Ukuran : 60 x 100 cm Media : Watercolor on Wood Tahun : 2015 Seniman : Nahyu Rahma Fathriani Deskripsi : Lukisan diatas karya Rahma Fathriani seorang seniman kelahiran Semarang, 19 April 1982. Lukisan tersebut berjudul Comfort Chair. Karya ini dibuat tahun 2015 dengan ukuran karya 60 cm x 100cm menggunakan cat air pada kayu. Lukisan tersebut menampilkan subjek matter manusia berkepala kucing dan kursi. Unsur warna pada lukisan tersebut adalah hijau, coklat, kuning, hitam, merah, dan putih. Lukisan tersebut menampilkan manusia kucing yang memiliki unsur warna kuning, coklat, putih, dan hijau. Dan kursi tersebut memiliki unsur warna hitam, merah, dan hijau. Dari beberapa unsur warna, warna yang dominan adalah warna hijau. Terdapat unsur lain dalam lukisan tersebut, yaitu unsur cahaya. Tekstur tersebut terlihat nyata. Tempat duduk tersebut sebagai setting backgroundnya dengan warna alami kayu. Analisis Formal : Representasi visual dari lukisan tersebut ditampilkan dengan bentuk surealis tertatapa rapi dan unik dengan kepala kucing sebagai objek pembeda. Permainan garis pada subjek terlihat jelas dan flexible. Pada lukisan tersebut menggunakan warna terang yang ditampilkan. Background yang ditampilkan berupa warna alami kayu dengan kursi menghasilkan keserasian dengan subjek matter. Sedikit kesan cahaya menghasilkan warna lukisan yang menarik. Bentuk kepala kucing tersebut sebagai pembeda dan merupakan ciri khas dari seorang seniman tersebut, yang menjadi pusat perhatian. Proporsi karya lukis terlihat rapi dengan menampilkan objek di tengah dengan perpaduan objek kursi dan objek manusia kucing. Irama dari gambar yang terkesan ritmis terasa enak dipandang mata. Keseimbangan dari gambar tersebut terlihat baik dilihat dari objek lukisan berada di tengah. Komposisi dari lukisan tersebut mampu menghibur dengan keunikan yang diberikan dari seorang pelukis. Intrepentasi : Lukisan tersebut mengibaratkan bahwa tempat duduk sebagai tempat ternyaman manusia untuk bersantai sejenak dalam menanggapi permasalahan hidup. Divisualkan manusia yang berkepala manusia sebagai manusia yang hidup untuk bermalas – malasan layaknya kucing yang suka dimanja. Dalam kehidupan ini manusia selalu ingin dalam keadaan nyaman yang membuatnya terus bermalas malasan. Dalam lukisan tersebut mampu mengemas karya dengan karakter tersendiri terwujud dari kepala kucing sebagai symbol kemalasan dan penguasa. Dalam gambar tersebut dilihatkan kucing yang sedang duduk dengan santainya mengibaratkan keadaan manusia yang seperti sekarang membutuhkan kekuasaan dan harta. Lukisan tersebut menjadikan sebagai contoh manusia sekarang yang rakus dan ingin kenyamanan sendiri sehingga menjadikannya buruk. Uang dan kekuasaan dapat menjadikan manusia menjadi rakus. Dengan perkembangan zaman yang begitu cepat menjadikan manusia lupa akan dirinya sendiri dan terjerumus dalam hal - hal yang buruk. Justifikasi : Penilaian sebuah karya seni bukan berbicara mengenai baik atau buruknya kaya seni tersebut, tetapi pemaknaan dari karya tersebut yang meyakinkan atau tidaknya. Menyederhanakan penilaian karya seni kedalam 4 kategori yaitu realisme, ekspresionisme, formalisme, dan instrumentalisme. Untuk karya tersebut menggunakan paham penilaian realisme yang bersifat subjektif. Penilaian tersebut dilihat tidak hanya dari objeknya, tetapi juga dari isi dan maknanya. Karya tersebut lahir dari pengalaman estetik. Hasil karya tersebut representasi dari emosi -emosi modern seperti mempresentasikan kerakusan manusia sekarang. Lukisan tersebut menggambarkan permasalahan sifat manusia. Jadi manusia hanya hidup bermalas malasan. Namun masalah tersebut terlewati dengan adanya rasa tanggung jawab oleh manusia itu sendiri. Kelebihan dari karya tersebut dilihat dari keunikan karya tersebut dari manusia berkepala kucing yang memiliki banyak makna yang terkandung didalamnya yang dapat mengasah pikiran pengamat. Tapi dari segi kekurangannya, dilihat dari karya yang dipusatkan pada objek ditengah dengan latar kurang terisi ruang. Alangkah baiknya apabila didisikan objek tambahan di sekitarnya supaya lebih menarik.