“ALKOHOL”
KELOMPOK 4
Disusun Oleh:
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Sifat fisis alkohol terbagi dua yaitu titik didih dan kelarutan dalam air.
Pertama alkohol merupakan zat yang memiliki titik didih relatif tinggi
dibandingkan hidrokarbon yang jumlah atom karbonnya sama. Hal ini disebabkan
adanya gaya antarmolekul dan adanya ikatan hidrogen antar molekul alkohol
akibat gugus hidroksil yang polar. Kedua, alkohol yang memiliki atom karbon
kurang dari lima larut dalam air. Kelarutan ini disebabkan oleh adanya kemiripan
struktur antara alkohol (R-OH) dan air (H-OH). Oleh karena itu, makin panjang
rantai karbon dalam alkohol kelarutan air berkurang (Yayan, 2007).
K2CO3 CuSO4
Hasil Hasil
B) Uji Lucas
terbentuk emulsi
Hasil
bersuhu 80°C
D) Uji Idioform
Hasil
E) Uji Esterifikasi
1 mL etanol absolut
Hasil
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2. Pembahasan
4.2.1. Uji air dalam Alkohol
Percobaan uji air dalam alkohol bertujuan untuk mengetahui kadar air yang
terkandung dalam alkohol. Percobaan uji air dalam alkohol dilakukan dengan
mengisi dua buah tabung reaksi dengan alkohol (alkohol absolut, alkohol 70%, 2-
propanol, dan t-butanol) masing-masing 1 ml. Kemudian di salah satu tabung
reaksi yang sudah berisi alkohol dimasukkan CuSO4 anhidrat secukupnya, setelah
dicampurkan dan dikocok hasil yang didapatkan pada alkohol absolut, alkohol
70%, dan t-butanol menghasilkan warna biru muda, sedangkan pada 2 propanol
menghasilkan warna biru keruh. Kemudian pada tabung reaksi lainnya yang sudah
berisi alkohol dimasukkan K2CO3 padat secukupnya, setelah dicampurkan dan
dikocok hasil yang didapatkan pada alkohol absolut dan alkohol 70% melarutkan
K2CO3 padat. Sedangkan 2-propanol dan t-butanol tidak melarutkan K2CO3 padat.
Dari literatur menyatakan bahwa CuSO4 jika terkena air akan terbentuk
garam hidratnya sehingga warnanya akan berubah menjadi biru. Dan dari hasil
yang didapatkan dapat diketahui bahwa alkohol absolut, alkohol 70%, 2-propanol,
dan t-butanol mengandung air. Penambahan garam K2CO3 yang bervariasi dapat
meningkatkan kadar kemurnian ethanol, semakin banyak garam K2CO3 yang
dilarutkan dalam Ethylene Glycol maka semakin murni ethanol. Penambahan
garam K2CO3 disini berfungsi untuk memberikan efek dehidrasi yang berpengaruh
pada system pemisahan ethanol – air sehingga didapatkan Ethanol berkadar murni
(Billah, 2009). Hasil percobaan dapat membuktikan bahwa alkohol absolut dan
alkohol 70% dapat melarutkan K2CO3 padat yang artinya pada alkohol absolut dan
alkohol 70% mengandung air, sedangkan 2-propanol dan t-butanol tidak dapat
melarutkan K2CO3 padat karena kemungkinan penambahan K2CO3 yang kurang
banyak dan pengaruh ikatan karbonnya.
Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air sedangkan hidrokarbon
padanannya tidak. Kelarutan dalam air ini disebabkan oleh ikatan hidrogen antara
alkohol dengan air. Bagian hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (menolak
molekul-molekul air) sehingga makin panjang rantai hidrokarbon makin rendah
kelarutannya. Bahkan bila cukup panjang, sifat hidrofob ini mengalahkan sifat
hidrofil dari gugus hidroksil (Petrucci, 1987).
Alkohol absolut
(Kalium etanolat)
Alkohol 70%
2 C2H5OH + K2CO3 → 2 C2H2OK + 7/2H2+ CO3
(Kalium etanolat)
2-propanol
2 C3H7OH + K2CO3 → 2 C3H7OK + H2 +CO3
(Kalium propanolat)
T-butanol
(CH3) 3COH) + K2CO3 → 2 (CH3) 3 COK + H2
+ CO3
(Kalium butanolat)
Alkohol absolut
(Tembaga(II)Hidroksida)
Alkohol 70%
CuSO4 + 2 C2H5OH → Cu(OH)2 + (C2H5)2SO4
(Tembaga(II)Hidroksida)
2-propanol
t-butanol
(Tembaga(II)Hidroksida)
Pada reaksi dengan alkohol, endapan CHI3 yang terbentuk tidak dapat terjadi
jika alkohol tidak memiliki gugus metil. Tidak ada pula endapan CHI 3 pada
alkohol primer (kecuali etanol) dan semua alkohol tersier. Ditambahkannya etanol
dengan Iodium akan menyebabkan terjadinya reaksi elimiasi pada alkohol
membentuk aldehid dan hidrkarbon halida. Adapun reaksi yang terjadi adalah:
CH3CH2OH + I2 → CH3CHO + 2HI
Bila campuran tersebut ditambahkan dengan NaOH maka reaksinya:
CH3CH2OH + NaOH + I2 → CHI3 + CHOONa + 3HI
Pada penambahan etanol absolut dan etanol 70% dengan Iodium terjadi
warna kuning pekat dan setelah ditambahkan NaOH sedikit demisdikit
menghasilkan larutan kuning muda. Dengan reaksi seperti diatas. Larutan tersebut
didiamkan, yang bertujuan untuk mengamatireaksi yang terjadi selanjutnya yang
memerlukan waktu untuk bereaksi. Kemudian larutan dipanaskan untuk
mempercepat terjadinya proses reaksi, namun larutan yang dihasilkan tidak
menimbulkan endapan.
Pada etanol etanol absolut, uji merupakan uji negatif karenatidak ada
endapan kuning. Iodoform tidak terbentuk langsung dari alkohol, tetapi senyawa
karbonil yang dihasilkan berasal dari reagen-reagen karboIod. Uji positif dimana
terbentuk endapan berwarna kuning, terjadi pada penambahan t-butanol. Pada
penambahan 2-propanol dan etanol 70% tidak terbentuk endapan dengan larutan
bening dan berbau Iod, maka dapat dikatakan untuk penambahan tersebut negatif
karena tidak terbentuknya endapan.
Etanol 70%
Larutan menjadi berwarna biru kehitaman
Isopropil alkohol
Etanol Absolut
t-butanol
Tidak terjadi oksidasi, larutan tetap berwarna orange
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah:
1. Salah satu sifat fisis alkohol berupa kelarutan ditunjukkan pada uji air
dalam alkohol yang mana ketika penambahan K 2CO3, alkohol absolut
dan etanol 70% dapat larut. Sedangkan t-butanol dan 2-propanol tidak
larut. Percobaan ini menunjukkan alkohol primer dan sekunder yang
mempunyai atom H bebas dapat mudah larut dalam air. Semakin panjang
rantai hidrokarbon, maka akan semakin rendah kelarutannya.
2. Reaksi kimia yang ditunjukkan dalam percobaan ini adalah reaksi
eliminasi dan oksidasi. Reaksi eliminasi ditunjukkan pada percobaan
penambahan CuSO4 dimana semua sampel alkohol berubah warna
menjadi biru muda. Sedangka reaksi oksidasi alkohol yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan warna menjadi biru perkat pada sampel yang
berisi alkohol absolut, etanol 70%, dan 2-propanol akibat oksidasi
dengan asam kromat.
3. Alkohol primer dapat teroksidasi menjadi asam karboksilat. Alkohol
sekunder dapat teroksidasi menjadi keton. Alkohol sekunder tidak
teroksidasi dalam suasana basa, tetapi dalam suasana asam alkohol tersier
mengalami dehidrasi dan kemudian alkenanya teroksidasi.
DAFTAR PUSTAKA
Berlian, Z., & Aini, F. 2016. Uji kadar alkohol pada tapai ketan putih dan
singkong melalui fermentasi dengan dosis ragi yang berbeda. Jurnal
Biota. 2: 106-111.
Dharmawan, I.B.N.Y. 2014. IDENTIFIKASI SENYAWA ORGANIK
UNKNOWN DENGAN METODE ANALISIS KUALITATIF.
EKSTRAKTIF, D. P. D. 2009. Produksi Alkohol Fuel Grade dengan Proses
Distilasi Ekstraktif. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. 9: 24-30.
Ghalib, Achmad Kholish. 2010. Buku Pintar Kimia. Powerbooks, Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar, Jilid 2, Cet. Ke-4, terj. Suminar Achmadi.
Erlangga, Jakarta.
Simatupang, G. H., Sompie, S. R., & Tulung, N. M. 2015. Rancang Bangun Alat
Pendeteksi Kadar Alkohol Melalui Ekhalasi Menggunakan Sensor
TGS2620 Berbasis Mikrokontroler Arduino UNO. Jurnal Teknik Elektro
dan Komputer. 4: 15-24.
Yayan Sunarya, Agus Setiabudi, Intan Permata. 2007. Mudah dan Aktif Belajar
Kimia. Setia Purnama Inves, Bandung.
Lampiran