Metode Penentuan Durasi Proyek CPM PERT PDM
Metode Penentuan Durasi Proyek CPM PERT PDM
MANAJEMEN KONSTRUKSI 2
PEMICU 2
Anggota Kelompok I :
`
MARET, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas Manajemen Konstruksi
mengenai Permasalahan Pemicu 1 tepat pada waktunya.
Pada Tugas Manajemen Konstruksi ini berisi tentang perencanaan dan penjadwalan jalan
lingkar Surakarta-Kartasura mulai dari perencanaan, penjadwalan, serta perencanaan sumber
daya yang disajikan secara sistematis dan disertai dengan gambar-gambar yang relevan, sehingga
mempermudah pembaca untuk mempelajarinya.
Dalam pembuatan tugas ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan baik material
maupun spiritual serta bimbingan dari berbagai pihak dan untuk itu dengan segala kerendahan
hati perkenankan penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ibu Fajar Susilowati, selaku dosen kami yang telah memberi banyak kritik dan saran
terhadap proses penyusunan tugas ini,
2. Rekan kelompok I yang telah bekerja sama dengan baik, serta
3. Teman – teman Kelas 3 Perancangan Jalan dan Jembatan, yang telah ikut
berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas ini juga membantu menyelesaikannya.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
`
BAB I
PENDAHULUAN
`
kemungkinan waktu, sedangkan metode PDM menggunakan satu angka penentu waktu
yang dilengkapi dengan konstrain (batasan).
Perbedaan pada angka penentu akan berpengaruh pada waktu penyelesaian proyek
nantinya. Mengacu pada perbedaan tadi, laporan ini berusaha untuk mempelajari ketiga
metode tersebut sehingga pada akhirnya diperoleh waktu penyelesaian proyek paling
pendek pada proyek jasa konstruksi yang akan dikerjakan.
g. Memahami konsep Lead Time & Lag Time, Forward Calculation, Backward
Calculation, Float, lintasan kritis dalam PDM.
`
BAB II
LEMBAR TUGAS MANDIRI (LTM)
Menunjukkan alur kegiatan mana saja yang penting diperhatikan dalam menjaga
jadwal penyelesaian proyek,
Dalam diagram jaringan CPM, dikenal beberapa simbol diagram yang digunakan
untuk mendeskripsikan urutan, waktu pelaksanaan dan jenis kegiatan pada suatu proyek.
Beberapa simbol tersebut antara lain :
`
- Kegiatan harus berlangsung terus dalam jangka waktu tertentu dengan
pemakaian sejumlah sumber (manusia, alat, bahan dan dana)
2. Simpul (node)
- Menyatakan suatu kejadian kejadian atau peristiwa
- Kejadian diartika sebagai awal atau akhir dari satu atau beberapa kegiatan
- Umumnya kejadian diberi kode dengan angka 1, 2, 3, dst, yang disebut nomor
kejadian.
`
2.2 LANGKAH PERHITUNGAN CPM
Konsep ini tentu saja dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi proyek yang ada.
Langkah standar dalam penentuan CPM adalah sebagai berikut:
a. Membagi seluruh pekerjaan menjadi beberapa kelompok pekerjaan yang dapat dikatakan
sejenis.
d. Menentukan durasi total pekerjaan dengan perhitungan maju atau perhitungan mundur
e. Membandingkan durasi total pekerjaan dengan waktu yang dibutuhkan.
Durasi (kurun waktu) kegiatan dalam metode jaringan kerja adalah lama waktu yang
diperlukan untuk melakukan kegiatan dari awal sampai akhir. Perhitungan durasi pada
metode CPM digunakan untuk memperkirakan (estimasi) waktu penyelesaian aktivitas, yaitu
dengan cara Single Duration Estimate. Cara ini dilakukan apabila durasi dapat diketahui
dengan akurat dan tidak terlalu berfluktuasi.
`
2.4 PENDAHULUAN PERT
PERT adalah suatu alat manajemen proyek yang digunakan untuk melakukan
penjadwalan, mengatur dan mengkoordinasi bagian-bagian pekerjaan yang ada di dalam
suatu proyek. PERT yang memiliki kepanjangan Program Evalution Review Technique
adalah suatu metodologi yang dikembangkan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat pada
tahun 1950 untuk mengatur program misil. Sedangkan terdapat metodologi yang sama
pada waktu bersamaan yang dikembangkan oleh sector swasta yang dinamakan CPM
atau Critical Path Method.
`
Dari gambar diatas dapat diamati bahwa setiap arah panah akan menunjukan
suatu urutan pengerjaan. Seperti pekerjaan 1 dilakukan terlebih dahulu (start), kemudian
bisa dilanjutkan oleh pekerjaan 2, 3, 4, setelah itu pekerjaan 5,6. Titik 7 adalah titik finish
dimana pekerjaan terakhir dilakukan dan merupakan akhir dari sebuah proyek. Selain
menunjukkan suatu urutan pengerjaan diagram PERT juga menunjukan suatu keterikatan
antar pekerjaan yang tidak dapat dipisahkan. Keterikatan itu dapat dilihat dengan contoh
pekerjaan 2, 3, 4 hanya dapat dilakukan jika pekerjaan 1 sudah selesai dilakukan.
Sebuah pekerjaan yang dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lain disebut
juga sebagai pekerjaan pararel (pararel taskatau concurrent task). Selain itu terdapat juga
sebuah aktivitas yang diwakili oleh garis putus-putus yang disebut dengan dummy
activities. Dari sebuah diagram PERT dapat digunakan untuk mengetahui suatu urutan
aktivitas kritis atau aktivitas yang harus dilakukan sebagai prioritas utama (critical path),
penjadwalan dengan aktivitas lain, dan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
`
tinggi pada aspek kurun waktu kegiatan. Situasi ini, misalnya dijumpai pada proyek
penelitian dan pengembangan sampai menjadi produk yang sama sekali baru.
PERT memakai pendekatan yang menganggap bahwa kurun waktu kegiatan tergantung
pada banyak faktor dan variasi, sehingga lebih baik perkiraan diberi rentang (range), yaitu
dengan memakai tiga angka estimasi. PERT juga memperkenalkan parameter lain yang
mencoba "mengukur" ketidakpastian tersebut secara kuantitatif seperti "deviasi standar"
dan varians. Dengan demikian, metode ini memiliki cara yang spesifik untuk menghadapi
hal tersebut yang memang hampir selalu terjadi pada kenyataannya dan
mengakomodasinya dalam berbagai bentuk perhitungan.
`
d) Memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk setiap aktivitas.
Dalam menentukan waktu dapat menggunakan satuan unit waktu yang sesuai misal
jam, hari, minggu, bulan, dan tahun.
ES – Early Start
EF – Early Finish
LS – Latest Start
LF – Latest Finish
Dengan mengguna kan empat komponen penanda waktu tersebut bisa didapatkan
suatu jalur kritis sesuai dengan diagram.
`
dan float yang dalam PERT disebut SLACK. Salah satu perbedaan yang substansial
adalah dalam estimasi kurun waktu kegiatan, di mana PERT menggunakan tiga angka
estimasi, yaitu, a, b, dan m yang mempunyai arti sebagai berikut:
• a = kurun waktu optimistik (optimistic duration time)
Waktu tersingkat untuk menyelesaikan kegiatan bila segala sesuatunya berjalan
mulus. Waktu demikian diungguli hanya sekali dalam seratus kali bila kegiatan
tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
• m = kurun waktu paling mungkin (most likely time)
Kurun waktu yang paling sering terjadi dibanding dengan yang lain bila kegiatan
dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
• b = kurun waktu pesimistik (pessimistic duration time)
Waktu yang paling lama untuk menyelesaikan kegiatan, yaitu bila segala sesuatunya
serba tidak baik. Waktu demikian dilampaui hanya sekali dalam seratus kali, bila
kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang dengan kondisi yang hampir sama.
`
2.7.1 Kurva Distribusi dan Variabel a, b, dan m
Dari kurva distribusi dapat dijelaskan arti dari a, b, dan m. Kurun waktu
yang menghasilkan puncak kurva adalah m, yaitu kurun waktu yang paling banyak
terjadi atau juga disebut the most likely time. Adapun angka a dan b terletak
(hampir) di ujung kiri dan kanan dari kurva distribusi, yang menandai batas lebar
rentang waktu kegiatan. Kurva distribusi kegiatan seperti di atas pada umumnya
berbentuk asimetris dan disebut Kurva.
`
2.7.3 Estimasi Angka-angka a, b, dan m
Sama halnya dengan CPM, maka mengingat besarnya pengaruh angka-
angka a, b, dan m dalam metode PERT, maka beberapa hal perlu diperhatikan
dalam estimasi besarnya angka-angka tersebut. Di antaranya:
Estimator perlu mengetahui fungsi dari a, b, clan m dalam hubungannya
dengan perhitungan-perhitungan dan pengaruhnya terhadap metode PERT
secara keseluruhan. Bila tidak, dikhawatirkan akan mengambil angka estimasi
kurun waktu yang tidak sesuai atau tidak membawakan pengertian yang
dimaksud.
Bila tersedia data-data pengalaman masa lalu (historical record), maka data
demikian akan berguna untuk bahan pembanding dan banyak membantu
mendapatkan hasil yang lebih meyakinkan. Dengan syarat data-data tersebut
cukup banyak secara kuantitatif dan kondisi kedua peristiwa yang bersangkutan
tidak banyak berbeda.
2.8 FORWARD, BACKWARD, FLOAT DAN LINTASAN KRITIS METODE CPM & PERT
Pada metode jaringan kerja dikenal adanya jalur kritis, yaitu rangkaian kegiatan
kritis dari kegiatan pertama sampai kegiatan akhir. Jalur kritis penting artinya bagi para
`
pelaksana proyek karena jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang pelaksanaannya harus
tepat waktu jika tidak akan menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan.
Untuk mengidentifikasi jalur kritis dan float metode CPM dan PERT sama-sama
menggunakan Forward Calculation (Hitungan Maju) dan Backward Calculation
(Hitungan mundur) karena keduanya termasuk klasifikasi diagram AOA (activity on
arrow).
a. Kecuali kegiatan awal, maka suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan
yang mendahuluinya telah selesai.
c. Waktu selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai
paling awal, ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan.
EF = ES +D
d. Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan pendahulunya, maka ES-
nya adalah EF terbesar dari kegiatan-kegiatan tersebut.
B
il
a
hasil perhitungan di atas dalam suatu format akan dihasilkan tabulasi sebagai
berikut:
`
2.8.2 Perhitungan Mundur (Backward Calculation)
a. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan, yaitu dari hasil terakhir
penyelesaian proyek suatu jaringan kerja.
b. Waktu mulai paling akhir suatu kegiatan adalah sama dengan waktu selesai
paling akhir, dikurangi kurun waktu/durasi kegiatan yang bersangkutan.
LS = LF – D
c. Bila suatu kegiatan memiliki dua atau lebih kegiatan berikutnya, maka waktu
paling akhir (LF) kegiatan tersebut adalah sama dengan waktu mulai paling
akhir (LS) kegiatan berikutnya yang terkecil.
`
Bila hasil perhitungan di atas dibuat dalam suatu format akan dihasilkan tabulasi
sebagai berikut:
2.8.3 Float
`
Syarat yang menunjukan bahwa suatu kegiatan kritis berada di jalur kritis adalah
kegiatan tersebut memiliki:
a. LF – EF = 0
b. LS – ES = 0
Keterangan :
ES (early start): waktu paling awal sebuah kegiatan dapat dimulai setelah
kegiatan sebelumnya selesai.
LS (late start): waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat diselesaikan tanpa
memperlambat penyelesaian jadwal proyek.
EF (early finish): waktu paling awal sebuah kegiatan dapat diselesaikan jika
dimulai pada waktu paling awalnya dan diselesaikan sesuai dengan durasinya.
LF (late finish): waktu paling akhir sebuah kegiatan dapat dimulai tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.
D : Durasi
`
2.10 MENGETAHUI CONSTRAINT ANTAR PEKERJAAN, LAG TIME DAN LEAD
TIME
Telah di singgung bahwa anak panah pada PDM hanya sebagai penghubung atau
hanya memberikan keterangan hubungan antar-kegiatan, dan bukan menyatakan waktu
kegiatan. Karena pada PDM tidak terbatas pada aturan dasar jaringan kerja CPM, maka
hubungan antar kegiatan berkembang menjadi beberapa kemungkinan berupa konstrain.
Konstrain menunjukkan hubungan antarkegiatan dengan satu garis dari node terdahulu ke
node berikutnya. Satu konstrain hanya dapat memiliki dua node atau hanya dapat
menghubungkan dua node.
Karena setiap node memiliki dua ujung, yaitu ujung awal atau mulai = (S) dan ujung
akhir atau selesai = ( F ) , maka ada 4 macam konstrain, yaitu awal ke awal (SS), awal ke
akhir (SF), akhir ke akhir (FF) dan akhir ke awal (FS). Pada garis konstrain dibubuhkan
penjelasan mengenai waktu mendahului (lead) atau terlambat tertunda (lag).
`
• Akibat iklim yang tak dapat dicegah.
• Proses kimia atau fisika seperti waktu pengeringan adukan semen.
• Mengurus perijinan
`
mencegah selesainya suatu kegiatan mencapai 100%, sebelum kegiatan yang
terdahulu telah sekian (= c) hari selesai.
`
2.11 MENGETAHUI MENGHITUNG ESTIMASI KEGIATAN DENGAN METODE
PDM
Ilustrasi di bawah ini memberikan petunjuk bagaimana mempergunakan rumus-
rumus di atas, guna menyusun jaringan PDM dari suatu informasi tertentu yang telah
diketahui. Misalnya, sebagai berikut:
• Proyek terdiri dari enam kegiatan A,B,C,D,E, dan F dengan nomor urut 1,2,3,4,5, dan 6.
• Kurun waktu kegiatan tercantum pada Tabel 13-16.
• Telah diketahui pula konstrain antara kegiatan-kegiatan yang bersangkutan.
Diminta menyusun jaringan PDM, menentukan j alur kritis dan kurun waktu penyelesaian
proyek. Untuk menjawab soal di atas, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1 . Membuat denah node sesuai dengan jumlah kegiatan. Jadi, dalam hal ini akan terdapat
enam node, dengan kurun waktu yang bersangkutan.
`
2.
3. Menyelesaikan diagram PDM dengan melengkapi atribut dan simbol yang diperlukan.
4. Menghitung ES, EF, LS, dan LF untuk mengidentifikasi kegiatan kritis, j alur kritis,
float, dan waktu penyelesaian proyek.
`
diperlihatkan pada Gambar 13-29.
`
LF(3) = LF(5) - SF(3-5) + D(C) Kegiatan B
= 17 - 9 + 6 = 14 LF(2) = LF(3) - FF(2-3)
Pilih yang terbesar, maka ES(5) = 14 = 14 - 2 = 1 2
LS(3) = LF(3) - D(C) = 14 - 6 = 8 LF(2) = LS(5) - FS(2-5)
=11-1=
10
LF(2) = LF(4) -
SF(2-4) + D(B)
= 14 - 11 +
6=9
Dipakai angka
terkecil
yaitu LF(2) = 9
LS(2) = LF(2) -
D(B) = 9 - 6 = 3
L5(1) = LF(1) - D(A) = 5 - 5 = 0
Kegiatan A
LF(1) = L5(2) - 55(1-2) + D(A)
=3-3+5=5
LF(1) = L5(3) - F5(1-3)
=8-2=6
Dipakai angka terkecil
yaitu LF(1) = 5
`
2.12 PERHITUNGAN MAJU (FORWARD CALCULATION), PERHITUNGAN
MUNDUR (BACKWARD CALCULATION) & LINTASAN KRITIS
Sama halnya dengan metode jaringan kerja AOA, pada Presedence Diagramming
Method (PDM) dikenal juga perhitungan maju dan mundur untuk menghitung lamanya
atau waktu kerja proyek.
1. Perhitungan Maju
Aturan yang berlaku sebagai berikut:
a. Aktivitas pertama yang dibuat ES-nya adalah nol.
b. EF = ES + D
c. Nilai ES pada kegiatan berikutnya didapatkan dengan menambahkan lag pada
anak panah dengan nilai EF pada kegiatan sebelumnya sesuai dengan hubungan
logis diantara kegiatan tersebut.
Contoh perhitungan maju:
Aktivitas
ES D EF
LS TF LF FS dengan lag nol
2. D H Perhitungan Mundur
Aturan yang berlaku sebagai
16 8 24 24 6 20
berikut:
Perhitungan mundur
diselesaikan dengan
menghitung durasi dari kanan ke kiri diagram.
Aturan yang berlaku sebagai berikut:
a. Nilai terbesar yang mungkin terjadi untuk LS atau LF adalah nilai durasi proyek.
b. LS = LF – D.
c. Nilai LF pada kegiatan sebelum didapat dari nilai LS dikurangi lag pada anak
panah pada kegiatan sesudah.
D H
16 8 24 24 6 20
16 26 26 32
3. Lintasan Kritis
a. Waktu mulai paling awal dan akhir harus sama; ES = LS
b. Waktu selesai paling awal dan akhir harus sama; EF = LD
c. Kurun waktu kegiatan adalah sama dengan perbedaan waktu selesai paling akhir
dengan waktu mulai paling awal; LF – ES = D
d. Bila hanya sebagian dari kegiatan bersifat kritis, maka kegiatan tersebut secara
utuh dianggap kritis.
BAB III
PEMBAHASAN PEMICU II
3. Membuat Tabulasi Perhitungan CPM untuk melihat Durasi Total Proyek, Float serta Jalur
Kritis Proyek
4. Menentukan Diagram Jaringan beserta constraint PDM dengan Logis
B FF =50
8 235 243
FS = 3
D
A
SS = 220 237 105 342
0 5 5
SS = 60 FS = 4
E F
297 49 346 350 3 353
C
SS = 9
228 12 240
5. Membuat Tabulasi Perhitungan CPM untuk melihat Durasi Total Proyek
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
technique-pert.html
http://heruzi.wordpress.com//2012/06/25/cpm-dan-pert/