Pedoman Mata Kuliah Bahasa Indonesia PDF
Pedoman Mata Kuliah Bahasa Indonesia PDF
BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik
2. Landasan Yuridis
Landasan yurudis penulisan buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik
untuk perguruan tinggi ini adalah:
(1) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal
36);
(2) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas;
(3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan;
(4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi;
(5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 032 Tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan;
(6) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
3. Kerangka Konseptual
Konsep nasionalisme Indonesia dibangun oleh para pendiri negara atas dasar atau
fondasi bahasa, bukan fondasi ras/etnis atau agama. Tidak ada satu agama pun yang
dijadikan landasan berdirinya negara bangsa Indonesia. Meskipun demikian, landasan
agama terdapat pada diri setiap warga negara. Konsep kebangsaan Indonesia pun tidak
direpresentasi oleh salah satu di antara ratusan ras/etnis yang ada di Indonesia, tetapi
konsep kesukuan berada dalam diri individu masing-masing di kelompok
masyarakatnya.
Di tengah keragaman etnis dan keyakinan beragama tersebut, keberadaan bahasa
Indonesia disyukuri sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa oleh setiap warga negara
dengan mengaktualisasikan diri dalam komunikasi berbahasa Indonesia baik lisan
maupun tulis. Melalui penyelenggaraan mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan
tinggi, penguatan jati diri bangsa Indonesia mengarahkan sikap spiritual sivitas
akademik untuk menerima, menghargai, dan menghayati keberadaan bahasa
kebangsaan Indonesia yang merupakan anugerahTuhan Yang Maha Esa.
Penghayatan atas nilai-nilai keberadaan bahasa Indonesia diwujudkan dalam
bentuk pengamalan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, responsif,
dan proaktif dalam kehidupan bermasyarakat. Penyelenggaraan mata kuliah Bahasa
Indonesia di perguruan tinggi mengupayakan peningkatan penghayatan sivitas
akademik agar mampu menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
permasalahan hilangnya fungsi bahasa Indonesia di masyarakat. Dengan sikap itu,
sivitas akademik mampu menempatkan diri sebagai cerminan bangsa yang cerdas
dalam pergaulan dunia global.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara membawa konsekuensi
bahwa bahasa Indonesia harus mampu mengemban tujuan nasional bangsa Indonesia,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam kehidupan bangsa yang cerdas, setiap
warga negara, apalagi mereka yang telah terdidik, tidak hanya harus mampu memahami
berbagai informasi, tetapi juga mampu menjelaskan, menerapkan, mengevaluasi, dan
bahkan mampu mencipta ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni (ipteks), baik
sebagai bentuk implementasi maupun inovasi. Untuk itu, diperlukan kemahiran
mewujudkan teks sebagai bentuk terlengkap komunikasi berbahasa. Penyelenggaraan
mata kuliah Bahasa Indonesia di perguruan tinggi bertujuan menciptakan sivitas
akademik yang cerdas berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia secara khusus bertujuan untuk
menciptakan sivitas akademik yang terampil memproduksi dan menggunakan teks
sesuai dengan tujuan dan fungsi sosialnya. Dalam pembelajaran bahasa berbasis teks,
bahasa Indonesia diajarkan bukan sekadar sebagai pengetahuan bahasa, melainkan
sebagai teks yang berfungsi untuk menjadi sumber aktualisasi diri penggunanya pada
konteks sosial budaya akademik. Oleh karena itu, teks dipandang sebagai satuan bahasa
yang bermakna secara kontekstual, dan materi ajar bahasa Indonesia disajikan dengan
prinsip pembelajaran berbasis teks.
Pada Prawacana buku Bahasa Indonesia Wahana Ilmu Pengetahuan (2013)
untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik (2013) untuk Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau Madrasah Aliyah (MA), dinyatakan:
Visi:
Terwujudnya sivitas akademik yang mampu memicu dan memacu pengembangan
fungsi bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu pengetahuan di dunia
global.
Misi:
(1) Meningkatkan literasi berbahasa Indonesia di kalangan sivitas akademik;
(2) Meningkatkan akses dan relevansi pendidikan tinggi berbasis bahasa Indonesia;
(3) Meningkatkan kemampuan sivitas akademik untuk mencari dan menemukan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta seni melalui bahasa Indonesia;
(4) Meningkatkan kesadaran sivitas akademik akan peran pentingnya sebagai agen
transformasi pola berpikir saintifik melalui penggunaan bahasa Indonesia.
5. Tujuan
Buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk perguruan tinggi
dirancang untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
(1) untuk menumbuhkan sikap mental sivitas akademik yang mampu mengapresiasi
nilai-nilai bahasa Indonesia sebagai simbol kedaulatan bangsa dan negara;
(2) untuk memberikan pemahaman dan penghayatan atas keberadaan bahasa Indonesia
sebagai bahasa pemersatu bangsa dan bahasa ipteks;
(3) untuk menyiapkan sivitas akademik agar mampu menganalisis permasalahan dan
mencari solusi terhadap persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui pembuatan dan penggunaan teks;
(4) untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi secara akademik baik dalam
bentuk bahasa Indonesia lisan maupun tulis demi pengembangan ipteks dalam
tatanan dunia global.
(1) Kompetensi Inti (KI) merupakan kompetensi generik yang isinya merujuk pada
esensi Tujuan Pendidikan Nasional seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tujuan Pendidikan Tinggi yang
tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012,
KKNI (Permendikbud Nomor 73 Tahun 2013), dan Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) yang tercantum dalam Permendikbud tentang Standar Nasional Sistem
Pendidikan Tinggi. Kompetensi Inti mencakupi unsur nilai spiritual, nilai sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Keempat unsur itu berfungsi sebagai organisator
semua MKWU, baik Pendidikan Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, maupun
Bahasa Indonesia.
(2) Kompetensi Dasar (KD) merupakan kemampuan spesifik yang isinya
mendeskripsikan kemampuan yang berkaitan dengan substansi mata kuliah, yang
dalam hal ini mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai salah satu elemen Mata Kuliah
Wajib Umum. Dalam konteks Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia,
Kompetensi Dasar sepadan dengan konsep dan posisi capaian pembelajaran.
(3) Kompetensi Inti 1 dan 2 (KI 1 dan KI 2) dikembangkan secara koheren dan
harmonis sebagai dampak pengiring (nurturant effects). KI 1 dan KI 2 secara
filosofis berfungsi sebagai dasar aksiologis mata kuliah.
(4) Kompetensi Inti 3 dan 4 (KI 3 dan KI 4) dikembangkan secara konsisten dan
interaktif sebagai dampak instruksional. KI 3 dan KI 4 secara filosofis berfungsi
sebagai dasar ontologis dan epistemologis mata kuliah.
(5) Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4 secara bersama-sama merupakan entitas capaian
pembelajaran dalam konteks utuh proses psikologis pedagogis/andragogis sebagai
suatu proses pencapaian/perwujudan tujuan pendidikan nasional.
(6) Dalam konteks materi kuliah Bahasa Indonesia, Kompetensi Dasar dijabarkan
secara utuh, koheren, dan konsisten berdasarkan pada kerangka Kompetensi Inti 1,
2, 3, dan 4 yang kemudian dikembangkan dalam materi kuliah.
(7) Kompetensi Dasar 1.1 sampai dengan 1.3 berfungsi untuk membangun sikap
spiritual sivitas akademik terhadap keberadaan bahasa Indonesia sebagai anugerah
Tuhan Yang Masa Esa.
(8) Kompetensi Dasar 2.1sampai dengan 2.4 berfungsi untuk membangun sikap sosial
dengan cara menunjukkan perilaku jujur, responsif, santun, tanggung jawab, peduli,
disiplin, dan toleran atas keberagaman dalam menggunakan bahasa Indonesia
untuk menyampaikan teks akademik.
