Anda di halaman 1dari 17

37

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

3.1.1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan marmer PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung (PT

IMIT) merupakan aset masyarakat dan aset daerah dari Pemerintah Daerah

Kabupaten Tulungagung.

Pemerintah menetapkan berdirinya Proyek Marmer Tulungagung

berada di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung dan

pembangunannya diresmikan oleh Menteri Perindustrian Rakyat pada

tanggal 27 Januari 1962 dengan Kepala Proyek adalah H.S Moerdani.

Proyek Marmer Tulungagung ini merupakan perintis berdirinya

Industri Marmer di Indonesia dan berkembang maju. Sehingga pada tanggal

12 Mei 1971, statusnya kembali dari Proyek Industri Marmer menjadi

Badan Usaha Milik Negara (Persero) PT Industri Marmer Indonesia

Tulungagung (PT IMIT).

Selama kurun waktu status perusahaan BUMN (Persero) PT IMIT

banyak permintaan untuk lantai maupun dinding marmer untuk

pembangunan gedung DPR dan MPR di Jakarta, Masjid Istiqlal di Jakarta,

Kantor Gubernur Jawa Timur, Kantor Manggala Wana Bhakti Jakarta,

Keraton Surakarta, Hotel Ambarukmo Yogyakarta, Pendopo Kabupaten

Tulungagung, Masjid Al-Munawwar Tulungagung, dan pembangunan

berbagai kantor, bank, hotel, gedung 37


lain milik negara maupun swasta.
38

BUMN (Persero) PT IMIT dimasukan ke dalam Direktorat Jendral

Aneka Industri Departemen Perindustrian Republik Indonesia. Hal ini

dikarenakan pihak Departemen Pertambangan menganggap cadangan

marmer terlalu kecil dan tidak berpotensi, sebagaimana usaha tambang lain,

misalnya minyak, tembaga, emas, dan batubara.

Dengan pertimbangan bahwa komoditi marmer bukan merupakan

kebutuhan hajat hidup orang banyak dan industri marmer sendiri telah

mampu dilakukan oleh pihak swasta, maka pemerintah memutuskan untuk

menjual seluruh saham perusahaan BUMN (Persero) PT IMIT kepada

swasta. Dan dari hasil penjualan seluruh saham perusahaan melalui proses

pelelangan, maka pada tanggal 25 Maret 1994 seluruh saham perusahaan

diserahterimakan kepada PT. Gajah Perkasa Surabaya sebagai pemenang

tender.

Dengan demikian sejak tanggal 25 Maret 1994 Pertambangan dan

Industri Marmer di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten

Tulungagung merupakan Perusahaan Swasta dengan tetap mempertahankan

identitasnya, yaitu PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung atau

disingkat PT IMIT.

Perizinan PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung (PT IMIT),

selama ini mendapatkan Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) selama 10

tahun dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa

Timur di Surabaya. Tetapi mengingat mulai tahun 2010, izin dialihkan ke

Pemerintah Daerah Kabupaten Tulungagung dan dikenal dengan Izin Usaha


39

Pertambangan (IUP), maka pada bulan April 2010 PT IMIT mengajukan

perpanjangan IUP ke Bupati Tulungagung.

3.1.2. Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi penambangan marmer PT Industri Marmer Indonesia

Tulungagung terletak di Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten

Tulungagung, Provinsi Jawa Timur. Total daerah penambangan seluas 11,93

Ha. Lokasi tersebut dapat dicapai dari kota Tulungagung ke arah pantai

Popoh melalui jalan raya kabupaten, sejauh lebih kurang 23 km. Kemudian

belok ke arah timur melalui jalan proyek, sejauh lebih kurang 1,5 km.

Untuk mencapai lokasi wilayah Izin Usaha Operasi Pertambangan

Produksi PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung dapat melalui rute

sebagai berikut :

1. Dari Palangka Raya - Surabaya melalui jalur udara menggunakan

pesawat menuju Bandara Juanda Surabaya kurang lebih selama 1 jam.


2. Dari Surabaya – Tulungagung melalui jalur darat menggunakan

kendaraan umum (bus, kereta api, mobil) menuju lokasi tambang di

Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Provinsi

Jawa Timur kurang lebih selama 4 jam.

3.1.3. Keadaan Iklim dan Curah Hujan

Hari hujan dan curah hujan antara lain dipengaruhi oleh keadaan

iklim, keadaan topografi, dan putaran atau pertemuan arus udara. Rata-rata

curah hujan di wilayah Tulungagung tahun 2014 sebesar 2386,417 mm.


40

Tabel 3.1. Data Curah Hujan Daerah Penelitian Tahun 2014

Bulan Curah Hujan (mm)


Januari 5903
Februari 4700
Maret 1785
April 2174
Mei 1020
Juni 787
Juli 1308
Agustus 261
September 19
Oktober 23
November 3849
Desember 6808
Sumber : Dinas Pengairan dan ESDM Kabupaten Tulungagung

3.1.4. Flora dan Fauna


1. Flora (Tumbuhan)

Keanekaragaman flora (tumbuhan) yang terdapat di kawasan area

pertambangan PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung antara lain

vegetasi pegunungan yang terdiri dari cemara gunung, mentigi, jati, dan

karet. Kemudian vegetasi perdu dan semak belukar yang terdiri dari

rumput ikat, alang-alang, pakis, dan sedap malam.

2. Fauna (Hewan)
Keanekaragaman fauna (hewan) yang terdapat di kawasan area

perusahaan PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung terdiri dari :

Tabel 3.2. Fauna di Areal Perusahaan


41

No. Kelompok Nama Lokal Nama Ilmiah Ilmiah


1. Mamalia Macan Dahan Nefelis nebulosa
Kucing Hutan Ilmiah
Felis bengelensis
Musang Congkok Pronodon linsang
Kancil Tragulus nape
Kera Maca fascacularis
Bajing Kelapa Clociurus notatus
Tupai Petaurista elegant
Landak Hystrix brachyuran
Kalong Pteropus vampires
Codot Barong Cynoptirus brachyoris
Landak Hystrix brachyuran
Kalong Pteropus vampires
Trenggiling Manis javanicus
Babi Hutan Hitam Sus barbatus
2. Reptilia dan Biawak Varanus salvator
Ular Sawah Phyton reticulates
Amphibi Kadal Nabunva multifasciata
Bunglon Calotes jubatus
Katak Bufo spp
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulungagung

3.1.5. Sosial dan Kependudukan

Penduduk di sekitar lokasi penambangan marmer PT IMIT mayoritas

memeluk agama Islam dimana umumnya adalah penduduk asli, yaitu suku

jawa yang sudah lama bertempat tinggal di sekitar lokasi penambangan.

Mata pencaharian yang dimiliki masyarakat sekitar pun beragam, utamanya

adalah petani, nelayan, dan pengrajin marmer. Pengrajin marmer merupakan

salah satu dampak positif yang diperoleh masyarakat dengan adanya

penambangan marmer yang dilakukan oleh PT Industri Marmer Indonesia

Tulungagung.

Dampak positif lain yang dirasakan masyarakat sekitar adalah dengan

adanya Limbah Industri sebagai akibat proses penambangan dan proses


42

pengolahan. Sebenarnya perusahaan dapat menjual langsung limbah-limbah

tersebut ke pasaran dengan harga bisnis, akan tetapi mengingat kepedulian

terhadap lingkungan maka pengelolaan limbah tersebut diserahkan kepada

masyarakat di sekitar perusahaan untuk dikelola. Untuk pengelolaan limbah

industri, perusahaan berkoordinasi dengan Kepala Desa Besole sebagai

pembina desa dan Kepolisian Sektor (Polsek) sebagai aparat keamanan,

yaitu dengan membentuk PPLI (Paguyuban Pengelola Limbah Industri).

Kemudiaan masyarakat juga merasakan adanya kemudahan akses

jalan yang secara tidak langsung tersedia sebagai akibat dari adanya proses

penambangan dan proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan,

misalnya pengaspalan jalan utama, bantuan renovasi jalan di samping

perusahaan, dan pembuatan jalan masuk perusahaan yang menjadi milik PT

IMIT dengan panjang lebih kurang 450 meter dan lebar lebih kurang antara

7-8 meter. Selain itu, perusahaan juga peduli terhadap infrastruktur

lingkungan sekitar, misalnya renovasi selokan di pinggir jalan besar dan

pengerukan sungai/selokan sekitar perusahaan dengan adanya peminjaman

alat berat berupa excavator.

