Anda di halaman 1dari 30

4.

3 Desain Tebal Perkerasan Beton (Rigid pavement) dengan Metode Bina

Marga Pd T-14 2003

a. Diketahui data parameter untuk perencanaan perkerasan kaku

sebagai berikut:

1. Jumlah Lajur = 2 x 2 (Awal), 2 x 3 (Akhir)

2. Umur Rencana (UR) = 20 tahun

3. Laju pertumbuhan Lalu lintas ( i=% ) = 5 % per tahun

4. Koefisien Distribusi Kendaraan

Jumlah lajur setiap arah = 2 lajur

Lebar tiap lajur = 3,6 meter

5. Status fungsi jalan = Arteri (Jalan tol)

6. CBR tanah dasar =6%

7. Direncanakan Kuat Lentur (FS) = 45 kg/cm2 = 4.5 Mpa

8. Direncanakan Kuat Tekan (K-350) ,fc’= 290,5 kg/cm2 =29.05 Mpa

9. Bahan pondasi bawah direncanakan base B (granular material)

10. Mutu baja tulangan, direncanakan:

- BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi)

- BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi)

11. Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi (μ) = 1,3

12. Bahu jalan direncanakan beton

13. Direncanakan memakai ruji (dowel)

14. Direncanakan perkerasan beton untuk jalan 2 lajur 2 arah:

- Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (BBTT)

89
- Perkerasan beton bersambung dengan tulangan (BBDT)

- Perkerasan beton menerus dengan tulangan (BMDT)

15. Data (LHR) lalu-lintas harian rata-rata dari hasil survai lalu-lintas ruas Jl.

Batang Kuis – Bandara Kuala Namu, Kec. Tanjung Morawa tahun 2013 :

Sedan, Jeep, Station, Wagon = 15189

Micro truck, pick up, Mobil hantaran = 429

Angkutan Penumpang Sedang = 823

Bus Kecil = 514

Bus besar = 468

Truck Ringan 2 sumbu = 669

Truck Sedang 2 sumbu = 357

Truck 3 sumbu = 134

Truck Gandengan = 22

Truck semi trailer = 17

90
b. Langkah-langkah Perhitungan Tebal Pelat Beton

Analisis lalu-lintas Kendaraan Niaga:

Jenis Konfigurasi Beban Jumlah Jumlah Jumlah STRT STRG STdRG

Kendaraan Sumbu ton Kend Sb per Sb BS JS BS JS BS JS


Kend
RD RB RGD RGB (bh) (bh) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton) (ton)
(bh)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
Angkutan -
Penumpang
Sedang (MP) 1 1 - - 514 - - - - - - - -
Bus besar 3 5 - - 468 2 936 3 468 5 468 - -
Truck Ringan
2 sumbu 2 4 - - 669 2 1338 2 669 - - - -
4 669 - - - -
Truck Sedang
2 sumbu 5 8 - - 357 2 714 5 357 8 357 - -
Truck 3 sumbu 6 14 134 2 268 6 134 - 14 134
Truck
Gandengan 6 14 5 5 22 4 88 6 22 - - 14 22
5 22 - - - -
5 22 - - - -
Total 3344 825 156
RD=Roda depan, RB=Roda Belakang, RGD=Roda Gandeng Depan,RGB=Roda Gandeng Belakang, BS=Beban
Sumbu, JS=Jumalah Sumbu, STRT=Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STRG=Sumbu tunggal roda ganda,
STdRG=Sumbu tandem roda Ganda
Tabel 4.9 Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya.

Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).

Lalu-lintas Rencana:

JSKN = 365 x JSKNH x R (R diambil dari Tabel 4)

= 365 x 3344 x 36.8

= 4.49 x 10^7

JSKN rencana = 0,5 x 44,9 x 10^7 (C diambil dari Tabel 4)