(9) Kompetensi Dasar 3.1sampai dengan 3.4 bertujuan untuk memberikan wawasan
dan pengetahuan berbahasa Indonesia kepada sivitas akademik agar mereka
mampu memahami struktur dan kaidah, membandingkan satu teks dengan teks
lainnya, menganalisis, dan mengevaluasi teks-teks akademik.
(10) Kompetensi Dasar 4.1sampai dengan 4.7 bertujuan untuk memberikan peningkatan
keterampilan berpikir kritis untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan norma bagi
sivitas akademik agar mampu mengabstraksi, mengonsepkan, mengadaptasi,
memproduksi, menyunting, mengombinasikan, dan mengaktualisasikan teks-teks
akademik. Kompetensi berbahasa Indonesia seperti itu diperoleh melalui
penerapan pendekatan saintifik.
7. Ruang Lingkup
Ruang lingkup isi buku Bahasa Indonesia: Ekspresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi dapat dijabarkan menjadi pokok-pokok bahasan di bawah ini.
(1) Hakikat Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan dan Bahasa Negara
Membangun sikap positif terhadap bahasa Indonesia dan mengenal arti
kebersamaan dalam keragaman suku bangsa yang ada di Indonesia, serta norma
dan peluang penggunaan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi keilmuan.
(2) Mengeksplorasi Teks dalam Kehidupan Akademik (penanaman nilai dan hakikat
bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan)
Ruang lingkup ini meliputi pengenalan berbagai teks dalam genre akademik
kepada mahasiswa agar mereka dapat bersikap lebih arif dan positif terhadap
bahasa Indonesia yang digunakan di masyarakat akademik.
(3) Menjelajah Dunia Pustaka
Lingkup ini meliputi kegiatan memahami, membandingkan, menganalisis, dan
mengevaluasi berbagai ulasan buku. Dengan kegiatan tersebut, mahasiswa
diarahkan untuk terbiasa membuat ulasan buku.
(4) Mendesain Proposal Penelitian dan Proposal Kegiatan
Ruang lingkup ini meliputi pengabstraksian, pengonsepan, pengadaptasian, dan
pemroduksian rancangan penelitian dan rancangan kegiatan.
(5) Melaporkan Hasil Penelitian dan Hasil Kegiatan
Dalam ruang lingkup ini, mahasiswa memberikan laporan hasil penelitian dan
hasil kegiatan, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.
(6) Mengaktualisasikan Diri dalam Artikel Ilmiah
Ruang lingkup ini mencakup berbagai upaya yang harus dilakukan mahasiswa
untuk secara mandiri membangun sebuah teks akademik dalam bentuk artikel
ilmiah. Artikel ilmiah yang diharapkan untuk dijadikan sarana ekspresi diri
meliputi artikel penelitian, artikel konseptual, dan artikel ilmiah populer.
8. Pembelajaran
Pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan tinggi merupakan proses
pembentukan miniatur kehidupan bahasa negara di masyarakat. Dalam pembelajaran
bahasa Indonesia ini, kampus menjadi arena utama pengembangan bahasa Indonesia
sebagai identitas negara dan ekspresi diri bangsa yang lebih bermartabat. Oleh karena
itu, partisipasi aktif sivitas akademik diperlukan untuk menyusun strategi
pengembangan metode pembelajaran bahasa Indonesia. Pendekatan pembelajaran aktif
mendorong mahasiswa lebih banyak melakukan eksplorasi daripada hanya pasif
menerima informasi pengetahuan dari pengajar.
