Makalah Masyarakat Madani Dan Kesejahteraan Umat
Makalah Masyarakat Madani Dan Kesejahteraan Umat
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Adanya beberapa kasus penindasan rakyat yang dilakukan oleh penguasa merupakan
realitas yang sering kita lihat dan dengar dalam pemberitaan pers, baik melalui media cetak
maupun elektronik yang menimbulkan dampak yang besar bagi masyarakat. Bagaimana
masyarakat dapat menanggapi masyarakat tersebut adalah hal yang perlu dikaji bersama.
Untuk meninjau hal tersebut Islam memiliki ajaran yang konkrit untuk menciptakan kondisi
masyarakat yang islami, karena islam bukan hanya sekedar agama yang memiliki konsep
ajaran spiritualitas atau ubudiyah semata.
Kemungkinan akan adanya kekuatan masyrakat sebagai bagian dari komunitas sebuah
negara akan mengantarkan pada sebuah konsep masyarakat madani. Masyarakat madani
merupakan konsep yang mengalami proses yang sangat panjang. Masyarakat madani
muncul bersamaan dengan adanya proses modernisasi, terutama pada saat transformasi
dari masyarakat feudal dan menuju masyarakat modern. Dalam mendefinisikan masyarakat
madani ini sangat bergantung pada kondisi sosio-kultural suatu bangsa. Dalam islam
masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang taat pada aturan Allah SWT, hidup dengan
damai dan tentram, dan yang tercukupi kebutuhan hidupnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam melakukan perannya hendaknya umat Islam didasari pada pengetahuan dan
wawasan yang meliputi:
a) Wawasan Keislaman
b) Wawasan atau pemahaan secara utuh tentang ajaran-ajaran Islam
c) Wawasan Kebangsaan
d) Merupakan peningkatan rasa nasionalisme.
e) Wawasan Kecendikian
f) Peningkatan dalam kualitas kecendikian.
g) Wawasasan Kepemimpinan
Meliputi usaha dalam peningkatan dan pengembangan jati diri dan kepemimpinan umat
serta wawasan kesejahteraan guna meningkatkan kegiatan ekonomi kerakyatan.
Banyak yang sudah dilakukan umat Islam dalam menunjukan perannya dalam
membangun masyarakat madani. Tapi akhir-akhir ini pandangan Islam buruk karena banyak
umat Islam di Indonesia yang bersikap dan bertindak tanpa wawasan keislaman yang benar.
Mereka bertindak atas nama umat Islam, oleh karena ini yang memperburuk pandangan
masyarakan tentang Islam.[8]
Dengan kata lain, kerja yang merupakan bagian dari amal tak lepas dari kaitan iman seseorang. [14]
Menurut Geertz Etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang
dipancarkan hidup. Etos adalaha aspek evaluatif yang bersifat menilai. Maka dalam hal ini
bisa dinyatakan apakah kerja, dalam hal yang lebih khusus, usaha komersial, dianggap
sebagai suatu keharusan demi hidup, atau sesuatu imperatif dari diri, ataukah sesuatu yang
terikat pada identitas diri yang telah bersifat syakral? Identitas diri dalam hal ini adalah suatu
yang telah diberikan oleh agama.[15]
Sehingga dapat dikatakan bahwa ethos kerja seorang muslim ialah semangat
menapaki jalan lurus, mengharapkan ridha Allah SWT. berdasarkan al-Qur’an dan al-Hadits
sebagai tuntunan dan pegangan bagi mereka karena Al-Qur’an dan Al-Hadits mempunyai
fungsi tidak hanya mengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga mengatur umat dalam
memberikan tuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan kerja.[16]
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan (QS. Al-Qashash:77).
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa apa yang pada diri mereka.” (QS:Ar-Ra’d : 11)
Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya,
dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.”[17]
Etika kerja dalam Islam yang perlu diperhatikan adalah
a) Adanya keterkaitan individu terhadap Allah sehingga menuntut individu untuk bersikap
cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhaan
Allah dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya.
b) Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan.
c) Tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus
dipekerjakan secara professional dan wajar.
d) Tidak melakukan pekerjaan yang mendurhakai Allah yang ada kaitannya dengan minuman
keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Allah.
e) Professionalisme dalam setiap pekerjaan.[18]
Berikut ini merupakan penjelasan tentang ciri-ciri etos kerja muslim tersebut adalah
kutipan dari buku Memperdayakan Etos Kerja Islam yang ditulis oleh K.H.Toto Tasmara. 25
ciri etos kerja islam itu adalah sebagai berikut:
1. Mereka kecanduan terhadap waktu
2. Mereka memiliki moralitas yang bersih (ikhlas)
3. Mereka kecanduan kejujuran
4. Mereka memiliki komitmen
5. Istiqomah Kuat Pendirian
6. Mereka kecanduan disiplin
7. Konsekuan dan berani menghadapi tantangan
8. Mereka memiliki sikap percaya diri
9. Mereka orang yang kreatif
10. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
11. Mereka bahagia karena melayani
12. Mereka memiliki harga diri
13. Memiliki jiwa kepemimpinan
14. Mereka berorientasi ke masa depan
15. Hidup berhemat dan efisien
16. Memiliki jiwa wiraswasta
17. Memiliki insting bertanding
18. Keinginan untuk mandiri
19. Mereka kecanduan belajar dan haus ilmu
20. Memiliki semangat perantauan
21. Mempertahankan kesehatan dan gizi
22. Tangguh dan pantang menyerah
23. Berorientasi pada produktivitas
24. Memperkaya jaringan silaturahmi
25. Mereka memiliki semangat perubahan[19]
2.7 Filantropi: Zakat dan Wakaf
Jenis Zakat
- Zakat terbagi atas dua jenis yakni:
- Zakat fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadan. Besar zakat
ini setara dengan 3,5 liter (2,7 kilogram) makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
- Zakat maal (harta)
Zakat yang dikeluarkan seorang muslim yang mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.[21]
Hak Zakat
Meskipun zakat dijelaskan di dalam Al-Qur’an seara singkat, tetapi khusus mengenai
orang yang berhak menerima zakat, disebutkan secara jelas dalam Surah at-Taubah ayat 60
orang-orang yang berhak menerima (mustahik) zakat yakni:
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan oran-orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dari ayat diatas, jelas bahwa Allah dengan tegas menunjukkan kepada umat islam
kemana zakat itu harus disalurkan. Hal ini mengingatkan agar mereka memberikan harta
zakat itu kepada orang-orang yang berhak menerimanya, karena mereka adalah kelompok
orang yang sangat membutuhkan bantuan-bantuan pihak lain. Hal ini menunjukkan bahwa
sasaran utama lembaga zakat adalah untuk menghapuskan kemiskinan dan kemelaratan
umat Islam. Hal tersebut menunjukkan begitu pentingnya kedermawaan dan kepedulian
umat Islam terhadap sesama umat manusia.