PT IMIT juga memberikan sumbangan dan bantuan kepada

masyarakat sekitar yang dilakukan setiap tahun sejak berdirinya perusahaan

pada tahun 1961, antara lain :

1. Dalam bidang kesehatan, yaitu dengan memberikan bantuan

pembiayaan masyarakat yang berobat Microsepalus, sakit bocor


43

jantung, kanker payudara, program ibu hamil, dan anak kurang gizi di

Puskesmas sekitar.
2. Dalam bidang keagaaman, yaitu dengan membagikan bingkisan pada

Hari Raya Idhul Fitri terhadap masyarakat sekitar perusahaan yang

kurang mampu lebih kurang sebanyak 300 kepala keluarga, sumbangan

hewan kurban pada Hari Raya Idhul Adha, sumbangan untuk panti

asuhan, dan pembangunan masjid-masjid desa setempat.


3. Dalam bidang pendidikan, perusahaan memberikan kesempatan belajar

kepada siswa SMK yang mengadakan kerja praktek, mahasiswa yang

akan mengadakan studytour atau skripsi, dan study banding bagi

anggota-anggota DPR, Dinas Pemerintahan dari daerah lain terutama

daerah yang memiliki cadangan dan poduksi marmer, misalnya

Sulawesi Tenggara, Tasikmalaya, Cilacap, NTB, dll.


3.2. Kondisi Geologi

3.2.1.Kondisi Geologi Regional

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tulungagung, Jawa Timur pada

halaman lampiran, maka kondisi geologi kabupaten Tulungagung dapat

digambarkan sebagai berikut :

1. Fisiografi dan Relief

Fisiografi wilayah Kabupaten Tulungagung menunjukkan adanya

dataran rendah, perbukitan bergelombang serta daerah lereng Gunung

Wilis. Adapun secara garis besar dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Bagian utara (barat daya) seluas lebih dari 25% adalah daerah

lereng gunung yang relatif subur yang merupakan bagian tenggara

dari Gunung Wilis.


44

b. Bagian selatan seluas lebih dari 40% adalah daerah perbukitan

yang relatif tandus, namun kaya akan potensi hutan (walaupun

akhir-akhir ini terjadi kerusakan besar-besaran) dan bahan tambang

merupakan bagian dari pegunungan selatan Jawa Timur.

c. Bagian Tengah seluas lebih dari 35% adalah dataran rendah yang

subur dimana dataran ini dilalui oleh Sungai Brantas dan Sungai

Ngrowo beserta cabang-cabangnya.

Relief adalah beda tinggi dari suatu tempat ke tempat lain pada

suatu daerah dan juga curam-landainya lereng-lereng yang ada.

Termasuk dalam pengertian relief ini adalah bentuk-bentuk bukit,

lembah, dataran, tebing, gunung dan sebagainya. Keadaan topografi

Kabupaten Tulungagung menunjukkan ketinggian yang bervariasi

sebagai berikut :

a. Ketinggian 0 m – 100 m diatas permukaan air laut meliputi wilayah

seluas 38527,23 Ha atau 33,49% dari luas wilayah Tulungagung.

b. Ketinggian 100 m – 500 m di atas permukaan air laut meliputi

wilayah seluas 64215,89 Ha atau 55,82% dari luas wilayah

Tulungagung.

c. Ketinggian 500 m - 1000 m di atas permukaan air laut meliputi

wilayah seluas 9479,38 Ha atau 7,67% dari luas wilayah

Tulungagung.
45

d. Ketinggian lebih dari 1.000 m di atas permukaan air laut meliputi

wilayah seluas 3474,24 Ha atau 3,02% dari luas wilayah

Tulungagung.

2. Stratigrafi

Tatanan stratigrafi Kabupaten Tulungagung, meliputi :

a. Endapan Aluvium ( Qa )
Endapan ini merupakan hasil aktifitas endapan sungai, pantai, dan

rawa. Endapan permukaan aluvium (QA) disusun oleh kerakal,

kerikil, pasir, lanau, lempung, dan lumpur. Dijumpai di beberapa

kecamatan, yaitu Kecamatan Besuki, Bandung, Pakel,

Campurdarat, Rejotangan, Ngunut, Sumbergempol, Boyolangu,

Gondang, Kauman, Tulungagung, Kedungwaru, Ngantru, dan

Karangrejo.
b. Batuan Sedimen
 Satuan Breksi atau Formasi Arjosari (Toma)
Satuan breksi atau Formasi Arjosari (Toma) adalah berupa

runtuhan endapan turbidit, yang ke arah mendatar berangsur

berubah menjadi batuan gunung api. Umur satuan ini adalah

Oligosen Akhir hingga Miosen Awal, tersingkap di Kecamatan

Gondang dan Kecamatan Kauman.


