Anda di halaman 1dari 10

BIOGRAFI PENGUSAHA SUKSES

NAZLIANA LUBIS

“Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah


Kewirausahan”

Dosen pengampu: 1. Dr. H. Chairul Rochman, M.Pd.

2. Dindin Nasrudin, M.Pd. MM

Disusun Oleh:
Nurfauziyah
NIM 1162070052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
A. Biografi Nazliana Lubis
Bisnis kuliner tak pernah ada matinya melahirkan pengusaha-
pengusaha wahid. Salah satunya ialah seorang wanita bernama Nazliana
Lubis, pengusaha aneka kue di Medan, Sumatra Utara. Berkat kerja keras
juga ditambah ketekunan jadilah bisnisnya tumbuh. Dia berhasil
mengembangkan usaha kecilnya dari sebuah toko kue kecil jadi bisnis
ratusan juta rupiah. Salah satu andalahan tokonya yang selalu habis yaitu
cake pisang. Nazwa kemudian memberinya nama Blondi Pisang Barangan.
Toko kue ini milik Nazalina atau kerap dipanggil Nazwa yang di Jl.

http://indonesiaenterpreneur.blogspot.co.id/2017/04/nazliana-lubis-pemilik-
nazwa-aneka-kue.html

Kapten Muchtar Basri No. 110, Medan itu cukup kondang di Sumatra
Utara. Beberapa hotel berbintang di Medan sudah menjadi pelanggan
tetap, seperti Hotel JW Marriot, Hotel Ina Dharmadeli, Hotel Tiara, Hotel
Danau Toba, dan Madani Hotel. Hotel- hotel tersebut memesan sedikitnya
500 potong sekali acara saja. "Padahal, saban hari, satu hotel bisa
menyelenggarakan sampai tiga kali event," jelasnya. Bukan hanya hotel,
Nazwa juga rutin mendapat pesanan dari beberapa bank, perusahaan
swasta, sekolah, dan instansi pemerintah di Sumatra Utara. Ia sekarang
bisa menghabiskan 3.000 telur dan 8 karung tepung atau sekitar 200
kilogram (kg) tepung per hari. Selain kue ternyata tokonya juga melayani
pemesanan nasi boks. Perusahaan atau pemda biasanya memesan 1.000
hingga 1.800 nasi boks.

Sebelum sibuk berjualan kue wanita berkerudung lulusan D3


Pariwisata Universitas Sumatra Utara tahun 1989 ini, sempat bekerja di
bagian tiketing di sebuah biro perjalanan selama tiga tahun. Tahun 1991,
dia lalu pindah ke perusahaan maskapai penerbangan Simpati. Jabatan
terakhirnya, supervisor. "Kerja di perusahaan penerbangan itu memiliki
gengsi tersendiri. Saya punya kesempatan untuk jalan-jalan ke berbagai
daerah," kata perempuan kelahiran Medan, 23 Januari 1965 ini.

B. Kisah Pemilik Toko Kue Nazwa


Di tangan orang-orang kreatif, pekerjaan sekecil apa pun akan
membesarkan kehidupan, jika dilakukan dengan kesungguhan hati.
Pepatah ini terasa pas untuk menggambarkan kisah sukses Nazliana Lubis,
ibu tiga anak pemilik usaha aneka kue di Jalan Kapten Muchtar Basri,
Medan, yang kondang di kawasan Sumatera Utara. Menurut istri Fadlin
Ja'far ini, kerja keras dan ketekunanlah kuncinya.
Berkat ketekunan dan kerja keras, Nazliana berhasil membesarkan
toko kue Nazwa Aneka Kue. Jika tadinya hanya membuat donat aneka
rasa, kini ia juga membuat seratusan jenis kue enak, yang telah ia hapal
luar kepala cara membuatnya. Salah satu kue khas olahannya yang jadi
best seller adalah cake pisang yang diberi nama Blondi Pisang Barangan
yang terkenal itu. Tak hanya kue, Nazliana pun kini sudah melebarkan
usahanya ke unit usaha lain, diantaranya katering, wedding organizer,
dekorasi, entertaintment, dan kafe. Seiring dengan pelebaran usahanya itu,
Nazliana kini mempekerjakan hampir seratus karyawan. Semua unit usaha
itu diberi label Nazwa, sesuai singkatan nama anaknya.
Nazliana menjelaskan, bisnis Nazwa bukanlah spekulan yang
bermimpi tinggi, melainkan membiarkan berjalan apa adanya seiring
waktu, sejak pertama kali didirikan pada 1998 silam. Dilihat dari waktu
itulah, Nazliana merasa perjalanan bisnisnya termasuk lambat. Tapi
baginya tak masalah karena Nazwa hanyalah usaha keluarga, yang sudah
cukup bila kehadirannya bisa membantu keluarga, lingkungan, dan anak-
anak putus sekolah. Nazliana pun juga merasa dirinya tidak bisa sukses
tanpa kehadiran mereka. Sukses itu pula yang membuatnya kerap
diundang pemerintah maupun swasta untuk menjadi pembicara dalam
berbagai acara pelatihan sebagai motivator. Nazliana memang senang
memotivasi orang agar tetap berpikiran positif, membuka pikiran mereka,
khususnya para ibu dalam membuka peluang usaha untuk membantu
ekonomi rumah tangga. Ia senang melakukannya karena dari situlah orang
akan selalu mengingatkan, dan itu sangat membahagiakan. Menurut
Nazlina, hanya segelintir saja pengusaha yang rela berbagi ilmu karena
takut rahasia dapurnya terbuka. Namun baginya, tidak masalah kalau kue
produknya ditiru. Ia lebih memikirkan bagaimana supaya orang lain bisa
tetap hidup, daripada memikirkan kecemburuan-kecemburuan yang tidak
perlu.

https://1.bp.blogspot.com/-
GAu_lLcLiPI/WP92rNL8v8I/AAAAAAAAMIo/TP7mV29UJmMQKcd7XvH
855tBpgbgVvPJACLcB/s1600/kue%2Bnazwa.png

Sukses yang Nazliana raih sebenarnya sama sekali tidak pernah ia


bayangkan sebelumnya. Pasalnya, begitu meraih Diploma 3 jurusan
Pariwisata Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 1989, ia sempat
bekerja di bagian tiketing sebuah biro perjalanan. Sempat pula menikmati
jabatan sebagai supervisor di sebuah perusahaan maskapai penerbangan.
Sebuah jabatan bergengsi yang memberinya kesempatan untuk jalan-jalan
ke berbagai wilayah Indonesia. Hanya saja, kebanggaan itu tidak lama ia
nikmati, menyusul pemutusan hubungan kerja karena maspakai
penerbangan tersebut tidak beroperasi lagi pada 1997. Dampaknya pun
langsung Nazliana rasakan. Ia sempat terguncang karena merasa tidak bisa
eksis lagi. Selama beberapa bulan ia mengurung diri karena merasa malu
pada teman-teman dan lingkungan. Namun, akhirnya ia berhasil melalui
cobaan tersebut. Nazliana merasa, jabatan tinggi tidaklah terlalu
diperlukan. Lebih mulia jadi diri sendiri meski berpenghasilan kecil,
karena itulah yang bisa menjadi kesempurnaan hidup.
Nazliana kembali menemukan semangat setelah mengamati
lingkungan rumah yang berhadapan dengan kampus Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Ia memperhatikan, di kawasan
kampus tersebut tidak ada yang menjual jajanan semacam kue. Nazliana
akhirnya terpikir untuk membuka usaha kue dan mulai mencari dan belajar
mengolah aneka kue berdasarkan buku resep. Maklum saja, saat itu ia
memang tidak punya keahlian memasak dan hanya mengandalkan buku
resep. Ia memilih berjualan donat karena proses pembuatannya relatif
mudah, apalagi saat itu belum ada penjual donat di sekeliling kampus
UMSU. Membuatnya pun di dapur rumah. Berulang kali salah, karena
sebenarnya Nazliana memang belum bisa membuat donat.
Tapi, satu hal yang tak pernah ia lupakan adalah ingin menciptakan
sesuatu yang berbeda dengan orang lain. Ketika itu, Nazliana mengeksplor
donat berbagai rasa dan bahan seperti kentang, ubi, srikaya, durian, dan
jagung, yang ketika itu memang belum ada pembuat donat dengan aneka
rasa. Ia memulai usaha donat dengan modal di bawah Rp 100.000 dan
menjual donat dengan harga Rp 350 pada tahun 1997. Omzetnya baru
mencapai Rp 70.000 per hari. Rasa dan bentuk donatnya pun belum
konsisten karena ia masih belajar membuatnya. Meski pasar langsung
merespons positif, rupanya ada tingkat kejenuhan pasar yang memaksanya
untuk menciptakan sesuatu yang baru, yaitu cake potong. Sempat terpikir
untuk membuat roti, namun Nazlina sadar ia tidak punya keahlian
membuatnya. Kalaupun membuat roti, maka ia harus mengadopsi bakery
yang biayanya sangat mahal. Tentu saja ia tidak sanggup.