Hikmah Zakat
Adapun hikmah yang dapat diambil dari menunaikan ibadah zakat yaitu:
1. Apabila dilihat dari segi orang yang memberi zakat yakni:
Zakat dapat mendidik orang untuk membersihkan jiwanya dari sifat kikir, tamak, sombong
dan angkuh karena kekayaannya. Ibadah zakat juga dapat menumbuhkan sifat perhatian dan
peduli terhadap orang lemah dan miskin.
2. Apabila dilihat dari segi orang yang memerima zakat yakni:
Zakat memberikan harapan dan optimisme. Mereka memiliki harapan untuk dapat
menyambung hidupnya dan mengubah nasibnya, sekaligus menghilangkan sifat iri, dengki
dan kecemburuan terhadap orang-orang kaya sehingga kesenjangan antara kaya dan miskin
dapat diperkecil bahkan mungkin dapat dihilangkan.
Syariat islam tentang zakat mendorong adanya pemerataan pendapatan dan
kepemilikan harta dikalangan masyarakat muslim, menghilangkan monopoli dan
penumpukan harta pada sebagian masyarakat. Selanjutnya mendorong sistem ekonomi yang
berdasarkan kerja sama dan tolong menolong.
Syarat Wakaf
Syarat wakaf yang menjadi syarat utama agar dapat sahnya suatu akad wakaf adalah
seorang wakif telah dewasa, berakal sehat, tidak berhalangan membuat perbuatan hukum,
dan pemilik utuh dan sah dari harta benda yang diwakafkan.
Akad wakaf yang diikrarkan seorang wakif harus disaksikan oleh dua orang saksi dan
pejabat pembuat akta wakaf. Ikrar akad wakaf dilaksanakan dengan ikrar dari wakif untuk
menyerahkan harta benda yang dimiliki secara sah untuk diurus oleh nadzir (orang yang
mengurus harta wakaf) demi kepentingan ibadah dan kesejahteraan masyarakat.
· Rukun Wakaf
a) Ada yang berwakaf, syarat:
b) Berhak berbuat kebaikan, sekalipun ia bukan islam.
c) Kehendak sendiri, tidak sah karena dipaksa.
d) Ada barang yang diwakafkan, syaratnya:
e) Kekal zatnya. Berarti bila manfaatnya diambil, zat baang itu tidak rusak.
f) Kepunyaan yang mewakafkan, walaupun musya’ (bercampur dan tidak dapat dipisahkan dari
yag lain).
g) Ada tempat berwakaf (yang berhak menerima hasil wakaf tersebut)
h) Lafaz, seperti: “saya wakafkan ini kepada orang-orang miskin, atau saya wakafkan ini untuk
membuat benteng.”[23]
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa masyarakat madani adalah masyarakat berbudaya
dan al-madaniyyah (tamaddun) yang maju, modern, berakhlak dan memiliki peradaban,
semestinya melaksanakan nilai-nilai agama (etika reliji) atau bagi kita mengamalkan ajaran
Islam (syarak) dengan benar. Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya
kesejahteraan umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu
perubahan yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa
yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan bermasyarakat kita
tidak ketinggalan berita.
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah islam yang terdokumentasi sebagai masyarakat
madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat
wacana masyarakat madani merupakan konsep yang bersumber dari pergolakan
politik dan sejarah masyarakat Eropa Barat yang mengalami perubahan pola kehidupan
Feodal menuju kehidupan masyarakat industri kapitalis. Perkembangan wacana masyarakat
madani dapat diurutkan dari Cirero sampai pada Antonio Gramsci dan de’Tocquiville. Bahkan
menurut Manfred Ridel, Cohen, dan Arato serta M. Dawam Rahardjo, wacana masyarakat
madani sudah ada pada masa Aristoteles.
http://kacapermata.blogspot.com/2008/05/peranan-umat-islam-masa-kini.html
http://www.ikadi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=689:etos-kerja-
dalam-islam&catid=41:tafakkur&Itemid=72
http://hmasoed.wordpress.com/2012/03/20/konsep-masyarakat-madani-dengan-
bimbingan-agama-menuju-pemerintahan-yang-aman
http://fixguy.wordpress.com/makalah-masyarakat-madani/
http://nabillahabsyiah.blogspot.com/2012/03/karakteristik-masyarakat-madani.html