LAMPUNG
PEKERJAAN :
PEMATANGAN TANAH
(LOKASI 1)
UIN RADEN INTAN, LAMPUNG
TAHUN ANGGARAN 2018
KONSULTAN PERENCANA :
0|Pematangan Lahan
BAB I : UMUM
SPESIFIKASI
PEMATANGAN LAHAN RENCANA LOKASI
PEMBANGUNAN KAMPUS I UIN RADEN INTAN - LAMPUNG
1.2. Definisi
Konsultan pengawas akan ditunjuk melalui proses lelang yang dilaksanakan
bersamaan pelelangan pematangan lahan lokasi 1 ini yang selanjutnya disebut
konsultan pengawas.
1|Pematangan Lahan
operasional atau khusus seperti pemasangan pekerjaan / peralatan besi
diperlukan lebih tepat lagi.
e) Formasi mendatar dan vertikal dari lereng (slope), saluran, buangan air, dan
pekerjaan lain harus dibuat / diletakkan setepat-tepatnya dan berulang-ulang
dicek. Untuk meyakinkan kebenarannya dibuat cross section pada setiap jarak
yang tidak lebih dari 50 m atau arahan dari pengawas. Cross section terakhir
dari bangunan-bangunan air harus dibuat sedemikian untuk menjamin
kesempurnaan aliran air.
f) Tanda-tanda / rambu BM akan ditunjukkan oleh pengawas kepada pelaksana
pada saat pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana harus memelihara rambu / tanda-
tanda BM dan melindunginya dari kerusakan selama pelaksanaan proyek.
g) Perubahan dari hal-hal tersebut meskipun untuk keperluan pelaksanaan tidak
diperkenankan. Titik bantu pengukuran ditetapkan dengan titik reverensi yang ada
di lokasi yang tidak akan terganggu oleh pekerjaan permanen sampai setting
permulaan pekerjaan tanah di sekitarnya telah diselesaikan dan disetujui oleh
pengawas.
h) Rambu dan BM harus diserahkan sempurna kepada pengawas pada
penyelesaian pekerjaan, jika ada rambu yang rusak atau pelaksana kuatir terjadi
kerusakan, ia harus segera memberikan saran kepada pengawas dan harus
mengembalikan atau membuat rambu-rambu sesuai dengan petunjuk pengawas.
1.8. Perbedaan-perbedaan
a) Apabila terdapat perbedaan antara spesifikasi teknis dan gambar, maka
spesifikasi teknis yang mengikat.
b) Apabila di dalam gambar terlukis tetapi di dalam spesifikasi teknis tidak
tercantum, maka gambarlah yang mengikat, demikian pula sebaliknya.
c) Apabila ukuran-ukuran belum tercantum pada gambar dan spesifikasi teknis
maka pelaksana wajib dan harus melapor kepada pengawas dan perencana agar
diadakan pemecahan.
2|Pematangan Lahan
d) Apabila terdapat perbedaan pada gambar skala besar dengan skala kecil, maka
gambar dengan skala besar yang mengikat.
e) Apabila terjadi masalah atau kejanggalan di dalam dokumen perencanaan,
perbedaan gambar dan sebagainya, pelaksana harus segera konsultasi / lapor
kepada pengawas untuk kemudain dibicarakan penyelesaiannya dengan
perencana.
f) Jika terdapat perbedaan perincian kualitas tentang bahan-bahan yang
dipergunakan antara pelaksana dan pengawas, maka dapat diadakan pengetesan
bahan.
3|Pematangan Lahan
BAB II : PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN TANAH
2.2. Referensi
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) serta
standar berikut, merupakan uraian lebih lanjut dan merupakan bagian yang menyatu
dengan spesifikasi ini.
ASTM D 1557 /
ASTM D 698 : (metode pengujian standar untuk hubungan antara kadar air
dengan kepadatan, pada tanah dan campuran tanah-batuan,
dengan menggunakan penumbuk 4,54 kg tinggi jatuh 457 mm)
hubungan antara kepadatan tanah dan kadar air tanah,
ASTM D 1556 : (metode pengujian standar untuk kepadatan tanah dan
kepadatan lapangan dengan menggunakan sand-cone)
penentuan kepadatan tanah dilapangan dengan menggunakan
sand-cone.
ASTM D 422, C 136 : Analisa ukuran butiran tanah,
ASTM D 423 : Batas cair tanah,
ASTM C 424 : Batas plastis tanah, ASTM C 127 /128,
ASTM D 854 : specific grafity.
4|Pematangan Lahan
persyaratan, standar bahan, katalog, rekomendasi dan sertifikat dari pabrik sesuai
dengan persyaratan material.
e) Semua peralatan pengerukan dan pemindahan tanah harus mempunyai tipe
yang sesuai dengan pekerjaan, dan harus selalu dirawat agar dapat digunakan
setiap saat.
f) Pelaksana dilapangan harus memiliki antara lain fotocopy persyaratan, standar
bahan, katalog, hasil test lab, rekomendasi dan sertifikat dari pabrik untuk setiap
material yang digunakan.
5|Pematangan Lahan
tebal penghamparan untuk timbunan kelas I dan kelas II tidak boleh lebih dari
200 mm sebelum dipadatkan. Tebal maksimum untuk kelas III, tidak boleh lebih
dari 350 mm sebelum dipadatkan. Masing-masing lapis penghamparan, harus
dipadatkan secara seragam untuk mendapatkan kepadatan yang diharapkan.
5) Tipe material – jika tidak ada ketentuan, material untuk timbunan kelas I dan
kelas II harus terdiri dari pasir, lempung, atau lanau, tergantung keberadaan
material tersebut di lokasi pekerjaan. Material jenis lain dapat digunakan untuk
timbunan, jika disetujui perencana.
6|Pematangan Lahan
2.6. Penggalian dan tanah galian
a) Penggalian dilakukan untuk mendapatkan penampang, ketinggian, pelurusan atau
bentuk tertentu sesuai gambar rencana, maupun tujuan lain yang ditentukan
oleh perencana.
b) Material galian dapat berupa tanah lempung, lanau kepasiran ataupun batuan
sesuai dengan kondisi dan profil lapisan geologis tanah di lokasi galian.
c) Setelah dilakukan penggalaian sesuai bentukdan ukuran rencana, harus dijaga
pada tampang dan elevasinya, serta harus bebas dari lumpur dan kotoran lain.
d) Galian tidak boleh diisi timbunan kembali, sebelum diperiksa dan disetujui oleh
perencana.
e) Jika diperlukan perubahan, maka skema detail, ketebalan, dan prosedur
serta penjelasan yang relevan harus mendapat persetujuan perencana, untuk
di chek kembali sebelum pelaksanaan dimulai
f) Jika terdapat lumpur / bahan lain pada dasar galian, maka harus dikeruk dan
diganti dengan material timbunan yang baik.
g) Jika penggalian dilakukan terlalu berlebihan, maka dilakukan penimbunan kembali
(re•filled) dengan material yang balk dan diberi lapis lean concrete untuk
mendapatkan elevasi dasar bangunan (fondasi) seperti ketentuan gambar, dan
harus disetujui perencana.
h) Jika pada lokasi penggalian terdapat fasilitas/jaringan yang tidak mungkin
dipindahkan, maka pelaksanaan penggalian dilakukan dengan hati-hati.
i) Lebar alur pada dasar galian untuk jaringan pipa harus sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan didasarkan pada ukuran pipa, kedalaman dan kondisi tanah.
Kedalaman galian tersebut tidak boleh kurang dari diameter pipa ditambah 500 mm
untuk melindungi pipa dari pengaruh pemadatan tanah.
j) Pelaksanaan penggalian harus dilakukan dengan cara-cara yang baik sehingga sisi
galian tetap stabil dari longsoran.
k) Galian harus diusahakan selalu dalam keadaan kering selama pengerjaan.
l) Tanah atau batuan galian harus ditempatkan pada lokasi yang ditentukan
oleh perencana.
m) Tanah atau batuan galian yang akan digunakan lagi tidak boleh tercampur
dengan humus dan kotoran lain.
n) Area penempatan tanah atau batuan galian harus datar dan kering.
2.7. Penimbunan
a) Pengukuran topograpfi dilakukan sebelum dan sesudah penimbunan tiap tahap
pekerjaan dan pada akhir pekerjaan dan diperiksa pengawas.
b) Elevasi timbunan rencana tidak termasuk tebal perkerasan.
c) Material timbunan harus memperhitungkan settlement dan dicantumkan pada
gambar keterangan settlement yang terjadi.
d) Sebelum penimbunan dimulai, daerah yang akan di timbun harus dibersihkan
dari material organik, lumpur maupun tanah lunak serta dilakukan pengontrolan
pada bangunan / jaringan yang ada di dalam tanah.
7|Pematangan Lahan
e) Area timbunan dibuatkan patok-patok dengan jarak 5-10 m, pada patok tersebut
dibuatkan ukurannya sehingga dapat mengetahui kedalaman timbunan dan peil
rencana.
f) Pekerjaan timbunan agar dicantumkan pelaksanaan settlement record berupa
pemasangan settlement plate, pengamatan pergerakan horizontal tanah dengan
inclinometer dan pengematan muka air tanah dengan piezometer.
g) Material timbunan agar diuji sand-cone test setiap 30 cm dan tes CBR lapangan
pada lapisan teratas.
h) Penimbunan harus dilakukan secara lapis demi lapis, tebal tiap lapisan tidak
boleh lebih dari 30 cm sebelum dipadatkan.
i) top soil atau material yang mengandung humus / vegetasi tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan.
j) Pemadatan harus dilakukan dengan peralatan yang telah disetujui oleh perencana.
k) Material timbunan harus mempunyai kadar air tertentu untuk mendapatkan
tingkat kepadatan yang sesuai dan dihamparkan seeara hati-hati, dipadatkan
sampai diperoleh kepadatan yang diinginkan.
l) Pada penimbunan kembali (re-fill) di daerah galian kabel / pipa bawah tanah, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) digunakan bahan timbunan butiran (granuler) dengan ketebalan sampai 50 cm
di atas pipa dan 15emdiatas kabel,
2) material hasil galian dapat digunakan sebagai bahan timbunan seperti di atas,
jika disetujui oleh perencana,
3) material timbunan yang digunakan di sekitar galian diversion-tunnel (pipa
pengelak) merupakan tanah lempung plastis (high platieity clay),
m) Material timbunan tidak boleh diletakkan pada dinding lantai beton yang belum
mengeras / belum eukup kuat untuk mendukungtanah timbunan.
8|Pematangan Lahan
3) Setiap kali akan menebarkan lapis berikutnya pada pekerjaan Rencana
Bangunan, lapis yang sudah dipadatkan permukaannya perlu dibuat kasar
(digaruk) agar diperoleh bidang kontak yang baik.
4) Arah dan kemiringan (slope) pemadatan harus sesuai dengan petunjuk
gambar rencana.
5) Material harus dipadatkan sampai mencapai persyaratan seperti tertera pada butir
2.4.
6) Bagian timbunan yang tidak memenuhi ketentuan pada butir 2.5, harus diganti dan
diperbaiki sehingga memenuhi persyaratan butir 2.4.
7) Jika tidak ada ketentuan lain pada garnbar, material timbunan harus
dipadatkan sampai mencapai kepadatan tidak kurang dari 90 % kepadatan kering
maksimum seperti ketentuan pada ASTMD 1557.
8) Tanah di bawah pondasi atau bangunan harus dipadatkan sampai mencapai
kepadatan tidak kurang dari 90 % kepadatan kering maksimum untuk fondasi tlang,
dan tidak kurang dari 95 % kepadatan kering maksimum untuk fondasi telapak.
9) Tebal lapisan maksimum sebelum dipadatkan serta jumlah lintasasn pemadatan,
ditentukan berdasar test pemadatan lapangan (paragraf 2.13). Tebal lapisan
maksimum dan jumlah lintasan minimum tersebut harus disetujui oleh perencana.
10) Pengukuran berikut digunakan untuk mengontrol kadar air tanah kering :
a) Tebal masing-masing lapis ditentukan berdasarkan batas ketebalan yang
masih dapat ditembus oleh air sampai dasar lapisan.Jika tanah menyerap
lebih banyak air, pekerjaan pemadatan sebaiknya dimulai setelah kadar air
sesuai dengan yang diperlukan untuk pemadatan.
b) Sebelum dihamparkan, sebaiknya material dan air dicampur terlebih dahulu di
dalam peralatan panghampar sampai didapatkan kadar air optimum untuk
pemadatan.
c) Metode lain dapat digunakan jika disetujui oleh perencana.
11) Pada bagian tepi area pemadatan baiknya dibuat perkuatan agar tidak
terjadi kelongsoran, metodenya selain dengan pembuatan talud / dinding
penahan atau dengan memberi beban untuk perlawananya (bisa dengan
sandbag) seperti pada gambar.
9|Pematangan Lahan
2.9. Persiapan subgrade untuk jalan
1. Jalan sementara
a) Semua jalan sementara (temporary roads) yang harus digunakan untuk pelaksanaan
konstruksl, harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas sementara yang diperlukan.
b) Jalan berikut fasllltasnya tersebut harus dapat digunakan selama pelaksanaan
konstruksi, serta dapat dibongkar jika pelaksanaan konstruksi telah selesai.
c) Jika jalan tanah (sementara) tersebut nantinya / pada akhir perencanaan akan diberi
lapis perkerasan, sebaiknya diberi lapisan tanah-dasar (sub-grade) dan lapisan fondasi
jalan (sub-base). Semua pekerjaan di atas harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
Harus dilakukan perbaikan struktur jalan yang diperlukan serta ditentukan batas dan
kemiringan jalan seperti gambar rencana, sebelum lapis permukaan jalan
dihamparkan.
3. Pondasi jalan.
a) Lapis pondasi jalan harus dihamparkan segera di atas tanah dasar (sub-grade).
b) Lebar dan tebal lapis fondasi harus sesuai dengan gambar rencana.
10 | P e m a t a n g a n L a h a n
2
b) Beton yangdigunakanharus mempunyai kuat-tekan minimum 210 kg/cm pada umur 28
hari.
c) Lalu-llntas belum boleh lewat pada jalan yang baru jadi, sampai perencanamemberi
ijin.
d) Lapis permukaan jalan berupa cone-block setebal 50 mm selebar jalan yang
direncanakan, ke arah puncak bendungan.
e) Cone-block yang digunakan disesuaikan untuk beban ringan, lalu lintas yang lewat
adalah pejalan kaki dan sepeda.
f) Di bawah lapisan cone-block ditebarkan lapisan pasir yang dipadatkan setebal 50 mm.
g) Dibagian tepi jalan di pasang pembatas beton seperti dalam gambar rencana.
11 | P e m a t a n g a n L a h a n
BAB III : SPESIFIKASI MOBILISASI ALAT, BAHAN, METODOLOGI
DAN TENAGA AHLI
12 | P e m a t a n g a n L a h a n
12. Setelah pekerjaan Pematangan Lahan dilaksanakan, Saudara diwajibkan merapikan
kembali bekas Pematangan Lahan agar lingkungan tetap terpelihara.
13. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas akan ditunjuk Pengawas.
2. Spesifikasi Material :
Pengetesan dilaboratorium, baik di site pengambilan maupun dilokasi penimbunan
terhadap beberapa titik sample material, harga pengetesan laboratorium sudah
termasuk didalam harga material.
3. Tenaga Ahli :
• Ahli Mekanika Tanah 1 orang , Pendidikan min S1 Geologi, memiliki SKA Ahli Muda
Geoteknik, mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman
minimal 3 tahun.
• Site Engineer 1 orang, Pendidikan min S1 Teknik Sipil, memiliki SKA Ahli Madya
Manajemen Konstruksi, mempunyai kemampuan yang sesuai dengan bidangnya
minimal 3 tahun.
• Ahli K3 1 Orang, Pendidikan min S1 Teknik Sipil, Memiliki SKA Ahli Madya K3
Konstruksi, mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya minimal 5 tahun.
• Quality Control 1 Orang, Pendidikan min S1 Teknik Sipil, Memiliki SKA Ahli Muda
Geodesi.
• Surveyor 1 orang, pendidikan D.3 Sipil, Memiliki SKT Juru Ukur / teknisi Survey
pemetaan / juru hitung kuantitas mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya
dengan pengalaman minimal 3 tahun.
• Cad Drafter 1 orang, pendidikan min D.3 Sipil, Memiliki SKT Draftman tata Lingkungan
mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman minimal 3
tahun.
• Mandor Lapangan 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Mandor tanah,
mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman minimal 3
tahun.
• Tukang Pekerjaan tanah 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Tukang Pekerjaan
tanah / Earthmoving, mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan
pengalaman minimal 3 tahun.
• Kepala Operator mesin eksavator 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Operator
eksavator mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman
minimal 3 tahun.
• Kepala Operator Dump Truck 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Operator
Dump truck mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman
minimal 3 tahun.
• Kepala Operator mesin Road Roller 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT
Operator road roller mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan
pengalaman minimal 3 tahun.
• Kepala Operator mesin Wheel Loader 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT
Operator road roller mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan
pengalaman minimal 3 tahun.
13 | P e m a t a n g a n L a h a n
• Tenaga Pendukung 2 orang (SLTA) dengan pengalaman minimal 2 tahun.
Semua Tenaga Ahli tersebut diatas harus melampirkan CV, Ijazah, NPWP dan Seritifikat
sesuai dengan keahliannya
14 | P e m a t a n g a n L a h a n