Anda di halaman 1dari 3

Crush Injury

1. Definisi
Crush Injury didefinsikan sebagai luka yang hancur pada extremitas atau anggota
badan lain yang mengakibatkan terjadinya kerusakan yang serius, meliputi; kulit dan
jaringan lunak dibawa kulit, kerusakan pembuluh darah, persarafan, tendon, fascia ,
bone joint ( lokasi penghubung anatara tulang ), kerusakan tulang serta komponen
didalam tulang. Crush injury lebih sering mengenai anggota gerak dibanding anggota
tubuh yang lain. 1,2

2. Patofisiologi
Pada crush injury kerusakan lapisan kulit dan subkutan dapat mempermudah
masuknya kuman melalui lokasi luka yang terbuka sehingga sangat penting pada ada
anamnesis dapat diketahui mengenai mekanisme trauma dan lokasi kejadian, agar
dapat mengetahui risiko terjadinya infeksi.1,2,6
Kerusakan pembuluhh darah dapat disebabkan oleh kekuatan crush injury
yang mengakibatkan hilangnya suplai darah ke otot. Biasanya otot dapat bertahan
selama 4 jam tanpa aliran darah ( warm ischemia time) masuk dalam sel otot,
kemudian sel-sel otot akan mati. Selanjutnya terjadi kebocoran membrane plasma sel
otot serta kerusakan pembuluh darah yang akan mengakibatkan cairan intravaskuler
akan terakumulasi ke jaringan yang cedera. Hal ini dapat dapat menyebabkan
hipovelemia yang signifikan sehingga mengakibatkan terjadi syok hipovolemik, serta
kehilangan ion calcium (Ca+) sehingga berpotensi menyebabkan terjadinya
hipokalsemia.1,2,5,6
Kerusakan saraf tibialis, dapat mengakibatkan hilangnya reflek neurologis
yang signfikan pada sebelah distal regio cruris, sebab cabang n.Tibialis dapat
menginervasi regio pedis.1,2
Jika tulang patah maka periosteum dan pembuluhh darah pada kortek,
sum-sum dan jaringan lunak sekitarnya mengalami gangguan / kerusakan. Perdarahan
terjadi dari ujung tulang yang rusak dan dari jaringan lunak (otot) yang ada
disekitarnya. Hematoma terbentuk pada kannal medullary antara ujung fraktur tulang
dan bagian bawah periosteum. Jaringan nekrotik ini menstimulasi respon inflamasi
yang kuat yang dicirikan oleh vasodilasi, eksudasi plasma dan lekosit , dan infiltrasi
oleh sel darah putih lainnya. Kerusakan pada periosteum dan sum-sum tulang dapat
mengakibatkan keluarnya sumsum tulang terutama pada tulang panjang, sumsum
kuning yang keluar akibat fraktur masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti
aliran darah sehingga mengakibatkan terjadi emboli lemak ( Fat emboly ). Apabila
emboli lemak ini sampai pada pembuluh darah kecil, sempit, dimana diameter emboli
lebih besar dari pada diameter pembuluh darah maka akan terjadi hambatan aliran-
aliran darah yang mengakibatkan perubahan perfusi jaringan. Emboli lemak dapat
berakibat fatal apabila mengenai organ-organ vital seperti otak, jantung, dan paru-
paru.1,2,4
Kerusakan pada otot dan jaringan lunak juga dapat menimbulkan nyeri yang
hebat karena adanya spasme otot. Sedangkan kerusakan pada tulang itu sendiri
mengakibatkan terjadinya perubahan ketidakseimbangan dimana tulang dapat
menekan persyarafan pada daerah yang terkena fraktur sehingga dapat menimbulkan
penurunan fungsi syaraf, yang ditandai dengan kesemutan, rasa baal dan kelemahan.
Selain itu apabila perubahan susunan tulang dalam keadaan stabil atau benturan akan
lebih mudah terjadi proses penyembuhan fraktur dapat dikembalikan sesuai dengan
anatominya.1,2,3
Biasanya jika penanganan awal tidak dilakukan dengan baik, akan
berkembang timbul tanda-tanda dari crush syndrome yang mana akibat kerusakan sel-
sel otot sebagai akibat dari crush injury. Crush syndrome ditandai dengan adanya
gangguan sistemik.1,2

3. Etiologi
Penyebab utama dari crush injury adalah banyak faktor antara lain ; tertindih
oleh objek berat, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja pada Industri, kecelakaan
kerja lain yang menyebabkan luka hancur yang serius.1
DAFTAR PUSTAKA

1. James R. Dickson M. D., FACEP, Crush Injury


http://www.bt.cdc.gov/masscasualties/blastinjuryfacts.asp
2. Clifton Rd. “ Crush Injury and Crush Syndrome” Centers for Disease Control and
Prevention, Atlanta,USA 2009 ;
http://www.bt.cdc.gov/masscasualties/blastinjuryfacts.asp
3. Darren J. Malinoski, MD, Matthew S. Slater, MDc, Richard J. Mullins, MD “Crush
injury and rhabdomyolysis”Department of Surgery, Oregon Health & Science
University” D.J. Malinoski et al / Crit Care Clin 20 (2004) 171–192.
http://www.thedenverclinic.com/services/mangled/extremity-trauma-home/35-
news/50-crush-injury-to-lower-legs.html
4. Edward J. Newton, MD“Acute Complications of Extremity Trauma” Department of
Emergency Medicine, Keck School of Medicine, LACþUSC Medical Center,
Building GNH 1011, 1200 North State Street, Los Angeles, CA 90033, USA.
http://www.thedenverclinic.com/services/mangled/extremity-trauma-home/35-
news/50-crush-injury-to-lower-legs.html
5. dr. Vitriana, Sprm “ Bagian Ilmu Kedokteran Fisik Dan Rehabilitasi Fk-Unpad /
Rsup.Dr.Hasan Sadikin Fk-Ui / R supn Dr.Ciptomangunkusumo .2002
6. Mychael.B. Straut “ Lower Leg Amputation”
http://search.mywebsearch.com/mywebsearch/redirect.jhtml?searchfor Leg+
Amputation+Surgery. Apload 08 Feb 2003; 21.30

Anda mungkin juga menyukai