Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN DEKUBITUS
“Keperawatan Medikal Bedah”

Di Susun Oleh

TIM PKRS
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2017
PENCEGAHAN DEKUBITUS
“Keperawatan Medikal Bedah”
RUANG 25
RSSA MALANG

Disusun Oleh:
Dian Ratna
Elva Kumalasari
Suhari Wijiyono

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2017

JL. Trunojoyo No.16 Telp. (0341) 397644, Fax. (0341) 396625 Panggungrejo
Kepanjen Malang
LEMBAR PENGESAHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN DEKUBITUS
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Tanggal 14 Desember 2017

Oleh:
Mahasiswa Profesi Ners STIKes Kepanjen Pemkab.Malang

Anggota Kelompok 13:


Dian Ratna 1730022
Elva Kumalasari 1730025
Suhari Wijiyono 1730056

Mengetahui

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

(……………..…….………) (……….…………………)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pengantar
Materi : Pencegahan Dekubitus
Pokok Bahasan : Pencegahan Dekubitus
Hari/tanggal : Kamis, 26 Oktober 2017
Waktu pertemuan : 35 menit
Tempat : Ruang tunggu 25 RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Sasaran : Keluarga pasien dan pengunjung

2. Pokok Bahasan
“Pencegahan Dekubitus”

3. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan (health education), diharapkan peserta dapat
mencegah terjadinya dekubitus.

4. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan (health education), peserta mampu menyebutkan:
a. Mengerti dan memahami tentang pencegahan primer pada penyakit
dekubitus.
b. Mengerti dan memahami tentang pencegahan sekunder pada penyakit
dekubitus.
c. Mengerti dan memahami tentang pencegahan tersier pada penyakit
dekubitus.

5. Sub Poko Bahasan terlampir


a. Pencegahan primer dekubitus.
b. Pencegahan sekunder dekubitus.
c. Pencegahan tersier dekubitus.

6. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah keluarga pasien dan pengunjung.
7. Metode
Metode yang digunakan saat penyuluhan adalah ceramah dan tanya jawab.

8. Media
Media yang digunakan saat penyuluhan adalah leaflet, laptop, dan LCD.

9. Setting tempat

Keterangan:
: Peserta : Fasilitator

: Penyaji : Observer

: Moderator

10. Pengorganisasian
a. Moderator : Suhari Wijiyono
Tugas :
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
2) Memperkenalkan diri.
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan.
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan.
6) Menulis pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan.
7) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan peyaji.
b. Penyaji : Dian Ratna
Tugas :
1) Menggali pengetahuan peserta tentang pencegahan dekubitus.
2) Menjelaskan materi mengenai pencegahan dekubitus.
3) Menjawab pertanyaan peserta.
c. Fasilitator : Elva Kumalasari
Tugas :
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan.
2) Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan.
3) Memotivasi keluarga pasien agar berpartisipasi dalam penyuluhan.
4) Memotivasi masyarakat untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya.
5) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta.
d. Observer : Elva Kumalasari
Tugas :
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal beserta kegiatan penyuluhan
berlangsung.

11. Strategi Pembelajaran


Dibuat berdasarkan masing-masing materi penyuluhan:
Fase/Waktu Penyuluh Kegiatan Peserta
Pembukaan 1. Menyampaikan salam Memperhatikan
(10 menit) pembukaan. Reinforcement
2. Mereview masalah
pencegahan dekubitus.
Pengembangan 1. Menjelaskan kepada peserta Memperhatikan dan
(15 menit) penyuluhan tentang pencegahan menanyakan hal yang
primer dekubitus. kurang jelas.
Memberikan pendapat
2. Menjelaskan kepada peserta dan menyatakan
penyuluhan tentang pencegahan kesediaan
sekunder dekubitus.
3. Menjelaskan kepada peserta
penyuluhan tentang pencegahan
tersier dekubitus.
Penutup 1. Menyampaikan Memperhatikan
(20 menit) kesimpulan tentang materi yang
disampaikan.
2. Evaluasi kepada
pasien tentang masalah Menjawab pertanyaan
pencegahan dekubitus. yang diajukan
3. Ucapan terima
kasih dan salam penutup.