= 2.246 x 10^7

91
Jenis Beban Jumlah Proporsi Proporsi Lalu-lintas Repetisi
Sumbu Sumbu Sumbu Beban Sumbu Rencana yang terjadi
(ton)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
=(4)*(5)*(6)
STRT 6 134 0.06 0.77 22460000 1013057
5 357 0.16 0.77 22460000 2687867
4 669 0.29 0.77 22460000 5036926
3 468 0.20 0.77 22460000 3523590
2 669 0.29 0.77 22460000 5036926
Total 2297 1.00
STRG 8 357 0.43 0.19 22460000 1853924
5 468 0.57 0.19 22460000 2420780
Total 825 1.00
STdRG 14 156 1.00 0.04 22460000 810118
Total 156 1.00
Komulatif 22,383,187
Tabel 4.10 : Perhitungan repetisi sumbu rencana

Jumlah Sumbu total tiap jenis Sumbu


Proporsi sumbu =
total sumbu semua jenis sumbu

Jumlah Sumbu tiap beban Sumbu


Proporsi beban =
jumlah sumbu total semua beban pada setiap jenis sumbu

c. Perhitungan tebal pelat beton

- Jenis bahu : beton

- Umur rencana : 20 tahun

- JSK : 2.246 x 10^7

- Faktor keamanan beban : 1,1 (Tabel 4)

- Kuat tarik lentur beton (f’cf) asumsi umur 28 hari : 45 kg/cm2 = 4,5 Mpa

- Jenis dan tebal lapis pondasi bawah : stabilisasi semen 10 cm

(acuan SNI No.03-6388-2000/ SNI No.03-1743-1989)

92
- Tebal taksiran pelat beton : 16 - 18 mm (Gambar 24 s/d

31)

- tebal pelat minimum berdasarkan Pd T-14 2003 : 15 mm

- CBR tanah dasar :6%

- CBR efektif : 40 % (Gambar 3)

Gambar 4.3.1: CBR tanah dasar efektif dan tebal pondasi bawah

93
Dicoba Pelat beton 16 mm

Jenis Beban Beban Repetisi Faktor Analisa Fatik Analisa Erosi


Sumbu Sumbu Rencana yang Tegangan Repetisi Persen Repetisi Persen
ton (kN) Per roda terjadi & Erosi Ijin Rusak Ijin Rusak
(kN) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
=Beban
Sumbu =(4)*100 =(4)*100
/2*Fkb /(6) /(8)
STRT 6 (60) 33.00 1013057 TE = 1.13 TT 0 TT 0
5 (50) 27.50 2687867 FRT = 0.25 TT 0 TT 0
4 (40) 22.00 5036926 FE = 1.99 TT 0 TT 0
3 (30) 16.50 3523590 TT 0 TT 0
2 (20) 11.00 5036926 TT 0 TT 0

STRG 8 (80) 22.00 1853924 TE =1.65 TT 0 TT 0


5 (50) 13.75 2420780 FRT =0.37 TT 0 TT 0
FE = 2.6
STdRG 14 (140) 19.25 810118 TE =1.44 TT 0 TT 0
FRT = 0.32
FE =2.55
Total 0%<100% 0%<100%

Keterangan:

TE=tegangan ekivalen, FRT=faktor rasio tegangan, FE=Faktor erosi, TT=tidak

terbatas

beban sumbu
- Beban per roda =
2∗ 𝐹𝑘𝑏

- Faktor tegangan dan erosi (TE dan FE) didapat dari tabel tegangan

ekivalen dan faktor erosi untuk perkerasan tanpa bahu beton atau dengan

bahu beton (Pd T-14-2003 halaman 23 -25)

- FRT= TE/Kuat lentur beton 28 hari

94
- Analisa fatik dan analisa erosi didapatkan dari gambar/grafik analisis fatik

dan beban repetisi ijin berdasarkan rasio tegangan, dengan/tanpa bahu

beton.(perencanaan perkerasan jalan beton semen Pd T-14-2003 halaman

26 -28)

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan: % rusak fatik lebih kecil dari 100%

(tebal pelat aman)

Dicoba Pelat beton 17 mm

Jenis Beban Beban Repetisi Faktor Analisa Fatik Analisa Erosi


Sumbu Sumbu Rencana yang Tegangan Repetisi Persen Repetisi Persen
ton (kN) Per roda terjadi & Erosi Ijin Rusak Ijin Rusak
(kN) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
=Beban
Sumbu =(4)*100 =(4)*100
/2*Fkb /(6) /(8)
STRT 6 (60) 33.00 1013057 TE = 1.04 TT 0 TT 0
5 (50) 27.50 2687867 FRT = 0.24 TT 0 TT 0
4 (40) 22.00 5036926 FE = 1.93 TT 0 TT 0
3 (30) 16.50 3523590 TT 0 TT 0
2 (20) 11.00 5036926 TT 0 TT 0

STRG 8 (80) 22.00 1853924 TE =1.52 TT 0 TT 0


5 (50) 13.75 2420780 FRT =0.34 TT 0 TT 0
FE = 2.52
STdRG 14 (140) 19.25 810118 TE =1.28 TT 0 TT 0
FRT = 0.28
FE =2.49
Total 0%<100% 0%<100%

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan: % rusak fatik lebih kecil dari 100%

(tebal pelat aman)

95
Dicoba Pelat beton 18 mm

Jenis Beban Beban Repetisi Faktor Analisa Fatik Analisa Erosi


Sumbu Sumbu Rencana yang Tegangan Repetisi Persen Repetisi Persen
ton (kN) Per roda terjadi & Erosi Ijin Rusak Ijin Rusak
(kN) (%) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
=Beban
Sumbu =(4)*100 =(4)*100
/2*Fkb /(6) /(8)
STRT 6 (60) 33.00 1013057 TE = 0.96 TT 0 TT 0
5 (50) 27.50 2687867 FRT = 0.21 TT 0 TT 0
4 (40) 22.00 5036926 FE = 1.85 TT 0 TT 0
3 (30) 16.50 3523590 TT 0 TT 0
2 (20) 11.00 5036926 TT 0 TT 0

STRG 8 (80) 22.00 1853924 TE =1.42 TT 0 TT 0


5 (50) 13.75 2420780 FRT =0.34 TT 0 TT 0
FE = 2.43
STdRG 14 (140) 19.25 810118 TE =1.18 TT 0 TT 0
FRT = 0.28
FE =2.43
Total 0%<100% 0%<100%

Dari hasil perhitungan diatas didapatkan: % rusak fatik lebih kecil dari 100%

(tebal pelat aman)

dari tebal taksiran pelat beton 16, 17, dan 18 mm, Maka tebal pelat beton yang

dipakai adalah 180 mm.


100 180

Rigid Pavement , t = 180 mm

Lean Concrete , t = 100 mm

Sub Base

Sub Grade

96
4..4 Perhitungan Tulangan (dari analisa tebal pelat Bina Marga Pd T 14-

2003)

4.4.1 Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan

Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan

terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m.

Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu

minimum BJTU- 24 dan berdiameter 16 mm.

 Diketahui Tebal pelat = 18 cm

 Jumlah lajur setiap arah = 2 lajur

 Lebar tiap lajur = 3,6 meter

 Mutu baja tulangan, direncanakan:

- BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi)

- BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi)

 Dicoba Panjang pelat = 5,0 m dan lebar pelat 3,6 m

 Dipilih batang pengikat D-16 mm

a. Ukuran batang pengikat ruji (batang polos)

Ukuran batang pengikat dapat digunakan sesuai tebal pelat beton pada tabel

dibawah ini:

No. Tebal pelat beton, h(mm) Diameter ruji (mm)


1 125<h≤140 20
2 140<h≤160 24
3 160<h≤190 28
4 190<h≤220 33
5 220<h≤250 36

97
Dengan tebal pelat = 180 mm, didapatkan diameter ruji = 28 mm, panjang =

450 mm, dan jarak = 300 mm

b. Menghitung panjang batang pengikat (Sambungan memanjang)

L = (38,3 x φ) + 75

=38,3 x (16) + 75

=687,8 mm 70 cm

Bahu Luar Bahu Luar

Ruji/Dowel D28-300
Lajur Kiri

3600
ARAH MELINTANG

7200
Tie Bar Ø 16 -550
3600

Lajur Kanan

Bahu Dalam
ARAH MEMANJANG

5000 5000

Gambar : Sambungan muai arah melintang dan memanjang

98
Bahan Penutup
Selubung Plastik/
Bahan Penutup Cat anti Karat
Selubung Plastik/
Cat anti Karat

180
180
225 225 Ruji/Dowel D28 mm
Membran
225 225 Ruji/Dowel D28 mm
Membran
(polyethene)
(polyethene)

