Anda di halaman 1dari 5

Sholat Dhuha Sebagai Terapi Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2

Verayati
171610101039
Dr. drg. Banun Kusumawardani, M.Kes
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Abstrak
Sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui manfaat
sholat yang dilakukan dengan gerakan isometrik predominan atau dalam Islam
disebut dengan tuma’nina. Misalnya sholat Dhuha yang dilakukan dengan gerakan
tersebut dapat bermanfaat untuk menjaga kestabilan gula dalam darah. Manfaat
ini sangat dibutuhkan bagi penderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2. Sholat
Dhuha yang dipilih sebagai pengganti latihan fisik di pagi hari dilakukan secara
rutin selama 30 menit sebanyak 8 rakaat. Aktivitas tersebut dapat
mengoptimalkan penggunaan glukosa dan glikogen dalam otot sebagai energi
sehingga jumlahnya di dalam darah tidak lagi menumpuk. Dengan begitu,
penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dapat diatasi dengan cara yang lebih baik yaitu
rutin melakukan sholat Dhuha.
Kata Kunci : Sholat Dhuha, Diabetes Melitus tipe 2, gerakan isometrik
predominan.

Pendahuluan
Bermacam trend makanan yang muncul dikalangan masyarakat di era
serba praktis ini banyak memberikan pengaruh terhadap kesehatan tubuhnya.
Berbagai penyakit timbul akibat makanan yang kurang sehat salah satunya
Diabetes Melitus tipe 2. Sekitar 57% masyarakat Indonesia menderita penyakit ini
yang merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan glukosa atau
gula dalam darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan
gangguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Restyana, 2015).
Latihan fisik yang dilakukan di pagi hari secara rutin ternyata dapat
menurunkan resiko tubuh terkena penyakit yang serius misalnya saja penyakit
Diabetes Melitus tipe 2. Namun di dalam Islam, latihan fisik tersebut dapat
dilakukan dengan menjalankan sholat Dhuha. Sholat Dhuha merupakan sholat
sunnah yang dikerjakan pada waktu dhuha yaitu dimulai ketika matahari mulai
naik sepenggalah atau setelah matahari terbit (sekitar pukul 6.45) sampai masuk
waktu dhuhur (Afifi, 2012).
Sholat Dhuha sebagai pengganti latihan fisik yang dilakukan dengan
gerakan isometrik predominan selama 30 menit sebanyak 8 rakaat secara rutin,
ternyata dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah (M Rajin, 2011). Gerakan
isometrik predominan sendiri dalam Islam dikenal dengan sebutan tuma’nina.
Latihan dengan gerakan isometrik adalah latihan yang menimbulkan kontraksi
otot tetapi tidak menimbulkan gerakan sehingga membutuhkan energi yang lebih
besar . Glukosa merupakan salah satu sumber energi yang dapat digunakan ketika
berolahraga. Memaksimalkan penggunaan glukosa dapat mengurangi jumlahnya
yang berlebih dalam darah. Jadi dengan melakukan sholat Dhuha secara rutin,
selain mendapatkan pahala yang berlipat ganda penyakit diabetes melitus tipe 2
yang diderita juga dapat diatasi (Rajin, 2009).

