Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG

KERANGKA ACUAN KERJA


(KAK)

PEKERJAAN :

PEMATANGAN TANAH
(LOKASI 1)
UIN RADEN INTAN, LAMPUNG
TAHUN ANGGARAN 2018

UIN RADEN INTAN


Jl. Letnan Kolonel H. Endro Suratmin, Sukarame,
Kota Bandar Lampung, 35131

KONSULTAN PERENCANA :

0|Pematangan Lahan
BAB I : UMUM

SPESIFIKASI
PEMATANGAN LAHAN RENCANA LOKASI
PEMBANGUNAN KAMPUS I UIN RADEN INTAN - LAMPUNG

1.1. Ruang lingkup


Spesifikasi ini, bersama dengan gambar rencana dari gambar kerja (drawings)
merupakan pedoman untuk pelaksanaan pekerjaan Pematangan Lahan Rencana
Lokasi Pembangunan Kampus I UIN Raden Intan - Lampung.

1.2. Definisi
Konsultan pengawas akan ditunjuk melalui proses lelang yang dilaksanakan
bersamaan pelelangan pematangan lahan lokasi 1 ini yang selanjutnya disebut
konsultan pengawas.

1.3. Perubahan spesifikasi


Setiap perubahan material dan/atau pekerjaan yang menyimpang dari spesifikasi
ini harus dengan persetujuan tertulis diketahui pengawas.

1.4. Standar spesifikasi


Persyaratan-persyaratan dan metode-metode yang terdapat pada ketentuan-
ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang sesuai serta edisi standar-
standar lainnya yang tercantum dalam uraian bagian-bagian pekerjaan pada
masing-masing bab dalam persyaratan teknis ini merupakan penjelasan dan bagian
yang tidak terpisah dari persyaratan teknis ini.

1.5. Survei dan pengukuran


Ketelitian dari pekerjaan survei harus memenuhi batas-batas berikut :
a) Pasal-pasal untuk cross section dari pekerjaan tanah harus ditempatkan kurang
dari 20 mm dari posisi vertikal dan 100 mm dari horizontal yang ditetapkan.
b) Survei mendatar (level survey) harus diikatkan dengan Bench-Mark (BM)
permanen atau titik awal. Kesalahan pengikatan harus dari 10 mm dikalikan akar
kuadrat dari panjang / keliling dalam kilometer.
c) Patok yang menunjukkan ketinggian akhir pekerjaan tanah harus tidak berselisih
lebih dari 20 mm dari ketinggian yang ditentukan.
d) Bangunan-bangunan harus dibuat / diletakkan dengan kesalahan kurang dari
5 mm dari posisi vertikal / horizontal yang ditetapkan, kecuali jika untuk keperluan

1|Pematangan Lahan
operasional atau khusus seperti pemasangan pekerjaan / peralatan besi
diperlukan lebih tepat lagi.
e) Formasi mendatar dan vertikal dari lereng (slope), saluran, buangan air, dan
pekerjaan lain harus dibuat / diletakkan setepat-tepatnya dan berulang-ulang
dicek. Untuk meyakinkan kebenarannya dibuat cross section pada setiap jarak
yang tidak lebih dari 50 m atau arahan dari pengawas. Cross section terakhir
dari bangunan-bangunan air harus dibuat sedemikian untuk menjamin
kesempurnaan aliran air.
f) Tanda-tanda / rambu BM akan ditunjukkan oleh pengawas kepada pelaksana
pada saat pelaksanaan pekerjaan. Pelaksana harus memelihara rambu / tanda-
tanda BM dan melindunginya dari kerusakan selama pelaksanaan proyek.
g) Perubahan dari hal-hal tersebut meskipun untuk keperluan pelaksanaan tidak
diperkenankan. Titik bantu pengukuran ditetapkan dengan titik reverensi yang ada
di lokasi yang tidak akan terganggu oleh pekerjaan permanen sampai setting
permulaan pekerjaan tanah di sekitarnya telah diselesaikan dan disetujui oleh
pengawas.
h) Rambu dan BM harus diserahkan sempurna kepada pengawas pada
penyelesaian pekerjaan, jika ada rambu yang rusak atau pelaksana kuatir terjadi
kerusakan, ia harus segera memberikan saran kepada pengawas dan harus
mengembalikan atau membuat rambu-rambu sesuai dengan petunjuk pengawas.