12. Evaluasi
a. Struktural
- Sap sudah siap 1 hari sebelum kegiatan penyuluhan.
- Peserta hadir ditempat penyuluhan.
- Penyelenggaraan, penyuluhan dilakukan diruang 25 Dr. Saiful Anwar
Malang.
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari sebelumnya
(satuan acara penyuluhan).
- Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai.
b. Proses
- Jumlah peserta penyuluh minimal 3 peserta.
- Media yang digunakan adalah leaflet, laptop, dan LCD.
- Waktu penyuluhan adalah 35 menit.
- Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan penyuluhan.
- Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik.
- Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat dilakukan kegiatan
penyuluhan.
- Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan.

13. Hasil
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan memahami tentang
pencegahan primer, sekunder, dan tersier dekubitus.

14. Pertanyaan
a. Pencegahan primer dekubitus.
b. Pencegahan sekunder dekubitus.
c. Pencegahan tersier dekubitus.
Lampiran: Materi Penyuluhan
PENCEGAHAN DEKUBITUS

A. Primary Prevention
Primary prevention atau upaya pencegahan primer merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan sebelum suatu penyakit terjadi. Upaya ini umumnya
bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit dan sasarannya adalah faktor
penyebab, faktor penjamu, serta lingkungan. Primary prevention ini dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1) Health promotion
Health promotion atau promosi kesehatan merupakan salah satu upaya
preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit dekubitus. Adapun
bentuk-bentuk pencegahan-nya adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan merupakan salah satu upaya dalam rangka
pelayanan kesehatan yang optimal kepada masyarakat. Penyakit dekubitus
merupakan salah satu penyakit yang harus diketahui oleh masyarakat dan
peran sebuah puskesmas atau lembaga kesehatan lainnya dalam memberikan
pendidikan kesehatan menjadi harapan yang sangat penting bagi masyarakat,
namun disamping itu peran dari anggota keluarga sangatlah berperan penting
dalam keberhasilan ini karena yang kontak langsung dengan penderita setiap
saat adalah keluarga.
b. Mengubah perilaku.
Mengubah perilaku dalam menanggulangi penyakit dekubitus salah
satunya, yaitu berorientasi pada perilaku yang diharapkan perilaku sehat
sehingga mempunyai kemampuan mengenal masalah dalam dirinya,
keluarga, dan kelompok dalam meningkatkan kesehatannya.
c. Mengubah gaya hidup.
Penyakit dekubitus adalah suatu komplikasi dari sebuah penyakit yang
dapat disebabkan oleh banyak hal antara lain kelembaban dari kulit
penderita, kurangnya aktivitas mobilisasi fisik, dan hygiene lingkungan dari
penderita. Mengubah gaya hidup, yaitu dengan pastikan penderita selalu
diingatkan atau diajarkan untuk jadwal mobilisasi fisik, menjaga kebersihan
lingkungan terutama kulit, serta merubah-ubah posisi tidur untuk memiring-
miringkan. Selain itu, kita juga harus menjaga kebersihan diri, lingkungan,
dan menghindari kontak dengan sumber infeksi lain.
d. Meningkatkan kesadaran.
Meyakinkan kepada seluruh masyarakat khususnya daerah tempat tinggal
kita, bahwa bahaya penyakit dekubitus bukanlah penyakit yang bisa
disepelekan begitu saja.
2) General & specific protection

