Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN ANTARA UMUR, JENIS KELAMIN, DAN KEPADATAN HUNIAN

DENGAN KEJADIAN TB PARU PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH NOONGAN
Elisa S. Korua* , Nova H. Kapantow* , Paul A.T Kawatu*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK
Kondisi ekonomi, sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, kurangnya kesadaran
penderita untuk berobat secara teratur menjadi penyebab masih tingginya kasus TB Paru. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan antara umur, jenis kelamin, dan kepadatan hunian dengan kejadian
TB Paru pada pasien rawat jalan di RSUD Noongan. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita yang
memeriksakan diri di Poliklinik Umum RSUD Noongan. Sampel diambil dengan cara Purposive Sampling
sebanyak 69 orang. Data diambil dengan cara menjalankan kuesioner dan wawancara. Uji statistik
menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian ini menunjukan jumlah pasien rawat jalan di RSUD Noongan
didominasi oleh Laki-laki dan range umur paling banyak adalah 15-55 tahun (73,8%). Dan hasil dari
kepadatan hunian yang memenuhi syarat ≥ 8m²/kapita dengan total 58 responden. Jumlah pasien rawat
jalan di RSUD Noongan yang menderita TB Paru (BTA+) sebesar (62,3%). Tidak ada hubungan antara
umur dengan kejadian TB Paru pada pasien RSUD Noongan dengan p=0,49. Ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian TB Paru pada pasien rawat jalan di RSUD Noongan dengan p=0,01. Tidak ada
hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian TB paru pada pasien rawat jalan di RSUD Noongan
dengan nilai p=0,43. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang umur, jenis kelamin dan kepadatan
hunian dengan jumlah sampel yang lebih besar maupun penelitian dengan faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian TB Paru pada pasien rawat jalan di RSUD Noongan.

Kata Kunci : Umur, Jenis Kelamin, Kepadatan Hunian, Kejadian Tuberkulosis Paru.

ABSTRACT
Economic conditions, such as environmental sanitation does not healthy qualify, a lack of awareness of
patients to be treated regularly be the cause of the high case pulmonary TB. The purpose of this study was to
determine the corelation of age, Gender, and residential density with pulmonary TB incidence in outpatients
in General Hospital of Noongan (GHN). This study used analytic survey with cross sectional approach. The
population in this study were all WHO Patients present at the General Clinic, GHN. Samples were collected
by purposive sampling as many as 69 people. Data collected by running the questionnaires and interviews.
Statistical test using Chi Square test. The results of this study indicate the numbers of outpatients at the GHN
dominated by men (63.8%) with age range was 15-55 years. And the results of a density residential
≥8m²/capita with a total of 58 respondents. The numbers of outpatients at GHN suffering from TB (BTA+) of
(62.3%). There is no corelations age and incidence of pulmonary TB in outpatients at the GH Noongan with
p=0.49.There is a relationship between the genders with pulmonary TB incidence in outpatients at the GH
Noongan with p=0.01.There is no correlation between residential density with pulmonary TB incidence in
outpatients at the GHN with p=0.43. Further research needs to be done about the age, gender and
residential density with a larger sample size and more study about other factors related to the occurrence of
pulmonary TB in outpatients in GHN.

Keywords: Age, Gender, Density Residential, Genesis Tuberculosis


PENDAHULUAN peringkat empat terbanyak di seluruh dunia
Penyakit Tuberkulosis (TB Paru) merupakan setelah China, India, dan Afrika Selatan.
penyakit infeksi yang masih menjadi masalah (WHO, 2014; Kompas, 2014)
kesehatan dalam masyarakat kita. Penyakit Berdasarkan data Riset Kesehatan
TB Paru dimulai dari tuberkulosis, yang Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi
berarti suatu penyakit infeksi yang penduduk Indonesia yang didiagnosis TB
disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) Paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013
yang dikenal dengan nama Mycobacterium adalah 0,4%, hal ini tidak berbeda dengan
tuberkulosis. TB Paru merupakan salah satu data pada tahun 2007. Prevalensi TB paru
penyakit menular kronis yang menjadi isu berdasarkan provinsi menurut data riskesdas
global. Di Indonesia penyakit ini termasuk 2013, provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar
salah satu prioritas nasional untuk program 0,3% yang didiagnosis TB Paru Basil Tahan
pengendalian penyakit karena berdampak Asam (BTA) positif dan yang suspek TB
luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, Paru BTA negatif dibagi menjadi dua yaitu
serta sering mengakibatkan kematian. batuk lebih dari 2 minggu sebesar 4,1% dan
Penyakit TB Paru dari tahun ke tahun kategori batuk berdarah adalah 3,7%.
mengalami peningkatan walaupun berbagai Berdasarkan karakteristik penduduk,
upaya telah dilakukan baik penyuluhan prevalensi TB Paru cenderung meningkat
sampai dengan pengobatan gratis di dengan bertambahnya umur, pendidikan
puskesmas dan rumah sakit. Kondisi rendah, tidak bekerja. (Riskesdas, 2007;
ekonomi, sanitasi lingkungan seperti tidak Riskesdas, 2013; Dinkes Manado, 2012)
memenuhi syarat sebagai rumah sehat, TB Paru tahun 2012 berjumlah 1.567
kurangnya kesadaran penderita untuk berobat kasus, meningkat dibandingkan tahun 2011
secara teratur menjadi penyebab masih berjumlah 1.374 kasus, dibandingkan dengan
tingginya kasus TB Paru sampai tahun 2013. tahun 2010 sebesar 895 kasus. Dibanding
(Naga, 2013; Riskesdas, 2007) dengan tahun-tahun sebelumnya, maka angka
Berdasarkan data World Health prevelensi ini terlihat berfluktuasi dari tahun
Organization (WHO) pada tahun 2013, 2008 s/d tahun 2010 dan sampai tahun 2011
terdapat 6,1 juta kasus TB Paru. Dari jumlah terjadi peningkatan dan tahun 2012 terjadi
kasus tersebut, 5,7 juta adalah orang-orang penurunan. (Dinkes Manado, 2012)
yang baru didiagnosis dan 0,4 juta lainnya Berdasarkan data Dinas Kesehatan
sudah dalam pengobatan. Meskipun Minahasa tahun 2013 terdapat 816 penderita
prevalensi TB Paru menurun secara TB Paru BTA (+) sedangkan yang menjadi
signifikan dalam beberapa tahun terakhir, suspek adalah 8115 kasus (Dinkes Minahasa,
namun jumlah penderita penyakit TB Paru di 2013). Rumah Sakit Umum Daerah Noongan
Indonesia masih terbilang tinggi karena merupakan sebuah Rumah Sakit yang
jumlah penderita TB di Indonesia menempati memiliki latar belakang penanganan pasien
yang berhubungan dengan penyakit paru, TB Paru lebih tinggi, karena rokok dan
salah satunya adalah tuberkulosis paru. Hal minuman alkohol dapat menurunkan sistem
inilah yang membuat Rumah Sakit Umum pertahanan tubuh. Sehingga wajar jika
Daerah Noongan sampai saat ini memiliki perokok dan peminum beralkohol sering
tingkat tertinggi dalam penangganan penyakit disebut sebagai agen dari penyakit TB Paru.
TB Paru. Dinas kesehatan menaruh perhatian (Naga, 2012)
khusus terhadap Rumah Sakit Umum Daerah Kepadatan hunian juga erat kaitan
Noongan dalam upaya meningkatkan kualitas dengan faktor sosial ekonomi seseorang,
pelayanan kesehatan khususnya dalam karena pendapatan kecil membuat orang
menangani kasus penyakit menular TB Paru. tidak dapat hidup layak yang memenuhi
Angka kejadian penularan penyakit TB Paru syarat-syarat kesehatan. Standar untuk
mengalami peningkatan dalam periode 5 perumahan umum pada dasarnya ditujukan
tahun terakhir, hal ini dapat dilihat dari data untuk menyediakan rumah tinggal yang
rekam medis di RSUD Noongan yang cukup baik dalam bentuk desain, letak dan
menunjukan statistik peningkatan pasien luas ruangan, serta vasilitas lainnya agar
rawat inap maupun rawat jalan dari tahun ke dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau
tahun mengalami kenaikan jumlah pasien dapat memenuhi persyaratan rumah tinggal
kasus penyakit menular TB Paru yaitu dari yang sehat dan menyenangkan. Rumah atau
tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Pada tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat
tahun 2013 data menunjukan bahwa TB Paru mendukung terjadinya penularan penyakit
adalah penyakit paling menonjol di Rumah dan gangguan kesehatan seperti TB Paru
Sakit Umum Daerah Noongan yaitu dengan (Chandra, 2006).
jumlah kasus 1414 penderita. Dan pada tahun Berdasarkan uraian diatas, peneliti
2014 tepatnya pada empat bulan terakhir tertarik untuk melakukan penelitian dengan
terdapat 63 penderita baru TB Paru (BTA +). judul “Hubungan antara umur, jenis kelamin,
(Dinkes Minahasa 2013; RSUD Noongan dan kepadatan hunian dengan kejadian TB
2013, 2014). paru pada pasien rawat jalan di Rumah Sakit
Umur penyakit TB Paru paling sering Umum Daerah Noongan”.
ditemukan pada usia muda atau usia
produktif, yaitu 15-50 tahun. Dewasa ini METODE PENELITIAN
dengan terjadinya transisi demografi, Penelitian ini menggunakan metode survey
menyebabkan usia harapan hidup lansia analitik dengan pendekatan cross sectional
menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih study (potong lintang). Penelitian ini
dari 55 tahun sistem imunologis seseorang dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah
menurun, sehingga sangat rentan terhadap Noongan Kecamatan Langowan Barat
berbagai penyakit, termasuk penyakit TB Kabupaten Minahasa. Waktu Penelitian
Paru. Jenis kelamin pada laki-laki penyakit dilakukan pada bulan Juni 2014 sampai
dengan bulan Desember 2014. Populasi memeriksakan diri di poliklinik umum
dalam penelitian ini adalah seluruh penderita Rumah Sakit Umum Daerah Noongan pada
yang memeriksakan diri di poliklinik umum saat penelitian minggu kedua dan minggu
RSUD Noongan. Besar Sampel penelitian ini ketiga bulan oktober dengan jumlah 69
adalah seluruh pasien yang memenuhi sampel dan teknik pengambilan sampel
kriteria sampel penelitian yang datang secara purposive sampling.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Hubungan antara Umur dengan Kejadian TB Paru pada Pasien Rawat Jalan di RSUD
Noongan