1.6. Tindakan pencegahan untuk keselamatan


Pelaksana harus menyelenggarkan, membangun dan memelihara rintangan-
rintangan, lampu- lampu tanda bahaya, tanda-tanda peringatan yang sesuai dan
cukup memadai untuk mencegah dan melindungi pekerjaan, keselamatan kerja
dan keselamatan umum (masyarakat). Jalan-jalan yang tertutup bagi lalu lintas
harus dilindungi dengan barikade yang cukup efektif dan rintangan harus
diberikan penerangan pada malam hari dan penerangan harus tetap menyala
sepanjang malam atau pada waktu diperlukan.

1.7. Ukuran-ukuran pokok


Ukuran-ukuran pokok dapat dilihat dalam gambar kerja, sedang ukuran lainnya
akan diuraikan pada pasal-pasal berikutnya dalam spesifikasi teknis ini.
Apabila ukuran-ukuran tersebut belum tercantum pada gambar, maka ukuran-ukuran
tersebut dapat dimintakan persetujuan dari pengawas atau perencana.

1.8. Perbedaan-perbedaan
a) Apabila terdapat perbedaan antara spesifikasi teknis dan gambar, maka
spesifikasi teknis yang mengikat.
b) Apabila di dalam gambar terlukis tetapi di dalam spesifikasi teknis tidak
tercantum, maka gambarlah yang mengikat, demikian pula sebaliknya.
c) Apabila ukuran-ukuran belum tercantum pada gambar dan spesifikasi teknis
maka pelaksana wajib dan harus melapor kepada pengawas dan perencana agar
diadakan pemecahan.

2|Pematangan Lahan
d) Apabila terdapat perbedaan pada gambar skala besar dengan skala kecil, maka
gambar dengan skala besar yang mengikat.
e) Apabila terjadi masalah atau kejanggalan di dalam dokumen perencanaan,
perbedaan gambar dan sebagainya, pelaksana harus segera konsultasi / lapor
kepada pengawas untuk kemudain dibicarakan penyelesaiannya dengan
perencana.
f) Jika terdapat perbedaan perincian kualitas tentang bahan-bahan yang
dipergunakan antara pelaksana dan pengawas, maka dapat diadakan pengetesan
bahan.

3|Pematangan Lahan
BAB II : PEKERJAAN GALIAN DAN TIMBUNAN TANAH

2.1. Ruang lingkup


Spesifikasi ini dan gambar rencana digunakan sebagai pedoman pada pekerjaan yang
melibatkan penggalian, persiapan tanah dasar, timbunan, transport, penebaran, kondisi
kandungan air untuk pemadatan, uji dan pemeliharaan bahan timbunan untuk
penimbunan tanah.

2.2. Referensi
Ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) serta
standar berikut, merupakan uraian lebih lanjut dan merupakan bagian yang menyatu
dengan spesifikasi ini.
ASTM D 1557 /
ASTM D 698 : (metode pengujian standar untuk hubungan antara kadar air
dengan kepadatan, pada tanah dan campuran tanah-batuan,
dengan menggunakan penumbuk 4,54 kg tinggi jatuh 457 mm)
hubungan antara kepadatan tanah dan kadar air tanah,
ASTM D 1556 : (metode pengujian standar untuk kepadatan tanah dan
kepadatan lapangan dengan menggunakan sand-cone)
penentuan kepadatan tanah dilapangan dengan menggunakan
sand-cone.
ASTM D 422, C 136 : Analisa ukuran butiran tanah,
ASTM D 423 : Batas cair tanah,
ASTM C 424 : Batas plastis tanah, ASTM C 127 /128,
ASTM D 854 : specific grafity.

2.3. Ketentuan umum


a) Lokasi pekerjaan yang termasuk dalam batas yang ditentukan pada gambar
rencana, harus dibersihkan dari pepohonan, semak-semak, tanaman pagar, akar-
akar, humus, puing-puing, serta benda pengganggu lainnya. Harus dilakukan
dahulu penentuan benchmark atau titik tetap dengan peralatan yang mempunyai
presisi tinggi dengan metode triangulasi dan hasilnya disampaikan ke PPK.
b) Benda-benda permanen diatas permukaan maupun di dalam tanah, seperti :
bangunan, pagar, dinding, jaringan pipa, dsb. harus dilakukan mobilisasi, pemberian
penerangan, pagar dan tanda-tanda pengaman
c) Kondisi lapangan yang ditetapkan, harus dapat diperkirakan dan ditinjau,
sebelum pekerjaan dilaksanakan. Pembuatan patok-patok referensi sebagai
pedoman pelaksanaan untuk menjadi ketelitian bentuk posisi arah elevasi dan lain-
lain.
d) Semua tenaga kerja dan peralatan, termasuk peralatan, pengerukan,
pengangkutan, pengangkatan, serta pemindahan, harus sesuai dengan material
pekerjaan. Pelaksana harus menyediakan dilapangan antara lain fotocopy

4|Pematangan Lahan
persyaratan, standar bahan, katalog, rekomendasi dan sertifikat dari pabrik sesuai
dengan persyaratan material.
e) Semua peralatan pengerukan dan pemindahan tanah harus mempunyai tipe
yang sesuai dengan pekerjaan, dan harus selalu dirawat agar dapat digunakan
setiap saat.
f) Pelaksana dilapangan harus memiliki antara lain fotocopy persyaratan, standar
bahan, katalog, hasil test lab, rekomendasi dan sertifikat dari pabrik untuk setiap
material yang digunakan.

2.4. Material timbunan


a) Material timbunan harus memnuhi semua persyaratan material timbunan yang
yang disyaratkan, yang perlu diperhatikan yaitu grain size distribution, kadar air,
kebersihan dari bahan organik, specific grafity, dan sumber material itu sendiri.
b) Material timbunan dan pemadatan, dikelompokkan dalam kelas I, II, atau III, seperti
uraian dibawah ini.

Material yang digunakan pada msing-masing kelas, dapat berupa tanah


lempung, tanah berbutir, tergantung pada sistem drainase dan pertimbangan lain.
1) Timbunan kelas I – persyaratan pemadatan untuk timbunan kelas I adalah
sebagai berikut :

2) Timbunan kelas II – persyaratan pemadatan seperti kelas I, kecuali berikut ini

3) Timbunan kelas III – pemadatan timbunan dengan peralatan penghampar


sampai setara dengan kepadatan tanah asli di area pekerjaan.
4) Ketentuan penghamparan :

5|Pematangan Lahan
tebal penghamparan untuk timbunan kelas I dan kelas II tidak boleh lebih dari
200 mm sebelum dipadatkan. Tebal maksimum untuk kelas III, tidak boleh lebih
dari 350 mm sebelum dipadatkan. Masing-masing lapis penghamparan, harus
dipadatkan secara seragam untuk mendapatkan kepadatan yang diharapkan.
5) Tipe material – jika tidak ada ketentuan, material untuk timbunan kelas I dan
kelas II harus terdiri dari pasir, lempung, atau lanau, tergantung keberadaan
material tersebut di lokasi pekerjaan. Material jenis lain dapat digunakan untuk
timbunan, jika disetujui perencana.

c) Sebelum pekerjaan pengurugan dimulai daerah yang akan diurug harus


dibersihkan dari material organik, lumpur maupun tanah lunak
d) Pengukuran topografi dilakukan sebelum dan sesudah pengurugan tiap tahap
pekerjaan dan pada akhir pekerjaan dan diperiksa direksi.
e) Sebelum dilaksanakan penimbunan, pada area timbunan dibuatkan patok-
patok sejarak 5-10 m, pada patok tersebut dibuatkan ukurannya sehingga dapat
mengetahui kedalaman timbunan dan peil rencana

2.5. Penggunaan timbunan


Jika tidak ada ketentuan lain pada gambar, kriteria berikut dapat digunakan
untuk menentukan kelas timbunan dan tipe material timbunan.
a) Timbunan kelas I, digunakan untuk :
1) Sebagai tanah dasar pada jalan beton dan slab fondasi. Selain itu juga sebagai
tanah dasar pada bangunan struktur lainnya.Tebal tanah dasar (sub-grade) ini
tidak boleh kurang dari 200 mm, baik pada puncak timbunan, pada permukaan
tanah asli dibawah slab perkerasan maupun dibawah lapisan pasir urug padat di
bawah fondasi.
2) Pada galian untuk fondasi telapak dan fondasi rakit, tebal padat lapisan tidak
boleh kurang dari 200 mm, kecuali jika dipasang lantai kerja.
3) Konstruksi badan bendungan sesuai dengan gambar rencana.

b) Timbunan kelas II, digunakan untuk :


1) Konstruksi tanggul (dikes), parapet, bahu dan badan jalan, sesuai gambar
rencana.
2) Untuk tanah isian pada penahan tanah, urugan pada sekeliling pipa, urugan
fondasi, atau penggunaan lain sesuai ketentuan pada gambar.

c) Timbunan kelas III


1) Digunakan pada area yang tidak ditempati oleh peralatan / bangunan yang
direncanakan untuk menambah elevasi sesuai gambar rencana, pada area
dimana terjadinya settlement tidak diperhitungkan.
2) Pasir, lempung dan lanau dapat digunakan sebagai bahan timbunan pada kelas
ini.

6|Pematangan Lahan
2.6. Penggalian dan tanah galian
a) Penggalian dilakukan untuk mendapatkan penampang, ketinggian, pelurusan atau
bentuk tertentu sesuai gambar rencana, maupun tujuan lain yang ditentukan
oleh perencana.
b) Material galian dapat berupa tanah lempung, lanau kepasiran ataupun batuan
sesuai dengan kondisi dan profil lapisan geologis tanah di lokasi galian.
c) Setelah dilakukan penggalaian sesuai bentukdan ukuran rencana, harus dijaga
pada tampang dan elevasinya, serta harus bebas dari lumpur dan kotoran lain.
d) Galian tidak boleh diisi timbunan kembali, sebelum diperiksa dan disetujui oleh
perencana.
e) Jika diperlukan perubahan, maka skema detail, ketebalan, dan prosedur
serta penjelasan yang relevan harus mendapat persetujuan perencana, untuk
di chek kembali sebelum pelaksanaan dimulai
f) Jika terdapat lumpur / bahan lain pada dasar galian, maka harus dikeruk dan
diganti dengan material timbunan yang baik.
g) Jika penggalian dilakukan terlalu berlebihan, maka dilakukan penimbunan kembali
(re•filled) dengan material yang balk dan diberi lapis lean concrete untuk
mendapatkan elevasi dasar bangunan (fondasi) seperti ketentuan gambar, dan
harus disetujui perencana.
h) Jika pada lokasi penggalian terdapat fasilitas/jaringan yang tidak mungkin
dipindahkan, maka pelaksanaan penggalian dilakukan dengan hati-hati.
i) Lebar alur pada dasar galian untuk jaringan pipa harus sesuai dengan gambar
pelaksanaan dan didasarkan pada ukuran pipa, kedalaman dan kondisi tanah.
Kedalaman galian tersebut tidak boleh kurang dari diameter pipa ditambah 500 mm
untuk melindungi pipa dari pengaruh pemadatan tanah.
j) Pelaksanaan penggalian harus dilakukan dengan cara-cara yang baik sehingga sisi
galian tetap stabil dari longsoran.
k) Galian harus diusahakan selalu dalam keadaan kering selama pengerjaan.
l) Tanah atau batuan galian harus ditempatkan pada lokasi yang ditentukan
oleh perencana.
m) Tanah atau batuan galian yang akan digunakan lagi tidak boleh tercampur
dengan humus dan kotoran lain.
n) Area penempatan tanah atau batuan galian harus datar dan kering.

2.7. Penimbunan
a) Pengukuran topograpfi dilakukan sebelum dan sesudah penimbunan tiap tahap
pekerjaan dan pada akhir pekerjaan dan diperiksa pengawas.
b) Elevasi timbunan rencana tidak termasuk tebal perkerasan.
c) Material timbunan harus memperhitungkan settlement dan dicantumkan pada
gambar keterangan settlement yang terjadi.
d) Sebelum penimbunan dimulai, daerah yang akan di timbun harus dibersihkan
dari material organik, lumpur maupun tanah lunak serta dilakukan pengontrolan
pada bangunan / jaringan yang ada di dalam tanah.

7|Pematangan Lahan
e) Area timbunan dibuatkan patok-patok dengan jarak 5-10 m, pada patok tersebut
dibuatkan ukurannya sehingga dapat mengetahui kedalaman timbunan dan peil
rencana.
f) Pekerjaan timbunan agar dicantumkan pelaksanaan settlement record berupa
pemasangan settlement plate, pengamatan pergerakan horizontal tanah dengan
inclinometer dan pengematan muka air tanah dengan piezometer.
g) Material timbunan agar diuji sand-cone test setiap 30 cm dan tes CBR lapangan
pada lapisan teratas.
h) Penimbunan harus dilakukan secara lapis demi lapis, tebal tiap lapisan tidak
boleh lebih dari 30 cm sebelum dipadatkan.
i) top soil atau material yang mengandung humus / vegetasi tidak boleh
digunakan sebagai bahan timbunan.
j) Pemadatan harus dilakukan dengan peralatan yang telah disetujui oleh perencana.
k) Material timbunan harus mempunyai kadar air tertentu untuk mendapatkan
tingkat kepadatan yang sesuai dan dihamparkan seeara hati-hati, dipadatkan
sampai diperoleh kepadatan yang diinginkan.
l) Pada penimbunan kembali (re-fill) di daerah galian kabel / pipa bawah tanah, harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) digunakan bahan timbunan butiran (granuler) dengan ketebalan sampai 50 cm
di atas pipa dan 15emdiatas kabel,
2) material hasil galian dapat digunakan sebagai bahan timbunan seperti di atas,
jika disetujui oleh perencana,
3) material timbunan yang digunakan di sekitar galian diversion-tunnel (pipa
pengelak) merupakan tanah lempung plastis (high platieity clay),
m) Material timbunan tidak boleh diletakkan pada dinding lantai beton yang belum
mengeras / belum eukup kuat untuk mendukungtanah timbunan.

2.8. Penghamparan dan pemadatan


1) Penghamparan dilakukan lapis demi lapis, dengan tebal lapisan tidak lebih dari 30
em, kemudian dipadatkan dengan peralatan yang ditentukan.
2) Masing-masing lapis penghamparan tidak boleh kurang dari lebar timbunan
rencana, Sedangkan untuk Rencana Bangunan masing-masing lapis dengan
lebar timbunan di bagi tiga bagian dan tidak dalam satu garis (lihat gambar) di
bawah ini:

8|Pematangan Lahan
3) Setiap kali akan menebarkan lapis berikutnya pada pekerjaan Rencana
Bangunan, lapis yang sudah dipadatkan permukaannya perlu dibuat kasar
(digaruk) agar diperoleh bidang kontak yang baik.
4) Arah dan kemiringan (slope) pemadatan harus sesuai dengan petunjuk
gambar rencana.
5) Material harus dipadatkan sampai mencapai persyaratan seperti tertera pada butir
2.4.
6) Bagian timbunan yang tidak memenuhi ketentuan pada butir 2.5, harus diganti dan
diperbaiki sehingga memenuhi persyaratan butir 2.4.
7) Jika tidak ada ketentuan lain pada garnbar, material timbunan harus
dipadatkan sampai mencapai kepadatan tidak kurang dari 90 % kepadatan kering
maksimum seperti ketentuan pada ASTMD 1557.
8) Tanah di bawah pondasi atau bangunan harus dipadatkan sampai mencapai
kepadatan tidak kurang dari 90 % kepadatan kering maksimum untuk fondasi tlang,
dan tidak kurang dari 95 % kepadatan kering maksimum untuk fondasi telapak.
9) Tebal lapisan maksimum sebelum dipadatkan serta jumlah lintasasn pemadatan,
ditentukan berdasar test pemadatan lapangan (paragraf 2.13). Tebal lapisan
maksimum dan jumlah lintasan minimum tersebut harus disetujui oleh perencana.
10) Pengukuran berikut digunakan untuk mengontrol kadar air tanah kering :
a) Tebal masing-masing lapis ditentukan berdasarkan batas ketebalan yang
masih dapat ditembus oleh air sampai dasar lapisan.Jika tanah menyerap
lebih banyak air, pekerjaan pemadatan sebaiknya dimulai setelah kadar air
sesuai dengan yang diperlukan untuk pemadatan.
b) Sebelum dihamparkan, sebaiknya material dan air dicampur terlebih dahulu di
dalam peralatan panghampar sampai didapatkan kadar air optimum untuk
pemadatan.
c) Metode lain dapat digunakan jika disetujui oleh perencana.

11) Pada bagian tepi area pemadatan baiknya dibuat perkuatan agar tidak
terjadi kelongsoran, metodenya selain dengan pembuatan talud / dinding
penahan atau dengan memberi beban untuk perlawananya (bisa dengan
sandbag) seperti pada gambar.

9|Pematangan Lahan
2.9. Persiapan subgrade untuk jalan

1. Jalan sementara
a) Semua jalan sementara (temporary roads) yang harus digunakan untuk pelaksanaan
konstruksl, harus dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas sementara yang diperlukan.
b) Jalan berikut fasllltasnya tersebut harus dapat digunakan selama pelaksanaan
konstruksi, serta dapat dibongkar jika pelaksanaan konstruksi telah selesai.
c) Jika jalan tanah (sementara) tersebut nantinya / pada akhir perencanaan akan diberi
lapis perkerasan, sebaiknya diberi lapisan tanah-dasar (sub-grade) dan lapisan fondasi
jalan (sub-base). Semua pekerjaan di atas harus sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
Harus dilakukan perbaikan struktur jalan yang diperlukan serta ditentukan batas dan
kemiringan jalan seperti gambar rencana, sebelum lapis permukaan jalan
dihamparkan.

2. Rencana Jalan Utama


a) Jalan utama bangunan Jalan utama harus diperkeras dengan aspal, dengan lebar
jalan 5 m seperti ditunjukan pada gambar.
b) Jalan akses (penghubung) harus mempunyai lebar seperti ditunjukan pada gambar.
c) Radius putar padaj alan utama bangunan dari jalan utama ke jalan utama (exiting)
tidak boleh kurang dari 10 meter.
d) Jika jalan utama dihubungkan dengan jaringan jalan akses, radius putar klra- klra
sebesar lebar jalan penghubung, tapi tidak lebih besar dari 5 meter.
e) Jalan harus diberi kemiringan melintang 2% (dari center-line ke tepi perkerasan)
untuk mengalirkan air hujan.
f) Tanah dasar (sub-grade) jalan.
g) Badan jalan yang bersifat permanen harus bebas dari gangguan dan terletak pada
elevasi yang ditunjukkan gambar rencana.

3. Pondasi jalan.
a) Lapis pondasi jalan harus dihamparkan segera di atas tanah dasar (sub-grade).
b) Lebar dan tebal lapis fondasi harus sesuai dengan gambar rencana.

4. Lapis permukaan jalan


a) Lapis permukaan jalan berupa slab beton setebal 200 mm selebar jalan yang
direncanakan.

