Distribusi Maxwell-Boltzmann
Distribusi Maxwell-Boltzmann
PENDAHULUAN
dimana:
i adalah microstate (menunjukkan satu konfigurasi partikel dalam keadaankuantum -
lihat fungsi partisi).
Ei adalah tingkat energi dari microstate i.
T adalah temperatur kesetimbangan sistem.
gi adalah faktor degenerasi, atau jumlah dari microstates yang mengalamidegenerasi
yang memiliki tingkat energi yang sama
k adalah konstanta Boltzmann.
Ni adalah jumlah molekul pada suhu kesetimbangan T, dalam keadaan i yang
memiliki energi Ei dan degenerasi gi.
N adalah jumlah total molekul dalam sistem.
Ingat bahwa kadang-kadang persamaan di atas ditulis tanpa faktor degenerasi gi. Dalam
hal ini i akan menentukan keadaan masing-masing, bukan satu set keadaan gi yang memiliki
energi Ei yang sama. Karena vektor kecepatan dan kecepatan berkaitan dengan energi, maka
persamaan 1 dapat digunakan untuk menurunkan hubungan antara suhu dan kecepatan
molekul dalam gas. Penyebut dalam persamaan ini dikenal sebagai fungsi partisi kanonik.
2.2.1 Distribusi Kecepatan dan Energi KinetiK Partikel
Gas terdiri dari atom atau molekul. Atom-atom atau molekul tidak benar-benar
berinteraksi satu sama lain kecuali melalui tabrakan. Dalam gas nyata ada keseimbangan
distribusi kecepatan. Distribusi ini disebut Distribusi Maxwell-Boltzman yang bergantung
pada suhu, seperti yang ditunjukkan pada gambar. Nilai suhu menentukan kurva kecepatan
molekul.
Gambar 2.2. Kecepatan partikel bervariasi dengan suhu mutlak. Namun, distribusi memiliki profil yang
sama, distribusi didorong ke kiri dan ke atas sebagai penurunan suhu, dan didorong ke kanan dan ke bawah
dengan naiknya suhu
Hal diatas menunjukkan bahwa energi kinetik rata-rata sebuah atom atau molekul,
1/2mv2 , berbanding lurus dengan suhu mutlak T. Misalnya, untuk gas monoatomik seperti
neon, 1/2mv2 = 3/2 kT, dimana m adalah massa atom dan k adalah konstanta Boltzman.
Kuadrat kecepatan rata-rata meningkat dengan kenaikan suhu.
Distribusi Maxwell-Boltzman juga dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana
hidrogen dan helium dalam atmosfer bumi menghilang dan menunjukkan nitrogen dan
oksigen. Untuk gas molekul seperti oksigen dan nitrogen yang memiliki dua atom dalam
molekul (diatomik), maka terdapat hubungan 1/2mv2=5/2 kT. Akar kuadrat dari v2 yang
disebut kecepatan root mean square (Vrms) merupakan ukuran seberapa cepat atom atau
molekul bergerak. Vrms atom nitrogen lebih besar dari atom nitrogen karena massa molekul
nitrogen empat belas kali lipat dari hidrogen. Demikian pula kecepatan rata-root- square
helium lebih besar dibandingkan nitrogen karena massa sebuah molekul nitrogen adalah tujuh
kali atom helium. Nilai Vrms dari hidrogen, helium, nitrogen dan oksigen di atmosfer bumi
masing-masing 1,93 km/s, 1,37 km/s, 0,52 km/s, dan 0,48 km/s
Dimana:
Ni adalah jumlah partikel dalam keadaan i
εi adalah harga kuantum energi (tingkat energi) keadaan ke-i
gi adalah degenerasi tingkat energi i, jumlah keadaan partikel (tidak termasuk partikel
bebas) dengan energi εi
µ adalah potensial kimia
k adalah konstanta Boltzmann
T adalah temperatur absolut
N adalah total jumlah partikel
Z adalah Fungsi partisi
Selain itu fungsi distribusi juga dinyatakan sebagai:
Dimana indeks i menentukan keadaan tertentu dari himpunan dari semua keadaan
energi εi.
Statistik Maxwell-Boltzman sering digambarkan sebagai statistik partikel klasik
“terbedakan”. Dengan kata lain konfigurasi partikel A dalam keadaan 1 dan partikel B dalam
keadaan 2 berbeda dengan kasus dimana partikel B dalam keadaan 1 dan partikel A dalam
keadaan 2. Statistik Maxwell-Boltzmann sangat berguna untuk mempelajari gas.
Setiap vektor yang bersesuaian dengan satu molekul dan direpresentasikan oleh anak panah
dapat diwakili oleh ujung vektor berupa titik. Titik-titik ini akan membetuk sebuah ruang
yang kita sebut sebagai ruang kecepatan (velocity space). Ruang repsentasi kecepatan adalah
ruang tiga dimensi Kartesian dengan 𝑣𝑥, 𝑣𝑦, 𝑣𝑧 .
