Anda di halaman 1dari 23

Materi Krida Tibmas (Ketertiban Masyarakat)

PENGETAHUAN TIBMAS
Siskamling adalah suatu cara pengendalian keamanan yang berada di lingkungan pedesaan
atau perkotaan yang bertujuan untuk mengendalikan gangguan-gangauan Kamtibmas yang
berasal dari oknum manusia maupun dari alam. Dasar-dasar :
 UUD 1945 Pasal 30 ayat 1
 UU no. 02 Th.2002 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kepolisian RI.
 TAP MPR no. TAP/MPR/II/1983 →GBHN
 Instruksi Gubernur no. 300 Th. 1983
 Instruksi Camat Batang no. 300 / 434
10 kemampuan yang diberikan POLRI untuk petugas siskamling:
1. Dapat membunyikan tanda bahaya
2. Mampu melaksanakan tugas Patroli atau ronda
3. Mampu menanggulangi bahaya kebakaran
4. Memberikan pengamanan
5. Memberikan pertolongan dan menyelamatkan korban
6. Mendatangi, menjaga, membatasi, mengamankan TKP (TPTKP)
7. Melaporkan dan bertanggung jawab terhadap suatu kejadian
8. Menangkap orang yang melakukan kejahatan / tertangkap basah
9. Mengisi buku mutasi kejadian / jurnal
10. Mampu memelihara tempat siskamling
Manfaat siskamling :
 Dapat memberikan rasa aman
 Memberikan rasa perlindungan
 Menjalin atau memupuk rasa ke gotong-royongan

1
 Mencegah gangguan Kamtibmas
 Wujud Manunggal ABRI dan rakyat
 Memupuk rasa percaya diri
 Memupuk rasa kekeluargaan
Alat-alat pengenal siskamling :

 Kentongan
 Senter / oncor/ alat penerangan
 Ember / karung goni / kadut / pasir
 Tambang
 Ban lengan kampling
 Borgol
 Pentungan
 Jas hujan / mantel / paying
Tujuan dibentuk siskamling :
1. Untuk mengamankan lingkungan, meliputi pengamanan masyarakat dan pengamanan
Negara.
2. Untuk mencegah hal-hal atau tindakan yang menyangkut criminal.
Bimastral dalah suatu kemampuan untuk menguasai wilayah sekitar tempat tinggal kita
dengan cara mendatakan, mengidentifikasin memahami seluruh aspek kehidupan yang ada.
Jarak Penguasaan Bimastral :
 Wilayah perkotaan 50 m
 Wilayah pedesaan 100 m
TIPIRING ( TINDAK PIDANA RINGAN )
Tipiring adalah suatu tindak pidana/pelanggaran hukum yang diancam hukuman maximal
Kurungan penjara 3,5 bulan Denda Rp. 7500 (ukuran tahun 1948) sekitar Rp. 500.000

Macam-macam Triping :
1. Mabuk di tempat umum
2. Mengamen
3. Menggelandang
4. Membuat keributan di sidang pengadilan
5. Membuat keributan ditempat orang yang sedang melakukan peribadatan
6. Wanita tuna susila dan gigolo
7. Menaruh pasir di pinggir jalan umum
8. Penghinaan ringan
9. Pencirian ringan
10. Penganiayaan ringan
11. Penipuan ringan
2
12. Penggelapan ringan

Sistem Keamanan Lingkungan Pemukiman


Lingkungan Pemukiman adalah kawasan dimana sekelompok atau golongan warga
masyarakat menetapkan dan atau betempat tinggal.
Tujuan Penyelengaraan pengamanan lingkungan pemukiman adalah tercapainya kondisi
lingkungan pemukiman yang sehat dan kemantapan ketahanan lingkungan pemukiman
dibidang Kamtibmas yang ditandai ciri-ciri:
1. Norma agama, hukum dan adat dihayati serta ditaati dan diamalkan dengan baik oleh
masyarakat.
2. Adanya mentalitas masyarakat yang mampu menjadi daya tangkai terhadap setiap
ancaman, gangguan dan hambatan terhadap keamanan dan ketertiban masyarakat.
3. Kepekaan masyarakat terhadap masalah-masalah Kamtibmas yang terjadi lingkungan
disertai response profesional sesuai norma-norma yang berlaku.
4. Masyarakat dapat menikmati rasa bebas dari gangguan maupun ancaman, rasa
dilindungi dan rasa ketentraman lahiriah dan batiniah sehingga masyarakat dapat
melaksanaan segala kegiatan usahanya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
(Tata Tentram Karta Raharja).
5. Masyarakat dapat berperan aktif sesuai peran dan fungsinya masing-masing dalam
mengimplementasikan sistem Kamtibmas swakarsa dilingkungannya yang mencakup
Informasi maupun peng-Identifiksiksian masalah-masalah Kamtibmas yang terjadi
dilingkungannya dan upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menyelesaikan
melalui forum kemitraan Polisi Masyarakat (Siskommas) maupun kegiatan-kegiatan
sistem keamanan Lingkungan (Siskamling).
Oleh sebab itu, dengan maraknya aksi kejahatan dan teror bom di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia, diharapkan peran serta masyarakat dalam menjaga situasi keamanan dan
ketertiban agar tetap kondusif yang dimulai dari keamanan lingkungan pemukiman masing-
masing.
Cara Pengamanan Lingkungan Pemukiman secara fisik
1) Cara pengamanan lingkungan pemukimanfisik dimulai dengan pengamanan diri pribadi,
pengamanan keluarga/rumah tangga dan pengamanan lingkungan Pemukiman.
2) Cara pengamanan diri pribadi secara pribadi fisik
a. Kewaspadaan diwaktu meninggalkan rumah (tidak membawa barang-barang
berharga parkir kendaraan pada tempatnya dan sebagainya).
b. Kewaspadaan menerima tamu yang tidak dikenal
c. Kewaspadaan terhadap penggunaan alat-alat masak, listrik/api atau bahan bakar
lainnya.
3) Cara pengamanan keluarga/rumah tinggal
a. Kewaspadaan seperti diuraikan diatas
b. Pemasangan lampu penerangan yang cukup

3
c. Pemasangan pagar secara baik dan tepat (kokoh, kuat, dan tidak
menutup pandangan dari luar (dalam rumah).

