnya, jumlah warga kampus itu,
kategori warga kampus itu, pengetahuan dan kesadaran warga kampus itu akan
kepemimpinan, dan lain-lain.
Penggunaan teknik acak insidental itu tentu saja memiliki kelemahan.
Jaminan representatifnya rendah, lebih-lebih dalam penelitian sosial. Akan tetapi,
dalam keadaan teknik yang lain tidak dapat diterapkan, teknik sampling insidental
ini tetap merupakan pilihan. Misalnya, penelitian tentang motivasi mahasiswi
menggunakan kaos oblong. Peneliti dapat menggunakan setiap mahasiswa yang
ditemukan menjadi sampel.
Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan dua hal: reliabilitas dan
efisiensi. Sampel yang reliabel adalah sampel yang memiliki reliabilitas tinggi. Hal
itu berarti bahwa makin kecil kesalahan sampling, reliabilitas sampel yang
diperoleh makin tinggi. Sebaliknya, makin besar kesalahan sampling, reliabilitas
sampel makin rendah. Dikaitkan dengan varian nilai statistiknya berlaku kriteria
bahwa makin rendah varian, reliabilitas sampel yang diperoleh makin tinggi.
Penggunaan tenaga, biaya, waktu, dan dukungan-dukungan logistik harus
dipertimbangkan. Dengan pertimbangan itulah efisiensi dikaitkan. Sebuah teknik
sampling dinyatakan efisien penggunaannya jika dapat dilaksanakan dengan tenaga,
biaya, waktu, dan dukungan-dukungan logistik yang dapat dihemat. Dari
pertimbangan biaya, sampling dikatakan efisien jika dapat dilaksanakan dengan
biaya yang serendah-rendahnya tanpa mengorbankan reliabilitas dan
representatifnya sampel.
Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
yang dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, 1%, 5%, dan
10%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut.
𝜏2 .𝑁.𝑃.𝑄
S= 𝑑2 (𝑁−1)+𝜏2 .𝑃.𝑄
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menentukan ukuran sampel dari
suatu populasi, antara lain :
a. Teknik Solvin
Rumus :
𝑁
n = 1 𝑁𝑒 2
Keterangan :
n = sampel
N = populasi
Rumus :
(Za/2)2 𝑝.𝑞
n= e2
Keterangan :
n = sampel
p = proporsi populasi
q = 1-p
𝑧 2 𝑝𝑞
n= 𝑒2
Keterangan :
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑒)2
Keterangan :
N = Jumlah Populasi
ƛ2 . 𝑁. 𝑃 .𝑄
S = 𝑑2 ( 𝑁−1 )ƛ2 . 𝑃.𝑄
Keterangan :
S = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi