Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN 1

PEMBUATAN ALKOHOL
 Tujuan
Untuk mempelajari pembuatan alkohol
 Dasar Teori
Alkohol merupakan senyawa organik yang mengandung satu atau lebih gugus
hidroksil,sehingga alkohol dapat dianggap sebagai derivat alkana dimana satu atau lebih
atom H pada alkana di ganti oleh gugus hidroksil.
Alkohol di klasifikasikan menjadi alkohol primer,sekunder,tersier.pada senyawa alkohol
dapat mengandung satu gugus OH yang di sebut monohidrik,dua gugus OH disebut
dihidrik,tiga gugus OH di sebut trihidrik,empat gugus OH disebut tetrahidrik,atau lebih
dari lima gugus OH disebut polihidrik.

 Data Hasil Lab. Dan Analisis Data

No PROSEDUR PENGAMATAN REAKSI KIMIA(jika


ada)
1. Masukan 10 ml  Butanol di CH3-CH2-CH2-CH 2-
butanol dan 10 ml tambah dengan OH+H-CL→ CH3 −
HCL 90% kedalam HCL CH2
labu erlenmeyer Butilklorida dan
100 mL.Amati hasil sampingnya
perubahan yang adalah air. Air
terjadi berada di
lapisan.(Lapisan
Butirklorida).
2. Tambahkan 10 mL NaOH  Larutan butir
0,1 M .amati perubahannya. klorida yang di
hasilkan saat di
tambahkan
NaOH 10 mL
0,1M adalah
kedua larutan
tercampur dan
membentuk
larutan larutan
yang berbeda
dibawah yaitu
Butanol daan
yang berada di
atas adalah garam
dapur NaCL.
3. SIFAT BAKAR  Lilin tidak
 Bakar sepotong lilin terbakar tetapi
dalam porselin. terjadi perubahan
 Ulangi menggunakan bentuk dari padat
menjadi
NaCl. cair(meleleh).
 Bandingkan hasilnya. Karena sifatnya
ini, lilin
digolongkan
dalam senyawa
organik.
 Garam terbakar
dan timbul
percikan api.
Berubah warna
dari putih
menjadi kuning
kecoklatan dan
tidak berubah
wujud. Disini
juga terjadi reaksi
kimia yaitu clor
menjadi gas.
4. DAYA HANTAR LISTRIK
 Rangkai alat seperti
pada gambar.
 Celupkan kedalam
larutan satu persatu:
- Larutan gula
- Larutan NaCl
- HCl
- NaOH
5. KELARUTAN  Menggunakan air
 Masukkan masing- sebagai pelarut :
masing 5 tetes minyak minyak kelapa
kelapa dan 1 sendok tidak larut dalam
kecil garam dapur air dan
dalam 2 tabung reaksi. digolongkan
 Tambahkan 2 ml air ke menjadi senyawa
kedua tabung. organik. NaCl
 Ulangi dengan larut dalam air
mengganti air dengan dan digolongkan
Metanol. menjadi senyawa
anorganik.
 Menggunakan
metanol sebagai
pelarut: minyak
kelapa larut
dalam metanol
tetapi ada sedikit
endapan minyak.
NaCl tidak larut
dalam metanol.
6. KECEPATAN REAKSI  Menggunakan
 Masukkan 5 tetes FeSO4. Waktu
FeSO4 0,1 M kedalam yang dibutuhhkan
tabung reaksi. 27 detik dan
 Tambah 2 tetes H2SO4 warnanya
3M dan 0,1M KMnO4. berubah menjadi
 Perhatikan hasilnya! merah.
 Ulangi dengan Digolongkan
mengganti FeSO4 → dalam senyawa
alkohol tidak murni . anorganik.
 Jika tidak ada reaksi  Menggunakan
panaskan campuran metanol. Waktu
dalam penangas air. yang dibutuhkan
 Bandingkan kecepatan 1 menit 7 detik
kedua reaksi. dan warnanya
berubah menjadi
ungu muda.
Digolongkan
dalam senyawa
organik.

ANALISIS DATA
a. Komposisi
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, gula dan daun merupakan senyawa
organik, sedangkan potongan plastik merupakan senyawa anorganik.
b. Penguapan
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, alkohol merupakan senyawa
organik dan air merupakan senyawa anorganik.
c. Sifat Bakar
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, lilin merupakan senyawa organik
dan garam merupakan senyawa anorganik.
d. Kelarutan
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, minyak merupakan senyawa
organik dan garam merupakan senyawa anorganik.
e. Kecepatan reaksi
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, FeSO4 + H2SO4 + KMnO4
kecepatan bereaksinya lebih cepat dibandingkan dengan reaksi antara Alkohol +
H2SO4 + KMnO4.
 Pembahasan
Senyawa organik merupakan senyawa yang berasal dari makluk hidup dan
senyawa anorganik merupakan senyawa yang bukan berasal dari makluk hidup, atau
yang diperoleh dari mineral. Kebanyakan senyawa organik mengandung usur karbon,
dan senyawa anorganik adalah senyawa-senyawa yang tidak mengandung unsur
karbon.
Pada komposisi, untuk mengetahui zat-zat (gula, daun, potongan plastik, dan
alumunium) mana sajakah yang merupakan senyawa organik dan anorganik di
lakukan proses pemanasan pada suhu yang tinggi. Ketika gula dipanaskan pada suhu
yang tinggi di atas nyala pembakar spiritus, perlahan-lahan gula mencair dari
bentuknya yang padat (seperti pasir) dan larutan gula menjadi warna coklat. Demikian
juga dengan daun, ketika dipanaskan daun mengering dan berubah warna menjadi
kehitaman, dan jika terus dibiarkan dapat menyebabkan daun merapuh dan menjadi
debu. Dan dengan adanya perubahan warna yang terjadi pada gula dan daun yakni
coklat dan berwarna kehitaman, dapat dikatakan bahwa kedua zat tersebut
mengandung unsur karbon. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa gula dan daun
merupakan senyawa organik kerena gula mudah meleleh dan daun mengering ketika
di panaskan dan jika dilakukan proses pembakaran, maka gula dan daun dengan
mudah dapat terbakar hingga habis, serta gula dan daun memiliki unsur karbon yang
merupakan ciri khas senyawa organik.
Pada potongan plastik, ketika dipanaskan pada suhu yang tinggi, potongan plastik
menyusut. Hal ini dapat dikatakan bahwa plastik merupakan senyawa anorganik,
karena tidak mudah terbakar.
Untuk mengetahui senyawa organik dan anorganik melalui penguapan. Digunakan
zat-zat cair seperti alkohol dan air. Ketika alkohol dan air masing-masing di tetes
sebanyak 3 tetes pada kaca arloji ternyata alkohol lebih cepat menguap dibandingkan
air, alkohol yang digunakan merupakan alkohol bebas air. Dengan waktu penguapan
hingga habis yaitu alkohol 37 detik sedangkan air dibutukan waktu selama 7 menit
lebih. Jadi alkohol merupakan senyawa organik kerena mudah menguap dan air
merupakan senyawa anorganik karena sukar untuk menguap.
Untuk mengetahui mana senyawa organik dan anorganik melalui sifat bakaran,
digunakan lilin dan garam. Kemudia lilin dan garam tersebut di bakar diatas nyala
pembakar spiritus pada sebuah porselin. Dan nampak bahwa lilin lebih mudah
terbakar hingga lilin meleleh dan berubah bentuk, sedangkan garam sama sekali tidak
terjadi perubahan. Sehingga dapat dikatakan bahwa lilin merupakan senyawa organik
dan garam merupakan senyawa anorganik kerena di lihat dari kecepatan
pembakarannya.
Untuk mengetahui mana senyawa organik dan anorganik melalui kelarutan,
digunakan minyak kelapa dan garam yang dimasukkan dalam air dan metanol.
Minyak yang dimasukkan kedalam air tidak akan larut sehingga digolongkan dalam
senyawa organik. Garam yang dimasukkan kedalam air akan larut dan digolongkan
dalam senyawa anorganik. Sedangkan minyak yang dimasukkan kedalam metanol
akan larut dan garam yang dimasukkan ke dalam metanol tidak larut.
Dan untuk mengetahui mana yang merupakan senyawa organik dan anorganik
melalui kecepatan reaksi, digunakan reaksi antara besi sulfat ( FeSO4), hidrogen
sulfat (H2SO4), dan kalium permanganat (KMnO4), dan reaksi antara alkohol,
hidrogen sulfat (H2SO4), dan kalium permanganat (KMnO4). Terlihat bahwa, reaksi
antara besi sulfat ( FeSO4), hidrogen sulfat (H2SO4), dan kalium permanganat
(KMnO4), lebih cepat dibandingkan reaksi antara alkohol, hidrogen sulfat (H2SO4),
dan kalium permanganat (KMnO4). Hal tersebut tampak dengan kecepatan perubahan
warna yang terjadi dimana ketika FeSO4 dengan warna kuning, H2SO4 dengan warna
bening, dan KMnO4 dengan warna ungu pekat dicampur dalam sebuah tabung reaksi,
dengan cepat warna tersebut bercampur dan menjadi warna merah. Sedangkan ketika
alkohol dengan warna bening, H2SO4 dengan warna bening, dan KMnO4 dengan
warna ungu pekat dicampur dalam sebuah tabung reaksi, proses perubahan warna
menjadi ungu muda sedikit lebih lambat di bandingkan dengan campuran
sebelumnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa senyawa organik lebih mudah bereaksi
atau memiliki kecepan reaksi yang besar, sedangkan senyawa anorganik tidak atau
memiliki kecepatan reaksi yang kurang/lambat.
Sehingga dari pengamatan dan hasil analisis yang tetah dilakukan, terlihat bahwa
senyawa organik mengandung unsur karbon, lebih mudah menguap, cepat terbakar,
dan memiliki kecepatan reaksi yang baik. Sedangkan senyawa anorganik tidak
mengandung unsur karbon, sukar untuk menguap, tidak muudah terbakar, dan
kecepatan reaksinya yang lambat.

 Jawab Pertanyaan
1. Zat manakah yang tergolong senyawa organik dan zat manakah yang tergolong
senyawa anorganik pada percobaan mengenai komposisi?
= Yang tergolong dalam senyawa organik adalah Gula, Daun dan Plastik.
Yang tergolong dalam senyawa anorganik adalah Aluminium
2. Unsur manakah yang umum dalam semua senyawa organik?
3. Manakah yang digolongkan sebagai senyawa organik dan manakah yang anorganik
dalam percobaan mengenai penguapan?
= Yang tergolong dalam senyawa organik adalah Alkohol
Yang tergolong dalam senyawa anorganik adalah Air
4. Manakah yang merupakan golongan senyawa organik dan manakah yang golongan
senyawa anorganik dalam percobaan mengenai sifat bakar?
= Yang tergolong dalam senyawa organik adalah Lilin
Yang tergolong dalam senyawa anorganik adalah NaCl
5. Zat manakah yang dapat larut dalam air dalam percobaan mengenai Kelarutan?
= zat yang dapat larut dalam air adalah garam.
6. Apakah air merupakan pelarut organik? Atau anorganik?
= Air adalah pelarut anorganik.
7. Apakah air bersifat polar atau bukan polar?
= Air bersifat polar.
8. Zat manakah yang larut dalam metanol?
= zat yang larut dalam metanol adalah minyak.
9. Apakah metanol merupakan pelarut organik atau anorganik?
= metanol merupakan senyawa anorganik
10. Apakah NaCl merupakan zat yang bersifat polar atau nonpolar?
= NaCl bersifat non polar
11. Bagaimana hasilnya dengan minyak?
= minyak merupakan senyawa organik

 Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan diatas adalah:
Sifat senyawa umum senyawa organik, yaitu:
1. Dibakar menghasilkan atom karbon (C).
2. Pada suhu tinggi dapat menguap secara cepat.
3. Tidak dapat larut dalam air.
4. Reaksi berlangsung dengan lambat.
5. Mempunyai sifat terbakar berubah bentuk.

Sifat umum senyawa anorganik, yaitu:


1. Dibakar tidak menghasilkan atom karbon (C).
2. Pada suhu tinggi dapat menguap secara lambat.
3. Dapat larut dalam air.
4. Mempunyai sifat terbakar tidak berubah bentuk.

LAPORAN 2
ANALISIS UNSUR-UNSUR SENYAWA ORGANIK

 Tujuan
Untuk menganalisis unsur dalam senyawa organik.
 Dasar Teori
Senyawa organik selain unsur karbon, terdapat juga unsur-unsur hidrogen, oksigen,
sulfur, nitrogen, fosfor dan halogen. Dalam percobaan ini, akan dianalisis unsur tersebut
yaitu dengan cara zat organik ditambahkan tembaga oksida dan dipanaskan akan
menghasilkan gas karbon dioksida dan air.
Zat organik + CuO → CO2 + H2O
CO2 + Ca(OH)2 → CaCO3 + H2O
Untuk memudahkan menganalisa unsur-unsur yang lain, pertama harus mengetahui
bahwa unsur-unsur yang lain, pertama harus mengetahui bahwa unsur-unsur tersebut
terdapat dalam suatu zat organik.
Identifikasi struktur senyawa organik merupakan masalah yang dihadapi dalam
laboratorium kimia organik. Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau
hasil isolasi bahan-bahan alam. Untuk keperluan identifikasi senyawa organik tersebut,
diperlukan cara yang sistematis dan logis.
Beberapa identifikasi unsur dalam senyawa organik adalah sebagai berikut:
1) Identifikasi Hidrogen
Karena jumlah senyawa organik yang tidak mengandung hidrogen adalah sangat
sedikit. Identifikasi hidrogen dalam senyawa organik tidak begitu banyak
bermanfaat. Hidrogen diisolasi dengan jalan pembakaran dan air yang dihasilkan
ditentukan dengan pereaksi Karl-firber, pereaksi kalsium karbida, magnesium
nitrida ataupun spektroskopi IR.
2) Identifikasi Oksigen
Identifikasi oksigen dalam senyawa organik membutuhkan peralatan yang
khusus. Senyawa yang dicampur arang diuraikan dalam nitran gas nitrogen dan
uap yang terjadi dialirkan pada kontak kaca yang dipanaskan pada suhu 100 0C.
Dalam hal ini oksigen organik senyawa kualitatif diubah menjadi karbon
monoksida yang dapat diidentifikasikan dengan iod peroksida.
3) Identifikasi Nitrogen
Identifikasi ini dilakukan dengan percobaan Lassargne yaitu destruksi reduksi,
yakni senyawa dengan pemanasan logam natrium. Nitrogen yang terikat secara
organik diubah menjadi natrium sianida.
4) Identifikasi Nitrogen dan Belerang
Jika suatu senyawa organik mengandung nitrogen dan belerang bersama-sama
dengan destruksi Lassargne akan terbentuk tiosianat, tergantung dari campuran
nitrogen atau belerang apakah nantinya yang akan terbentuk natrium sianida atau
natrium sulfida. Identifikasi tiosianat dapat dilakukan dengan besi (III) klorida.
5) Identifikasi Halogen
Senyawa halogen organik dengan berat molekul rendah yang dapat terbakar
ditunjukkan dengan batang pengaduk gelas dibasahi dengan ammonia dan
diletakkan dalam gas hasil pembakaran, dan yang akan terjadi adalah kabut
ammonium halogenida.
6) Identifikasi Fosfor
Dalam sebagian besar senyawa organik seperti farmasenik, fosfor merupakan
turunan asam phospat dan dapat diidentifikasi sebagai fosfor setelah terhidrolisis.
Suatu identifikasi juga didasarkan pada kelarutan suatu senyawa itu dalam
senyawa lain. Kelarutan merupakan kemampuan suatu pelarut untuk melarutkan
sejumlah zat pelarut

 Data Hasil Lab. Dan Analisis Data

No. PROSEDUR PENGAMATAN REAKSI KIMIA (jika


ada)
1. PENENTUAN C DAN H
DALAM SENYAWA
ORGANIK
 Isilah tabung 1 dengan
sedikit campuran
serbuk tembaga oksida
(CuO) dan gula pasir.
Tutup tabung reaksi ini
dengan sumbat gabus
yang sudah diberi pipa
kaca bengkok.
 Kedalam tabung reaksi
2 masukkan 10 ml
larutan kalsium
hidroksida 0,1M dan
hubungkan pipa kaca
bengkok pada tabung 2
dengan tabung 1!
 Tabung 1 dipanaskan
beberapa menit. Amati
dan catat perubahan
yang terjadi!
2. PENENTUAN UNSUR N  Ketika mendidih Co(NH2)2 + 2NaOH →
DALAM SENYAWA bau yang keluar itu Na2CO3 + 2NH3
ORGANIK menyengat dan gas
 Masukkan 1 sendok yang keluar adalah
serbuk urea ke dalam gas NH3(amoniak).
tabung reaksi.  Gas tersebut
 Tambahkan 2 ml menunjukkan
larutan NaOH 0,1M. adanya unsur N.
 Panaskan perlahan-  Ketika kertas
lahan dan cium bau gas lakmus merah
yang keluar. didekatkan di gas
 Periksa gas dengan warna kertas
kertas lakmus merah lakmus berubah
basa. dari merah menjadi
biru.
3. PENENTUAN S DALAM
SENYAWA ORGANIK
 Masukkan 2 ml putih
telur kedalam tabung
reaksi.
 Tambahkan 5 ml
NaOH 0,1M.
 Panaskan tabung
hingga mendidih dan
dinginkan.
 Tambahkan 5 tetes
larutan timbal nitrat
0,1M.
 Amati perubahan yang
terjadi!
ANALISIS DATA
a. Penentuan unsur N dalam senyawa organik
Co(NH2)2 + 2NaOH Na2CO3 + 2NH3

 Pembahasan
Analisa kimia adalah penyelidikan kimia yang bertujuan untuk mencari susunan
persenyawaan atau campuran persenyawaan di dalam suatu sampel, analisa ini di
lakukan karena umumnya suatu reaksi kimia merupakan suatu perubahan dari suatu
senyawa atau molekul menjadi senyawa atau molekul lain.
Pada percobaan ini, dianalisis satu unsur dalam suatu reaksi senyawa. Unsur tersebut
ialah nitrogen (N). Dalam menganalisis unsur nitrogen pada suatu reaksi senyawa,
digunakan reaksi antara urea yang memiliki rumus molekul Co(NH2)2 dengan natrium
hidroksida yang memiliki rumus molekul NaOH. Reaksi antara kedua senyawa ini
menghasilkan atau mengeluarkan gas yang berbau, dan ketika kertas lakmus merah
diletakkan di atas mulut tabung reaksi untuk di uji, ternyata kertas lakmus merah
berubah menjadi biru. Hal tersebut di sebabkan karena pada reaksi antara urea dengan
natrium hidroksida menghasilkan natrium sianida (NaNH2) sehingga mengeluarkan
gas yang berbau, dan gas tersebut menandakan adanya unsur N dalam reaksi senyawa.
Dan hasil lainnya ialah kobalt hidroksida, kobalt hidroksida ini bersifat basa sehingga
kertas lakmus merah menjadi biru.

 Jawab Pertanyaan
1. Perubahan kertas lakmus menunjukkan gas apa yang dihasilkan?
= kertas lakmus merah waktu didekatkan pada gas yang dihasilkan akan berubah
warna menjadi biru sehingga menunjukkan bahwa gas yang dihasilkan adalah
bersifat basa.
2. Gas tersebut menunjukkan adanya unsur apa yang terkandung didalamnya?
= ketika mendidih bau yang keluar sangat menyengat seperti bau amoniak (NH3).
Bau tersebut menunjukkan bahwa gas keluar tersebut mengandung unsur N.

 Kesimpulan dan Saran


Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa pada senyawa organik selain terdapat
unsur karbon (C), juga terdapat unsur nitrogen (N). Hal ini dibuktikan dengan reaksi
antara urea dengan NaOH yang mengeluarkan gas yang berbau (menandakan adanya
unsur N).
LAPORAN 3
PENENTUAN TITIK LEBUR/LELEH

 Tujuan : Untuk menentukan Kemurnian suatu zat dan identitas zat murni
 Dasar Teori :
Titik Lebur suatu zat padat adalah titik atau suhu,dimana terjadi kesetimbangan antara
fase padat dan fase cair,maka titik leleh suatu senyawa padat sama dengan titik beku
senyawa berbentuk cairan dari senyawa tersebut.Dalam kimia organik ,sifat fisika titik
leleh suatu senyawa digunakan untuk menentukan kemurnian senyawa tersebut.Jika zat
murni,sejumlah zat tersebut akan meleleh pada suatu titik tertentu.Jika zat tidak
murni,zat akan meleleh pada suatu jangkauan (range) suhu.Oleh karena zat murni
mempunyai titik leleh tertentu,maka pada tabel titik leleh,dapat di cari identitas zat
tersebut. Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh, antara lain:
1) Ukuran kristal
Ukuran kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu
zat. Apabila semakin besar ukuran partikel atau kristal yang digunakan,
maka semakin sulit terjadinya pelelehan.
2) Banyaknya sampel
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepatlambatnya proses
pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang
digunakan maka semakin cepat proses pelelehannya, begitu pula sebaliknya
jika semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama
proses pelelehannya.
3) Pengemasan dalam pipa kapiler.
4) Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan sumber panas yang
bertahan.
5) Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.
Suatu kristal terikat oleh gaya yang kuat akan menunjukkan titik leleh yang rendah. Jenis
gaya antar molekul dalam molekul-molekul kovalen adalah yang dihasilkan dari H dan
senyawa Van Der Waals. Zat-zat kovalen yang terikat mempunyai titik leleh yang lebih
rendah dari zat-zat elektrovalensi yang terikat.
Kristal-kristal yang terikat oleh gaya yang kuat seperti ikatan ion menunjukkan titik leleh
yang tinggi. Dan senyawa polar juga mempunyai titik leleh yang lebih tinggi dari
senyawa nonpolar. Hal ini disebabkan karena dibutuhkan suhu yang lebih tinggi untuk
menguraikan ikatan yang terikat oleh gaya tarik yang lebih kuat dalam senyawa ion dan
senyawa polar.

 Data Hasil LAB dan Analisis Data

NO PROSEDUR KERJA PENGAMATAN REAKSI KIMIA

1 Pasang alat seperti gambar


dibawah ini!

2 Isi kedalam gelas kimia 100


mL dengan 50 mL gliserol
(td.1850)
3 Panaskan salah satu ujung
kapiler dalam api,agar ujung
yang lain meleleh sampai
tutup
4 Isi pia kapiler dengan
senyawa yang akan diperiksa
dengan tinggi 16 cm
5 Ikat ujung kapiler berisi
zat,pada bola air raksa
termometer.
6 Celuplah termometer
kedalam gliserol .Usahakan
agar karet tidak ikut tercelup.
7 Panaskan gliserol secara  Suhu awal gliserol
pelan-pelan.Hendaknya (T=310C) Ketika
kecepatan kenaikan suhu dipanaskan menguap
tidak melebihi 10C/Menit pada suhu T1=630C ,dan
mendekati titik meleleh pada suhu
leleh.Aduklah gliserol (T2=100OC).Gliserol
suhunya tidak bisa naik
sesering mungkin,agar
lagi karena suhunya
pemanasan merata.
>100oC aroma gasnya
sangat menyengat.
8 Catat suhu dimana senyawa
mulai meleleh sampai semua
zat meleleh.
9 Tentukan titik lebur  Suhu awal kamfer
kamfer,Fruktosa,asam sitrat (T=31oC) ketika
dan urea. dipanaskan kamfer akan
meleleh pada suhu
(T1=32oC) dan meleleh
sempurna pada suhu
(T2=400C)
 Asam sitrat suhu
ruangnya adalah
(T=31oC) dan akan
meleleh pada suhu
(T1=38OC) dan meleleh
sempurna pada suhu
(T2=1000C)
 Fruktosa suhu awalnya
adalah ( T=31OC) ketika
dipanaskan akan meleleh
pada suhu (T1=36OC)dan
meleleh sempurna pada
suhu (T2=740C)
 Urea suhu ruangnya
adalah (T=31OC) dan
meleleh pada suhu (T1=
380C) dan meleleh
sempurna pada suhu
(T2=800C)

Tabel Hasil Pengamatan Kualitatif


Percobaan
Pengamatan

1
1) Suhu ketika kristal Gliserol : 630C
mulai meleleh T1
Asam sitrat : 380C
Kamfer : 320C
Fruktosa : 360C
Urea : 380C
2) Suhu ketika seluruh Gliserol : >1000C (1040C)
zat meleleh/mencair
T2 Asam sitrat : 1000C
Kamfer : 400C
Fruktosa : 740C
Urea : 800C
Gliserol : 410C
3) Jangkauan titik leleh
(T2-T1) Asam sitrat : 620C
Kamfer : 80C
Fruktosa : 380C
Urea : 420C
4) Titik leleh( T1+T2) Gliserol : 1150C
2
Asam sitrat : 880C
Kamfer : 520C
Fruktosa : 730C
Urea : 780C

ANALISIS DATA
Gliserol Diketahui: T1= 630C
T2= >1000C(1040C)
Ditanya : Jangkauan titik leleh dan rata-rata titik leleh
Jawab :
 Jangkauan titik leleh
T2 – T1 = 1040C – 630C
= 410C
 Rata-rata titik leleh
T1 + T2 63+104
=
2 2
= 115°𝐶
Asam sitrat Diketahui: T1= 380C
T2= 1000C
Ditanya : Jangkauan titik leleh dan rata-rata titik leleh
Jawab :
 Jangkauan titik leleh
T2 – T1 = 1000C – 380C
= 620C
 Rata-rata titik leleh
T1 + T2 38+100
=
2 2
= 88°𝐶
Kamfer Diketahui: T1= 320C
T2= 400C
Ditanya : Jangkauan titik leleh dan rata-rata titik leleh
Jawab :
 Jangkauan titik leleh
T2 – T1 = 400C – 320C
= 80C
 Rata-rata titik leleh
T1 + T2 32+40
=
2 2
= 52°𝐶
0
Fruktosa Diketahui: T1= 36 C
T2= 740C
Ditanya : Jangkauan titik leleh dan rata-rata titik leleh
Jawab :
 Jangkauan titik leleh
T2 – T1 = 740C – 360C
= 380C
 Rata-rata titik leleh
T1 + T2 36+74
=
2 2
= 73°𝐶
0
Urea Diketahui: T1= 38 C
T2= 800C
Ditanya : Jangkauan titik leleh dan rata-rata titik leleh
Jawab :
 Jangkauan titik leleh
T2 – T1 = 800C – 380C
= 420C
 Rata-rata titik leleh
T1 + T2 38+80
=
2 2
= 78°𝐶

 Pembahasan
Titik lebur atau yang sering disebut juga dengan titik leleh merupakan titik
dimana terjadi keseimbangan antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan 1 atmosfir,
atau merupakan suhu dimana gaya termal dari molekul cukup untuk menguraikan
susunan kisi dari kristal. Pada umumnya titik leleh senyawa organik mudah diamati
sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur
dimana zat telah meleleh semuanya.
Pada percobaan digunakan gliserol,Asam sitrat,kamfer,fruktosa,dan urea untuk di
amati atau di tentukan titik lelehnya. Ketika Gliserol dipanaskan,dan pada saat
gelembung pertama suhunya 630C. Gliserol terus dipanaskan hingga pada suhu yang
ke 1040C, gliserol telah mendidih. Sehingga jangkauan titik leleh ialah 410C. Dan
rata-rata suhu dari titik leleh tersebut ialah 1150C.
Ketika Asam sitrat dipanaskan,dan pada saat meleleh pertama suhunya 380C.
Asam sitrat terus dipanaskan hingga pada suhu yang ke 1000C, asam sitrat telah
meleleh dengan sempurna. Sehingga jangkauan titik leleh ialah 620C. Dan rata-rata
suhu dari titik leleh tersebut ialah 880C.
Ketika kamfer dipanaskan,dan pada saat meleleh pertama suhunya 320C. Kamfer
terus dipanaskan hingga pada suhu yang ke 400C, kamfer telah meleleh dengan
sempurna. Sehingga jangkauan titik leleh ialah 80C. Dan rata-rata suhu dari titik leleh
tersebut ialah 520C.
Ketika fruktosa dipanaskan,dan pada saat meleleh pertama suhunya 360C.
Fruktosa terus dipanaskan hingga pada suhu yang ke 740C, fruktosa telah meleleh
dengan sempurna. Sehingga jangkauan titik leleh ialah 380C. Dan rata-rata suhu dari
titik leleh tersebut ialah 730C.
Ketika urea dipanaskan,dan pada saat meleleh pertama suhunya 380C. Urea terus
dipanaskan hingga pada suhu yang ke 800C, urea telah meleleh dengan sempurna.
Sehingga jangkauan titik leleh ialah 420C. Dan rata-rata suhu dari titik leleh tersebut
ialah 780C.

 Jawab Pertanyaan

1.Berilah definisi dari titik leleh?


Pembahasan:
Titik leleh adalah suhu dimana gaya termal dari molekul cukup untuk
menguraikan susunan kisi dari kristal.
2.Apa pengaruh dari sejumlah kecil zat tidak murni pada titik-titik leleh?
Pembahasan : akan menyebabkan jangkauan titik leleh menjadi bertambah lebar.
3.Berilah definisi jangkauan titik leleh!
Pembahasan : Jangkauan titik leleh adalah suatu senyawa organik murni yang mempunyai
perbedaan antara suhu dimana zat kristal ambruk (Callapses) dan suhu dimana
zat itu mencair seluruhnya (tidak lebih dari 0,50C).
4.Apakah pengaruh dari ketidakmurnian pada jangkuan titik leleh?
Pembahasan : Bila zatnya tidak murni atau terdapat pengotor, maka dapat meningkatkan
jangkauan titik leleh. Titik leleh dari zat tidak murni biasanya lebih rendah
daripada zat murni. Dengan demikian akan menyebabkan jangkauan titik leleh
menjadi bertambah lebar. Karena itu titik leleh menjadi lebih rendah jika zat
tidak murni yang dapat larut ada. Hal ini disebabkan karena kelemahannya gaya
antar molekul.
5.Apakah pentingnya penentuan titik leleh?
6.Bandingkan titik leleh dari zat-zat kovalen dan zat-zat ionik!
Pembahasan : zat-zat kovalen memiliki titik leleh rendah sedangkan zat-zat ionik memiliki
titik leleh tinggi.

 Kesimpulan dan Saran


Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa gliserol
memiliki titik leleh atau titik lebur yang cukup besar yakni 1040C. Asam sitrat memiliki
titik leleh atau titik lebur yang cukup besar yakni 1000C. Kamfer memiliki titik leleh atau
titik lebur yang cukup rendah yakni 400C. Fruktosa memiliki titik leleh atau titik lebur
yang cukup besar yakni 740C. Urea memiliki titik leleh atau titik lebur yang cukup besar
yakni 800C.
LAPORAN 4
PENENTUAN TITIK DIDIH

 Tujuan : Untuk mempelajari besarnya energi yang dibutuhkan untuk


memisahkan ikatan H dan van der walls antara molekul dalam senyawa.
 Dasar Teori :

Titik didih dalam suatu zat adalah suhu dimana gaya termal dari molekul cukup besar
untuk mengatasi gaya kohesif yang mengikat zat tersebut dalam molekul-fase cair lebih
tinggi dari titik didih dari senyawa kovalen. Untuk memutuskan ikatan antara molekul dalam
senyawa atau ikatan antara molekul dalam senyawa atau ikatan atom antara molekul
diperlukan energi tinggi. Oleh karena itu untuk memisahkan molekul yang dibentuk oleh
ikatan H dan van der waals membutuhkan energi lebih kecil dibandingkan dengan energi
yang diperlukan untuk memutuskan ikatan ion pada beberapa senyawa ion. Untuk itu titik
didih senyawa logam dapat digunakan sebagai kriteria untuk menentukan kemurnian suatu
zat cair.
Pada umumnya zat-zat polar mempunyai titik didih yang lebih tinggi daripada zat-zat
non polar. Dalam senyawa zat cair polar yang memiliki berat molekul yang lebih tinggi akan
memiliki titik didih normal lebih tingi. Pada daerah ketinggian, tekanan udara rendah, titik
didih zat cair lebih rendah daripada titik didih zat cair pada daerah ketinggian normal.
Jangkauan titik didih zat cair adalah perbedaan antara T1, ketika gelembung-gelembung
berhenti, dan T2 ketika gelembung-gelembung keluar dari tabung kapiler.

 Data Hasil LAB dan Analisis Data

NO PROSEDUR PENGAMATAN REAKSI KIMIA


1 Pasang alat seperti yang  Gliserol suhu awal
digambarkan dibawah ini! ruangan (T1=31OC)
setelah dipanaskan
zat tersebut mendidih
pada suhu
(T2=100OC)

Panaskan penangas dan naikan


suhu dengan cepat kemudian lebih
lambat sampai gelembung yang
cepat dan sedikit lebih tinggi
beberapa derajat titik didih dari
contoh.
2 Keluarkan api dan dinginkan
penangas dengan lambat sambil
diaduk.Catat suhu di mana
gelembung berhenti dan zat cair
masuk dalam tabung kapiler catat
suhu dengan T1.
3 Segera panaskan kembali minyak  Minyak kelapa suhu
kelapa sambil mengaduk untuk awal ruangan
menaikan suhu.Catat suhu dimana (T2=31oC) setelah
gelembung mulai keluar dari dipanaskan zat
kapiler catat sebagai T2. tersebut mendidih
pada suhu
(T2=100OC)
4 Ulangi langkah 2 dan 3 sebanyak 3
kali.Gunakan zat cair yang sama.

Pengamatan Percobaan

1
1) Suhu ketika Gliserol : 310C
gelembung berhenti
dan zat cair masuk Minyak : 310C
kedalam tabung
kapiler ( T1)

2) Suhu ketika Gliserol : 1000C


gelembung keluar
dari tabung kapiler ( Minyak : 1000C
T2 )

3) Jangkauan titik didih Gliserol : 690C


(T2-T1)
Minyak : 690C
4) Titik didih ( T1+T2) Gliserol : 115,50C
2
Minyak : 115,50C
ANALISIS DATA
Minyak kelapa. Diketahui: T1= 310C
T2= 1000C
Ditanya : Jangkauan titik didih dan rata-rata titik didih
Jawab :
 Jangkauan titik didih
T2 – T1 = 1000C – 310C
= 690C
 Rata-rata titik didih
T1 + T2 31+100
=
2 2
= 115,5°𝐶
0
Gliserol. Diketahui: T1= 31 C
T2= 1000C
Ditanya : Jangkauan titik didih dan rata-rata titik didih
Jawab :
 Jangkauan titik didih
T2 – T1 = 1000C – 310C
= 690C
 Rata-rata titik didih
T1 + T2 31+100
=
2 2
= 115,5 °𝐶
 Pembahasan
Titik didih suatu zat adalah suhu dimana gaya termal dari molekul cukup besar untuk
mengatasi gaya kohesif yang mengikat zat tersebut dalam molekul-molekulnya pada
fase cair, atau merupakan temperatur pada tekanan uap yang meninggalkan cairan
sama dengan tekanan luar.
Pada percobaan penentuan titik didih digunakan gliserol dan minyak. Sebelum di
panaskan suhunya adalah 310C . Ketika dipanaskan, nampak adanya gelembung-
gelembung yang disebabkan karena tekanan uap dalam gelembung sama dengan
tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat permukaan dan
bergerak ke fase gas di atas campuran atau larutan, sehingga larutan tersebut
mendidih pada suhu 1000C. Sehingga jangkauan titik leleh atau perbedaan suhu
adalah 690C. Dan rata-rata suhu dari titik didih tersebut ialah 115.50C.

 Kesimpulan dan Saran


Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat di ambil kesimpulan bahwa gliserol dan
minyak memiliki titik didih yang cukup besar yakni 1000C. Dan pada suhu tersebut
campuran telah berada pada tekanan uap jenuh yaitu tekanan pada permukaan cairan
sama dengan tekanan udara luar.
LAPORAN 5
SIFAT-SIFAT ALKOHOL

 Tujuan : Untuk mempelajari sifat fisika dan kimia beberapa


alkohol
 Dasar Teori :
Alkohol merupakan suatu senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen. Sifat lain dari alkohol dapat ditentukan dari letak
gugus hidroksil pada atom C yang dikenal sebagai; alkohol primer (RCH2 – OH)
dimana gugus hidroksida terikat oleh atom karbon primer; alkohol sekunder (R2C –
OH) dimana gugus hidroksida terikat oleh atom sekunder; dan alkohol tertier (R3C –
OH) dimana gugus hidroksida terikat oleh atom karbon tersier. Alkohol juga
merupakan senyawa yang bersifat polar dan kepolarannya ditunjukkan dengan adanya
ikatan:
Oδ- Hδ+
Karena alkohol memiliki gugus OH yang bersifat polar dan gugus alkil (R) yang
bersifat nonpolar sehingga kelarutan alkohol dalam air semakin rendah seiring
bertambah panjangnya rantai hidrokarbon. Sifat kepolaran alkohol di tunjukkan
terhadap sifat-sifat fisika dan kimianya.
Sifat fisika dari alkohol antara lain:
1. Titik didih
Karena alkohol dapat membentuk ikatan hidrogen antara molekul-molekulnya,
maka titik didih alkohol lebih tinggi dari pada titik didih alkil halida atau eter,
yang bobot molekulnya sebanding. Faktor-faktor yang menentukan titik didih dari
alkohol yaitu berat molekul dimana semakin besar berat molekulnya, semakin
tinggi titik didihnya; bentuk molekul dimana senyawa yang memiliki rantai
cabang, titik didihnya akan menurun; dan ikatan hidrogen
(Sastrohamidjojo.2011).
2. Kelarutan dalam air
Alkohol memiliki berat molekul yang kecil ( karakter karbon berkisar dua sampai
tiga), sehingga dapat larut tak terbatas dalam air. Jika berat alkohol bertambah
besar atau karakter unsur karbonnya semakin banyak, maka alkohol sukar larut
dalam pelarut air.
Dan sifat-sifat kimia alkohol antara lain:
1. Oksidasi alkohol
Oksidasi alkohol primer dengan menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat
akan menghasilkan suatu aldehida dan air, oksidasi alkohol sekunder dengan
menggunakan natrium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan suatu keton
dan air, dan oksidasi alkohol tersier oleh oksigen akan menghasilkan campuran
asam karboksilat, keton, karbon diokasida dan air.
2. Reaksi dengan natrium
Alkohol bereaksi dengan logam natrium menghasilkan suatu alkoksida dan hasil
sampingnya berupa gas hidrogen.
3. Reaksi dengan asam halida
Alkohol bereaksi dengan asam halida menghasilkan alkil halida dan air.
4. Esterifikasi
Alkohol bereaksi dengan asam karboksilat menghasilkan ester dan produk
samping berupa air. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kesetimbangan.
5. Dehidrasi alkohol
Dehidrasi alkohol dengan suatu asam sulfat akan menghasilkan alkena dan air.
Dari macam sifat fisika dan sifat kimia alkohol tersebut, sehingga secara umum
senyawa alkohol mempunyai beberapat sifat yaitu mudah terbakar; mudah bercampur
dengan air; bentuk fasa pada suhu ruang dengan C 1 sampai dengan C 4 berupa gas
atau cair, C 5 sampai dengan C 9 berupa cairan kental seperti minyak, C 10 atau lebih
berupa zat padat; dan pada umumnya alkohol mempunyai titik didih yang cukup
tinggi dibandingkan alkananya pada rantai hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena
adanya ikatan hidrogen atas molekulnya.
Alkohol banyak saring ditemui dalam kehidupan sehari-hari karena berbagai
penggunaan. Beberapa penggunaan senyawa alkohol tersebut antara lain digunakan
sebagai pelarut; etanol (kelompok alkohol) dengan kadar 76% digunakan sebagai zat
antiseptik; etanol juga banyak sebagai bahan pembuat plastik, bahan peledak, dan
kosmestik; campuran etanol dengan metanol digunakan sebagai bahan bakar yang
biasa dikenal dengan nama Spirtus; dan etanol banyak digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan minuman keras.

 Data Hasil LAB dan Analisis Data

NO PROSEDUR PENGAMATAN REAKSI KIMIA

 Sifat Fisika
1 Teteskan masing-  Isoamil
masing 3 tetes alkohol:Aromanya sangt
alkohol-alkohol tajam,warnanya
diatas pada kaca bening,penguapannya
arloji dan catat sifat- lama dan waktu
sifat fisika penguapannya
:warna,volalitas,bau 00:29:52:49
 1 Propanol:Lebih cepat
dan sifat fisika
menguap,baunya sangat
lainnya.
menyengat,warnanya
bening,dan waktu
penguapannya adalah
00:03:02:22
 Metanol baunya
menyengat, warnanya
bening dan waktu
penguapannya 00:02:10
 Butanol baunya
tajam/menyengat,
warnanya bening dan
waktu penguapannya
00:20:00:00
 Gliserol aromanya
sangat tajam, warnanya
bening dan waktu
penguapannya 00:40:00
2 Kelarutan Dalam Air  Metanol jika direaksikan
dengan air,metanol
Teteskan masing- tersebut akan larut
masing 5 tetes dalam air.
alkohol-alkohol  Isoamil jika direaksikan
dalam tabung reaksi dengan air,tidak larut
sedang yang sudah dalam air tetapi
diisi dengan 1 mL membentuk kristal atau
air.Kocok dan catat endapan di dasar tabung
kelarutannya. reaksi tersebut.
 Butanol jika direaksikan
dengan air maka
campuran tersebut
terlihat keruh,terdapat
gelembung dan tidak
larut dalam air.
 1-Propanol jika
direaksikan dengan
air,maka propanol
tersebut larut dalam air
dan terdapat butiran-
butiran kecil dalam
campuran tersebut.
 Gliserol jika direaksikan
dengan air maka gliserol
akan larut dalam air.
3 Kelarutan Dalam Zat  Butanol jika direaksikan
Pelarut Organik dengan aseton.butanol
(Aseton) akan larut dalam aseton
dan ketika dikocok akan
Teteskan masing- tercium bau yang sangat
masing 5 etes menyengat.
alkohol-alkohol  Gliserol jika direaksikan
dalam tabung reaksi dengan aseton,pertama
yang sudah diisi terbentuk endapan
dengan 1 mL kemudian gliserol larut
aseton.Kocok dan dalam aseton dan
catat kelarutannya. warnanya seperti air
yang keruh.
 Metanol jika direaksikan
dengan aseton, metanol
akan larut dalam aseton.
 Propanol jika
direaksikan dengan
aseton, propanol akan
larut dalam aseton.
 Isoamil jika direaksikan
dengan aseton, isoamil
akan larut dalam aseton.
 Sifat Kimia
1 Dengan Logam Na
 Ukur 2 mL
metanol dan
masukan kedalam
tabung
besar.Tambahkan
1 butir kecil Na.
 Ulangi percobaan
dengan
menggunakan
propanol dan
butanol.
2 Esterfikasi  Asam asetat
ditambahkan dengan
 Ukur 2 mL etanol metanol tidak
absolut (100%) menghasilkan reaksi
masukan dalam esterfikasi.Karena reaksi
gelas kimia 50 esterfikasi
mL. membutuhkan asam
 Tambahkan 10 kuat,sedangkan yang di
tetes asam asetat
glasial dan 5 tetes pakai adalah asam
H2SO4 pekat. lemah.Jadi percobaan
 Panaskan dalam ini tidak bisa dilakukan
penangas air karena tidak ada bau
 Tuangkan yang dihasilkan dari
campuran campuran tersebut.
kedalam gelas
kimia 50mL lain
yang sudah diisi
25mL air.(Untuk
menghilangkan
bau dari asam
asetat)
 Catat bau gas
yang dihasilkan.
3 Oksidasi  Metanol ditambahkan
dengan asam asetat,
 Ambilah 2 mL K2Cr2O7 jika dipanaskan
etanol absolut menggunakan spiritus
(100%) masukan akan berwarna orange
dalam gelas tua agak kekuningan.
kimia 50 mL.  Aroma yang dihasilkan
 Tambahkan 5 adalah aroma
aldehida,karena oksidasi
tetes H2SO4 pekat
alkohol akan hasil
dan 1 sendok sampingnya adalah
K2Cr2O7. aldehida ditambah air.
 Panaskan dalam
penangas air
sampai mendidih.
 Bauilah aroma
gas yang
dihasilkan.
 Teteskan metanol
kedalam lubang
plat tetes.
 Buat spiral dari
kawat Cu
sepanjang 10 cm  Kawat yang dipanaskan
 Panaskan kawat ketika dicelup dalam
sampai berpijar metanol,kawat yang
dan celupkan mula-mula warnanya
kedalam metanol. merah berpijar berubah
 Lakukan langkah menjadi kuning
ini 3 kali dan keemasan.
cium bau gas
yang dihasilkan
4 Reaksi Haloform  Yodium ditambahkan
(Tes Iodofom) dengan NaOH kemudian
 Masukkan dikocok akan berwarna
kedalam tabung coklat.Namun lama
reaksi sedang 2 kelamaan dikocok
mL yodium. warnanya berubah
 Tambahkan 5 menjadi warna kuning
tetes dan campurannya
etanol,kemudian bening.
teteskan 2M  Kristal yang terbentuk
NaOH sambil adalah kristal iodofom
dikocok. dan berbau seperti
 Tambahkan iodofom.
NaOH sampai
warna coklat
menghilang.
 Kocok terus
sambil timbul
kristal iodofom
(warna kuning)
atau tercium bau
iodofom.
 Ulang percobaan
ini dengan
menggunakan
metanol,Butanol-
1,Butanol-2.  Metanol ditambah
NaOH,campuran ini
akan larut secara
bersama-sama,warnanya
bening dan tidak
mempunyai bau.
 Butanol-1 ditambah
NaOH ,campuran ini
akan larut tetapi
warnanya keruh dan
baunya menyengat.
ANALISIS DATA
a. Sifat- Sifat Fisika
1. Alkohol secara keseluruhan pada kaca arloji
Warna: bening
Aroma: memiliki aroma dan bau yang sedikit menusuk
Fasa: cair
2. Kelarutan dalam air
Alkohol ada sebagian tercampur dengan air yaitu alkohol metanol, gliserol dan
propanol.
3. Kelarutan dalam aseton
Semua alkohol larut dalam pelarut aseton.

b. Sifat Kimia
1. Esterifikasi

O H2SO4 (panas) O
H3C CH2 OH + H3C C O H H3C C O CH2 CH3 + H2O
Etanol Asam Asetat Etil Asetat Air

2. Oksidasi
 Etanol + H2Cr2O7 dengan katalis H2SO4
Campuran berwarna merah dengan adanya aroma atau bau yang
dihasilkan.
H2SO7(panas) H2O
K2Cr2O7 (H2Cr2O7) H2Cr2O4
kalium bikromat tidak Stabil asam kromat

O O
H3C CH2 OH + HO Cr OH H3C CH2 O Cr OH + H2O
O O
etanol asam kromat etil hidrogen kromat air

 Metanol + Cu
Ketika Cu di celupkan dalam metanol, menghasilkan aroma atau bau yang
menyengat.

CH3O H + Cu CH3 O- Cu+ + H2


metanol Tembaga metoksi

 Pembahasan
Alkohol merupakan suatu senyawa organik yang tersusun dari unsur-unsur
karbon, hidrogen, dan oksigen. Alkohol berdasarkan gugus –OH nya yang berikatan
dengan alkil di bagi menjadi tiga jenis, yakni: alkohol primer (RCH2 – OH) dimana
gugus hidroksida terikat oleh atom karbon primer; alkohol sekunder (R2C – OH)
dimana gugus hidroksida terikat oleh atom sekunder; dan alkohol tertier (R3C – OH)
dimana gugus hidroksida terikat oleh atom karbon tersier.
Alkohol memiliki sifat-sifat fisika yakni berwarna bening, mempunyai aroma
yang khas, dan berupa cairan, serta kelarutan alkohol mudah melarut dalam air tetapi
ada beberapa alkohol yang tidak larut dalam air. Kelarutan alkohol ini ditunjukkan,
ketika alkohol dalam hal ini metanol,gliserol dan propanol di tetes dalam air, larutan
tercampur . Ini disebabkan karena karakter karbon dalam metanol,gliserol dan
propanol, dimana metanol,gliserol dan propanol merupakan jenis alkohol yang
mempunyai berat molekul yang kecil sehingga mudah larut dalam air. Sedangkan
alkohol butanol dan isoamil tidak larut dalam air karena mempunyai berat molekul
yang besar. Alkohol juga larut dalam aseton.
Selain sifat fisika, alkohol juga memiliki sifat kimia yang ditunjukkan melalui
reaksi-reaksi yang terjadi pada alkohol. Dalam percaobaan reaksi yang diamati ialah
reaksi esterifikasi dan reaksi oksidasi.
1. Esterifikasi
Pada proses esterifikasi, etanol bereaksi dengan asam asetat dengan bantuan
katalis asam sulfat panas. Karena adanya katalis ini mengakibatkan ikatan antar
atom karbon pada etanol dan asam asetat tidak stabil, sehingga melepasnya salah
satu ikatan hidrogen pada atom karbon yang mengikat gugus –OH pada etanol.
Dan pada asam asetat, ikatan antara atom karbon dengan –OH juga putus. Dan
atom-atom yang putus atau terpotanasi tersebut saling berikatan membentuk
molekul air sebagai hasil sampingannya. Dan atom oksigen dari etanol akan
berikatan dengan atom karbon dari asam asetat, sehingga terbentuk sebuah hasil
utama berupa senyawa ester yakni etil asetat.
2. Oksidasi
 Etanol + K2Cr2O7 dengan katalis H2SO4
Pada reaksi oksidasi etanol dengan kalium bikromat dengan katalisator asam
sulfat panas, proses pertama yang terjadi ialah kalium bikromat di ubah
menjadi jadi H2Cr2O7 dimana atom K putus dan atom H daro H2SO4
berikatan dengan Cr2O7 sehingga tidak stabil oleh asam sulfat, kemudian
oleh air yang berasal dari asam sulfat panas ini mereduksi kalium bikromat
tersebut menjadi asam kromat. Dan asam kromat inilah yang digunakan pada
proses oksidasi.
Etanol bereaksi dengan asam kromat dan dengan adanya katalis asam sulfat,
menyebabkan ikatan antara atom karbon pada etanol dan asam kromat tidak
stabil, sehingga melepasnya salah satu ikatan hidrogen pada atom karbon
yang mengikat gugus –OH pada etanol. Dan pada asam kromat, salah satu
ikatan antara atom karbon dengan gugus –OH juga putus. Dan atom-atom
yang putus atau terpotanasi tersebut saling berikatan membentuk molekul air
sebagai hasil sampingannya. Dan atom oksigen dari etanol akan berikatan
dengan atom karbon dari asam kromat, sehingga terbentuk sebuah hasil
utama yakni etil hidrogen kromat,hal ini detandai dengan warna campuran
yang berubah menjadi merah dan mengeluarkan atau menghasilkan bau, dan
proses ini merupakan proses yang terjadi pada alkohol primer karena di lihat
dari hasilnya.
 Metanol + Cu
Alkohol dapat bereaksi dengan dengan logam-logam dari golongan I, II, dan
III. Alkohol yang digunakan pada percobaan ialah metanol, dan logamnya
ialah tembaga (Cu) yang merupakan logam pada golongan I B. Reaksi yang
terjadi terlihat ketika kawat Cu dipanaskan kemudian dicelupkan pada
metanol, tercium aroma atau bau yang sangat menyengat. Bau ini berasal dari
senyawa tembaga metoksi yang terbentuk dari hasil reaksi metanol dan
tembaga. Dimana tembaga teroksidasi dan melepas elektron dan bermuatan
positif, dan hidrogen tereduksi dengan menangkap elektron yang di lepas dan
membentuk gas hidrogen netral.
 Yodium ditambahkan dengan NaOH kemudian dikocok akan berwarna
coklat.Namun lama kelamaan dikocok warnanya berubah menjadi warna
kuning dan campurannya bening.
Kristal yang terbentuk adalah kristal iodofom dan berbau seperti iodofom.
Metanol ditambah NaOH,campuran ini akan larut secara bersama-
sama,warnanya bening dan tidak mempunyai bau.
Butanol-1 ditambah NaOH ,campuran ini akan larut tetapi warnanya keruh
dan baunya menyengat.

 Jawab Pertanyaan
1.Berikan definisi dan contoh dari:
a.Alkohol Primer
b.Alkohol Sekunder
c.Alkohol Tersier
d.Polihidroksi Alkohol
jawab: Klasifikasi alkohol tergantung pada struktur gugus alkil yang terikat pada gugus
–OH. Klasifikasi atau jenis dari alkohol yaitu:
 Alkohol primer
Dengan struktur, hanya satu gugus alkil (R) yang terikat pada gugus –OH.

 Alkohol sekunder
Dengan struktur, terdapat dua gugus alkil (R) yang melekat pada gugus –OH.

 Alkohol tersier
Dengan struktur, terdapat tiga gugus alkil (R) yang melekat pada gugus –OH.

 Polihidroksi Alkohol
Polihidroksi alkohol adalah alkohol yang mengandung lebih dari satu gugus
hidroksida.

 Kesimpulan dan Saran

Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa alkohol memiliki sifat-sifat fisika dan
sifat-sifat kimia. Pada sifat fisika alkohol, alkohol merupakan zat cair, berwarna
bening dan memiliki bau yang khas, dengan kelarutan dalam air tergantung dari
ukuran molekul atau banyaknya atom karbon dalam senyawa alkohol tersebut. Jika
ukuran molekul kecil kerena jumlah atom karbonnya yang sedikit, maka alkohol
mudah larut dalam air, dan sebaliknya. Alkohol juga larut dalam aseton. Dan pada
sifat kimia di lihat hari reaksi dan hasil reaksinya. Misalnya Esterifikasi, yang pada
prosesnya menghasilkan senyawa menghasilkan ester dan produk samping berupa air.
Dan oksidasi, pada prosesnya dengan kalium bikromat dan asam sulfat akan
menghasilkan suatu aldehida dan air untuk alkohol primer, menghasilkan keton dan
air untuk alkohol tersier, dan menghasilkan senyawa campuran asam karboksilat,
keton, karbon diokasida dan air pada alkohol tersier. Dan alkohol juga dapat bereaksi
dengan logam-logam dari golongan I, II, dan III.
PERCOBAAN 6
ALKOHOL

 TUJUAN
Untuk mempelajari sifat kimia alkohol

 DASAR TEORI

Alkohol merupakan kelompok senyawa yang memiliki sifat volatil/ mudah menguap,
berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh manusia.

 DATA HASIL LAB DAN ANALISIS DATA

No PROSEDUR PENGAMATAN REAKSI KIMIA


(JIKA ADA)

A Dehidrasi Alkohol
.
1. Masukkan sekitar 10 ml etil Metanol warnanya bening
alkohol ke dalam tabung
CaCO3 berbentuk serbuk
reaksi 50 ml
putih.
Setelah dicampurkan larutan
Tambahkan 1 gram CaCO3 menjadi bening dengan
2. CaCO3 yang mengendap
didasar tabung reaksi,
Sumbatlah tabung reaksi berwarna putih.
dan panaskan sampai 600c
Setelah dipanaskan hingga
dalam penangas air selama
3. suhu 600C masih terdapat
20 menit (sambil menunggu
endapan putih CaCO3 dan
lakukan pekerjaan yang
larutan sedikit keruh.
lain)

Dinginkan campuran
tersebut
Setelah disaring larutan
Saringlah dengan kertas menjadi lebih jernih.
saring ke dalam tabung
4.
reaksi yang bersih

Gunakan filtrat diatas untuk


5. langkah b dan c

6.

i. Uji air dalam alkohol

1. Letakkan sebutir CuSO4


bebas air (anhidrat) pada 2
tabung reaksi kering

Tambahkan 2 ml etil
2. alkohol 95% pada satu
tabung reaksi dan 2 ml
alkohol yang bebas air pada
tabung reaksi yang lain.
Amati hasil reaksinya

Di depan instruktur
tambahkan 1 tetes air
kedalamtabung reksi.
Jelaskan hasilnya

3.

ii. Uji hidrogen asam dalam


alkohol ( acid hidrogen)

Ukur 2 ml alkohol bebas air


1. dan masukkan ke dalam
tabung reaksi besar

Tambahkan 1 butir kecil


logam Na. Amati proses
reaksi dan hasil reaksinya (
Hati-hati logam Na sangat
2. reaktif

Uapkan sampai kering


setelah reaksi berlansung

Dinginkan

3.
Tambahkan 1 ml air dan tes
larutan dengan kertas
lakmus.
4. Amati apa yang terjadi

5.

iii. Uji Lukas: Perbandingan


Laju Pengganti

Siapkan 3 buah tabung


1.
reaksi kecil

Masukkan 2 ml etil alkohol,


2. isopropil, butil alkohol ke  Butano-1 + Asam Asetat
dalam masing-masing Setelah di kocok larut,
tabung reaksi dan larutan berwarna
bening.
Ketika ditambahkan
Tambahkan 2 ml HCl pekat
ke dalam masing-masing ZnCl2, tidak larut.
tabung, kemudian kocok
3. ZnCl2 mengendap
selama beberapa menit
didasar larutan, berbau
asam asetat.
Tambahkan ke dalam
masing-masing tabung reksi
3 tetes ZnCl2.  Metanol + Asam Asetat
Setelah dikocok
Amati dengan teliti keduanya larut, dan
larutan berwarna bening.
4. Ketika ditambah ZnCl2,
Identifikasikan jenis alkohol
ZnCl2 larut dan berbau
asam asetat

Catatlah alkohol yang


membentuk lapisan yang
 Isoamil-alkohol + Asam
memisahkan klorida
Asetat
5. Setalah dikocok, larut
dan larutan berwarna
bening.
Ketika ditambah ZnCl2,
6. ZnCl2 larut dan larutan
berwarna bening dan
berbau asam asetat.

 PEMBAHASAN

A. Dehidrasi alkohol
Pada percobaan dehidrasi alkohol ini, digunakan jenis alkohol yakni metanol
yang direaksikan dengan CaCO3 .Setelah dicampurkan larutan menjadi bening
dengan CaCO3 yang mengendap didasar tabung reaksi, berwarna putih.Kemudian
setelah dipanaskan hingga suhu 600C masih terdapat endapan putih CaCO3 dan
larutan sedikit keruh.Setelah disaring larutan menjadi lebih jernih.
B. Uji Lukas : Perbandingan laju pengganti
 Butano-1 + Asam Asetat
Setelah dikocok larut,larutan akan berubah menjadi bening,Ketika
ditambah ZnCl2 tidak akan larut tapi akan mengendap di dasar larutan
serta menghasilkan bau asam asetat.
 Metanol + Asam Asetat
Setelah dikocok maka keduanya akan larut dan warna yang dihasilkan
adalah bening. Kemudian jika ditambahkan ZnCl2, ZnCl2 akan larut dan
berbau asam asetat.
 Isoamil-alkohol + Asam Asetat
Setelah keduanya dikocok,maka keduanya akan larut dan larutan akan
berwarna bening.Kemudian ditambah ZnCl2,ZnCl2 akan larut dan larutan
menjadi warna bening dan berbau asam asetat.

 KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan dapat di simpulkan bahwa dehidrasi alkohol


merupakan reaksi dimana alkohol kehilangan air atau pada gugus alkohol terjadi
pemutusan ikatan karbon oksigen membentuk alkena dan air. Dan pada percobaan uji
lukas dalam hal ini perbandingan laju pengganti menyebabkan semua larutan yang
dicampurkan dengan ZnCl2 akan larut dan menghasilkan bau asam asetat.
 Metanol + Asam Asetat

Setelah dikocok keduanya larut, dan larutan berwarna bening.


Ketika ditambah ZnCl2, ZnCl2 larut dan berbau asam asetat
 Isoamil-alkohol + Asam Asetat

Setalah dikocok, larut dan larutan berwarna bening.


Ketika ditambah ZnCl2, ZnCl2 larut dan larutan berwarna bening dan berbau asam
asetat
PERCOBAAN 7
ALDEHID-KETON

 TUJUAN
Untuk membedakan aldehid dan keton dengan menggunakan reagen kimia

 DASAR TEORI

Berdasarkan molekul sederhana, aldehida dan keron merupakan dua kelompok


senyawa yang saling berisomer satu dengan lainnya. Sedangkan struktur molekul
lengkap, kedua kelompok senyawa berbeda satu dengan lainnya. Pada kelompok
senyawa aldehida memiliki C-gugus karbonil mengikat mengikat 1 atom H, dan terletak
pada ujung rantai karbon senyawa aldehida. Pada kelompok senyawa keton memiliki C-
gugus karbonil tidak mengikat atom H, dan terletak pada tengah rantai karbon senyawa
keton. Dengan demikian kedua kelompok senyawa aldehida dan keton memiliki sifat
fisika dan sifat kimia berbeda satu dengan lainnya.

 DATA HASIL LAB DAN ANALISIS DATA

No PROSEDUR PENGAMATAN REAKSI KIMIA


(JIKA ADA)

A Pembuatan Aldehida
Pembuatan Etanol

1. Lihat oksidasi etanol-


percobaan sifat-sifat
alkohol-sifat kimia
b. Pembuatan Metanal
 Kawat Cu yang bermula
berwarna kuning
1. Ambil sepotong kawat Cu, keemasan dibuat.
dengan panjangnya kira-kira Methanol wrna being
10 cm ditaruh didalam
porselen. Setelah itu
kawat dipanaskan maka
Buatlah spiral pada suatu setelah kawat berubah
ujung kawat warna menjadi hitam
lalu dicelupkan kedalam
methanol, maka hasilnya
adalah tercium bau
Teteskan 3 tetes CH3OH
formalin yang sanagt
pada pelat tetes
menyengat dan kawat
berubah warna semula
dan ad pijaran biru
Panaska ujung spiral sampai
membara

Celupkan spiral pada


metanol

Ulangi langkah 4 dan 5,


duplo

Amati dan baui aroma gas


yang terbentuk

B. Membedakan aldehid dan


keton
Reagen AgNO3
1.
Persiapan reagen Tollens:
Masukkan 10 ml larutan 0,1
M AgNO3 dalam gelas
kimia 100 ml bersih,
teteskan 1 N NH3.
Terbentuk endapan
2.
Tambahkan etes demi tetes
NH3 sampai endapan larut.
Kerjakan dengan cepat
Bagi campuran dalam 4
tabung reaksi bersih.
Teteskan 3 tetes formalin
pada tabung reaksi 1, 3 tetes
asetaldehida pada tabung
reaksi 2 ,3 tetes aseton pada
3. tabung reaksi 3 dan 3 tetes
benzaldehida pada tabung
reaksi 4
Panaskan dalam penangas
air dan amati perubaghan
yang terjadi

4.

D. Reagen fehling  Fehling A=biru, Fehling


B =bening
Fehling A+ Fehling B=
1. Teteskan 5 tetes fehling A biru Tua
dan fehling B dalam  Tabung reaksi
tabunng reaksi 1,2,3,4 1=Fehling A+Fehling
B+ aseton menjadi biru
Teteskan 3 tetes formalin muda
pada tabung reaksi 1, 3 tetes  Tabung reaksi
asetaldehida pada tabung 2=Fehling A+Fehling
2. reaksi 2 ,3 tetes aseton pada B+benzaldehida tidak
tabung reaksi 3 dan 3 tetes larut. Membentuk
benzaldehida pada tabung lapisan serta terdapat
gelembung dan berbau
reaksi 4
benzaldehida
Panaskan dalam penangas
air dan amati perubaghan
3.
yang terjadi

E. Tes iodoform

1. Siapkan 4 buah tabung


reaksi bersih. Masukkan ke  Iodium berwarna coklat,
dalam masing-masing NaOH bening, jika
tabung 2 mln larutan keduanya dicampur
yodium maka lama-lama akan
menjadi bening
 Tabung reaksi 1:
aseton+ NaOH +
Tambahkan tetes demi tetes ioudium menjadi bening
2 N NaOH sampai warna dan berbau aseton
2. yodium hilang  Tabung reaksi 2:
benzaldehida+ NaOH+
ioudium maka tidak
Tambahkan 3 tetes formalin larut membentuk lapisan
pada tabung reaksi 1, 3 tetes diatas larutan dan berbau
asetaldehida pada tabung benzaldehida
3. reaksi 2 ,3 tetes aseton pada
tabung reaksi 3 dan 3 tetes
benzaldehida pada tabung
reaksi 4
Amati perubahan yang
terjadi

4.
ANALISA DATA
Membedakan aldehid dan keton.
a. Terhadap AgNO3

Persiapkan reagen Tollens :

2AgNO3(aq) + 3NH3(aq) → Ag2O(aq) + 2(NH4)2NO3

Reaksi antara pereaksi Tollens dengan aldehid (H2CO) :


Ag2O(aq) + H2CO(aq) → HCOOH(aq) + 2Ag(s)

Reaksi antara pereaksi Tollens dengan senyawa keton :


Ag2O(aq) + CH3COCH3(aq) → tidak bereaksi

b. Terbentuk Fehling :
Reaksi antara aldehid dengan pereaksi Fehling :
2CuO(aq) + H2CO(aq) → HCOOH(aq) + Cu2O(aq)

Reaksi antara senyawa keton dengan pereaksi Fehling


2CuO(aq) + CH3COCH3(aq) → tidak bereaksi

c. Tes Iodoform

NaOH
I2(aq) + CH3COCH3(aq) larutan bening

NaOH
I2(aq) + H2CO(aq) larutan bening

 PEMBAHASAN

a) Pembuatan metanal
Kawat Cu yang bermula berwarna kuning keemasan dibuat. Methanol berwarna
bening kemudian ditaruh didalam porselen. Setelah itu kawat dipanaskan maka
setelah kawat berubah warna menjadi hitam lalu dicelupkan kedalam methanol maka
hasilnya adalah tercium bau formalin yang sangt menyengat dan kawat berubah
warna semula dan ada pijaran warna biru
b) Reagen Fehling
Fehling A berwarna biru, Fehling B berwarna bening , Fehling A ditambah Fehling
B menghasilkan warna biru tua.
Kemudian,tabung reaksi 1 yaitu Fehling A ditambah dengan Fehling B + aseton
akan menghasilkan warna biru muda.
Tabung reaksi 2 yaitu Fehling A ditambah Fehling B di tambah dengan benzaldehida
menyebabkan larutan tidak larut tapi membentuk lapisan serta terdapat gelembung
dan berbau benzaldehida.
c) Tes Iodoform
 Iodium berwarna coklat, NaOH bening, jika keduanya dicampur maka lama-
kelamaan warnanya akan menjadi bening
 Tabung reaksi 1: aseton + NaOH + ioudium menjadi bening dan berbau
aseton.
 Tabung reaksi 2: benzaldehida+ NaOH + ioudium maka larutan tidak larut
tetapi membentuk lapisan diatas larutan dan berbau benzaldehida.

 KESIMPULAN

Dari percobaan dapat diambil kesimpulan bahwa :


Perbedaan antar aldehid dan keton :
a. Aldehid :
 Dapat bereaksi dengan larutan Fehling dan dapat teroksidasi.
 Dapat bereaksi dengan pereaksi Tollens.

b. Keton :
 Yang merupakan senyawa keton pada percobaan adalah aseton (CH3OHCH3)
 Tidak bereaksi dengan larutan Fehling dan tidak dapat teroksidasi.
 Tidak dapat bereaksi dengan pereaksi Tollens.
LAPORAN 8
MEMBUAT KONSENTRASI ZAT/OBAT

 Tujuan : Mempelajari proses pembuatan konsentrasi zat/obat tertentu.


 Dasar Teori : Konsentrasi merupakan jumlah zat atau obat dalam larutan atau
senyawa hasil reaksi.Konsentrasi zat dapat dinyatakan dalam beberapa satuan antara lain:
Molaritas (M) mol/L
Menyataka jumlah zat atau bahan makanan/obat-obatan dalam pelarut air atau pelarut
lainnya,sehingga memiliki kepekatan/konsentrasi tertentu dalam satu satuan (mol/L).
Molaritas (M) = mol zat terlarut
Volume larutan
Molaritas (M) = Berat zat terlarut
Mr.Zat terlarut.vol larutan
Molalitas (m) mol/Kg
Jumlah zat yang dilarutkan dalam pelarut tertentu,yang dinyatakan dengan Kg pelarut.
Molalitas (m) = mol zat terlarut
Kg pelarut
Molalitas (m) = Berat zat terlarut
Mr.zat terlarut.Kg pelarut
Normalitas ekivalen/L
Jumlah zat dalam pelarut tertentu yang dilihat dari sisi bilangan oksidasi atau valensi
zat terlarut.
Fraksi mol (X)
Fraksi volume % volume
Formalitas (F)
PPm
PPb
MOLARITAS
Menyatakan jumlah zat/bahan (makanan/obat-obatan,dll) dalam pelarut air atau
pelarut lain, sehingga memiliki kepekatan/konsentrasi tertentu dalam satu-satuan
(mol/L).

𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


Molaritas (M) = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
Atau
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Molaritas (M) = 𝑀𝑟.𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡.𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
MOLALITAS (m)
Jumlah zat yang dilarutkan dalam pelarut tertentu, yang dinyatakan dengan Kg
pelarut.

𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


Molalitas (m) = 𝐾𝑔.𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Atau
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Molalitas(m) = 𝑀𝑟.𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡.𝐾𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

NORMALITAS (N)
Jumlah zat dalam pelarut tertentu yang dilihat dari sisi bilangan oksidasi atau valensi
zat terlarut.

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


Normalitas (N) = 𝐵𝐸.𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


Ekivalensi = 𝐵𝐸

𝑀𝑟 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
BE = 𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


Normalitas (N) = 𝑀𝑟
.𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖

Normalitas (N) = M x Valensi

Keterangan
BE = Berat Ekivalen
Pengenceran = V1M1=V2M2
V1N1=V2N2
V1%1=V2%2
FRAKSI MOL (X)
Fraksi mol adalah jumlah-bagian dari suatu senyawa atau campuran senyawa.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑧𝑎𝑡 𝐴


XA = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑜𝑙 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑧𝑎𝑡

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


X Volume = % Volume
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


X Berat = % Berat
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
FORMALITAS (F)

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡


F = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)
ppm = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝐿)

𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 (𝑚𝑔)


ppb = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 (𝑚𝑙)

 Pembahasan

 LarutanMetanol 50% 25 ml
Dik : 𝐶1 = 50%
𝐶2 = 96%
𝑉1 = 25𝑚𝑙
Dit : 𝑉2 = ?
Penyelesaian :
𝐶1 𝑉1 = 𝐶2 𝑉2
(50%)(25𝑚𝑙) = (96%)𝑉2
(50%)(25𝑚𝑙)
𝑉2 =
96%
𝑉2 = 13,02 𝑚𝑙= 13 ml

 LarutanBenzaldehida 50% 50 ml
Dik : 𝐶1 = 50%
𝐶2 = 99%
𝑉1 = 50𝑚𝑙
Dit : 𝑉2 = ?
Penyelesaian :
𝐶1 𝑉1 = 𝐶2 𝑉2
(50%)(50𝑚𝑙) = (99%)𝑉2
(50%)(50𝑚𝑙)
𝑉2 =
99%
𝑉2 = 25,25 𝑚𝑙 = 25 ml

 LarutanIodium 0,4 ppb 100 ml


Dik : 𝐼𝑜𝑑𝑖𝑢𝑚 = 0,4 𝑝𝑝𝑏
𝑉 = 100𝑚𝑙
Dit : 𝑚𝑔 = ?
Penyelesaian :
𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑏 =
𝑉
0,4 𝑚𝑔
=
1.000.000.000 100
(0,4)(100)
𝑚𝑔 =
1.000.000.000
𝑚𝑔 = 0,4 × 10−7 𝑚𝑔
Karenahasil yang didapatkan sangat kecil, maka harus dilakukan pengenceran
sebanyak2 kali, sehingga ambil 0,4 mg Iodium diencerkan dengan aquades + KI
hingga semua iodium larut. Kemudian tambahkan aquades hingga 100 ml.
Mulailah pengenceran :
PengenceranI :
Iodium : 1 ml
Pelarut : 99 ml
HC I : 100 ml
Hasilnya : 0,4 × 10−5 𝑚𝑔

PengenceranII :
Iodium : 1 ml
Pelarut : 99 ml
HC I : 100 ml
Hasilnya : 0,4 × 10−3 𝑚𝑔

 LarutanNaOH 0,1 M 100 ml


Dik : 𝑀 = 0,1 𝑀
𝑉 = 100𝑚𝑙
𝑀𝑟 𝑁𝑎𝑂𝐻 = 40
Dit : 𝑔𝑟 = ?
Penyelesaian :
𝑔𝑟 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,1 = ×
40 100

1000 × 𝑔𝑟
0,1 =
4000
𝑔𝑟 = 0,4 𝑔𝑟𝑎𝑚

 LarutanFruktosa 0,1 M 100 ml


Dik : 𝑀 = 0,1 𝑀
𝑉 = 100𝑚𝑙
𝑀𝑟 𝐹𝑟𝑢𝑘𝑡𝑜𝑠𝑎 = 180
Dit : 𝑔𝑟 = ?
Penyelesaian :
𝑔𝑟 1000
𝑀= ×
𝑀𝑟 𝑉
𝑔𝑟 1000
0,1 = ×
180 100
1000 × 𝑔𝑟
0,1 =
18000
𝑔𝑟 = 1,8 𝑔𝑟𝑎𝑚

 KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan yang kita lakukan dapat disimpulkan, bahwa dalam percobaan tadi
adalah:

1. Dalam tiap miliiter suatu larutan terdapat konsentrasi atau molalitasnya.


2. Bila konsentrasi larutan terlalu besar bias dilakukannya proses pengenceran
atau pencampuan.
3. Sifat suatu larutan tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya
tergantung pada konsentrasi zat terlarut.
DAFTAR PUSTAKA

Agus, 2011. Sifat Cairan. http://industri18agussuradimanto.blog.mercubuana.ac.id/2011/


04/22/sifat-cairan/
Anonim. 2008. Analisa Unsur. Website (http://k011tiumb.blogspot.com/2009/11/analisis-
unsur.html)
Anonym. 2008. Kimia. Website : ( http://id.wikipedia.org/wiki/Kimia)

Anshory, Irvan. 2003. Kimia SMU untuk kelas 3. Jakarta: Erlangga

Fessenden. 1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Fessenden. 1982. “Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 1”. Jakarta: Erlangga.

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik. Jakarta :
Bina Aksara.

Fredi, 2009, Titik Leleh dan Titik Didih, http://fredi-36-a1.blogspot.com/2009/11/titik-leleh-


dan-titik-didih.html
Hadyana, A. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Hart, Harold.1999. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat. Jakarta : Erlangga.

Hartanto, Ari. 2009. KIMIA. Jakarta: PT. Macanan Jaya Cemerlang.


Kopong. Aloysius. 2013. Bahan Ajar Kimia Organik I. Unwira: Kupang.
Lilik setiono. 2010. oksidasi_aldehid_dan_keton. http://www.chemistry.org/materi_kimia/sif
at_senyawa_ organik/aldehid_dan_keton/
Piska. laporan-uji-Alkohol-Dan-Fenol- http://www.scribd.com/doc/50322239/

Riawan, S. 1990.” Kimia Organik Edisi 1”. Jakarta: Binarupa Aksara.


R.J dan J.S. Fessenden,1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Universitas Trisakti : Jakarta
Sastrohamidjojo, Hardjono. 2011. Kimia Organik Dasar. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

S.H. Pine, 1988. Kimia Organik 1, ITB : Bandung.


LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

OLEH
NAMA : MARIA YUNIATI KIRE PATIONA
KELOMPOK : IV (Empat)
NIM : 154111022
PRODI : FARMASI A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
2015/2016
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

OLEH
NAMA : MARIA KRISTINA LAMA
KELOMPOK : VII (Tujuh)
NIM : 154111058
PRODI : FARMASI A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG
2015/2016

Anda mungkin juga menyukai