Anda di halaman 1dari 5

LITERATURE REVIEW

PENGARUH TERAPI OKUPASI TERHADAP PERUBAHAN SKOR FUNGSI


KOGNITIF PADA LANSIA DENGAN DEMENSIA RINGAN

A. Ringkasan Artikel

1. Identifying residents at greater risk for cognitive decline by Minumum Data Set in long-term care
settings

(Chen et al., 2014)melakukan penelitian longitudinal dengan mengidentifikasi 1279 orang lansia
(usia> 65 tahun) penghuni rumah veteran di Taiwan bagian utara yang memiliki faktor resiko
mengalami penurunan fungsi kognitif. Alat ukur yang digunakan yaitu Minimum Data Set Cognitive
Scale (MDS COGS), kemudian partisipan dikelompokkan menjadi 4 kategori. Partisipan juga
dikelompokkan menggunakan Mini Mental Status Examination (MMSE) untuk melihat
apakahpartisipan mengalami demensia atau tidak.Periode waktu penelitian adalah setiap 3 bulan selama
18 bulan, dilakukan dengan wawancara antara peneliti dan partisipan. Hasil penelitian ditemukan 9.9%
mengalami penurunan fungsi kognitif yang disebabkan oleh faktor resiko diantaranya kondisi fisik yang
lemah dan kurangnya aktifitas kehidupan sehari-hari.
2. Cognitive activities and instrumental activity of daily living in older adults with mild cognitive
impairment
(Doi et al., 2013)mengidentifikasi pengaruh aktifitas kognitif dan kebiasaan aktifitas sehari-hari
pada individu sehat dan individu yang mengalami penurunan fungsi kognitif ringan. Partisipan pada
penelitian ini 2.498 orang (Usia ≥ 65 tahun) yang sehat kognitif dan 809 orang yang mengalami
penurunan fungsi kognitif ringan.(Doi et al., 2013) mengidentifikasi partisipan dengan menggunakan
alat Mini Mental State Examination (MMSE) dan National Center for Geriatrics and Gerontology
functional assessment tool (NCGG-FAT). Penelitian dilaksanakan dengan melakukan wawancara pada
pertisipan terkait aktifitas kognitif yang mereka lakukan dan kebiasaan aktifitas sehari-hari.
Hasil dari penelitian ini menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan antara aktifitas kognitif
seperti membaca buku, mengoperasikan komputer, memutar video atau DVD player (p < 0.001) dan
penurunan fungsi kognitif ringan. Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan cross-sectional.
(Doi et al., 2013)mengungkapkan penelitian mereka dapat membuktikan bahwa adanya hubungan
aktifitas kognitif dengan rendahnya aktifitas pada lansia dengan penurunan nilai kognitif ringan.
3. The effect of reminiscence therapy on cognition, depression, and activities of daily living for patients
with alzheimer disease
(Duru Aşiret & Kapucu, 2016) melakukan peninjauan tentang efek dari terapi kenangan pada
kognitif, depresi dan aktifitas sehari-hari pasien dengan penyakit alzheimer tingkat sedang dan ringan,
desain penelitian yang digunakan quasi-experimental. Penelitian dilakukan pada empat panti werdha di
Ankara, Turki ini memerlukan waktu selama 16 bulan dengan jumlah 62 orang sampel (Usia >65
tahun) yang di bagi menjadi dua kelompok (31 orang kelompok intervensi dan 31 orang kelompok
kontrol).Sesi terapi kenangan dilakukan per grup dengan jumlah anggota 4-5 orang pasien, satu kali
seminggu durasi 30-35 menit dilakukan selama 12 minggu.
(Duru Aşiret & Kapucu, 2016) menggunakan Mini-Mental State Examination (MMSE) dalam
pemilihan sampel penelitian. Pemisahan sampel antara kelompok intervensi dan kontrol dilakukan
secara acak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat peningkatan nilai MMSE dan penurunan
nilai GDS (Geriatric Depression Scale) pada kelompok intervensi dengan P<0.05.

