Anda di halaman 1dari 2

My Darling “ Tiwas Modar Ora Eling “

Solo Exbihition Budiyono Kampret


“ Dedombleng Anak Celeng “

Lukisan karya Budiyono Kampret yang berjudul My Darling “ Tiwas Modar Ora
Eling “ dibuat pada tahun 2018. Lukisan tersebut memiliki ukuran 260 x 160 cmyang dibuat
menggunakan arang pada kanvas. Lukisan ini mengisahkan tentang kekuasaaan yang dimiliki
seseorang yang akhirnya hilang tak terduga. Sikap menggebu- nggebu untuk mencari harta
dan kekuasaan yang tinggi membuat seseorang tersebut lalai akan hal- hal kecil yang justru
menjadi ancaman bagi dirinya sendiri.Unsur warna yang digunakan dalam lukisan ini adalah
hitam dan putih.
Coretan garis yang tidak monoton sehingga menghasilkan lukisan yang tidak
membosankan dan menarik untuk dilihat. Warna yang dihasilkan oleh arang tergolong warna
netral sehingga lebih terlihat elegan dan tidak berlebihan. Warna tersebut menunjukan ke
naturalan dari lukisan tersebut.Goresan dari arang terlihat tebal sehingga membuat gambar
terlihat sangat tajam dan jelas.
Karya yang dibuat oleh Budiyono Kampret ini mengisahkan tentang tahun 2018 yang
banyak diperbincangkan sebagai tahun percaturan politik. Hal tersebut dikarenakan akan
banyak pilkada dan menyongsong Pilpres tahun selanjutnya yaitu 2019.Porak poranda
masing masing partai membina kadernya untuk maju sebagai jagoan dalam pemenang
Pemilu. Berbagai cara mereka lakukan untuk mendapatkan predikat pemimpin. Kampanye
dimana-mana untuk mengambil hati rakyatnya. Rakyat pada lukisan tersebut dilukiskan pada
bagian bawah lukisan tersebut. Dalam proses menuju pemilu mereka justru melanggar asas
yang seharusnya terwujud dalam Pemilu. Langsung, umum, bebas, jujur dan adil seharusnya
terealisasi dengan baik. Pada kenyataanya calon pemimpin yang sebelumnya sudah menebar
banyak janji kepada rakyatnya dan selalu mengunggulkan sikapnya kemudian tidak terwujud
keinginannya menjadi seorang pemenang dalam Pemilu dalam sekejap dapat melupakan
seluruh perkataanya kepada rakyatnya. Yang seharusnya tetap menjadi panutan untuk
rakyatnya justru lupa akan janjinya.Peristiwa tersebut digambarkan dalam lukisan dengan
gambar orang yang dibawa oleh sosok makhluk dengan tanduk yang menggambarkan sosok
malaikat pencabut nyawa dengan menjelaskan keadaan mati.Mati tersebut bermakna
kehilangan sesuatu yaitu pupusnya harapan menjadi pemenang Pemilu. Kematian juga
digambarkan oleh dua burung gagak di bagian bawah. Atas suatu kehilangan tersebut para
calon pemimpin melupakan keadaan rakyatnya yang sudah mendukung dalam berbagai
aspek.Tidak peduli keaadaan rakyatnya.
Dalam lukisan tersebut hanya menggunakan satu warna saja yaitu hitam, sehingga
membuat lukisan tersebut kurang hidup dan sulit untuk dipahami maknanya yang akan
disampaikan oleh pelukis.Goresan yang berada di sela-sela objek membuat lukisan kurang
begitu jelas, sehingga terdapat subject matter yang sulit untuk dimaknai.Akan tetapi, lukisan
tersebut mengandung makna yang dapat menjadikan hal tersebut sebagai pembelajaran.Untuk
tidak ingkar janji utamanya.Semakin bijak dalam pemilihan umum.Jangan hanya percaya
terhadap janji palsu para politikus yang justru akan membuat rakyat sengsara.Lukisan ini juga
mengajak kita berpikir akan negara Indonesia dalam tujuan cinta tanah air.

Anda mungkin juga menyukai