Anda di halaman 1dari 8

Infus Darurat

1. Intraosseous infusion

a. Indikasi:

Akses vaskuler diperlukan segera untuk resusitasi dimana akses vaskuler tidak bisa dilakukan
atau terlambat dalam 90 detik atau 3 kali berturut-turut bila dilakukan. Prosedur ini sangat
bermanfaat pada kondisi pasien anak <6 tahun yang mengalami henti jantung, paru, syok, luka
bakar atau status epileptikus. Kondisi lain yang membutuhkan tindakan ini antara lain : shock,
trauma, dehidrasi berat, status epileptikus, atau berbagai kondisi yang membutuhkan pemberian
cairan, obat-obatan, atau tranfusi yang sifatnya segera (Phillips et al, 2010)

b. Kontraindikasi (Phillips et al, 2010):


- Pada lokasi pemasangan intraosseous tidak boleh mengalami selulitis, abses dan luka
bakar.
- Fraktur tulang ipsilateral akan meningkatkan resiko ekstravasasi yang mendorong
terjadinya kompartemen sindrom dan nonunion pada fraktur tulang.
- Osteogenesis imperfekta dan osteopetrosis
- Kontra indikasi relatif pada kegagalan pemasangan intraosseous pada tulang yang sama.
c. Alat –alat / Bahan:
- Larutan Povidone Iodine
- Anesthesia lokal
- Lidocaine 1%
- Jarum intraosseous 16G – 18 Gauge, mempunyai stylet metal pada pemegang
- Syringe 5-10 ml
- Normal saline, Plester, Imobilisasi.
- Infus set
- Jarum aspirasi sumsum tulang (15 – 18 gauge)
- Spuit dan jarum steril
- Kassa steril
- Sarung tangan steril
- Oksigen
- Pulse oksimetri
- Monitor EKG
d. Lokasi (McCarthy et al, 2003):
1) Tibia proksimal – 2,5 cm dibawah tuberositas tibia, di anteromedial ( untuk menghindar
dari terkena plat epifisial)

2) Tibia distal – Proksimal dari malleolus medialis

3) Femur distal – 3 cm dari condilus femoral lateralis, di anterolateral.


Cara Melakukan:

 Persiapkan pasien
 Pasang oksigen, monitor pulse oksimetri dan EKG (optional)
 Tahan kaki dengan kantung pasir kecil atau botol cairan infus dibelakang lutut untuk
tahanan
 Buat lapang steril
 Infiltrasi anestesi lokal (bila perlu)
 Pada tibia anterior proksimal, jarum dimasukkan pada pertengahan permukaan medial 1-
3 cm di bawah tuberositas tibia dengan sudut 60o – 90o dari kulit menjauhi lempeng
pertumbuhan, dimasukkan dengan gerakan memutar
 Tibia distal (proksimal dari maleolus medialis dan posterior dari vena safena) digunakan
jika tibia proksimal tidak dapat di tembus
 Pada femur jarum dimasukkan 2-3 cm diatas kondilus lateralis pada garis tengah dengan
arah cefalad dengan sudut 60o – 90o
 Jika jarum masuk dalam ruang sumsum tulang maka akan terasa berkurangnya tahanan
setelah jarum melewati korteks
 Sumsum tulang akan dengan mudah diaspirasi kedalam spuit
 Cairan dapat dengan mudah diinfuskan
 Amankan jarum dengan memfiksasi dengan plester ke kulit
 Infus cairan intravena
 Perhatikan adanya infiltrasi cairan
 Teruskan usaha pemasangan kateter intravena
 Hentikan infus intraosseus dan tarik jarum setelah akses IV didapat (pemasangan
maksimal dalam 4 jam, sebaiknya dalam 1-2 jam)
 Berikan tekanan pada daerah punksi selama 5 menit
 Tutup luka secara steril

Insersi Jarum Intraosseus Pada Tibia Anterior Proksimal


Infus Intraosseus Pada Tibia Distal

Infus Intraosseus Pada Femur Distal


e. Cara Kerja:

1. Periksa kelengkapan dan fungsi alat

2. Tentukan lokasi dan imobilisasi dengan tangan yang tidak dominan.

3. Pegang jarum intraosseous dengan tangan yang dominan. Masukkan jarum dengan cara tegak
lurus atau sedikit angulasi 10o - 15o .dari panjang tulang.

4. Arah jarum selalu menjauhi growth plate untuk menghindari cidera. Setelah menembus kulit
dan jaringan subkutan, jarum akan kontak dengan tulang. Untuk menembus koteks tulang jarum
dimasukkan dengan cara memutar.

5. Setelah jarum masuk intraosseous hentikan untuk mencegah over penetrasi.

6. Keluarkan stylet.

7. Aspirasi darah (mungkin tidak berhasil pada situasi resusitasi henti jantung) untuk
meyakinkan lokasi jarum sudah benar.

8. Hubungkan dengan cairan infus yang sudah disiapkan.

9. Imobilisasi dan balut jarum dengan kasa steril.


f. Komplikasi (Phillips et al, 2010):
- Kompartemen syndrome
- Infeksi (selulitis dan osteomielitis)
- Mikroemboli lemak
- Fraktur atau cidera plat epifisial
- Ekstravasasi cairan atau obat
- Abses subkutaneus
- Osteomielitis
- Sepsis

Referensi

 Philllips L, Brown L, Campbell T, Miller J, Proehl J, Youngberg B. (2010). The


Consortium on Intraosseous Vascuolar Access in Healthcare Recommendations for the
Use of Intraosseous Vascular Access for Emergent and Non-emergent Situations in
Various Health Care Setting.
 McCarthy G, O’Donnell C, O’Brian M (2003). Successful intraosseous infusion in the
critically ill patient does not require a medullary cavity. Resuscitation 56 (2): 183-6

Anda mungkin juga menyukai