Tinjauan Pustaka
Sebagai umat Islam, menggali dan menemukan nilai-nilai yang terkandung
di dalam agama yang diyakininya mutlak diperlukan. Hal ini bertujuan agar
manusia mendapatkan manfaat kesejahteraan dan keselamatan hidup di dunia dan
akhirat. Salah satunya adalah ibadah shalat, yang mana merupakan ibadah yang
sangat penting untuk dilaksanakan. Salah satu sholat yang bermanfaat bagi
kesehatan adalah sholat Dhuha yang dilakukan dengan tuma’ninah atau khusuk
(Muhammad, 2012).
Sholat Dhuha yang dilakukan di pagi hari banyak memberikan manfaat
bagi tubuh karena erat kaitannya dengan irama sirkandian tubuh manusia. Irama
sirkandian merupakan proses yang saling berhubungan terhadap fungsi organ-
organ yang dialami tubuh untuk menyesuaikan dengan perubahan waktu selama
24 jam. Pagi hari sekitar pukul 6.45, tubuh akan memulai proses metabolismenya,
sehingga sangat dianjurkan untuk melakukan aktivitas tubuh yang sehat. Sholat
Dhuha merupakan bentuk latihan fisik yang dapat menggantikan latihan fisik di
pagi hari. Latihan fisik yang dilakukan secara tepat, terarah dan teratur akan
bermanfaat meningkatkan ketahanan otot tubuh serta menghambat atau
memperlambat proses kemunduran akibat menderita suatu penyakit maupun
bertambahnya usia. Hasil penelitian menunjukkan latihan fisik yang dilakukan
minimal 30 menit setiap hari dapat menurunkan resiko terjadinya penyakit
Diabetes Melitus sebesar 39%. (Andi dkk, 2016).
Penyakit yang banyak diderita masyarakat di Indonesia salah satunya
adalah Diabetes Melitus tipe 2 dan juga merupakan penyebab utama kematian di
dunia. Diabetes Melitus (DM) tipe 2 (90%-95% dari seluruh kasus) merupakan
kombinasi dari ketidakmampuan sel untuk merespon insulin (resistensi insulin)
dan kompensasi sekresi insulin yang tidak memadai, sehingga menyebabkan
kegagalan penyerapan glukosa ke dalam otot dan hati (Andi dkk, 2016).
Tingginya penderita DM tipe 2 disebabkan oleh faktor resiko keturunan dan
kebiasaan buruk misalnya merokok dan konsumsi alkohol. Penyakit ini akan
menimbulkan gangguan penglihatan, penyakit jantung, gangguan pembuluh
darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita DM yang sudah parah harus
menjalani amputasi anggota tubuhnya karena mengalami pembusukan. Hal itu
disebabkan kadar glukosa yang tidak terkontrol menyebabkan kerusakan saraf dan
menyempitnya pembuluh darah di kaki sehingga jika terjadi infeksi maka
penderita tidak bisa melawan infeksi tersebut (Restyana, 2015).