4. Exploring the need for new UK occupational therapy intervention for people with dementia and family
carers: Community Occupational Therapy in Dementia (COTiD). A focus group study

Penelitian oleh Graff et al. di Belanda menemukan Community Occupational Therapy in


Dementia (COTiD) atau Terapi Okupasi berbasis Komunitas pada Demensia yang bermanfaat bagi
penderita demensia dan keluarga yang merawat. (Hynes et al., 2016) melakukan penelitian yang sama di
United Kingdom (UK), Inggris untuk membuktikan apakah teori Graff et al. tersebut dapat berlaku pada
kontek masyarakat di Inggris. Metode penelitian terdiri dari enam grup fokus ( 3 orang yang tinggal
dengan demensia (n=18) dan 3 orang keluarga yang merawat (n=21)). Penelitian berifat kualitatif,
partisipan ditanya pendapat mereka tentang intervensi apa yang mereka butuhkan dan perubahan
dibidang apa yang mereka inginkan.
Hasil dari penelitian ini, terdapat tiga tema pokok yaitu tinggal dan tidak tinggal dengan pasien
demensia, apa yang membantu kita, serta konsistensi dan kelanjutan. Kesimpulannya adalah partisipan
optimis tentang COTiD diterapkan di Inggris apabila dikenalkan secara fleksibel dan pengaturan waktu
yang tepat, dalam menggabungkan kebutuhan dan strategi tertentu pada seseorang yang mengalami
demensia.
5. How can occupational therapy improve the daily performance and communication of an older patient
with dementia and his primary caregiver?
Sebuah studi kasus dilakukan oleh (Graff et al., 2006) untuk melihat pengaruh terapi okupasi
dalam meningkatkan performa sehari-hari dan komunikasi pada lansia dengan demensia ringan dan
pengasuhnya. Penelitian ini dilakukan dengan cara menanalisis rekaman pasien yang menjalani terapi
okupasi. intervensi yang diberikan adalah terapi okupasi yang dilakukan dirumah menggunakan
petunjuk yang fokus pada performa pasien melakukan aktivitas sehari-hari dan keterangan pengasuh
tentang kebiasaan pasien dari segi perkembangan fisik.
Penelitian ini meniformasikan bagaimana terapi okupasi dapat meningkatkan performa sehari-
hari, komunikasi, suasana berkompetensi dan kualitas hidup lansia dengan demensia dan pengasuhnya.
Gabungan dari pendidikan, pengaturan tujuan yang bisa dicapai, menggunakan perkembangan fisik,
pelatihan kemampuan baru, pelatihan kemampuan pengawasan dan perubahan disfungsi kesadaran pada
kebiasaan pasien dan peraturan pengasuh terlihat sukses.

B. Literature Review
Terapi okupasi merupakan salah satu intervensi yang digunakan untuk meningkatkan fungsi
kognitif lansia dengan demensia. Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan,
pertama oleh Graff et al di Belanda. (Graff et al., 2006)menyimpulkan terapi okupasi dapat Commented [u1]: Sepertinya g usah pake tanda kurung kalau
diletakan d awal kalimat
meningkatkan performa sehari-hari, komunikasi, suasana berkompetensi dan kualitas hidup lansia
dengan demensia dan pengasuhnya. Kemudian penelitian yang sama dilakukan oleh Heynes et al di Commented [u2]: Kalo g pakai kemudian kayaknya bisa juga
deh, coba “kemudian” nya diilangin 
Inggris. (Hynes et al., 2016) membuktikan Community Occupational Therapy in Dementia (COTiD) Commented [u3]: Bisa disambung menjadi satu kalimat
dengan kalimat berikutnya . misal ; Penelitian serupa dilakukan
pada penderita demensia yang dilakukan oleh Graff et al di Belanda dapat diterapkan juga di Inggris. oleh Heynes et al di Inggris dan hasilnya sama, yaitu Community
Occupational Therapy in Dementia (COTiD) pada penderita
Selain terapi okupasi terdapat intervensi lain seperti terapi kenangan untuk meningkatkan fungsi demensia yang dilakukan oleh Graff et al di Belanda dapat
diterapkan juga di Inggris.
kognitif pada penderita demensia. Penelitian yang dilakukan oleh (Duru Aşiret & Kapucu, 2016) di
Commented [u4]: Kan sudah ditulis heynes nya, tidak perlu
Turki tentang pengaruh terapi kenangan pada kognitif, depresi dan aktifitas sehari-hari pasien dengan double