TB Paru TB Paru

UMUR (BTA +) (BTA-) Total p value POR CI


n % n % n %
15-55 Tahun 33 64,70 18 35,29 51 100 95 % CI
(0,492-
<15, >15 Tahun 10 55,55 8 44,44 18 100 4,374)
P=
Jumlah 43 26 69 0,491 1,467

Berdasarkan tabel 1, hasil pengolahan dan dalam Manalu 2010 mengungkapkan bahwa
analisis data menggunakan uji Chi Square di indonesia sebagian besar penderita TB
menghasilkan nilai probabilitas (p value) paru sebesar 75% adalah penduduk usia
sebesar p=0,491 yang artinya lebih dari 0,05 produktif yaitu antara 15-49 tahun.
tidak ada hubungan antara umur dengan Secara umum, diungkapkan oleh Naga
kejadian TB paru. Pada pasien berumur 15- (2012) bahwa tingkat atau derajat penularan
55 tahun beresiko 1,5 kali lebih besar penyakit ini tergantung pada banyaknya basil
menderita TB paru, dibandingkan dengan tuberkulosis dalam sputum, virulensi atas,
umur <15 tahun dan >55 tahun. Namun basil dan peluang adanya pencemaran udara
penelitian ini bebanding terbalik dengan dari batuk, bersin dan berbicara keras. Dan
penelitian yang dilakukan oleh Versitaria penyakit ini sangat peka dan tidak pandang
(2011) yaitu terdapat hubungan antara umur bulu pada segala lapisan umur baik bayi,
dengan kejadian TB Paru (p = 0,025). balita, tua ataupun muda.
Kelompok umur Menurut Tjandra Yoga
Tabel 2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian TB Paru pada Pasien Rawat Jalan di
RSUD Noongan