d. Pemasangan kunci-kunci
e. Bila mau meninggalkan rumah dalam keadaan kosong, lebih baik dititipkan kepada
keluarga/tetangga terdekat yang dapat dipercaya atau kepada pihak keamanan.
f. Memelihara anjing penjaga
g. Dan sebagainya.
Cara pengamanan fisik Lingkungan Pemukiman
Keberhasilan pengamanan fisik Lingkungan Pemukiman dipengaruhi oleh kepekaan dan rasa
gotong royong (kebersaman) antar sesama warga masyarakat.
MENCIPTAKAN SEKOLAH YANG AMAN DAN NYAMAN
1. Pendahuluan
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar siswa
dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja yang terbaik.
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin adalah sekolah yang warga sekolahnya bebas
dari rasa takut, kondusif untuk belajar dan hubungan antar warga sekolahnya positif.
Sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin menyediakan lingkungan fisik (gedung, kelas,
halaman) sekolah yang bersih dan aman.
Selain aspek keamanan fisik, kenyamanan atau disebut iklim sekolah, yaitu menyangkut
atmosfir, perasaan, lingkungan keseluruhan secara sosial dan emosional sekolah juga
harus diciptakan secara positif. Faktor yang mempengaruhi kenyamanan atau iklim
sekolah ini adalah hubungan atau keterikatan antar warga sekolah, interaksi antar warga
sekolah, rasa saling mempercayai dan saling menghargai antar warga sekolah. Bila
keadaan faktor-faktor tersebut tinggi maka semakin positif iklim sekolah tersebut.
Keamanan, kenyamanan dan kedisiplinan suatu sekolah ditentukan oleh nilai-nilai dan
sikap warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, komite sekolah.
Pada sekolah yang aman, warga sekolah mempunyai komitmen yang mendalam dalam
menciptakan dan menjaga sekolah. Insiden intimidasi, kekerasan diselesaikan dengan
cepat, efektif dan pemulihan hubungan antar warga sekolah cepat dipulihkan.
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin akan tercapai bila semua warga sekolah:
a. mengembangkan budaya sekolah yang positif dan fokusnya adalah pada
pencegahan
b. membangun komunitas sekolah dengan cara saling menghargai, adil, menerapkan
azas persamaan dan inklusi.
c. mengatur dan mengkomunikasikan secara konsisten prilaku yang diharapkan.

4
d. mengajar, memberi contoh dan mendorong prilaku sosial yang bertanggung jawab
yang memberi kontribusi terhadap komunitas sekolah
e. memecahkan masalah secara damai menghargai perbedaan dan mengedepankan
hak asasi manusia.
f. bertanggung jawab, dan bermitra dengan masyarakat, untuk memecahkan masalah
keamanan yang penting.
g. Berkerjasama untuk memahami bersama isu-isu tentang kekerasan terhadap siswa
yang lebih lemah, hukuman fisik, rasisme, ketidakadilan gender, dan berbagai
ketakutan lainnya.
h. Merespon secara konsisten dan adil terhadap berbagai insiden dan menggunakan
intervensi untuk memperbaiki kerusakan fisik maupun psikis dan memperkuat
hubungan dan mengembalikan rasa percaya diri.
i. berpartisipasi dalam pengembangan kebijakan, prosedur, praktek-praktek yang
mempromosikan keamanan sekolah.
j. memonitor dan mengevaluasi lingkungan sekolah untuk bukti dan peningkatan
keamanan sekolah.
k. memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap prestasi sekolah yang
pencapaian sekolah yang aman, damai dan teratur sambil menyebutkan hal-hal yang
masih perlu untuk ditingkatkan.
2. Mengapa perlu sekolah yang aman, nyaman dan disiplin
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin ini perlu diciptakan, agar anak dapat belajar
tidak hanya keterampilan akademik akan tetapi juga melatih siswa untuk mencapai hal-
hal non-akademik yang juga sangat penting bagi kehidupan, yaitu:
a. Mencegah kekerasan di sekolah
Melatih siswa mengenai bagaimana cara memecahkan masalah dengan cara tidak
melakukan kekerasan merupakan langkah awal untuk membangun masyarakat yang
mencintai perdamaian.
b. Mengembangkan keterampilan intelegensi emosional siswa.
Keterampilan ini sangat penting sekali dimiliki oleh siswa karena sangat
mempengaruhi kesuksesan hidup siswa di masa datang. Apabila siswa mempunyai
kemampuan akademik yang tinggi tetapi mempunyai intelegensi emosi yang rendah
maka hal tersebut tidak akan berguna. Intelegensi emosi atau keterampilan
intrapersonal dan interpersonal ini meliputi keterampilan:
1) mengembangkan empati
2) bekerja sama
3) membangun konsensus
4) sensitif terhadap perasaan teman
5) mengontrol impulsif dan rasa marah
6) menenangkan diri
7) mengembangkan sikap positif
Intelegensi emosi yang rendah akan menyebabkan:
8) putus sekolah
5
9) agresif
10) penggunaan obat terlarang
11) ketidakteraturan hidup
12) kehamilan muda
13) kesehatan rendah
14) kekerasan dan kriminalitas
15) mengalami masalah dalam pekerjaan
c. Menguatkan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan:
1) keterampilan mendengarkan dan berkomunikasi
2) kemampuan menyesuaikan diri
3) berfikir kreatif
4) memecahkan masalah
5) menetapkan tujuan
6) mengelola waktu
7) keterampilan mengembangkan kualitas pribadi: mengatur waktu, jujur,
bertanggung jawab, bersosialisasi.
3 Ciri-ciri sekolah yang aman, nyaman dan disiplin
Sekolah yang aman, nyaman dan disiplin mempunyai karakteristik sebagai berikut.
a. Lingkungan fisik sekolah aman dan nyaman (gedung sekolah, kelas, laboratorium,
peralatan, halaman)
b. Warga sekolah saling mendukung dan menghargai.
c. Semua warga menerapkan disiplin yang efektif
d. Sekolah memberikan pembelajaran terbaik.
e. Warga sekolah mengembangkan sikap persamaan, keadilan, dan saling pengertian
f. Perilaku dan sikap yang diharapkan sekolah diajarkan.
g. Strategi pengelolaan prilaku yang menyimpang sifatnya supportif terhadap siswa
h. Adanya program penyembuhan/terapi
i. Adanya pemodelan/ contoh prilaku dan sikap yang diharapkan dari semua staf
sekolah
j. Adanya hubungan yang baik antara sekolah dan orang tua, komite sekolah dan
masyarakat.
4. Cara mewujudkan sekolah yang aman, nyaman dan disiplin
4.1. Meningkatkan keamanan lingkungan fisik sekolah
Untuk mewujudkan sekolah yang aman perlu dilakukan beberapa langkah. Pertama
sekolah harus membentuk komite yang terdiri dari berbagai stakeholders, yaitu
masyarakat sekitar sekolah, orang tua, guru, kepala sekolah komite sekolah dan siswa.
Dengan melibatkan semua fihak diharapkan komite dapat memperjatam pemahaman
dan kesepakatan tentang apa yang perlu dilakukan. Melibatkan keahlian yang terdapat
di masyarakat, seperti anggota kepolisian atau ABRI sangatlah penting. Keterlibatan
orang tua juga sangat penting agar hal-hal yang menjadi keprihatinan siswa dapat
didengar dan diselesaikan. Selain itu stakeholders yang lain perlu dilibatkan agar dapat