penyakit alzheimer tingkat sedang dan ringan. Menyimpulkanterdapat peningkatan nilai MMSE dan Commented [u5]: Kata selain bisa dipakai di awal kalimat? Kalo
diganti jadi : terapi lain untuk meningkatkan fungsi kognitif pada
penurunan nilai GDS (Geriatric Depression Scale) pada kelompok intervensi dengan P<0.05.Terapi penderita demensia adalah terapi kenangan.
Commented [u6]: Mungkin sbelum kata menyimpulkan bisa
kenangan dilakukan dengan cara peneliti menanyakan tentang ingatan partisipan selama 1 minggu ditambah kata “hasil penelitian menyimpulkan....

terakhir dan kenangan serta pengalaman masa lalu yang berkesan.


Walaupun demikian, terapi okupasi lebih banyak digunakan untuk intervensi pada penurunan
fungsi kognitif karena lebih mudah dilakukan dan terkait aktifitas sehari-hari. Sebuah penelitian
longitudinal dengan waktu penelitian selama 18 bulan dilakukan oleh (Chen et al., 2014) untuk
mengidentifikasi 1279 orang lansia (usia> 65 tahun) di Taiwan yang memiliki faktor resiko mengalami
penurunan fungsi kognitif. (Chen et al., 2014) menemukan 9.9% mengalami penurunan fungsi kognitif Commented [u7]: Ini beneran harus pakai tanda kurung kalo
diletakan di awal kalimat?
yang disebabkan oleh faktor resiko diantaranya kondisi fisik yang lemah dan kurangnya
aktifitaskehidupan sehari-hari. Terapi okupasi dapat meningkatkan aktifitas sehari-hari pada lansia
dengan demensia ringan(Graff et al., 2006)
Terapi okupasi diberikan kepada lansia yang menderita demensia tingkat ringan dan sedang.
Penelitian oleh (Graff et al., 2006), (Doi et al., 2013) dan(Hynes et al., 2016) tentang terapi okupasi
memilih lansia dengan penurunan fungsi kognitif tingkat ringan dan sedang sebagai sampel dan
pertisipan penelitian mereka. Dan penelitian tentang pengaruh terapi kenangan terhadap fungsi kognitif Commented [u8]: “dan” tidak boleh di awal kalimat kalo ndak
salah. Kalo “dan” nya diilangin kayaknya gpp
oleh (Chen et al., 2014) juga memilih lansia yang menderita demensia ringan. Hal ini karena demensia
ringan atau sedang tergolong penyakit alzheimer yang bersifat reversible ataudapat diperbaiki dengan
menerapkan intervensi-intervensi tertentu. Untuk mengetahui seorang lansia menderita demensia
ringan, sedang dan berat digunakan sebuah alat ukur yang sudah terstandar.
Berdasarkan literatur alat ukur yang digunakan untuk mengidentifikasi lansia menderita
demensia ringan, sedang dan berat yaitu MMSE (Mini Mental State Examination)(Graff et al.,
2006)(Doi et al., 2013)(Chen et al., 2014)(Hynes et al., 2016)(Duru Aşiret & Kapucu, 2016). MMSE
dikembangkan oleh Folstein et al yang teridiri dari 5 topik utama yaitu daya tangkap, perhatian,
hitungan, ingatan, dan bahasa yang terdiri dari 11 pertanyaan(Duru Aşiret & Kapucu, 2016). Tes
MMSE dilakukan pada sampel sebelum dan sesudah intervensi baik dengan kelompok kontrol atau
tidak ada kelompok kontrol.
Hasil dari tes MMSE berupa skor yang dijadikan tolak ukur pengaruh terapi okupasi terhadap
skor fungsi kognitif pada lansia dengan demensia. Apabila terjadi peningkatan skor MMSE setelah
dilakukan intervensi maka intervensi tersebut dapat dikatakan berpengaruh terhadap skor fungsi kognitif
dengan P<0.05 (Duru Aşiret &Kapucu, 2016). Hal yang sama dilakukan oleh (Doi et al., 2013) untuk
mengidentifikasi pengaruh aktifitas kognitif dan kebiasaan aktifitas sehari-hari pada individu sehat dan
individu yang mengalami penurunan fungsi kognitif ringan. Selain menggunakan MMSE (Doi et al.,
2013) juga menggunakan National Center for Geriatrics and Gerontology functional assessment tool
(NCGG-FAT).
Desain penelitian untuk melihat pengaruh terapi kenangan pada lansia dengan demensia adalah
quasi-experimental yang mempunyai kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebagai pembanding
(Duru Aşiret & Kapucu, 2016). Hal ini juga dapat digunakan pada penelitian berikutnya untuk melihat
pengaruh terapi okupasi pada lansia dengan demensia. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Graff
et al., 2006) dan (Hynes et al., 2016)merupakan gabungan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan
tujuan dan metode sama. Perbedaan antara dua penelitian ini adalah tempat dilakukan penelitian (Graff
et al., 2006) lebih dulu menelitinya di Belanda dan (Hynes et al., 2016) di Inggris. Commented [u9]: Overall good job ihdaaa.....punyaku belum
selese
DAFTAR PUSTAKA
Chen, L.-Y., Liu, L.-K., Peng, L.-N., Lin, M.-H., Chen, L.-K., Lan, C.-F., & Chang, P.-L. (2014). Identifying
residents at greater risk for cognitive decline by Minimum Data Set in long-term care settings. Journal of
Clinical Gerontology and Geriatrics, 5(4), 122–126. https://doi.org/10.1016/j.jcgg.2014.05.006