Gambar : Sambungan muai arah melintang dengan Ruji/dowel

Bahan
BahanPenutup
Penutup
SelubungPlastik/
Selubung Plastik/
Cat
Catanti
antiKarat
Karat

180
180
350 350
350 350
Membran
Membran
(polyethene) Tie Bars Ø16 mm
(polyethene) Tie Bars Ø16 mm

Gambar : Sambungan muai arah memanjang dengan Tie Bars

99
Gambar : Contoh aplikasi Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan

4.4.2 Perkerasan beton bersambung dengan tulangan

- Tebal pelat = 18 cm

- Dicoba lebar pelat = 2 x 3,5 m

- Panjang pelat = 15 m

- Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah = 1,3

- Kuat tarik ijin baja = 240 MPa

- Berat isi beton = 2400 kg/m3

- Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2

100
a) Tulangan memanjang

𝜇.𝐿.𝑀.𝑔.ℎ
. 𝐴𝑠 =
2.𝑓𝑠

1,3 x 15 x 2400 x 9,81 x 0,18.


As = = 172,16 mm2/m'
2𝑥240

Asmin = 0,1% x 180 x 1000 = 180 mm2/m' > Asperlu

Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)

Maka digunakan tulangan Ø6 – 100 (As = 262,7mm²)

(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)

5400
2100

b) Tulangan melintang

𝜇.𝐿.𝑀.𝑔.ℎ
. 𝐴𝑠 =
2.𝑓𝑠

1,3 x (2x3,5) x 2400 x 9,81 x 0,18.


As = = 80,4 mm2/m'
2𝑥240

Asmin = 0,1% x 180 x 1000 = 180 mm2/m' > Asperlu

Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)

101
Maka digunakan tulangan Ø6– 100 (As = 262,7mm²)

(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)

4.4.3 Perkerasan beton menerus dengan tulangan

- Tebal pelat = 18 cm

- Lebar pelat = 2 x 3,5 m

- Kuat tekan beton (fc’) = 350 kg/cm²

- BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi = 1990 kg/cm2)

- BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi = 3340 kg/cm2)

- Es/Ec = 6

- Koefisien gesek antara beton dan pondasi bawah μ = 1,3

fcf = 40 kg/cm²

Ambil fct = 0,5 fcf = 0,5 x 40 = 20 kg/cm²

- Sambungan susut dipasang setiap jarak 75 m

- Ruji digunakan ukuran diameter 28 mm, panjang 45 cm dan jarak 30 cm

a) Tulangan memanjang

100. 𝑓𝑐𝑡. (1,3 − 0,2𝜇)


𝑃𝑠 =
𝑓𝑦 − 𝑛 𝑓𝑐𝑡

𝑓𝑐𝑓 = 40 kg 2 ,

𝑓𝑐𝑡 = 0.5 𝑓𝑐𝑓 =20 kg 2

𝑛 = 6 (dari Kuat tekan beton fc’= 290,5 kg/cm²)

102
100𝑥20𝑥(1,3 − 0,2𝑥1,3)
𝑃𝑠 =
3340 − (6𝑥20)

= 0,65 %

𝐴𝑠 perlu = 0,65 % x 100 x 18,0 = 11,7 cm2

𝐴𝑠 min = 0,6 % x 100 x 18 = 10,8 cm2 /m’ < 𝐴𝑠 perlu

Dicoba tulangan diameter 12 jarak 180 mm (𝐴𝑠 = 15,2 cm2 )

Untuk tulangan memanjang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm

Gambar: Contoh aplikasi Perkerasan beton menerus dengan tulangan memakai

(wire mash)

b) Pengecekan jarak teoritis antar retakan

𝑓𝑐𝑡 2
𝐿𝑐𝑟 =
𝑛.𝑝2.𝜇.𝑓𝑏(𝜀𝑠.𝐸𝑐−𝑓𝑐𝑡)

103
U = 4/d = 4/1,2 = 3,33

P = 15,2 /(100 x 12) = 0,0126

Ambil 𝑓𝑏 = (1,97 √𝑓′𝑐 )/d= (1,97 √290,5 )/1,2 = 27,98 kg/ cm2

Ambil 𝜀𝑠 = 400 x 10−6

𝐸𝑐 = 14850* √𝑓′𝑐 = 14850* √290,5 = 253,104 kg/ cm2 \

Dikontrol terhadap jarak teoritis antar retakan (𝐿𝑐𝑟 )

202
𝐿𝑐𝑟 = = 55,48 cm <
6∗0,01262 ∗3.33.27,98 (0.0004∗253104−20)

𝐿𝑐𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠 (250 𝑐𝑚) …….ok !

Maka, dipakai tulangan diameter 12 jarak 180 mm (𝐴𝑠 = 15,2 cm2 ) dan

tulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm.

104
4.5 Perhitungan Tulangan (dari analisa tebal pelat AASHTO 1993)

4.5.1 Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan

 Diketahui Tebal pelat = 280 mm

 Jumlah lajur setiap arah = 2 lajur

 Lebar tiap lajur = 3,6 meter

 Mutu baja tulangan, direncanakan:

- BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi)

- BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi)

 Dicoba Panjang pelat = 5,0 m dan lebar pelat 3,6 m

 Dipilih batang pengikat D-16 mm

Dengan tebal pelat = 280 mm, dipakai diameter ruji = 28 mm, panjang =

450 mm, dan jarak = 300 mm

a. Menghitung panjang batang pengikat (Sambungan memanjang)

L = (38,3 x φ) + 75

= 38,3 x (16) + 75

= 687,8 mm 70 cm

4.5.2 Perkerasan beton bersambung dengan tulangan

- Tebal pelat = 28 cm

- Dicoba lebar pelat = 2 x 3,5 m

105
- Panjang pelat = 15 m

- Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi bawah = 1,3

- Kuat tarik ijin baja = 240 MPa

- Berat isi beton = 2400 kg/m3

- Gravitasi (g) = 9,81 m/dt2

a. Tulangan memanjang

𝜇.𝐿.𝑀.𝑔.ℎ
. 𝐴𝑠 =
2.𝑓𝑠

1,3 x 15 x 2400 x 9,81 x 0,28.


As = = 267.813 mm2/m'
2𝑥240

Asmin = 0,1% x 280 x 1000 = 280 mm2/m' > Asperlu

Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)

Maka digunakan tulangan Ø8 – 100 (As = 502,7 mm²)

(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)

5400
2100

b. Tulangan melintang

𝜇.𝐿.𝑀.𝑔.ℎ
. 𝐴𝑠 =
2.𝑓𝑠

106
1,3 x (2x3,5) x 2400 x 9,81 x 0,28.
As = = 124.98 mm2/m'
2𝑥240

Asmin = 0,1% x 280 x 1000 = 280 mm2/m' > Asperlu

Dari grafik dan tabel perhitungan beton bertulang, (Ir. W.C Vis)

Maka digunakan tulangan Ø8 – 100 (As = 502,7 mm²)

(dapat menggunakan wire mash ukuran 5,4 x 2,1 m2)

5400

2100

4.5.3 Perkerasan beton menerus dengan tulangan

- Tebal pelat = 28 cm

- Lebar pelat = 2 x 3,5 m

- Kuat tekan beton K-350 kg/cm², f’c =290,5 kg/cm2

- BJTP 24 (f y : tegangan leleh = 28300 psi = 1990 kg/cm2)

- BJTD 40 (f y : tegangan leleh = 47500 psi = 3340 kg/cm2)

- Es/Ec = 6

- Koefisien gesek antara beton dan pondasi bawah μ = 1,3

fcf = 40 kg/cm²

Ambil fct = 0,5 fcf = 0,5 x 40 = 20 kg/cm²

- Sambungan susut dipasang setiap jarak 75 m

107
- Ruji digunakan ukuran diameter 28 mm, panjang 45 cm dan jarak 30 cm

a. Tulangan memanjang

100. 𝑓𝑐𝑡. (1,3 − 0,2𝜇)


𝑃𝑠 =
𝑓𝑦 − 𝑛 𝑓𝑐𝑡

𝑓𝑐𝑓 = 40 kg 2 ,

𝑓𝑐𝑡 = 0.5 𝑓𝑐𝑓 =20 kg 2

𝑛 = 6 (dari Kuat tekan beton fc’= 290,5 kg/cm²)

100𝑥20𝑥(1,3 − 0,2𝑥1,3)
𝑃𝑠 =
3340 − (6𝑥20)

= 0,65 %

𝐴𝑠 perlu = 0,65 % x 100 x 18,0 = 11,7 cm2

𝐴𝑠 min = 0,6 % x 100 x 18 = 10,8 cm2 /m’ < 𝐴𝑠 perlu

Dicoba tulangan diameter 12 jarak 180 mm (𝐴𝑠 = 15,2 cm2 )

Untuk tulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm

b. Pengecekan jarak teoritis antar retakan

𝑓𝑐𝑡 2
𝐿𝑐𝑟 =
𝑛.𝑝2.𝜇.𝑓𝑏(𝜀𝑠.𝐸𝑐−𝑓𝑐𝑡)

U = 4/d = 4/1,2 = 3,33

P = 15,2 /(100 x 12) = 0,0126

108
Ambil 𝑓𝑏 = (1,97 √𝑓′𝑐 )/d= (1,97 √290,5 )/1,2 = 27,98 kg/ cm2

Ambil 𝜀𝑠 = 400 x 10−6

𝐸𝑐 = 14850* √𝑓′𝑐 = 14850* √290,5 = 253,104 kg/ cm2 \

Dikontrol terhadap jarak teoritis antar retakan (𝐿𝑐𝑟 )

202
𝐿𝑐𝑟 = = 55,48 cm <
6∗0,01262 ∗3.33.27,98 (0.0004∗253104−20)

𝐿𝑐𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠 (250 𝑐𝑚) …….ok !

Maka, dipakai tulangan memanjang diameter 12 jarak 180 mm (𝐴𝑠 =

15,2 cm2 ) dan tulangan melintang ambil diameter 12 mm jarak 360 mm.

109
4.6 Pertimbangan pemilihan tipe perkerasan kaku

4.6.1 Bagaimana perencanaan dipilih untuk dilaksanakan (life cycle cost

analysis) di ruas Jalan tol Medan – Kualanamu

Dalam perancangan dibutuhkan pemilihan di antara ketiga tipe

perkerasan kaku, yaitu perkerasan beton tanpa tulangan, atau dengan tulangan.

Sebagai pertimbangan awal, perkerasan kaku bisa dibuat tanpa dowel bila volume

lalu lintas rendah, atau yang lain, bila diantara dasar-dasar dan pelat beton

diletakkan lapis pondasi bawah yang distabilisasi dengan semen. Keputusan

pemilihan tipe perkerasan kaku, bisaanya lebih didasarkan pada pertimbangan

ketersediaan biaya pembangunan.

Untuk panjang pelat kurang dari 5 atau 6 m (20 ft), maka volume

tulangan bisaanya bisa diabaikan. Lapisan CTB (cement treated base) menambah

daya dukung struktur perkerasan, dan membantu transfer beban melintasi

sambungan, baik sambungan dowel, maupun tanpa dowel.

1. Perkerasan Beton Tak Bertulang

Perkerasan beton tak bertulang bisaanya dibuat bersambungan sehingga

disebut perkerasan beton tak bertulang bersambungan (jointed plain concrete

pavement, JPCP). Seperti tercermin dalam sebutannya, JPCP terdiri dari blok-blok

beton dengan ukuran tertentu dan tebal sekitar 15-30 cm, yang diletakkan diatas

lapis pondasi bawah. Pelat beton tak bertulang membutuhkan jarak sambungan

melintang dan memanjang yang agak pendek untuk mengendalikan retak termal

supaya masih dalam batas-batas toleransi. Karena JPCP dirancang agar tidak

terjadi retak-retak diantara sambungan, maka jarak sambungan dibuat minimal

110
dan tulangan temperature tidak diperlukan. Sambungan arah memanjang

dicocokkan dengan lebar lajur (sekitar 3,6 m) dan sambungan melintang berkisar

antara 4,5 – 9 m atau 15 – 30 ft.

Untuk perkerasan beton tak bertulang bersambungan (JPCP), Departemen

Permukiman dan Prasarana Wilayah (Pd T-14-2003) menyarankan jarak

maksimum sambungan arah memanjang 3 – 4 m, dan sambungan arah melintang

maksimum 25 kali tebal pelat, atau maksimum 5 m. Bentuk panel-panel pelat

beton dibuat mendekati bujur sangkar atau perbandingan maksimum antara

panjang dan lebarnya 1,25 : 1.

Walaupun namanya perkerasan beton tak bertulang, namun batang baja

pengikat (tie bar), umumnya tetap digunakan pada sambungan arah memanjang

guna mencegah terbukanya sambungan ini. Selain batang-batang ruji/dowel yang

berfungsi sebagai alat bantu transfer beban juga dipasang pada sambungan-

sambungan melintang. Terjaminnya transfer beban yang baik pada sambungan

merupakan hal yang sangat penting. Jika transfer beban tidak bekerja dengan baik,

maka permukaan jalan tidak menjadi rata (terjadi beda tinggi antara tepi pelat satu

dengan yang lannya), sehingga mengganggu kenyamanan lalu lintas.

Kinerja perkerasan beton tak bertulang bergantung pada :

1. Kerataan permukaan perkerasan awal yang dipengaruhi oleh cara

pelaksanaan

2. Tebal perkerasan yang sesuai untuk mencegah timbulnya retak beton di

bagian tengah

111
3. Batasan jarak sambungan, juga untuk mencegah retak beton di bagian

tengah

4. Perencanaan dan pelaksanaan sambungan, serta teknik pelaksanaan yang

baik.

2. Perkerasan Beton Bertulang

Perkerasan beton bertulang terdiri dari pelat beton semen Portland dengan

tebal tertentu yang diperkuat dengan tulangan-tulangan. Tulangan bisaa

berupa batang-batang baja terpisah atau anyaman (welded steel mats).

Tulangan-tulangan berfungsi untuk mengendalikan retak dan bukan untuk

mendukung beban. retak perkerasan

4.6 Pemilihan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur/flexible pavement

dari segi teknis (engineering) dan biaya (Life Cycle Cost Analysis)

Beberapa kelebihan dan kekurangan antara perkerasan kaku dan perekerasan

lentur, menurut beberapa sumber :

112
Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur
(Rigid Pavement) (flexible pavement)
 Biaya konstruksi  Mahal  Relatif murah
 Biaya pemeliharaan  Kecil  Besar
 Frekuensi pemeliharaan  Rendah  Tinggi
 Penggunaan agregat/m2  Sedang  Tinggi
 Gangguan arus lalu-  Rendah  Tinggi (akibat
lintas pemeliharaan)
 CBR tanah dasar  Sedang  Tinggi
 Kenyamanan  Kurang (adanya suara  Baik
bising)
 Ketahanan slip  Kurang (apalagi di  Baik
musim hujan)
 Kerusakan ban  Cepat  Tahan lama
kendaraan
 Lama unsur rencana  20 - 40 tahun  Bertahap
 Waktu pelaksanaan  Relatif cepat  Lebih lama
 Bahan pengikat pokok  Produksi dalam negeri  Masih harus
diimport
 Beban yang dapat  Sedang s/d berat  Ringan s/d
dipikul sedang
 Kelandaian maksimum  <10º  >10 º
 Pelaksanaan konstruksi  Mudah  Sulit
Tabel 2.1. kelebihan dan kekurangan antara jenis perkerasan lentur dan perkerasan

kaku (Sumber : Jurnal Neutron, volume 9, No.1, maret 2009:143-225)

Beberapa kelebihan dan kekurangan dari pemilihan perkerasan kaku,

menurut manual desain perkerasan jalan, Kementerian Pekerjaan Umum,

Direktorat Jenderal Bina Marga antara lain:

113
1. Struktur perkerasan lebih tipis kecuali untuk area tanah lunak yang

membutuhkan struktur pondasi jalan lebih besar dari pada perkerasan kaku

2. Konstruksi dan pengendalian mutu yang lebih mudah untuk area perkotaan

tertutup termasuk jalan dengan beban lebih kecil

3. Biaya pemeliharaan lebih rendah jika dikonstruksi dengan baik, keuntungan

signifikan untuk area perkotaan dengan LHRT tinggi

4. Pembuatan campuran yang lebih mudah (contoh, tidak perlu pencucian pasir)

Beberapa kekurangannya antara lain:

1. Biaya lebih tinggi untuk jalan dengan lalu lintas rendah

2. Rentan terhadap retak jika konstruksi diatas tanah dasar lunak

3. Umumnya memiliki kenyamanan berkendara yang lebih rendah.

Pemilihan perkerasan jalan pada ruas jalan tol Medan – Kuala Namu

antara perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan perkerasan lentur (aspal) dikaji

dalam beberapa aspek yaitu:

1. CBR Tanah Dasar

a. Masalah CBR tanah dasar

Dari hasil Penyelidikan tanah yang dilakukan oleh instansi pembangunan

Jalan bebas hambatan Medan – Kuala Namu dengan alat Dynamic Cone

Penetrometer (DCP), didapatkan data-data keberagaman CBR tanah dasar,

mulai dari STA 0+275 – STA 0+628 (Ramp 1 Parbarakan), seperti yang

ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

114
No. Lab Test Number Stationing L/R CBR

1 Lab/dcp/pb/Ramp1/001 0+275 Ramp1 5,91


2 Lab/dcp/pb/Ramp1/002 0+325 Ramp1 5,69
3 Lab/dcp/pb/Ramp1/003 0+375 Ramp1 3,23
4 Lab/dcp/pb/Ramp1/004 0+425 Ramp1 3,90
5 Lab/dcp/pb/Ramp1/005 0+475 Ramp1 6,81
6 Lab/dcp/pb/Ramp1/006 0+525 Ramp1 2,91
7 Lab/dcp/pb/Ramp1/007 0+550 Ramp1 7,15
8 Lab/dcp/pb/Ramp1/008 0+575 Ramp1 10,76

9 Lab/dcp/pb/Ramp1/009 0+625 Ramp1 5,02


Tabel : Summary of DCP Test (Location : STA 0+275 – STA

0+628 Ramp 1 Parbarakan)

Dari data CBR diatas, yang paling minimum adalah 2,91 dan terbesar

adalah 10,76 , data yang dipakai untuk desain adalah yang terkecil. Jika

perkerasan direncanakan menggunakan perkerasan lentur maka pondasi

bawah lebih tebal dibandingkan dengan perkerasan kaku. Pasalnya dengan

CBR tanah dasar 2,91 harus diperbaiki menjadi persyaratan CBR standard

perkerasan jalan yaitu 6%. Jika menggunakan perkerasan kaku pondasi

lebih tipis karena dapat distabilisasi dengan beton kurus (lean concrete).

2. Aspek biaya (Life Cycle Cost Analysis)

115
Data teknis jalan:

 panjang jalan Seksi 2 (Kualanamu – Parbarakan) : 6,155 km

 Jumlah lajur : 2 x 2 (Awal), 2 x 3 (Akhir)

 Lebar pern lajur : 3.6 m

 Lebar bahu Luar : 3.0 m

 Lebar bahu dalam : 1.5 m

Jika dianalisis dari segi biaya dapat dipaparkan sebagai berikut:

116
A
CL B
INNER OUTER 1500
SHOULDER SHOULDER ROUNDING
750 750 3000 7200 1500 1250 1250 1500 7200 3000 750 750

DS-3 3600 3600 500 2500 250

GUARD RAIL (IF H>2M)


FG FG
2% 2%

750
4%
4% 4%
4%

1800
SOLID SODDING
1

1050
:1

CUT 1 Borrow Material


2 Concrete Pavement 300 mm AC-BC 100 mm
SOLID SODDING Agg. Base Class A 150 mm Class A 350 mm 1
2

H
Separator - Non Woven Separrator - Non Woven
Geotextile Geotextile CL
Stripping 300mm

Typical Cross section Main Road Rigid Pavement

3000 VARIES 6000 6000 3000 3600 3600 1500 1250 1250 1500 3600 3600 3000 6000 6000 6000 6000
750 750 750 750
500 500

4% 4%
DAYLIGTH

Typical Cross section Main Road Flexible Pavement on soft ground area

101
Kajian Perbandingan antara Perkerasan Kaku dengan Perkerasan Lentur

No Uraian Perkerasan Kaku Perkerasan Lentur

1. Dari segi Life Cost Cycle Analysis

- Biaya pekerjaaan jalan baru : Rp.

- Pemeliharaan

101

Anda mungkin juga menyukai