6
didengar bagaimana pengalaman mereka sehubungan dengan mewujudkan sekolah
yang aman.
Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai keadaan
sekolah saat ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal ini, komite
dapat memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan sekolah dalam hal
keamanan. Berdasarkan hal ini rencana untuk mewujudkan sekolah yang aman.
Untuk meningkatkan keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada bangunan fisik
sekolah, tata letak dan kebijakan dan prosedur yang ada untuk melaksanakan kegiatan
sehari-hari dan menyelesaikan masalah yang mungkin timbul. Bangunan sekolah, kelas,
ruang lab, kantor, perpustakaan, lapangan olah raga dan halaman sekolah harus
direview. Selain itu, berbagai kebijakan dan prosedur juga akses masuk sekolah harus
dinilai kembali. Penggunaan teknologi untuk mencegah orang masuk penyusup masuk
dari luar seperti alarm, pagar, teralis harus dipertimbangkan. Pencegahan ini harus
distandarkan oleh sekolah dan standar-standar lain untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan harus dibuat seperti membawa benda-benda tajam atau benda-benda lain
yang berbahaya. Jalur komunikasi dan prosedur yang harus diikuti bila terjadi kejadian
pencurian atau pelanggaran lainnya harus dibuat.
Berikut adalah contoh pertanyaan yang dapat digunakan dalam needs assessment untuk
menilai sejauhmana keamanan sekolah anda.
1. Apakah lingkungan fisik sekolah aman bagi siswa?
2. Apakah ada aturan, kebijakan, prosedur untuk menjaga keamanan sekolah dan
apakah semuanya diterapkan? Misalnya adanya buku tamu, akses satu pintu, warga
sekolah memakai kartu identifikasi, pengaturan lalu-lintas di depan sekolah,
prosedur pengantaran dan penjemputan, dll.
3. Apakah ada penyusup/orang yang tidak berkepentingan datang ke sekolah?
4. Apakah ada pencurian atau perusakan di sekolah?
5. Apakah ada senjata tajam atau benda-benda berbahaya lain yang dibawa ke
sekolah?
Jawaban terhadap pertanyaan di atas dan frekuensi masalah yang muncul dapat
dijadikan dasar untuk menentukan seberapa aman lingkungan fisik sekolah kita,
tindakan yang diperlukan untuk merespon aspek-aspek yang belum memenuhi syarat.
4. 2 Meningkatkan disiplin siswa
Isu yang dihadapi sekolah dalam menciptakan iklim sekolah yang sosial dan emosional
baik adalah masalah kedisiplinan siswa. Apakah itu disiplin? Disiplin adalah
pengembangan mekanisme internal diri siswa sehingga siswa dapat mengatur dirinya
sendiri (Blandford, 1998).
Kebutuhan siswa menurut Blandford (1998) adalah sebagai berikut.
Kebutuhan dasar Apa yang diharapkan siswa/ Apa yang harus diberikan sekolah
1. Rasa aman Lingkungan yang aman dan nyaman
2. Rasa memiliki Perhatian dari guru dan teman
7
3. Penerimaan, Perhatian, Penghargaan, Pengakuan dan Kasih sayang
4. Harapan Memastikan kemajuan belajar, membantu meningkatkan prestasi
5. Kehormatan Perlakukan siswa sebagai anggota kelas/sekolah yang kompeten dan
berharga.
Arahkan, tugaskan siswa untuk melakukan tugas yang penting dan jagalah
kesepakatan.
6. Kesenangan Berikan kegiatan yang menyenangkan.
Berikan kesempatan untuk belajar kelompok. Rasa humor
7. Kompetensi Hubungkan pengetahuan dengan situasi sehari-hari
Berilah kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya.

Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka terjadilah berbagai penyimpangan


prilaku atau masalah disiplin. Masalah disiplin di kelas atau sekolah antara lain:
- Makan di kelas
- Membuat suara gaduh
- Berbicara saat bukan gilirannya
- Lamban
- Kurang tepat waktu
- Mengganggu siswa
- Agresif
- Tidak rapi
- Melakukan ejekan
- Lupa
- Tidak memperhatikan
- Membaca materi lain
- Melakukan hal lain.
Sayangnya disiplin di sekolah sering didefinisikan dengan prosedur yang terfokus pada
konsekuensi pemberian hukuman. Perspektif disiplin secara tradisional ini kurang
sempurna sebab tidak memperhatikan perkembangan dan tidak mendukung prilaku
pro-sosial yang ditunjukkan siswa. Riset menunjukkan bahwa memberikan hukuman
saja tidak cukup untuk menekan prilaku menyimpang dan mengembangkan prilaku pro-
sosial siswa. Dengan demikian definisi disiplin menurut paradigma baru adalah langkah-
langkah atau upaya yang perlu guru, kepala sekolah orang tua dan siswa ikuti untuk
mengembangkan keberhasilan prilaku siswa secara akademik maupun sosial. Jadi
disiplin dianggap sebagai alat untuk untuk menuju keberhasilan untuk semua guru, dan
semua siswa di berbagai situasi.
Sekolah tidak lagi menggunakan pengelolaan penanganan prilaku secara individu dan
terpisah-pisah tetapi menggunakan pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh yang
meliputi penanganan prilaku yang terjadi baik di kelas, halaman, kantin, kamar kecil dan
lain-lain.

8
Sekolah yang sudah berhasil menggunakan pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh
melakukan langkah-langkah berikut.
1. Prilaku yang diharapkan didefinisikan dengan jelas. Prilaku yang diharapkan
dirumuskan dengan jelas, positif dan tepat. Contoh di kelas: Hormati siswa lain,
Bertanggung jawablah, jagalah alat tulis, gunakan semestinya dan lain-lain.
2. Prilaku yang diharapkan diajarkan. Prilaku yang diharapkan diajarkan dalam konteks
yang sesungguhnya. Misalnya menghormati siswa lain berarti mengacungkan tangan
bila ingin bicara di kelas, mendengarkan dan melihat teman yang sedang berbicara.
3. Prilaku yang sudah sesuai dengan harapan dihargai secara teratur. Misalnya melalui
sistem tiket atau sistem medali dan dipresentasikan pada waktu even sosial atau
upacara bendera.
4. Prilaku yang menyimpang dikoreksi secara proaktif. Prosedur yang jelas untuk
memberitahu bahwa prilaku tersebut tidak diharapkan dan langkah-langkah
pencegehan ke depan.
5. Pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh ini dibuat bersama oleh tim diuji coba,
disosialisasikan dan dimonitor keberhasilannya, dan dimodifikasi secara berkala.
6. Pendekatan sistem disiplin yang menyeluruh harus didukung secara aktif oleh semua
warga sekolah.
Berikut ini adalah ringkasan bagaimana mengelola penyimpangan prilaku untuk menegakkan
kedisiplinan.
Mencegah Prilaku Menyimpang
A. Meningkatkan Kualitas Sekolah.
1. Sesuaikan pembelajaran dengan siswa (contoh mengakomodasi berbagai motivasi
siswa yang berbeda dan perkembangan siswa yang berbeda)
2. Berikan status tertentu bagi siswa yang kurang populer (peran khusus sebagai
asisten atau totur sebaya).
3. Identifikasi dan remedi kekurangan secara awal.