https://3.bp.blogspot.com/-
GAu_lLcLiPI/WP92rNL8v8I/AAAAAAAAMIo/TP7mV29UJmMQKcd7XvH
855tBpgbgVvPJACLcB/s1600/kue%2Bnazwa.png

Sambil terus mengasah kemampuan membuat kue, Nazliana juga


menerima tawaran mengajar mahasiswa jurusan pariwisata di perguruan
tinggi demi menambah penghasilan. Lama-lama, ia pun mulai menikmati
pembuatan kue yang ternyata sarat dengan unsur seni. Membuatnya pun
harus dengan perasaan agar tercipta kue yang pas dengan selera pembeli.
Namun, belum setahun merintis usaha, Nazliana harus melalui jembatan
krisis moneter tahun 1998. Sebagai gambaran, harga tepung terigu pada
saat itu melonjak menjadi Rp 120.000 per karung dari sebelumnya Rp
60.000. Padahal harga satu donat sebisa mungkin dipertahankan tetap Rp
350.
Meski merugi, semangatnya tak surut karena melihat potensi pasar
yang cukup bagus di lingkungan rumahnya. Ia tetap yakin, orang lapar
biasanya akan mencari kue. Tidak kenal waktu, apakah itu pada saat
sarapan atau sore hari. Apalagi ketika itu ada pemikiran bahwa kalau
membeli kue harus ke bakery yang besar dan serba mewah. Anggapan
itulah yang ingin Nazliana ubah. Di mana orang tidak perlu lagi harus ke
kota untuk bisa membeli kue, cukup dengan mengenakan baju rumah pun
bisa membeli kue. Nazliana lalu mulai berani menitipkan kue-kue
buatannya di toko-toko kue. Dari sini, produksi dan omzet mulai
berkembang. Tahun 2000, ia pun berhenti mengajar dan fokus mengelola
toko. Ia juga mulai mengajukan proposal penawaran ke beberapa hotel di
Medan.
Hasilnya pun berbuah manis. Ia berhasil mendapatkan pesanan dari
sebuah hotel. Meskipun pesanan hanya bika ambon setengah loyang, 20
potong tahu isi, dan 20 potong kue lumpur, Nazlina tetap menerima
pesanan itu. Ia gigih memasok kue ke hotel yang memesan meskipun
hanya dalam jumlah kecil. Buatnya, yang paling penting adalah
kepercayaan dari konsumen, meskipun ia harus menerima bayaran dua
bulan sekali dari hotel tersebut. Seiring berjalannya waktu, ia pun mulai
berani investasi alat dan pengetahuan hingga usahanya bisa berkembang
seperti sekarang. Pelan-pelan, nama kue merek Nazwa buatannya semakin
dikenal. Bahkan, ketika Ikatan Dokter Indonesia (IDI) akan menggelar
seminar selama sepekan di sebuah hotel mewah di Medan, Nazliana
mendapat kepercayaan untuk mengorder aneka snack. Waktu itu ia
diminta memasok 22 item jajanan pasar dengan jumlah 2.600 per item.
https://4.bp.blogspot.com/-
GAu_lLcLiPI/WP92rNL8v8I/AAAAAAAAMIo/TP7mV29UJmMQKcd7XvH
855tBpgbgVvPJACLcB/s1600/kue%2Bnazwa.png