Pada ruang kecepatan, ada kemungkinan dua buah vektor berimpit. Keadaan ini
bersesuaian dengan keadaan bahwa dua molekul memilki kecapatan yang persis sama,
kendati posisinya berbeda. Dalam ruang fase, tidak mungkin ada dua titik representasi
berimpit sebab posisi setiap molekul unik. Suatu elemen volume dV dalam ruang fase
diasumsikan mengandung banyak sekali titik representasi. Elemen-elemen volume
selanjutnya dipandang sebagai bilik kemudian diberi nomor. Kita dapat mendefinisikan
densitas pada masing-masing elemen volume ini.
Densitas ini akan merupakan fungsi dari 3 peubah ruang dan 3 peubah kecepatan; dan perlu
dirumuskan bentuk eksplisinya.
Selanjutnya, kita akan merumuskan entropi yang secara mekanika statistik didefinsikan
sebagai:
2.5
Jika kotak-i memiliki "degenerasi" dari gi, yaitu memiliki sub kotak gi, sehingga cara
apapun untuk mengisi kotak-i dalam jumlah sub kotak diubah dengan cara mengisi kotak
yang berbeda, maka jumlah cara untuk mengisi kotak-i harus ditingkatkan dengan banyak
cara mendistribusikan objek Ni dalam kotak gi. Banyaknya cara menempatkan objek Ni
dibedakan dalam kotak gi adalah giNi . Jadi banyaknya cara (W) atom N dapat diatur tingkat
ke-i memiliki atom Ni adalah:
Untuk menemukan Ni dengan W maksimal, jumlah partikel dan energi haruslah tetap.W
Maximum dan ln (W) dicapai oleh nilai Ni yang sama dengan menggunakan pengali
Lagrange maka:
dengan λ panjang gelombang yang dikur pengamat, λo adalah panjang gelombang yang dikur
jika sumber gelombang diam terhadap pengamat, dan c adalah kecepatan cahaya. Kita
definisikan tanda kecepatan yaitu vx > 0 jika sumber mendekati pengamat dan vx < 0 jika
sumber menjauhi pengamat. Dalam astronomi, efek Dopler digunakan untuk mengukur
kecepatan binag-bintang. Berdasarkan pergeseran panjang gelombang yang dipancarkan
bintang-bintang tersebut maka kecepatan relatif bintang terhadap bumi dapat diprediksi.
Mari kita perhatikan sebuah atom yang memiliki dua tingkat energi. Atom tersebut
memancarkan spektrum gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu,
sebut saja λo , akibat transisi elektron antar tingkat energi atom tersebut. Jika atom dalam
keadaan diam maka panjang gelombang yang kita ukur adalah λo, persis sama dengan
panjang gelombang yang dipancarkan atom. Tetapi jika atom mendekati pengamat dengan
laju vx maka panjang gelombang yang dikur pengamat adalah λ = λo(1 – vx/c ). Dan
sebaliknya, jika atom menjauhi pengamat dengan laju vx maka panjang gelombang yang
dikur pengamat adalah λ = λo(1 + vx/c ). Sebagai ilustrasi, lihat Gbr. 2.4.a. Jika ada sejumlah
atom yang diam maka gelombang yang diukur pengamat merupakan jumlah gelombang yang
dipancarkan oleh semua atom. Panjang gelombang yang diterima dari semua atom sama,
yaitu λo . Yang dideteksi oleh pengamat hanyalah gelombang dengan panjang λo tetapi
memiliki intensitas tinggi. Akan tetapi jika atom yang memancarkan gelombang bergerak
secara acak maka komponen kecepatan ke arah pengamat, yaitu vx juga acak. Akibatnya
panjang gelombang yang diukur pengamat yang berasal dari satu atom berbeda dengan yang
diukur dari atom lainnya. Pengamat akan mengukur gelombang yang memiliki panjang yang
bervariasi dalam jangkauan tertentu. Ini berakibat pada pelebaran garis spektrum yang
diamati.
Gambar 2.4.a Pengamat menangkap panjang gelombang yang berbeda-beda bergantung pada gerak
relative antara atom terhadap pengamat
Selanjutnya kita akan menentukan distribusi intensitas spektrum pada berbagai panjang
gelombang. Kecepatan atom gas pemancar spectrum memenuhi fungsi distribusi
MaxwellBoltzmann karena merupakan partikel klasik. Jumlah atom gas yang memiliki
komponen kecepatan antara vx sampai vx+dvx adalah :
Untuk mendapatkan fungsi intensitas maka kita harus mentrasformasi variable kecepatan
vx ke dalam variable panjang gelombang λ dengan menggunakan persamaan Doppler.
Apabila transformasi tersebut dilakukan maka n(vx)dvx menjadi sebanding dengan I(λ)d λ
yang menyatakan intensitas gelombang yang memiliki panjang antara λ sampai λ+dλ. Dengan
demikian kita peroleh:
Dengan I(λ0) adalah intensitas ketika λ = λ0 . I (λ0) tidak bergantung pada panjang
gelombang tetapi bergantung pada besaran lain seperti suhu gas dan massa atom gas.
2.6.2 Menentukan Kecepatan Molekular
Laju rata-rata sebuah molekul dalam suatu sistem gas ideal bersuhu T adalah sebagai
berikut:
Dalam konteks Teori Kinetik Molekular Gas, gas berisi sejumlah besar partikel dalam gerak
cepat. Setiap partikel memiliki kecepatan yang berbeda, dan setiap tumbukan antara partikel
perubahan kecepatan dari partikel. Pemahaman tentang sifat gas membutuhkan pemahaman
tentang distribusi kecepatan partikel. Dalam distribusi Maxwell-Boltzmann molekul-molekul
dalam gas ideal dapat dibedakan dan setiap keadaan dapat diisi lebih dari satu molekul.
Statistik Maxwell-Boltzmann:
Dari gambar diatas dapat dilihat jika kompor gas sedang dihidupkan maka partikel di
dalam tabung gas bergerak lebih cepat dari pada saat kompor gas dimatikan. Hal ini dapat
diketahui bahwa kuadrat kecepatan partikel didalam tabung gas berbanding dengan suhu
partikel gas.
2.6.4 Fenomena Ledakan Tabung Gas
Beberapa waktu lalu banyak terjadi ledakan yang disebabkan kompor gas baik karena
bocor maupun sebab yang lainnya, dalam sebuah berita di kompasiana secara online
dijelaskan beberapa penyebab terjadinya ledakan kompor gas. Ada 3 sebab mengapa kompor
gas bisa meledak, yang pertama karena faktor alat yang memang sudah tidak sesuai standar
atau alatnya sudah Aus, untuk itu penting kiranya memperhatikan umur alat, meskipun alat
tersebut standar tapi kalau sudah melewati batas waktu pemakaiannya maka bisa berbahaya
juga. Taruhlah selang, meskipun SNI tapi kalau tidak pernah diganti dan dirawat maka bisa
bahaya juga. Sebagai gambaran, untuk pemakaian selang hasil pembagian dari konversi, itu
jangka waktu penggunaannya paling lama 2 tahun, atau bisa juga 1 tahun tergantung
intensitas pemakaiannya. Faktor yang ke-dua karena adanya unsur kesalahan dalam
penggunaannya, ini bisa diatasi dengan melakukan sosialisasi bagaimana menggunakan
kompor dengan benar.
Untuk kompor hasil konversi waktu itu kita sudah sertakan manual Book penggunaan,
serta ada kelompok-kelompok masyarakat yang turun kelapangan untuk mensosialisasikan
pemakaian kompor yang benar. Faktor yang ketiga adalah masalah kriminal dan justru inilah
yang memakan korban paling banyak. Modusnya itu isi tabung 3 kg disuntik ketabung 12 kg,
dan itu dilakukan di gudang dimana terdapat banyak tumpukan Elpiji. Dalam banyak kasus
ledakan terjadi pada saat menghidupkan kompor gas, artinya pada kompor gas tersebut terjadi
perubahan suhu pada tabung gas, sehingga kecepatannya pun berubah. Jika terjadi kesalahan
pada selang atau kebocoran tabung maka kecepatan partikel gas menumbuk dinding tabung
dalam tabung gas akan semakin cepat sehingga atom-atom gas dalam tabung akan
mendorong tutup tabung agar terbuka atau memecahkan dinding tabung yang akhirnya
menimbulkan suara ledakan.
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
Keadaan mikro maupun makroskopis dari fenomena termodinamika dapat dijelaskan dan
peluang kejadian tersebut dapat diperhitungkan. Distribusi Maxwell-Boltzmann
menggambarkan kecepatan partikel dalam gas, di mana partikel tidak terus-menerus
berinteraksi satu sama lain, tetapi bergerak bebas antara tabrakan pendek. Ini
menggambarkan kemungkinan kecepatan partikel (besarnya vektor kecepatannya) yang dekat
dengan nilai yang diberikan sebagai fungsi dari suhu dari sistem, massa partikel, dan bahwa
nilai kecepatan. Distribusi probabilitas ini dikemukakan pertama kali oleh James Clerk
Maxwell dan Ludwig Boltzmann.
Aplikasi Distribusi Maxwell-Boltzman dapat diterapkan pada tabung gas untuk
keperluan sehari-hari. Pada saat menyalakan kompor gas, yang berarti menaikkan suhu pada
tabung gas, sehingga molekul gas di dalam tabung gas bergerak lebih cepat dari pada pada
saat kompor gas dimatikan. Untuk itulah pengguna kompor gas disarankan untuk berhati-hati
menyalakan kompor gas dan selalu memeriksa jika terdapat kebocoran pada tabung gas.
DAFTAR PUSTAKA
Aminuddin Bama, Akhmad. Jurnalfisika FMIPA: Statistik Sistem Zarah; dari klasik hingga
eksotik. Universitas Sriwijaya: 2009.
Anonim. Aplikasi Statistik Maxwell-Boltzman, distribusi Kecepatan. 2010.
Anonym. 3 faktor penyebab ledakan tabung gas. 2010
Raharjo, Purwadi. Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-boltzmann. 2010.