B. Secondary Prevention
Secondary prevention atau upaya pencegahan sekunder merupakan upaya
pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung, tetapi belum
timbul tanda atau gejala sakit. Tujuan upaya pencegahan ini adalah untuk mencegah
meluasnya penyakit, mencegah timbulnya wabah, serta proses penyakit lebih lanjut.
Sasarannya adalah penderita atau suspect (dianggap penderita dan terancam
menderita). Pada pencegahan sekunder termasuk upaya bersifat diagnosis dini dan
pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment).
1) Early diagnosis
a. Luka dekubitus tahap I
Area eritema yang tidak memucat, pembengkakan jaringan, kongesti, dan
pasien mengeluh tidak nyaman. Suhu kulit meningkat karena peningkatan
vasodilatasi. Kemerahan berubah menjadi lebih gelap, tampak sianosis biru
keabuan yang diakibatkan oleh oklusi pada kapiler kulit dan melemahnya
subkutan.
b. Luka dekubitus tahap II
Menunjukkan luka pada kulit epidermis atau dermis, abrasi (lepuh atau
lubang yang dalam), terjadi nekrosis, terjadi penebalan vena dan thrombosis,
serta edema dengan ekstravasasi selular dan infiltrasi.
c. Luka dekubitus tahap III
Meluas sampai jaringan subkutan. Secara klinis terdapat lubang yang
dalam dengan tanpa erosi jaringan yang berdekatan.
d. Luka dekubitus tahap IV
Meluas ke dalam struktur di bawahnya, termasuk otot dan kemungkinan
tulang. Es kulit hanya menggambarkan “puncak dari gunung es” karena
permukaan ulkus yang kecil mungkin timbul di atas area erosi yang luas.

C. Tertiary Prevention
Tertiary prevention atau upaya pencegahan tersier merupakan upaya pencegahan
yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut. Tujuannya adalah untuk
pencegahan cacat atau komplikasi, bertambahnya penyakit, dan kematian.
Sedangkan, sasarannya adalah untuk penderita penyakit itu sendiri. Pada proses
pascapatogenesis terdapat beberapa kemungkinan tingkat kesembuhan, yaitu:
1) Sembuh sempurna, baik bentuk, dan fungsi tubuh kembali semula seperti
keadaan sebelum sakit.
2) Sembuh dengan cacat, kesembuhan tidak sempurna, dan ditemukan cacat pada
pejamu (kondisi cacat dapat berupa cacat fisik, fungsional, dan sosial).
3) Karier, dalam diri pejamu masih ditemukan bibit penyakit dan suatu saat
penyakit dapat timbul kembali (daya tahan tubuh menurun).
Untuk meminimalisir kondisi cacat dan kerier, ketika pasca-patogenesis dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu disability limitation dan rehabilitation:
1) Disability limitation
Disability limitation atau pembatasan kecacatan berusaha untuk
menghilangkan gangguan kemampuan berfikir dan bekerja yang diakibatkan
oleh penyakit dekubitus. Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha early
diagnosis and promotif treatment, yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat (tidak terjadi
komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan, maka dicegah agar kecacatan tersebut
tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini dipertahankan
semaksimal mungkin.
2) Rehabilitation
Rehabilitasi adalah usaha untuk mencegah terjadinya penyembuhan penyakit
dan pengembalian fungsi fisik, psikologik, dan sosial. Tindakan ini dilakukan
pada seseorang yang proses penyakitnya telah berhenti. Tujuannya adalah untuk
berusaha mengembalikan penderita kepada keadaan semula (pemulihan
kesehatan) atau paling tidak berusaha mengembalikan penderita pada keadaan
yang dipandang sesuai dan mampu melangsungkan fungsi kehidupannya. Dalam
penyembuhan penyakit dekubitus dan proses rehabilitasi, meliputi:
a. Rehabilitasi mental
Agar bekas penderita dapat menyesuikan diri dalan hubungan perorangan
dan sosial secara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan terjadinya cacat
muncul pula kelainan-kelainan atau gangguan mental. Untuk hal ini bekas
penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dalam
masyarakat. Seperti pada penderita dekubitus yang mengalami penurunan
semangat hidup, penderita harus menjalani rehabilitasi mental untuk
mengembalikan semangat hidup.
b. Rehabilitasi social vokasional
Agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan dalam masyarakat
dengan kapasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesuai dengan
kemampuan dan ketidakmampuannya.
c. Rehabilitasi aesthetis
Usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri
tidak dapat dikembalikan, misalnya: penggunaan mata palsu. Seperti pada
penderita dekubitus tidak memungkinkan fungsi kulitnya yang terkena luka
tersebut kembali baik sempurna seperti sebelum terkena luka.
DAFTAR PUSTAKA

H. R. Leavell & E. G. Clark. 1965. Preventive Medicine For The Doctor In His
Community an Epidemiologic Approach. New York: McGraw-Hill.
Smeltzer, S. C & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai