Anda di halaman 1dari 22

JUDUL HALAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN AIR


Konsumsi Oksigen Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

LABORATORIUM AKUAKULTUR

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 12

Satria Nugraha Firdaus 230110130112

Dea Febrian W 230110130113

Muammar A 230110130114

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


PROGRAM STUDI PERIKANAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam laporan mengenai konsumsi oksigen
pada ikan nila.

Laporan ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai
pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan
laporan ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada laporan ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik
yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Jatinangor, 30 Oktober 2014

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................................................. 2
1.1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ...................................................................................................... 2
1.3. Manfaat Praktikum ................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................. 3
2.1. Ikan Nila ..................................................................................................................... 3
2.2. Konsumsi Oksigen...................................................................................................... 6
2.3. Oksigen Terlarut ........................................................................................................ 8
2.4. Mekanisme ................................................................................................................ 8
BAB III ...................................................................................................................................... 10
BAHAN DAN METODE ............................................................................................................. 10
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................................. 10
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................................ 10
3.3. Prosedur Kerja ........................................................................................................ 13
BAB IV...................................................................................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................... 14
4.1. Hasil ......................................................................................................................... 14
4.2. Pembahasan ............................................................................................................ 15
BAB V....................................................................................................................................... 18
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................................................... 18
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 18
5.2 Saran .......................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 19

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup didunia ini memerlukan bernafas, secara tidak langsung
memerlukan oksigen untuk system respirasinya. Respirasi sendiri adalah proses
mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi
tinggi(SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup.

Apabila pernapasan biasanya di asosiasikan dengan penggunaan oksigen sebagai


senyawa pemecah, semua respirasi tidak melibatkan oksigen. Oksigen atau zat asam
adalah unsur kimia dalam system tabel periodik yang mempunyai lambang O dan
nomor atom 8. Ia merupakan unsur golongan kalkogen dan dapat dengan mudah
bereaksi dengan hampir semua unsur lainnya(utamanya menjadioksida).

Atmosfer bumi (yang disebut juga udara) terdiri dari campuran gas antara lain
78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap air sedangkan, Oksigen mengisi sekitar
49,2% massa kerak bumi dan merupakan komponen utama dalam samudera(88,8%
berdasarkan massa). Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan
menyesuaikan diri dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi
kandungan oksigen terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan.
Contohnya pada Ikan Nila (Oreochromis sp.) merupakan genus ikan yang dapat hidup
dalam kondisi lingkungan yang ekstrim sekalipun, sering kali ditemukan hidup
normal pada habitat-habitat ikan pada jenis lain yang belum tentu dapat hidup normal
pada habitatnya.

1
1.2. Tujuan Praktikum

1.2.1. Mengetahui, menghitung, dan memahami konsumsi oksigen pada ikan nila
yang sensitiv terhadap kadar oksigen terlalu terhadap media air.

1.3. Manfaat Praktikum

1.3.1. Sebagai Mahasiswa kita dapat mengetahui berapa jumlah konsumsi pada
ikan nila dengan menggunakan alat DO meter sebagai pengukur kandungan
oksigen terlarutnya.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ikan Nila

Ikan nila mempunyai nama ilmiah Oreochromis niloticus dan dalam


bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia. Ikan nila bukanlah ikan asli
perairan Indonesia, melainkan ikan introduksi (ikan yang berasal dari luar
Indonesia, tetapi sudah dibudidayakan di Indonesia). Bibit ikan ini didatangkan
ke Indonesia secara resmi oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar pada tahun
1969 dari Taiwan ke Bogor. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi,
barulah ikan ini disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia.
Toleransi terhadap kadar garam merupakan suatu karakteristik biologi
utama dari ikan nila. Pertumbuhan ikan nila berbeda pada kondisi air tawar,
payau (estuari) dan laut. Ikan nila mampu hidup pada suhu 14 - 38 oC dengan
suhu terbaik adalah 25 - 30 oC dan dengan nilai pH air antara 6-8,5 (Suyanto
2003). Ikan nila tumbuh lebih cepat pada salinitas 6-17 ppt dibandingkan
dengan air tawar. Pada salinitas 31-36 ppt dapat mematikan secara total. Selain
itu juga ikan nila cocok pada perairan yang cukup tenang contohnya pada ikan
nila mulai dari lingkungan yang sempit seperti kolam pekarangan, kolam tadah
hujan dan sawah sampai dengan lingkungan yang sangat luas seperti tambak.
sungai atau waduk (dengan sistem keramba jaring apung). Kebiasaan
makan nila diperairan alami adalah plankton, tumbuhan air yang lunak serta
cacing. Benih nila suka mengkonsumsi zooplankton seperti Rotatoria,
Copepoda dan Cladocera; sedangkan termasuk alga yang menempal.

3
2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi ikan nila (Oreochromis niloticus) menurut Saanin (1984)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Pisces
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

2.1.2 Morfologi

Secara morfologi, ikan mas memiliki ciri-ciri bentuk tubuh pipih


kesamping memanjang (compress). Ukuran kepala relatif kecil, berjari-
jari keras, sirip perut torasik. Posisi mulutnya terletak di ujung hidung

4
(terminal), berbentuk meruncing, dan dapat disembulkan. Mata tampak
menonjol dan besar, tepi mata berwarna putih.
Selain itu, tanda lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah
warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang
berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan
kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi.
Sepertiga sisik belakang menutupi sisi bagian depan. Perbedaan antara
ikan jantan dan betina dapat dilihat pada lubang genitalnya dan juga ciri-
ciri kelamin sekundernya. Pada ikan jantan, di samping lubang anus
terdapat lubang genital yang berupa tonjolan kecil meruncing sebagai
saluran pengeluaran kencing dan sperma. Tubuh ikan jantan juga
berwarna lebih gelap, dengan tulang rahang melebar ke belakang yang
memberi kesan kokoh.

2.1.3 Sistem Pernafasan

Pernapasan adalah proses pengikatan oksigen dan pengeluaran


karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernapasan. Proses
pengikatan oksigen selain dipengaruhi struktur alat pernapasan juga
dipengaruhi oleh perbedaan tekanan parsial oksigen
Insang merupakan komponen penting dalam proses pertukaran
gas. Insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras
dengan beberapa filamen insang didalamnya. Tiap-tiap filamen insang
terdiri atas banyak lamela insang yang merupakan tempat pertukaran
gas. Tugas ini ditunjang oleh struktur lamela insang yang tersusun atas
sel-sel epitel yang tipis pada bagian luar, membran dasar dan sel-sel
tiang sebagai penyangga pada bagian dalam. Pinggiran lamela insang
yang tidak menempel pada lengkung insang ditutupi oleh epitelium dan
mengandung jaringan pembuluh darah kapiler. antara perairan dengan

5
darah. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan gas-gas berdifusi
kedalam darah atau keluar melalui alat pernapasan.
Bila oksigen telah berdifusi dalam darah insang, oksigen
ditranspor dalam gabungan dengan hemoglobin ke kapiler jaringan
tempatnya dilepaskan untuk digunakan oleh sel. Adanya hemoglobin
didalam sel darah merah memungkinkan darah mengangkut oksigen 30-
100 kali dari pada yang dapat diangkut hanya dalam bentuk oksigen
terlarut dalam darah. Pergerakan oksigen kedalam kapiler darah insang
disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan dari tempat pertama
ketempat lainnya. Karena tekanan oksigen (PO2) didalam insang lebih
besar dari pada PO2 kapiler darah insang maka oksigen berdifusi dari
insang ke kapiler darah insang kemudian darah insang ditranspor
melalui sirkulasi ke jaringan perifer.
Pada jaringan perifer, PO2 sel lebih rendah dari pada PO2 darah
arteri yang memasuki kapiler. Tekanan oksigen yang jauh lebih tinggi di
dalam kapiler menyebabkan oksigen berdifusi keluar dari kapiler
melalui ruang intertistial ke sel. Sebaliknya bila oksigen dimetabolisasi
dengan bahan makanan dalam sel akan membentuk karbondioksida,
sehingga CO2 dalam sel akan meningkat. Keadaan ini menyebabkan
CO2.

2.2. Konsumsi Oksigen


Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat
toleransi ikan terhadap perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2
dan hasil. Metabolisme seperti amoniak. Biasanya dasar yang digunakan untuk
mengukur konsumsi Oksigen oleh ikan selama transportasi adalah berat ikan
dan suhu air. Jumlah Oksigen yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada
jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan Oksigen meningkatikan akan
mengkonsumsi Oksigen pada kondisi stabil dan ketika kadar Oksigen menurun

6
konsumsi Oksigenoleh ikan lebih rendah dibandingkan konsumsi pada kondisi
kadar Oksigen yang tinggi. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan konsumsi
oksigen terlarut adalah nutrisi dan usia. Semakin besar bobot ikan maka
semakin banyak pula konsumsi oksigennya., begitu juga sebaliknya. Semakin
banyak konsumsi oksigen semakin besar laju metabolismenya (Gordon ,1972).
Konsumsi Oksigen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Intensitas dari metabolisme oksidatif dalam sel.


2. Kecepatan pertukaran yang mengontrol perpindahan air disekitar insang
yang berdifusi melewatinya.
3. Faktor internal yaitu kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang
dibawa menuju insang.
4. Afinitas oksigen dari haemoglobin. (lagler, 1977)

Semakin tinggi temperatur maka semakin sedikit Oksigen terlarut dan


bertambah besar konsumsi oksigen. Pengaruh temperatur ini terjadi karena
kenaikan temperatur akan menaikkan metabolisme. Pada umumnya hewan
poikiloterm metabolisme dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan, pada
suhu rendah metabolisme turun dan metabolisme akan meningkat pada suhu
lingkungan yang meningkat. (singh,1997). Fase inspirasi merupakan fase
pengambilan air ke dalam insang. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut:
tutup insang menutup, mulut terbuka, akibatnya tekanan dalam mulut rendah
dan air dari luar masuk ke dalam rongga mulut. Fase ekspirasi adalah fase
pengeluaran air. Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut
menutup, tutup insang membuka, tekanan yang lebih besar di dalam rongga
mulut menyebabkan air ke luar melewati celah tutup insang tersebut. Pada saat
air ke luar melalui lembaran insang, oksigen berdifusi ke dalam kapiler darah,
sedangkan CO2 berdifusi dari darah ke dalam air. Jadi pertukaran 02 dan CO2
pada ikan terjadi pada fase ekspirasi. Pengukuran tingkat konsumsi oksigen

7
dilakukan untuk mengetahui konsumsi oksigen ikan sehingga dapat diketahui
jumlah oksigen yang dibutuhkan.

2.3. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga


disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu
parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur
dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia
dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air
tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat
diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan
melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran
juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran
parameter ini sangat dianjurkan disamping paramter lain seperti BOD dan
COD.

2.4. Mekanisme
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan
komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana.
Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti
komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan.
Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta
anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air,
mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air.
Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar
oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak
cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut.

8
Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.
Analisis Pengukuran Untuk mengukur kadar DO dalam air, ada 2 metode
yang sering dilakukan: Metode titrasi dan Metode elektrokimia atau lebih
dikenal pengukran dengan DO-meter.

9
BAB III

BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Kamis, 23 Oktober 2014


Waktu : 12.30 – 14.00 WIB
Tempat : Laboratorium Akuakultur Gedung Dekanat Fakutas Perikanan
dan Ilmu Kelautan.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat yang digunakan :

1. Wadah plastik
Wadah sebagai media tempat penyimpanan ikan sementara, sebelum
dan sesudah diamati

10
2. Plastik Warp
Untuk mencegah difusi antara air dan oksigen

3. Intelligent Meter
Alat untuk mengukur temperatur, Ph, dan kadar oksigen,

4. Neraca Ohauss
Alat yang berfungsi untuk menimbang bobot ikan

11
3.2.2. Bahan yang digunakan :

1. Ikan Nila
Sebagai sampel konsumsi oksigen

2. Air
Sebagai media untuk ikan

12
3.3. Prosedur Kerja

1. Menyiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan seperti wadah


plastik, plastik Wrap, neraca Ohauss, Intelligent Meter, ikan nila dan air.
2. Mengisi air hingga penuh pada wadah plastik yang telah disiapkan.
3. Kemudian mengukur oksigen terlarut terlebih dahulu dengan menggunakan
Intelligent Meter lalu mencatat hasilnya.
4. Mengambil satu ekor ikan nila, lalu menimbang ikan tersebut dengan
menggunakan neraca Ohauss dan mencatat bobotnya.
5. Memasukan ikan kedalam wadah dengan hati hati tanpa ada air yang
memercik.
6. Lalu menutup wadah percobaan dengan plastik wrap agar tidak ada kontak
dengan udara luar dan terjadi difusi air dan oksigen. Perhatikan agar tidak
ada gelembung udara pada wadah atau plastik Wrap.
7. Dibiarkan selama 30 menit.
8. Setelah selesai, membuka penutup plastiknya, kemudian ikan dipindahkan
secara hati hati jangan sampai terjadi percikan air.
9. Mengukur oksigen terlarut pada air di wadah percobaan tersebut dengan
menggunakan Intelligent Meter .
10. Mencatat hasilnya.
11. DO pada awal percobaan dikurang DO pada akhir percobaan merupakan
konsumsi oksigen ikan tersebut.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil
Hasil praktikum Konsumsi Oksigen Ikan Nila disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1 Hasil Pengamatan
kelompok Berat ikan(gr) DO awal(mg/l) Do akhir(mg/l) Konsumsi
oksigen(mg/l)
1 16 2.2 0.26
2 3.1 2.7 0.103
3 10 2.3 0.4
4 16 2.8 0.13
5 33 4.3 2.3 0.12
6 18 3.1 0.13
7 29 2.4 0.131
8 23 2,8 0.13
9 23.3 3.7 0.023
10 41.03 3.5 0.024
11 24.32 3.4 0.05
12 19.73 3.2 0.081
13 43.16 4 3.7 0.0138
14 31.57 3.4 0.04
15 32.65 3.6 0.0245
16 22.26 3.7 0.0269
17 34.51 3.9 0.04
18 15.96 4.0 0.075
19 39.10 3.4 0.061
20 24.57 3,6 0,065

14
21 15.85 4.6 3.6 0.13
22 15.95 3.9 0.078
23 27.82 3.9 0.05
24 36.3 4.2 0.02
RUMUS : (DO awal – DO akhir) x 2
Konsumsi DO=
BOBOT IKAN

4.2. Pembahasan

Dari kegiatan praktikum mengenai Konsumsi Oksigen Ikan Nila yang telah
dilakukan pada hari Kamis 23 Oktober 2014 diperoleh sejumlah data seperti yang
dicantumkan pada Tabel 3 hasil pengamatan di atas.
Praktikum ini dilakukan dengan cara menghitung konsumsi oksigen pada ikan
mas dengan menggunakan metode alat pengukur DO meter atau titrasi. Namun, pada
praktikum kali ini dijelaskan mengenai konsumsi oksigen dengan menggunakan alat
ukur DO meter.Perlakuan yang dilakukan pada praktikum kali ini, yaitu dengan
menghitung DO awal yang dilakukan tanpa memasukkan organisme pada wadah
tersebut. Selanjutnya, melakukan penimbangan berat pada ikan mas. Ikan mas
tersebut kemudian dimasukkan dalam wadah dan ditutup rapat dengan plastic warp
dan karet. Ditunggu hingga, 30 menit dan akhirnya diukur DO akhir sehingga dapat
diperoleh konsumsi oksigen pada ikan mas dengan cara melakukan penghitungan
pengurangan pada DO awal dan DO akhir yang telah dicatat oleh praktikan.
Kemudian, data tersebut di masukkan dalam tabel pengamatan.
Pada praktikum ini oksigen sangat diperhatikan dalam konsumsinya pada ikan
mas.Berdasarkan tabel pengamatan, kelompok praktikan, yaitu kelompok 12
diperoleh data berat bobot ikan sebesar 19,73 g. Dengan DO awal sebesar 4 g/l DO
akhir 3.2 g/l konsumsi oksigen sebesar 0.081 g/l. Bila dibandingkan dengan