 Satuan Batugamping atau Formasi Campurdarat (Tmcl)
Satuan batugamping atau Formasi Campurdarat disusun oleh

batugamping hablur yang bersisipan dengan batulempung

berkarbon. Memiliki umur satuan akhir antara Miosen Awal

hingga Awal Miosen Tengah. Tersebar di Kecamatan Bandung,

Besuki, Campurdarat, dan Tanggunggunung.


 Satuan Batulempung atau Formasi Nampol (Tmn)
46

Satuan batulempung atau Formasi Nampol (Tmn) disusun oleh

perulangan batulempung, batupasir, dan tuf yang bersisipan

konglomerat dan breksi. Umur satuan ini adalah miosen awal.

Satuan batulempung atau Formasi Nampol (Tmn) banyak

dijumpai di Kecamatan Bandung, Besuki, Tanggunggunung,

Kalidawir, dan Pucanglaban.


 Satuan Batugamping Terumbu atau Formasi Wonosari (Tmwl)
Satuan batugamping terumbu atau Formasi Wonosari (Tmwl)

disusun oleh batugamping terumbu, batugamping berlapis,

batugamping berkepingan, batugamping pasiran kasar,

batugamping tufan dan napal. Satuan ini berumur miosen tengah

hingga miosen akhir dan dapat dijumpai di Kecamatan

Pucanglaban dan Kalidawir.


c. Batuan Gunung Api
 Satuan Gunung Api Tua atau Formasi Mandalika (Tomn)
Litologi ini memiliki batuan penyusun berupa breksi gunung

api, lava, tuf, batupasir, dan batulanau. Umur satuan ini adalah

oligo miosen. Satuan gunung api tua atau Formasi Mandalika

(Tomn) banyak tersingkap di Kecamatan Besuki, Bandung,

Tanggunggunung, Campurdarat, Boyolangu, Kalidawir, dan

Pagerwojo.
 Satuan Breksi Gunung Api atau Formasi Wuni (Tmw)
Litologi ini disusun oleh breksi gunung api, tuf, batupasir, dan

batulanau yang umumnya tufan, bersisipan batugamping.

Dengan umur satuan miosen. Banyak tersingkap di Kecamatan

Pucanglaban.
 Satuan Gunung Api Muda atau Batuan Gunung api
47

Satuan gunung api muda atau batuan gunung api memiliki

litologi penyusun batuan berupa lava, breksi piroklastik, lapili,

tuf, endapan lahar, dan lumpur gunung api. Satuan ini berumur

plistosen.
d. Batuan Terobosan Satuan Andesit (An)

batuan terobosan satuan andesit (An) memiliki litologi berwarna

kelabu kehitaman, tekstur porfiritik, berkomposisi andesin,

kuarsa, ortoklas, biotit, mineral bijih, tertanam dalam masa dasar

mikrolit, dan kaca gunung api. Satuan ini dijumpai di

Kecamatan Besuki pada Gunung Tanggul yang nampak

menjulang tinggi.

3.2.2. Kondisi Geologi Daerah Penelitian


Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tulungagung, Jawa Timur pada halaman

lampiran, maka kondisi geologi daerah penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut :
1. Morfologi
Morfologi yang dominan di daerah penelitian adalah morfologi yang

memiliki ketinggian 0 m – 100 m di atas permukaan air laut dan

morfologi dengan ketinggian antara 100 m – 500 m di atas permukaan

air laut dengan daerah pegunungan berbatasan dengan pantai dan

Teluk Popoh.
2. Litologi
Litologi daerah penelitian yakni kecamatan Besuki terdapat Formasi

Campurdarat disusun oleh batugamping hablur yang bersisipan

dengan batu lempung berkarbon. Memiliki satuan umur akhir Miosen

Awal hingga Awal Miosen Tengah.


3. Stuktur Geologi Daerah Penelitian
48

Stuktur geologi didaerah penelitian tersusun dari batugamping hablur,

dan dengan adanya intrusi batuan, batugambir tersebut mengalami

perubahan karena tekanan dan suhu tinggi menjadi batuan metamorf

yakni batu marmer.

3.3. Karakteristik Marmer Besole Tulungagung


Hasil pengujian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri

Bahan dan Barang Teknik Bandung tanggal 01 Juli 1988 menunjukkan mutu

marmer deposit tambang Desa Besole Tulungagung memenuhi syarat mutu

menurut SII No. 03709-80, yaitu :


-
Kuat tekan rata-rata : 1225 kg/cm2
-
Penyerapan air : 0,49 %
-
Ketahanan aus rata-rata : baik, tidak cacat

Jenis, kualitas, dan warna marmer dari Desa Besole Kecamatan Besuki

Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur adalah sebagai berikut: Jenis

Marmer Besole dikategorikan berdasarkan warna dari marmer, yaitu

Marmer Kawi, Marmer Wilis, Marmer Tengger, Marmer Bromo, Marmer

Toba, Marmer Dieng, dan Marmer Kelud. Kualitas Marmer Besole

dikategorikan menjadi marmer dengan kualitas baik dan buruk.

3.4. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini antara lain :
1. Buku catatan
2. Alat tulis
3. Kamera
4. Alat Pelindung Diri (APD)
49

5. Stopwatch
6. Meteran
7. Laptop dan perlengkapan pendukung lainnya.

3.5. Tata Laksana Penelitian

3.5.1. Langkah Kerja

Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan dengan melakukan

wawancara kepada pihak perusahaan yang memiliki tujuan untuk

mengetahui proses dari penambangan marmer, hingga menghasilkan blok

marmer. Pada proses penambangan peneliti menghitung kemampuan

produksi dari alat penambangan dan mencari faktor-faktor baik dari alat

maupun dari keadaan sekitar yang dapat mempengaruhi alat penambangan

marmer.

Penelitian tugas akhir ini juga menggunakan metode pustaka, yaitu

pengumpulan data dari referensi serta sumber terkait proses penambangan,

kemampuan produksi alat dan faktor penghambat alat penambangan

marmer. Proses pengamatan dilaksanakan sebagai laporan kemampuan

produksi alat yang digunakan pada proses dengan tujuan mengetahui

besarnya hasil produksi marmer yang dihasilkan oleh alat tersebut dan

sesuai atau tidak terhadap target produksi.

3.5.2. Metode

Metode pengambilan data yang digunakan sebagai referensi tugas

akhir dengan judul “Analisa Kemampuan Produksi Alat Penambangan


50

Bahan Galian Marmer di PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung (PT

IMIT) Kabupaten Tulungagung Provinsi Jawa Timur”, antara lain :

1. Metode Kuantitatif

Dimana metode ini digunakan untuk menganalisa data yang telah

didapatkan berdasarkan pengamatan dan penelitian terhadap alat

penambangan marmer.

2. Observasi (Pengamatan)

Metode observasi (pengamatan) dilakukan dengan melakukan

pengamatan dan analisa langsung proses kegiatan penambangan

marmer di PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung.

3. Metode Interview (Wawancara)

Metode interview (wawancara) dilakukan dengan melakukan

interview atau wawancara secara langsung dengan pihak terkait

berdasarkan kegiatan penambangan marmer di PT Industri Marmer

Indonesia Tulungagung.

4. Metode Pustaka

Metode pustaka diperoleh dengan jalan melakukan studi literatur

terkait dengan kegiatan penambangan, kemampuan produksi alat dan

solusi terkait kendala dari kemampuan produksi alat penambangan

marmer di PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung.


51

3.5.3. Bagan Alir


START

Rumusan Masalah
1. Bagaimana penambangan marmer pada PT Industri Marmer Indonesia
Tulungagung.?
2. Berapa hasil kemampuan produksi alat penambangan pada kegiatan
penambangan marmer di PT Industri Marmer Indonesia Tulungagung?
3. Apakah berdasarkan kemampuan produksi alat yang ada dapat
mencapai target penambangan
4. Apasaja faktor penghambat dari kerja alat berdasarkan analisa serta
solusinya?

Studi Literatur
52

Pengambilan Data

Data Primer : Data Sekunder :


Data Jenis Marmer Peta Geologi
Data Penambangan (cara penambangan) Peta Lokasi
Data Produktivitas alat bor, wire saw, Data Curah Hujan
dongkrak dan spiricle. Data produksi marmer bulan Agustus 2015

Pengolahan Data
Penambangan marmer.
Menghitung kemampuan produksi alat penambangan
Mengetahui kemampuan alat terhadap target
Analisa faktor penghambat dari kerja alat dan solusi.

Analisa Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1.
3.5.4. Waktu Penelitian Bagan Alir Pelaksanaan Tugas Akhir

Tabel 3.3. Waktu Penelitian

Agustus september Oktober


URAIAN
NO 2015 2015 2015
KEGIATAN
I II III IV V I II III IV I II III IV
Orientasi
1
Lapangan
Pengambilan
2
Data
Pembuatan
3
Laporan
Seminar
4.
Hasil
53

Anda mungkin juga menyukai