Pembahasan

Bagi umat islam yang menderita penyakit Diabetes Melitus tipe 2, tidak
perlu khawatir memilih pengobatan dalam proses penyembuhan penyakit tersebut.
Berdasarkan hasil riset dan penelitian yang dilakukan, sholat dhuha ternyata dapat
digunakan sebagai terapi alternatif dalam pengobatan penyakit Diabetes Melitus.
Metode yang digunakan yakni dengan melakukan sholat dhuha menggunakan
gerakan isometrik predominan rutin setiap hari selama 30 menit sebanyak 8
rakaat. Hasilnya, terdapat penurunan glukosa dalam darah yang signifikan pada
responden yang digunakan dalam penelitian tersebut (M Rajin, 2011).
Penurunan kadar glukosa darah setelah latihan fisik dengan sholat Dhuha
disebabkan karena peningkatan glukosa uptake ke dalam sel otot. Glukosa uptake
semakin besar karena pada sholat Dhuha dibuat gerakan latihan isometrik lebih
dominan dari pada gerakan latihan isotonik. Pada latihan isometrik terjadi
peningkatan tegangan otot, tetapi tidak terjadi gerakan pada sendi. Glukosa uptake
pada gerakan isometrik lebih banyak karena gerakan yang terjadi adalah gerakan
kontraksi otot antagonistik yang melibatkan kontraksi otot yang lebih banyak.
(Sunarkon, Rajin, 2009). Gerakan antagonistik ini tentunya akan memerlukan
sejumlah energi yang lebih besar, sehingga pemakaian glukosa darah (glukosa
uptake) juga akan lebih besar dan penurunan kadar glukosa darah juga akan lebih
besar.
Peningkatan aliran darah ke otot selama latihan dapat meningkatkan
distribusi insulin ke otot sehingga memicu masuknya glukosa kedalam otot pada
fase akut. Latihan juga meningkatkan jumlah reseptor insulin dan jumlah aktivitas
intrinsik dari glukosa transporter menuju membran plasma sel otot. Selanjutnya
latihan dapat meningkatkan transport glukosa melalui membran sel dengan
menstimulasi translokasi GLUT 4 ke permukaan sel otot. Translokasi GLUT-4
pada sarkolemma merupakan mekanisme utama yang menyebabkan peningkatan
masuknya glukosa ke dalam sel otot skelet. Mobilisasi glukosa transporter GLUT
4 pada sarkolemma distimulasi oleh kontraksi otot tidak tergantung insulin.
Translokasi glukosa transporter saat aktivitas terjadi karena pada saat kontraksi
otot terjadi peningkatan ion Ca2+ sehingga akan mengaktifkan Protein kinase C
(PKC) yang sensitif terhadap ion Ca2+. PKC ini terlibat dalam translokasi GLUT-
4 (Guyton, 2006). Dengan adanya peningkatan pemakaian glukosa sebagai
sumber energi selama latihan akan mengurangi penumpukan kadar glukosa di
dalam darah. Oleh karena itu dalam upaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan jasmani maupun rohani disarankan kepada semua masyarakat penderita
penyakit Diabetes Melitus tipe 2 dapat melaksanakan sholat Dhuha secara khusu’
dan teratur.
Kesimpulan
Diabetes Melitus tipe 2 merupakan kombinasi dari ketidakmampuan sel
untuk merespon insulin (resistensi insulin) dan kompensasi sekresi insulin yang
tidak memadai, sehingga menyebabkan kegagalan penyerapan glukosa ke dalam
otot dan hati. Hal tersebut menyebabkan banyaknya kandungan glukosa yang
menumpuk di dalam darah. Dengan rutin melakukan sholat Dhuha dengan
gerakan isometrik predominan sebagai alternatif latihan fisik, kandungan glukosa
dalam darah akan berkurang. Penyebabnya yaitu adanya peningkatan pemakain
glukosa dalam darah ke otot sebagai energi, peningkatan aliran darah ke otot, dan
peningktan transport glukosa kedalam membran sel dengan stimulasi translokasi
GLUT 4 ke permukaan sel otot. Oleh karena itu dalam upaya memelihara dan
meningkatkan kesehatan jasmani maupun rohani disarankan kepada semua
masyarakat penderita penyakit diabetes melitus tipe 2 dapat melaksanakan sholat
Dhuha secara khusu’ dengan tuma’nina dan teratur.

Referensi

Noor Fatimah, Restyana. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2, Volume 4 Nomor 5.


Artikel Review. Medical Faculty: Universitas Lampung.
Afifi, John. 2012. Pantangan Dan Anjuran Dalam Sholat Dhuha. Kulon Progo.
Sabda Media.
Rajin, Muhammad. 2011. Sholat Dhuha Dengan Gerakan Isometrik Predominan
Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat. Jombang: Universitas
Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
Sunarko, Rajin. 2009. Penurunan Kadar Glukosa Darah pada Latihan Isometrik.
Jombang: FIK UNIPDU.
Makhdlori, Muhammad. 2012. Menyingkap Mukjizat Sholat Dhuha. Jogjakarta.
Diva Press.
Kurniawan, Andi dkk. 2016. Rekomendasi Latihan Fisik Untuk Diabetes Melitus
Tipe 2, Volume 01 Nomor 3. ISSN 2460-9684. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana.
Guyton AC, Hall JE, 2006. Texbook of Medical Physiology. Philadelphia: WB
Sounders Company.

Anda mungkin juga menyukai