15
kelompok lain, tentunya perbedaan terdapat pada bobot ikan sehingga mempengaruhi
perbedaan pada DO awal, DO akhir, konsumsi oksigen, serta kebutuhan oksigen.
Namun, perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan bila dilihat dari bobot ikan lain
yang tak jauh berbeda dengan kelompok praktikan.
Pada praktikum ini kita dapat mengetahui konsumsi oksigen yang dibutuhkan
oleh ikan. Pada dasarnya praktikum ini untuk mengetahui laju pernafasana atu
respirasi ikan, kita ketahui bahwa pernafasan adalah suatu proses pengikatan oksigen
dan pengeluaran karbondioksida oleh darah melalui permukaan alat pernafasan, atau
pengangkutan oksigen dari lingkungan eksternal tubuh ke dalam lingkungan intrasel
ataupun sebaliknya pengangkutan karbondioksida dari lingkungan intrasel ke dalam
lingkungan eksternal tubuh. Alat pernafasan ikan diantaranya adalah insanga adapula
yang menggunakan paru paru, tetapi pada praktikum ini kita mengambil hewan uji
yaitu ikan mas yang tidak lain bernafas dengan insang, insang adalah komponen
penting dalam pertukaran gas, insang terdiri atas lengkungan tulang rawan yang
mengeras dengan beberapa filament insang didalamnya, setiap filament terdiri banyak
lamella.
Proses pernafasan ada 3 tahap yaitu yang pertama adalah ventilasi insang,
yaitu pengaliran air ke permukaan lamella insang melalui rongga mulut dan
dikeluarkan melalui operculum, kedua difusi O2 dan CO2 dan yang
ketiga pengangkutan O2. Ketersediaan oksigen dalam air sangat sedikit oleh karena
itu oksigen sering disebut sebagai factor pembatas, karena daya larut oksigen dalam
air kecil. Apabila kandungan oksigen dalam air rendah makaikan dan organism
akuatik lain harus memompa air dalam jumlah tertentu kepermukassn insang untuk
mendapatkan oksigen yang cukup agar kecepatan metabolismenya stabil.
Oksigen sebagai bahan pernafasan di butuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi
metabolisme. Oleh sebab itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh
kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya
oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi

16
ikan, dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup
(Fujaya, 2004).
Sebagai mana menurut Zonneveld, 1991 (dalam Aristiawan,
2012) bahwafaktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan, yaitu (1)
aktifitas, ikan dengan aktifitas tinggi misalnya ikan yang aktif berenang akan
mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif; (2) ukuran,
ikan yang ukurannya lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada
ikan yang ukurannya lebih besar sehingga konsumsi oksigennya lebih banyak;(3)
umur, ikan yang masih berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih
banyak daripada ikan yang lebih tua; (4) temperatur, ikan yang berada pada
temperatur tinggi laju metabolismenya tinggi sehingga konsumsi oksigennya lebih
banyak.
Perbandingan antara jumlah konsumsi oksigen pada ikan besar dan ikan kecil
dimana jumlah konsumsi ikan ikan kecil lebih banyak dibandingkan dengan jumlah
konsumsi oksigen ikan besar. Ini dikarenakan ikan kecil lebih banyak membutuhkan
oksigen lebih banyak untuk digunakan dalam pembentukan sel-sel yang ada dalam
tubuhnya dan juga untuk pertumbuhan, sedangkan ikan besar hanya membutuhkan
oksigen untuk mempertahankan hidup. Tetapi dari hasil praktikum jumlah konsumsi
ikan besar lebih banyak dari pada jumlah oksigen yang digunakan oleh ikan kecil. Ini
dikarenakan karena perbandingan bentuk tubuh antara ikan besar dan ikan kecil tidak
terlalu berbeda. Kebutuhan oksigen untuk tiap jenis biota air berbeda-beda,
tergantung dari jenisnya dan kemampuan untuk beradaptasi dengan naik turunnya
kandungan oksigen.Menurut Djawad dkk (2003), bahwa semakin besar suatu
organisme maka mengkonsumsi oksigen semakin besar pula karena semua anggota
tubuhnya bergerak memerlukan energi yang berasal dari oksigen dan makanan
(terjadi metabolisme dalam tubuh).
Ikan merupakan hewan poikiloterm, suhu tubuhnya akan menyesuaikan diri
dengan suhu lingkungannya. Suhu media air akan mempengaruhi kandungan oksigen
terlarut yang akan berakibat terhadap proses respirasi ikan (Debora, 2011).

17
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum “Konsumsi Oksigen Pada Ikan Mas” dapat disimpulkan
bahwa, setiap organisme membutuhkan proses respirasi. Pada praktikum ini
konsumsi oksigen pada ikan mas di pengaruhi beberapa faktor yaitu dari bobot ikan,
umur ikan, ukuran ikan, gerakan aktifitas ikan serta tingkat stress ikan. Faktor-faktor
tersebut dikarenakan bila umur suatu organism terlalu tua, maka laju metabolismenya
juga semakin rendah. Umur ikan juga mempengaruhi ikan, dan ukuran ikan yang
berbeda membutuhkan O2 yang berbeda. Semakin besar ukuran ikan, jumlah
konsumsi O2/mg berat badan makin rendah. Ikan yang aktif membutuhkan O2 lebih
banyak dibandingkan ikan yang pasif.

5.2 Saran
Pada praktikum kali ini diharapkan para praktikan, sangat memahami cara
mengambil oksigen terlarut di perairan dengan menggunakan reagen, serta dapat
mengetahui cara pakai alat DO meter, dan lebih teliti dalam melaksanakan praktikum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Universitas Sumatera Utara. “Nila”. 2011.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27428/4/Chapter%20II.pdf
(diakses tanggal 27 Oktober 2014 pada pukul 23.00 WIB)

Dinas Kelautan dan Perikanan Daerah Provinsi Sulawesi tengah . “PETUNJUK


TEKNIS PEMBENIHAN DAN PEMBESARAN IKAN NILA
Oreochromis niloticus. 2011.
http://www.smecda.com/files/budidaya/ikan_nila.pdf
(diakses tanggal 27 Oktober 2014 pada pukul 23.05 WIB)

IPB. “BAB II Tinjauan Pustaka”. 2010.


http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/55912/BAB%20II%
20Tinjauan%20Pustaka.pdf?sequence=2
(diakses tanggal 27 Oktober 2014)

Alfiansyah.Muhammad.2011.Sistem Pernapasan Ikan (Pisces). http://www.sentra-


edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html.
(diakses pada tanggal 27 Oktober pada pukul 24.00 WIB)

Anwar, D, D. A. Setiawibowo dan Y. Triwijiwati. 2009. Respirasi (Tingkat


Konsumsi Oksigen) dan Ketahanan Ikan di luar Media
Air. http://firebiology07.wordpress.com/2009/04/21/termoregulasi-
pengaturan-suhu-tubuh/.
(diakses pada tanggal 28 Oktober 2014 pada pukul 18.00 WIB)

Soewondo. 2000. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdiknas

Tim Dosen. 2012. Bahan Kuliah Fisiologi Hewan. Medan: FMIPA Unimed

19

Anda mungkin juga menyukai