Doi, T., Shimada, H., Makizako, H., Lee, S., Park, H., Tsutsumimoto, K., … Suzuki, T. (2013). Cognitive
Activities and Instrumental Activity of Daily Living in Older Adults with Mild Cognitive Impairment.
Dementia and Geriatric Cognitive Disorders Extra, 3(1), 398–406. https://doi.org/10.1159/000355553

Duru Aşiret, G., & Kapucu, S. (2016). The Effect of Reminiscence Therapy on Cognition, Depression, and
Activities of Daily Living for Patients With Alzheimer Disease. Journal of Geriatric Psychiatry and
Neurology, 29(1), 31–37. https://doi.org/10.1177/0891988715598233

Graff, M. J. L., Vernooij-Dassen, M. J. M., Zajec, J., Olde-Rikkert, M. G. M., Hoefnagels, W. H. L., & Dekker,
J. (2006). How can occupational therapy improve the daily performance and communication of an older
patient with dementia and his primary caregiver?: A case study. Dementia, 5(4), 503–532.
https://doi.org/10.1177/1471301206069918

Hynes, S. M., Field, B., Ledgerd, R., Swinson, T., Wenborn, J., Di Bona, L., … Orrell, M. (2016). Exploring
the need for a new UK occupational therapy intervention for people with dementia and family carers:
Community Occupational Therapy in Dementia (COTiD). A focus group study. Aging and Mental Health,
20(7), 762–769. https://doi.org/10.1080/13607863.2015.1037243

Anda mungkin juga menyukai