Anda di halaman 1dari 3

REVIEW JURNAL

Judul Ketika Paradigma Positif Mendampingi Paradigma Non-


Positif Dalam Riset Akuntansi
Jurnal Jurnal Ekonomi dan Keuangan
Penulis Mohamad Suyunus
Tahun 2012

Tujuan Penelitian Untuk memahami pemikiran para periset akuntansi


kuantitatif (paradigma positif) atas kehadiran pendekatan
riset yang lain (paradigma non-positif).
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan memasuki kehidupan pemikiran
para informan secara mendalam dan melakukan
wawancara kepada informan.
Pengumpulan Data Dalam penilitian ini pengumpulan data dilakukan dengan
mencari informan yang berkaitan dengan penilitian ini.
Adapun jumlah informan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 13 Orang informan. Antara lain 7 Orang guru
besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah
Mada, 3 Orang guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya dan 3 Orang guru besar Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga.
Hasil Penilitian Di lapangan, peneliti ternyata lebih banyak menemui
informan yang berorientasi riset positivist daripada
berorientsi riset nonpositivist. Orientasi riset akuntansi
para informan di UGM memang di dominasi oleh
positivism. Tetapi ada dua informan menganut orientasi
positif dan non positif. Jika di tilik dari asal studi lanjut
mereka, rata-rata adalah lulusan dari perguruan tinggi di
AS. Sebagaimana yang diketahui, pendidikan di AS seperti
mengarahkan para mahasiswa akuntansinya ke orientasi
positivi.
Dalam tabel 4, Dua informan yang peneliti masukkan
dalam orientasi riset multiparadigma adalah sang innovator
RAM, ITY, dan muridnya, ZFN. Khusus untuk ITY
orientasi risetnya seperti sudah di atas paradigma yang
ditawarkan. Sementara itu ZFN, memang telah dengan
sadar memilih orientasi Positif. Dia menjadi cantrik di S-1,
S-2 dan S-3 di Universitas Brawijaya, sehingga pikiran
risetnya sudah multiparadigma. Sementara itu, MFS,
alumni dari Australia dan Inggris, sadar sekali akan
kehadiran pendekatan riset kualitatif, sebagaimana
seniornya. Namun posisinya sebagai dosen yang relatif
muda, lebih membawanya untuk mengikuti keyakinan dan
kebijakan institusi sehingga orientasi risetnya positif.
Dengan alasan academic life experience (ALE), maka
sebagian besar dari informan penelitian di UGM berada di
orientasi positif. Hal ini tentu berkaitan dengan
pengalaman mereka ketika studi lanjut, serta di mana
mereka melanjutkan studinya.
Semakin lama mereka studi, maka akan semakin matang
dan naik tingkat keahlian mereka (expertise) dalam
orientasi positif.
Para alumni dari universitas di AS, UGM, UI tentu akan
berada di orientasi ini.
Tiga orang informan, SWD, BRT dan JGH
mengungkapkannya secara eksplisit kepada peneliti
tentang pengalaman kehidupan akademik merekalah yang
membuat
mereka berada di orientasi positif.
Alasan ALE juga diakui oleh BSB dan STR dan hal ini
tidak mengherankan. Kedua nya dibesarkan di lingkungan
yang sudah
memilih orientasi positif-kuantitatif.
Para informan dari JAFEB UGM, UB, dan UA; semua
menerima kehadiran multiparadigma yang berseberangan
dengan paradigma positif dalam riset akuntansi. Namun
berdasarkan hasil wawancara, sebagian besar informan
memberi catatan.
Memilih untuk menerima RAM jika ada pilihan menolak
atau menerima hampir pasti berarti tidak menolak
kehadiran RAM, akan tetapi dengan memperhatikan
komentar mereka dan gesture masing-masing informan
dalam proses wawancara, bisa
muncul pendapat peneliti yang berbeda.
Kesimpulan Para periset akuntansi paradigma positif tidak menolak
kehadiran periset dengan paradigma non-positif. Akan
tetapi agar tetap bisa berdampingan dalam
mengembangkan riset akutantansi di Indonesia, para
periset dengan paradigma positif menyaran kan agar
periset akuntansi non-positif memperbaiki cara
risetnya(epistemologi) dengan mengikuti protokol atau
langkah-langkah riset non-positif yang benar.

Anda mungkin juga menyukai