TB Paru TB Paru

Jenis Kelamin (BTA +) (BTA-) Total p value POR CI


n % n % n %
Laki-laki 32 72,72 12 27,27 44 100 95 % CI
(1,210-
Perempuan 11 44 14 56 25 100 9,520)
P=
Jumlah 43 26 69 0,01 3,394

Berdasarkan hasil analisis statistik, mempunyai kebiasaan sering tidak menutup


ditemukan nilai p= 0,01 yang berarti <0,05 mulut pada saat batuk, yang dapat membuat
hal ini menyatakan bahwa ada hubungan penularan TB pada orang-orang yang sehat
antara jenis kelamin dengan kejadian TB disekitarrnya serta peningkatan kasus TB
paru pada pasien rawat jalan di RSUD paru dipengaruhi oleh daya tahan tubuh,
Noongan. Hal ini seperti yang ditemukan status gizi, kebersihan diri individu.
oleh Versitaria dan Kusnoputranto (2011) Hasil penelitian ini seperti yang
variabel jenis kelamin memiliki hubungan diungkapkan oleh Naga (2012) bahwa pada
yang signifikan dengan kejadian TB paru laki-laki penyakit TB Paru lebih tinggi
(nilai p = 0,036). Dan juga penelitian dari dibandingkan pada perempun karena
Nurhana dkk (2007), menunjukan bahwa kebiasaan laki-laki yang sering merokok dan
terdapat hubungan bermakna antara jenis mengkonsumsi minuman beralkohol yang
kelamin dengan kejadian TB Paru. Penelitian dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh.
ini menunjukan bahwa laki-laki lebih Sehingga wajar bila perokok dan peminum
berpeluang menderita TB Paru dibandingkan alkohol sering disebut sebagai agen dari
perempuan. Namun penelitian ini berbanding penyakit TB Paru. Perbedaan insiden
terbalik dengan penelitian yang dilakukan penyakit menurut jenis kelamin seperti yang
oleh Widjanarko dkk (2006) bahwa tidak dikemukakan oleh Noor (2008) dapat timbul
terdapat hubungan yang bermakna antara karena bentuk anatomis, bentuk fisiologis
jenis kelamin dengan kejadian TB paru dan sistem hormonal yang berbeda.
(p=0,696). hasil pengamatan yang ditemukan (Noor,2008; Naga S, 2012)
oleh Manalu (2010) penderita TB paru
Tabel 3. Hubungan Antara Kepadatan Hunian dengan Kejadian TB Paru pada Pasien Rawat Jalan
di RSUD Noongan

TB Paru TB Paru

Kepadatan Hunian (BTA +) (BTA-) Total p value POR CI


n % n % n %
Tidak memenuhi
syarat 8 72,72 3 27,27 11 100 95 % CI
(0,137-
Memenuhi syarat 35 60,34 23 39,65 58 100 2,378)
P=
Jumlah 43 26 69 0,43 3,571

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis beberapa persyaratan antara lain memenuhi
data menggunakan uji Chi Square kebutuhan fisiologis, mencegah penularan
menghasilkan nilai probabilitas (p value) penyakit,dan mencegah terjadinya
sebesar p=0,43 yang menyatakan tidak ada kecelakaan (Widoyono 2008), Kesehatan
hubungan yang bermakna antara kepadatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu
hunian dengan kejadian TB Paru pada pasien kondisi keadaan lingkungan yang optimum
rawat jalan di RSUD Noongan. Penelitian sehingga berpengaruh positif terhadap
yang sama juga dengan Rosiana (2013) terwujudnya status kesehatan yang optimal
bahwa tidak terdapat hubungan antara pula yang mencakup perumahan, adapun
kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru. yang dimaksud dengan usaha kesehtan
Dan penelitian ini berbanding terbalik lingkungan adalah suatu usaha untuk
dengan yang ditemukan oleh Mamangkey, memperbaiki atau mengoptimumkan
2013 tentang hubungan antara kepadatan lingkungan hidup manusia agar terwujud
hunian dengan kejadian TB Paru diperoleh kesehatan bagi manusia didalamnya. Rumah
nilai P = (0,000) < α = 0,05 hal ini brarti Hₒ atau tempat tinggal manusia dari zaman ke
ditolak yang artinya ada hubungan antara zaman mengalami perkembangan, faktor-
kepadatan hunian dengan kejadian TB Paru. faktor yang perlu diperhatikan dalam
Juga Pendapat yang berbeda dari penelitian membangun sebuah rumahnyaitu faktor
sebelumnya yaitu Prasetyowati dan Wahyuni, lingkungan, baik fisik, biologis, maupun
2014 dari hasil analisis bivariat menunjukkan lingkungan sosial. Luas bangunan rumah
ada pengaruh kepadatan penghuni terhadap mempunyai luas lantai yang cukup bag
terjadinya infeksi TB anak (p=0,01). penghuni di dalamnya, artinya luas lantai
Perumahan atau pemukiman yang buruk akan bangunan tersebut harus disesuaikan dengan
menimbulkan masalah kesehatan antara lain jumlah penghuninya. Luas bangunan yang
penyakit infeksi saluran pernapasan dan TB tidak seimbang dengan jumlah penghuninya
Paru, perumahan yang sehat harus memenuhi akan menyebabkan perjubelan
(Overcrowded) hal ini tidak sehat, sebab keluarga terkena penyakit infeksi maka akan
disamping menyebabkan kurangnya mudah menular kepada anggota keluarga
konsumsi O2 juga bila salah satu anggota yang lain. (Notoatmodjo, 2007).

1. Kesimpulan 2. Saran
A. Jumlah pasien rawat jalan penderita TB A. Bagi RSUD Noongan :
Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Lebih ditingkatkan promosi kesehatan
Noongan sebagian besar berumur 15-55 tentang upaya pencegahan TB Paru dan
tahun. meningkatkan kualitas pelayanan kepada
B. Jumlah pasien rawat jalan penderita TB masyarakat di Rumah Sakit Umum
Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Daerah Noongan agar angka kejadian TB
Noongan terbanyak adalah berjenis Paru pada usia produktif dan berjenis
kelamin laki-laki. kelamin laki-laki maupun perempuan di
C. Pada umumnya pasien rawat jalan wilayah kerja Rumah Sakit Umum
penderita TB Paru di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan bisa menurun dan dapat
Daerah Noongan memiliki hunian rata- diobati segera.
rata ≥8m² atau memenuhi syarat. B. Bagi Masyarakat :
D. Kejadian penyakit TB Paru pada pasien Lebih memperhatikan kesehatan
rawat jalan penderita TB Paru di Rumah perorangan (PHBS) perilaku hidup bersih
Sakit Umum Daerah Noongan tergolong dan sehat, menjaga pola hidup atau gaya
cukup tinggi yaitu sebesar 62,3% atau 43 hidup yang sehat, serta menambah
responden. pengetahuan tentang penyakit-penyakit
E. Tidak ada hubungan antara umur dengan menular khususnya epidemiologi penyakit
kejadian TB Paru pada pasien rawat jalan TB Paru.
di Rumah Sakit Umum Daerah Noongan C. Bagi FKM :
F. Ada hubungan antara jenis kelamin Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan kejadian TB Paru pada pasien tentang umur, jenis kelamin dan
rawat jalan di Rumah Sakit Umum kepadatan hunian dengan jumlah sampel
Daerah Noongan. yang lebih besar maupun penelitian
G. Tidak ada hubungan antara kepadatan dengan faktor-faktor lain yang
hunian dengan kejadian TB paru pada berhubungan dengan kejadian TB Paru
pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum pada pasien rawat jalan di RSUD
Daerah Noongan Noongan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Profil Rumah Sakit Umum Upaya Penanggulangannya, Jurnal
Daerah Noongan. RSUDN Ekologi dan Status Kesehatan.Vol. 9
Chandra. B, 2006. Pengantar Kesehatan No 4, Desember 2010.
Lingkungan. Jakarta: EGC (http://bpk.litbang.depkes.go.id/index.
Dinas Kesehatan Kota Manado. 2013. Profil php/jek/article/view/1598/pdf) Diakses
Dinas Kesehatan Kota Manado Tahun pada 25 November 2014.
2012. Manado: Dinas Kesehatan Kota Naga, S. 2012. Ilmu Penyakit Dalam.
Yoyjakarta: DIVA press.
Manado.
Noor, N. 2008. Epidemiologi. Jakarta:
Dinas Kesehatan Minahasa.2013. Data
Rineka Cipta.
Penderita TB Paru BTA (+) dan
Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan
Suspek. Tondano: Dinkes Minahasa.
Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Rineka Cipta
2014. Riset Kesehatan Dasar 2013.
Nurhana., Amiruddin, R., Abdulla Tahir.
(Online)(http://labmandat.litbang.depk
2007. Faktor-faktor Yang
es.go.id/images/download/laporan/RK
Berhubungan Dengan Kejadian
D/2013/Laporan_riskesdas_2013_110
Tuberkulosis Paru Pada Masyarakat
314.pdf) Diakses pada tanggal 20
Di Propinsi Sulawesi Selatan 2007.
Oktober 2014 pukul 15.00 Wita.
Jurnal MKMI, Vol. 6 No.4, Oktober
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2010, hal 204-
2008. Riset Kesehatan Dasar 2007.
209.(online).(http://blog.unhas.ac.id/in
(Online)(http://www.litbang.depkes.go
dex.php/JMKMI/article/viewFile/1042
.id/sites/download/materi_pertemuan/l
/914) Diakses pada 2 Febuari 2015
aunch_riskesdas/Riskesdas%20Launch
pukul 14.30 Wita.
ing%20Kabadan.pdf) Diakses pada
tanggal 20 Oktober 2014 pukul 15.09 Prasetyowati, I., Wahyuni, C, U. 2009.
Wita. Hubungan antara Pencahayaan
Mamangkey, F. 2013. Faktor-Faktor Yang Rumah, Kepadatan Penghuni dan
Berhubungan Dengan Kejadian Tb Kelembaban, dan risiko terjadinya
Paru Pada Masyarakat. Volume 1 Infeksi TB anak SD di Kabupaten
No.1 2013. (online) Jember. Jurnal Kedokteran Indonesia
(http://kim.ung.ac.id/index.php/KIMFI Volume. 1 No.1 (online)
KK/article/view/2826/2802 ) Diakses (http://jki.ina.com/index.php/jki/article
pada tanggal 10 Desember 2014 pukul /view/39) Diakses pada tanggal 22
15.40 Wita. Januari 2015 pukul 12.42 Wita.
Manalu, H. 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian TB Paru dan
Rosiana, A, M. 2013. Hubungan antara
kondisi fisik rumah dengan kejadian
Tuberkulosis Paru. Volume 2
no.1(online)
(http://journal.unnes.ac.id/sju/index.ph
p/ujph/article/view/3032/2805) diakses
pada 12 Agustus 2014 pukul 13.00
Wita.
Versitaria, U, H., Kusnoputranto, H. 2011.
Tuberkulosis Paru Di Palembang,
Sumatra Selatan. Vol. 5 No. 5 April
2011
(Http://Jurnalkesmas.Ui.Ac.Id/Index.P
hp/Kesmas/Article/View/132/133)
Diakses pada tanggal 10 Desember
2014 pukul 15.30 Wita.
Widjanarko, B., Prabamurti, P, N., Widayat,
E. 2006. Pengaruh Karakteristik,
pengetahuan dan sikap petugas
pemegang program Tuberkulosis Paru
Puskesmas terhadap penemuan suspek
TB Paru di Kabupaten Blora. Jurnal
Promosi Kesehatan Indonesia Volume
1/no.1 (online)
(http://ejournal.undip.ac.id./index/artic
le/view/2815) Diakses pada tanggal 6
Desember 2014 pukul 10.30 Wita.
Widoyono, 2008. Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan, Pencegahan
dan Pemberantasannya. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
World Health Organization. 2014. Global
tuberculosis report 2014. (Online)
(http://apps.who.int/iris/bitstream/1066
5/137094/1/9789241564809_eng.pdf?
ua=1 ) Diakses pada tanggal 11
Desember 2014 pukul 18.40 Wita.

Anda mungkin juga menyukai