10 | P e m a t a n g a n L a h a n
2
b) Beton yangdigunakanharus mempunyai kuat-tekan minimum 210 kg/cm pada umur 28
hari.
c) Lalu-llntas belum boleh lewat pada jalan yang baru jadi, sampai perencanamemberi
ijin.
d) Lapis permukaan jalan berupa cone-block setebal 50 mm selebar jalan yang
direncanakan, ke arah puncak bendungan.
e) Cone-block yang digunakan disesuaikan untuk beban ringan, lalu lintas yang lewat
adalah pejalan kaki dan sepeda.
f) Di bawah lapisan cone-block ditebarkan lapisan pasir yang dipadatkan setebal 50 mm.
g) Dibagian tepi jalan di pasang pembatas beton seperti dalam gambar rencana.

2.10. Persiapan subgrade untuk fondasi


1) Tanah yang lunak dan jelek pada sub-grade harus dl keruk dan diganti dengan tanah
baik yang disetujui oleh perencana.
2) Tanah-dasar (sub-grade) harus dipadatkan sesuai ketentuan pada gambar, sebelum
material timbunan dihamparkan.
3) 3. Sub-grade harus dibuat dengan arah dan kemiringan sesuai dengan gambar
rencana.

11 | P e m a t a n g a n L a h a n
BAB III : SPESIFIKASI MOBILISASI ALAT, BAHAN, METODOLOGI
DAN TENAGA AHLI

1. Spesifikasi Peralatan dan Peraturan:


§ Whell Loader 2 unit, Excavator 4 unit kap. min 07, Motor Grader 1 unit, R oad
Roller 2 unit, Water Tanker 1 unit, dan Dump Truck 25 unit kap 10 ton dengan
kapasitas 8 m3 maksimal pengangkutan, hal ini dikaitkan dengan beban jalan yang
akan dilalui, sehingga tidak mengakibatkan kerusakan pada jalan yang dilalui.
§ Pengangkutan material dari Site pengambilan ke lokasi pekerjaan dengan material
yang dibawa cukup banyak, sehingga Kontraktor perlu melakukan koordinasi
kebeberapa instansi yang terkait, dengan melakukan:
a) Apabila pelaksanaan pekerjaan melalui jalan umum agar mendapatkan
rekomendasi terlebih dahulu dari Dinas Perhubungan setempat.
b) Apabila dilokasi penimbunan terdapat hutan bakau, agar berkoordinasi dengan
Dinas Kelautan, Perikanan, Pertanian dan Kehutanan setempat.
c) Apabila kegiatan pematangan lahan dapat berdampak terhadap lingkungan,
agar berkoordinasi dengan Bappedalda setempat.
2. Pelaksanaan pekerjaan harus sesuai izin yang diberikan beserta semua ketentuan
dan persyaratan pekerjaan Pematangan Lahan yang telah ditetapkan.
3. Tidak dibenarkan menebang dan menimbun pohon yang ketinggiannya telah
mencapai diatas 1 m (kecuali terpaksa untuk mobilisasi alat, harus mendapatkan
persetujuan dari PPK).
4. Tidak dibenarkan melakukan kegiatan pekerjaan Pematangan Lahan diluar lokasi yang
ditetapkan
5. Pada waktu hujan dilarang untuk melaksanakan pekerjaan Pematangan Lahan.
6. Didalam pelaksanaan pekerjaan Saudara wajib menjaga / memelihara lingkungan sbb. :
a. Kebersihan badan jalan.
b. Saluran umum (saluran utama dan saluran permukaan)
c. Mencegah erosi (dilokasi galian maupun dilokasi penimbunan)
7. Kendaraan yang keluar masuk lokasi harus selalu dalam keadaan bersih, sehingga
tidak mengotori / mengganggu jalan umum dan lingkungan.
8. Memasang rambu-rambu lalu lintas yang diperlukan diarea jalan masuk dan keluar
kendaraan sehubungan dengan kegiatan pekerjaan dan muatan maksimum yang
diizinkan untuk angkutan tanah satu dump truck adalah 6 (enam) m³.
9. Wajib menjaga arah aliran air pada waktu hujan, longsoran tanah dan batuan agar tidak
melintai jalan aspal ROW 50 dalam pelaksanaan pekerjaan pemotongan tanah
memperhitungkan kekuatan struktur tower dan tanki air eksisting.
10. Dalam seluruh kegiatan sebelum pekerjaan pelaksanaan, harus mematuhi dan
mengacu Peraturan yang berlaku.
11. Segala akibat yang timbul dari pelaksanaan pematangan lahan yang menimbulkan
kerugian pihak lain atau merugikan pihak lain, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
resiko pelaksana.