Keunggulan pembelajaran aktif tersebut ialah bahwa mahasiswa tidak hanya
memperoleh pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia, tetapi juga
berkesempatan mengembangkan sikap baik spiritual maupun sosial untuk bertindak
positif terhadap bahasa Indonesia. Proses pembelajaran aktif itu terdapat dalam
implementasi pendekatan teks dengan tahapan: pembangunan konteks dan pemodelan
teks, kerja sama membangun teks, serta kerja mandiri membangun teks. Proses
pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks di perguruan tinggi ini diwujudkan
sebagai aktivitas belajar dalam bentuk pembelajaran genre makro.
Proses pembelajaran aktif tersebut dilakukan dengan menerapkan berbagai
metode belajar, antara lain, sebagai berikut.
(1) Pembelajaran Tematik
Metode ini bertujuan untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai,
sikap pembelajaran, dan pemikiran yang kreatif dalam menggunakan teks tertentu
(tematik) untuk membangun sebuah konteks yang baru.
(2) Pembelajaran Berbasis Saintifik
Metode belajar ini mengutamakan kaidah-kaidah ilmiah, objektif, terukur, dan
sistematis dalam melakukan pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan
penjelasan tentang suatu teks.
(3) Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berorientasi proses,
relatif berjangka waktu, dan berfokus pada masalah tertentu. Metode ini
mengedepankan kolaborasi dalam kelompok yang heterogen untuk merancang
sebuah proyek tertentu.
(4) Pembelajaran Berbasis Masalah
Metode ini berasosiasi dengan pembelajaran kontekstual. Dengan metode belajar
ini, sivitas akademik disodorkan pada suatu masalah, yang kemudian melalui
pemecahan masalah tersebut mereka dapat memperoleh keterampilan-keterampilan
baru yang lebih mendasar.
(5) Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif adalah suatu metode pembelajaran yang di dalam
prosesnya, sivitas akademik, baik yang berasal dari disiplin ilmu yang sama
maupun dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda, bekerja sama mengeksplorasi
sebuah pertanyaan spesifik atau bekerja sama merancang sebuah proyek bersama.
(6) Pembelajaran Berbasis Teks
Pembelajaran berbasis teks atau pembelajaran berbasis genre mengandung makna
bahwa teks beserta unsur-unsur di dalamnya menjadi bahan dasar pembelajaran.
Mahasiswa tidak hanya mempelajari isi dan kaidah-kaidah tentang teks, tetapi juga
mempelajari nilai-nilai sosial yang terungkap di dalamnya.
Keempat tahap itu berlangsung secara siklus. Dosen dapat memulai kegiatan
belajar-mengajar dari tahap mana pun, meskipun pada umumnya tahap-tahap itu
ditempuh secara urut. Selain itu, apabila kegiatan belajar-mengajar mengalami
kesulitan pada tahap tertentu, misalnya pembuatan teks secara bersama-sama, dosen
boleh mengarahkan mahasiswa untuk kembali kepada tahap pemodelan.
Setiap bab pada buku Bahasa Indonesia untuk perguruan tinggi yang diterbitkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini terdapat empat bagian kegiatan
belajar (A, B, C, dan D). Bagian A berkenaan dengan tahap pembangunan konteks,
yang dimaksudkan sebagai langkah-langkah awal yang dilakukan oleh dosen bersama
mahasiswa untuk mengarahkan pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas
pada bab itu. Bagian B adalah tahap pemodelan, yaitu tahap yang berisi tentang
pembahasan teks yang diberikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan
kepada semua aspek kebahasaan yang membentuk teks itu secara keseluruhan. Bagian
C adalah tahap pembangunan teks secara bersama-sama. Pada bagian ini, karena pada
dasarnya mahasiswa belum dapat membangun teks secara mandiri, mahasiswa masih
membutuhkan fasilitasi dari pihak lain. Fasilitasi itu dapat berasal dari dosen, teman
sejawat, atau siapa pun. Dengan demikian, pada tahap ini mahasiswa bersama-sama
mahasiswa lain dan dosen sebagai fasilitator menyusun kembali teks seperti yang
ditunjukkan pada model. Tugas-tugas yang diberikan berupa semua aspek kebahasaan yang
sesuai dengan ciri-ciri yang dituntut pada jenis teks yang dimaksud. Adapun Bagian D
adalah tahap belajar mandiri. Pada tahap ini, mahasiswa diharapkan dapat
mengaktualisasikan diri dengan menggunakan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti
yang ditunjukkan pada model tanpa bantuan dari mana pun.
10. Penilaian
Penilaian yang diterapkan meliputi penilaian otentik, penilaian portofolio, dan
penilaian diri. Selain itu, Tes Standar UKBI (Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia)
dapat diberikan.
(1) Penilaian otentik
Penilaian terhadap teks yang dihasilkan oleh mahasiswa sesuai dengan model yang
diberikan baik dari segi genre, struktur teks, maupun ciri-ciri kebahasaannya.
(2) Portofolio
Mahasiswa diminta untuk membuat rangkuman terhadap materi yang dipelajari
dan membuat proyek sesuai dengan kebutuhan akademiknya.
(3) Penilaian diri
Mahasiswa diminta untuk mengukur capaian dirinya sendiri dengan menentukan
seberapa jauh ia telah menyelesaian sesuatu yang telah direncanakannya.
Sementara itu, Tes Standar UKBI digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
tingkat kemahiran mahasiswa dalam berbahasa Indonesia. Karena UKBI dikeluarkan
oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, UKBI dapat dilakasanakan dengan
bekerjasama dengan badan tersebut.
11. Dosen
Dosen yang diharapkan mengajarkan bahasa Indonesia memiliki kualifikasi
seperti yang ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Selain memiliki kompetensi tertentu,
sebelum mengajar dosen seharusnya mendapatkan pelatihan terlebih dahulu.
Pelatihan
Kualifikasi Akademik Predikat UKBI
Kebahasaan
Magister Bahasa dan Sastra Indonesia Sangat Unggul ≥ 40 jam
Magister Bahasa dan Sastra Non-Indonesia Sangat Unggul ≥ 50 jam
Magister Non-Bahasa dan Sastra Indonesia Sangat Unggul ≥ 60 jam
Lampiran:
(1) Rumusan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi
(2) Deskripsi Materi Buku Bahasa Indonesia: Ekpresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi (D3, D4, dan Sarjana)
(3) Rancangan Pembelajaran
(4) Jenis-jenis Teks
Lampiran 1
Lamppiran 2
Desain Buku
Buku yang berjudul BAHASA INDONESIA: Ekspresi diri dan akademik untuk
perguruan tinggi ini terdiri atas lima bab isi dan satu bab pendahuluan. Secara garis
besar, masing-masing bab itu dapat diuraikan sebagai berikut.
Pendahuluan
Bab Pendahuluan berisi pengantar yang memberikan penjelasan secara umum
tentang mata kuliah bahasa Indonesia. Mahasiswa diberi gambaran tentang hakikat
bahasa, kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia (dibandingkan dengan bahasa daerah
dan bahasa asing), kerangka konseptual, serta desain dan konsep pembelajaran bahasa
Indonesia berbasis teks.
Lampiran 3
1. Tujuan
3. Daftar Pustaka
(Sumber pustaka yang lain menyusul, dan ini merupakan bagian tugas pencarian
yang diberikan kepada mahasiswa).
Lampiran 4
JENIS-JENIS TEKS
Genre sebagai jenis teks, dapat digolongkan menjadi genre faktual dan genre fiksi
atau rekaan. Genre faktual adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan kejadian,
peristiwa, atau keadaan nyata yang berada di sekitar lingkungan hidup. Genre fiksi
adalah jenis teks yang dibuat berdasarkan imajinasi, bukan pada kenyataan yang
sesungguhnya.
Genre faktual meliputi: laporan, deskripsi, prosedur, rekon (recount), eksplanasi,
eksposisi, dan diskusi. Di pihak lain, genre fiksi mencakup: rekon, anekdot,
cerita/narartif, dan eksemplum.