B. Tindak lanjuti semua penyimpangan prilaku dan penyebabnya.


1. Identifikasi motivasi siswa yang melakukan prilaku menyimpang.
2. Untuk prilaku menyimpang yang tidak disengaja, berilah penguatan cara mengelola/
menguasai diri (contoh keterampilan sosial, cara memecahkan masalah).
3. Bila prilaku menyimpang ini, Cara mengelola berbagai penyimpangan
prilaku/kedisiplinan.
- Tindakan Pencegahan
A. Intervensi
Bila terjadi prilaku menyimpang maka prilaku menyimpang itu harus
dikoreksi dengan cara sekecil mungkin intervensi. Tujuan utama adalah
menangani prilaku menyimpang seefektif mungkin untuk menghindari
gangguan sehingga pembelajaran dapat berlangsung lancar. (Slavin, 2000)

9
Strategi menangani disiplin
Langkah 1: Membantu situasi
- hilangkan objek yang mengganggu
- berikan bantuan tentang kegiatan rutinitas sekolah.
- Beri penguatan terhadap prilaku yang sesuai
- Dukunglah minat siswa.
- Berikan petunjuk
- Bantu siswa mengatasi gangguan
- Arahkan prilaku siswa
- Ubahlah pembelajaran
- Gunakan hukuman non-fisik
- Ubahlah suasana kelas.
Langkah 2: Respon lunak
- Abaikan prilaku Panggil siswa ketika pembelajaran berlangsung.
- Gunakan tanda non-verbal Gunakan humor
- Berdiri dekat siswa Gunakan kalimat positif
- Peganglah siswa tersebut Ingatkan siswa tentang kesepakatan
- Beri siswa pilihan kegiatan
- Beritahukan prilaku salah yang telah diperbuat.
Langkah 3: Respons menengah
- Hilangkan hak siswa
- Ubahlah tempat duduk
- Mintalah siswa untuk merefleksi masalah yang dihadapi.
- Berilah siswa istirahat
- Mintalah siswa untuk pulang lebih lambat
- Kontak oranng tuanya
- Mintalah siswa untuk menemui kepala sekolah.
Disiplin positif
1. Perhatikan siswa dengan menyeluruh, kontak mata dan sapaan.
2. Tanya siswa apa yang paling mereka sukai di sekolah dan bagaimana kelas yang
diinginkan.
3. Galilah prilaku yang menyimpang dan hal-hal yang menyebabkannya.
4. Carilah kesepakatan di kelas.
Galilah kesepakatan bagaimana guru harus mengintervensi bila siswa melanggar
kesepakatan. (Charles, 2002: 106-107)
4.3. Menghilangkan hukuman fisik dan merendahkan oleh guru terhadap siswa
Banyak siswa di berbagai negara, termasuk di Indonesia, menderita karena dihukum secara
fisik dan dihukum secara direndahkan oleh guru di sekolah.
Lebih dari 20 negara di dunia ini telah menerbitkan undang-undang atau peraturan yang
melarang hukuman fisik kepada siswa di sekolah. Gerakan mendunia untuk mengubah budaya
10
menghukum secara fisik ini telah mencapai momentum yang baik. Hal ini disebabkan oleh
pemahaman bahwa anak mempunyai hak asasi dan juga berdasarkan bukti-bukti medis dan
psikologis tentang efek negatif akibat dari hukuman fisik dan bukti ketidakefektifan hukuman
fisik sebagai metode pendisiplinan.
Hukuman fisik ini melanggar hak asasi anak dalam hal integritas fisik dan kehormatannya
sebagai manuasia seperti dicanangkan dalam Konvensi PBB tentang hak-hak anak. Dengan
demikian, semua negara diharapkan dapat memberikan jaminan terlaksananya hak anak yaitu
hidup bebas dari kekerasan termasuk hukuman fisik dan psikhologis di sekolah maupun di
rumah.
Definisi Hukuman Fisik
Hukuman fisik adalah hukuman yang melibatkan pemukulan dengan tangan atau objek lain
seperti tongkat, penggaris, ikat pinggang, cambuk, sepatu; menendang, melempar, mencubit,
menjambak, menyuruh siswa untuk berdiri pada posisi yang tidak menyenangkan, atau
menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan fisik yang berlebihan, menakuti siswa.
Selain itu hukuman fisik terdapat pula hukuman yang merendahkan seperti menghina
mengolok, berkata kasar, mengisolasi, dan membiarkan siswa. Penting untuk diketahui bahwa
tidak ada batasan yang jelas antara hukuman fisik dengan hukuman yang merendahkan. Siswa
sering mempersepsikan bahwa hukuman fisik juga merendahkan mereka.
Mengapa hukuman fisik itu dilarang?
Seperti telah diketahui bahwa manusia memiliki hak asasi. Berbagai standar perilaku telah
ditetapkan untuk menghormati hak asasi manusia ini. Pemukulan dan penghinaan secara
disengaja melanggar hak asasi manusia. Anak-anak juga manusia mereka memiliki hak asasi
yang sama seperti orang dewasa. Anak-anak adalah manusia hanya mereka masih kecil dan
lebih rentan daripada orang dewasa.
Menurut UNESCO hukuman phisik dalam bentuk apapun di sekolah ini dilarang. Memukul
anak ini melanggar hak dasar anak agar anak tersebut dihargai integritas fisiknya dan
kehormatannya, seperti dicanangkan dalam Deklarasi hak asasi manusia.
Penerapan hukuman fisik menyebabkan kesehatan mental terganggu, termasuk diantaranya
depresi, tidak bahagia, cemas, perasaan hampa dalam diri siswa. Hukuman fisik juga
Selain bertentangan dengan hak asasi manusia, hukuman fisik dan hukuman merendahkan
juga kadang-kadang masih dilegalisasi dan masih diterima oleh mayarakat tertentu. Status
anak yang masih rendah di mata masyarakat dan siswa tidak mempunyai kekuatan
menyebabkan penerapan larangan hukuman fisik dan hukuman yang merendahkan di sekolah
belum sepenuhnya dapat direalisasikan.
Selain itu berdasarkan bukti-bukti medis dan psikologis, hukuman fisik dan hukuman yang
merendahkan menyebabkan anak beresiko mengalami fisik yang terganggu, kesehatan
mental yang terganggu, hubungan interpersonal yang tidak sehat, internalisasi nilai-nilai
moral yang lemah, prilaku anti sosial, kemampuan beradaptasi yang terganggu.
11
Beberapa alasan mengapa guru sering menggunakan hukuman fisik dan hukuman
merendahkan.

1. Hukuman fisik merupakan bagian yang penting dalam perkembangan dan pendidikan
siswa.
Siswa belajar dari dari pukulan itu untuk menghargai guru atau orang tua, belajar untuk
membedakan mana yang baik dan mana yang salah, belajar mematuhi aturan dan belajar
bekerja keras. Tanpa hukuman fisik siswa tidak akan belajar disiplin atau akan menjadi
manja.
Hasil riset menunjukkan bahwa hukuman fisik jarang memotivasi siswa untuk berlaku
berbeda karena hukuman fisik tidak memberikan pemahaman kepada siswa bagaimana
siswa harus berlaku. Faktanya guru seringkali harus mengulangi memberi hukuman fisik
untuk perilaku yang sama dan kepada anak yang sama. Hal ini membuktikan bahwa
hukuman fisik ini tidak efektif. Hukuman fisik menimbulkan rasa takut pada anak tidak
menimbulkan rasa hormat dari anak kepada guru atau orang tua. Apakah benar bahwa
kita ingin mengajar siswa untuk menghormati orang yang menggunakan kekerasan untuk
menyelesaikan masalah?
2. Saya dipukuli ketika masih menjadi siswa oleh guru dan orang tua. Sebaliknya saya tidak
akan menjadi orang seperti sekarang kalau tidak karena guru dan orang tua saya.
Guru /orang tua biasanya memukul siswa karena ketika mereka masih menjadi siswa
merekapun dipukul. Siswa belajar dan meniru dari guru dan orang tua. Namun demikian
kita akan sia-sia menyalahkan generasi terdahulu karena mereka bertindak berdasarkan
norma atau kebiasaan yang berlaku saat itu. Akan tetapi sikap sosial ini berubah seiring
waktu. Ada banyak orang yang sukses yang tidak dipukul pada waktu menjadi siswa, akan
tetapi lebih banyak orang dewasa yang tidak dapat mengembangkan potensi hidupnya
karena dipukul sewaktu menjadi siswa.
3. Ada perbedaan antara pemukulan yang kejam dan hukuman fisik yang dilakukan guru atau
orang tua. Hukuman fisik ini tidak membahayakan, hanya menyebabkan sakit sedikit dan
tidak bisa dikatakan kekerasan. Kenapa harus dihilangkan?
Semua orang termasuk anak-anak mempunyai hak asasi untuk dihargai kehormatan dan
integritasnya. Dalam banyak kasus, hukuman fisik kecil dapat menyebabkan luka yang tidak
dikehendaki. Memukul siswa/anak tetap berbahaya karena siswa adalah anak-anak dan
mereka masih sangat rapuh.
Kerusakan gendang telinga, kerusakan otak, luka atau kematian karena jatuh merupakan
konsekuensi atau akibat dari atau bermula dari hukuman fisik kecil. Berdasarkan hasil-hasil
riset, akibat negatif dari hukuman fisik adalah sebagai berikut.
a. Eskalasi: Hukuman bermula dari hukuman ringan, ketika siswa beranjak lebih besar
hukuman ringan tidak berhasil kemudian meningkat, guru atau orangtua yang dituduh
12
menganiaya siswa atau putranya mengatakan bahwa penganiayaan bermula dari
hukuman fisik biasa.
b. Memotivasi kekerasan: setiap hukuman fisik memberi pesan bahwa kekerasan merupakan
jawaban terhadap konflik atau prilaku yang tidak diinginkan. Agresi melahirkan agresi.
Siswa yang mendapat hukuman fisik akan menjadi agresif terhadap saudaranya,
mengancam atau menyakiti siswa lain dan berprilaku anti sosial ketika mereka dewasa.
Jadi menghilangkan hukuman fisik merupakan langkah yang penting untuk mengurangi
kekerasan di masyarakat.
c. Kerusakan psikis: hukuman fisik dapat membahayakan emosi anak. Riset menunjukkan
bahwa siswa akan mendapat pesan yang terbalik antara kasih sayang dengan rasa sakit,
marah dengan harus selalu patuh.
Agar sekolah mengubah dari menekankan pamberian hukuman fisik dan pengontrolan prilaku,
maka sekarang terdapat advokasi untuk memfokuskan pada pendidikan intelegensi emosi dan
pendidikan karakter
Alternatif hukuman: Hukuman Positif/Non-Fisik
Siswa memang perlu belajar untuk disiplin terutama disiplin diri. Akan tetapi untuk
mengajarkan disiplin tersebut bukan dengan cara memberikan hukuman fisik dan hukuman
merendahkan karena hukuman ini terbukti tidak efektif untuk menegakkan disiplin. Sebaiknya
guru memberitahu dan menjelaskan kepada siswa kesalahan apa yang telah mereka lakukan
bukan dengan cara memberi hukuman fisik atau hukuman merendahkan.
Guru-guru perlu diberi keterampilan untuk menggunakan metode pendisiplinan yang tidak
berupa hukuman fisik atau hukuman yang merendahkan anak. Berikut ini adalah beberapa
petunjuk dan hal-hal yang dapat dilakukan oleh Kepala sekolah/guru dalam hal hukuman
positif/non-fisik.
1. Beri penghargaan/pujian bila siswa patuh atau dapat melakukan sesuatu dengan baik. Hal
ini akan memotivasi siswa lain untuk mengikuti pprilaku tersebut and memotivasi mereka
untuk berdisiplin diri. Pujian ini tidak perlu modal apapun, bahkan penghargaan tidak
harus menghabiskan uang bayak. Penghargaan ini dapat berupa pemberian kegiatan yang
menyenangkan siswa.
2. Berilah model/contoh prilaku yang diinginkan. Bila kita tidak ingin siswa kita berbicara
bahasa yang tidak baik, maka kitapun tidak boleh berbicara yang tidak baik.
3. Realistiklah terhadap harapan kita pada siswa-siswa menurut tingkatan usianya.
4. Motivasilah siswa-siswa untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, karena mereka
seringkali dapat menemukan kompromi yang dapat diterima kedua belah pihak.
5. Jangan gunakan ancaman atau berteriak kepada siswa. Lebih baik mereka diberitahu
kesalahannya dan alasannya daripada ditakuti-takuti atau dilecehkan
6. Gunakanlah kata-kata yang baik untuk siswa-siswa anda. Bila anda menggunakan kata
yang melecehkan atau menghina ini akan menjadikan siswa tersebut rendah diri.
7. Negosiasi dan berkompromilah, terutama bila anda harus menemukakan pendapat anda.
Kajilah apa yang akan anda katakan itu penting atau tidak? Apakah hal yang akan anda

13
katakan ini mempengaruhi keselamatan siswa? Apakah ada yang terluka dengan apa yang
akan saya katakan?
8. Gunakan metode bimbingan dan penyuluhan terutama dengan siswa kelas tinggi. Bila
diperlukan undanglah orangtua/keluarga yang dihormatinya. Diskusikan dengan
orangtua/keluarga prilaku negatif siswa dan prilaku yang diharapkan dari siswa tersebut.
9. Siswa belajar dengan cara melakukan, dengan demikian berilah tugas yang tidak
mengandung kekerasan, tugas sebaiknya berhubungan dengan kesalahan siswa. Misalnya
siswa diminta membetulkan, membersihkan sesuatu yang pecah, dengan demikian siswa
tidak akan mengurangi perbuatannya.
4.4 Menghilangkan kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah di sekolah
Definisi
Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah (bullying) adalah suatu situasi dimana
seorang siswa atau lebih secara terus menerus melakukan tindakan yang menyebabkan
siswa lain menderita. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini dapat berbentuk
tiga hal yaitu:
1. secara fisik, memukul, menendang, mengambil milik orang lain
2. Secara verbal: mengolok-olok nama siswa lain, menghina, mengucapkan kata-kata
yang menyinggung.
3. secara tidak langsung: menyebarkan cerita bohong, mengucilkan, menjadikan siswa
tertentu sebagai target humor yang menyakitkan, mengirim pesan pendek atau surat
yang keji. Mengolok-olok nama merupakan hal yang paling umum karena ciri-ciri fisik
siswa, suku, warna kulit, dan lain-lain.
Identifikasi Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah
Mengidentifikasi Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini tidaklah mudah, hal-hal
berikut harus dipahami untuk menentukan apakah suatu tindakan dikatakan mengancam atau
menyakiti siswa lain.
1. Bila siswa yang diancam atau disakiti tidak mempunyai posisi untuk menghentikan
proses menyakiti atau mengancam tersebut.
2. Kekerasan antar siswa ini tidak selalu terlihat jelas oleh guru atau siswa lain.
3. Efeknya yang menentukan bukan tindakannya.
4. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini bukan tidak tunggal tetapi dilakukan
terus-menerus secara berkesinambungan.
5. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah bertujuan untuk menyakiti atau membuat
kesal siswa lain.
6. Kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah bertujuan tidak hanya menyakiti secara fisik
tetapi juga secara psikis dan sosial.
Agar kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini tidak terjadi maka perlu dibuat aturan
sekolah untuk melindungi siswa korban kekerasan. Tindakan pencegahan dan strategi
mengelola kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini juga perlu dibuat untuk melindungi
korban agar tindakan kekerasan tidak berlangsusng terus-menerus.
14
Sealin itu sekolah harus terbuka mengenai isu kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah ini.
Semakin sekolah terbuka mengenai isu kekerasan ini, semakin siap sekolah tersebut
menangani kekerasan dan semakin baik mengelolanya. Sekolah harus mempunyai catatan
yang akurat tentang kejadian kekerasan yang terjadi di sekolah dan bagaimana cara
menanganinya untuk keperluan monitoring dan untuk melindungi sekolah dari tuntutan
hukum.
Sekolah sebaiknya mempunyai strategi anti kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah yang
dapat berbentuk 4 cara:
1. Pencegahan
Pencegahan preventif diintegrasikan dalam semua kurikulum mata pelajaran, termasuk
hubungan, tanggung jawab, dan akibat negatif dari kekerasan. Dengan demikian mata
pelajaran dapat menyangkut aspek keterampilan sosial dan emosional yang sangat
penting.
2. Dukungan antar teman
Memberikan dukungan yang aktif kepada teman sangatlah penting. Program
pertemanan ini dapat dipersiapkan oleh sekolah secara formal ataupun informal agar
siswa-siswa dapat saling mendukung secara akatif.
3. Prosedur yang jelas
Prosedur untuk menyampaikan keluhan tindakan kekerasan antar teman harus tersedia,
misalnya kepada unit bimbingan dan konseling, atau konseling antar teman. Demikian
pula prosedur untuk mnecatat dan memonitor kekerasan harus jelas.
4. Promosi
Promosi tentang anti kekerasan terhadap siswa yang lebih lemah dan strateginya
diberikan kepada seluruh warga sekolah: siswa, orang tua, komite sekolah, masyarakat.
Bentuknya dapat berupa leaflet, poster, laporan berkala dan bentuk penerbitan lain
yang berisi kebijakan anti kekerasan sekolah yang sangat membantu menyampaikan
informasi ini.

15
ISYARAT KENTONGAN

1. Pembunuhan ( ● ● ● ● ● ● ● ● ● ●)
Jika si penjaga pos ronda mendapat kabar kasus pembunuhan, penjaga pos ronda akan
memukul kentongan untuk memberi pesan kepada warga sekitar bahwa telah terjadi
pembunuhan di wilayahnya. Kentongan akan dipukul dengan irama satu kali pukul secara
terus menerus.
2. Pencurian (●● ●● ●● ●● ●●)
Pada saat terjadi pencurian terhadap rumah warga, penjaga pos ronda akan memukul
kentongan dengan irama dua kali secara terus menerus.
3. Kebakaran (●●● ●●● ●●● ●●● ●●●)
Kasus kebakaran memang kerap kali terjadi pada malam hari. Entah itu karena korsleting
aliran listrik ataupun karena kelalaian manusia akibat membuang puntung rokok
sembarangan sebelum dipadamkan atau pun menaruh obat nyamuk bakar berdekatan
dengan benda mudah terbakar. Nah, fungsi kentongan inilah yang mungkin menjadi alat
komunikasi yang paling efektif untuk memberitahu warga sekitar bahwa telah terjadi
kebakaran. Dengan begitu warga kampung akan sadar dan segera berkumpul untuk
membantu memadamkan api. Pada kasus kebakaran biasanya kentongan akan dibunyikan
dengan irama tiga kali secara terus menerus.
4. Bencana alam (●●● ● ●●● ● ●●● ● )
Bencana alam bisa saja terjadi sewaktu-waktu. Sebab itulah warga harus selalu siap
menghadapi bencana alam yang tak pasti kapan datangnya. Kadang-kadang pula warga
kampung tak menyadari bahwa di wilayahnya sedang terjadi bencana alam semacam
tanah longsor, gempa atau pun bencana alam lainnya. Guna menyadarkan warga,
kentongan harus dibunyikan dengan irama tiga ditambah satu kali pukul secara terus
menerus.
5. Kecelakaan lalu lintas (● ●●● ● ●●● ● ●●●)
Korban kecelakaan lalu lintas yang terjadi di siang hari masih mungkin untuk diberi
pertolongan oleh warga. Namun, jika kecelakaan terjadi di malam hari tentu petugas pos
ronda yang menyaksikan kecelakaan akan kesulitan dan membutuhkan bantuan warga