12 | P e m a t a n g a n L a h a n
12. Setelah pekerjaan Pematangan Lahan dilaksanakan, Saudara diwajibkan merapikan
kembali bekas Pematangan Lahan agar lingkungan tetap terpelihara.
13. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas akan ditunjuk Pengawas.

2. Spesifikasi Material :
Pengetesan dilaboratorium, baik di site pengambilan maupun dilokasi penimbunan
terhadap beberapa titik sample material, harga pengetesan laboratorium sudah
termasuk didalam harga material.

3. Tenaga Ahli :
• Ahli Mekanika Tanah 1 orang , Pendidikan min S1 Geologi, memiliki SKA Ahli Muda
Geoteknik, mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman
minimal 3 tahun.
• Site Engineer 1 orang, Pendidikan min S1 Teknik Sipil, memiliki SKA Ahli Madya
Manajemen Konstruksi, mempunyai kemampuan yang sesuai dengan bidangnya
minimal 3 tahun.
• Ahli K3 1 Orang, Pendidikan min S1 Teknik Sipil, Memiliki SKA Ahli Madya K3
Konstruksi, mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya minimal 5 tahun.
• Quality Control 1 Orang, Pendidikan min S1 Teknik Sipil, Memiliki SKA Ahli Muda
Geodesi.
• Surveyor 1 orang, pendidikan D.3 Sipil, Memiliki SKT Juru Ukur / teknisi Survey
pemetaan / juru hitung kuantitas mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya
dengan pengalaman minimal 3 tahun.
• Cad Drafter 1 orang, pendidikan min D.3 Sipil, Memiliki SKT Draftman tata Lingkungan
mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman minimal 3
tahun.
• Mandor Lapangan 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Mandor tanah,
mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman minimal 3
tahun.
• Tukang Pekerjaan tanah 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Tukang Pekerjaan
tanah / Earthmoving, mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan
pengalaman minimal 3 tahun.
• Kepala Operator mesin eksavator 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Operator
eksavator mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman
minimal 3 tahun.
• Kepala Operator Dump Truck 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT Operator
Dump truck mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan pengalaman
minimal 3 tahun.
• Kepala Operator mesin Road Roller 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT
Operator road roller mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan
pengalaman minimal 3 tahun.
• Kepala Operator mesin Wheel Loader 1 orang, Pendidikan min SMA, Memiliki SKT
Operator road roller mempunyai kemampuan yang sesuai pada bidangnya dengan
pengalaman minimal 3 tahun.

13 | P e m a t a n g a n L a h a n
• Tenaga Pendukung 2 orang (SLTA) dengan pengalaman minimal 2 tahun.

Semua Tenaga Ahli tersebut diatas harus melampirkan CV, Ijazah, NPWP dan Seritifikat
sesuai dengan keahliannya

4. Metodologi yang disampaikan menggambarkan pelaksanaan pekerjaan dari mulai


pengambilan material (asal material /lokasi) dan pelaksanaan dilokasi pekerjaan dari loading
material, penghamparan sampai dengan pemadatan serta kesiapan peralatan-peralatan
yang dibutuhkan, sehingga didalam waktu pelaksanaan tidak terjadi kendala dilapangan,
semua pajak-pajak yang timbul merupakan tanggung jawab Kontraktor.

14 | P e m a t a n g a n L a h a n

Anda mungkin juga menyukai