1.1 Laporan
Teks laporan mempunyai fungsi sosial untuk membuat klasifikasi mengenai
sesuatu. Dengan klasifikasi, hal yang dilaporkan itu dapat digolongkan ke dalam kelas
atau subkelas tertentu. Adapun struktur teks yang digunakan adalah “Pernyataan Umum
atau Klasifikasi^ Anggota/Aspek yang Dilaporkan”.
Harimau
Anggota/Aspek Harimau dapat mencapai tinggi 1,5 meter, panjang 3,3 meter, dan
yang Dilaporkan berat 300 kilogram. Bulunya berwarna putih dan cokelat keemas-
emasan dengan belang atau loreng berwarna hitam. Gigi
taringnya kuat dan tajam untuk mengoyak daging. Kakinya
berjumlah empat dengan cakar yang kuat untuk menerkam
mangsanya.
Harimau mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Harimau dapat hidup di hutan, padang rumput, dan daerah payau
atau hutan bakau. Di Indonesia harimau dapat ditemukan di
hutan dan hutan bakau di Pulau Sumatera dan Jawa.
1.2 Deskripsi
Fungsi sosial teks deskripsi adalah untuk menguraikan sesuatu secara individual
menurut ciri-ciri fisiknya. Untuk itu, struktur teks yang digunakan untuk
mengorganisasikannya adalah “Pernyataan Benda yang Dideskripsikan^Bagian yang
Dideskripsikan”.
1.4 Rekon
Fungsi sosial teks rekon adalah untuk mebangkitkan atau menghidupkan pengalaman
nyata di masa lampau agar tercipta semacam hiburan bagi pembaca atau pendengar. Dengan
teks penceritaan, pencipta teks dapat berbagi pengalaman dengan pembaca atau pendengar.
Teks penceritaan disusun dengan tata organisasi “Orientasi^ Urutan Peristiwa^Reorientasi”.
Pada struktur teks tersebut, “Reorientasi” merupakan tahap struktur yang bersifat pilihan.
1.5 Eksplanasi
Teks eksplanasi mempunyai fungsi sosial untuk menjelaskan proses terjadinya
sesuatu menurut prinsip-prinsip sebab-akibat. Untuk memenuhi fungsi tersebut, teks
eksplanasi disusun dengan struktur teks “Pernyataan Umum^Urutan Sebab Akibat”.
Urutan Sebab- Binatang pemangsa atau predator juga dapat mengurangi jumlah
Akibat spesies binatang tertentu. Jumlah binatang terus berkurang
karena binatang tertentu memangsa binatang yang lain. Dalam
habitat yang terus 176 Kelas X
menyempit, persaingan hidup di antara berbagai jenis binatang
menjadi makin ketat. Binatang yang lemah menjadi mangsa
binatang yang lebih kuat. Karena hewan tertentu memangsa
binatang yang lain, jumlah binatang yang dimangsa menjadi
terus-menerus berkurang hingga akhirnya punah.
1.6 Eksposisi
Teks eksposisi adalah teks yang berisi gagasan pribadi atau usulan mengenai
sesuatu. Teks eksposisi juga sering disebut argumentasi satu sisi. Dikatakan demikian
karena pencipta teks ini mempertahankan gagasan atau usulannya berdasarkan
argumentasi yang ia yakini benar tanpa membandingkannya dengan argumentasi dari
pihak lain.
Terdapat dua macam eksposisi, yaitu eksposisi analitis dan eksposisi hortatoris.
Sesuai dengan kedua jenis eksposisi tersebut, fungsi sosial teks eksposisi adalah untuk
mengajukan argumentasi bahwa sesuatu itu benar adanya (untuk eksposisi analitis) atau
bahwa sesuatu yang diusulkan itu harus dilakukan (untuk eksposisi hortatoris).
Eksposisi analitis berkenaan dengan konsep atau teori tentang sesuatu, sedangkan
eksposisi hortatoris berkenaan dengan tindakan yang perlu dilakukan atau kebijakan
yang perlu dibuat. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tersebut oleh pihak lain
bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan.
Teks eksposisi disusun dengan struktur teks “Pernyataan Pendapat
^Argumentasi^Peprnyataan Ulang Pendapat”.
Pernyataan Sudah diketahui oleh semua orang bahwa pendidikan formal itu
Pendapat penting. Akan tetapi, apakah seseorang akan menjadi pemimpin
sosial atau pemimpin politik yang bagus pada kemudian hari
tidak selalu ditentukan oleh pendidikan formalnya. Diyakini
bahwa pengalaman juga menjadi faktor penentu untuk menuju
kesuksesan.
(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 61-62;
Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 103-104)
1.7 Diskusi
Fungsi sosial teks diskusi adalah untuk menyatakan kontroversi sebuah isu dari
dua sudut pandang. Meskipun kedua sudut pandang itu dibeberkan secara seimbang,
pencipta teks dapat berdiri di salah satu sudut pandang atau bersikap netral terhadap isu
yang dimaksud. Apabila pencipta teks berada di salah satu sisi, pembaca atau
pendengar diharapkan mengikutinya, tetapi apabila ia bersikap netral, pembaca atau
pendengar diberi kebebasan untuk memilih sendiri sudut pandang yang dianggap benar.
Teks diskusi disusun dengan struktur teks “Isu^Argumentasi Mendukung^
Argumentasi Menentang^Simpulan/Rekomendasi”. Secara umum, ciri-ciri linguistik
teks diskusi hampir sama dengan teks eksposisi.
(Diadaptasi dari Kiat Menulis Karya Ilmiah dalam Bahasa Inggris, 2003: 66-67)
2.1 Rekon
Teks penceritaan pada genre cerita sama dengan teks penceritaan pada genre
faktual. Perbedaannya terletak pada isi yang dimuat. Di bawah genre faktual, teks
penceritaan didasarkan pada peristiwa nyata, tetapi di bawah genre cerita, teks
penceritaan didasarkan pada peristiwa dalam khayalan.
Karena pada dasarnya kedua genre penceritaan tersebut sama, struktur teks dan
ciri-ciri linguistiknya pun juga sama. Untuk itu, Anda dapat melihat kembali
pembicaraan tentang teks penceritaan pada genre faktual di atas.
2.2 Anekdot
Teks anekdot adalah teks rekaan yang berisi peristiwa yang membuat jengkel atau
konyol bagi partisipan yang mengalaminya. Secara interpersonal, perasaan jengkel dan
konyol seperti itu merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan
antara aman/tidak aman, puas/frustrasi, dan tercapai/gagal. Struktur teks anekdot adalah
“Abstrak^Orientasi^Krisis^Reaksi^Koda”.
Orientasi Tetangga sepasang suami isteri yang tinggal di lantai bawah saya
tadi malam menyelenggarakan pesta bersama teman-teman
mereka. Tadi malam mereka sangat gaduh, tetapi tidaklah
mengapa. Isteri saya terbangun berkali-kali.
Krisis Lalu tadi pagi terdapat sebuah mobil diparkir di depan jalan
keluar kami. Saya mengira bahwa mobil itu milik seseorang yang
ikut pesta tadi malam. Saya mengetuk pintu tetangga saya itu.
Saya ketuk pintunya berkali-kali, tetapi tak seorang pun keluar.
Saya kira mereka masih tertidur karena mereka berpesta-pora
sampai larut malam, sehingga saya ketuk-ketuk terus dengan
keras: pintu, jendela, dan apa pun yang dapat saya ketuk dalam
jangkauan. Akhirnya, seorang laki-laki terbangun dan melongok
keluar jendela. Saya menjelaskan persoalan yang terjadi.
Ternyata, pesta tadi malam itu bukan pestanya. Rumah susun ini
terbagi menjadi dua sisi, dan itu adalah pesta orang yang tinggal
di sisi sebelah belakang.