16
lain untuk memberi pertolongan kepada korban kecelakaan. Untuk itu petugas pos ronda
dapat membunyikan kentongan dengan irama satu dan ditambah tiga kali pukul secara
terus menerus

6. Keributan (●● ●●● ●● ●●● ●● ●●●)


Pada kasus keributan, pemukul kentongan akan memukul kentongan dengan irama dua
dan ditambah tiga kali pukul secara terus menerus.
7. Tanda aman (● ● ● ● ●)
Bunyi kentongan sebagai tanda aman sudah lazim kita dengarkan. Biasanya petugas pos
ronda berkeliling membawa kentongan sambil memukulnya dengan irama satu kali terus
menerus secara perlahan-lahan. Itu mengisyaratkan bahwa lingkungan kita dalam kondisi
yang aman. (HW/03)

17
PENGAMANAN LINGKUNGAN DAN SISTEM
KEAMANAN LINGKUNGAN
PENGAMANAN LINGKUNGAN DAN SISTEM KEAMANAN LINGKUNGAN

1) KRIDA KAMTIBMAS

A. PENGAMANAN LINGKUNGAN
(dalam pola pembinaan pam swakarsa)

Pendahuluan

- Umum

a) Keadaan keamanan dan ketertiban umum perlu tetap dipelihara dan di tingkatkan untuk
menjamin terpeliharanya stabilitas nasional dan kelancaran pembangunan nasional.
Untuk itu kesiagaan, kewaspadaan, kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap
keamanan dan ketertiban perlu terus dibina dan ditumbuhkan.
b) Kerawanan-kerawanan yang dapat menghambat terbinanya kemantapan keamanan dan
ketertiban harus dapat ditangani dengan memanfaatkan potensi positif dinamis yang ada
dalam masyarakat secara terpadu dalam sistem keamanan dan ketertiban masyarakat
swakarsa.
c) POLRI sebagai inti pembina keamanan dan ketertiban masyarakat dan aparat penegak
hukum, bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan pembinaan terhadap unsur –
unsur potensi keamanan dan ketertiban masyarakat yang harus seirama dengan tuntutan
pembangunan dewasa ini dan masa mendatang.
d) Oleh karena itu pengerahan unsur – unsur potensi masyarakat mutlak di ikutsertakan
secara aktif dalam menciptakan kondisi dan situasi yang mendukung pembangunan
nasional tersebut.
e) Salah satu dari sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa adalah
menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan sistem keamanan dan ketertiban
masyarakat swakarsa, dimana POLRI sebagai kekuatan inti yang mempunyai kewajiban
dan tanggung jawab memberikan bimbingan tehnik, membina dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa yang dapat
menunjang kelancaran pembangunan nasional.
f) Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan tehnis terhadap kepolisian khusus,
penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa.

DASAR

18
Undang – undang nomor 2 tahun 2002 tentang kepolisian negara republik indonesia
( pasal 14 f…)

1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagai mana dimaksud pasal 13, kepolisian Negara
Republik Indonesia bertugas:
Melakukan koordinasi, pengawasan dan pembinaan tehnis terhadap Kepolisian khusus,
penyidik pegawai Negeri sipil dan bentuk – bentuk pengamanan swakarsa.

Perbedaan Polsus, PPNS, dan Pam Swakarsa

POLSUS
PPNS
PAM SWAKARSA

Polsus adalah : karyawan instansi / pemerintah tertentu yang oleh undang-undang diberikan
wewenang kepolisian terbatas untuk menegakan hukum dilingkungan bidang tugasnya yang
dalam pelaksaanaannya mendapatkan bimbingan tehnis dari Polri. Contoh : Pol PP (polisi
pamong praja), Polsus Pjka .

PPNS (penyidik pegawai negeri sipil) adalah seseorang yang karena lingkup tugasnya diberikan
kewenangan oleh undang-undang guna melaksanakan penyidikan, (setelah melaksanan
pendidikan dan diberikan sertfikasi kompetensi penyidikan dan diberikan SKEP PENYIDIK
DARI KAPOLRI ). Guna melaksanakan penyidikan undang-undang LEX SPECIALIS

Pengamanan swakarsa adalah suatu sistem keamanan dan ketertiban yang mengupayakan
hidupnya peranan dan tanggung dalam pembinaan dan pengembangan keamanan,
menyeimbangkan dan menyerasikan hubungan satu sama lain yang tumbuh dan berkembang
atas kehendak dan kemampuan masyarakat sendiri, untuk mewujudkan daya tangkal, daya
cegah masyarakat sendiri. Biaya sendiri.

PENGERTIAN – PENGERTIAN

 Pembinaan : adalah segala usaha dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan,
penyusuanan, pengarahan, dan pengendalian terhadap situasi dan kondisi yang ada dalam
masyarakat, diarahkan kepada terwujudnua kondisi yang ada dalam masyarakat yang stabil
dan dinamis.
 Sistem adalah segala keseluruhan yang terdiri dari bagian – bagian ( unsur – unsur ) yang
saling berhubungan serta saling mempengaruhi secara fungsional dengan potensi tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu.
 Sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa adalah : suatu sistem keamanan dan
ketertiban yang mengupayakan hidupnya peranan dan tanggung jawab dalam pembinaan
dan pengembangan keamanan, menyeimbangkan dan menyerasikan hubungan satu sama
lain yg tumbuh dan berkembang atas kehendak dan kemampuan masyarakat sendiri, untuk
mewujudkan daya tangkal, daya cegah dan daya penanggulanan masyakat terhadap setiap
kemungkinan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat serta daya tanggap dan
penyesuaian masyarakat terhadap setiap perubahan dan dinamika sosial yg membudaya
dalam bentuk pola sikap kebiasaan dan prilaku masyarakat, sehingga gangguan keamanan
19
dan ketertiban masyarakat dapat dicegah sedini mungkin oleh masyrakat sendiri, sejak dari
sumber dayanya

KONSEPSI PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM KEAMANAN DAN


KETERTIBAN MASYARAKAT SWAKARSA.

Pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa bertujuan untuk mewujudkan daya
tangkal, daya cegah dan daya penanggulangan masyarakat terhadap sumber-sumber gangguan
kamtibmas di lingkungan sosialnya secara swakarsa baik dalam bentuk ancaman faktualnya,
police hazard, maupun faktor-faktor korelatif kriminogen.

Hakekat pembinaan dan pengembangan sistem keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa
adalah proses menumbuh kembangkan suatu tata keamanan dan ketertiban berdasarkan
kehendak dan kemampuan masyarakat sendiri dalam rangka mewujudkan dinamika sosial yang
stabil dalam rangka untuk membangun daya tangka, daya cegah dan daya penanggulangan, agar
masyarakat memiliki ketangguhan yang tinggi, sehingga secara mandiri menjadi “POLISI” bagi
dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. Hakekat sistem . untuk mengetahui peranan sistem
keamanan dan ketertiban masyarakat swakarsa dalam sistem hankamnas dan sistem nasional
perlu ditelusuri dengan mengenali hakekat dari masing – masing sistem tersebut.

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

1. UMUM : untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidup masyarakat tidak


terlepas pengaruh lingkungannya, sehingga keadaan situasi dan kondisi lingkunganb perlu
dipelihara, dibina dan dikembangkan. Adapun faktor – faktor yg mempengaruhi adalah
sbb:
a) Faktor geografis
b) Faktor kependudukan
c) Faktor kekayaan alam
d) Faktor ideologi
e) Faktor politik
f) Faktor ekonomi
g) Faktor sosial budaya
2. KHUSUS. Faktor khusus yang dapat mempengaruhi terwujudnya yang aman dan tertib
antara lain :
BENCANA ALAM
1) Banjir
2) Gempa bumi
3) Gunung meletus
4) Tanah longsor
5) Kebakaran
6) Wabah penyakit
7) Wabah hama dsb

KRIMINALITAS
1. Fakto-faktor kriminogen (faktor-faktor tersebut dapat beruba permasalahan-
permasalahan yang dalam segenap aspek kehidupan masyarakat dibidang : ideologi,
politik, ekonomi sosial).

20
2. Kemampuan penanggulanangan kriminalitas. Adalah aspek represif dilakukan oleh
aparat penegak hukum khususnya POLRI.

POLA PEMBINAA DAN PENGEMBANGAN SISIKAMTIBMAS SWAKARASA

Pembinaan sistem keamanan swakarsa menyangkut kegiatan :


a). Perencanaan b). Pengorganisasian c). Pengawasan d). Pengendalian.

a) Perencanaan , perumusan sasaran : yang menjadi sasaran siskamtibmas swakarsa adalah :


1). Lingkungan pemukiman :
a). Individu/perorangan
b). Keluarga
c). Warga rukun tetangga / rukun warga
d). Staf kelurahan / kades
e). Anggota siskamling
2). Lingkungan kerja :
a) Karyawan
b) Pimpinan lingkungan kerja
c) Anggota satpam
3). Lingkungan pendidikan :
a) Siswa
b) Guru/dosen
c) Karyawan sekaolah/ perguruan tinggi
d) Anggota menwa
b). Perumusan cara bertindak untuk menetapkan cara bertindak dalam pembinaan
kamtibmas swakarsa perlu direncanakan langkah sebagai berikut :
1). Di lapangan pemukiman. Koordinasi dgn RT/RW/ Lurah dan warga masyarakat serta
unsur–unsur terkait pada lingkungan pemukiman dalam rangka penyuluhan Siskamling.
2). Dilingkungan kerja. Koordinasi dengan pimpinan instansi pemerintah dan non
pemerintah dalam rangka pembinaan kamtibmas swakarsa dan pembinaan Satpam.
3). Dilingkungan pendidikan. Koordinasi dengan Depdikbud, pimpinan
sekolah/perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya dalam rangka pembinaan keamanan
ketertiban masyarakat swakarsa.
c). Masyarakat . Implementasi siskamtibmas swakarsa di masyarakat adalah berbentuk
siskamtibmas yang meliputi : lingkungan pemukiman, lingkungan kerja dan lingkungan
pendidikan.
1. Pengorganisasian siskamling pemukiman
a. Masyarakat merupakan kekuatan dasar, berarti bahwa masyarakat merupakan kekuatan
pengamanan yang menjadi basis penyelenggara dari pelaksana pengaman lingkungan
secara swakarsa.
b. Disetiap RT dibentuk ada beberapa pengurus pos kamling yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah pos kamling yang ada.

21
2. Pengorganisasian Siskamling kerja.
a) Polri merupakan pembina inti
b) Pimpinan/ karyawan/ pegawai merupakan kekuatan dasar
c) Kedudukan organisasi kamling pada lingkungan kerja berada dibawa tanggung jawab
pimpinan instansi yang bersangkutan.
d) Setiap organisasi kamling pada lingkungan kerja, harus ada kapos kamling yang
bertanggung jawab.

d). Lingkup tugas hanya terbatas pada lingkup tugasnya.

Pengorganisasian siskamling pendidikan.

a. Organisasi mahasiswa / menwa merupakan kekuatan penunjang.


b. Struktur organisasi pada masing – masing lingkungan dalam kaitan dengan siskamtibmas
swakarsa agar disesuaikan dengan situasi dan kondisi dengan berpegang pada azas :

1). Kesatuan komando ( unit of command )


2). Rentang kendali ( span of control )
3). Pembagian kerja yang jelas
4). Pelimpahan wewenang yang diikuti oleh rasa tanggung jawab
5). Tepat guna dan berhasil guna.

PENGAWASAN

Tujuan diadakan pengawasan dalam kaitan dengan siskamtibmas swakarsa adalah untuk
menjaga agar pelaksanaan siskamtibmas swakarsa dilakukan oleh setiap unsur masyarakat
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan atau di sepakati bersama.

PENGENDALIAN

Yang melaksanakan pengendalian dalam pembinaan siskamtibmas swakarsa :


Petugas polri sesuai dengan kewenangannya.
Aparat keamanan lainnya sesuai kewenangannya.
Instansi pemerintah dan non pemerintah sesuai dengan tugas wewenang dan tanggung
jawabnya.
Pemuka pemuka masyarakat agar memahami ketentuan – ketentuan siskamtibmas swakarsa.

POLA PELAKSANAAN SISKAMTIBMAS SWAKARSA

Pola pembinaan dan pengembangan siskamtibmas swakarsa hanya menjadi operasional


apabila terwujud upaya menumbuhkan, meningkatkan dan mengembangkan kesadaran
pengetahuan / kemampuan / keterampilan masyarakat terhadap masalah keamanan dan
ketertiban diri pribadi dan lingkungannya dalam kehidupan sehari – hari berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

22
23

Anda mungkin juga menyukai