Dari situ, pesanan besar dari hotel mulai berdatangan. Nazwa


Aneka Kue mulai dikenal dan dipercaya konsumen. Nazliana juga mulai
mendapat order katering untuk pesta yang nilainya Rp 40 juta hingga Rp
50 juta per klien. Untuk memperbarui pengetahuan, Nazliana juga tidak
segan-segan belajar, mengikuti berbagai kursus sampai ke Jakarta dan
Bandung. Meski ilmu yang didapat hanya sedikit yang bisa diterapkan,
setidaknya ia konsisten mengikuti perkembangan ilmu yang ada. Nazliana
sendiri juga konsisten memberikan pelayanan terbaik bagi konsumen,
mulai dari bahan baku, resep, hingga penyajian. Bahan baku selalu ia pilih
yang baik, bukan yang mahal. Itu sebabnya, cita rasa kue Nazwa tetap
terjaga sampai kapan pun.
Tawaran untuk memperluas usaha dengan sistem franchise pun
sempat mendatangi Nazliana berulang kali. Namun, ia masih enggan,
karena menyadari adanya kelemahan di sistem yang mahal itu. Lagi pula,
ia meyakini untuk tidak meninggalkan usahanya sebelum tersistem dengan
baik. Buat Nazliana, kehidupan usahanya ini ibarat sebuah pohon. Sejak
awal ia ciptakan akar yang kuat dan terus diperkuat untuk menopang
batang, cabang, serta ranting. Kalau ternyata ada ranting yang layu, potong
saja ranting tadi, agar akar pohon semakin kuat. Penguatan akar yang
dimaksudkan adalah melakukan diversifikasi usaha yang dimulai sejak
2008 silam. Selain terus mengembangkan usaha kue, juga konsisten
membuat pengembangan dan diversifikasi peralatan, pengetahuan, dan
SDM. Pada gilirannya ini juga memunculkan inspirasi dan ide usaha yang
baru. Contohnya, katering kecil-kecilan, katering wedding, lalu
berkembang lagi mengelola wedding organizer, termasuk dekorasi, dan
entertaintment. Untuk mengelola wedding organizer, Nazliana mengajak
suaminya, Fadlin Ja'far, untuk bekerja sama. Kebetulan sang suami adalah
dosen Ilmu Budaya di USU.

https://4.bp.blogspot.com/-
JC6kFcSArVI/WP925KJTBAI/AAAAAAAAMIs/2nNyYWXxJl8zqT2OpDi
GzE8WkYmTJq2ggCLcB/s1600/kue+nazwa+1.jpg

Belakangan, Nazliana juga membangun usaha baru, yaitu divisi


pelatihan. Divisi ini langsung ia tangani sendiri. Baginya ini menarik
karena pelakunya Nazliana sendiri sebagai narasumber, sehingga semua
pemikiran bisa ia salurkan ke masyarakat untuk memotivasi orang banyak
agar tetap berpikiran positif. Mengajar dan memotivasi mereka adalah
nikmat yang tak terkira bagi dirinya. Rasa senang saat mengajar
manfaatnya langsung dapat dirasakan peserta, yaitu membuka pemikiran
mereka akan peluang usaha untuk membantu ekonomi rumah tangga.
Orang pun akan selalu mengingat sosok Nazliana. Itulah kegiatan yang
sangat menyenangkan baginya dan terus ia lakukan sampai sekarang.
Terakhir, dengan dukungan 40 karyawan Nazliana juga kembali
membuka usaha baru, yaitu kafe Al Nazwa. Di sana ia mengundang para
konsumennya yang ingin hang out. Makanannya pun tidak mahal tetapi
representatif. Sembari terus mengembangkan usaha, pengetahuannya
tentang pembuatan kue pun terus meluas. Sekarang Nazliana mampu
memproduksi lebih dari 100 jenis kue. Semuanya sudah ia hafal cara
membuatnya, karena resep dan formulanya ia buat sendiri. Banyak teman-
teman Nazliana yang tak habis pikir, bagaimana ia bisa mengelola
semuanya, mulai dari karakter karyawan, sambutan pasar, bahan baku, dan
sebagainya. Ternyata, Nazliana memang menemukan dunia baru justru
setelah ia keluar dari zona nyaman saat bekerja di maskapai penerbangan.
Setelah keluar dari zona pekerjaan itu, ia baru tahu ada dunia lain yang
sama menariknya, yaitu usaha kue.

DAFTAR PUSTAKA

http://hendriksumiardi91.blogspot.co.id/2015/04/pengusaha-sukses-
nazliana-lubis.html Di unduh pada tanggal 07 Februari jam 01:04 WIB

http://indonesiaenterpreneur.blogspot.co.id/2017/04/nazliana-lubis-
pemilik-nazwa-aneka-kue.html Di unduh pada tanggal 07 Februari jam
01:03 WIB

Anda mungkin juga menyukai