Reaksi Lelaki itu terlihat tidak berkenan, karena ia juga tidak dapat tidur
semalam, terganggu oleh pesta tetangga di sisi sebelah lain itu!
Koda Saya masih belum tahu mobil siapa yang menghalangi jalan
keluar kami itu.
2.3 Eksemplum
Teks eksemplum adalah teks rekaan yang berisi insiden yang menurut
partisipannya tidak perlu terjadi. Secara interpersonal, partisipan menginginkan insiden
itu dapat diatasi, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Struktur teksnya adalah
“Abstrak^Orientasi^ Insiden^Interpretasi^Koda”.
Cinderela
Abstrak Dahulu kala, ada seorang gadis remaja yang bernama Cinderela.
Ia tinggal bersama ibu tiri dan kedua saudara tirinya, yang juga
gadis remaja.
Orientasi Ibu tirinya, bahkan kedua saudara tirinya, mempunyai sifat-sifat yang
tidak terpuji. Cinderela diperlakukan secara tidak adil oleh mereka
semua. Ia disuruh bekerja keras, seperti memasak, mencuci pakaian,
membersihkan lantai, dan pekerjaan rumah tangga yang lain.
Sebaliknya, kedua saudara tirinya itu tidak mengerjakan apa-apa.
Bahkan, mereka dimanjakan oleh ibu tiri itu dengan berbagai
kemewahan.
Resolusi Sangat ajaib, begitu Nenek tua berhenti berbicara, keluarlah dari
tangannya sepasang sepatu kaca yang indah. Dipakailah sepatu
itu oleh Cinderela. Ia juga diberi pakaian baru yang indah. Dalam
sekejap, Cinderela berubah menjadi seorang gadis remaja yang
sangat cantik.
(7) Akan tetapi, buku ini juga bukan tanpa kelemahan. Satu ganjalan
pertama dalam membaca buku ini ialah adanya tulisan melingkar
(berbentuk seperti stempel) berbunyi “SMA/MA SMK” pada sampul.
Tulisan seperti stempel pada sampul ini jelas memberi kesan bahwa buku
ini hanya untuk siswa setingkat SLTA. Implikasinya adalah buku ini
memberi kesan sebuah buku pelajaran sekolah (textbook). Padahal buku
ini bukanlah buku pedoman yang perlu diajarkan kepada siswa.
(8) Buku ini, tampaknya, lebih tepat dan bermanfaat bagi para pengampu
pendidikan, misalnya pemerintah sebagai pengelola sekolah,
guru/pendidik, dan orang tua untuk dijadikan sebagai acuan membuat
suatu kebijakan pendidikan. Berbeda dengan buku ini, buku yang berjudul
Remaja dan bahaya narkoba – untuk Sekolah Lanjutan Atas (Abdul Rozak
dan Wahdi Sayuti) ditujukan bagi pelajar dan pembaca remaja. Jika buku
yang disebut pertama menitikberatkan pada praktik penyalahgunaan
narkoba, buku yang disebut belakangan membahas berbagai hal yang
berkaitan dengan definisi narkoba, jenis-jenisnya, dan bahaya serta sanksi
bagi para pemakai, pengedar, dan pembuatnya. Kemudian, jika buku
pertama lebih mengedepankan pendidikan karakter sebagai upaya
mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, buku kedua
mengutamakan pendekatan agama dan pengetahuan terhadap sanksi
hukum bagi pelajar sebagai upaya mencegah penyalahgunaan narkoba.
(Diambil dari draft buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
untuk Perguruan Tinggi, 2014)
(Diambil dari draft buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik
untuk Perguruan Tinggi, 2014)
Sebagian bahan pada Lampiran 4 ini dikembangkan dari draf buku saya yang berjudul
Pengantar Ringkas Linguistik Sistemik Fungsional. Email: wiratno.tri@gmail.com