Anda di halaman 1dari 10

REFLEKSI KASUS APRIL, 2018

NEURODERMATITIS

Disusun Oleh:

DIAH IRFAINI ZULHIJ


N111 17 112

Pembimbing Klinik
dr. Nur Hidayat, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018

0
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
1) Nama Pasien : Tn. S
2) Umur : 60 Tahun
3) Jenis Kelamin : Laki-Laki
4) Alamat : jln. Nokilalaki
5) Agama : Islam
6) Pekerjaan : Pensiun

II. ANAMNESIS
1) Keluhan Utama : Gatal pada bagian kaki kanan.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Undata dengan
keluhan gatal pada bagian kaki kanan. Gatal dirasakan sejak kurang
lebih 2 bulan yang lalu. Keluhan dirasakan hilang timbul. Gatal
dirasakan semakin bertambah sehingga pasien seringkali tidak tahan dan
akhirnya menggaruk-garuk daerah yang gatal. Pasien merasakan daerah
yang gatal lama-kelamaan menjadi terasa tebal akibat pasien sering
menggaruknya. Saat ini terdapat luka pada bagian kaki akibat bekas
garukan, bengkak dan terasa nyeri. Pasien merasakan gatal bertambah
apabila pasien tidak melakukan aktivitas. Sebelumnya pasien sudah
pernah berobat diPuskesmas akan tetapi tidak sembuh.
3) Riwayat penyakit dahulu:
Hipertensi (-), Diabetes (-), Asma (-), Kolesterol (-)
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami penyakit serupa
dengan pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
1. Keadaan umum : Sakit ringan
2. Status Gizi : Baik
3. Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
TD : 120/90 mmHg

1
Nadi : 78 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
1. Kepala : tidak terdapat ujud kelainan kulit
2. Leher : tidak terdapat ujud kelainan kulit
3. Ketiak : tidak terdapat ujud kelainan kulit
4. Dada : tidak terdapat ujud kelainan kulit
5. Punggung : tidak terdapat ujud kelainan kulit
6. Perut : tidak terdapat ujud kelainan kulit
7. Selangkangan : tidak terdapat ujud kelainan kulit
8. Ekstremitas Atas : tidak terdapat ujud kelainan kulit
9. Ekstremitas bawah (D) : Terdapat plak yang hiperpigmentasi,
eritema, Skuama halus dengan serta likenifikasi.

IV. GAMBAR

2
Gambar 1: Lesi berupa plak yang tampak hiperpigmentasi, eritema,
skuama halus serta likenifikasi dan fisura.

V. RESUME
Pasien Laki-laki usia 60 tahun datang dengan keluhan pruritus(+) pada
bagian pedis dextra yang dirasakan sejak kurang lebih dua bulan yang lalu.
Awalnya bagian gatal, lalu menjadi hiperpigmentasi, eritema dengan skuama
halus dan fisura, Likenifikasi(+).
Pada hasil pemeriksaan dermatologi terdapat plak yang tampak
hiperpigmentasi, eritema, skuama halus serta likenifikasi.

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

VII. DIAGNOSIS KERJA


Neurodermatitis

VIII. DIAGNOSIS BANDING


1. Dermatitis Kontak alergi
2. Dermatitis atopik
IX. PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa:
1. Mencegah garukan pada daerah yang gatal
2. Hindari stress psikologis
3. Istirahat yang cukup
4. Menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kelembapan kulit agar kulit tidak
kering.
Medikamentosa:
 Topikal: Desoxymethasone oint 0,25% (2 kali sehari oles tipis-tipis)
 Sistemik :
Antihistamin : Cetirizine tab 10 mg (1x1)
Kortikosteroid : Methylpredinisolone tab 4 mg (2x1)
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam

3
Quo ad cosmetikam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

4
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, dan
kesadaran compos mentis. Hasil pemeriksaan dermatologis didapatkan ujud
kelainan kulit berupa plak unilateral yang tampak hiperpigmentasi, skuama halus
dengan eksroriasi serta likenifikasi pada pedis dextra. Luka pada bagian bekas
garukan(+). Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien didiagnosis
Neurodermatitis..
Semua kelompok umur mulai dari anak-anak sampai dewasa dapat terkena
penyakit ini. Kelompok usia dewasa 30 – 50 tahun paling sering mengalami
keluhan neurodermatitis. Secara umum neurodermatitis dapat terjadi pada laki-
laki dan wanita, tetapi lebih sering dilaporkan terjadi pada wanita pada umur
pertengahan Individu. Neurodermatitis jarang terjadi pada anak-anak, karena
neurodermatitis merupakan penyakit yang bersifat kronis dan dipengaruhi oleh
keadaan emosi dan penyakit yang mendasarinya. Dilihat dari ras dan suku bangsa,
Asia terutama ras mongoloid lebih sering terkena penyakit ini kemungkinan
karena faktor protein yang dikonsumsinya berbeda dengan ras dan suku bangsa
lainnya.
Penyebab liken simpleks kronikus belum diketahui secara pasti. Namun
ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor
penyebab dari liken simpleks kronikus dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor Eksterna
a. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi
dalam menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang
tinggi memudahkan seseorang berkertingat sehingga dapat mencetuskan
gatal, hal ini biasanya menyebabkan liken simpleks kronikus pada
anogenital.
b. Gigitan serangga
Gigitan serangga dapat menyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang
mengakibatkan rasa gatal.
2. Faktor Interna
a. Dermatitis atopik

5
Asosiasi antara liken simpleks kronikus dan ganguan atopik telah banyak
dilaporkan, sekitar 26 % sampai 75 % pasien dengan dermatitis atopik
terkena liken simpleks kronikus.
b. Psikologis
Keluhan utama ialah gatal berulang. Pasien akan mengeluh gatal yang
hilang timbul terutama saat sore hari. Rasa gatal memang tidak terus
menerus, biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk
tidak digaruk. Penderita merasa enak bila digaruk; setelah luka, baru
hilang rasa gatalnya untuk sementara (karena diganti dengan rasa nyeri).
Lesi biasanya tunggal, pada awalnya berupa plak eritematosa, sedikit
edema, lambat laun edema dan eritema menghilang, bagian tengah
berskuama dan menebal, likenifikasi dan ekskoriasi; sekitarnya
hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Gambaran klinis
dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi akibat digaruk. Letak lesi
dapat timbul dimana saja, tetapi yang biasa ditemukan adalah di scalp,
tengkuk, samping leher, lengan bagian ekstensor, pubis, vulva, skrotum,
perianal, paha bagian medial, lutut, tungkai bawah lateral, pergelangan
kaki bagian depan, dan punggung kaki.
Gatal juga dapat bertambah pada saat pasien mengalami stress psikologis.
Pada pasien muda, keluhan gatal umumnya kurang dirasakan karena tidak begitu
mengganggu aktivitasnya, akan tetapi keluhan gatalnya sangat dirasakan seiring
bertambahnya usia dan faktor pemicu stressnya. Kelainan kulit yang terjadi bisa
berupa eritem, edema, papul, likenifikasi (bagian yang menebal), kering,
berskuama atau hiperpigmentasi. Ukuran lesi bervariasi, berbatas tidak tegas dan
bentuk umumnya tidak beraturan. Lesi pada setiap individu pasien berbeda. Tidak
ada penjelasan yang tegas mengenai berapa lama lesi pada neurodermatitis
terbentuk.
Lesi tergantung dari sering dan lamanya pasien mengalami keluhan gatal
dan menggaruknya. Dari pemeriksaan efloresensi, lesi tampak likenifikasi berupa
penebalan kulit dengan garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak
dengan ekskoriasi serta sedikit eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang

6
sudah lama, lesi akan tampak berskuama pada bagian tengahnya, terjadi
hiperpigmentasi (warna kulit yang digaruk berubah menjadi kehitaman) pada
bagian lesi yang gatal, bagian eritema dan edema akan menghilang, dan batas lesi
dengan bagian kulit normal semakin tidak jelas.
Diagnosis neurodermatitis ditegakkan berdasarkan anamnesa pasien
mengenai riwayat dan perjalanan penyakitnya dan gambaran lesi dari kulitnya
yang khas. Perlunya pemeriksaan lanjut digunakan untuk membedakan diagnosis
yang memiliki kesamaan dalam morfologi maupun efloresensinya. Dari
anamnesis, keluhan utama dari pasien biasanya ialah gatal-gatal pada kulit lokal
yang terjadi sudah lama. Bisa disertai dengan riwayat alergi ataupun riwayat
penyakit yang mendasarinya (diabetes mellitus) atau tidak. Dari pemeriksaan
efloresensi bisa terlihat gambaran likenifikasi berupa penebalan kulit dengan
garis-garis kulit yang semakin terlihat, terlihat plak dengan ekskoriasi serta sedikit
eritematosa (memerah) dan edema. Pada lesi yang sudah lama, lesi akan tampak
berskuama pada bagian tengahnya, terjadi hiperpigmentasi (warna kulit yang
digaruk berubah menjadi kehitaman) pada bagian lesi yang gatal, bagian eritema
dan edema akan menghilang.
Penjelasan mengenai munculnya pruritus yang disebabkan oleh allergen
atau penyakit dasar yang menyebabkan gatal hingga terjadinya neurodermatitis
merupakan terapi non medika mentosa terbaik untuk pasien guna mencegah
timbulnya keluhan gatal berulang. Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa
garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya, oleh karena itu harus dihindari.
Selain penjelasan diatas, mengurangi paparan terhadap allergen yang memicu
terjadinya pruritus juga berguna untuk mengurangi keadaan gatal berulang.
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan ialah dengan pemberian obat
sesuai gejala. Untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antipruritus dan
kortikosteroid topikal atau intralesi. Antipruritus dapat berupa antihistamin yang
mempunyai efek sedatif (contoh: hidroksizin, difenhidramin, prometazin) atau
tranquilizer. Dapat pula diberikan secara topikal krim doxepin 5% dalam jangka
pendek (maksimum 8 hari). Kortikosteroid yang dipakai biasanya berpotensi kuat,

7
Ada pula yang mengobati dengan UVB dan PUVA. Perlu dicari kemungkinan ada
penyakit yang mendasarinya, bila memang ada harus juga diobati.
Prognosis untuk neurodermatitis bervariasi, tergantung dari penyebab gatal
dan status psikologi dari pasien. Perbaikan pada neurodermtitis dapat sempurna
jika diperoleh dasar penyakit yang menyebabkan gatalnya dan mengobati penyakit
yang mendasari. Penyakit ini bersifat kronis dan setelah sembuh dengan
pengobatan biasanya residif.
Komplikasi dari neurodermatitis dapat terjadi bila tidak adanya control
dari kebiasaan menggaruk untuk keluhan gatalnya. Komplikasinya bisa berupa
perubahan warna pada kulit yang permanen, terdapatnya bekas luka akibat
garukan sampai terjadinya ulkus karena seringnya pasien menggaruk.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitzpatrick TB, Johnson RA. Wolff K, Polano MK, Suumons D. Color Atlas
and Synopsis of Clinical Dermatology: Common and Serious Disease. Section
15: Skin Signs of Immune, Autoimmune, and Rheumatic Diseases-systemic
Amyloidosis. New York: McGraw-Hill. Ed 3. Page 42-45.
2. Sularsito SA, Djuanda S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin .5 th.ed. Penerbit
FKUI, Jakarta 2015. p. 183-185.
3. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit 2 nded. Penerbit buku
kedokteran EGC, Jakarta,2013.p.135-7
4. Murtiastuti D, Ervianti E, Agusni I, et al. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin.
2nded. Airlanggga Universityy Press, Surabaya, 2010. p 117-8

Anda mungkin juga menyukai